• Tidak ada hasil yang ditemukan

FASILITAS AGROWISATA TERINTEGRASI DENGAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DI DESA SUKAWANA, KINTAMANI, BANGLI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FASILITAS AGROWISATA TERINTEGRASI DENGAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DI DESA SUKAWANA, KINTAMANI, BANGLI."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Periode Februari 2016

FASILITAS AGROWISATA TERINTEGRASI

DENGAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA

DI DESA SUKAWANA, KINTAMANI, BANGLI

Oleh :

I PUTU ARYS WIRA WICAKSANA

1204205004

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN ARSITEKTUR (REGULER)

(2)

LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Periode Februari 2016

FASILITAS AGROWISATA TERINTEGRASI

DENGAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA

DI DESA SUKAWANA, KINTAMANI, BANGLI

Oleh :

I PUTU ARYS WIRA WICAKSANA 1204205004

Dosen Pembimbing:

1. Dr. Eng. I Wayan Kastawan, ST., MA.

2. Ir. Evert Edward Moniaga

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN ARSITEKTUR (REGULER)

(3)
(4)
(5)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN ARSITEKTUR

Jalan Kampus Bukit Jimbaran - Bali

 (0361) 703384, 703320 Fax : 703384

www.ar.unud.ac.id

PERNYATAAN

Judul Tugas Akhir : Fasilitas Agrowisata Terintegrasi dengan Permukiman Tradisonal Bali Aga di Desa Sukawana, Kintamani, Bangli

Nama : I Putu Arys Wira Wicaksana

NIM : 1204205004

Program Studi : Arsitektur

Periode : Pebruari 2016

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini tidak terdapat karya pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Denpasar, 13 Juni 2016

(6)

i

which is integrated with agrotourism itself and it can be seen from some potential

influences in that location and site. Sukawana is one village which has them.

People in Sukawana village have large plantation field and many kind of

commodities such as orange, coffe, and clove. Sukawana village also has

characteristics in its architecture which can be seen in its unique and typical

traditional house. Shape of the house adjusts with the hilly condition site which

has hulu teben concept. Shape of saddle roof made from bamboo. House in

Sukawana also has different interior which is caused by its people activity.

However, there are some problem there such as bad sanitation and polluted air.

The total of registered population in Sukawana village are 117 families with 100

houses.

Keywords: residence, traditional, agrotourism, house, sukawana

ABSTRAK

Agrowisata merupakan bagian daripada wisata yang memberikan sebuah

pengalaman berwisata yang sangat menarik dikarenakan bidangnya

tersebut memiliki latar belakang alam yang luas dan berbagai macam

tumbuh tumbuhan. Agrowisata juga dapat dikaitkan dengan berbagai

macam bagian seperti halnya budaya, adat istiadat, arsitekturnya dan

bermacam macam hal lainnya. Permukiman tradisional juga dapat

dijadikan sebuah wisata yang terintegrasi dengan agrowisata itu sendiri

hal itu juga di lihat dari berbagai macam pengaruh potensi daripada lokasi

dan site tersebut. Sukawana merupakan salah satu desa yang memiliki hal

tersebut. Dimana penduduk daripada desa Sukawana memiliki lahan

(7)

ii

Desa Sukawana juga memiliki karakteristik di bidang arsitektur yaitu

memiliki rumah tradisional yang unik dengan ke khasannya. Dimana bentuk

rumah yang menyesuaikan dengan keadaan tapak yang berbukit dengan

konsep huluteben. Bentuk atap plana dengan penutup bambu. Rumah

sukawana juga memiliki interor yang berbeda ini dikarenakan aktifitas dari

masyarakatnya. Namun terdapat juga masalah yaitu dimana kurangnya

sanitasi yang baik, dan udara yang sedikit tercemar.Adapun data penduduk

yang terdapat di desa sukawana yaitu 117 kk dengan kurang lebih terdapat

100 rumah warga.

(8)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayanaiii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Seminar Tugas Akhir ini dengan judul “Fasilitas Agrowisata Terintegrasi dengan Permukiman Tradisional Bali Aga di Desa Sukawana, Kintamani, Bangli” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusunan laporan Seminar Tugas Akhir ini sebagai dasar dalam proses perancangan selanjutnya dan merupakan salah satu proses yang harus dilalui sebagai bagian dari mata kuliah Tugas Akhir di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana, yang diajukan untuk memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik.

Pada kesempatan ini, disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan dan penyelesaian laporan ini. Secara khusus terima kasih diucapkan kepada :

1. Bapak Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, MT, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Udayana.

2. Ibu Ir. Anak Agung Ayu Oka Saraswati, MT. selaku Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Univeritas Udayana.

3. Bapak Ir. I Ketut Muliawan Salain, MT., selaku Dosen Pembimbing Akademik

4. Bapak Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP., selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah Seminar Tugas Akhir.

5. Bapak DR. Eng. I Wayan Kastawan, ST., MA.selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah Seminar Tugas Akhir.

6. Bapak Ir. Evert Edward Moniaga selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah Seminar Tugas Akhir.

7. Seluruh Staf Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Udayana yang telah memberikan pengetahuan dan arahan selama perkuliahan

8. Bapak Drs. I Ketut Nonog selaku Kepala Desa Sukawana yang telah memberikan banyak informasi mengenai Desa Sukawana.

(9)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayanaiv

10.Rekan-rekan kuliah, terutama mahasiswa Seminar TA periode 2015-2016 serta mahasiswa arsitektur angkatan 2012 yang telah sangat banyak memberikan bantuan

selama proses perkuliahan.

11.Keluarga terutama kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan yang

sangat banyak baik dari segi moril maupun materiil.

12.Dan semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tak langsung dalam penyusunan tugas ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Akhir kata mohon maaf atas kesalahan maupun kekeliruan yang terjadi, baik pada saat mengumpulkan informasi terkait laporan ini maupun dalam penyusunannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat memenuhi fungsinya.

Denpasar, Mei 2016 Penulis,

(10)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana.v

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP “FASILITAS AGROWISATA TERINTEGRASI DENGAN PERMUKIMAN TRADISIONAL” 2.1 Pengertian Agrowisata ... 7

2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Agrowisata... 10

2.1.2 Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Agrowisata ... 11

2.1.3 Jenis Klasifikasi Agrowisata ... 12

2.1.4 Tanaman yang Dibudidayakan ... 13

2.2 Permukiman Tradisional ... 16

2.2.1 Hubungan Agrowisata dengan Permukiman Tradisional... .. 18

2.3 Studi Banding ... 19

2.3.1 Bagus Agro Pelaga ... 20

2.3.2 Aloevera Bali Agrowisata ... 22

2.3.3 Permukiman Tradisional Desa Penglipuran,Kubu,Bangli, Bali ... 24

2.4 Spesifikasi Umum Proyek ... 24

(11)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana.vi

2.4.2 Tujuan ... 25

2.4.3 Lingkup Kegiatan... 25

2.4.4 Pelaku Kegiatan ... 26

2.4.5 Fungsi ... 26

2.4.6 Fasilitas ... 27

2.4.7 Persyaratan ... 28

BAB IIISTUDI PERANCANGAN FASILITAS AGROWISATA

TERINTEGRASI DENGAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DI DESA SUKAWANA, KINTAMANI, BANGLI

3.1 Potensi Desa Sukawana Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli 29

3.1.1 Kondisi Fisik 29

3.1.2 Kondisi Non Fisik 38

3.2 Analisis SWOT 42

3.2.1 Strategi 44

3.2.2 Kesimpulan 46

3.3 Spesifikasi Khusus Proyek 46

BAB IV TEMA DAN PROGRAM PERENCANAAN

4.1.Tema 52

4.1.1.Penentuan Tema 53

4.1.2.Penjelasan Tema 54

4.1.3.Perwujudan Tema 54

4.2.Program Fungsional 55

4.2.1.Jenis Kegiatan 55

4.2.2.Pelaku Kegiatan dan Proses Kegiatan 57

4.2.3.Kebutuhan Ruang 61

4.2.4.Kapasitas Ruang 67

4.3.Program Performansi 69

4.3.1.Sifat, Suasana dan Persyaratan Ruang 69

4.3.2.Persyaratan Ruang 70

4.4.Program Arsitektural 72

(12)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana.vii

4.4.2.Hubungan Ruang 79

4.4.3.Pengelompokan Ruang 82

4.4.4.Sirkulasi Ruang 85

4.4.5.Organisasi Ruang 86

4.5.Program Tapak 87

4.5.1.Kebutuhan Luas Tapak 87

4.5.2.Penentuan Luas Tapak 87

4.5.3.Analisa Pemilihan Tapak 89

4.5.4.Analisis Tapak 92

4.5.5.Analisis Karakteristik Tapak 101

BAB V KONSEP PERANCANGAN

5.1 Konsep Perancangan Tapak ... 102

5.1.1 Konsep Zoning Pada Tapak ... 102

5.1.2 Konsep Entrance Tapak ... 104

5.1.3 Konsep Bentuk Massa Pada Tapak ... 106

5.1.4 Konsep Pola Massa Pada Tapak ... 109

5.1.5 Konsep Orientasi Massa Pada Tapak ... 110

5.1.6 Konsep Sirkulasi Pada Tapak ... 111

5.1.7 Konsep Parkir... 112

5.1.8 Konsep Ruang Luar ... 113

5.2 Konsep Perancangan Bangunan ... 115

5.2.1 Konsep Zoning Bangunan... 115

5.2.2 Konsep Entrance Bangunan ... 116

5.2.3 Konsep Sirkulasi Dalam Bangunan ... 117

5.2.4 Konsep Tampilan Bangunan ... 119

5.2.5 Konsep Ruang Dalam ... 122

5.2.6 Konsep Struktur Bangunan ... 126

5.2.7 Konsep Utilitas... 127

(13)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana.viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Agrowisata Di Kota Batu Malang ... 7

Gambar 2.2 Contoh Agrowisata Ruangan Terbuka ... 8

Gambar 2.3 Contoh Agrowisata Ruangan Terbuka Buatan ... 8

Gambar 2.4 Jeruk ... 11

Gambar 2.5 Kopi ... 12

Gambar 2.6 Cengkeh ... 12

Gambar 2.7 Pengaplikasian Material Kayu ... 14

Gambar 2.8 Pengaplikasian Material Bambu pada Bangunan ... 14

Gambar 2.9 Pengaplikasian Material Alang-alang pada Bangunan ... 15

Gambar 2.10 Pengaplikasian Material Batu Alam pada Bangunan ... 15

Gambar 2.11 Permukiman Tradisional Bali Aga ... 17

Gambar 2.12 Bentuk dan Pola Permukiman Tradisional ... 18

Gambar 2.13 Suasana Pemandangan Bagus Agro Plaga ... 19

Gambar 2.14 Siteplan Kasar Bagus Agro Plaga Agrowisata ... 20

Gambar 2.15 Aloevera Bali Agrowisata ... 21

Gambar 2.16 Siteplan Kasar Alovera Bali Agrowisata ... 22

Gambar 2.17 Desa Penglipuran... 23

Gambar 2.18 Site Plan Desa Penglipuran ... 24

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Bangli dan Kecamatan Kintamani ... 30

Gambar 3.2 Komiditi di Kecamatan Kintamani ... 32

Gambar 3.3 Rumah Tradisional Pada Desa Bali Aga di Kecamatan Kintamani ... 32

Gambar 3.4 Peta Desa Sukawana... 33

Gambar 3.5 Rumah Tradisional Desa Sukawana Br.Paketan dan Pola Permukiman ... 35

Gambar 3.6 Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangli ... 36

(14)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana.ix Gambar 4.6 Proses Kegiatan Penelola Bidang Service/Operasional 60

Gambar 4.7 Proses Kegiatan Distributor 61

Gambar 4.8 Hubungan Ruang Makro 79

Gambar 4.9 Hubungan Ruang Mikro Pengunjung 79

Gambar 4.10 Hubungan Ruang Mikro Fasilitas Rekreasi 80 Gambar 4.11 Hubungan Ruang Mikro Fasilitas Perdagangan 80 Gambar 4.12 Hubungan Ruang Mikro Fasilitas Pelayanan Makanan dan Minuman 80 Gambar 4.13 Hubungan Ruang Mikro Fasilitas Hunian 81

Gambar 4.14 Hubungan Ruang Mikro Pengelola Bidang Administrasi 81

Gambar 4.15 Hubungan Ruang Mikro Pengelola Bidang Service 81 Gambar 4.16 Hubungan Ruang Mikro Fasilitas Staff dan Karyawan 81 Gambar 4.17 Sirkulasi Ruang Pada Fasilitas Agrowisata 85 Gambar 4.18 Organisasi Ruang Pada Fasilitas Agrowisata 86 Gambar 4.19 Peta Desa Sukawana Beserta Alternatif Lokasi Site 88 Gambar 4.20 Lokasi Alternatif Site dilihat dari Google Maps 90 Gambar 4.21 Site Terpilih 91 Gambar 4.22 Potongan Site Fasilitas Agrowisata 93 Gambar 4.23 Analisa Klimatologi 94 Gambar 4.24 Analisa Kebisingan 95 Gambar 4.25 Analisa Vegetasi 96 Gambar 4.26 Analisa Utilitas 97 Gambar 4.27 Analisa BUA,KDB,Sempadan 98 Gambar 4.28 Analisa View 99 Gambar 4.29 Karakteristik Tapak Site 101 Gambar 5.1 Analisa Kontur Pada Tapak (alternatif 1) ... 103

Gambar 5.2 Zoning Pada Tapak(alternatif 2) ... 103

Gambar 5.3 Zoning Pada Tapak... 104

Gambar 5.4 Letak Entrance Pada Tapak ... 104

Gambar 5.5 Konsep Entrance Pada Tapak ... 105

Gambar 5.6 Konsep Bentuk Massa Faslitas Makan dan Minum Pada Tapak ... 106

(15)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana.x

Gambar 5.8 Konsep Bentuk Massa Fasilitas Hunian Pada Tapak ... 107

Gambar 5.9 Konsep Bentuk Massa Fasilitas Umum Pada Tapak ... 108

Gambar 5.10 Konsep Bentuk Massa Fasilitas Pengelola Pada Tapak ... 108

Gambar 5.11 Pola Massa Pada Tapak ... 109

Gambar 5.12 Orientasi Massa Fasilitas Hunian Pada Tapak ... 110

Gambar 5.13 Sirkulasi Pada Tapak ... 111

Gambar 5.14 Analisa Konsep Parkir Pada Tapak ... 112

Gambar 5.15 Pedestrian Pada Ruang Luar Fasilitas Agrowisata ... 113

Gambar 5.16 Selasar dan Rest Area Pada Fasilitas Agrowisata ... 114

Gambar 5.17 Gazebo Pada Fasilitas Ruang Luar ... 114

Gambar 5.18 Konsep Zoning Bangunan ... 116

Gambar 5.19 Konsep Entrance Pada Bangunan ... 117

Gambar 5.20 Sirkulasi Dalam Bangunan Pada Fasilitas Makan dan Minum ... 118

Gambar 5.21 Sirkulasi Dalam Bangunan Pada Fasilitas Umum... 118

Gambar 5.22 Sirkulasi Dalam Bangunan Pada Fasilitas Pengelola ... 118

Gambar 5.23 Sirkulasi Dalam Bangunan Pada Fasilitas Hunian ... 119

Gambar 5.24 Sirkulasi Dalam Bangunan Pada Fasilitas Rekreasi ... 119

Gambar 5.25 Konsep Tampilan Bangunan Fasilitas Pelayanan Makan dan Minum . 120 Gambar 5.26 Konsep Tampilan Bangunan Fasilitas Hunian ... 121

Gambar 5.27 Konsep Ruang Dalam Pada Fasilitas Hunian ... 123

Gambar 5.28 Suasana Pada Fasilitas Pelayanan Makanan dan Minuman ... 124

Gambar 5.29 Konsep Ruang Dalam Fasilitas Makan dan Minum ... 125

Gambar 5.30 Pondasi Telapak Pada Sub Structure ... 126

Gambar 5.31 Rangka Balok dan Kolom Pada Super Structure ... 127

Gambar 5.32 Rangka Bidang Pada Upper Structure ... 127

Gambar 5.33 Sistem Penghawaan Cross Ventilation ... 128

Gambar 5.34 Sistem Pencahayaan Alami ... 129

Gambar 5.35 Sistem Pencahayaan Buatan ... 129

Gambar 5.36 Sistem Penyedian Sumber Listrik ... 130

Gambar 5.37 Sistem Penyaluran Air Bersih ... 131

(16)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana.xi

Gambar 5.39 Sistem Pemadam Kebakaran ... 133

Gambar 5.40 Sistem Penangkal Petir ... 134

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Sukawana Berdasarkan Jenis Kelamin Bulan Agustus 2015 ... 38

Tabel 3.2 Jumlah Rumah Tangga Usaha di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani . 39 Tabel 3.3 Jumlah Data Kunjungan Wisnus dan Wisman Kurun waktu tahun 2014 ... 40

Tabel 3.4 Hubungan Kekuatan,Kelemahan,Peluang,Tantangan ... 44

Tabel 3.5 Tanaman Buah ... 47

Tabel 3.6 Paket Fasilitas ... 50

Tabel 4.1 Kebutuhan Jenis Ruang ... 61

Tabel 4.2 Jumlah Pengelola ... 68

Tabel 4.3 Persyaratan Ruang ... 70

Tabel 4.4 Besaran ruang ... 73

Tabel 4.5 Pengelompokan Ruang Bedasarkan Sifat, Jenis dan Tuntutan ... 82

(17)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada BAB I Pendahuluan ini, penulis akan memaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta metode penulisan dalam skripsi yang berjudul Fasilitas Agrowisata Terintegrasi dengan Permukiman Tradisional Bali Aga di Desa Sukawana, Kintamani, Bangli.

1.1 Latar Belakang

(18)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 2 35,76 juta atau 30,27 %. Data tersebut baru di dapatkan dari sektor pertanian primer saja belum dari sektor pertanian sekunder ataupun tresier.

Pariwisata di Indonesia merupakan sektor yang penting dikarenakan banyak wisata alam yang disediakan oleh negara ini. Dan ini memungkinkan dimana kedatangan tamu wisatawan mancanegara di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kekayaan alam adalah komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Sebagai negara agraris Indonesia tidak terlepas dari adanya perkembangan pada hasil perkebunan dan pertanian. Pariwisata dan pertanian merupakan dua hal yang saling berkaitan, dimana kedua hal tersebut dapat saling mengisi dan menunjang dalam meningkatkan daya saing produk pariwisata dan produk pertanian.

Kombinasi dengan permukiman tradisional yang menjadikan sebuah wisata alam tersebut menjadi hidup dengan segala yang terdapat di dalamnya seperti adanya aktifitas dari masyarakat itu sendiri bagaimana mereka mengelola dan menjaga alam agar tetap asri dan indah kemudian bagaimana mereka menjadikan alam tersebut sebagai sumber penghidupan mereka dan didapatkan juga timbal

balik daripada hal tersebut yaitu keuntungan dari dua pihak antara alam dan lingkunganya tersebut.

Bali adalah salah satu provinsi di Indonesia. Bali memiliki keindahan alam

(19)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 3 Desa Sukawana merupakan desa yang berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Luas wilayah dari Desa Sukawana secara keseluruhan adalah 3361 hektar dan merupakan daerah utara dari Kabupaten Bangli. Desa Sukawana termasuk kedalam desa tradisional Bali Aga. Keadaan suhu yang dingin memberikan potensi yang baik di bidang perkebunan dan kemudian masyarakat juga dapat menikmati hasil dari pada perkebunan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana spesifikasi dari perencanaan agrowisata yang terintegrasi dengan permukiman tradisional ?

2. Bagaimana pengadaan dan tema perencanaan dari agrowisata yang terintegrasi dengan permukiman tradisional ?

3. Bagaimana program perencanaan yang dibutuhkan dalam merencanakan agrowisata yang terintegrasi dengan permukiman tradisional?

4. Bagaimana konsep perancangan yang sesuai dengan agrowisata yang

terintegrasi dengan permukiman tradisional?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan Fasilitas Agrowisata Terintegrasi dengan Permukiman

Tradisional Bali Aga di Desa Sukawana, Kintamani, Bangli ini ialah sebagai berikut:

1. Menjabarkan pengertian dan spesifikasi dari Fasilitas Agrowisata Terintegrasi dengan Permukiman Tradisional Bali Aga di Desa Sukawana, Kintamani, Bangli,

2. Mampu mengangkat potensi lokal sebagai Fasilitas Agrowisata Terintegrasi dengan Permukiman Tradisional Bali Aga di Desa Sukawana, Kintamani, Bangli,

(20)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 4 4. Mendapatkan konsep perancangan dari Fasilitas Agrowisata Terintegrasi dengan

Permukiman Tradisional Bali Aga di Desa Sukawana, Kintamani, Bangli yang nantinya digunakan dalam tahap perancangan.

1.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu teknik pengumpulan data, pengolahan data, dan pemrograman.

1. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikelompokkan terdiri dari: a. Interview/wawancara

Mengadakan wawancara dengan para ahli pihak-pihak terkait untuk memperoleh data-data yang digunakan untuk pendekatan dan penganalisisan data.

b. Survei Instansional

Pengumpulan data dari instansi-instansi pemerintah terkait yang berhubungan dengan proyek yang akan dibuat, baik itu berupa peraturan atau kebijakan maupun data-data lain yang dibutuhkan.

c. Studi Banding

Studi banding dilakukan pada fasilitas sejenis dengan pengamatan langsung maupun melalui media lainnya (internet) dengan maksud untuk mendapatkan

gambaran mengenai fasilitas-fasilitas apa saja yang harus ada. d. Dokumentasi

Melakukan pengumpulan arsip serta foto-foto yang menunjang penyusunan konsep programatik seperti dokumentasi mengenai tapak bangunan dan lingkungan di sekitarnya.

e. Studi literatur

Pengumpulan data penunjang sebagai bahan pertimbangan proses perencanaan dan perancangan yang terdiri dari buku-buku, jurnal, koran, internet, dan lain-lain.

2. Teknik Pengolahan Data

(21)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 5 Data yang telah dikumpulkan dikelompokkan dengan kriteria data masing-masing yang kemudian dicari kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya.

b. Analisis data

Berdasarkan kompilasi data, dilakukan analisis dengan berbagai pertimbangan. Teknik analisis dilakukan dengan dua cara yaitu :

1) Kualitatif, yaitu menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data dan membuat digramatik seperti menyimpulkan beberapa studi banding dan lain-lain.

2) Kuantitatif, yaitu menganalisis data dengan cara perhitungan matematis. Analisis Data yang akan digunakan di dalam proses perancangan ini adalah dengan menyederhanakan seluruh data yang telah dikumpulkan, kemudian menyajikannya secara sistematis. Selanjutnya, data-data tersebut diolah, ditafsirkan dan kemudian digunakan dalam setiap proses perancangan yang dilakukan.

c. Sintesis

Mengintegrasikan setiap permasalahan yang ada ke dalam kelompok-kelompok beserta faktor pengaruhnya sebagai jalan keluar terbaik untuk memecahkan permasalahan.

3. Teknik Penyimpulan Data

Pemrograman yang dilakukan terdiri dari tiga tahapan yaitu: a. Program Fungsional

Membahas mengenai suatu tahap penerjemahan secara sistematik, tujuan dan sasaran organisasi kelompok atau perseorangan ke dalam hubungan antara kegiatan dan civitasnya.

b. Program Performansi

Membahas mengenai persyaratan sebuah ruang baik dari segi pencahayaan, penghawaan, sifat ruang, tuntutan ruang maupun persyaratan khusus yang dimiliki setiap ruang tersebut.

c. Program Arsitektural

(22)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 6

BAB II

PEMAHAMAN TERHADAP

FASILITAS AGROWISATA

TERINTEGRASI DENGAN PERMUKIMAN TRADISIONAL

Pada BAB II Pemahaman Terhadap Fasilitas Agrowisata Terintegrasi dengan Permukiman Tradisional ini, penulis akan menjelaskan pengertian mengenai Agrowisata, Sejarah Perkembangan Agrowisata di Indonesia, Faktor-faktor yang berhubungan dengan Agrowisata, Permukiman Tradisional, Tanaman yang dibudidayakan, Hubungan Arsitektur dengan lingkungan, Hubungan Arsitektur dengan Permukiman Tradisional, serta contoh studi banding yang menjelaskan tempat-tempat sejenis yang sudah ada sebelumnya.

2.1 Pengertian Agrowisata

Agrowisata adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi khusus pariwisata di usaha tani rumah tangga yang dapat berdampak ganda terhadap aspek ekonomi dan aspek sosial dan permukaan (landscape) areal pedesaan.

(23)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 7

pertanian. Dimana pada Agrowisata tersebut juga terdapat fasilitas pertunjukan didalam perternakan, perkebunan dan pertanian.

Agrowisata atau Agroturisme di Indonesia di definisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian dan perkebunan. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian dan meningkatkan sumber daya alam yang terdapat di dalamnya. Melalui pengembangan Agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani dan mensejahterakan masyarakat sekitar sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (Deptan, 2005). Contoh Agrowisata dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Pada era ini, manusia di bumi hidupnya dipenuhi dengan kejenuhan, rutinitas dan segudang kesibukan. Pengembangan Agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lansekap), atau kombinasi antara keduanya. Tampilan Agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Sedangkan Agrowisata Terbuka lebih kepada bagaimana menyaksikan alam.

(24)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 8

Selanjutnya Agrowisata ruangan terbuka dapat dikembangkan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan, yang dapat dirinci sebagai berikut:

1. Agrowisata Ruang Terbuka Alami

Objek Agrowisata ruangan terbuka alami ini berada pada areal di mana kegiatan tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai

dengan kehidupan keseharian mereka seperti yang terlihat pada Gambar 2.2. Disini masyarakat melakukan kegiatan apa yang mereka ingin kerjakan. Untuk

memberikan suasana kenikmatan kepada wisatawan, atraksi-atraksi spesifik yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih ditonjolkan, namun tetap menjaga nilai estetika alaminya. Contoh Agrowisata terbuka alami adalah kawasan, Suku Tengger di Jawa Timur, Bali dengan teknologi subaknya, dan Papua dengan berbagai pola atraksi pengelolaan lahan untuk budi daya umbi-umbian.

2. Agrowisata Ruang Terbuka Buatan

Gambar 2.2: Contoh Agrowisata di Ruang Terbuka Sumber :kabarindonesia.com diakses 6 Oktober 2015

(25)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 9

Kawasan Agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasan-kawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Contoh Agrowisata ruang terbuka buatan dapat dilihat pada Gambar 2.3. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Demikian pula teknologi yang diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal yang ada, diramu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan produk atraksi agrowisata yang menarik.

2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Agrowisata

Agritourism bermula dari ecotourism. Ecotourism adalah yang paling cepat bertumbuh diantara model pengembangan pariwisata yang lainnya di seluruh dunia, dan memperoleh sambutan yang sangat serius. Ecotourism dikembangkan di negara berkembang sebagai sebuah model pengembangan yang potensial untuk memelihara sumber daya alam dan mendukung proses perbaikan ekonomi masyarakat lokal. Ecotourism dapat menyediakan alternatif perbaikan ekonomi ke aktivitas pengelolaan sumber daya, dan untuk memperoleh pendapatan bagi

masyarakat lokal.

Agritourism telah berhasil dikembangkan di Switzerland, Selandia Baru, Australia, dan Austria. Sedangkan di USA baru tahap permulaan, dan baru

dikembangkan di California. Beberapa keluarga petani sedang merasakan bahwa mereka dapat menambah pendapatan mereka dengan menawarkan pemondokan bermalam, menerima manfaat dari kunjungan wisatawan (Rilla, 1999). Pengembangan Agritourism merupakan kombinasi antara pertanian dan dunia wisata untuk liburan di desa.

Objek agrowisata umumnya masih berupa hamparan suatu areal usaha pertanian dari perusahaan-perusahaan besar yang dikelola secara modern dengan nuansa barat dengan orientasi objek keindahan alam dan belum menonjolkan atraksi keunikan/spesifikasi dari aktivitas lokal masyarakat.

(26)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 10

2.1.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Agrowisata

Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan suatu Agrowisata dalam kaitannya dengan atraksi yang ditawarkan sebagai objek wisata, menurut Spillane (1994) untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga Agrowisata) ada lima unsur yang harus dipenuhi seperti dibawah ini:

1. Attractions

Dalam konteks pengembangan Agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah, hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian tersebut.

2. Facilities

Fasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar.

3. Infrastructure

Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan, jaringan

komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, system pembuangan kotoran/pembuangan air, jalan raya dan system keamanan.

4. Transportation

Transportasi umum, bis-terminal, system keamanan penumpang, system informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, peta kota/objek wisata. 5. Hospitality

(27)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 11

Sedangkan untuk pemilihan lokasi wilayah pertanian yang akan dijadikan objek Agrowisata perlu dipertimbangkan, di antaranya mempertimbangkan kemudahan mencapai lokasi, karakteristik alam, sentra produksi pertanian, dan adanya kegiatan Agroindustri.

2.1.3 Tanaman Yang Dibudidayakan 1. Jeruk

Jeruk umumnya di ambil dikarenakan rasa yang manis dan memiliki manfaat dimana terdapat vitamin c yang melimpah, kemudian tanaman ini juga tumbuh di perkebunan yang memiliki suhu udara yang sejuk dan biasanya terdapat di dataran tinggi. Dapat diliht pada Gambar 2.4 Adapun karakteristik jeruk keprok:

a. Daun dan Batang, daunnya duduk saling berhadapan satu-satu, kecuali golongan Poncirus yang terdapat tiga-tiga (trifoliata). Daunnya beraroma spesifik karena mengandung minyak asiri (minyak terbang).

b. Akar, pohom jeruk memiliki akar tunggang bercabang besar panjang dan memiliki beberapa akar rambut. Akar tunggang bila mencapai tanah keras atau tanah berair akan berhenti. Namun bila tanah gembur dapat mencapai 4 m. c. Bunga, bunga ke luar setelah berbentuk trubus (tunas muda) pada ujung-ujung

cabang secara tunggal. Warna mahkota bunga putih, pada ujungnya bercanggap seperti bintang. Tanaman dapat berbunga sepanjang tahun, asalkan kondisi ekosistemnya memenuhi syarat pembungaan.

d. Buah, buah matang 4-6 bulan setelah berbunga, biasanya terjadi pada bulan Mei-Juni. Untuk jeruk besar, musim buah utama pada bulan Juni-September. Buah jeruk tergolong berbiji banyak dan kulit buahnya banyak mengandung minyak asiri. Buah jeruk umumnya berbentuk bulat.

Gambar 2.4: Jeruk

(28)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 12

e. Agroekologi, tanaman jeruk dapat ditanam di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi pada suhu 20-30 C. Jeruk keprok baik ditanam di ketinggian 100-1.300m dpl dengan iklim relatif kering dan berada di tempat terbuka.

2. Kopi

Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Tanaman kopi dapat dilihat pada Gambar 2.5. Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika dan robusta. Biji kopi dapat diolah menjadi minuman kopi yang memiliki rasa dan aroma yang menarik, kopi juga dapat menurunkan resiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu dan berbagai penyakit jantung.

Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisional dengan cita rasa terbaik.

Sebagian besar kopi yang ada dibuat dengan menggunakan biji kopi jenis ini. Secara umum, kopi ini tumbuh di negara-negara beriklim tropis atau subtropis. Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 m bila kondisi lingkungannya baik. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-260C. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap.

1. Cengkeh

Gambar 2.5: Kopi

Sumber: www.bali-bisnis.com diakses 7 Oktober 2015

Gambar 2.6: Cengkeh

(29)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 13

Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilai ekonominya. Baik sebagai rempah-rempah, bahan campuran rokok kretek atau bahan dalam pembuatan minyak atsiri. Dalam proses pengolahan cengkeh, sebelumnya perlu dijemur agar kering kurang lebih selama 4 sampai 5 hari. Dari awal bibit ditanam hingga untuk mendapatkan hasil panen yang pertama membutuhkan waktu 3 bulan, kemudian untuk panen-panen selanjutnya dapat dipanen setiap tahun sekali. Harga jual dari cengkeh ini adalah Rp.50.000 sampai Rp.100.000 per kilogramnya. Dapat dilihat pada Gambar 2.6 dimana cengkeh yang sudah dikeringkan dan yang belum.

2.1.4 Hubungan Arsitektur dan Lingkungan

Atas dasar hubungan antara arsitektur dan lingkungannya maka perhatian kepada arsitektur diahlihkan kepada arsitektur kemanusiaan yang memperhitungkan juga keselarasan dengan alam maupun kepentingan manusia penghuninya. Pembangunan menurut kebutuhan manusia itu dinamakan pembangunan secara biologis atau arsitektur biologis. Biologis berasal dari kata bios yang berarti alam kehidupan/alam tumbuh-tumbuhan dan logos berarti dunia teratur atau dunia berakal. Istilah arsitektur biologis tersebut memperlihatkan hubungan erat antara manusia dan lingkungan atau alam sekitar. Berikut dipaparkan

berbagai jenis bahan yang sesuai dengan konsep agrowisata diantaranya yaitu : 1. Kayu

Pilihan atas suatu bahan bangunan tergantung pada sifat-sifat biologis, teknis, ekonomis dan keindahan. Kayu sebagai bahan bangunan biologis, maka perlulah diketahui sifat-sifatnya sepenuhnya. Kayu sampai saat ini masih banyak dicari dan dibutuhkan manusia. Diperkirakan abad-abad yang akan datang, kayu semakin lama semakin dibutuhkan (Frick, 1991). Dari segi manfaatnya bagi kehidupan manusia, kayu sebagai bahan bangunan biologis mempunyai sifat-sifat utama antara lain:

a. Kayu merupakan sumber daya alam yang tidak akan habis apabila dikelola dengan cara yang baik.

(30)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 14

yang membuat bangunan tersebut terkesan alami dan biologis. Pengaplikasian material kayu dapat dilihat seperti pada Gambar 2.7.

2. Bambu

Pada umumnya bambu sebagai bahan bangunan biologis didapatkan hampir di seluruh Indonesia. Bambu adalah bahan ramuan yang penting, sebagai pengganti kayu. Bambu harus tua, berwarna kuning jernih atau hijau tua dan berbintik putih pada pangkalnya, berserat padat dengan permukaan yang mengkilap. Yang termasuk jenis bambu tahan lama antara lain : bambu petung dan bambu gombong

untuk jenis besar, bambu andong dan bambu temen untuk jenis sedang, bambu apus dan bambu tali untuk jenis kecil. Pengaplikasian material bambu dapat dilihat seperti pada Gambar 2.8.

Gambar 2.7 : Pengaplikasian Material Kayu Sumber:www.karyakukusen.com diakses 6 Oktober 2015

(31)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 15

3. Alang-alang

Alang-alang adalah jenis rumput yang banyak ditemukan di daerah tropis. Akar rimpangnya yang sulit dihancurkan, merusak tanaman-tanaman pertanian. Bijinya sangat mudah disebarkan angin, sehingga dalam waktu singkat dapat menguasai daerah yang luas. Atap alang-alang dibuat seperti atap rumbia. Rumput tersebut dikeringkan terlebih dahulu. Oleh karena alang-alang kurang panjang daripada rumbia, maka jalon berukuran lebih kecil. Pengaplikasian material alang-alang dapat dilihat seperti pada Gambar 2.9.

4. Batu Alam

Batu alam seperti bahan alam yang lain, tercipta dan terkandung dalam suatu peredaran alam yang tertutup. Batu alam cocok untuk membuat dinding batu sebagai dinding dari bahan biologis, terutama dinding batu alam yang kering.

Pengaplikasian material batu alam dapat dilihat seperti pada Gambar 2.10. Gambar2.9: Pengaplikasian Material Alang-alang pada Bangunan

Sumber : csglobe.com diakses 6 Oktober 2015

(32)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 16

Perencanaan arsitektur biologis dengan bahan bangunan biologis merupakan suatu lintas ilmu yang melibatkan banyak ahli. Kerja sama yang baik antara ahli yang terlibat akan memungkinkan optimalisasi dalam perencanaan. Yang terpenting pada prinsip ini ialah ide sebagai dasar perencanaan meskipun terdapat kesulitan-kesulitan, misalnya bahan bangunan, letak site, iklim, keuangan dan sebagainya.

2.2 Permukiman Tradisional

Permukiaman dapat dikatakan sama seperti sarang dimana pada sarang mahkluk hidup tumbuh dan berkembang kemudian mengetahui daerah sekitarnya , beradaptasi dengan lingkungannya. Dan lingkungannya disini dinamakan habitat dimana habitat merupakan tempat makluk hidup berorganisasi melakukan segala aspek yaitu dari aspek sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Dari analogi diatas didapatkan bahwa permukiman diartikan sebagai perumahan atau kumpulan tempat tinggal dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan ada didalam permukiman tersebut.

Kemudian menurut Charles Abram beliau mengartikan bahwa permukiman

tidak hanya tempat berlindung melainkan bagian daripada kehidupan komunitas dan keseluruhan lingkungan sosial. Permukiman juga diartikan kumpulan dari beberapa rumah dan manusioa yang menempatinya. Hal ini menandakan bahwa

permukiman telah ada sejak adanya masyarakat yang berbudaya. Terhadap pola permukiman dapat dicatat adanya pendekatan ekologi yaitu, proses terbentuknya relung (niche) dan gheto dalam proses biologiv yang mencoba menerangkan terbentuknya pola permukiman. Dari susunan pola rumah yang di bentuk oleh masyarakat bali aga juga memiliki keunikan ruang yaitu dimana setiap ruang memiliki bentuk dan fungsi yang sangat focus di peruntukan.

2.2.1 Hubungan Agrowisata dengan Permukiman Tradisional

(33)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 17

desa tradisional yaitu memiliki curah hujan rata rata 1800 s/d 1887 mm/tahun atau rata rata 149 hari kalender.

Permukiman tradisional juga sangat kental dengan adanya unsur seperti kebudayaan dan agama, dimana kedua hal tersebut merupakan factor penentu daripada terciptanya permukiman tradisional. Dan juga biasanya permukiman tradisional ini terletak pada daerah yang masih belum ramai contohnya yaitu di pegunungan. Permukiman tradisional merupakan permukiman yang di bentuk oleh adanya hubungan agama dan kebudayaan yang terdapat didalam suatu daerah. Disamping digunakan sebagai aktifitas, rumah tradisional juga di gunakan sebagai tempat aktifitas psikologi jadi pada pemukiman Bali Aga kedua unsur ini harus saling berkaitan dan berhubungan.

Adapun hal yang di jelaskan disini sejarah Indonesia kuna yang dimiliki dan yang sedang mengalami perkembangan pesat sejalan dengan model pendekatan baru yang melibatkan ilmu-ilmu sosial untuk memberikan eksplansi terhadap objek sejarah yang di jadikan penelitian. Implikasinya yaitu terletak pada design bangunan yang terdapat pada daerah itu sendiri.

Terlihat pada Gambar 2.11. Pengaruh rumah adat tradisional di ambil dari letak geografis daripada site, kemudian kebutuhan yang di miliki oleh masyarakat itu sendiri dan kebiasaan masyarakat di dalam lingkungannya.

Adapun tipe rumah dan beberapa hal mengenai permukiman tradisional dapat dilihat pada Gambar

(34)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 18

Pada gambar di atas merupakan gambar yang meunjukan bahwa permukiman tradisional memiliki karakteristik yang lain yaitu terletak di daerah pedalaman dan banyak juga terletak di daerah pegunungan dan struktur penyusun bangunan nya juga menggunakan bahan yang didapat dari alam seperti bambu tanah liat, bata dan kayu.

2.3 Studi Banding

Studi ini menjelaskan tempat-tempat sejenis yang telah ada sebelumnya, menjelaskan bagaimana contoh objek fasilitas agrowisata dan permukiman tradisional yang dapat dijadikan objek materi pembelajaran dan dapat menunjang bagaimana aktifitas yang terjadi di dalamnya organisasi ruang yang terdapat di dalamnnya kemudian bagaimana masyarakat dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya..

(35)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 19

2.3.1 Bagus Agro Plaga

Bagus Agro Pelaga terletak diperbukitan dengan ketinggian 950 m dari permukaan laut, terletak di Jalan Raya Puncak Mangu, Desa Petang, Kecamatan Pelaga, Kabupaten Badung, Bali. Bagus Agro Pelaga merupakan sebuah kawasan Agrowisata yang dibangun oleh The Bagus Discovery Group. Dapat dilihat pada Gambar 2.12 terlihat suasana daripada Agrowisata Bagus Agro Plaga.

Kawasan ini menawarkan wisata agro yaitu kegiatan wisata dimana tanaman menjadi objeknya mulai dari pembibitan, penanaman, perawatan hingga pemetikan. Berbagai macam tanaman terdapat di dalamnya, antara lain anggrek, sayur-sayuran, jagung, kacang-kacangan, stroberi, pisang dan kopi.

Kawasan Bagus Agro Pelaga ini luasnya sekitar 18 hektar. Sistem perkebunan disini menggunakan sistem tetes untuk pengairannya, berbeda dengan sistem subak yang digunakan untuk pertanian tradisional Bali. Sistem tetes memungkinkan untuk mengatur aliran air dengan lebih efektif dan lebih efisien, yang sangat cocok untuk perkebunan. Dapat dilihat pada Gambar 2.13 bagaimana siteplan kasar daripada Agrowisata Bagus Agro Plaga yang terletak di Desa Plaga Kecamatan Petang,

Badung.

(36)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 20

PERKEBUNAN

PERKEBUNAN

Gambar 2.14 : Siteplan Kasar Bagus Agro Plaga Agrowisata Sumber : Observasi 2015

U

PADMASANA

LOBBY

MEETING ROOM

RESTAURANT SERVICE

ROOM VILLA

ROOM VILLA

ROOM VILLA

ROOM VILLA WANTILAN

BACK OFFICE

PARKIR

(37)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 21

2.3.2 Aloevera Bali Agrowisata

Lokasi perkebunan Aloevera Bali atau Lidah Buaya bertempat di Banjar Bonbiu, Desa Saba, Kecamatan Blah Batuh. Area Perkebunan seluas satu hektare ini dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan tujuan untuk berlibur. Aloevera Bali adalah agrowisata Bali untuk perkebunan lidah buaya dimana di perkebunan ini pengunjung dapat melihat bagaimana perkembangan aloevera dari awal 0 % hingga sampai titik panennya. Perkebunan ini di kembangkan dengan pola system plasma yaitu kerjasama PT Aloevera Bali dengan petani setempat. Saat ini perkembangan aloevera hanya digunakan untuk pembuatan pupuk yang berguna untuk tumbuhan kacang-kacangan selain digunakan untuk kecantikan.

Aloevera Bali atau yang dikenal dengan Alove Bali ini berdiri di lahan seluas satu hektare dan dimana pembagian lahannya yaitu 72 are merupakan lahan yang di budidayakan oleh plasma petani dan 28 are lagi di kelelola oleh pihak Alove Bali. Adapun seseorang yang berkebangsaan asinag yaitu Mr. Hendrikus Johanes Swaneberg selaku komisaris utama prihatin dengan penghidupan para petani di desa ini. Dapat dilihat pada Gambar 2.14 mengenai suasana pada Agrowisata

Alovera Bali.

Adapun fasilitas fasilitas yang terdapat di dalam arowisata lidah buaya ini yaitu adalah adanya warung penjual makanan dan minuman, toilet serta area parkir yang cukup memadai bagi wisatawan. Untuk mencapai lokasi ini hanya memerlukan waktu sekitar 25 menit karena jarak tempuh perjalanan yang tidak begitu jauh dari Kota Denpasar, tepatnya kurang lebih 14 km. Dapat dilihat pada Gambar 2.15 bagaimana siteplan kasar daripada Aloevera Agrowisata. Terlihat bahwa agrowisata ini juga menawarkan pengolahan di bidang

(38)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 22

pabrikasi lidah buaya. Pengaruh asing mampu menjadi bagian dari tetap eksisnya pesona wisata Bali dimata dunia pada umumnya dan di bumi pertiwi ini tentunya.

Gambar 2.16 : Siteplan Kasar Alovera Bali Agrowisata Sumber : Observasi 2015

PENGOLAHAN ALOVERA

OFFICE

OFFICE

BALE

BALE

PABRIKASI PABRIKASI

PENGOLAHAN ALOEVERA

PERKEBUNAN

(39)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 23

2.3.3 Permukiman Tradisional Desa Penglipuran Kubu, Bangli, Bali

Permukiman tradisional Desa Penglipuran ini merupakan permukiman yang terletak di Kabupaten Bangli, Bali. Konon permukiman ini merupakan permukiman yang berasal dari migrasinya penduduk Desa Bayung Gede yang terletak di Kecamatan Kintamani, Bangli. Adapun arti dari pada kata Penglipuran yaitu diambil dari kata lipur yang berarti menghibur hati. Pondok-pondok di daerah hutan sebagai tempat untuk menghibur hati sambil bekerja diladang yang kemudian menjadi Desa Penglipuran. Sumber dari pada tokoh agama menyebutkan bahwa penglipuran memiliki makna yaitu pengeling pura, yaitu tempat suci untuk mengenang leluhur. Dikarenakan Desa Penglipuran merupakan Desa Bali Aga maka tidak dapat terlepas dari adanya kebudayaan antara masyarakat dan lingkungannya.

(40)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 24

Dapat dilihat pada Gambar bagaimana siteplan kasar daripada Permukiman Tradisional Desa Penglipuran Kubu, Bangli, Bali

(41)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 25

2.4 Spesifikasi Umum Proyek

Dari kesimpulan teori dan juga studi banding yang didapat, dapat dijelaskan spesifikasi umum dari Fasilitas Agrowisata Terintegrasi dengan Permukiman Tradisional yang akan dirancang sebagai berikut:

2.4.1. Pengertian

Fasilitas Agrowisata Terintegrasi Dengan Permukiman Tradisional merupakan sebuah tempat wisata, dimana wisata yang ditawarkan merupakan wisata yang berbeda dengan wisata perkotaan. Tempat wisata ini ialah sebagai tempat berekreasi di perkebunan dimana fasilitas penunjang yaitu permukiman tradisionalnya sebagai tempat penginapan. Dan juga sebagai tempat beristirahat menghilangkan kejenuhan tinggal di perkotaan, mendapatkan petualangan baru, makanan yang alami karena dapat dipetik langsung dari kebunnya dan mendapatkan suasana yang berbeda dari perkotaan.

2.4.2. Tujuan

a Tujuan Sosial

Sebagai tempat pelestarian sumber daya alam, dapat memunculkan peluang

bagi penduduk lokal khususnya petani untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan taraf hidup mereka, menjadi sarana yang baik untuk mendidik masyarakat tentang pentingnya pertanian, mengurangi arus urbanisasi ke perkotaan

karena masyarakat telah mampu mendapatkan pendapatan yang layak dari usahanya di desa (Agrowisata) dan menjadi media promosi bagi produk lokal dan membantu perkembangan daerah dimana tempat Agrowisata Perkebunan ini dibangun.

b Tujuan Komersial

Tujuan komersial berupa peyediaan jasa pemandu wisata perkebunan serta menyediakan fasilitas-fasilitas komersial berupa penginapan yang terintegrasi dengan permukiman tradisional, restaurant dan toko yang menjual souvenir dan buah-buahan.

2.4.3. Lingkup Kegiatan

(42)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 26

a Kegiatan Utama

Kegiatan utama yaitu kegiatan utama yang terdapat dalam perencanaan fasilitas agrowisata ini. Kegiatan utama yang diwadahi dalam perencanaan fasilitas agrowisata ini ialah kegiatan rekreasi perkebunan dan perdagangan berupa souvenir maupun buah-buahan.

b Kegiatan Penunjang

Kegiatan Penunjang yaitu kegiatan yang dilakukan dalam mendukung dan melengkapi kegiatan utama. Kegiatan penunjang yang diwadahi dalam perencanaan fasilitas agrowisata ini ialah kegiatan hunian berupa penginapan dan kegiatan pelayanan makan dan minum berupa restaurant.

c Kegiatan Pengelolaan

Kegiatan pengelolaan yaitu kegiatan yang dilakukan dalam mendukung kegiatan utama dan penunjang sebagai suatu fungsi terhadap pelindung, pengelolaan, pemeliharaan dan administrasi dari proyek ini. Kegiatan pengelolaan yang diwadahi dalam perencanaan fasilitas agrowisata ini ialah kegiatan perkebunan, kegiatan pengolahan hasil perkebunan dan kegiatan pengelolaan

kantor.

2.4.4. Pelaku Kegiatan

Dalam fasilitas agrowisata ini terdapat beberapa pelaku kegiatan, antara lain:

a. Wisawatan atau konsumen

Merupakan tamu atau konsumen baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara yang datang untuk berekreasi serta memperoleh pelayanan penunjang yang ditawarkan pada fasilitas agrowisata ini.

b. Pengelola

Dalam perencanaan fasilitas agrowisata ini terdapat pelaku kegiatan pengelola sebagai berikut:

1) Pengelola staff pelayanan, yaitu staff kebersihan, staff perkebunan, staff penginapan, staff restaurant, staff pengolahan, staff perdagangan dan staff keamanan.

(43)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 27

2.4.5. Fungsi

Dari penjabaran di atas terdapat beberapa fungsi dalam Fasilitas Agrowisata, dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Fungsi Rekreasi

Fungsi rekreasi yaitu rekreasi perkebunan yang terdapat pada fasilitas agrowisata ini dengan penyediaan jasa pemandu wisata, pengunjung dapat berkeliling kebun dan memetik langsung buah dari kebunnya. Selain itu rekreasi ini juga mengandung pengetahuan yaitu pembelajaran mengenai perkebunan misalnya pengolahan hasil perkebunan.

b. Fungsi Perdagangan

Fungsi perdagangan yaitu penjualan hasil perkebunan yang terdapat pada kebun di fasilitas agrowisata ini dan penjualan berupa produk hasil perkebunan.

c. Fungsi Pelayanan Makan dan Minum

Fungsi pelayanan makan dan minum yaitu penyediaan jasa pelayanan makan dan minum berupa restaurant.

d. Fungsi Hunian

Fungsi hunian yaitu penyediaan jasa penginapan yang ditujukan kepada wisatawan yang ingin menginap baik itu wisatawan mancanegara maupun domestik (permukiman tradisional).

e. Fungsi Perkebunan

Fungsi perkebunan yaitu berupa perkebunan yang dikelola oleh staff perkebunan untuk mendukung tempat fasilitas agrowisata ini.

f. Fungsi Pengolahan

Fungsi pengolahan yaitu berupa pengolahan hasil perkebunan menjadi makanan atau cemilan yang nantinya akan dikemas menjadi sebuah produk dan dijual di toko yang terdapat pada fasilitas agrowisata ini.

g. Fungsi Pengelolaan

Fungsi pengelolaan yaitu berupa pelayanan dan fungsi terhadap pengelolaan agrowisata, baik dalam pemeliharaan, pengelolaan fasilitas dan administrasi. 2.4.6 Fasilitas

(44)

Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 28

 Restaurant

 Penginapan yang berbasis permukiman tradisional

 Area pemeliharaan tanaman agro

 Stage-stage penjualan produk

 Tempat pengolahan produk Fasilitas Penunjang

 Parkir

 Kamar mandi

 Pura wantilan

 Meeting room/lobby Fasilitas Pengelola

 Kantor Pengelola

 Loker Fasilitas Service

 Gudang

 Ruang Genzet

 Ruang ME 2.4.7. Persyaratan

Persayaratan yang digunakan di dalam merancang fasilitas agrowisata yaitu : a) Akses utama yang lancar namun dalam akses menuju kawasan di buat agak

sempit untuk menunjukan adanya nuansa yang alami.

Gambar

Gambar 2.1 : Contoh Agrowista di Kota Batu Malang
Gambar 2.2: Contoh Agrowisata di Ruang Terbuka
Gambar 2.4: Jeruk Sumber: sukawanabali.blogspot.co.id diakses 7 Oktober 2015
Gambar 2.5: Kopi
+7

Referensi

Dokumen terkait

demografis Kecamatan Bunyu memiliki jumlah penduduk 12.033 jiwa terdiri dari 6.439 jiwa laki – laki dan 5.594 jiwa perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai

8endera OUN% ENTREPRENEURS ber+arna mera/ mar"n dengan lambang 9 l!g.. OUN%

Saya yang bernama Tuti Indah Lestari 2012-31-242 adalah Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. Saat ini saya sedang

Implementasi sistem jaringan komputer untuk sekolah penting dilakukan untuk mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di sekolah, serta memungkinkan

Pedoman ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kelembagaan dan penyelenggaraan penyuluhan di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K)

Di dalam tulisan ini disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Pola Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Unggulan di tiap Kabupaten/Kota, Daerah yang

Selanjutnya, hasil penelitian profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA) berpengaruh negatif terhadap biaya hutang artinya semakin tinggi profitabilitas

Perusahaan menghentikan pengakuan aset keuangan pada saat hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut kadaluarsa atau Perusahaan mentransfer seluruh