• Tidak ada hasil yang ditemukan

PA Tanjung Selor Rabu, 20 Juli 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PA Tanjung Selor Rabu, 20 Juli 2011"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PA Tanjung Selor

Rabu, 20 Juli 2011

A.

Peta Wilayah Hukum

(Peta Wilayah

Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Tana Tidung)

(Peta Wilayah Kabupaten Malinau )

B. Dasar Hukum Pembentukan

Pengadilan Agama Tanjung Selor dibentuk berdasarkan dari Surat Keputusan Menteri Agama Republik Nomor

: B/IV/2 – E5/696 tanggal 16 Februari 1966.

C. Sejarah

Pembentukan Pengadilan Agama Tanjung Selor

Pada tanggal 14 November 1960

telah terbit Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1960, tentang pembentukan Cabang Kantor Pengadilan Agama / Mahkamah Syari`ah di Kota Balikpapan yang telah dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1957.

Pada waktu itu Pengadilan Agama /

Mahkamah Syari`ah Tanjung Selor belum memiliki personil sehingga aktifitas dan jalan administrasi perkantoran dijabat rangkap oleh pegawai urusan agama daerah yang disebut Kantor Departemen Agama. Dan pada tahun 1966 dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor : B/IV/2 – E5/696 tanggal 18 Februari 1966, maka ditunjuklah (Alm) H. Muhammad Amberi sebagai pegawai Pengadilan Agama Tanjung Selor sekaligus definitif sebagai Ketua

Pengadilan Agama Tanjung Selor yang secara resmi berdiri dengan jumlah personil 1 (satu) orang yang kantornya berkedudukan di Tanjung Selor.

Berdasarkan Pasal 42 ayat (2)

Ketentuan Peralihan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2004 ditentukan bahwa masa peralihan organisasi, administrasi dan finansial dalam lingkungan peradilan

agama selesai paling lambat tanggal 30

Juni 2004. Ketentuan tersebut dilaksanakan dalam Keputusan Presiden

Nomor 21 Tahun 2004 tanggal 23 Maret 2004. Dalam Pasal 2 ayat (2) Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 2004 ditentukan bahwa :

(2)

“Organisasi, administrasi dan

finansial pada Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Departemen Agama, Pengadilan Tinggi Agama/Mahkamah Syari`ah Propinsi, dan

Pengadilan Agama/ Mahkamah Syari`ah, terhitung sejak tanggal

30 Juni 2004 dialihkan dari Departemen Agama ke Mahkamah Agung”

D. Sejarah

Pembentukan Kabupaten Bulungan

Legenda yang

berkembang di Bulungan, Secara kronologis pembentukan Kabupaten Bulungan dimulai dengan berdirinya Kerajaan Bulungan pada zaman dahulu yang pola pemerintahannya masih bersifat kerajaan. Namun sejarah perjalanan terbentuknya Kabupaten Bulungan sebagai daerah otonom adalah sejak tahun 1971 yang

diawalinya dengan berdirinya Kesultanan Bulungan. Adapun Raja pertama bernama Wira Amir dengan gelar Amiril Mukminin yang memerintah mulai tahun 1731 s.d. tahun 1777 dan raja kesultanan bulungan yang terakhir adalah Datu Tiras gelar Sultan Maulana Muhammad Djalalluddin (1931 – 1958).

Setelah negara

Republik Indonesia merdeka, kesultanan Bulungan ditetapkan menjadi wilayah Swapraja pada tahun 1950, dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Nomor 186/ORB/92/14/1950, kemudian disahkan menjadi Undang – Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1953.

Status wilayah

swapraja Bulungan dirubah menjadi Daerah Istimewa Bulungan berdasarkan Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1955, dan yang menjabat sebagai Kepala Daerah Istimewa

adalah Sultan Maulana Muhammad Djalalluddin (Datu Tiras). Pada saat tersebut

pula dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan Muhammad Zaini Anwar (1955 – 1959) sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang pertama.

Pada tahun 1959

status Kabupaten Bulungan yang sebelumnya berupa daerah istimewa dirubah kembali menjadi daerah tingkat II Bulungan, hal ini dilandasi dengan Undang – Undang Nomor 27 Tahun 1959. Dan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bulungan yang pertama adalah Andi Tjatjo Gelar Datu Wiharja (1960 – 1963) yang dilantik pada tanggal 12 Oktober 1960. Dan momentum bersejarah tersebut diabadikan menjadi hari jadi Kota Tanjung Selor dan Kabupaten Bulungan.

Berdasarkan

Undang – Undang Nomor 29 Tahun 1997, Kabupaten Bulungan mengalami pemekaran daerah menjadi 3 (tiga) daerah otonom yakni Kabupaten Bulungan, Kabupaten

Malinau dan Kabupaten Nunukan.

A. Data dan

Keterangan Wilayah Hukum Pengadilan Agama Tanjung Selor

(3)

1. Kabupaten Bulungan

a.

Secara astronomis Kabupaten Bulungan letaknya berada antara 116°2o`45`` - 118°00`00`` Bujur Timur

dan 2°2o`45`` - 3°45`10``

Lintang Utara, serta secara wilayah adminstrasi berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kabuapaten Nunukan

Sebelah Timur : Kota Tarakan dan Laut Sulawesi

Sebelah Selatan : Kabupaten Berau

Sebelah Barat : Kabupaten Malinau

b. Luas wilayah

Kabupaten Bulungan adalah 18.010,50 KM2 yang secara umum terdiri dari sungai, dataran rendah, rawa dan perbukitan / pegunungan.

c.

Pembagian wilayah Hukum Kabupaten Bulungan terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan, dengan keterangan sebagai berikut :

c.1.

Kecamatan Tanjung Selor

Kecamatan Tanjung Selor memiliki luas wilayah ± 1.277,81 KM2

dengan pembagian wilayah administratif pemerintahan membawahi 3 (tiga) kelurahan yakni Kelurahan Tanjung Selor Ulu, Tanjung Selor Ilir dan Tanjung Selor Timur.

Jumlah penduduk yang mendiami

Kecamatan Tanjung Selor berjumlah 43.191 jiwa, dengan rincian 23.399 jiwa laki – laki dan 19.792 jiwa perempuan, dengan tingkat kepadatan mencapai 33,801 jiwa/km2. Tanjung Selor adalah merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Bulungan, masyarakatnya sangat beragam terdiri dari berbagai suku seperti Tidung,

Bulungan, Dayak, Banjar, Bugis, Jawa dan suku – suku pendatang lainnya. Sarana ibadah yang ada diwilayah ini terdiri dari Masjid 29 buah, langgar/mushala 19 buah, gereja 21 buah, Pura

1 buah, Vihara 1 buah dan Ta Pek Kong 1 buah.

c.2. Kecamatan Tanjung Palas

Kecamatan Tanjung Palas memiliki luas wilayah ± 1.755,74 KM2 dengan pembagian wilayah administratif pemerintahan membawahi 4 (empat) kelurahan yakni : Kelurahan Tanjung Palas Ulu, Tanjung Palas Tengah, Tanjung Palas Ilir

(4)

dan Karang Anyar serta 5 (lima) pemerintahan desa yakni Desa Gunung Putih, Antutan, Pejalin Teras Nawang dan Teras Baru.

Jumlah penduduk yang mendiami Kecamatan Tanjung Palas berjumlah 15.333 jiwa, dengan rincian 8.137 jiwa laki – laki dan 7.196

jiwa perempuan. Adapun kepadatan penduduk mencapai 8,734 jiwa/km2, sedangkan jarak dari Kecamatan Tanjung Palas ke Ibukota Kabupaten Bulungan adalah ± 2 km.

Penduduk yang mendiami Kecamatan tanjung

Palas masyarakatnya sangat beragam terdiri dari berbagai suku seperti Tidung, Bulungan, Dayak, Banjar, Bugis, Jawa dan suku – suku pendatang lainnya.

Sarana ibadah yang ada diwilayah ini terdiri dari Masjid 8 buah, langgar/mushala 21 buah, gereja 7 buah.

c.3. Kecamatan Tanjung Palas Utara

Ibukota Kecamatan Tanjung

Palas Utara adalah Karang Agung, kecamatan ini

memiliki luas wilayah ± 806,4 KM2 dengan pembagian wilayah administratif pemerintahan terdiri dari 6 (enam) desa

yakni Desa Karang Agung, Pimping, Panca Agung, Ruhui Rahayu, Ardi Mulyo dan Kelubir.

Jumlah penduduk yang mendiami Kecamatan Tanjung Palas Utara berjumlah 9.498 jiwa, dengan rincian 5.169 jiwa

laki – laki dan 4.329 jiwa perempuan. Adapun kepadatan penduduk mencapai 11,779 jiwa/km2, sedangkan jarak dari Kecamatan Tanjung Palas Utara ke Ibukota Kabupaten Bulungan adalah ± 82 km.

Penduduk yang mendiami

Kecamatan Tanjung Palas Utara masyarakatnya sangat beragam terdiri dari

berbagai suku seperti Tidung, Bulungan, Dayak, Banjar, Bugis, Jawa dan suku – suku pendatang lainnya. Sarana ibadah yang ada diwilayah ini terdiri dari Masjid 11 buah, langgar/mushala 3 buah,

gereja 11 buah.

c.4. Kecamatan Tanjung Palas Timur

Kecamatan Tanjung

Palas Timur memiliki luas wilayah ±

677,77 KM2 dengan Tanah Kuning sebagai Ibukotanya. Pembagian wilayah administratif Kecamatan Tanjung Palas

Timur terdiri dari 8 (delapan) pemerintahan

desa yakni Desa Tanah Kuning, Mangkupadi, Sajau Pingit, Wonomulyo,

(5)

Tanjung Agung, Binai, Pura Sajau dan Sajau Ilir.

Jumlah penduduk

yang mendiami Kecamatan Tanjung Palas Timur berjumlah 10.224 jiwa, dengan rincian 5.680 jiwa laki – laki dan 4.544

jiwa perempuan. Adapun tingkat kepadatan penduduk mencapai 15,085 jiwa/km2,

sedangkan jarak dari Kecamatan Tanjung Palas Timur ke Ibukota Kabupaten Bulungan adalah ± 82 km.

Kondisi sosial

budaya pada kecamatan Tanjung Palas Timur ini sangat beragam, tergantung dari letak geografis wilayahnya. Penduduk yang berdiam di Desa Tanjung Agung dan desa Wonomulyo yang berlokasi dibagian barat mayoritas dihuni oleh suku Jawa yang merupakan penduduk pendatang (transmigrasi) dan mayoritas beragama Islam. Sementara di desa Pura Sajau, Binai dan Sajau Ilir dihuni oleh masyarakat asli yakni suku Dayak yang mayoritas beragama Kristen.

Sedangkan di desa

Tanah Kuning dan Mangkupadi dihuni masyarakat berbagai etnis seperti Bugis, Bajau, Tidung, Bulungan, Banjar dan mayoritas beragama Islam. Sarana ibadah yang ada pada kecamatan Tanjung Palas

Timur terdiri dari Masjid/langgar 13 buah dan gereja 8 buah.

c.5. Kecamatan Tanjung Palas Tengah

Kecamatan Tanjung

Palas Tengah memiliki luas wilayah ± 624,95 KM2 dengan Salimbatu

sebagai Ibukotanya. Pembagian wilayah administratif Kecamatan Tanjung Palas Tengah terdiri dari 3 (tiga)

pemerintahan desa yakni Desa

Salimbatu, Silva Rahayu dan Tanjung Buka.

Jumlah penduduk

yang mendiami Kecamatan Tanjung Palas Tengah berjumlah 8.281 jiwa, dengan rincian 4.446 jiwa laki – laki dan 3.835

jiwa perempuan. Adapun tingkat kepadatan penduduk mencapai 13,251 jiwa/km2, sedangkan jarak dari Kecamatan Tanjung Palas Tengah ke Ibukota Kabupaten Bulungan adalah ± 26 km.

Kecamatan Tanjung

Palas Tengah merupakan salah satu daerah yang menjadi pemukiman transmigrasi. Sehingga masyarakatnya pun terdiri dari berbagai ragam suku yakni Tidung,

Bulungan, Jawa, Bugis dan Timor. Mata pencaharian yang ditekuni oleh

masyarakatnya antara lain bertani dan nelayan. Sedangkan sarana ibadah yang terdapat di Kecamatan Tanjung Palas Tengah terdiri dari Masjid 7 buah,

langgar/mushala 3 buah dan gereja 3 buah.

c.6. Kecamatan Tanjung Palas Barat

Kecamatan Tanjung

Palas Barat memiliki luas wilayah ± 2.779 KM2 dengan Long Beluah sebagai Ibukotanya. Pembagian wilayah administratif Kecamatan

(6)

Tanjung Palas Barat terdiri dari

5 (lima) pemerintahan desa yakni Desa Long Beluah, Long Sam, Lang Pari, Mara Satu dan Mara Ilir.

Jumlah penduduk

yang mendiami Kecamatan Tanjung Palas Barat berjumlah 7.534 jiwa, dengan rincian 4.147 jiwa laki – laki dan 3.387 jiwa perempuan. Adapun tingkat kepadatan

penduduk mencapai 7,077 jiwa/km2, sedangkan jarak dari Kecamatan Tanjung Palas Barat ke Ibukota Kabupaten Bulungan

adalah ± 84 km.

Kecamatan Tanjung

Palas Barat memiliki penduduk yang cukup heterogen (terdiri dari berbagai suku), namun suku aslinya adalah suku Dayak. Heterogenitas

tersebut disebabkan karena pada daerah ini pernah berdiri perusahaan besar, sehingga masyarakat luar berdatangan untuk bekerja sekaligus menetap diwilayah dan berasimilasi dengan penduduk asli setempat.

Suku yang mendiami wilayah ini adalah Dayak dengan berbagai anak

sukunya, Jawa, Banjar, Bugis, Tator, Minang, Batak, Timur dan lain – lain.

Keanekaragaman

agama juga dianut oleh penduduknya antara lain Islam, Kristen (Katolik dan Protestan), Hindu serta Budha, hal ini ditandai dengan tersedianya sarana ibadah seperti Masjid, Pura, Wihara dan Gereja.

c.7. Kecamatan Peso

Kecamatan Peso

memiliki luas wilayah ± 3.142,79 KM2 dengan Long Bia sebagai Ibukotanya. Pembagian wilayah administratif Kecamatan

Peso terdiri dari 10 (sepuluh) pemerintahan

desa yakni Desa Long Peleban, Long Yiin, Long Buang, Long Lian, Muara Pengian, Long Peso, Long Leju, Lepak Aru,Long Lasan dan Long Bia.

Jumlah penduduk

yang mendiami Kecamatan Peso berjumlah 4.593 jiwa, dengan rincian 2.459

jiwa laki – laki dan 2.134 jiwa

perempuan. Adapun tingkat kepadatan penduduk mencapai 1,461 jiwa/km2, sedangkan jarak dari Kecamatan Peso ke Ibukota

Kabupaten Bulungan adalah ± 87 km.

Kecamatan Peso

memiliki penduduk yang cukup heterogen terdiri dari Jawa, Bugis, Timor, Tidung dan Bulungan, namun suku aslinya adalah suku Dayak.

c.8. Kecamatan Peso Ilir

Kecamatan Peso

Ilir memiliki luas wilayah ±

(7)

1.639,71 KM2 dengan Long Tungu sebagai Ibukotanya. Pembagian wilayah administratif Kecamatan

Peso terdiri dari 6 (enam) pemerintahan

desa yakni Desa Long Telenjau, Naha Aya, Long Bang, Long Bang Hulu, Long

Tungu dan Long Lembu. Jarak tempuh dari Kecamatan Peso Ilir ke Ibukota Kabupaten mencapai jarak ± 225 Km.

Jumlah penduduk

yang mendiamai Kecamatan

Peso Ilir 3.698 jiwa, meliputi 2.007 jiwa laki – laki dan 1.691

jiwa perempuan. Tingkat kepadatan penduduk mencapai 2,255 jiwa/KM2. Mayoritas penduduk yang mendiami wilayah Kecamatan Peso Ilir adalah suku Dayak sebagai suku asli dan mayoritas beragama Kristen. Sarana ibadah yang terdapat di

Kecamatan Peso Ilir memiliki 12 buah gereja, Mesjid 2 buah dan Langgar/Mushola 1 buah.

c.9. Kecamatan Bunyu

Kecamatan Bunyu

memiliki luas wilayah ± 198,32 KM2 adalah satu– satunya wilayah kecamatan di Kabupaten Bulungan yang wilayahnya berupa pulau. Jarak antara Kecamatan Bunyu

dengan Ibukota Kabupaten Bulungan mencapai 150 KM yang hanya dapat dicapai melalui laut (speed boad) dan udara. Perjalanan menggunakan laut (speed boad) memakan waktu ± 2

jam.

Pembagian wilayah

administratif Kecamatan Bunyu terdiri dari 3 (tiga) pemerintahan desa yakni Desa Bunyu Barat, Bunyu Selatan dan Bunyu Timur. Secara

demografis Kecamatan Bunyu memiliki jumlah penduduk 12.033 jiwa terdiri dari 6.439 jiwa laki – laki dan 5.594 jiwa perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 60,675 jiwa/km2.

Kondisi sosial

budaya yang teradapat di Kecamatan Bunyu beraneka ragaman, bagian terbesarnya dalah pendatang yang berasal dari Jawa dan Sulawesi. Sedangkan penduduk aslinya adalah masyarakat Tidung, dengan klasifikasinya Suku Jawa 26,85%, Bugis 25,11%, Tidung 11,29%, Banjar 9,97% dan suku

lainnya 26,78%. Mayoritas penduduk di Kecamatan Bunyu memeluk agama Islam 87,67%, Kristen Protestan/Katolik 12,13%, Hindu 0,03% serta Budha 0,17%. Sarana Ibadah yang tersedia diantaranya Masjid 14 buah, langgar/mushalla 4 buah,

gereja 5 buah serta Vihara 1 buah.

c.10. Kecamatan Sekatak

Kecamatan Sekatak memiliki

luas wilayah ± 1.933,98 KM2 dengan kondisi geografis yang bergunung, pulau, sungai

dan anak sungai. Ibukota Kecamatan Sekatak adalah Sekatak Buji dengan memiliki wilayah administratif pemerintahan terdiri dari 22 (dua puluh dua) desa yakni Pentian, Pungit, Sekatak Bengara, Terindak, Anjar Arip, Kelincawan, Kriting, Ambalat, Kendari, Bunau, Sekatak Buji, Liagu, Kelising, Ujang,

Tenggiling, Kelembunan, Bekiliu, Paru Abang, Bambang, Turung, Maritam dan Punan Dulau.

(8)

Jarak antara

Kecamatan Sekatak dengan Ibukota Kabupaten Bulungan sejauh ± 93 Km dan untuk mencapai Kecamatan Sekatak dapat ditempuh melalui jalan darat serta jalur laut. Jumlah penduduk yang mendiami Kecamatan Sekatak berjumlah 9.099 jiwa, meliputi 4.738 jiwa laki-laki dan 4.361 jiwa perempuan, dengan kepadatan penduduk

per/km2 mencapai 4,563 jiwa. Penduduk yang mendiami wilayah kecamatan Sekatak terdiri dari berbagai macam suku dan agama. Sarana ibadah yang terdapat di

wilayah ini antara lain Masjid 10 buah, langgar/musholla 3 buah, gereja 6 buah dan vihara 1 buah.

2. Kabupaten Tana Tidung (KTT)

a.

Secara geografis Kabupaten Tana Tidung letaknya wilayah administrasi berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kabuapaten Nunukan

Sebelah Timur : Laut Sulawesi

Sebelah Selatan : Kabupaten Bulungan

Sebelah Barat : Kabupaten Malinau

b. Luas wilayah

Kabupaten Tana Tidung adalah 4.828 KM2

yang secara umum terdiri dari sungai, dataran rendah, rawa dan perbukitan / pegunungan.

c.

Pembagian wilayah Hukum Kabupaten Tana Tidung terdiri dari 3 (tiga) kecamatan, dengan keterangan sebagai berikut :

c.1. Kecamatan Sesayap

Kecamatan Sesayap

adalah pusat pemerintahan Kabupaten Tana Tidung dengan Tideng Pale sebagai Ibukotanya. Luas wilayah kecamatan Sesayap mencapai ± 1.752,54 Km2.

Kecamatan Sesayap

memiliki 12 (dua belas) desa dalam tatanan administratif pemerintahannya, diantaranya 9 (sembilan) desa definitif

dan 3 (tiga) pemekaran yakni Tideng Pale, Tideng Pale Timur, Sebawang, Gunawan (KM9), Sebidai, Limbu Sedulun, Sedulun, Seputuk, Rian, Mendupo, Kujau dan Bebakung. Jarak kecamatan ini ke Ibukota Kabupaten Bulungan yakni Tanjung Selor mencapai 150 KM.

Penduduk yang

mendiami Kecamatan Sesayap mencapai 5.216 jiwa (1.219 KK) yang terdiri dari

(9)

2.748 jiwa laki – laki dan 2.468 jiwa perempuan, dengan kepadatan penduduk 2,98 jiwa/km2. Penduduk asli kecamatan ini adalah suku Tidung dan Suku Berusu, namun banyak pula suku pendatang antara lain Jawa, Bugis, Timor, Banjar dan lain – lain. Sarana Ibadah yang terdapat di kecamatan ini terdiri dari 8 buah,

langgar/musholla 4 buah dan gereja 11 buah.

c.2. Kecamatan Sesayap Ilir

Wilayah Kecamatan Sesayap Ilir

luasnya mencapai ± 877,86 Km2 dengan Ibukotanya adalah Sepala, pembagian wilayah administratif pemerintahan

desanya meliputi Desa Sesayap, Bebatu, Badan Bikis, Sengkong, Buong Baru, Sepala, Seludau dan Menjeletung.

Berdasarkan data terakhir jumlah

penduduk yang mendiami wilayah ini mencapai 3.370 jiwa (763 KK) terdiri dari 1.797 jiwa laki – laki dan 1.573 jiwa perempuan, dengan kepadatan penduduk mencapai 3,84 jiwa/km2. Penduduk yang mendiami wilayah kecamatan ini berasal dari

berbagai macam suku yakni suku Tidung 90%, Dayak Berusu 5 %, Banjar 1%, Bugis 1% dan suku - suku lainnya 3%. Kehidupan umat beragama di kecamatan ini juga beragam, Islam adalah agama mayoritas

yang dianut oleh masyarakatnya dan sarana ibadah yang tersedia diantaranya adalah Masjid 5 buah dan langgar/musholla 1 buah.

c.3. Kecamatan Tana Lia

Wilayah Kecamatan Tana Lia luasnya

mencapai ± 2.198,18 Km2 dengan Ibukotanya adalah Tanah Merah, pembagian wilayah administratif pemerintahan desanya

meliputi 3 (tiga) desa yakni desa Tanah Merah, Tengku Dacing dan Desa Sambungan. Jarak antara kecamatan ini dengan Ibukota Kabupaten Bulungan mencapai 245 Km dengan menggunakan Speed Boad dan harus terlebih dahulu transit di Kota

Tarakan, setelah itu barulah menggunakan Speed Boad reguler ke Tanjung Selor.

Berdasarkan data terakhir jumlah

penduduk yang mendiami wilayah ini mencapai 3.035 jiwa (578 KK) terdiri dari

1.751 jiwa laki – laki dan 1.284 jiwa perempuan, dengan kepadatan penduduk mencapai 1,38 jiwa/km2.

3. Kabupaten Malinau

a.

Secara astronomis Kabupaten Malinau letaknya berada antara 114°35`22`` - 116°50`55`` Bujur Timur

dan 1°21`36`` - 4°10`5`` Lintang

Utara, serta secara wilayah adminstrasi berbatasan dengan :

(10)

Sebelah Utara : Kabuapaten Nunukan

Sebelah Timur : Kab. Bulungan, Kab. Berau dan Kab. Kutim

Sebelah Selatan : Kabupaten Kutai Barat dan Kutai Kertanegara

Sebelah Barat : Negara Bagian Malaysia Timur (Serawak)

b. Luas wilayah

Kabupaten Malinau adalah 46.620,70 KM2, dengan luas wilayah tersebut Kabupaten Malinau adalah Kabupaten terluas di Propinsi Kalimantan Timur dan mencapai 17,38% dari luas keseluruhan wilayah Kalimantan Timur. Pembagian

wilayah Hukum Kabupaten Malinau yang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Induk (Kabupaten Bulungan) sesuai dengan Undang – Undang Nomor 47 Tahun 1999 terdiri dari 12 (dua belas) kecamatan, yakni :

1. Kecamatan Malinau Kota; 2. Kecamatan Malinau Selatan; 3. Kecamatan Malinau Utara; 4. Kecamatan Malinau Barat; 5. Kecamatan Sungai Boh; 6. Kecamatan Kayan Ilir; 7. Kecamatan Kayan Selatan; 8. Kecamatan Kayan Ulu; 9. Kecamatan Pujungan; 10. Kecamatan Bahau Ulu;

(11)

11. Kecamatan Mentarang;

12. Kecamatan Mentarang Ulu.

Referensi

Dokumen terkait

mengemudikan Kendaraan Bermotor Umum, tidak memiliki izin penyelenggaraan Angkutan orang dalam Trayek, izin penyelenggaraan Angkutan orang tidak dalam Trayek atau

Berdasarkan uraian di atas, maka tahapan penelitian sebagai berikut: (1) pengumpulan data sekunder berupa : koordinat stasiun curah hujan, data curah hujan, dan kalender tanam

di rusunawa sampai semester akhir yang se-kos, yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan do’a kepada penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.. Terima kasih

Penelitian ini adalah penelitian mixed method dengan menggunakan strategi sequentional explanatory strategy. Subjek dalam penelitian ini dipilih dari siswa kelas XI MIA

Wali kelas merupakan faktor pendukung bagi pelaksanaan bimbingan dalam mengatasi siswa underachiever , karena wali kelas yang lebih tahu catatan-catatan

Dalam hal ini penulis akan lebih menekankan bagaimana implementasi pembangunan infrastruktur berbasis masyarakat yang ada pada Kelurahan Negeri Olok Gading

Selain itu, menurut Lestari [2010], bahwa dengan bertambahnya persentase berat katalis terhadap biomassa dengan ukuran biomassa yang sama, maka jumlah pori pada

Untuk menjawabnya, kita harus melihat apa yang di sebutkan di dalam Al Quran. Al Quran mempunyai karakter dalam menyebutkan dan menjelaskan sesuatu. Tidak semua hal disebut dalam