• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Terapi Musik terhadap Tingkat Kecemasan Dan Nyeri Ibu Persalinan Kala I di Rumah Sakit Umum Ganesha.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Terapi Musik terhadap Tingkat Kecemasan Dan Nyeri Ibu Persalinan Kala I di Rumah Sakit Umum Ganesha."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN DAN NYERI IBU PERSALINAN KALA I

DI RUMAH SAKIT UMUM GANESHA

OLEH:

NI LUH NYOMAN WIDYA MAHAYANTI

NIM. 1102105050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

i

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN DAN NYERI IBU PERSALINAN KALA I

DI RUMAH SAKIT UMUM GANESHA

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH:

NI LUH NYOMAN WIDYA MAHAYANTI NIM. 1102105050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)
(4)
(5)
(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Kecemasan Kecemasan dan Nyeri Ibu Persalinan Kala I Di Rumah Sakit Umum Ganesha”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada: 1. Prof. Dr. dr. I Putu Astawa, SpOT (K). M.Kes, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan saya kesempatan menuntut ilmu di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar

2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS., AIF., sebagai ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang memberikan pengarahan dalam proses pendidikan

3. Ns. Made Oka Ari Kamayani, S.kep, M.kep, sebagai pembimbing utama yang telah memberikan bantuan sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian ini tepat waktu

4. Ns. Made Surata Witarsa, S.Kep, sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan bantuan sehingga dapat menyelesaikan proposal ini tepat waktu 5. Kedua orang tua saya serta serta keluarga besar saya atas segala bantuan materi

(7)

vi

6. Teman-teman mahasiswa PSIK-A Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar Angkatan 2011 (Chivor) atas saran, masukan dan bantuannya dalam pembuatan proposal penelitian ini

7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan dan telah mendoakan demi suksesnya penyusunan proposal penelitian ini

Oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhirnya, semoga proposal penelitian ini dapat menjadi acuan dan dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Denpasar, Juni 2015

(8)

vii ABSTRAK

Mahayanti, Ni Luh Nyoman Widya. 2015. Pengaruh Terapi Musik terhadap Tingkat Kecemasan Dan Nyeri Ibu Persalinan Kala I di Rumah Sakit Umum Ganesha. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar. Pembimbing (1) Ns. Made Oka Ari Kamayani, S.Kep., M.Kep; (2) Ns. Made Surata Witarsa, S.Kep.

Kecemasan dan nyeri merupakan masalah utama yang dihadapi ibu saat persalinan pada umumnya. Kedua hal tersebut saling mempengaruhi, nyeri dapat mengganggu psikologis ibu sehingga mejadi cemas dan sebaliknya jika ibu mengalami cemas maka nyeri yang dirasakan akan meningkat. Efek kecemasan saat persalinan yaitu menyebabkan kadar hormonadrenalindan katekolamin yang berlebih pada kala I. Peningkatan hormon tersebut dapat menurunkan aliran darah ke uterus sehingga kontraksi uterus tidak baik dan membuat proses persalinan kurang lancar. Terapi musik adalah salah satu penatalaksanaan kecemasan dan nyeri secaranon-farmakologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap tingkat kecemasan dan nyeri ibu persalinan kala I di RSU Ganesha. Musik yang digunakan adalah musik relaksasi instrumental yang berjudul Whisperskarya Janice Thorp. Penelitian ini merupakan studiQuasi Eksperimental dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Data diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan kuesioner Tailor Manifest Anxiety Scale (T-MAS) untuk mengkaji kecemasan dan Numerical Rating Scale (NRS) untuk mengkaji nyeri. Sampel terdiri dari 20 orang yang dipilih dengan cara purposive sampling yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 10 orang kelompok eksperimen dan 10 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh terapi musik terhadap tingkat kecemasan dan nyeri Ibu persalinan kala I.

(9)

viii ABSTRACT

Mahayanti, Ni Luh Nyoman Widya. 2015.The Effect of Music Therapy on Anxiety and Pain Levels in the First Stage of Mother Childbirth at the General Hospital Ganesha. Final Project, Program Study of Nursing, Faculty of Medicine, University of Udayana, Denpasar. Supervisor (1) Ns. Made Oka Ari Kamayani, S.Kep., M.Kep; (2) Ns. Made Surata Witarsa, S.Kep. Generally, anxiety and pain are the main problems that are faced by mothers during childbirth. Both of them influence each other, the pain can affect mother’s psychology so that she becomes anxious and vice versa, if mother is anxious then the pain will increase. The effect of anxiety during childbirth is that it causes the level of adrenaline and catecholamine produced excessively on stage I. The increase of these hormones can reduce the blood flow to the uterus so that the uterine contraction is not beneficial and makes the childbirth doesn’t go well. Music therapy is one of the managements for anxiety and pain non-pharmacologically. This study is aimed to determine the effect of musical therapy on mother’s anxiety and pain levels in the first stage of childbirth at Ganesha General Hospital. The music that is used is instrumental relaxation music titled Whispers that is created by Janice Thorp. This study is a Quasi-Experimental study that is designed with Pretest-Posttest Control Group Design. Data are obtained through structured interviews with Tailor Manifest Anxiety Scale (T-MAS) questionnaires to examine the anxiety levels and a Numerical Rating Scale (NRS) to examine the pain levels. The sample consisted of 20 people which are selected by purposive sampling and are divided into two groups they are 10 people as the experimental group and 10 people as the controlled group. The results show that there is an effect of music therapy onmother’sanxiety and pain levels in the first stage of childbirth.

(10)

ix

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan... 11

2.1.3 Tahap-tahap Persalinan ... 13

2.1.4 Psikologi saat Persalinan Kala I... 15

2.1.5 Dukungan saat Persalinan ... 15

2.2 Kecemasan ... 17

2.2.1 Definisi kecemasan ... 17

2.2.2 Tanda dan Gejala Cemas... 17

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan... 18

2.2.4 Tingkat Kecemasan ... 20

2.2.5 Penatalaksanaan Kecemasan ... 22

2.2.6 Alat Ukur Kecemasan ... 23

2.2.7 Dampak Kecemasan saat Kala I... 25

2.2.8 Konsep Kecemasan dalam Menghadapi Persalinan... 26

2.3 Nyeri... 27

2.3.1 Definisi Nyeri Persalinan... 27

(11)

x

2.3.3 Komponen Rasa Nyeri Persalinan ... 28

2.3.4 Pengukuran Intensitas Nyeri... 29

2.3.5 Nyeri Persalinan Kala I... 31

2.3.6 Penatalaksanaan Nyeri Persalinan ... 31

2.4 Terapi Musik ... 32

2.4.1 Definisi Terapi Musik ... 32

2.4.2 Fisiologi Dasar Terapi Musik ... 33

2.4.3 Manfaat Terapi Musik... 34

2.4.4 Durasi Terapi Musik ... 35

2.4.5 Jenis Musik Untuk Terapi ... 36

2.4.6 Teknik Pemberian Terapi Musik... 37

2.4 Pengaruh Terapi Musik Terhadap Kecemasan dan Nyeri ... 38

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 41

3.2 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel... 43

3.2.1 Variabel Penelitian ... 43

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

4.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Penelitian ... 49

4.4.1 Populasi ... 49

4.4.2 Sampel... 49

4.4.3 Teknik Sampling ... 50

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 51

4.5.1 Jenis Data Yang Dikumpulkan... 51

4.5.2 Cara Pengumpulan Data... 51

4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 53

4.5.4 Etika Penelitian ... 54

4.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 56

4.6.1 Teknik Pengolahan Data ... 56

4.6.2 Teknik Analisa Data... 57

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 59

5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 59

5.1.2 Hasil Analisa Data... 60

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

(12)

xi BAB V PENUTUP

6.1 Simpulan ... 84 6.2 Saran... 85 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Definisi operasional variabel... 44 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Umur pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Di

Ruang VK RSU Ganesha ... 61 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Tingkat Pendidikan pada Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol Di Ruang VK RSU Ganesha... 61 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Paritas pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Di

Ruang VK RSU Ganesha ... 62 Tabel 5.4 KecemasanPretestdanPosttestpada Kelompok Eksperimen 63 Tabel 5.5 Intensitas Nyeri Pretest dan Posttest pada Kelompok

Eksperimen... 64 Tabel 5.6 KecemasanPretestdanPosttestpada Kelompok Kontrol... 64 Tabel 5.7 Intensitas NyeriPretestdanPosttestpada Kelompok Kontrol 65 Tabel 5.8 Uji Dependent T-Test Kecemasan Pretest dan Posttest pada

Kelompok Eksperimen ... 67 Tabel 5.9 Uji Dependent T-Test Nyeri Pretest dan Posttest pada

Kelompok Eksperimen ... 67 Tabel 5.10 Uji Dependent T-Test Kecemasan Pretest dan Posttest pada

Kelompok Kontrol... 69 Tabel 5.11 Uji Dependent T-Test Nyeri Pretest dan Posttest pada

Kelompok Kontrol... 69 Tabel 5.12. Uji Mann-Whitney Kecemasan pada Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol... 71 Tabel 5.13 Uji Mann-Whitney Nyeri pada Kelompok Eksperimen dan

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Konsep Pengaruh Terapi Musik terhadap

Tingkat Kecemasan Ibu Persainan Kala I ... 42 Gambar 2. Rancangan Penelitian ... 46 Gambar 3. Kerangka Kerja Pengaruh Terapi Musik Terhadap

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Jadwal Penelitian

Lampiran 2: Rencana Anggaran Penelitian Surat Lampiran 3: Penjelasan Penelitian

Lampiran 4: Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5: Lembar Kuesioner

Lampiran 6: Format Pengkajian Tingkat Nyeri Lampiran 7: Pedoman Pelaksanaan Terapi Musik Lampiran 8: Master Tabel Kelompok Eksperimen Lampiran 9: Master Tabel Kelompok Kontrol Lampiran 10: SelisihPretest-Posttest

Lampiran 11: Hasil Analisis Statistik Deskripsi

Lampiran 12: Frekuensi Statistik Tendensi Sentral dan Distribusi Frekuensi Lampiran 13: Uji Normalitas DataPretest-Posttest

Lampiran 14: Uji Normalitas Selisih Data Eksperimen-Kontrol Lampiran 15: Uji Analisis Bivariat

(16)

xv

DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu BAI : Beck Anxiety Inventory

CRF : Corticotropin Releasing Factor DASS : Depression Anxiety and Stress Scales DEPKES : Departemen Kesehatan

DINKES : Dinas Kesehatan FK : Fakultas Kedokteran

GABA : Gamma Amino Butyric Acid HaRS-A : Hamilton Rating Scale for Anxiety MDGs : Millenium Development Goals MP3 : Music Player Three

NRS : Numerical Rating Scale POMC : Proopioidmelanocortin

PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan

RSU : Rumah Sakit Umum

SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia T-MAS : Tailor Manifest Anxiety Scale

UNDP : United Nations Development Programme UNUD : Universitas Udayana

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan merupakan proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir (Bobak, 2012). Persalinan dikatakan normal jika proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir sepontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik Ibu maupun janin (Sukarni & Wahyu, 2013). Persalinan merupakan titik akhir kehamilan dan awal mulainya kehidupan bayi di luar rahim serta peran wanita sebagai ibu (Bobak, 2012).

(18)

2

Proses persalinan terdiri dari 4 tahap yaitu kala I, kala II, kala III, kala IV. Kala I merupakan tahap persalinan yang dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri dengan dilatasi servik lengkap. Kala II ialah tahap janin dilahirkan yang dimulai dari dilatasi servik lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala III merupakan tahap persalinan yang berlangsunng sejak bayi lahir sampai plasenta lahir. Kala IV observasi dini terhadap perdarahanpostpartumdan tahap pemulihan (Bobak, 2012).

Persalinan Kala I merupakan permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) (Varney, 2007). Persalinan Kala I merupakan pembukaan yang berlangsung antara nol sampai pembukaan lengkap. Lama Kala I untukprimigravidasekitar 12 jam sedangkan pada multigravida berlangsung selama 8 jam. Berdasarkan kurve Friedman pembukaan primigravida 1 cm/jam dan multigravida 2 cm/jam (Manuaba, 2007).

(19)

3

dapat diekspresikan secara bebas karena terkadang perasaan ini tidak disadari. Perasaan negatif meliputi rasa cemas yang timbul pada saat persalinan, hal ini dapat mempengaruhi rasa nyeri yang dialami ibu. Ibu yang bersalin pada umumnya akan mengalami gangguan kenyamanan yaitu kecemasan dan nyeri (Kartono, 2007).

Menurut Mc Nerney and Grenberg menyebutkan kecemasan merupakan reaksi fisik, mental, kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang (Nolan, 2003; Yosep, 2007). Kecemasan adalah keadaan psikis ketika seseorang mengalami gelisah dan ketakutan yang mendalam, tidak menentu dan berkelanjutan dalam berespon terhadap adanya bahaya atau ancaman (Potter, 2005). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Guyton & Hall, 2007). Nyeri intrapatum atau persalinan merupakan pengalaman subyektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan servik, serta penurunan janin selama persalinan dan kelahiran (Stright, 2004).

(20)

4

mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi (Bobak, 2012).

Kecemasan yang dialami selama persalinan kala I disebabkan oleh beberapa ketakutan melahirkan. Takut akan peningkatan nyeri, takut akan kerusakan atau kelainan bentuk tubuhnya seperti episiotomi, ruptur, jahitan ataupun seksio sesarea, serta ibu takut akan melukai bayinya (Simkin, 2005). Padaprimigravida biasanya perasaan ibu khawatir dengan rasa nyeri yang akan dirasakan saat persalinan, seberapa lama proses persalinan akan berlangsung dan takut terjadi sesuatu pada bayinya (Bobak, 2012). Padamultigravidaperasaannya terganggu diakibatkan oleh rasa takut, tegang dan menjadi cemas oleh bayangan rasa sakit yang pernah dideritanya sewaktu melahirkan terdahulu (Sumarah et al, 2009). Berdasarkan penelitian dari Simamora dari beberapa rumah bersalin di Medan tahun 2008 lebih dari 50% ibu bersalin mengalami kecemasan dengan hasil penelitian pada ibu primigravida mengalami kecemasan sedang sebesar 65,6% dan pada multigravida dengan kecemasan ringan 81,3%. Aryasantiani (2005) menemukan lebih dari 12% ibu yang pernah melahirkan mengatakan bahwa mereka mengalami cemas pada saat melahirkan. Di Indonesia pada tahun 2008 terdapat 373.000.000 orang ibu hamil, dan yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan sebanyak 107.000.000 orang (28,7%) (Depkes RI, 2008 dalam Anggraini).

(21)

5

akibatnya aliran darah ke uterus menurun. Penurunan aliran darah ke uterus memperlambat kontraksi uterussehingga mengakibatkan persalinan kurang lancar serta mengurangi oksigen ke janin akibatnya terjadi hipoksia dan bradikardi janin yang akhirnya akan terjadi kematian janin (Chapman, 2006; Coad, 2006; Mochtar, 2002). Selain dengan kematian janin kecemasan dapat menimbulkan pertus lama yang berujung pada kematian ibu. Menurut kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 salah satu dari lima penyebab langsung kematian ibu tersering yaitu persalinan yang lama sebesar 9% (Kemenkes RI, 2010). Secara tidak langsung kecemasan pada ibu bersalin dapat mempengaruhi Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. AKI adalah kematian pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh faktor obstetrik maupun nonobstetrik (Dinkes Provinsi Bali, 2014). AKI merupakan salah satu indikator dalamMillenium Development Goals(MDGs) yang akan dicapai tahun 2015 (WHO, 2010).

(22)

6

Berdasarkan dataWord Health Organization(WHO) tahun 2010, Indonesia setiap tahunnya berhasil menurunkan AKI. Indonesia menurunkan AKI dari tahun 2005 ke 2010 yaitu dari 270 per 100.000 menjadi 220 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2010). Meskipun terjadi penurunan, namun hal tersebut tidak memenuhi harapan target AKI tahun 2010 sebesar 110 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2011). Pada tahun 2012 berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka Kematian Ibu di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2013).

Di Provinsi Bali AKI dari tahun 2004-2013 sangat fluktuatif. Pada tahun 2010, AKI di Bali tercatat 57,56 per 100.000 kelahiran hidup, kemudian melonjak ke angka 84,2 per 100.000 pada tahun 2011 dan tambah meningkat tahun 2012 mencapai 89,67 per 100.000 kelahiran hidup. Data terakhir tahun 2013 AKI menunjukkan penurunan menjadi 72,1 per 100.000 kelahiran hidup. Dilihat dari sebaran AKI perkabupaten di Bali tahun 2013 Kabupaten Gianyar menunjukan peringkat ketiga AKI tertinggi di Bali sebesar 93,02 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Gianyar mengalami peningkatan dari tahun 2012 (Dinkes Provinsi Bali, 2014).

(23)

7

mengalami penurunan. Karena AKI secara tidak langsung berkaitan dengan kecemasan maka penanganan kecemassan perlu mendapatkan perhatian dalam tindakan persalinan. Peningkatan adrenalin yang dapat mengganggu proses persalinan dan berkaitan dengan kecemasan ibu saat persalinan, maka pembatasan stres psikologis pada ibu akan dapat membantu persalinan sehingga proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan lebih mudah. Dengan demikian kejadian partus lama yang menyebabkan kematian ibu dapat dicegah (Kartono, 2007).

Terapi musik dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi rasa tidak nyaman baik cemas maupun nyeri, musik selain memiliki aspek estetika juga memiliki aspek terapeutik yang banyak digunakan untuk membantu menenangkan, menyembuhkan dan memulihkan kondisi fisiologis pasien. Secara keseluruhan musik dapat berpengaruh secara fisik maupun psikologis. Secara psikologis, musik dapat membuat seseorang menjadi lebih rileks, mengurangi stres, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih serta membantu melepaskan rasa sakit (Djohan, 2006). Terapi musik dapat merangsang pengeluaran endorphine dan serotonin, yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga metanonin sehingga bisa merasa lebih releks pada tubuh seseorang yang mengalami stres (Mucci, 2004).

(24)

8

kecemasan ibu sebelum bersalin setelah mendapatkan terapi musik dan disimpulkan bahwa terapi musik dapat menurunkan tingkat kecemasan Ibu bersalin. Penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani tahun 2013 tentang pengaruh terapi musik instrumental terhadap tingkat kecemasan mahasiswa PSIK FK UNUD saat ujian keterampilan laboratorium didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan tingkat kecemasan pada kelompok perlakuan yang diberikan terapi musik.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Ganesha didapatkan data dari hasil wawancara yang dilakukan pada 10 orang yang bersalin sebanyak delapan orang mengalami kecemasan. Berdasarkan data dari rekam medis jumlah ibu yang bersalin normal tiga bulan terakhir sebanyak 31 orang pada bulan Oktober, 19 orang pada bulan November dan 15 orang di bulan Desember sehingga dirata-ratakan perbulannya sebanyak 21 orang. Hasil wawancara dengan tenaga kesehatan yang bertugas bahwa di Rumah Sakit Umum Ganesha pada tahun 2011 pernah memiliki program Happy Birthing untuk meningkatkan kenyamanan ibu yang menghadapi persalinan, dimana dalam program ini terdapat tindakan terapi musik. Dengan program tersebut ibu yang bersalin di Rumah Sakit Ganesha mengalami penurunan kecemasan yang signifikan bahkan tidak terjadi kecemasan. Program tersebut berjalan selama setahun dan berhenti tahun 2012.

(25)

9

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah adakah pengaruh terapi musik terhadap tingkat kecemasan Ibu persalinan kala I di Rumah Sakit Umum Ganesha.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adaalah Untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap tingkat kecemasan Ibu persalinan kala I di Rumah Sakit Umum Ganesha.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1) Menganalisis kecemasan ibu persalinan Kala I pretest dan posttest pada kelompok eksperimen.

2) Menganalisis nyeri ibu persalinan Kala I pretest dan posttest pada kelompok eksperimen.

3) Menganalisis kecemasan ibu persalinan Kala I pretest dan posttest pada kelompok kontrol.

4) Menganalisis nyeri ibu persalinan Kala I pretest dan posttest pada kelompok kontrol.

(26)

10

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh tenaga keperawatan maternitas khususnya perawat di Rumah Sakit Umum Ganesha untuk meningkatkan pelayanan keperawatan dengan memberikan terapi musik selain dengan pendampingan suami dalam mengatasi kecemasan dan nyeri pasien persalinan kala I.

1.4.2 Teoritis

(27)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan

2.1.1 Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam uterus (rahim) melalui jalan lahir. Saat persalinan terjadi proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan yang normal terjadi pada umur kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) (Bobak, 2012; Sukarni & Wahyu, 2013). Menurut Rohani et al (2011) persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran. Faktor-faktor tersebut dikenal dengan lima P: passenger (penumpang, yaitu janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), powers (kekuatan), position (posisi ibu), danpsychologic respons (respon psikologis) (Bobak, 2012).

1) Passanger(Penumpang)

(28)

12

sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal (Sumarah et al, 2009) 2) Passageway(Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi meskipun itu jaringan lunak, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul perlu diperhatikan sebelum persalinan dimulai (Sumarah et al, 2009)

3) Power(Kekuatan)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-oto perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his yaitu kontraksi otot-otot rahim, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu (Rohani et al.2011).

4) Position(Posisi Ibu)

(29)

13

membuat kerja otot-otot abdomen lebih sinkron (saling menguatkan) dengan rahim saat ibu mengedan (Bobak, 2012).

5) Psychologic Respons(Psikologis)

Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya dorongan positif, persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan strategi adaptasi/coping (Sukarni & Wahyu, 2013). Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai dengan cemas atau menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi nyeri persalinan. Respon fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu yaitu dikeluarkannya hormon katekolamin. Hormon tersebut menghambat kontraksi uterus dan aliran darah plasenta (Manurung, 2011).

Faktor psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual; Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya; Kebiasaan adat; Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu (Rohani et al, 2011).

2.1.3 Tahap-tahap Persalinan

Tahap-tahap persalinan dibagi menjadi empat yaitu: 1) Kala I

(30)

14

dalam waktu 2 jam; fase dilatasi maksimal yaitu pembukaan 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam; dan fase deselerasi yaitu pembukaan lambat kembali, dari pembukaan 9 cm sampai pembukaan lengkap (10 cm) dalam waktu 2 jam. Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida, sedangkan dalam multigravida juga terjadi fase tersebut, akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi lebih pendek (Sukarni & Wahyu, 2013; Wiknjosastro, 2008).

2) Kala II

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi (Wiknjosastro, 2008).

3) Kala III

Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Tahap ini berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Karakteristik pelepasan plasenta ditandai dengan uterus bulat dan keras, tiba-tiba darah keluar dan tali pusat memanjang (Manurung, 2011 & Wiknjosastro, 2008). 4) Kala IV

(31)

15

2.1.4 Psikologi Saat Persalinan Kala I

Perubahan psikologi dapat terjadi pada ibu dalam persalinan Kala I, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan, perubahan-perubahan tersebut diantaranya: 1) Perasaan tidak enak

2) Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan dihadapi

3) Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal

4) Menganggap persalinan sebagai cobaan

5) Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya 6) Apakah bayinya normal atau tidak

7) Apakah ia sanggup merawat bayinya 8) Ibu merasa cemas (Sumarah et al, 2009).

Menurut Sukarni & Wahyu (2013) menyatakan bahwa pada kala I tidak jarang ibu akan mengalami perubahan psikologi diantaranya, rasa takut, stress, ketidaknyamanan, cemas, marah-marah dan lain-lain.

2.1.5 Dukungan Saat Persalinan

(32)

16

membantu persiapan anak menerima perubahan yang akan terjadi dengan kehadiran anak baru juga dapat memberi semangat pada ibu (Bobak, 2013). Kehadiran suami atau pasangan sangat dianjurkan untuk mendampingi ibu selama persalinan karena pendekatan langsung dapat mendorong komunikasi diantara pasangan sehingga dapat mengatasi semua kekhawatiran (Liu, 2007).

Chapman (1992) dalam buku Bobak (2012) menyatakan ada tiga peran yang dapat dilakukan oleh pria selama proses persalinan dan melahirkan, yakni peran sebagai pelatih, teman satu tim, dan saksi. Sebagai pelatih suami secara aktif membantu istri selama dan sesudah kontraksi persalinan. Suami bertindak sebagai teman satu tim akan membantu istri selama proses persalinan dan melahirkan dengan berespon terhadap permintaan istri akan dukungan fisik atau dukungan emosi atau keduanya. Dalam berperan sebagai saksi, suami bertindak sebagai teman dan memberikan dukungan emosi dan moral serta hadir disamping istri untuk memperhatikan segala tindakan yang diberikan kepada istri selama persalinan (Bobak, 2012).

(33)

17

ibu pada proses persalinan kala I. Dengan data yang diperoleh menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami penurunan kecemasan yaitu kecemasan ringan sebanyak 4 (40%) responden dan tidak mengalami kecemasan sebanyak 5 (50%) responden. Sedangkan yang mengalami peningkatan kecemasan menjadi cemas sedang sebanyak 1 (10%) responden.

2.2 Kecemasan

2.2.1 Definisi Kecemasan

Kecemasan atau ansietas adalah ketegangan, rasa tidak aman, dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui (Maramis, 2009). Kecemasan sebagai emosi tanpa obyek yang spesifik, penyebabnya tidak diketahui dan didahului oleh pengalaman baru. Kecemasan berbeda dengan rasa takut. Takut mempunyai sumber yang jelas dan obyeknya dapat didefinisikan. Takut merupakan penilaian terhadap stimulasi yang mengancam dan cemas merupakan respon emosi terhadap penilaian tersebut (Stuart dan Sundeen, 2006). Cemas adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang dan merupakan suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman yang terbagi dalam beberapa tingkatan (Kusuma & Hartono, 2011).

2.2.2 Tanda Dan Gejala Cemas

Tanda dan gejala umum yang berkaitan dengan kecemasan dapat dibagi menjadi gejala somatik dan psikologis (Conley, 2006):

(34)

18

suara bergetar, nyeri punggung; 3) sindrom hiperventilasi: sesak nafas, pusing, parestesi; 4) gangguan fungsi gastrointestinal: nyeri abdomen, tidak nafsu makan, mual, diare, konstipsi; 5) iritabilitas kardiovaskuler: hipertensi, takikardi; 6) disfungsi genitourinaria: sering buang air kecil, sakit saat berkemih, impoten, sakit pelvis pada wanita, kehilangan nafsu seksual.

2) Gejala psikologis antara lain: 1) gangguan mood: sensitive sekali, cepat marah, mudah sedih; 2) kesulitan tidur: insomnia, mimpi buruk, mimpi yang berulang-ulang; 3) kelelahan, mudah capek; 4) kehilangan motivasi dan minat; 5) perasaan-perasaan yang tidak nyata; 6) sangat sensitive terhadap suara: merasa tak tahan terhadap suara-suara yang sebelumnya biasa saja; 7) berpikiran kosong, tidak mampu berkonsentrasi, mudah lupa, bingung; 8) kikuk, canggung, koordinasi buruk; 9) tidak bisa membuat keputusan, tidak bisa menentukan pilihan bahkan untuk hal-hal kecil; 10) gelisah, resah, tidak bisa diam; 11) kehilangan kepercayaan diri; 12) kecenderungan untuk melakukan segala sesuatu berulang-ulang; 13) keraguan dan ketakutan yang mengganggu; 14) terus menerus memeriksa segala sesuatu yang telah dilakukan.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor yang mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi persalinan dapat dibagi menjadi faktor presipitasi dan faktor predisposisi antara lain:

1) Faktor Presipitasi:

(1) Faktor biologi: rasa nyeri persalinan

(35)

19

(3) Faktor sosial: tidak adanya dukungan dalam keluarga (Susanti, 2008). 2) Faktor Predisposisi

(1) Tingkat Pengetahuan dan Pendidikan

Pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah mengalami kecemasan. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang persalinan baik dari orang terdekat, keluarga, tenaga kesehatan, maupun dari berbagai media seperti majalah dan lainnya. Pasangan suami istri yang berpendidikan tinggi dan mengikuti kelas ibu hamil serta banyak membaca buku tentang kelahiran mereka lebih tenang dan siap dalam proses persalinan (Bobak, 2012).

(2) Usia

Usia ibu dapat memberikan dampak terhadap perasaan cemas saat persalinan. Ibu usia di bawah 20 tahun kesiapan mental masih sangat kurang sehinngga dalam menghadapi kelahiranpun masih belum mantap. Ibu berusia di atas 35 tahun meskipun secara fisik risiko terjadinya komplikasi lebih besar, tetapi secara mental mereka lebih siap (Musbikin, 2007).

(3) Paritas

(36)

20

(4) Keadaan fisik ibu

Seseorang yang menderita penyakit akan lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan orang yang tidak menderita sakit. Jika seorang ibu yang hamil disertai dengan suatu penyakit penyerta maka ibu tersebut akan lebih cemas lagi karena berisiko terjadi hal-hal yang patologis (Morgan, 2005).

(5) Pendamping Persalinan

Pendamping persalinan merupakan faktor pendukung dalam lancarnya persalinan karena dukungan orang terdekat terutama suami sangat mempengaruhi kecemasan ibu saat persalinan. Kehadiran suami membuat ibu merasa lebih tenang dan siap menghadapi proses persalinan (Musbikin, 2007).

2.2.4 Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (2006) cemas terdiri dari empat tingkatan yaitu: 1) Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berkaitan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan persepsinya. Orang yang mengalami kecemasan ringan masih mampu menghadapi situasi yang bermasalah, dapat mengintegrasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan yang akan datang. Perasaan relative aman dan nyaman. Tanda-tanda vital normal, ketegangan otot minimal, pupil normal atau kontriksi. Pada tingkat ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

2) Kecemasan Sedang

(37)

21

yang lebih terarah dan kesulitan dalam berkonsentrasi. Pandangan pengalaman pada saat ini berkaitan dengan masa lalu dan dapat mengabaikan kejadian dalam situasi tertentu; kesulitan dan membutuhkan usaha yang lebih dalam beradaptasi dan menganalisa. Tanda-tanda vital normal atau sedikit meningkat, tremor, bergetar.

3) Kecemasan Berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terkini dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang yang mengalami kecemasan berat memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Pembelajaran sangat terganggu; sangat kebingungan dan tidak mampu berkonsentrasi. Pandangan pengalaman saat ini berkaitan pada masa lalu. Hampir tidak mampu mengerti situasi yang dihadapi saat ini. Tanda-tanda vital meningkat, diaphoresis, ingin kencing, nafsu makan turun, pupil dilatasi, otot-otot tegang, pandangan menurun, sensasi nyeri meningkat.

4) Panik

(38)

22

pemikiran yang rasional. Seseorang mungkin menjadi pucat, tekanan darah menurun, hipotensi, koordinasi otot-otot lemah, nyeri, sensasi pendengaran minimal. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

2.2.5 Penatalaksanaan Kecemasan

Untuk menangani kecemasan dapat dilakukan dengan metode farmakologi dan non-farmakologi. Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan cemas memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistic, yaitu mencakup fisik (somatik), psikologik/psikiatrik, psikososial dan psikorelegius. Terapi psikofarmaka untuk mengatasi cemas menggunakan anticemas (anxiolytic) seperti diazepam, chlordiazepoxide HCL,oxazolam,hydroxine HCL, dan karva-karvarhizome.

(39)

23

2.2.6 Alat Ukur Kecemasan

Mengukur kecemasan dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan langsung, mendengarkan cerita serta mengobservasi baik perilaku maupun verbalnya. Perilaku non verbal dapat sebagi signal atau tanda mengalami kecemasan. Kecemasan seseorang dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur (instrumen) kecemasan. Terdapat beberapa instrumen kecemasan yang sudah teruji validitass dan reabilitasnya, misalnya Hamilton Rating Scale for Anxiety (HaRS-A), Depression Anxiety and Stress Scales (DASS), Beck Anxiety Inventory(BAI) dan Tailor Manifest Anxiety Scale(T-MAS).

Instrumen HaRS-A merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Skala HaRS-A pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala HaRS-A telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HaRS-A akan diperoleh hasil yang valid dan reliable (Nursalam, 2008; Stuart dan Sunden, 2006).

(40)

24

gejala vegetative atau autonomy, gejala perilaku (Stuart dan Sunden, 2006). Memiliki lima tingkatan skor yaitu skor 0= Tidak ada gejala (keluhan), skor 1= Satu dari gejala yang ada, skor 2= Dua atau separuh dari gejala yang ada, skor 3= Lebih dari separuh gejala yang ada, skor 4= Semua gejala ada. Dengan penentuan derajat kecemasan nilai dari item 1-14 maka skor terendah adalah 0 dan skor tertinggi 56, dan hasilnya sebagai berikut skor < 14= tidak ada kecemasan, skor 14-20= kecemasan ringan, skor 21-27= kecemasan sedang, skor 28-41= kecemasan berat, skor 42-56= panik (Stuart dan Sunden, 2006).

DASS digunakan untuk menilai keparahan gejala inti depresi, kecemasan dan stress. Intrumen ini terdiri atas 42 pertanyaan atau seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stress. Setiap skala subjektif tersebut terdiri dari 14 butir pernyataan. Masing-masing pernyataan yang akan diukur dipilih dengan pilihan jawaban (skor) 0= tidak pernah dialami sama skali, 1= jarang dialami, 2= sering dialami, 3= selalu dialami. Setelah responden menjawab pernyataan tersebut, skor dijumlahkan dan diinterpretasikan. Untuk kecemasan 0-7= normal, 8-9= ringan, 10-14= sedang, 15-19= berat dan > 20= sangat berat (McDowell, 2006).

(41)

Masing-25

masing item pertanyaan dijawab oleh responden jika gejala tidak dialami diberi skor nol, gejala dirasakan ringan atau tidak merasa terganggu skornya satu, gejala dirasakan sedang atau cukup merasa terganggu skornya dua dan gejala dirasakan berat atau sangat merasa terganggu skornya tiga. Skor setiap item kemudian dijumlahkan dari hasil penjumlahan dapat diketahui tingkat kecemasan seseorang. Skor 0-7= normal, 8-15= cemas ringan, 16-25= cemas sedang, 26-63= cemas berat (McDowell, 2006).

T-MAS modifikasi Ginting (2001) merupakan instrumen kecemasan untuk mengukur skala kecemasan ibu bersalin. Alat ukur ini biasanya digunakan peneliti dengan teknik wawancara secara langsung kepada responden. Terdiri dari 24 pernyataan, masing-masing pernyataan diberi nilai “Ya” atau “Tidak”, jika tanggapan “Ya” mendapat skor satu sedangkan “Tidak” mendapat skor nol.

Penjumlahan skor dapat dikategorikan jika < 6= cemas ringan, 7-12= cemas sedang, 13-18= cemas berat, 19-24= panik (Saryono, 2010).

2.2.7 Dampak Kecemasan saat Kala I Persalinan

(42)

26

demikian kecemasan dapat berpotensi memperpanjang kala I sehingga memperlambat kemajuan proses persalinan (Simkin, 2005).

2.2.8 Konsep Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan

Persalinan merupakan proses alamiah yang dialami seorang ibu hamil akan tetapi tidak setiap ibu hamil akan selalu siap menghadapi parsalinan karena persalinan disertai rasa nyeri dan pengeluaran darah. Ketidaksiapan akan menimbulkan rasa takut dan cemas pada ibu terutama pada wanita yang baru pertama kali melahirkan karena pada umumnya belum memiliki gambaran mengenai kejadian yang akan dialami pada persalinan (Maramis, 2009). Disamping itu masyarakat juga masih memiliki paradigma persalinan merupakan pertaruhan hidup dan mati, sehingga ibu yang akan melahirkan mengalami ketakutan dan kecemasan, umumnya takut mati baik terhadap dirinya sendiri ataupun bayi yang akan dilahirkannya (Kartono, 2007).

Kecemasan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses persalinan dan berakibat pembukaan kurang lancar. Dampak dari kecemasan dapat menimbulkan rasa sakit pada persalinan dan berakibat timbulnya kontraksi uterus dan dilatasi serviks yang tidak baik. Kecemasan menyebabkan vasokontriksi di uterus sehingga vaskularisasi uterus berkurang dan hal ini menyebabkan kontraksi uterus berkurang akibatnya persalinan bertambah lama (Mochtar, 2002).

(43)

27

aktifitas uterus. Respon tersebut merupakan bagian dari komponen psikologis, sehingga dapat dinyatakan bahwa faktor psikologis mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan proses persalinan (Old et al, 2000).

Proses persalinan tidak hanya bersifat somatis, akan tetapi juga bersifat psikosomatis, sebab banyak elemen psikis ikut mempengaruhi kelancaran atau kelambatan proses melahirkan bayi tersebut. Peristiwa melahirkan bayi secara simultan menimbulkan banyak ketegangan, ketakutan, kecemasan, dan emosi-emosi penting lainnya. Pada proses melahirkan bayi pengaruh-pengaruh psikis bisa menghambat dan memperlambat proses kelahiran atau bisa juga mempercepat kelahiran bayi, maka fungsi biologis dari reproduksi itu sangat dipengaruhi oleh kehidupan psikis dan kehidupan emosional ibu yang bersangkutan (Dahro, 2012).

2.3 Nyeri

2.3.1 Definisi Nyeri Persalinan

Nyeri persalinan adalah pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan dan kelahiran (Stright, 2004). Terdapat pernyataan yang sama dari Arifin (2008) bahwa nyeri persalinan merupakan pengalaman subyektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks serta penurunan janin selama persalinan.

2.3.2 Mekanisme Nyeri Persalinan

(44)

28

(penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit) akibat kontraksi myometrium. Impuls rasa nyeri pada kala I persalinan ditranmisi melalui segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf asesori torakal bawah serta saraf simpatik lumbar atas. Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus dan servik. Nyeri ini mulai dari bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke paha (Bobak, 2004).

Nyeri akibat perubahan servik dan iskemia rahim merupakan nyeri viseral. Pada dasarnya, semua nyeri viseral dijalarkan melalui serabut saraf nyeri kecil tipe C, sehingga hanya dapat menjalarkan rasa nyeri tipe pegal dan pedih. Nyeri viseral akibat iskemia rahim terbentuk dari produk akhir metabolik yang asam atau produk yang dihasilkan oleh jaringan, sepertibradykinindan enzim proteolitik atau bahan lain yang merangsang ujung saraf nyeri. Nyeri yang timbul akibat viskus spastik dicetuskan dalam bentuk kram dengan rasa nyeri yang menghebat dan kemudian menghilang. Proses ini berlanjut secara berulang, timbulnya setiap beberapa menit sekali. Timbulnya siklus berulang tersebut disebabkan oleh perulangan kontraksi otot polos (Guyton & Hall, 2007). Biasanya ibu mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antara kontraksi (Bobak, 2004).

2.3.3 Komponen Rasa Nyeri Persalinan

(45)

29

Stimulus nyeri dalam persalinan tidak dapat dihilangkan. Beberapa abnormalitas seperti malpresentasi, dapat meningkatkan atau memperpanjang stimulus tersebut sehingga menambah potensi keluhan nyeri. Ambang nyeri dalam persalinan dapat diturunkan oleh rasa takut, kurangnya pengertian dan berbagai permasalahan jasmani seperti demam, kelelahan, asidosis dehidrasi, ketegangan. Reaksi ini tergantung pada kepribadian, kondisi emosional serta tingkat pemahaman pasien, latar belakang kultural, keluarga serta pendidikannya, dan pengalaman sebelumnya (Farrer, 2001).

2.3.4 Pengukuran Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh individu (Tamsuri, 2006). Nyeri merupakan masalah yang sangat subjektif yang dipengaruhi oleh psikologis, kebudayaan, dan hal lainnya. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengukur intensitas nyeri tersebut, antara lain:

1) Verbal Rating Scale(VRS)

(46)

30

2) Numerical Rating Scale(NRS)

Metode ini menggunakan angka-angka untuk menggambarkanrangedari intensitas nyeri. Umumnya pasien akan menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan dari 0-10, 0 menggambarkan tidak ada nyeri sedangkan 10 menggambarkan nyeri berat (Benzone, 2005). Skala ini merupakan skala paling efektif yang digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapiutik (Potter & Perry, 2005). Skala numerik dapat digunakan mulai anak-anak usia dari 9 tahun, dewasa hingga tua (McCaffery dan Beebe, 1993 cit National Institut of Health Grant Magnuson Clinical Centre, 2003). Penilaian dengan menggunakan skala numeric

ini dapat dibagi menjadi beberapa kategori nyeri yaitu: tidak nyeri (0), nyeri ringan (1-3), nyeri sedang (4-6), nyeri berat (7-9), nyeri yang tidak tertahankan (10) (Potter & Perry, 2005).

3) Visual Analogue Scale(VAS)

(47)

31

2.3.5 Nyeri Persalinan Kala I

Pada kala satu persalinan terjadi dilatasi dan penipisan servik. Mekanisme membukanya servik berbeda antara primipara dan multipara. Pada primipara ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga servik akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multipara ostium uteri internum dan eksternum membuka secara bersamaan. (Winkjosastro, 2007).

Dilatasi servik primipara pada kala I fase aktif 1,2 cm/jam, sedangkan pada multipara 1,5 cm/jam. Rata-rata durasi total kala I persalinannya berkisar 3,3 jam sampai 19,7 jam pada primipara dan 0,1 jam sampai 14,3 jam pada multipara. Durasi persalinan yang semakin panjang atau lama, membuat ibu merasa semakin letih. Hal ini membuat peningkatan nyeri seperti suatu lingkaran setan (Bobak, 2004)

2.3.6 Penatalaksanaan Nyeri Persalinan

Penatalaksanaan nyeri persalinan meliputi penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi (Bobak, 2004)

1) Penatalaksanaan Nyeri Farmakologi

(48)

32

analgesia epidural lumbar dan blok paraservikal. Pemberian analgesia sistemik harus dengan hati-hati kepada wanita yang mengalami ketergantungan substansi, karena hal ini dapat menimbulkan gejala putus obat. Sedangkan penggunaan analgesia epidural lumbar dapat menyebabkan hipotensi, kejang, atau paratesia, serta ibu tidak bisa mengedan secara efektif. Anastesia blok paraservikal dapat menimbulkan intoksikasi janin akibat penyerapan obat yang cepat, karena kemungkinan komplikasi ini, blok paraservikal mungkin bukan metode pilihan untuk persalinan (Bobak, 2004).

2) Penatalaksanaan Nyeri Non Farmakologi

Berbagai metode non farmakologi untuk mengontrol rasa nyeri diterapkan, yang meliputi metode Dick-Read, metode Lamaze, metode Bradley, tehnik relaksasi dan pernafasan, effleurage dan tekanan sacrum, yoga, umpan balik biologis, sentuhan terapiutik, terapi aroma. Metode ini dikembangkan untuk mengurangi nyeri pada wanita tanpa meningkatkan risiko pada janin atau pada ibu atau mempengaruhi kemajuan persalinan (Bobak, 2004).

2.4 Terapi Musik

2.3.1 Definisi Terapi Musik

(49)

33

yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi tersebut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

Terapi musik merupakan serangkaian aktivitas terapiutik dengan menggunakan media musik yang bertujuan memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi (Djohan, 2009). Menurut Federasi Terapi Musik Dunia (WMFT) terapi musik adalah “penggunaan musik dan/atau elemen musik (suara,

irama, melodi dan harmoni) oleh seorang terapis musik yang telah memenuhi kualifikasi, terhadap pasien atau kelompok dalam proses membangun komunikasi, meningkatkan relasi interpersonal, belajar, meningkatkan mobilitas, mengunakapkan ekspresi, menata diri atau untuk mencapai berbagai tujuan terapi lainnya. Proses ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, mental, sosial maupun kognitif, dalam rangka upaya pencegahan, rehabilitasi, atau pemberian perlakuan”Djohan (2006).

2.3.2 Fisiologi Dasar Terapi Musik

(50)

34

Impuls saraf terdiri dari suatu gelombang depolarisasi membran yang disebut Potensial Aksi dan merambat sepanjang sel saraf. Impuls saraf diteruskan menuju korteks auditorius kemudian jaras berlanjut ke sistem limbik. Dari korteks limbik, jaras pendengaran dilanjutkan ke hipokampus dimana tempat salah satu ujung hipokampus berbatasan dengan nuklei amigdaloid (Prasetyo, 2009).

Amigdala yang merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar, menerima sinyal dari korteks limbik kemudian menjalarkannya ke hipotalamus. Hipotalamus yang merupakan tempat pengaturan sebagian fungsi vegetative dan fungsi endokrin tubuh seperti pengarturan aspek perilaku emosional, meneruskan jaras pendengaran ke formatio retikularis sebagai penyalur impuls menuju serat saraf otonom. Serat saraf tersebut mempunyai dua sistem saraf yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Kedua sistem saraf ini mempengaruhi kontraksi dan relaksasi organ-organ. Relaksasi dapat merangsang pusat rasa ganjaran sehingga timbul ketenangan (Prasetyo, 2009).Midbrainsebagai ejektor dari rasa rileks dan ketenangan akan mengeluarkan gamma amino butyric acid(GABA), enkhephalin, beta endorphin. Zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesia yang akan mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri pada pusat tingkat dan interpretasi sensorik somatik otak (Prasetyo, 2009).

2.3.3 Manfaat Terapi Musik

(51)

35

sebagai terapi yang bersifat humanistik (Djohan, 2006). Secara umum terapi musik digunakan untuk memperbaiki kesehatan fisik, interaksi sosial, hubungan interpersonal, ekspresi emosi, dan meningkatkan kesadaran diri (Djohan, 2009).

Terdapat beberapa manfaat terapi musik menurut Pusat Riset Terapi Musik dan Gelombang Otak diantaranya: (a) relaksasi, mengistirahatkan tubuh dan pikiran; (b) meningkatkan kecerdasan; (c) meningkatkan motivasi; (d) pengembangan diri; (e) meninngkatkan kemampuan mengingat; (f) kesehatan jiwa; (g) mengurangi rasa sakit; (h) menyeimbangkan tubuh; (i) meningkatkan kekebalan tubuh.

2.3.4 Durasi Terapi Musik

(52)

36

musik. Sedangkan menurut Dofi (2010) terapi musik untuk setiap klien idealnya dilakukan tidak kurang 30 menit mampu menurunkan tekanan darah, frekuensi jantung, dan stress pada klien.

2.3.5 Jenis Musik untuk Terapi

Pemilihan jenis musik juga penting dalam memberikan efek relaksasi. Perlu diingat bahwa musik yang dipilih hendaknya yang sederhana, menenangkan dan mempunyai tempo yang teratur. Musik yang kurang cocok dipilih sebagai media terapi adalah musik jazz yang rumit, heavy rock dan musik klasik yang menggelora. Musik relaksasi merupakan musik yang sederhana, menenangkan dan mempunyai tempo teratur yang dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi stess, cemas dan menimbulkan kondisi rileks pada seseorang. Musik relaksasi yang terbaik adalah musik instrumental, musik alam sekitar atau musik mediatif (Mucci, 2004).

Menurut Wigramet al (2001) dalam Djohan (2009) menyebutkan elemen-elemen musik yang dapat mempengaruhi relaksasi diantaranya: tempo yang stabil; stabilitas atau perubahan secara bertahap pada volume, irama, timbre, pitch, dan harmoni; testur yang konsisten; garis melodi yang terprediksi; pengulangan materi; struktur dan bentuk yang tetap; timbre yang mantap.

(53)

37

perlu berfokus pada kata-kata yang ada pada lagu dengan mendengarkan musik instrumental hanya berfokus pada musik.

2.3.6 Teknik Pemberian Terapi Musik

Pusat Riset Terapi Musik dan Gelombang otak, membagi teknik pemberian terapi musik menjadi 2 jenis yaitu terapi musik aktif dan terapi musik pasif.

1) Terapi musik aktif

Terapi musik aktif merupakan jenis terapi musik yang melibatkan klien secara aktif dalam musik. Kegiatan yang termasuk terapi musik aktif antara lain bernyanyi, belajar memainkan alat musik, menirukan nada, bahkan menciptakan lagu singkat. Terapi jenis ini membutuhkan bimbingan dari seorang terapis yang kompeten dalam bidang tersebut.

2) Terapi musik pasif

Terapi musik pasif merupakan pilihan terapi yang mudah, murah, dan efektif. Kegiatan yang termasuk terapi musik pasif adalah mendengarkan musik. Terapi ini dilakukan dengan menyesuaikan kebutuhan dan permasalahan yang dialami oleh klien.

(54)

38

bias akan tetapi musik yang dipilih oleh terapis dapat mencakup keseluruhan, mempertimbangkan karakteristik musik yang sesuai serta dapat menilai efektifitas musik tersebut.

Menurut Lai dan Good (2005) dalam Yanti (2011) hal yang perlu dilakukan klien saat terapi musik berlangsung sebaiknya memejamkan mata, posisi berbaring atau duduk dengan kepala ditopang, mengikuti tempo dan irama musik serta rileks sampai musik berhenti. Mendengarkan musik dapat dilakukan dengan menggunakan earphones yang menutupi seluruh telinga, sehingga pasien dapat menerima efek dari frekuensi yang ditimbulkan dalam musik tersebut. Alat earphones dapat menghalangi suara dari luar yang menyebabkan detidakserasian dari musik yang diperdengarkan (Mucci, 2004).

2.5 Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Kecemasan dan Nyeri Respon sistem saraf saat terjadi cemas adalah mengaktifkan saraf simpatis yang menimbulkan efek peningkatan tanda-tanda vital, serta kelenjar adrenal akan mengeluarkan epinephrine dan nor epinephrine yang menyebabkan tubuh mengambil oksigen lebih banyak sehingga dapat menimbulkan efek peningkatan kecepatan pernapasan (Videbeck, 2008).

(55)

39

penyalur impuls menuju serat saraf otonom parasimpatis. Serabut saraf parasimpatis meninggalkan medulla spinalis melalui sakral spinal, kemudian serabut-serabut tersebut menyebar menuju jantung, kolon desenden, rectum, kandung kemih, dan bagian bawah ureter. Kerja parasimpatis berlawanan dengan simpatis, ujung saraf terminal parasimpatis menskresi asetilkolin yang mempunyai efek inhibisi. Pengeluaran asetilkolin merangsang neuron postganglion parasimpatis yang bersifat kolinergik menyebabkan penurunan kontraksi jantung dan dilatasi pembuluh darah. Efek parasimpatis juga dapat menyebabkan penurunan frekuensi pernapasan, penurunan produksi saliva dan kelenjar keringat dimana meningkat pada saat respon stress. Dengan menurunnya gejala-gejala tersebut menyebabkan timbulnya perasaan rileks. Impuls saraf yang diteruskan menuju hipotalamus menyebabkan perangsangan yang terjadi pada bagian nucleus ventromedial. Perangsangan pada nucleus ventromedial dapat menyebabkan terjadinya respon tenang. Impuls saraf yang diteruskan menuju hipotalamus mengaktifkan serabut nuklei rafe yang ada di hipotalamus bagian ventromedial untuk mensekresikan serotonin. Pelepasan serotonin dapat menimbulkan perasaan senang, rasa puas, dan ketenangan sehingga berperan dalam penurunan cemas (Guyton dan Hall, 2008).

(56)

40

efek narkotika alami yaitu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kegembiraan. Impuls saraf yang dihasilkan saat mendengarkan musik diteruskan menuju hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF). CRF merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga produksi endorphin oleh medulla adrenal meningkat. Endorphin yang disekresikan ke dalam peredaran darah mempengaruhi suasana hati menjadi rileks (Ganong, 2008). Midbrain yang merupakan sistem limbik pada bagian korteks serebri yang berfungsi sebagai ejektor dari rasa rileks yang timbul, akan mengeluarkangamma amino butyric acid (GABA), encephalin dan beta endorphin. GABA merupakan neurotransmitter inhibitor, berfungsi sebagai agens antiansietas alami tubuh (Prasetyo, 2005 & Videbeck, 2008).

Referensi

Dokumen terkait

Tidak lupa sholawat serta salam kita sanjungkan pada junjungan Nabi besar kita semua Nabi Muhammad SAW atas segala perjuangan dan kasih sayangnya untuk keselamatan

Ibu hamil yang menderita kekurangan energi kronis (KEK) terutama pada trimester ketiga (7-9 bulan) menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu: anemia, perdarahan

SOMO SUMARTO SLEMAN 31-12-1931 Perempuan Janda/Duda (C.Mati) Kepala Keluarga

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan media pembelajaran media flipbook dengan materi Personal Higiene, (2) mengetahui kelayakan dari media flipbook

Berdasarkan analisis penelitian yang telah dilakukan pada saluran drainase sekunder Kelurahan 20 Ilir D-III Kecamatan Ilir Timur I kota Palembang dapat disimpulkan bahwa :

3 Tahun 2016 Tentang Rumah Tidak Layak Huni Dalam Pelaksanaan Program Daerah Pemberdayaan Gotong Royong (PDPGR) Di Desa Goa Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat

Dipetik Mei 20, 2016, dari Liputanislam: Islamophobia dan Pesan dari Iran.. untuk Pemuda Eropa, 24 Januari

menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu, menjelaskan pada ibu mengenai ketidaknyamanan yang biasa terjadi pada trimester III yang terdiri dari Sering