• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Clay Therapy Terhadap Perilaku Adaptif Pada Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasi Di Ruang Kaswari RSUD Wangaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Clay Therapy Terhadap Perilaku Adaptif Pada Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasi Di Ruang Kaswari RSUD Wangaya."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH CLAY THERAPY TERHADAP PERILAKU ADAPTIF PADA ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI

DI RUANG KASWARI RSUD WANGAYA

OLEH :

KADEK LINDA DWI SAVITRI

NIM. 1102105035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

i

PENGARUH CLAY THERAPY TERHADAP PERILAKU ADAPTIF

PADA ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI

HOSPITALISASI DI RUANG KASWARI RSUD WANGAYA

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:

KADEK LINDA DWI SAVITRI

NIM. 1102105035

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Kadek Linda Dwi Savitri

NIM : 1102105035

Fakultas : Kedokteran Universitas Udayana Program Studi : Ilmu Keperawatan

menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari didapatkan bukti bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Denpasar, Mei 2015 Yang membuat pernyataan,

(4)

LEMBAR

PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENGARUH

CI.AY THERAPT

TERIIADAP PERILAKU ADAPTIF

PADA

ANAK

USIA PRASEKOLAH YANG

MENGALAMI

IIOSPITALISASI DI

RUANG

KASWARI

RSUD

WANGAYA

Untuk Memenuhi Persymatan Memperoleh Gelar S arj ana Keperawatan

OLEH:

KADEK

LINDA

I}WI

SAVITRI

NrM.

1102105035

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN UNTUK DIUJI

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Francisca Shanti. M.Kep. Sp.Kep.An.

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARTIH

CIAY

THERAPY

TERHADAP PERILAKU

AI}APTIF

PADA

ANAK USIA PRASEKOLAH

YAI\IG

NMXCAT.,^AUT

HOSPITALISASI DI RUANG I(ASWARI

RSUD

WANGAYA

studi

Dilak*an

di Ruang Kaswari Rumah sakit umum Daeratr \Mangaya

OLEE:

KADEK.LINDA DWI SAVITRI Nrrnfi" 1102105035

TELAH DIUJIKAN

I}I

HADAPAN TIM PENGUJI

PN)A

HARI

: Rrbu

TANGGAL

: 17 Juni 2015

TIM PENGUJI :

1.

Ns. Francisca Shanti K., M.Kep,Sp.Kep.An. (Ketua )

2.

Ns. Dewa Ayu

Ari

RamA

S.Kep.

(Sekretaris)

3.

Ns. Made Oka

Ari

Kamayani,

M.Kep.

@embatras)

MENGETAHIII:

KETUA

PSIK FK I,JNIVERSTTAS UOEYENA

iv

6;u$t'6

5;Y

..1*;;

!1

]

i ? l;i :f i'*Y :

DEKAN

AS UDAYANA

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian berjudul Pengaruh Terapi Bermain Clay Therapy terhadap Perilaku Adaptif pada Anak Usia Prasekolah yang Mengalami Hospitalisasi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan penelitian ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada: 1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M. Kes, sebagai Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan penulis kesempatan menuntut ilmu di PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS., AIF, sebagai ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang memberikan pengarahan dalam proses pendidikan.

3. Ns. Francisca Shanti, M.Kep, Sp.Kep.An., sebagai pembimbing utama yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat waktu.

4. Ns. Dewa Ayu Ari Rama, S.Kep sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat waktu.

(7)

vi

6. Kepala Ruangan Kaswari RSUD Wangaya yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian pada ruangan yang dipimpin.

7. Orang tua dan rekan-rekan seperjuangan di Program Studi Ilmu Keperawatan, atas dukungan dalam penulisan laporan penelitian ini.

8. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan masukan yang membangun.

Akhirnya, semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang mebutuhkan.

Denpasar, Mei 2015

(8)

vii ABSTRAK

Savitri, K.L.D., 2015. Pengaruh clay therapy terhadap perilaku adaptif pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di Ruang Kaswari RSUD Wangaya. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Pembimbing (1) Ns. Francisca Shanti, M.Kep, Sp.Kep.An. (2) Ns. Dewa Ayu Ari Rama, S.Kep.

Perilaku Adaptif merupakan salah satu bentuk respon anak terhadap proses hospitalisasi. Anak usia prasekolah menunjukan bahwa hospitalisasi sebagai pengalaman yang menakutkan. Terapi bermain dapat membantu meningkatkan respon anak selama hospitalisasi. Salah satu jenis terapi bermain yang sesuai dengan perkembangan anak usia prasekolah adalah clay therapy. Clay therapy jenis terapi bermain dengan media clay dalam usaha menempatkan anak dalam keadaan bermain yang dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainan (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya bermain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh clay therapy terhadap perilaku adaptif anak. Metode penelitian yang digunakan adalah quasy-experimental dengan pre-test dan post-test with control group design. Sampel terdiri dari 30 anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di Ruang Kaswari RSUD Wangaya dipilih dengan teknik consecutive sampling yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuan diberikan terapi bermain clay therapy satu kali sehari selama 2 hari. Hasil penelitian diperoleh ada perbedaan yang signifikan pada kelompok perlakuan p=0,000 dan kontrol p=0,000 (p<0,05). Hasil Uji man whitney terdapat perbedaan selisih pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dan perlakuan dengan hasil p=0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukan ada pengaruh pemberian clay therapy terhadap perilaku adaptif pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di Ruang Kaswari RSUD Wangaya.

(9)

viii ABSTRACT

Savitri, K.L.D., 2015. The effect of clay therapy on adaptive behaviour of preschool age children in experiencing hospitalization in Kaswari Ward of Wangaya Hospital. Undergraduate Thesis, Faculty of Medicine, Udayana University. Supervisors (1) Ns. Francisca Shanti, M.Kep, Sp.Kep.An. (2) Ns. Dewa Ayu Ari Rama, S.Kep.

Adaptive behaviour is one of child’s response to the process of hospitalization. Preschooler shows that the hospitalization as frightening experience. Play therapy can help enhance the adaptive behaviour of children during hospitalization. One kind of play therapy accordance with development of preschool children is clay therapy. Clay therapy is said to reduce anxiety and increase adaptive behavioral responses of children by placing the child in a state of play which can divert the pain on game (distraction) and relaxation through the pleasure of play. This study aims to determine the effect of clay therapy against child adaptive behavior. The method used is quasy-experimental with pre-test and post-test with control group design. The sample consisted of 30 preschool children who experienced hospitalization in Kaswari Ward of Wangaya Hospital selected with consecutive sampling techniques are divided into two groups, control and treatment groups. The treatment group was given a clay therapy play therapy once a day for 2 days. The results obtained show a significant different in the treatment group p = 0.000 and the control p = 0.000 (p = 0.05). The result of man whitney test on the difference of pre-test and post-test in each group showed p = 0.000 (p <0.05). It’s means that there was effect of clay therapy for adaptive behavior in preschool children who experienced hospitalization in Kaswari Ward of Wangaya Hospital.

(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah ... 8

2.1.1 Pengertian Anak Usia Prasekolah ... 8

2.1.2 Perkembangan dan Pertumbuhan pada Anak Usia Prasekolah ... 9

2.2 Hospitalisasi pada Anak ... 11

2.2.1 Definisi Hospitalisasi ... 11

2.2.2 Reaksi Anak terhadap Hospitalisasi ... 11

2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Reaksi HospitalisasiPada Anak Prasekolah ... 12

2.3 Konsep Terapi Bermain.... ... 13

2.3.1 Pengertian Terapi Bermain ... 13

2.3.2 Fungsi Bermain ... 13

2.3.3 Hal-hal yang diperhatikan dalam Terapi Bermain ... 15

2.3.4 Jenis Permainan pada Anak Usia Prasekolah ... 16

2.3.5 Terapi Bermain di Rumah Sakit ... 16

2.3.6 Clay Therapy ... 18

2.4 Konsep Perilaku Adaptif ... 20

2.4.1 Pengertian Perilaku Adaptif ... 20

2.4.2 Perilaku Anak Usia Prasekolah yang Mengalami Hospitalisasi ... 21

2.4.3 Stressor pada Anak yang Dirawat di Rumah Sakit ... 22

(11)

x

2.4.5 Pengaruh Clay Therapy terhadap Perilaku Adaptif

Anak ... 24

BAB III KERANGKA KONSEP ... 26

3.1 Kerangka Konsep ... 26

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 27

3.3 Definisi Operasional Penelitian ... 28

3.4 Hipotesis ... 29

BAB IV METODE PENELITIAN ... 30

4.1 JenisPenelitian ... 30

4.2 Kerangka Konsep ... 31

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ….. ... 32

4.4 Populasi, Samoel dan Teknik Sampling Penelitian ... 32

4.5 Jenis Dan Cara Pengumpulan Data ….. ... 34

4.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 39

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

5.1 Hasil Penelitian ... 42

5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 42

5.1.2 Hasil Analisa Data... 43

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian... 50

5.2.1 Karakteristik Pasien Anak Usia Prasekolah yang Dirawat di Ruang Kaswari RSUD Wangaya ... 50

5.2.2 Perbedaan Perilaku Adaptif Awal dan Akhir pada Masing-masing Kelompok ... 53

5.2.3 Pengaruh Clay Therapy terhadap Perilaku Adaptif pada Anak Usia Prasekolah yang Mengalami Hospitalisasi di Ruang Kaswari RSUD Wangaya ... 55

5.2.4 Pengaruh Masing-masing karakteristik anak (jenis kelamin, lama dirawat dan pengalaman dirawat) dengan Perilaku Adaptif Anak ... 57

5.3 Keterbatasan Penelitian ….. ... 60

BAB IV PENUTUP ... 61

6.1 Simpulan ... 61

6.2 Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ………... 28

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 45

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Berdasarkan Umur……….……… 45

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Berdasarkan Lama Dirawat……… 45

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Pengalaman Dirawat….… 46 Tabel 5.5 Hasil Uji Kesetaraan Karakteristik Responden ……….... 46

Tabel 5.6 Tendensi Sentral Nilai Perilaku Adaptif Sebelum Dan Sesuda Pada Kelompok Perlakuan Yang Diberikan Terapi Bermain Clay Therapy Di Ruang Kaswari RSUD Wangaya……….... 47

Tabel 5.7 Tendensi Sentral Nilai Perilaku Adaptif Pre-Test Dan Post-Test Pada Kelompok Kontrol……….... 47

Tabel 5.8 Uji Normalitas Data Masing-Masing Kelompok……….. 48

Tabel 5.9 Tendensi Sentral Selisih Nilai Perilaku Adaptif Pre-Test Dan Post-Test Pada Kelompok Kontrol Dan Perlakuan……….. 49

Tabel 5.10 Uji Normalitas Data Selisih Nilai Perilaku Adaptif Pada Masing-Masing Kelompok……….. 50

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian………..……… 41

Gambar 4.1 Desain Penelitian ……… 46

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Instrumen Lembar Observasi Perilaku Adaptif Anak Prasekolah Lampiran 3 : Instrumen SOP Terapi Bermain

Lampiran 4 : Anggaran Realisasi Dana Penelitian Lampiran 5 : Penjelasan Penelitan

Lampiran 6 : Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 7 : Master Tabel Data Penelitian Lampiran 8 : Hasil Analisa Data

Lampiran 9 : Dokumentasi Penelitian Lampiran 10 : Surat-surat

(15)

xiv

DAFTAR SINGKATAN

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

PPK-BLUD : Pola Pengembangan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah VCT : Voluntary Conseling and Testing

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

hingga usia tujuh belas tahun, dimana masing-masing anak tumbuh dan belajar

sesuai dengan tingkat perkembangannya (Centers for Disease Control and

Prevention, 2014). Anak termasuk individu yang masih bergantung pada orang

dewasa dan lingkungannya. Dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, anak

membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasinya untuk belajar mandiri

sesuai dengan usia perkembangannya (Supartini, 2004).

Usia prasekolah merupakan usia dimana anak akan mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat cepat sehingga pada masa ini sering disebut sebagai

periode emas (Mansur, 2011). Anak usia prasekolah adalah anak yang

mempunyai rentang usia tiga sampai enam tahun (Muscari, 2005). Bila dalam

periode ini anak tidak mendapatkan perhatian yang optimal maka akan

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada periode selanjutnya

(Mansur, 2011). Sistem kekebalan tubuh pada anak usia prasekolah belum dapat

berkembang sempurna, sehingga rentan terhadap berbagai serangan penyakit.

Tidak sedikit anak pada masa ini terserang penyakit yang mengharuskan anak

untuk mendapatkan perawatan dan perhatian khusus di rumah sakit/ hospitalisasi

(17)

2

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan terencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Menurut Kazemi, Ghazimoghaddam, Besaharat & Kashani (2012), selama masa anak-anak, sekitar

minimal 30% anak pernah mengalami perawatan di rumah sakit, sementara itu

sekitar 5% pernah dirawat beberapa kali di rumah sakit. Selama hospitalisasi anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang ditunjukkan dengan pengalaman yang traumatic dan stress (Supartini, 2004).

Stress merupakan gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut (Hawari, 2013). Penyebab stress yang utama pada anak yang mengalami hospitalisasi adalah perpisahan dengan orang tua, adanya cedera dalam tubuhnya serta nyeri yang timbul (Wong, 2009). Stres yang dialami anak timbul akibat pengalaman selama hospitalisasi yang menyebabkan anak cemas, takut sehingga anak berperilaku tidak adaptif. Anak menginterpretasikan hospitalisasi sebagai hukuman dan perpisahan dengan orang tua sebagai kehilangan kasih sayang (Muscari, 2005). Shives (2005) dalam Ramdaniati (2011), menjelaskan bahwa sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan pengalaman yang mengancam serta dapat menimbulkan respon emosional yang menyebabkan anak sulit beradaptasi selama hospitalisasi.

(18)

3

seseorang mengalami kesulitan dalam mengatasi hal-hal yang memicu stres maka akan mengalami hambatan atau kesulitan dalam beradaptasi. Anak yang mengalami stress hospitalisasi akan sulit beradaptasi selama perawatan di rumah sakit. Sehingga tidak jarang anak bereaksi agresif, marah, tidak mau bekerjasama dengan perawat dan ketergantungan dengan orang tua. Reaksi tidak adaptif yang anak perlihatkan selama hospitalisasi memerlukan perhatian khusus, terutama bagi perawat (Supartini, 2004).

Perawat dalam memenuhi kebutuhan anak selama hospitalisasi tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik, namun juga memenuhi kebutuhan psikologis, sosial dan kebutuhan perkembangan anak (American Academy of Pediatric, 2006 dalam Hart & Walton, 2010). Salah satu cara perawat dalam memenuhi kebutuhan psikologis, sosial dan kebutuhan perkembangan anak yaitu dengan atraumatic care. Atraumatic Care dalam perawatan anak sebagai bentuk perawatan terapeutik yang dapat mengurangi stress akibat hospitalisasi. Terapi bermain sebagai salah

satu bentuk asuhan atraumatic care (Supartini, 2004).

Terapi bermain merupakan salah satu bentuk aktivitas yang utama pada masa anak-anak. Menurut Hetherington & Parke (1979) dalam Desmita (2005) permainan bagi anak-anak sebagai suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan. Terapi Bermain menurut Pedro-Carroll & Reddy (2005) dalam Association for

Play Therapy (2014) membantu anak beradaptasi lebih adaptif terhadap stress

(19)

4

dialaminya. Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan (Supartini, 2004).

Clay therapy merupakan jenis terapi bermain kreativitas seni dan keahlian

(creative art and craft) (Rahmani & Moheb, 2010). Menurut Muscari (2005) pemilihan permainan untuk terapi bermain harus disesuaikan dengan usia anak. Perkembangan anak usia prasekolah yang menonjol yaitu perkembangan motorik kasar dan halus. Terapi bermain Clay therapy sesuai dengan perkembangan anak usia prasekolah. Dimana permainan clay therapy merupakan jenis permainan meremas dan membentuk clay yang membantu anak melatih kemampuan motorik halusnya (Kearns, 2004). Clay therapy sebagai alat yang efektif dalam meningkatkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah, menurunkan kecemasan, pengambilan keputusan serta pengendalian impuls dan kemarahan (Landerth, 2004). Bermain clay memungkinkan anak dapat mengeluarkan emosi yang tertahan serta mengekspresikan emosionalnya (Schaefer & Kaduson, 2006).

(20)

5

Studi pendahuluan dilaksanakan pada tanggal 13 November 2014 di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar Bali melalui observasi terhadap 10 pasien anak usia prasekolah di ruang Kaswari. Dimana dari hasil observasi didapatkan data bahwa terdapat 7 pasien anak tidak adaptif terhadap tindakan seperti saat perawat datang untuk tindakan perawatan seperti pengukuran tanda-tanda vital, pemasangan infus, pemberian obat dan pengambilan darah untuk cek laboratorium. Semua anak memberikan respon bervariasi ada yang menangis, berontak, memeluk ibunya serta berteriak minta pulang.

Hasil wawancara dengan kepala ruangan dan beberapa perawat yang dinas di ruang Kaswari didapatkan data terdapat tempat bermain di luar ruangan dan orang tua diperbolehkan menemani anak selama perawatan di rumah sakit. Terapi bermain jarang dilakukan di ruang Kaswari dan hanya dilakukan bila ada mahasiswa yang praktik saja dikarenakan jumlah perawat yang tidak sesuai dengan jumlah pasien. Terapi bermain: Clay Therapy belum pernah diterapkan di ruang Kaswari. Terapi bermain clay therapy dapat dilakukan bersama dengan orang tua sehingga jumlah perawat tidak menjadi permasalahan dalam menjalankan terapi bermain ini.

(21)

6

anak yang mengalami hospitalisasi di Ruang Kaswari dari tahun 2011 hingga 2014.

Clay therapy berdasarkan hasil penelitian dan pendapat para ahli, sangat bermanfaat bagi anak. Berdasarkan fenomena, hasil penelitian, serta konsep teori, maka peneliti tertarik mengkaji lebih jauh tentang pengaruh clay therapy terhadap perilaku adaptif pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini yaitu adakah pengaruh clay therapy terhadap perilaku adaptif pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di Ruang Kaswari RSUD Wangaya?”

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh clay therapy terhadap perilaku adaptif pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan: umur, jenis kelamin, lama dirawat dan pengalaman dirawat

2. Mengetahui perbedaan perilaku adaptif sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol dan perlakuan

(22)

7

4. Mengetahui pengaruh masing-masing karakteristik anak (jenis kelamin, lama dirawat dan pengalaman dirawat) dengan perilaku adaptif sesudah pada anak usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi

1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1.Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi Rumah Sakit dimana fasilitas bermain sangat diperlukan dalam penatalaksanaan atraumatic care dan terapi bermain clay therapy dapat menjadi penatalaksanaan perilaku adaptif pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitlisasi

2. Sebagai bahan masukan bagi profesi keperawatan terutama keperawatan anak dalam penatalaksanaan atraumatic care yaitu perilaku adaptif pada anak hospitalisasi dengan terapi bermain clay therapy

1.4.2.Manfaat Teoritis

(23)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Anak Usia Prasekolah 2.1.1. Pengertian anak usia prasekolah

Usia prasekolah adalah usia anak pada masa prasekolah dengan rentang tiga hingga enam tahun (Potter dan Perry, 2009). Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Hockenberry dan Wilson (2009) bahwa usia prasekolah merupakan usia perkembangan anak antara usia tiga hingga lima tahun. Pada usia ini terjadi perubahan yang signifikan untuk mempersiapkan gaya hidup yaitu masuk sekolah dengan mengkombinasikan antara perkembangan biologi, psikososial, kognitif, spiritual dan prestasi sosial. Anak pada masa prasekolah memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai laki-laki atau perempuan, dapat mengatur diri dalam toilet training dan mengenal beberapa hal yang berbahaya dan mencelakai dirinya (Mansur, 2011).

2.1.2. Perkembangan dan Pertumbuhan Anak Usia Pra Sekolah

(24)

9

proses pertumbuhan dan perkembangan bersifat dinamis dinamis dimana terjadi sepanjang siklus hidup anak. Anak pada masa prasekolah akan mengalami proses perubahan baik dalam pola makan, proses eliminasi dan perkembangan kognitif menunjukan proses kemandirian (Hidayat, 2008).

Proses perkembangan pada anak: (1) Perkembangan biologis

Pada anak usia prasekolah akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik yang melambat dan stabil. Dimana pertambahan berat badan 2-3kg pertahun dengan rata-rata berat badan 14,5 kg pada usia 3 tahun, 16,5 kg pada usia 4 tahun dan 18,5 kg pada usia 5 tahun. Tinggi badan tetap bertambah dengan perpanjangan tungkai dibandingkan dengan batang tubuh. Rata-rata pertambahan tingginya 6,5-9 cm pertahun. Pada anak usia 3 tahun, tinggi badan rata-rata adalah 95 cm dan 103 cm pada usia 4 tahun serta 110 cm pada usia 5 tahun (Wong et al, 2009). Pada perkembangan motorik, anak mengalami peningkatan kekuatan dan penghalusan keterampilan yang sudah dipelajari sebelumnya seperti berjalan, berlari dan melompat. Namun pertumbuhan otot dan tulang masih jauh dari matur sehingga anak mudah cedera (Hockenberry dan Wilson, 2007).

(2) Perkembangan kognitif

(25)

10

diajukan (Potter dan Perry, 2009). Menurut Marry (2005) tinjauan teori mengenai perkembangan kognitif menggunakan tahap berpikir pra operasional oleh Piaget. Dimana dibagi menjadi dua fase yaitu:

a. Fase pra konseptual (usia 2-4tahun) dimana pada fase ini konsep anak belum matang dan tidak logis dibandingkan dengan orang dewasa. Mempunyai pemikiran yang berorientasi pada diri sendiri, dan membuat klasifikasi yang masih relatih sederhana.

b. Fase intuitif (4-7 tahun): anak mampu bermasyarakat namun belum dapat berpikir timbal balik. Anak biasanya banyak meniru perilaku orang dewasa tetapi sudah mampu memberi alasan pada tindakan yang dilakukan.

(3) Perkembangan moral

Anak pada usia prasekolah mampu mengadopsi serta menginternalisasi nilai-nilai moral dari orang tuanya. Perkembangan moral anak berada pada tingkatan paling dasar. Anak mempelajari standar perilaku yang dapat diterima untuk bertindak sesuai dengan standar norma yang berlaku serta merasa bersalah bila telah melanggarnya (Kohlberg, 1994 dalam Wong, 2009).

(4) Perkembangan psikososial

(26)

11

2.2.Hospitalisasi pada Anak 2.2.1. Definisi Hospitalisasi

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak mengalami perubahan dari keadaan sehat dan rutinitas lingkungan serta mekanisme koping yang terbatas dalam menghadapi stresor. Stresor utama dalam hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan kendali dan nyeri (Wong, 2009). Hospitalisasi menurut Supartini (2004) merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk dirawat di rumah sakit dalam menjalani terapi dan perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah berat dan menimbulkan kecemasan bagi anak.

Berdasarkan pengertian hospitalisasi yang dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi merupakan suatu proses baik karena alasan berencana maupun darurat yang mengharuskan anak untuk dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang dapat berdampak pada perubahan psikis pada anak yang terjadi akibat suatu tekanan atau krisis pada anak.

2.2.2. Reaksi Anak terhadap Hospitalisasi

(27)

12

sering bertanya, menangis, dan tidak kooperatif terhadap petugas. Dirawat di rumah sakit memaksa anak untuk meninggalkan lingkungan yang dicintai, keluarga, dan teman sehingga menimbulkan kecemasan. Selain itu anak berada pada lingkungan rumah sakit yang menyebabkan anak sulit beradaptasi. Reaksi yang sering ditunjukan adalah menolak perawatan atau tindakan dan tidak kooperatif dengan petugas.

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Hospitalisasi pada Anak Prasekolah

Anak usia prasekolah akan mempresepsikan hospitalisasi sebagai hukuman dan pengalaman yang menakutkan (Supartini, 2004). Sehingga respon anak terhadap hospitalisasi pada usia prasekolah akan lebih berat dibandingkan dengan anak usia sekolah. Reaksi anak terhadap hospitalisasi menurut Hockenberry & Wilson (2009) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor usia, pengalaman sakit, perpisahan, pengalaman dirawat di rumah sakit, dan jenis kelamin anak.

a. Faktor usia: anak usia prasekolah mempresepsikan hospitalisasi sebagai suatu pengalaman yang menakutkan (Hockenberry & Wilson, 2007).

b. Jenis kelamin: jenis kelamin perempuan lebih bersikap adaptif dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki (Handayani & Puspitasari, 2009)

(28)

13

akan lebih mudah beradaptasi dan kooperatif terhadap tindakan perawatan (Supartini, 2004).

d. Lama rawat: tingkat kecemasan anak terhadap respon hospitalisasi tetap tinggi hingga anak menjalani hospitalisasi lebih dari 2 hari (Stubbe, 2008)

2.3.Konsep Terapi Bermain 2.3.1. Pengertian Terapi bermain

Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak, baik fisik, emosi mental, intelektual, kreativitas maupun sosial (Soetjiningsih, 2014). Terapi merupakan penerapan sistematis dari sekumpulan prinsip belajar terhadap suatu kondisi atau tingkah laku yang dianggap menyimpang dengan tujuan melakukan perubahan. Terapi bermain adalah usaha mengubah tingkah laku yang bermasalah dengan menempatkan anak dalam situasi bermain (Adriana, 2011).

2.3.2. Fungsi bermain

Fungsi bermain menurut Adriana (2011) berfungsi untuk merangsang perkembangan sensorimotor, perkembangan intelektual, sosialisasi, kreativitas, kesadaran diri, nilai moral dan manfaat terapeutik.

(29)

14

2) Perkembangan intelektual: melalui eksplorasi dan manipulasi, anak-anak belajar mengenal warna, bentuk, ukuran, tesktur dan fungsi objek-objek. Ketersediaan materi permainan dan kualitas keterlibatan orang tua adalah dua variabel terpenting yang terkait dengan perkembangan kognitif selama masa bayi dan prasekolah.

3) Sosialisasi: perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui bermain, anak belajar membentuk hubungan sosial dan menyelesaikan masalah, belajar pola perilaku dan sikap yang diterima masyarakat.

4) Kreativitas: anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam bermain. Kreativitas terutama merupakan hasil aktivitas tunggal, meskipun berpikir kreatif sering kali ditingkatkan dalam kelompok. Anak merasa puas ketika menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

5) Kesadaran diri: melaui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuan diri dan membandingkannya dengan orang lain. Kemudian menguji kemampuannya dengan mencoba berbagai peran serta mempelajari dampak dari perilaku mereka terhadap orang lain.

(30)

15

7) Manfaat terapeutik: bermain bersifat terapeutik pad aberbagai usia. Bermain bersifat terapeutik pada berbagai usia. Bermain memberikan sarana untuk melepaskan diri dari ketegangann dan stress yang dihadapi di lingkungan. Dalam bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan melepaskan impuls yang tidak dapat diterima dalam cara yang dapat diterima masyarakat. Melalui bermain anak-anak mampu mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut, kecemasan dan keinginan mereka kepada pengamat yang tidak dapat mereka ekspresikan

2.3.3. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Terapi Bermain

Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Soetjianingsih (2014) saat anak dalam aktivitas bermain yaitu:

1. Energi ekstra/tambahan: bermain memerlukan energi tambahan, dimana anak yang sakit, tidak memiliki energi yang banyak untuk bermain, sehingga permainan yang di anjurkan yaitu permainan yang tidak memerlukan banyak energi.

2. Waktu: anak yang hospitalisasi harus mempunyai cukup waktu untuk bermain 3. Alat permainan: untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan

umur dan taraf perkembangan anak.

4. Ruangan untuk bermain: ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga bisa bermain di halaman atau di tempat tidur disesuaikan dengan keadaan anak. 5. Pengetahuan cara bermain: anak belajar bermain melalui mencoba-coba

(31)

16

6. Teman bermain: anak harus yakin bahwa ia mempunyai teman bermain. Anak dapat bermain dengan orang tua, teman sebaya atau saudara sehingga anak tidak kehilangan kesempatan dalam bersosialisasi

7. Reward: pemberian reward akan membuat anak termotivasi, reward dapat diberikan berupa semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila berhasil melakukan sebuah permainan.

2.3.4. Jenis permainan pada anak Usia Prasekolah

Permainan anak usia prasekolah menurut Adriana (2011) biasanya bersifat asosiatif (interaktif dan kooperatif) serta memerlukan hubungan dengan teman sebaya. Alat permainan yang dianjurkan untuk anak usia prasekolah yaitu berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar dan tulis, dokter-dokteran atau masak-masakan (Soetjianingsih, 2014). Pemilihan permainan untuk terapi bermain harus disesuaikan dengan usia anak. Perkembangan anak usia prasekolah yang menonjol yaitu perkembangan motorik kasar dan halus (Mary, 2005). Terapi bermain Clay therapy sesuai dengan perkembangan Anak usia prasekolah. Dimana permainan clay therapy merupakan jenis permainan meremas dan membentuk clay yang membantu anak melatih kemampuan motorik halusnya (Kearns, 2004).

2.3.5. Terapi bermain di Rumah Sakit

(32)

17

perpisahan, dapat sebagai distraksi (pengalihan perhatian) dan relaksasi dan mencapai tujuan terapeutik. Prinsip bermain di rumah sakit yaitu:

a. Permainan tidak bertentangan dengan terapi dan perawatan yang dijalani b. Tidak membutuhkan energi yang banyak

c. Harus mempertimbangkan keamanan bagi anak d. Dilakukan pada kelompok umur yang sama e. Melibatkan orang tua atau keluarga

Standar Operasional Prosedur terapi bermain menurut Andriana (2011) yaitu: Tahap Prainteraksi:

1. Melakukan kontrak waktu 2. Mengecek kesiapan anak 3. Menyiapkan alat

Tahap Orientasi:

4. Memberikan salam dan menyapa nama anak 5. Memperkenalkan diri

6. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan terapi bermain clay therapy 7. Menanyakan persetujuan dan kesiapan anak sebelum kegiatan dilakukan Tahap Kerja:

8. Memberi petunjuk pada anak mengenai cara bermain clay therapy

9. Mempersilahkan anak untuk melakukan permainan sendiri/ bersama orang tua/ keluarga/ dibantu

10.Memotivasi keterlibatan anak dan keluarga

(33)

18

12.Meminta anak menceritakan apa yang dilakukan atau dibuatnya dengan clay 13.Menanyakan perasaan anak setelah bermain clay

Tahap Evaluasi:

14.Berpamitan dengan anak 15.Mencuci tangan

2.3.6. Clay Therapy

Clay therapy merupakan terapi bermain dengan menggunakan media clay sebagai bagian dalam terapi ( Rahmani dan Moheb, 2010). Clay therapy sebagai sebuah terapi dengan menggunakan media clay yang membantu seseorang dalam mengekspresikan suasana hati dan perasaannya (Buchalter, 2009 dalam Wirastania, 2012). Terapi bermain clay therapy akan dilakukan dengan beberapa tema seperti buah-buahan, sayuran, hewan, bunga dan desain lainnya. Penetapan tema dilakukan untuk membantu mengarahkan klien membuat karya dengan clay.

Clay merupakan tanah liat, dengan materi alam yang diolah dan dibentuk menjadi macam-macam bentuk yang akan dibuat sebagai keramik (Designs, 2011 dalam Rochayah, 2012). Dalam perkembangannya istilah clay digunakan dalam menyebut adonan yang menyerupai tanah liat atau clay buatan (Wahyuningsih, 2012).

(34)

19

mengasah kemampuan otak kanan dalam berkreatifitas, meningkatkan daya imanjinasi dan melatih kerja saraf motorik anak. Macam-macam clay buatan menurut Suryani (2011) yaitu:

a. Paper clay: clay ini dibuat dari bubur kertas dan pengeringannya dapat dilakukan dengan diangin-anginkan saja. Pembuatan clay ini hanya dengan kertas koran, air, lem, tepung kanji dan dapat dipercantik dengan warna yang ditambahkan.

b. Lilin malam: clay ini biasanya digunakan sebagai mainan anak-anak yang banyak dijual di toko dengan bermacam-macam warna dan mudah dibentuk. Bentuk akhirnya lunak dan tidak akan mengeras sehingga dapat diolah kembali.

c. Polymer clay: clay ini dilakukan pengeringan dengan cara di panggang dalam oven. Hasilnya dapat menyerupai batu alam, plastik atau metal.

d. Air dry clay: clay ini sering disebut dengan clay jepang atau clay korea karena clay tersebut umumnya didatangkan dari kedua negara tersebut. Pengeringan clay ini cukup dengan diangin-anginkan saja.

e. Jumping clay: clay ini menyerupai air dry clay, namun hasil akhirnya akan lebih ringan dan pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan saja.

(35)

20

Clay yang terbuat dari tepung memiliki karakter yang mudah dibentuk, tidak lengket pada tangan dengan hasil akhir yang cukup diangin-anginkan dan clay akan menjadi keras (Widjaja, 2009). Pembuatan maizena clay memerlukan beberapa bahan yaitu: Tepung maizena (tepung jagung), Lem putih, baby oil dan Pewarna makanan. Bahan dicampur hingga kalis, dan tidak lengket. Sehingga akan menghasilkan clay dengan warna-warna yang menarik bagi anak. Pemilihan clay maizena ini karena bahan mudah ditemukan dan aman bagi anak-anak.

2.4.Konsep Perilaku Adaptif 2.4.1. Pengertian perilaku adaptif

Perilaku adaptif adalah respon seseorang terhadap stimulus yang akan merangsang dan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Adaptif merupakan respon dari individu yang mudah menyesuaikan diri dengan keadaan yang dialami (Skinner, 1938 dalam Sunaryo, 2004). Perilaku adaptif merupakan proses perubahan perilaku individu dalam berespon terhadap beberapa perubahan yang terjadi pada diri individu maupun lingkungannya yang akan mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis (Hidayat, 2008). Perkembangan adaptasi anak prasekolah yaitu adanya kemampuan bermain permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh dan menunjukan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan (Wong, 2000 dalam Alimul, 2008).

(36)

21

masalah yang dialami dalam batas internal. Perilaku adaptif meliputi: Solitude (menyepi) sebagai respon yang diperlukan individu dalam menuangkan apa yang telah dilakukan dalam lingkungan sosialnya dan mengevaluasi diri dalam menentukan langkah selanjutnya. Autonomy (Otonomi) merupakan kemampuan individu dalam menentukan atau menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. Mutuality (kerjasama) adalah saling memberi dan menerima kerjasama dan interdepedency adalah saling ketergantungan antara individu dengan orang lain.

2.4.2. Perilaku Anak Usia Prasekolah yang Mengalami Hospitalisasi

Anak yang dirawat di rumah sakit akan mengalami beberapa perubahan yang memerlukan penyesuaian dalam kehidupan sehari-harinya. Respon setiap anak terhadap stres diperlihatkan dengan cara yang unik oleh karena usia dan kepribadian individu, namun respon regresif, agresif serta menarik diri merupakan respon yang paling umum muncul pada anak hospitalisasi. Perilaku ini seiring dengan waktu akan berkurang pada saat anak sudah merasa nyaman dan aman (Kail dan Nelson, 1993 dalam Harsono, 2006).

Reaksi anak serta keluarga terhadap sakit dan hospitalisasi menurut Suparto (2003) dalam Kartikayani (2012) yang dialami yaitu kecemasan, stress, dan perubahan perilaku. Anak beradaptasi terhadap sakit dan perawatan di rumah sakit dengan cara:

(37)

22

perawatan yang diberikan seperti: menolak minum obat, disuntik, tidak mau dipasang infus, serta tidak kooperatif dengan petugas kesehatan.

b. Pengalihan perhatian (distraction) usaha anak dalam mengalihkan perhatiannya dari pikiran atau hal-hal yang membuat anak tertekan. Perilaku anak lakukan selama dirawat di rumah sakit seperti anak minta diceritakan, menonton televisi, serta bermain permainan yang disukai anak.

c. Berupaya aktif (active) merupakan usaha anak dalam mencari jalan keluar dengan melakukan sesuatu yang aktif. Perilaku tersebut seperti anak menanyakan kondisinya pada tenaga medis atau orang tuanya, kooperatif pada tenaga medis, minum obat secara teratur, serta beristirahat sesuai dengan aturan yang diberikan.

d. Mencari dukungan (Support) dalam melepaskan tekanan yang dialaminya akibat penyakit yang diderita, anak berusaha mencari dukungan. Dukungan tersebut dapat berupa pendampingan anak oleh orang tua selama hospitalisasi.

2.4.3. Stressor pada Anak yang Dirawat di Rumah Sakit

(38)

23

Pemicu stress pada anak yang mengalami hospitalisasi dapat berupa perubahan yang bersifat psiko-sosial, fisik, maupun spiritual. Perubahan lingkungan fisik ruangan seperti fasilitas tempat tidur yang tidak sesuai atau tidak membuat anak nyaman, kurangnya kebersihan, dan kurangnya pencahayaan. Selain itu sesuatu yang membuat anak merasa terganggu yaitu suara yang gaduh hingga anak menjadi ketakutan. Keadaan dan warna dinding atau tirai dapat membuat anak merasa kurang nyaman. Lingkungan fisik tersebut membuat anak merasa tidak nyaman dan tidak aman. Perubahan fisiologis akan tampak dengan tanda dan gejala yang dialami anak. Adanya prosedur yang menimbulkan rasa nyeri sehingga membuat anak terganggu (Lubis, 2007).

Selain lingkungan fisik yang mengalami perubahan, anak yang mengalami hospitalisasi dapat mengalami perubahan lingkungan psikososial. Perubahan tersebut akan membuat anak tertekan dan menimbulkan kecemasan. Masa perawatan yang dijalani anak, dimana anak akan merasa terpisah dari lingkungan, kegiatannya sehari-hari dan orang yang dekat dengannya. Hubungan dekat yang dimiliki anak dengan orang tua, anak akan merasa kehilangan orang tuanya akibat perpisahan yang dialaminya dan mengharuskan anak untuk tinggal dalam lingkungan baru di rumah sakit. Hal tersebut dapat menibulkan perasaan cemas dan tidak aman pada anak (Nursalam, Susilaningrum, R., dan Utami, S., 2005).

2.4.4. Pola Koping pada Anak Usia Prasekolah

(39)

24

dan agresi (Potter & Perry, 2009). Selain itu beberapa anak memiliki koping yang berbedan dimana berupa ketidakaktifan anak (apatis, diam total dan kurang beraktivitas). Dalam orientasi pra-koping (anak mendengar dan melihat, mengamati dan berjalan keliling, serta banyak bertanya), kooperatif (anak kooperatif dengan perawatan), resistensi (anak berusaha menghindari situasi yang dialami dengan serangan fisik atau verbal atau menolak serta mengendalikan Anak juga dapat merasa hilangnya kendali karena mereka mengalami kehilangan kekuatan terhadap diri sendiri. Rasa takut yang timbul akibat cedera tubuh akan membuat anak takut terhadap prosedur yang menimbulkan nyeri dan pengetahuan yang terbatas dapat menimbulkan rasa takut terhadap tindakan-tindakan perawatan (Muscari, 2005)

2.4.5. Pengaruh Clay Therapy terhadap Perilaku Adaptif pada Anak Usia Prasekolah

(40)

25

Referensi

Dokumen terkait

Jenis metode yang digunakan adalah pra-eksperimen dengan jenis one group posttest, sampel yang digunakan adalah anak yang berumur antara 4 sampai 5 tahun (usia

Hasil uji statistik menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari terapi bermain terhadap reaksi hospitalisasi anak usia toddler, yaitu terdapat perbedaan

I yaitu 23 sedangkan pada An.M yaitu 24, berdasarkan hasil penerapan dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan skala ansietas pada anak usia pra sekolah yang menjalani hospitalisasi