• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROJECT CITIZEN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP KESADARAN LINGKUNGAN SISWA : Studi Eksperimen Kuasi di SMPN 2 Manggar Belitung Timur).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROJECT CITIZEN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP KESADARAN LINGKUNGAN SISWA : Studi Eksperimen Kuasi di SMPN 2 Manggar Belitung Timur)."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Batas interaksi meliputi keberadaan seluruh unsur alam, mahluk hidup dan manusia, dalam satu ruang alam yang sama. Bentuk keterkaitan ekosistem yang sering diungkapkan adalah fenomena globalisasi, suatu peristiwa alamiah yang menggeser pendekatan sistem terbuka menjadi sistem semi tertutup atau sistem tertutup.

“Mengubah pandangan konsep nilai tambah ke nilai manfaat, yang meminimumkan masukan sumber daya alam dan keluaran limbah, yang memelihara hak-hak alam sehingga kesinambungan dijamin oleh kompleksnya siklus rangkai manfaat, bukan oleh penguasaan hulu-hilir secara sepihak. Suatu siklus rangkai tertutup dari berbagai usaha yang saling terkait dirancang untuk memaksimumkan nilai manfaat dan meminimumkan penggunaan sumber daya alam serta buangan limbahnya, sekaligus akan menjamin berlangsungnya semua aktivitas secara berkesinambungan” (Purwasasmita, 2010 :21).

Eksploitasi sumber daya alam makin meningkat untuk memenuhi bahan dasar industri. Sebaliknya hasil samping industri yang berupa limbah mulai menurunkan kualitas lingkungan hidup. Pribadi, (2011:1) mengemukakan bahwa :

”Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua unsur lingkungan, yaitu benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup yang mempengaruhi kehidupan manusia dan mahluk hidup lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia memanfaatkan lingkungan, berdasarkan sifatnya, kebutuhan hidup manusia dapat dikategorikan menjadi kebutuhan hidup material dan kebutuhan hidup non material. Manusia mempunyai status sebagai komponen biotik lingkungan yang aktif, hal ini disebabkan karena dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia secara aktif dalam mengelola dan merubah ekosistem”.

(2)

850.000 jiwa. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi tujuh wilayah, yakni Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Timur, Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur. Berdasarkan data terakhir dari Departemen Pertambangan dan Energi, produksi logam timah di provinsi ini mencapai 44.495 ton per tahun atau senilai Rp 600 miliar lebih, yang dihasilkan dari dua perusahaan yang berada di wilayah Bangka Belitung, yaitu PT Tambang Timah dan PT Koba Tin.

(3)

Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Belitung, mengatakan sekitar 70 persen sungai yang ada di Belitung telah tercemari oleh dampak aktivitas Tambang Inkonvensional (TI) yang beroperasi di Daerah Aliran Sungai (DAS). Tak jarang ditemukan kondisi air sungai menjadi keruh. Dari yang tersisa tersebut, kawasan hutan yang bervegetasi tinggal 17 persen dari luas daratan Bangka Belitung (1.642.414 hektar). Idealnya untuk satu pulau paling tidak luas kawasan hutan yang bervegetasi baik mencapai 30 persen.

Rusaknya lingkungan di Babel tak saja didominasi oleh penambangan timah. Perambahan hutan oleh perkebunan besar maupun pribadi turut berkontribusi terhadap degradasi lingkungan. Seperti di Bangka Tengah. Dari 121.661,30 hektar atau 56,43% dari luas wilayah Bangka Tengah, sekitar 215.577 hektar rusak parah. Kondisi kerusakan bisa mencapai sekitar 40%. Kerusakan kawasan hutan juga terjadi di sekitar kawasan perbukitan. Sekitar 40% dari luas 7.106 hektar bukit Pading di Kecamatan Lubuk Besar rusak oleh perambahan hutan dan pertambangan. Kondisi bukit Pading terancam erosi. Meski kerusakan hutan begitu besar, upaya penegakan hukum terkait aktivitas perusakan hutan belum maksimal. Data di Polres Bangka Tengah, kasus pembalakan ilegal 2009 sekitar 6 kasus dan turun drastis di tahun 2010 dengan 2 kasus. Sedangkan kasus penambangan ilegal, jika 2009 sebanyak 11 kasus dan tahun 2010 turun jadi 8 kasus.

(4)

dipandang dari kebijakan pemerintah yaitu munculnya kebijakan menteri perindustrian dan perdagangan yang membuka peluang industri pengolahan timah di daerah dan makin dipermulus dengan munculnya beberapa peraturan daerah (perda), salah satunya Perda Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Pertambangan Umum, semakin memperluas kesempatan eksploitasi timah.

Konsekuensi logis dari kegiatan penambangan timah ini adalah terbentuknya lobang bekas penambangan timah, yang menurut istilah lokal wilayah Bangka Belitung disebut “kolong” atau “lobang camuy”. Kolong pasca penambangan timah telah terjadi sejak

penambangan timah dimulai dan tersebar di beberapa kecamatan. Berdasarkan hasil penelitian lapangan yang dilakukan PT Tambang Timah tahun 2003, jumlah kolong pasca penambangan timah di wilayah Bangka dan Belitung sebanyak 887 kolong dengan luas 1.712,65 hektar, yang terdiri dari 544 kolong dengan luas 1.035,51 hektar di Pulau Bangka, dan sebanyak 343 kolong dengan luas 677,14 hektar di Pulau Belitung.

Berdasarkan data empiris, dari media massa yang ada diketahui bahwa sejumlah masalah pencemaran yang dilakukan di Belitung Timur lima tahun belakangan ini cukup mengkhawatirkan hal ini disebabkan banyaknya pertambangan-pertambangan timah yang menyebabkan banyaknya pencemaran-pencemaran seperti : Menimbulkan pencemaran air, udara dan tanah. Punah dan merosotnya jumlah keanekaan jenis biota timbulnya hal ini disebabkan eksploitasi sumber daya alam yang melampaui batas.

(5)

dengan pendidikan sehingga terjadi keseimbangan. Karena mempelajari tentang seluk beluk serta pemanfaatan lingkungan ternyata siswa bukan hanya diajak untuk mempelajari konsep tentang lingkungan, tetapi lingkungan pun dapat menjadi salah satu sumber belajar. Hal ini senada dengan pernyataan dan penuturan dari Depdiknas (1990:9) yang mengemukakan bahwa belajar dengan menggunakan lingkungan memungkinkan siswa menemukan hubungan yang sangat bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata, konsep dipahami melalui proses penemuan, pemberdayaan dan hubungan, Winataputra (1997:5-49) mengatakan bahwa pemanfaatan lingkungan didasari oleh pendapat pembelajaran yang lebih bernilai, sebab para siswa diharapkan dengan peristiwa dan keadaan yang seharusnya. Samatowa (2006:173) mengatakan bahwa pembelajaran dapat dilakukan diluar kelas (out door education) dengan memanfaatkan lingkungan sebagai laboratorium alam. Selain itu, Iskandar (1997:78) menyatakan bangkitnya motivasi belajar intrinsik siswa sangat dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik, yaitu behavior (lingkungan). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan merupakan sumber belajar yang paling efektif dan efisien dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

(6)

diutamakan pada angka-angka akademik. Dalam penjelasan pasal 37 (1), PKn dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, maka PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai tugas membentuk perilaku dan kepribadian serta membina sikap dan moral peserta didik yang sudah menjadi bagian integral dalam menunaikan tugasnya sehari-hari untuk mengembangkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada jenjang persekolahan akan mampu membentuk peserta didik jika dilakukan secara kontektual, bukan tekstual. Bukan suatu rahasia lagi, bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan selama ini lebih menitik beratkan pada tekstual daripada kontekstual dan diberikan secara indoktrinasi, sehingga pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan hanya terjadi informasi dan komunikasi satu arah, dimana siswa pasif dan hanya mendengarkan apa yang diceramahkan oleh guru, akibatnya siswa hanya memperoleh materi yang sifatnya hafalan saja dengan mengorbankan pengembangan critical thinking, yang tidak banyak memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan gagasan atau pikiran-pikirannya. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran seperti itu akan sulit untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan termasuk dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.

(7)

misi sebagaimana seharusnya. Beberapa indikasi empirik yang menunjukkan salah arah tersebut antara lain adalah sebagai berikut : pertama, proses pembelajaran PKn lebih menekankan pada dampak instruksional yang terbatas pada penguasaan materi atau dengan kata lain hanya menekankan pada dimensi kognitifnya saja. Sedangkan pengembangan dimensi-dimensi lainnya (afektif dan psikomotor) serta pemerolehan dampak pengiring (nurturant effect) sebagai hidden curriculum belum mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Kedua, pengelolaan kelas belum mampu menciptakan suasana kondusif dan produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa melalui perlibatannya secara produk dan interaktif baik dalam proses pembelajaran dikelas diluar kelas, sehingga berakibat pada miskinnya pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning) untuk mengembangkan kehidupan dan perilaku siswa. Ketiga, pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler sebagai wahana sosiopadagogis untuk mendapatkan hand-on experience juga belum memberikan kontribusi yang signifikan untuk menyeimbangkan antara penguasaan teori dan praktek pembiasaan perilaku dan keterampilan dalam berkehidupan (Budimansyah, 2006 :8).

(8)

potensi siswa sebagai makluk berpikir dan makluk sosial. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Djahiri (2002:93) bahwa :

“Salah satu pembaharuan dalam pendidikan kewarganegaraan ialah pola/strategi pembelajarannya, dimana siswa bukan hanya belajar tentang hal ihwal (materi pembelajaran) pendidikan kewarganegaraan melainkan juga belajar ber-pendidikan kewarganegaraan atau praktek, dilatih uji coba dan mahir serta mampu membakukan diri, bersikap perilaku sebagaimana isi pesan pendidikan kewarganegaraan”.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan bukan hanya memberikan informasi yang kognitif semata, sesuai dengan peran PKn dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, melalui pemberian keteladanan, pembangunan kemauan, dan pengembangan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Karakter atau watak pendidikan kewarganegaraan memiliki tiga unsur yang saling berkaitan yakni: moral knowing, moral feeling, and moral behavior (Konsep moral, sikap moral, Perilaku moral). Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari para mahasiswa baik sebagai individu, sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Lickona (1992 :51)

(9)

Sejalan dengan pendapat di atas Somantri (2001:299) menjelaskan bahwa:

“Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”.

Suryadi (2000:24) menyatakan bahwa :

Pendidikan Kewarganegaraan menekankan pada empat hal Pertama, Pendidikan Kewarganegaraan bukan lagi sebagai indoktrinasi politik.

Kedua, Pendidikan Kewarganegaraan mengembangkan state of mind,

pembangunan karakter bangsa merupakan proses pembentukan warga negara yang cerdas serta berdaya nalar tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan memusatkan perhatian pada pembentukan kecerdasan (civic intelligence), tanggungjawab (civic responsibility), dan partisipasi (civic participation) warga negara sebagai landasan untuk mengembangkan nilai dan perilaku demokrasi. Ketiga, Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu proses pencerdasan, pendekatan mengajar yang selama ini seperti menuangkan air kedalam gelas watering down seharusnya diubah menjadi pendekatan yang lebih partisipatif dengan menekankan pada latihan penggunaan nalar dan logika. Keempat, Pendidikan Kewarganegaraan sebagai laboratorium demokrasi, sikap dan perilaku demokratis perlu berkembang”.

Sejalan dengan pendapat di atas, Winataputra (2001:317) menegaskan bahwa: Pendidikan Kewarganegaraan dalam paradigma baru mengusung tujuan utama mengembangkan “civic competences” yakni civic knowledge (pengetahuan dan wawasan kewarganegaraan), civic disposition (nilai, komitmen, dan sikap kewarganegaraan), dan civic skills (perangkat kecakapan intelektual, sosial, dan personal kewarganegaraan) yang seyogyanya dikuasai oleh setiap individu warga negara

(10)

kondisi ini, maka perlu diadakan strategi baru yang memanfaatkan lingkungan sekolah dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan pendekatan ini, pembelajaran lebih menyenangkan dan terkesan melekat pada siswa dibanding guru hanya bertindak sebagai penceramah. Pendekatan ini makin memperkuat motivasi belajar siswa pada pembelajaran. Strategi project citizen adalah salah satu strategi yang mendorong siswa agar belajar tidak tergantung dari apa yang ada dibuku atau kitab yang merupakan pegangan guru. Konsep pembelajaran ini berangkat dari belajar kontekstual dengan lebih mengedepankan bahwa hal yang dipelajari terlebih dahulu oleh siswa adalah apa yang ada pada lingkungannya

Oleh karena itu, salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh guru PKn agar pembelajaran tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tentunya harus mampu memilih metode belajar yang tepat dan model pembelajaran yang dianggap mendukung dalam pembelajaran PKn, khususnya dalam upaya Pengembangan Kesadaran Lingkungan SMP Negeri 2 di Belitung Timur melalui pembelajaran Project Citizen atau lebih dikenal dengan portofolio, karena dalam model ini siswa dilatih untuk menerapkan sikap positif terhadap kesadaran lingkungan yang berlaku di masyarakat dan negara sehingga diharapkan siswa dapat melaksanakan segala aktivitasnya dengan baik. Model pembelajaran portofolio dilandasi pemikiran sebagai berikut : Belajar mengetahui (learning to know), Belajar berbuat (learning to do), Belajar hidup bersama (learning to

live together), belajar menjadi seseorang (learning to be). Melalui pembelajaran PKn

(11)

Model pembelajaran portofolio merupakan pembelajaran sebagai proses kegiatan belajar mengajar yang bersoko guru pada aktivitas belajar siswa kadar tinggi dan multi domain serta multi dimensional, proses ajar utuh terpadu, interdispliner, akan memberdayakan program baru pendidikan kewarganegaraan disamping menjadi wacana kesempatan pelatihan pelakonan berbagai kegiatan dan kemahiran siswa menjadi warga masyarakat serta anak bangsa yang baik, demokratis, cerdas, dan berbudaya Indonesia.

Sejalan dengan pendapat diatas, Budimansyah (2002: 2).menegaskan bahwa :

Portofolio merupakan suatu kumpulan pekerjaan peserta didik dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Portofolio biasanya merupakan karya terpilih dari seseorang siswa. Tetapi dapat juga berupa karya terpilih dari satu kelas secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan untuk memecahkan masalah

Berdasarkan kenyataan diatas, dapat diasumsikan bahwa penggunaan strategi Project Citizen Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Pengembangan Kesadaran

Lingkungan. Karena kesadaran lingkungan merupakan gabungan kebiasaan-kebiasan dimana pembangunannya memerlukan waktu yang lama dan berkesinambungan, maka disamping proses belajar dikelas, perlu suatu metode dan media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar, bahan ajar akan lebih bermakna karena mudah dipahami oleh siswa, dapat memberikan pengalaman nyata bagi siswa, siswa lebih banyak belajar tidak hanya mendengarkan, menuntun berpikir kongkrit, yang pada akhirnya mempermudah proses belajar dan pembelajaran.

(12)

B. Identifikasi Masalah

1. Mengetahui gambaran kesadaran lingkungan siswa di SMP Negeri 2 Manggar Kabupaten Belitung Timur.

2. Mengetahui apakah model pembelajaran project citizen berbasis lingkungan berpengaruh terhadap peningkatan kesadaran lingkungan siswa.

3. Mengetahui mekanisme institusionalisasi project citizen di seluruh SMP Negeri di Belitung Timur.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu : Bagaimana Pengaruh Penggunaan Model Project Citizen Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Lingkungan Siswa di

SMP Negeri 2 Manggar Kabupaten Belitung Timur ?

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam beberapa sub-masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen (pembelajaran project citizen) dengan kelas kontrol (pembelajaran konvensional) pada pengukuran

(13)

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen (pembelajaran project citizen) dengan kelas kontrol (pembelajaran konvensional) pada pengukuran

akhir (post-test) ?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dengan post-test pada kelas eksperimen yang menggunakan project citizen dalam Pendidikan Kewarganegaraan?

4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dengan post-test pada siswa kelas kontrol (pembelajaran konvensional) tanpa perlakuan ?

5. Apakah terdapat perbedaan antara skor gain pada kelas eksperimen dengan skor gain pada kelas kontrol ?

6. Apakah terdapat perbedaan antara skor gain kecakapan intelektual dengan skor gain kecakapan partisipatoris ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendapatkan gambaran “Pengaruh

Penggunaan Model Project Citizen Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Lingkungan Siswa di SMP”. Adapun tujuan secara khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen (pembelajaran project citizen) dengan kelas kontrol (pembelajaran konvensional) pada pengukuran awal (pre-test) ? 2. Perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen (pembelajaran project citizen)

(14)

3. Perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dengan post-test pada kelas eksperimen yang menggunakan project citizen dalam Pendidikan Kewarganegaraan?

4. Perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dengan post-test pada siswa kelas kontrol (pembelajaran konvensional) tanpa perlakuan ?

5. Perbedaan antara skor gain pada kelas eksperimen dengan skor gain pada kelas kontrol?

6. Perbedaan antara skor gain kecakapan intelektual dengan skor gain kecakapan partisipatoris ?

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara keilmuan (teoritik) maupun secara empirik (praktis).

a. Secara Teoritis

Bermanfaat bagi pengembangan ilmu Pendidikan Kewarganegaraan untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Model Project Citizen dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Lingkungan Siswa di SMP.

b. Secara Praktis

1. Memberikan masukan kepada guru, sebagai peningkatan profesionalismenya terutama dalam penerapan Project Citizen dalam Pendidikan Kewarganegaraan. 2. Memberikan masukan kepada guru, bahwa tugas guru dalam pembelajaran tidak

(15)

3. Memberi pemahaman dasar kepada siswa bahwa Project Citizen dalam Pendidikan Kewarganegaraan dapat membantu siswa dalam kesadaran lingkungan yang diharapkan diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.

4. Memberi masukan pada sekolah dalam merumuskan dan meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, terutama dalam hal pengembangan Project Citizen dalam Pendidikan Kewarganegaraan.

5. Rencana penelitian ini dapat berguna bagi institusi pendidikan, UPI khususnya Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pencetak guru-guru Pendidikan Kewarganegaraan yang telah dipersiapkan secara profesional untuk lebih peka dan terbuka dalam menerima inovasi pembelajaran PKn yang selalu berusaha meningkatkan kualitas dalam merespon tantangan dan kebutuhan.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah “Pengaruh Penggunaan Model Project Citizen Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Lingkungan Siswa di SMP” Berdasarkan pemikiran tersebut, telah ditetapkan hipotesis sebagai berikut:

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen (pembelajaran project citizen) dengan kelas kontrol (pembelajaran konvensional) pada pengukuran

awal (pre-test) ?

2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen (pembelajaran project citizen) dengan kelas kontrol (pembelajaran konvensional) pada pengukuran

(16)

3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dengan post-test pada kelas eksperimen yang menggunakan project citizen dalam Pendidikan Kewarganegaraan?

4. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dengan post-test pada siswa kelas kontrol (pembelajaran konvensional) tanpa perlakuan ?

5. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor gain pada kelas eksperimen dengan skor gain pada kelas kontrol ?

6. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor gain kecakapan intelektual dengan skor gain kecakapan partisipatoris ?

G. Metode Penelitian

Metode merupakan salah satu bagian penting dalam melakukan penelitian, karena berfungsi sebagai strategi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Eksperimen Kuasi. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah Pengaruh Penggunaan Model Project Citizen Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Lingkungan Siswa. Penelitian bermaksud melihat hubungan sebab akibat. Variabel perlakuan pembelajaran Project Citizen Dalam Pendidikan Kewarganegaraan sedangkan variabel terikatnya adalah Kesadaran Lingkungan Siswa.

Dalam penggunaannya peneliti mengambil salah satu bentuk eksperimen kuasi yaitu dengan desain “non-equivalen control group pre test-post test design”. Dalam desain ini

(17)

kontrol (Sugiono, 2010:77). Hal itu sesuai dengan apa yang dikemukakan Creswell (1994 :134)menegaskan bahwa

non-equivalen control group design : In this design, a popular approach to quasi-experiments, the experimental Group A and the control Group B are selected without random assignment. Both groups take a pretest and a posttest, and only the experimental group received the treatment.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Creswell (1994:130) :

In quasi-experimental designs, control and experimental groups are used in the study, but subject design are not randomly assigned to the groups. A single subject design or Nof 1design involves observing the behavior of a single individual (or individuals) over time. In apure experiment the subjects are assigned randomly to the treatment groups.

Bahwa dalam membuat desain eksperimen kuasi harus membentuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang dilakukan tanpa acak atau random hal tersebut dapat digambarkan di bawah ini :

Tabel 1.1 : Desain “Non-Equivalen Control Group Pre Test-Post Test Design”.

Kelompok

Tes awal

Perlakuan

Tes Akhir

Eksperimen O X O

Kontrol O -- O

Keterangan :

X : Perlakuan Model Pembelajaran Dengan Menggunakan Project Citizen Dalam Pendidikan Kewarganegaraan

O : Pengukuran / Observasi

(18)

Untuk mempermudah terlaksananya penelitian ini, peneliti merumuskan kerangka berfikir. Kerangka berfikir menjadi acuan dan titik mula yang memberi arahan yang jelas posisi penelitian yang dilakukan. Untuk lebih jelasnya, kerangka berfikir yang dianut dalam penelitian ini adalah :

Gambar 1.1 : Kerangka Pemikiran

Gambar di atas menggambarkan bahwa pembelajaran PKn dapat dilihat dari dua sisi yakni sisi ideal dan faktual. Sisi ideal berupa kajian teoritis konseptual pembelajaran PKn. Sisi faktualnya menyangkut bagaimana minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Untuk itu perlu dikembangkan pendekatan pembelajaran yang lebih komunikatif dengan menggunakan model pembelajaran Project Citizen. Dalam interaksi belajar mengajar, guru memegang peran yang utama sebagai pengendali kegiatan belajar mengajar peserta didik. Namun dalam menjalankan perannya guru PKn tidak bisa berdiri sendiri. Materi ajar tidak akan bermakna bila tidak dikemas dan disajikan dengan baik. Hubungan

(19)

komunikasi antara guru dan peserta didik akan lebih baik dan efisien jika menggunakan model pembelajaran Project Citizen.

Kemudian peneliti membahas mengenai substansi perlakuaan (interpensi) penelitian. Proses peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia sedang dilaksanakan secara berkesinambungan. Kondisi ini memerlukan iklim yang mendukung yang salah satunya ialah partisipasi warga negara. Tanpa partisipasi dari warga negara maka kehidupan yang demokratis hanya utopis belaka yang tak akan pernah terwujud dalam realitas yang sesungguhnya.

Kecakapan partisipatoris dapat dikategorikan melalui proses interacting, monitoring, and influencing. Interaksi (interacting berkaitan dengan kecakapan-kecakapan warga

negara dalam berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain. Berinteraksi adalah menjadi tanggap terhadap warga negara lain. Terutama dalam proses kesadaran lingkungan. Interaksi berarti bertanya, menjawab, dan berunding dengan santun demikian juga membangun dan mengelola konflik dengan cara yang damai dan jujur.

(20)

mengedepankan bahwa hal yang dipelajari oleh siswa adalah apa yang ada pada lingkungannya.

Model pembelajaran PKn dengan Project Citizen di Indonesia dikembangkan pada awal tahun 2000 oleh Center for Indonesian Civic Education (CICED) dan telah di ujicobakan pada 250 SMP yang tersebar di 12 provinsi pada tahun 2002. Model pembelajaran PKn dengan Project Citizen memperkenalkan kepada siswa dan mendidik mereka dengan beberapa metoda dan langkah-langkah yang digunakan dalam proses politik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif para siswa terhadap kewarganegaraan dan pemerintahnya dengan cara :

1. Membekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi secara aktif

2. Membekali pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi dan efektivitas partisipasi

3. Mengembangkan pemahaman akan pentingnya partisipasi warga negara. Model pembelajaran PKn yang dikenal dengan sebutan Project Citizen merupakan kegiatan pembelajaran yang berbasis masalah (social issues or problems) bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), watak (disposition) warga negara yang demokratis dan memungkinkan dan mendorong partisipasi dalam pemerintahan dan masyarakat sipil yang beradab

Menurut Budimansyah, 2009 :33-103 adapun langkah-langkah dalam Pembelajaran Project Citizen yaitu

(21)

Para siswa akan diberi daftar contoh masalah yang ditemukan dalam masyarakat. Daftar ini mewakili masalah-masalah yang pemecahannya seringkali dianggap sebagai tugas pemerintah saja. Para siswa berbagi informasi mengenai permasalahan yang ditemukan di masyarakat

b) Memilih masalah sebagai bahan kajian kelas

Tujuan langkah kedua adalah hendaknya kelas mendiskusikan semua informasi yang telah didapat berkenaan dengan daftar masalah yang ditemukan dalam masyarakat. Jika para siswa telah memiliki informasi yang cukup. Gunakanlah itu untuk memilih masalah yang hendak dipilih sebagai bahan kajian kelas

c) Mengumpulkan Informasi

Langkah berikutnya adalah mencari bahan-bahan dan sumber informasi tambahan, kemungkinan para siswa akan menemukan informasi yang berbeda antara satu dan lainnya

d) Mengembangkan Portofolio Kelas

Untuk memasuki tahap ini, para siswa harus sudah menyelesaikan penelitiannya, sumber informasi sudah dirasa cukup untuk dikunjungi, setelah itu dibagi menjadi empat kelompok. Masing-masing kelompok bertanggungjawab untuk mengembangkan satu bagian dari portofolio. Adapun langkah-langkahnya adalah :

1. Menjelaskan masalah

2. Mengevaluasi kebijakan-kebijakan alternatif untuk memecahkan masalah 3. Membuat satu kebijakan publik yang didukung oleh kelompok siswa

(22)

e) Menyajikan Portofolio Kelas

Jika portofolio kelas sudah selesai, para siswa dapat menyajikan hasil pekerjaannya dihadapan para hadirin. Presentasi itu atau yang dikenal pula dengan sebutan show case dapat dilakukan di hadapan tiga sampai empat orang juri yang mewakili sekolah dan masyarakat. Dengan kegiatan ini para siswa akan dibekali dengan pengalaman belajar bagaimana cara mempresentasikan ide-ide dan pemikiran kepada orang lain, serta bagaimana cara menyakinkan mereka terhadap langkah-langkah yang diambil siswa.

f) Merefleksikan pengalaman Belajar

Merefleksikan pengalaman belajar atas segala sesuatu selalu merupakan hal yang baik. Refleksi pengalaman belajar ini merupakan salah satu cara untuk belajar, untuk menghindari agar jangan sampai melakukan suatu kesalahan, dan untuk meningkatkan kemampuan yang sudah siswa miliki. Untuk memasuki tahap ini para siswa harus sudah menyelesaikan portofolio kelas. Sebagai bahan tambahan, para siswa dapat memasukkan bagian refleksi atau evaluasi ini dalam bagian dokumentasi.

(23)

1989 yang selanjutnya dicabut dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PPKn berganti nama lagi menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). (Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 2007:114). Dalam pasal 3 UU no 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, secara imperatif digariskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Karena itu

pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan menjadikan manusia sebagai warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab secara filosofi, sosio-politis dan psikopedagogis merupakan peranan dari Pendidikan Kewarganegaraan.

Secara filosofis, demokrasi sebagai ide, norma, prinsip : secara sosiologis sebagai sistem sosial; dan secara psikologis sebagai wawasan dan sikap. Dan perilaku individu dalam hidup bermasyarakat. Seperti yang tercantum dalam penjelasan pasal 17 ayat (1) yang berbunyi : “Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Pendidikan

(24)

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi tertentu yang berdasarkan (Branson 1998) Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) berkaitan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui warga negara, Civic Skill (kecakapan kewarganegaraan) adalah kecakapan intelektual dan partisipatoris warganegara yang relevan, dan Civic Disposition (watak kewarganegaraan) yang mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi penanaman dan pengembangan nilai-nilai demokrasi. PKn seperti ini berbeda dengan PKn sebelumnya yang lebih menekankan pada teoritis. Bahan ajar PKn semakin hari semakin mengadaptasikan terhadap perkembangan kehidupan negara dan masyarakat juga menerapkan nilai-nilai Pancasila sebagai identitas bernegara sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya Indonesia. Pendidikan yang baik memungkinkan warga negara mengerti, menghargai kesempatan dan tanggung jawabnya sebagai warganegara yang demokratis. Pendidikan yang bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan dan praktik demokrasi, tetapi juga menghasilkan warganegara yang berpendirian teguh, mandiri, memiliki sikap selalu ingin tahu dan berpandangan jauh kedepan.

Menurut Djahiri (1985 : 6) : Proses interaksi antara berbagai potensi diri siswa untuk pembinaan, pengembangan dan penyempurnaan potensinya tersebut. Potensi siswa dengan guru, siswa lain, lingkungan dan berbagai- konsep dan fakta. Berbagai stimulus berencana dengan berbagai respon terarah kearah melahirkan berbagai perubahan yang diharapkan. National Assesment of Educational Proccess (NAEP) membuat kategori mengenai

(25)

evaluasi, memberikan, menentukan posisi pada isu-isu publik. Oleh karena itu, isu-isu kontroversial dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus dimasukkan kedalam bahan ajar sesuai dengan jenjang pendidikannya. Siswa dapat mengetahui isu kontroversial di dalam negaranya yang menumbuhkan sikap kepekaan dan kritis.

Jika substansi perlakuan tersebut dituangkan ke dalam paradigma penelitian akan tampak seperti di bawah ini :

Tujuan Pendidikan Nasional Tujuan Pembelajaran PKn

(26)

Hal di atas menjelaskan bahwa pembelajaran project citizen dapat meningkatkan kesadaran lingkungan siswa. Untuk itu perlu dikembangkan pendekatan pembelajaran yang lebih komunikatif dengan menggunakan model pembelajaran project citizen. Karena dalam Project Citizen terkandung nilai-nilai Kognitif, Afektif dan Psikomotor serta didukung Landasan Pemikiran : Empat Pilar Pendidikan, Konstruktif dan Democratic Teaching serta didorong prinsip-prinsip Dasar seperti : Siswa Aktif, Koperatif, Partisipatorik, Reactive Teaching, Joyful Learning. Guru memegang peran yang utama sebagai pengendali kegiatan belajar mengajar peserta didik. Adapun Langkah-langkah pelaksanaan project citizen yaitu : Identifikasi masalah, Memilih suatu masalah, Mengumpulkan informasi,

Membuat portofolio kelas, Menyajikan portopolio dan Melakukan refleksi. Jadi project citizen menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran yang aktif melakukan kegiatan

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Lokasi

Lokasi penelitian ini adalah yaitu di SMPN 2 Manggar. Alasan dipilihnya sekolah tersebut sebagai tempat penelitian dikarenakan berbagai hal diantaranya:

a. Lokasi sekolah tersebut sangat dekat dengan domisili peneliti sehingga memudahkan untuk melakukan observasi dan dapat menghemat waktu serta biaya untuk melakukan kunjungan ke lokasi penelitian.

b. SMPN 2 Manggar memiliki murid yang rata-rata siswanya berlatar belakang sosial keluarga penambang timah selanjutnya di SMPN 2 Manggar akan dikembangkan model pembelajaran project citizen untuk meningkatkan kompetensi siswa

c. Peneliti telah mengenal SMPN 2 manggar tersebut cukup lama, baik dengan guru-gurunya, Staf Tata Usaha, penjaga, maupun Kepala Sekolahnya hingga memudahkan peneliti untuk menggali informasi.

(28)

dan bernegara serta bertanah air Indonesia. 2. Populasi

Populasi adalah suatu kesatuan manusia, objek, gejala, nilai-nilai, ukuran-ukuran ataupun kesatuan lainnya yang ada dalam ruang lingkup yang lebih luas dan memiliki karakteristik umum yang dapat diobservasi (Heriati, 2005:2). Sedangkan menurut Sugiyono (2005:55) populasi bukan hanya orang tetapi juga benda-benda yang lain populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari tetapi meliputi keseluruhan karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh suatu subjek atau objek. Secara umum Rochman N (1973:19) dalam Ristina (2009) mengemukakan bahwa populasi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah riset, yang berupa manusia ialah suatu ruang lingkup yang akan dikenai kesimpulan dalam riset yang bersangkutan. Sedangkan sampel diartikan sebagai satu kesatuan yang langsung dijadikan sumber data. Sejalan dengan pengertian populasi diatas, maka yang akan peneliti jadikan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMPN 2 Manggar Kabupaten Belitung Timur. 3. Sampel

(29)

belajar yang dilakukan pre-test dan post-test dan hasilnya akan dibandingkan antara kelompok yang mendapat perlakuaan (treatment) dengan yang tidak untuk dicari perbedaaan atau daya beda antara kedua kelompok tersebut.

Sampel dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Manggar Kabupaten Belitung Timur , yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah siswa 144 orang. Peneliti menggunakan Purposive sampling untuk memilih kelas kontrol dan eksperimen. Hasil pemilihan didapatkan sampel kelas VIII D sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 34 orang siswa dan kelas VIII C sebagai kelompok kontrol dengan jumlah 34 orang siswa.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Persiapan yang dilakukan dalam penelitian meliputi :

a. Melakukan studi pendahuluan dengan model project citizen. b. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian c. Melakukan validasi instrumen

d. Melakukan uji coba dan analisis tes 2. Pelaksanaan

a. Memperkenalkan pembelajaran model project citizen pada guru bidang studi

b. Melakukan uji coba tes, mengadakan pre-test pada kelompok eksperimen dan Kontrol untuk mengetahui pemahaman konsep awal siswa tentang cinta tanah air khususnya dalam konsep lingkungan

(30)

Citizen pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol d. Memberikan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui

pemahaman kesadaran lingkungan siswa setelah mendapat perlakuaan. 3. Evaluasi

Pada tahap ini dilakukan kegiatan : a. Pengumpulan data hasil penelitian b. Pengolahan data hasil penelitian c. Analisis data hasil penelitian d. Penyimpulan hasil penelitian

e. Penulisan lapaoran hasil penelitian dalam draf tesis

C. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas yaitu pengaruh project citizen dalam Pendidikan Kewarganegaraan (X) yang berkedudukan sebagai variable

independent dan satu variable terikat yaitu pengembangan kesadaran lingkungan (Y)

sebagai variable dependent. Secara lebih rinci variabel penelitian dilihat dalam Tabel 3.1 berikut ini : Tabel 3.1 : Variabel penelitian

Variabel Kelas eksperimen Kelas kontrol Variable independent Pengaruh Project Citizen

dalam PKn (X)

Model Konvensional

(31)

Gambar 3.1 variabel penelitian dan sub Variabel

Keterangan :

X : Project Citizen

X1 : Mengidentifikasi masalah X2 : Memilih masalah

X3 : Mengumpulkan informasi X4 : Mengembangkan portopolio kelas X5 : Menyajikan portopolio

X6 : Merefleksikan pengalaman belajar Y : kesadaran lingkungan

Y1 : Kecakapan intelektual Y2 : Kecakapan partisipatoris 2. Definisi Operasional

a. Model pembelajaran project citizen

Project citizen adalah sebuah model pembelajaran berbasis portofolio, melalui model

ini para siswa bukan hanya diajak untuk memahami konsep dan prinsip keilmuan, tetapi X

X1

X2

X3

X4

X5

X6

Y1

Y

(32)

juga mengembangkan kemampuannya untuk bekerja secara kooperatif melalui kegiatan belajar praktik-empirik. Dengan demikian pembelajaran akan semakin menantang, mengaktifkan dan lebih bermakna. (Budimansyah, 2009:1)

b. Menurut Winataputra dan Budimansyah (2007:126) Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor ) project citizen”value-based education”. Konfigurasi atau kerangka sistemik PKn dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut :

1. PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warganegara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif dan bertanggung jawab.

2. PKn secara teoritik dirancang sebagai subjek pembelajaranyang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik yang bersifat konfluen dan saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.

3. Secara programatik dirancang secara subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warganegara dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep dan moral Pancasila, Kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara

(33)

seseorang, sedangkan menurut Edmund Husserl seperti yang dikutif Zaenal Abidin (2002:147 mengemukakan bahwa : kesadaran adalah intensional yang mengarah kepada sesuatu yang disadari) yang disebut objek intensional atau normatik dan setiap aktivitas menyadari (disebut aktifitas intensional atau normatik) adalah aktivitas menyadari sesuatu

d. Lingkungan : Jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati. Ahmad (1987:3) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah sistem kehidupan di mana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem

D. Uji Coba Tes

1. Validitas Instrumen

Uji Validitas Kecakapan Intelektual

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Uji validitas ini dilakukan unuk menguji ketepatan suatu item dalam pengukuran instrumennya. Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,300 (Kaplan & Saccuzo, 1993).

(34)

p

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut

q = 1-p

(Saifudin Azwar, 2004)

Uji Validitas Kecakapan Partisipasi

Untuk melihat valid atau tidaknya sebuah pertanyaan dengan skala likert, rumus yang digunakan adalah korelasi Product Moment sebagai berikut:

2

r = Koefisien korelasi Pearson antara item dengan variabel yang bersangkutan

X = Skor Item dalam variabel

(35)

n = Jumlah responden

Jika nilai koefisien validitas r > 0,300 maka item pertanyaan dinyatakan valid dalam mengukur variabel, dan jika < 0,300 maka dinyatakan tidak valid (Azwar, 2007:158).

2. Reliabilitas Tes

Uji Reliabilitas Kecakapan Intelektual

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih besar atau sama dengan 0,700 (Sofyan Yamin, 2008:284).

Uji reliabilitas yang digunakan untuk instrumen pengetahuan adalah teknik Koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20). Teknik tersebut adalah sebagai berikut.

 

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut

(36)

Uji Reliabilitas Kecakapan Partisipasi

Metode yang digunakan untuk menguji keandalan alat ukur untuk pertanyaan dengan skala likert adalah rumus koefisien Alpha Cronbach sebagai berikut:

Keterangan :

Jika nilai koefisien reliabilitas α > 0,700 maka variabel dinyatakan reliabel, dan jika <

0,700 maka dinyatakan tidak reliabel (Sofyan Yamin, 2009:284).

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Angket

Angket atau kuesioner adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal mengisi atau menandainya dengan mudah dan cepat (Sudjana, 1986:7) angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pendidikan kewarganegaraan dengan menggunakan model project citizen dalam mengembangkan

(37)

kesadaran lingkungan.

2. Tes Kecakapan Intelektual adalah sebuah tes atau alat ukur yang didesign untuk mengumpulkan data yang diberikan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan kognitif dari siswa, hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan atau kemampuan siswa yang satu dengan yang lainnya.

3. Test Kecakapan Partisipatoris adalah suatu metode atau alat untuk melakukan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang telah dipilih, tes yang diberikan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan partisipasi dari siswa, hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana tingkat keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan yang berkaitan dengan partisipasi siswa.

4. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data/informasi yang utama dalam penelitian naturalistik inkuiri, dengan mengamati kegiatan secara langsung yang dilakukan guru berkenaan dengan kegiatan belajar mengajar terutama interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, serta untuk mengamati guru dalam menggunakan media pembelajaran dan alat evaluasi.

Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran langsung tentang proses Project Citizen Dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Observasi pengajaran dilakukan oleh observer dengan mencatat hasil observasi pada lembar observasi dengan memberikan tanda cek. Adapun tujuannya untuk melihat keadaan sebelum dilakukan penelitian.

5. Wawancara

(38)

percakapan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perorangan, kejadian, kegiatan, perasaan, motivasi, kepedulian, disamping itu dapat mengalami dunia pikiran dan perasaan responden”. Dengan menggunakan teknik wawancara data yang belum jelas berupa ucapan, pikiran, gagasan, perasaan dan tindakan dari guru dan siswa dapat terungkap oleh peneliti secara akurat. Data yang dikumpulkan melalui wawancara yang dilakukan peneliti ada yang bersifat verbal ada pula yang bersifat non verbal. Data verbal yang diperoleh melalui percakapan atau tanya jawab yang ditulis dan direkam dengan persetujuan responden itu sendiri.

Wawancara terhadap siswa terutama dilakukan untuk melihat respon mereka tentang pengaruh Project Citizen Dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Siswa yang diwawancarai terdiri atas 3 orang siswa, yaitu masing-masing 1 orang dari kelompok tertinggi, sedang dan rendah berdasarkan skor hasil tes penguasaan kompetensi yang diperoleh pada awal pengajaran. Wawancara dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mempertajam temuan dan hasil-hasil penelitian.

6. Studi Dokumentasi

Seluruh hasil pengumpulan data didokumentasikan dalam catatan lapangan atau field notes. Selain itu didokumentasikan dan direkam yang relevan dengan tema penelitian,

bersama-sama dengan hasil wawancara, termasuk informasi penting yang juga didokumentasikan.

(39)

7. Studi Literatur

Studi literatur merupakan alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari buku-buku dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoretis yang dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian dan menunjang pada kenyataan yang berlaku pada penelitian. Faisal (1992:30) mengemukakan bahwa hasil studi literatur bisa dijadikan masukan dan landasan dalam menjelaskan dan merinci masalah-masalah yang akan diteliti termasuk juga memberi latar belakang mengapa masalah tadi penting diteliti.

F. Teknik Analisis Data

1. Menyeleksi data : menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan

2. Menentukan bobot nilai : Penentuan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan kemudian menentukan skornya.

(40)

4. Pemeriksaaan distribusi populasi data sampel : pengujian distribusi dari data sampel bertujuan untuk mengatahui sebaran dari populasi data sampel yang diperoleh , apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data skor tes awal dan tes akhir berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal . rumus yang digunakan adalah statistic X2 dengan rumus :

�2 =

2

fo : frekuensi dari hasil observasi fe : frekuensi dari hasil estimasi

ta dikatakan berdistribusi normal jika : x2hitung ≤ x2tabel (Ruseffendi, 1998)

selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas varian antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah varian kedua kelompok, sama atau berbeda.

Hipotesis yang diuji adalah : Ho dan H1 denganmenggunakan rumus statistic uji-F :

F = 22 Ruseffendi (1998:295)

Keterangan :

Sb2 = varian sampel besar Sk2 = varian sampel kecil

(41)
(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, bahwa analisis dan pengujian yang dilakukan oleh peneliti, secara umum dapat disimpulkan bahwa : a. Secara keseluruhan, model project citizen dalam Pendidikan Kewarganegaraan mampu

mengembangkan kesadaran lingkungan di SMPN 2 Manggar secara lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional.

b. Berdasarkan indikatornya, model project citizen dalam Pendidikan Kewarganegaraan mampu mengembangkan kesadaran lingkungan di SMP lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional pada indikator memilih masalah, mengumpulkan informasi, mengembangkan portofolio, menyajikan portofolio, merefleksikan pengalaman belajar, kecakapan intelektual dan kecakapan partisipatoris. Hal ini karena model pembelajaran project citizen bertolak dari strategi inquiry learning, discovery learning, problem solving learning, research- oriented learning Sedangkan pengaruh

project citizen dalam meningkatkan kesadaran mengidentifikasi masalah tidaklah

berbeda signifikan dengan metode konvensional, hanya memberikan sedikit peningkatan yang tidak signifikan.

2. Kesimpulan Khusus

(43)

kesadaran lingkungan di SMPN 2 Manggar Kabupaten Belitung Timur dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen (pembelajaran project citizen) dengan kelas kontrol (pembelajaran konvensional) pada pengukuran

awal (pre-test), hal ini disebabkan karena baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol belum adanya faktor perlakuan dengan hanya menggunakan pembelajaran konvensional belaka.

b). Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen (pembelajaran project citizen) dengan kelas kontrol (pembelajaran konvensional) pada pengukuran akhir

(post-test). Hal ini disebabkan adanya faktor perlakuan yakni kelas eksperimen menggunakan pembelajaran dengan project citizen sedangkan kelas kontrol hanya menggunakan pembelajaran konvensional belaka.

c). Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dengan post-test pada kelas eksperimen yang menggunakan project citizen dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini disebabkan adanya faktor perlakuan yakni kelas eksperimen pada pengukuran awal (pre-test) hanya menggunakan pembelajaran konvensional belaka sedangkan pada pengukuran akhir (post-test) telah menggunakan pembelajaran dengan project citizen.

(44)

e). Terdapat perbedaan antara skor gain eksperimen dengan skor gain kontrol hal ini disebabkan adanya faktor perlakuan pada skor gain kelompok eksperimen telah menggunakan pembelajaran dengan project citizen sedangkan pada kelompok kontrol hanya menggunakan pembelajaran konvensional.

f). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor kecakapan intelektual dengan skor kecakapan partisipatoris. Hal ini disebabkan karena skor kecakapan intelektual sama baiknya dengan peningkatan skor kecakapan partisipatoris (tidak berbeda signifikan)

B. Rekomendasi

Merujuk kepada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan beberapa rekomendasi yang dapat penulis ajukan sebagai masukan. Hal ini disampaikan kepada pihak-pihak terkait antara lain :

1. Bagi sekolah

a) Model pembelajaran project citizen dapat memperbaiki mutu pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan sesuai dengan tuntutan kurikulum

b) Agar pihak sekolah dapat memfasilitasi pembelajaran yang sistematis, terpadu dan komprehensif untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan nasional untuk melahirkan SDM yang unggul 2. Bagi guru

(45)

tersedia di lingkungan siswa, dan menjadikan masyarakat dan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar

b) Guru hendaknya memberikan keleluasaan kepada siswa untuk pro-aktif mengkreasi lingkungan belajar dan memilih bentuk dan aktivitas belajar sesuai dengan kebutuhan siswa. Model project citizen dapat diterapkan untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa serta dapat menanamkan nilai-nilai yang dianggap baik dan berguna bagi siswa.

3. Bagi siswa

a) Model pembelajaran project citizen sebagai model pembelajaran alternatif yang lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran

b) Siswa merubah budaya belajar pasif (menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar) menjadi budaya belajar aktif (menemukan sendiri materi melalui berbagai sumber, diantaranya buku teks, buku referensi, majalah, surat kabar, orang tua, teman, masyarakat, dan lain-lain).

4. Bagi peneliti selanjutnya

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006) Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Azwar, S. (2004) Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : pustaka Belajar

Banks, J.A.(1977) Teaching Strategies for the Social Studies: Inquiry, Valuing, and Decision Making, Reading: Addison-wesley Publishing

Branson,M.S.(1998) The Role of Civic Education. Calabasas:Center for Civic Education Branson,M.S.(1999) Belajar Civic dari Amerika( Terjemahan oleh Syafrudin, dkk).

Yogyakarta: LKIS

Bruner, J. (1977) The Process of Education. Cambridge: Harvard University Press

Budimansyah, D. (2002) Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portopolio, Bandung: PT Genesindo

Budimansyah, D. (2006) Pendidikan Nilai dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung: Lab. Pendidikan Kewarganegaraan UPI

Budimansyah, D. (2009) Inovasi pembelajaran Project Citizen. Program Studi Pendidikan Kewaraganegaraan UPI

Budimansyah, D. dan Karim Suryadi. (2008) PKn dan Masyarakat Multikultural, Bandung: Program Studi PKn SPs UPI

Campbell, Donald T dan Stanley, Julian C. (1963) Experimental and Quasi- Experimental Design For Reseach. Chicago: rand Mcnally College Publishing Company

Center For Indonesia Civic Education/CICED. (1994) Civitas: National Standards for Civics and Government. Calabasas: CICED

Center For Indonesia Civic Education/CICED. (1998).We the people: project citizen,

teacher’s Guide. Calabasas: CICED

Center For Indonesia Civic Education/CICED. (1999). Democratic Citizens in a Civic Society: Report of the Conference on Civic Education for Civic Society. Bandung: CICED

Center For Indonesia Civic Education/CICED. (2000).We the people: project citizen: A Professional Development Manual. Calabasas: CA: CICED

(47)

Creswell, J.W.(1994). Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Thousand Oaks, London, New Delhi : Sage Publications.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas, (2003). Undang-Undang No 20 tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional. Jakarta, Depdiknas

Depdiknas, (2008). Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen . Jakarta, Transmedia Pustaka

Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Jakarta, Depdiknas Dewey,John. (1910). How We Think. Boston :D.C.Health and Co

Djahiri, Kosasih. (1985).Strategi pengajaran Afektif-nilai-moral VCT dan Games Dalam VCT. Bandung : Lab. Jurusan Pendidikan Moral Pancasila dan Kewargaan Negara-FPIPS-IKIP Bandung

Djahiri, Kosasih. (2002). Hakekat Pembelajaran AJEL (Active Joyfull Efective Learning) Model Portofolio terpadu Multi Dimensional. Bandung : Lab. Pendidikan Kewarganegaraan-FPIPS-UPI

Djahiri, Kosasih. (2003). Pemilihan Strategi dan Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Depdiknas

Djahiri, Kosasih. (2004). Memahami Makna dan Isi Pesan Pembelajaran dan Portopolio Leaarning and Evaluation Based, PPs-UPI

Djamarah, S.B. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Glasersfeld, E. (1989). Cognition, Construction of Knowledge, and Teaching. Washington DC: National Science Foundation

Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hasan, Hamid. (1996), Pendidikan IPS Buku 1 dan 2. Bandung: Jurusan Sejarah FPIPS IKIP Bandung

Heriati, T. (2005) Statistika Deskriptif. Bandung : Prisma Press

Iskandar, S.M. (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. FPMIPA UPI Bandung : Tidak diterbitkan

(48)

Kalidjernih, F.K. (2010). Penulisan Akademik : Esai, Makalah, Artikel, Jurnal Ilmiah, Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung : Widya Aksara Press

Kalidjernih, F.K. (2010). Kamus Studi Kewarganegraan: Perspektif Sosiologikal dan Politikal. Bandung : Widya Aksara Press

Kerr, D.(1999). Citizenship Education; an International Comparison. London: Quality Curriculum Association.

Lee, W. (1999). Qualities of Citizenship For the New Century : Perception of Asian Education Leader. Bangkok : UNESCO-ACEID

Lincoln, Y.S.& Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry. Baverly Hills: Sage Publications Lickona, Thomas (1992). Educating For Character How Our Schools Can Teach Respect

and Responsibility, New York-Toronto-London-sydney_auckland: Bantam Books

Mulyadi, A. (2007), Pengetahuan Lingkungan. Bandung : FKIP UNPAS

Patrick,dkk (2000). Project Citizen And The Civic Development of Adolescent Students In Indiana, Latvia And Lithuania. US Development: ERIC Indiana University. Riduwan, (2009). Pengantar Statistika Untu Penelitian: Pendidikan, Sosial, Ekonomi

Komunikasi, dan Bisnis. Bandung : Alpabeta

Riduwan, (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alpabeta

Ristina. (2009). Pengaruh Project Citizen (Pembelajaran Berbasis Portopolio) Dalam Pkn Terhadap Pengetahuan Warga Negara (Civic Knowledge). Thesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan Bandung: IKIP Bandung Press.

Samatowa,( 2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.

Slameto, (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta ; Rineka cipta Soemarwoto, Otto. (1989). Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta :

Jambatan

Somantri, M.N (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Sugiono (2005). Statistika Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

(49)

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alpabeta

Suryadi, Ace (2000). Pemikiran ke arah Rekayasa Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraa. Makalah disampaikan pada seminar nasional di Bandung

Suryadi, A. dan Budimansyah, D (2009). Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional. Bandung : Widya Aksara

Tim Rizki, (2010). Prosiding Seminar Aktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa. Bandung : Widya Aksara Press

Tolo, K.W. (1998). An Assessment of We the People Project Citizen: Promoting Citizenship in Classroom and Communities. Austin: the Board of Regents University of Texas.

UPI, (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI

Pribadi, H. (2011). Peduli Lingkungan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Wahab, A.A (2001). Implementasi dan arah Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Bandung : Civicus Jurnal Ilmu Politik, Hukum dan PKn Edisi I.

Wahab, A.A dan Sapriya (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Alfabeta

Winataputra, U.S. (1997) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta ;Depdikbud

Winataputra, U.S. (2001). Jati diri Pendidikan Kewarganegraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi : Suatu Kajian Konseptual Dalam Konteks pendidikan IPS. Disertasi PPS UPI : tidak diterbitkan

Winataputra, U.S dan Budimansyah, D. (2007). Civic Education: Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung : Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPS UPI

Gambar

Tabel 1.1 : Desain “Non-Equivalen Control Group Pre Test-Post Test Design”.
Gambar 1.1 : Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 variabel penelitian dan sub Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Langgeng Wening Puji Universitas

Sahabat MQ/ Pemerintah Kota Yogyakarta/ mulai menutup banyak tempat pembuangan sampah yang berlokasi di tepi jalan/ terutama jalan protokol// Kepala Bidang Kebersihan

Meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang sangat buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi penduduk Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.. No Nama

Jika ada yang melewatinya maka akan memutuskan pancaran cahaya dari led ke phototransistor, yang akan mengubah kondisi transistor pada rangkaian penggerak mekanik menjadi

Berdasarkan nilai Koefisien keragaman yang diperoleh (KK &lt; 5%) maka uji lanjut yang digunakan adalah Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) diperoleh.. Multiple Comparisons Dependent

[r]

bahwa dalam rangka menindaklanjuti pasal 8 ayat ( 1 ) peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 terntang pengadaan Barang/jasa Pemerintah dan pelaksanaan Anggaran

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran matematika menggunakan teori Bruner dengan bantuan peta konsep dapat meningkatkan penalaran dan