HUBUNGAN PENGGUNAAN LKS(LEMBAR KERJA
SISWA) DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMA
PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI KOTA
CIMAHI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah
Oleh
Vanny Gustikasari 0806147
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Hubungan Penggunaan LKS (Lembar
Kerja Siswa) Dengan Hasil Belajar
Siswa SMA Pada Mata Pelajaran
Sejarah Di Kota Cimahi
Oleh
Vanny Gustikasari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Vanny Gustikasari 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
Vanny Gustikasari
HUBUNGAN PENGGUNAAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATA
PELAJARAN SEJARAH DI KOTA CIMAHI
Disetujui dan Disahkan Oleh:
Pembimbing I
Dr. Erlina Wiyanarti, M.Pd NIP. 19620718 198601 2 001
Pembimbing II
Dra. Yani Kusmarni, M. Pd. NIP. 19660113 199001 2 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
HUBUNGAN PENGGUNAAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI
KOTA CIMAHI
Vanny Gustikasari1
ABSTRACT
This research is motivated from the importance of teaching history requires learning resources. History learning resource in question is LKS (Student Worksheet). The use of worksheets in the teaching of history has benefits such as minimizing the role of the teacher also allows the students to understand the material. LKS history that had been circulating developing impressed factual material is a summary of the book package. Based on the above issues, this study uses correlation research method aims to find the relationship between the use of worksheets with High School Student Results on Historical Subjects Cimahi. Variable use of worksheets are translated into sub-variables such as display LKS (X Ό), availability of LKS (X ), component LKS (X Ύ), and form about LKS (X Ώ) while the variable is not defined learning outcomes. Results of calculations using SPSS (Statistical Product and Service Solutions) version 18.0 for windows, the results of this study are received research hypothesis (H1), is accepted- positive and significant relationship between the use of Student Worksheet (LKS) with Student Learning Outcomes High School in Eye History Lesson in Cimahi with a low correlation coefficient. The low correlation between the use worksheets with Student Results occur due to many factors, one of which worksheets are used not made by the teacher concerned. Authors feel this research is not perfect, so expect no improvement in next research.
Keyword : learning resources, student work sheet, learning outcomes ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi dari pentingnya pembelajaran sejarah yang membutuhkan sumber belajar. Sumber belajar sejarah yang dimaksud adalah LKS (Lembar Kerja Siswa). Penggunaan LKS dalam pembelajaran sejarah memiliki manfaat diantaranya meminimalkan peran pengajar juga memudahkan peserta didik untuk memahami materi. LKS sejarah yang selama ini beredar mengembangkan materi yang faktual terkesan merupakan rangkuman dari buku paket. Berdasarkan dari permasalahan di atas, penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi bertujuan mengetahui besarnya hubungan antara penggunaan LKS dengan Hasil Belajar Siswa SMA pada Mata Pelajaran Sejarah di Kota Cimahi. Variabel penggunaan LKS dijabarkan ke dalam sub-variabel diantaranya tampilan LKS (XΌ), ketersediaan sarana LKS (XЇ), komponen LKS (XЈ), dan
1
bentuk soal LKS (XЉ) sedangkan variabel hasil belajar tidak dijabarkan. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS (Statistical Product and service Solution) versi 18.0 for windows, hasil penelitian ini adalah diterimanya hipotesis penelitian (H1), yaitu ada hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan
Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Hasil Belajar Siswa SMA pada Mata Pelajaran Sejarah di Kota Cimahi dengan koefisien korelasi rendah. Rendahnya hubungan antara penggunaan LKS dengan Hasil Belajar Siswa terjadi karena banyak faktor, salah satunya LKS yang digunakan bukan dibuat oleh guru yang bersangkutan. Penulis merasa penelitian ini belum sempurna, sehingga diharapkan ada perbaikan pada penelitian selanjutnya.
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
UCAPAN TERIMA KASIH iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Penelitian 1
1.2. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 7
1.3. Tujuan Penelitian 7
1.4. Manfaat Penelitian 8
1.5. Hipotesis Penelitian 8
1.6. Struktur Organisasi Skripsi 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA 12
2.1 Pembelajaran Sejarah 12
2.2 Lembar Kerja Siswa sebagai Sumber Belajar 15
2.3 Penggunaan Lembar Kerja Siswa dalam Pembelajaran
Sejarah 20
2.4 Hasil Belajar 25
2.5 Hubungan LKS dengan Hasil Belajar dalam Pembelajaran
Sejarah 31
2.6 Penelitian yang Relevan 34
BAB III METODE PENELITIAN 36
3.1. Populasi/sampel Penelitian 36
3.2. Metode Penelitian 39
3.3. Desain Penelitian 41
3.4.1. Lembar Kerja Siswa (LKS) 43
3.4.2. Hasil Belajar Siswa 44
3.5. Instrumen Penelitian 45
3.5.1. Angket (Kuesioner) 45
3.5.2. Studi dokumentasi 46
3.6. Pengembangan Instrumen 46
3.6.1. Uji Validasi 47
3.6.2. Uji Reliabilitas 49
3.7. Teknik Pengumpulan Data 52
3.7.1. Angket (Kuesioner) 52
3.7.2. Studi Dokumentasi 55
3.8. Analisis Data 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58
4.1. Hasil Penelitian 58
4.1.1. Deskripsi Penelitian 58
4.1.2. Analisis Variabel 58
4.1.2.1.Analisis Variabel Penggunaan LKS 58
4.1.2.2.Analisis Variabel Hasil Belajar 71
4.1.3. Pengujian Hipotesis Sub-variabel LKS 72
4.1.4. Pengujian Hipotesis Penelitian 87
4.2. Pembahasan Penelitian 88
4.2.1. Pembahasan Hubungan Tampilan LKS dengan Hasil
Belajar 88
4.2.2. Pembahasan Hubungan Ketersediaan Sarana dengan
Hasil Belajar 90
4.2.3. Pembahasan Hubungan Komponen LKS dengan Hasil
Belajar 92
4.2.4. Pembahasan Hubungan Bentuk Soal dengan Hasil
Belajar 94
4.2.5. Pembahasan Hubungan Penggunaan LKS dengan Hasil
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 104
5.1. Kesimpulan 104
5.2. Saran 105
DAFTAR PUSTAKA 106
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pentingnya pembelajaran sejarah di sekolah memerlukan sumber belajar
yang dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan materi siswa. Hal ini
sangat diperlukan untuk lebih mengaktifkan siswa dan memudahkan pelaksanaan
pengajaran kepada siswa. Salah satu sumber belajar yang direncanakan dalam
pembelajaran termasuk pembelajaran sejarah bagi siswa adalah Lembar Kerja
Siswa selanjutnya akan disebut dengan LKS.
Definisi LKS menurut Rustaman (Dewi, 2007:13) mengemukakan bahwa :
“LKS adalah salah satu alat bantu pengajaran yang dimaksudkan untuk
memperlancar kegiatan belajar mengajar dan mempermudah memberikan pemahaman konsep-konsep pembelajaran, LKS tersebut berisi sejumlah pertanyaan dan beberapa persiapan serta kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dengan LKS siswa dapat mengembangkan keterampilan proses yang diharapkan mampu membangun sendiri struktur pengetahuannya dari
data-data yang diperolehnya melalui pengalaman dalam mengamati.”
LKS merupakan alat bantu dalam pembelajaran untuk mempermudah siswa
dalam memahami konsep-konsep pembelajaran yang dapat mengembangkan
keterampilan proses yang mampu memperkaya pengetahuan siswa, termasuk
dalam pembelajaran sejarah. Sebagai alat bantu pembelajaran tentu LKS memiliki
fungsi seperti yang diungkapkan oleh Prastowo (2011:205) bahwa fungsi LKS
adalah :
1.Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik;
2.Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan;
3.Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; serta 4.Mempermudah pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.
Fungsi LKS yang dijabarkan di atas, diantaranya mampu mengaktifkan
satu sumber belajar yang diandalkan oleh pengajar dalam pembelajaran sejarah.
LKS yang diandalkan oleh pengajar ini, karena LKS sejarah dirasa dapat
membantu pengajar dalam meminimalkan peran pengajar dan mengaktifkan siswa
dalam pembelajaran, juga memudahkan peserta didik untuk memahami materi
yang diberikan pengajar.
LKS memiliki banyak tujuan, menurut Prastowo (2011:206), tujuan LKS
diantaranya:
1.Menyajikan bahan yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan;
2.Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan;
3.Melatih kemandirian belajar peserta didik, dan
4.Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.
Pendapat Prastowo tersebut menyatakan bahwa LKS memberikan manfaat
bagi pengajar dan siswa, seperti yang dijabarkan di atas. Manfaat dan tujuan inilah
yang menjadikan LKS banyak digunakan pengajar dalam menyampaikan materi
pembelajaran sejarah. Namun saat ini di sekolah masih terdapat beberapa
permasalahan dalam penggunaan LKS. Permasalahan tersebut diantaranya:
1. Pengadaan LKS sejarah dalam pembelajaran masih dibeli dari penerbit.
Guru belum membuat LKS sejarah sendiri yang disesuaikan dengan
materi dan indikator pembelajaran sejarah.
2. Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan adalah LKS. Akan tetapi
keberadaan LKS dalam pembelajaran sejarah dijadikan sebagai sumber
utama belajar bagi siswa, sehingga guru mengandalkan LKS.
3. LKS juga menjadikan siswa tidak mandiri dalam pembelajaran, siswa
hanya mengandalkan materi pembelajaran dari ringkasan saja tanpa
menggali materi sejarah dari sumber lainnya.
4. Penggunaan LKS membentuk suasana pembelajaran menjadi tidak aktif,
siswa menjadi pasif karena komunikasi antara siswa dan guru menjadi
Permasalahan yang didapatkan peneliti di lapangan baik dari pengadaan dan
penggunaan LKS dalam pembelajaran sejarah di atas sejalan dengan pendapat
yang diungkapakan oleh Budiono (Permana, 2008:1) terhadap dampak keberadaan
LKS, bahwa:
“Keberadaan LKS memberikan dampak buruk, yaitu membuat kegiatan
belajar menjadi pasif, mematikan kreativitas, tidak semua hasil kerja anak dinilai dengan semestinya, dan LKS membuat anak menjadi malas. Jika anak disuruh mengerjakan LKS, tidak banyak yang mengerjakannya. Mereka menunggu temannya menyelesaikannya untuk kemudian tinggal
menyalin.”
Pada perkembangannya, penggunaan LKS seperti penyataan dan penjelasan
di atas membentuk suasana pembelajaran yang tidak efektif. LKS sejarah yang
selama ini beredar mengembangkan materi yang faktual terkesan merupakan
rangkuman dari buku paket siswa (Permana, 2008:2). Sehingga siswa belum
diarahkan untuk mengembangkan materi pembelajaran dari berbagai sumber
lainnya.
Kochhar (2008:198) mengungkapkan pula bahwa penggunaan buku latihan
atau yang kita kenal LKS juga dikritik dengan berbagai alasan. Buku tersebut
menyebabkan pelajaran menjadi kaku, narasumbernya statis, merampas kebebasan
siswa, dan menyebabkan guru tidak aktif. Pembelajaran kaku seperti yang
diungkapkan di atas secara langsung akan menyebabkan siswa kurang diberi
kebebasan dalam menggali materi sejarah lebih dalam, karena hanya terpaku pada
LKS yang dimiliki oleh siswa. Pembelajaran seperti ini terjadi karena LKS yang
dimiliki oleh siswa pada dasarnya merupakan ringkasan materi dan latihan soal.
Buku latihan banyak digunakan untuk salah satunya menyediakan
sumber-sumber belajar mandiri, dan memberikan landasan yang tidak memihak bagi
penilaian hasil kerja (Kochhar, 2008: 198).
Penyataan tersebut sejalan dengan pendapat Permana (2008:2), bahwa :
menyalin jawaban dan tentu saja tidak ada pedoman kegiatan yang
melibatkan seluruh kemampuan siswa.”
LKS yang memuat soal-soal faktual yang jawabannya sudah ada sehingga
siswa tinggal menyalin jawaban untuk LKS tersebut. Jika terus dibiarkan, maka
hai ini akan menyebabkan persebaran penguasaan materi pelajaran sejarah tidak
merata, dan kurang melibatkan seluruh kemampuan siswa. Karena pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang berhasil mengembangkan potensi siswa secara
maksimum (Hamid, 1996:76). Pendapat tersebut menjabarkan penggunaan LKS
dalam pembelajaran sejarah yang belum mampu mengaktifkan siswa sehingga hal
ini berdampak pula pada hasil belajar siswa.
Hasil belajar menurut Sudjana (2009: 22) adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
memiliki peranan penting yaitu digunakan untuk mengetahui keberhasilan proses
pembelajaran. Selain itu hasil belajar juga digunakan untuk mengetahui efisiensi
penggunaan metode, sumber atau media pembelajaran di dalam kelas. Hasil
belajar tersebut dipengaruhi beberapa faktor.
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Sudjana (Firmansyah,
2011:26), diantaranya :
“dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu seperti faktor
kemampuan yang dimilikinya dan faktor yang datang dari luar diri siswa. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat, dan perhatian, sikap dan kebiasaan dalam
belajar, ketekunan, sosial dan ekonomi, serta faktor fisik dan psikis.”
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Sudjana berasal
dari dalam maupun luar diri siswa. Selain itu faktor motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan mempengaruhi hasil belajar siswa. Sejalan dengan
pendapat Sukitno (2009:14) menjelaskan ada beberapa faktor yang
Faktor internal diantaranya faktor jasmaniah, psikologis, kelelahan.
Sedangkan faktor eksternal diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat. Faktor sekolah terbagi lagi yaitu faktor kurikulum, keadaan gedung,
waktu sekolah, alat pelajaran, metode pembelajaran, hubungan antara guru dengan
siswa dan hubungan antara siswa dengan siswa (Sukitno, 2009:14-24).
Faktor internal dan eksternal tersebut akan mempengaruhi tinggi rendahnya
hasil belajar yang dicapai dalam pembelajaran. Sehingga hasil belajar siswa hanya
dipengaruhi dari siswanya saja, namun pemilihan alat bantu yang kurang tepat
pun dapat mempengaruhi hasil belajar seperti yang diungkapkan oleh Sudjana
(2009:4) bahwa:
“Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapai hendaknya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa semata-mata, tetapi juga bisa disebabkan oleh program pengajaran yang diberikan kepadanya atau oleh kesalahan strategi dalam melaksanakan program tersebut. Misalnya kekurangtepatan dalam memilih dan menggunakan metode mengajar dan
alat bantu pengajaran.”
Pendapat di atas melihat bahwa rendahnya hasil belajar yang diperoleh
siswa semata-mata bukan berasal dari kesalahan siswa saja, tetapi kurang tepatnya
pemilihan alat bantu pengajaran akan berdampak terhadap hasil belajar yang
diperoleh siswa. Dengan kata lain tinggi dan rendahnya hasil belajar pada intinya
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam dan luar diri siswa, serta dari
pembelajaran di dalam kelas. Melihat pendapat Sudjana tersebut, maka penelitian
ini bertujuan mengetahui besarnya keterhubungan penggunaan LKS sebagai
sumber belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pembelajaran sejarah.
Lokasi penelitian ini berada di Kota Cimahi. Kota ini dipilih karena dalam
pembelajaran sejarah masih menggunakan LKS dan dijadikan sumber utama
pembelajaran. LKS yang digunakan dibeli dari penerbit, bukan dibuat oleh guru
untuk membantu siswa dalam pemahaman materi. Berdasarkan hasil pra
penelitian yang dilakukan di SMA Kota Cimahi, hasil belajar harian atau ulangan
lulus KKM persentasenya sebesar 46,2% dan sebanyak 53,8% berada di bawah
KKM.
Jika kita analisis maka lebih dari 50 % siswa nilai pelajaran sejarah berada
di bawah nilai Kriteria Kelulusan Minimum (KKM). Melihat jumlah persentase
tersebut dapat dikatakan bahwa nilai siswa yang berada di bawah KKM tidak
sedikit, hal ini menjadi tugas yang tidak mudah dilakukan bagi seorang guru
untuk mengurangi jumlah persentase nilai siswa yang berada di bawah KKM
tersebut. Sumber belajar yang di gunakan pun harus mampu meningkatkan hasil
belajar siswa sehingga nilai siswa berada di atas KKM.
Terkait dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran dikelas,
peneliti melihat hasil penelitian yang dilakukan oleh Farmahni (2009) bahwa
penggunaan LKS model Treffinger dalam pembelajaran teknologi informasi & komunikasi dapat meningkatkan hasil belajar yang cukup signifikan. Begitu pula
penelitian Kusnandar (2011) didapatkan hasil bahwa hasil belajar menggunakan
LKS akan lebih signifikan dan menonjol dibandingkan dengan metode
pembelajaran ekspositori pada mata pelajaran ilmu bangunan gedung.
Penelitian-penelitian tersebut menyatakan LKS mampu meningkatkan hasil
belajar siswa dan hasil belajar menggunakan LKS lebih signifikan dan menonjol.
Namun penelitian Firmansyah (2011) menyatakan hal yang berbeda, dimana hasil
belajar siswa yang menggunakan media video lebih baik dari pada pembelajaran
menggunakan LKS dalam materi mengelas pada posisi di bawah tangan dengan
menggunakan las listrik. Sedangkan pada pembelajaran sejarah belum ada
penelitian yang melihat keterhubungan penggunaan LKS dengan hasil belajar
siswa.
Berdasarkan dari pemikiran dan penjelasan yang ada, penulis tertarik
1.2. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
“Apakah ada hubungan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil
belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi?”
Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian ini, maka rumusan masalah
tersebut dibuat kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan tampilan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil
belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi?
2. Apakah ada hubungan ketersediaan sarana Lembar Kerja Siswa (LKS)
dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota
Cimahi?
3. Apakah ada hubungan komponen Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil
belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi?
4. Apakah ada hubungan bentuk soal Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan
hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari
permasalahan di atas. Secara umum untuk memperoleh gambaran besarnya
hubungan antara penggunaan LKS dengan hasil belajar siswa SMA pada mata
pelajaran sejarah di Kota Cimahi. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai
berikut :
1. Memperoleh gambaran keterhubungan tampilan Lembar Kerja Siswa
(LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di
Kota Cimahi.
2. Mengetahui besarnya keterhubungan antara ketersediaan sarana Lembar
Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran
3. Menganalisis keterhubungan antara komponen Lembar Kerja Siswa
(LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di
Kota Cimahi.
4. Mengkaji keterhubungan bentuk soal Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan
hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
a. Bagi guru penelitian ini diharapkan mampu menjadi pedoman dalam
mengembangkan sumber belajar dalam pembelajaran sejarah sehingga
menjadikan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan bagi siswa.
b. Bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar yang diperoleh dalam
pembelajaran sejarah dengan memaksimalkan penggunaan sumber
belajar yang ada.
c. Bagi penulis diharapkan mampu memberi pengalaman baru dalam
pembelajaran sejarah dalam menggunakan sumber belajar, sehingga
dapat menambah referensi penulis ketika nanti menjadi guru.
1.5. Hipotesis Penelitian
Menurut Margono (2009:67) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling
tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban
sementara atas permasalahan penelitian yang memerlukan data untuk menguji
kebenaran dugaan tersebut (Kountur, 2007:90).
Rumusan hipotesis dalam penelitian ini dibuat kedalam hipotesis penelitian
1. (HΌ) : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Hasil Belajar
Siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
2. (H) : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Hasil Belajar
Siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah di tentukan, maka hipotesis
tersebut diperluas kedalam sub-hipotesis sesuai dengan sub-variabel.
Sub-hipotesis pada sub-subvariabel X penggunaan LKS, yaitu sebagai berikut:
a. (HΌ) : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara tampilan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada
mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
(H) : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara tampilan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa
SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
b. (HΌ) : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara ketersediaan sarana Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil
belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
(H) : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara ketersediaan sarana Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil
belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
c. (HΌ) : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara komponen Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada
mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
(H) : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara komponen Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa
d. (HΌ) : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara bentuk soal Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada
mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
(H) : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara bentuk soal Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa
SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
1.6. Struktur Organisasi Skripsi
Adapun struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini, adalah sebagai
berikut:
BAB I, merupakan pendahuluan pada bab ini secara garis besar penulis
menguraikan masalah yang dikaji. Adapun sub-bab yang ada di dalamnya terdiri
dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, hipotesis dan struktur organisasi skripsi.
BAB II, merupakan kajian pustaka dalam bab ini akan diuraikan mengenai
pembelajaran sejarah, lembar kerja siswa sebagai sumber belajar, penggunaan
lembar kerja siswa dalam pembelajaran sejarah, hasil belajar, dan hubungan LKS
dengan hasil belajar dalam pembelajaran sejarah, serta penjabaran konsep-konsep
yang berkaitan dengan tema penelitian.
BAB III, merupakan metode penelitian bab ini akan menjelaskan
mengenai prosedur penelitian yang menguraikan populasi/sampel penelitian,
desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian,
pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
BAB IV, merupakan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab ini berisi
mengenai uraian pembahasan dan análisis hasil penelitian yang berdasarkan
kepada keseluruhan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama penelitian
BAB V, merupakan kesimpulan dalam bab ini berisi tentang kesimpulan
dari hasil penelitian dan saran dari penelitian yang telah dilakukan sebagai bahan
tindak lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan lebih lanjut mengenai metode
penelitian pada penulisan skripsi ini. Pendekatan penelitian yang digunakan
adalah pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan metode korelasi untuk
mengetahui hubungan satu atau lebih variabel. Rancangan penelitian korelasi ini
menggunakan korelasi bivariat untuk mendeskripsikan hubungan antar dua
variabel.
3.1. Populasi/sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa SMA di Kota Cimahi. Kota ini dipilih
karena SMA baik Negeri dan Swasta dalam pembelajaran sejarah masih
menggunakan LKS dan dijadikan sumber utama pembelajaran. LKS yang
digunakan dibeli dari penerbit, bukan dibuat oleh pengajar diseuaikan dengan
indikator yang ingin dicapai untuk membantu siswa dalam pemahaman materi
sejarah.
Subjek penelitian dalam penelitian ini disebut dengan populasi. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono (2009:117), populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Menurut Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian.
Berdasarkan pendapat di atas, adapun yang menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah siswa SMA di Kota Cimahi, baik SMA negeri atau pun SMA swasta
yang terdapat pada enam belas SMA. Daftar SMA yang ada di Kota Cimahi
tertera pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Daftar SMA Di Kota Cimahi
No NSS Nama Sekolah Status Alamat Kecamatan
1 301020803004 SMA NEGERI 4 CIMAHI
Negeri JL. Kihapit Barat No. 323
2 301020903016 SMAN 6 3 302020903023 SMA WARGA
BAKTI
5 301020802001 SMA NEGERI 1 CIMAHI
Negeri PACINAN 22A Cimahi Tengah 6 301020803006 SMA NEGERI
5 CIMAHI
9 302020902026 SMA SANTA MARIA 3
12 301030802002 SMA NEGERI 2 CIMAHI
14 301020801003 SMA NEGERI 3 CIMAHI
16 30203080173 SMA PUTRA MANDIRI
diutarakan oleh Arikunto (2006:131), sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Teknik sampling atau teknik pengambilan sampel yang peneliti
gunakan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik sampel wilayah (Area
digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau data
sangat luas. Untuk itu, maka peneliti mengambil sampel berdasarkan daerah
populasi di Kota Cimahi. Pemilihan sampel wilayah karena populasi yang
digunakan luas yaitu enam belas SMA, sehingga peneliti memilih berdasarkan
daerah agar memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian dalam mengambil
sampel.
Dari pendapat di atas, maka sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan
kluster atau sampel daerah kecamatan yang ada di Kota Cimahi, ada tiga
kecamatan diantaranya Kecamatan Cimahi Selatan, Kecamatan Cimahi Tengah
dan Kecamatan Cimahi Utara. Setelah sampel daerah didapatkan, maka peneliti
menentukan sampel sekolah yang ada pada sampel daerah tersebut secara
sampling/acak. Setelah didapatkan sampel sekolah, maka sampel orangnya atau
sampel siswa dipilih dari sekolah yang terpilih menjadi sampel disetiap kecamatan
di Kota Cimahi. Sampel sekolah diambil secara acak (random) dari setiap kecamatan yang ada di Kota Cimahi, setiap kecamatan berjumlah dua sekolah,
sehingga total sampel adalah enam sekolah dari tiga kecamatan yang ada. Data
sekolah berdasarkan tiga kecamatan terdapat pada tabel 3.2, sebagai berikut :
Tabel 3.2
Daftar Sekolah Yang Menjadi Sampel
KECAMATAN NAMA SEKOLAH
Kecamatan Cimahi Selatan SMA WARGA BAKTI SMA PASUNDAN 2 KOTA CIMAHI
Kecamatan Cimahi Tengah SMA NEGERI 1 CIMAHI SMA NEGERI 2 CIMAHI
Kecamatan Cimahi Utara SMA TUTWURI HANDAYANI SMA PASUNDAN 3 CIMAHI
Jumlah sekolah 6 SMA
Total sekolah yang menjadi sampel dalam penelitian ini dari enam belas SMA
negeri dan swasta di Kota Cimahi adalah sebanyak enam SMA baik negeri
maupun swasta. Sampel siswa dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI.
dengan lingkungan dan sistem pembelajaran di sekolah tersebut dibandingkan
dengan kelas X yang baru memasuki jenjang pendidikan menengah, sementara
kelas XII akan mengakhiri jenjang pendidikan menengah.
Kelas XI yang dijadikan sampel adalah kelas XI dengan program IPA dan
IPS. Jumlah sampel siswa dari beberapa sampel sekolah berdasarkan daerah
wilayah tertera pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Jumlah Kelas Dan Siswa Yang Menjadi Sampel
Daerah wilayah Nama SMA Jumlah
kelas XI
Untuk SMA Negeri 2 Cimahi dan SMA Pasundan 2 Cimahi hanya pada kelas
XI IPS saja yang dijadikan sampel siswa, karena pada semester genap/II ini mata
pelajaran sejarah tidak diajarkan di kelas XI IPA.
3.2.Metode Penelitian
Metode penelitian memiliki peranan penting dalam sebuah penelitian. Hal
tersebut dikarenakan dapat menjadi pedoman peneliti dalam mencari jawaban
sebuah penelitian. Metode penelitian yang dipilih harus sesuai dengan rancangan
penelitian yang digunakan, seperti yang diungkapkan Suryabrata (2008:15), yaitu:
“dalam melakukan penelitian, orang dapat menggunakan berbagai macam
metode, dan sejalan dengan rancangan penelitian yang digunakan juga dapat bermacam-macam. Untuk menyusun sesuatu rancangan penelitian yang baik perlulah berbagai persoalan dipertimbangkan. Keputusan mengenai rancangan apa yang akan dipakai akan tergantung kepada tujuan penelitian, sifat masalah yang akan digarap, dan berbagai alternatif yang mungkin
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan
persoalan adalah pendekatan kuantitatif, menurut Danial (2009:59)
pengembangan pendekatan kuantitatif positivistik, amat mengagumkan dalam
pengolahan dan analisis data. Karena dibantu oleh teknik statistika dan komputer
yang akurat, sehingga terkesan tanpa cacat, semua persoalan dapat dihitung secara
matematik. Menurut Sugiyono (2009:14), yaitu:
“Pendekatan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan”.
Pendekatan kuantitatif digunakan dalam meneliti populasi dan
mengumpulkan data di lapangan untuk menguji hipotesis penelitian. Metode
penelitian berdasarkan pendekatan kuantitaif yang dipilih harus sesuai dengan
permasalahan penelitian, sesuai dengan Syaodih (2005:52) yang mengatakan
bahwa metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan
penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis
dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Dalam penelitian ini metode
yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian korelasi karena penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel.
Penelitian korelasi menurut Usman (1995:197), yaitu:
“Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier
antara dua variabel atau lebih. Hubungan antara dua variabel di dalam teknik korelasi bukanlah dalam arti hubungan sebab akibat (timbal balik),
melainkan hanya merupakan hubungan searah saja”.
Sedangkan Purwanto (2010:288) mengatakan bahwa penelitian korelasi
adalah penelitian yang melibatkan hubungan satu atau lebih variabel dengan satu
atau lebih variabel lain dalam satu kelompok. Menurut Gay (Emzir 2008:37)
bahwa:
sebuah kondisi yang telah ada. Suatu studi korelasional mendeskripsikan, dalam istilah kuantitatif tingkatan di mana variabel-variabel berhubungan.”
Menurut Sukardi (2009:166) penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang
melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan
dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Sugiyono (2009:19) peneliti
kuantitatif dalam melihat hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti lebih
bersifat sebab dan akibat (kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel
independen dan dependen.
Tujuan studi korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel,
atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi menurut
Gay (Ezmir 2008:38). Penelitian korelasi dipilih untuk memperoleh gambaran
bagaimana keterhubungan antara dua variabel dalam penelitian ini. Variabel bebas
(dependent variable) yang dimaksud dalam penelitian ini ialah Lembar Kerja Siswa (X) dan variabel terikatnya (independent variable) adalah Hasil Belajar Siswa (Y). Berdasarkan pada indikator LKS yang akan diamati dalam penelitian
ini maka variabel bebas terbagi ke dalam beberapa sub variabel, diantaranya :
tampilan LKS (X ), ketersediaan sarana LKS (X ), dan komponen LKS (X ), dan
bentuk soal LKS (X ).
3.3. Desain Penelitian
Rancangan penelitian korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
korelasi bivariat, korelasi bivariat menurut Emzir (2008:48) adalah suatu
rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antar dua
variabel. Hubungan antara dua variabel diukur dan mempunyai tingkatan dan
arah. Rancangan korelasi bivariat ini dipilih karena pada penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan hubungan dua variabel, LKS dan hasil belajar siswa.
Dimana variabel bebas (dependent variable) yang dimaksud dalam penelitian ini ialah lembar kerja siswa (X) dan variabel terikatnya (independent variable) adalah hasil belajar siswa (Y). Menurut Arikunto (2006:121) memecah-mecah
menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh peneliti.
Kategori-kategori ini dapat diartikan sebagai indikator variabel. Agar peneliti lebih mudah
mengumpulkan data pada variabel yang memiliki sub-variabel.
Sub-variabel pada penelitian ini melihat pendapat Arikunto di atas dari
variabel X yaitu Lembar Kerja Siswa adalah tampilan LKS (X ), ketersediaan
sarana LKS (X ), dan komponen LKS (X ), dan bentuk soal LKS (X ). Sedangkan
untuk variabel Y tidak ada indikator sub-variabel. Masing-masing sub-variabel X
akan dilihat keterhubungan secara langsung terhadap variabel Y yaitu hasil belajar
siswa.
Secara umum gambar desain dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1.
Hubungan Dua Variabel Dalam Analisis Bivariat
Lembar Kerja Siswa (X)
Hasil Belajar Siswa (Y)
S
U
B
V
A
R
I
A
B
E
L
Tampilan LKS (X
Ketersediaan sarana LKS (X )
Komponen LKS (X )
3.4.Definisi Operasional
Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai definisi operasional
variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, definisi operasional
variabel penelitian yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut :
3.4.1.Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menurut Pedoman umum pengembangan bahan ajar Diknas (2004)
dalam Prastowo (2011:203) LKS (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS
biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu
tugas, dan tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan haruslah jelas
kompetensi dasar yang akan dicapai. Budiman (Ma`aruf 2002:33)
mengatakan LKS adalah lembar kegiatan siswa yang berisi pedoman bagi
siswa untuk melakukan kegiatan yang mencerminkan keterampilan proses
agar siswa memperoleh pengetahuan untuk keterampilan yang perlu
dikuasainya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti cenderung
mengadopsi pendapat Budiman bahwa LKS adalah lembar berisi petunjuk
yang dilakukan oleh siswa untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran yang
dikuasinya.
Alat pengumpul data dari LKS ini adalah angket (kuesioner) yang
mengukur mengenai:
1) Tampilan LKS
Tampilan LKS yang diukur adalah gambar pada cover LKS, baik
kesesuaian dengan materi, penempatan gambar dan ukuran gambar yang
secara keseluruhan. Warna pada cover LKS pun dinilai, kombinasi warna
yang akan melihat kemenarikan warna secara keseluruahan. Selain itu
bentuk huruf pun dilihat baik, bentuk dan ukuran sehingga mudah di
2) Ketersediaan sarana LKS
Dalam hal ini yang diukur melihat dari penyediaan LKS oleh pihak
sekolah, LKS yang dimiliki siswa, penggunaan LKS dalam kelas dan
LKS sejarah lainnya yang dimiliki siswa.
3) Komponen LKS
Komponen LKS yang dinilai adalah judul, petunjuk belajar, kompetensi
yang dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah kerja, tes
dan penilaian.
4) Bentuk soal LKS
Melihat keterhubungan dengan ulangan harian yang dilaksanakan, karena
hasil belajar yang dilihat adalah nilai ulangan harian. Keterhubungan
tersebut melihat kalimat soal pada LKS, pengerjaan jawaban LKS oleh
siswa, kalimat soal pada ulangan harian, butir soal pada ulangan harian,
pengerjaan jawaban ulangan harian dan terakhir perbandingan nilai LKS
dan nilai ulangan harian.
3.4.2.Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar menurut Bakri (1994:22) adalah tingkah laku yang baru
keseluruhan, yang diperoleh dari suatu proses usaha individu dalam interaksi
dengan lingkungannya. Menurut Sudjana (2009:22), hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.
Hasil belajar yang diukur pada penelitian ini berdasarkan pada aspek
kognitif klasifikasi Bloom. Karena LKS yang digunakan dalam pembelajaran
sejarah lebih didominasi pada ranah kognitif. Dominan ranah kognitif yang
ada pada LKS sejarah menjadikan penelitian ini lebih menitikberatkan
mengkaji hasil belajar pada ranah kognitif agar ada kesinambungan antara
penggunaan LKS dengan pengukuran hasil belajar siswa pada ranah kognitif.
Hasil belajar didapatkan dari salah satu nilai ulangan harian kelas XI
baik IPA dan IPS di semester II. Ulangan harian pada penelitian ini yang
belajar diselesaikan (Zainul dan Nasution, 2001: 36). Butir soal yang guru
gunakan itu menjadi wewenang guru sepenuhnya, peneliti hanya melihat hasil
akhir nilai ulangan harian/tes formatif tersebut. Alat pengumpul data untuk
hasil belajar pada penelitian ini didapat melalui studi dokumentasi yang
dilihat dari nilai siswa/i kelas XI yang diperoleh dari guru mata pelajaran
sejarah yang bersangkutan.
3.5. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2009: 148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik
semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Adapun instrumen dalam
penelitian ini, dijabarkan sebagai berikut:
3.5.1.Angket (Kuesioner)
Danial (2009:73) kuesioner adalah alat untuk mengumpulkan informasi
sesuai dengan tujuan penelitian. Alat ini berupa sejumlah
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden sesuai dengan
masalah penelitian untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan
penelitian dan informasi mengenai suatu masalah secara bersamaan dari
sampel yang telah di tentukan. Arikunto (2006:151) kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Angket yang digunakan pada penelitian ini untuk memperoleh informasi
dalam bentuk pertanyaan tertulis mengenai variabel X Lembar Kerja Siswa
(LKS). Angket atau kuesioner yang digunakan memiliki keuntungan menurut
Arikunto (2006:152) diantaranya dapat dibagikan serentak kepada banyak
responden, dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak
malu-malu menjawab. Keuntungan ini yang menjadikan peneliti memilih
instrumen angket dalam pengumpulan data berkaitan dengan variabel X.
Instrumen angket ini diberikan kepada sampel siswa kelas XI dari sampel
tiga kecamatan yang ada, dipilih masing-masing dua sekolah sehingga total
enam sampel sekolah dari 16 SMA. Untuk sampel kelas dari enam sampel
sekolah tersebut didapatkan sebanyak 31 dengan jumlah 679 siswa.
3.5.2. Studi dokumentasi
Menurut Danial (2009:79) studi dokumentasi adalah mengumpulkan
sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai
dengan masalah penelitian. Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang
artinya barang-barang tertulis (Arikunto, 2006:158).
Dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal yang berupa
catatan, buku, transkrip, dan sebagainya yang berhubungan dengan variabel
yang bersangkutan. Jika peneliti memang cermat dan mencari bukti-bukti
dari landasan hukum dan peraturan atau ketentuan, maka penggunaan
metode dokumentasi menjadi tidak terhindarkan (Arikunto, 2006:159).
Melihat pentingnya penggunaan instrumen ini dalam pengumpulan
data yang diperlukan, maka pada penelitian ini dokumen tersebut berupa
nilai ulangan harian. Data pada dokumen yang diperlukan ini berupa hasil
belajar siswa kelas XI yang menjadi sampel kelas dan siswa pada sampel
sekolah yang terpilih. Nilai ulangan harian pelajaran sejarah tersebut
didapatkan dari guru.
3.6. Pengembangan Instrumen
Instrumen yang dibuat sebelum digunakan untuk mengumpulkan data,
diperlukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba ini diperlukan untuk menguji
kelayakan instrumen tersebut sebagai alat pengumpul data. Pengujian yang
dilakukan meliputi uji validasi dan uji reliabilitas pada instrumen angket.
Sebelum digunakan dalam penelitian, angket dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Selanjutnya angket
diujicobakan pada siswa di luar sampel penelitian yang juga menggunakan LKS
dalam pembelajaran sejarah. Menurut Danial (2009:88) uji coba adalah prosedur
lapangan yang diasumsikan responden dan lingkungannya sama dengan objek
kajian sesungguhnya.
Pada penelitian ini uji coba dilakukan pada 50 siswa kelas XI dari satu
sekolah. Soal yang digunakan pada uji coba ini adalah sebanyak 50 butir soal
objektif dengan lima pilihan jawaban. Pengembangan instrumen melalui beberapa
tahapan pengujian, uji validitas dan uji reliabilitas, sebagai berikut:
3.6.1. Uji Validasi
Menurut Sugiyono (2009:363) validasi merupakan derajat ketepatan
antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat
dilaporkan oleh peneliti. Menurut Arikunto (2006:168) validasi adalah suatu
ukuran untuk menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu
instrumen. Pengujian validitas pada penelitian ini menggunakan program
dalam SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18.0 for windows
yaitu korelasi Product moment yang dikemukakan oleh Pearson untuk memudahkan peneliti.
Rumus korelasi yang dapat digunakan menurut Arikunto (2006:170)
yang dikemukakan oleh Pearson dikenal dengan rumus korelasi Product moment , adalah sebagai berikut:
Jika nilai rxy lebih kecil (<) dari rtabel maka data tidak valid, sebaliknya jika
Hasil perhitungan validitas uji coba instrumen angket menggunakan
aplikasi SPSS 18.0 korelasi pearson product moment. Menurut Priyanto
Dari 50 butir soal yang diujikan didapatkan bahwa 24 butir soal dalam
keadaan valid, sedangkan sisanya sebanyak 26 butir soal keadaan tidak valid.
Tabel di atas menggunakan Microsoff Excel dengan rumus
=IF(rhitung>0.279,"Valid","Tidak Valid") untuk memudahkan dalam
pengambilan keputusan. Jika r Hitung (rxy) lebih besar (>) dari rtabel (0.279)
maka soal tersebut valid, sedangkan jika lebih kecil (<) dari 0.279 maka data
tidak valid.
3.6.2. Uji Reliabilitas
Menurut Sukardi (2008:127) reliabilitas sama dengan konsistensi atau
keajekan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas
yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam
mengukur yang hendak diukur. Koefisien reliabilitas yang menyatakan
derajat keterandalan alat evaluasi, dinyatakan dengan r Erman, 2003:139).
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini akan menggunakan program
dalam SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18.0 for windows
yaitu reliability analysis model Alpha untuk memudahkan peneliti. Hasil perhitungan pengujian reliabilitas uji coba instrumen, dapat dilihat pada tabel
3.5 :
Soal ke 35 0.231 0.279 Tidak Valid
Soal ke 36 0.193 0.279 Tidak Valid
Soal ke 37 0.258 0.279 Tidak Valid
Soal ke 38 0.289 0.279 Valid
Soal ke 39 0.030 0.279 Tidak Valid
Soal ke 40 0.459 0.279 Valid
Soal ke 41 0.428 0.279 Valid
Soal ke 42 0.367 0.279 Valid
Soal ke 43 0.258 0.279 Tidak Valid
Soal ke 44 0.420 0.279 Valid
Soal ke 45 0.222 0.279 Tidak Valid
Soal ke 46 0.265 0.279 Tidak Valid
Soal ke 47 0.143 0.279 Tidak Valid
Soal ke 48 0.252 0.279 Tidak Valid
Soal ke 49 0.380 0.279 Valid
Tabel 3.5
Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 50 100.0
Excludeda 0 .0
Total 50 100.0
. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach’s
Alpha N of Items
.950 50
Berdasarkan tabel 3.5, N (jumlah responden) sebanyak 50 orang
dengan valid sebesar 100% atau seluruh responden telah menjawab. Koefisien
reliabilitas dari uji coba instrumen ialah sebesar 0,950 dari 50 soal ujicoba
instrumen.
Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,90 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi 0,40 < r ≤ 0,70 Sedang 0,20 < r ≤ 0,40 Rendah
r ≤ 0,20 Sangat Rendah
Berdasarkan koefisien reliabilitas tersebut maka hasil perhitungan
reliabilitas uji coba instrumen termasuk kategori sangat tinggi. Berdasarkan
tabel kriteria reliabilitas yang dibuat oleh J.P. Guilford (Erman, 2003:139) pada
tabel 3.6 di atas.
Hasil analisis uji coba instrumen menggunakan pengujian validitas
pearson product moment , dan reliability analysis model Alpha. Butir soal uji coba instrumen tersebut mendapatkan reliabilitas analysis model Alpha yang
soal instrumen dinyatakan valid dan 26 butir soal lainnya akan dibuang/drop
karena dinyatakan tidak valid setelah melalui uji validitas. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7
Hasil Uji Coba Instrumen
No Soal Validitas Keputusan
Soal ke 1 Valid Diterima
Soal ke 12 Valid Diterima
Soal ke 13 Valid Diterima
Soal ke 14 Tidak Valid Drop
Soal ke 15 Valid Diterima
Soal ke 16 Tidak Valid Drop
Soal ke 22 Valid Diterima
Soal ke 23 Valid Diterima
Soal ke 24 Valid Diterima
Soal ke 25 Tidak Valid Drop
Soal ke 26 Tidak Valid Drop
Soal ke 27 Tidak Valid Drop
Soal ke 28 Valid Diterima
Soal ke 29 Tidak Valid Drop
Soal ke 30 Tidak Valid Drop
Soal ke 31 Valid Diterima
Soal ke 32 Valid Diterima
Soal ke 33 Valid Diterima
Soal ke 34 Valid Diterima
Soal ke 35 Tidak Valid Drop
Soal ke 37 Tidak Valid Drop
Soal ke 38 Valid Diterima
Soal ke 39 Tidak Valid Drop
Soal ke 40 Valid Diterima
Soal ke 41 Valid Diterima
Soal ke 42 Valid Diterima
Soal ke 43 Tidak Valid Drop
Soal ke 44 Valid Diterima
Soal ke 45 Tidak Valid Drop
Soal ke 46 Tidak Valid Drop
Soal ke 47 Tidak Valid Drop
Soal ke 48 Tidak Valid Drop
Soal ke 49 Valid Diterima
Soal ke 50 Valid Diterima
Dari tabel di atas, didapatkan hasil bahwa 24 butir soal yang valid maka
keputusannya adalah diterima. Butir soal tersebut diantaranya butir soal no 1,
4, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 15, 22, 23, 24, 28, 31, 32, 33, 34, 38, 40, 41, 42, 44, 49 dan
50. Sedangkan 26 butir soal yang tidak valid akan dibuang/drop diantaranya
butir soal no 2, 3, 5, 10, 11, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 25, 26, 27, 29, 30, 35,
36, 37, 39, 43, 45, 46, 47, dan 48. Maka kuesioner dalam penelitian ini terdiri
dari 24 soal yang akan ditanyakan perihal variabel X dalam penelitian ini
mengenai penggunaan LKS.
3.7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu
pada instrumen penelitian yang telah dipaparkan di atas. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan dua instrumen yang terdiri
dari angket (kuesioner) dan studi dokumentasi.
3.7.1.Angket (Kuesioner)
Penggunaan angket dalam penelitian ini untuk memperoleh data
variabel X yaitu LKS. Bentuk pertanyaan dalam angket ini tertutup seperti
yang diutarakan oleh Danial (2009:75) angket tertutup adalah angket dengan
oleh peneliti. Sehingga siswa yang menjadi sampel hanya tinggal memilih
jawaban yang sesuai dengan pendapatnya dan tidak memberikan kesempatan
siswa memberikan jawaban lain.
Dalam menjawab pilihan jawaban dari pertanyaan, peneliti
menggunakan skala likert. Skala ini bersifat ordinal (berjenjang) dengan skor untuk jawaban a adalah 5, b adalah 4, jawaban c dengan 3, jawaban d dengan
4 dan jawaban e dengan 1 karena menurut Sugiyono (2009:134) skala likert
digunakan untuk mengukur pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Untuk nomor yang tidak dijawab maka
skornya adalah nol (0).
Tabel 3.8
Pilihan Jawaban Pada Angket
Jawaban Keterangan Skor
A Sangat menarik/ sangat setuju/ selalu 5
B Menarik/ setuju/ sering 4
C Kurang menarik/ kurang setuju/ kadang-kadang 3
D Tidak menarik/ tidak setuju/ tidak pernah 2
E Tidak tahu 1
Kosong Tidak jawab 0
Sebelum angket dibuat maka diperlukan kisi-kisi atau acuan yang
peneliti gunakan dalam membuat angket atau kuesioner yang telah melewati
uji validitas dan uji reliabilitas seperti yang dijelaskan sebelumnya. Kisi-kisi
dari kuesioner variabel X dapat lebih jelas tertera pada tabel 3.9.
Tabel 3.9
Pembuatan Kuesioner Variabel LKS
No Subvariabel Indikator Deskriptor Sub deskriptor
c.2 mudah di baca
di dalam
Studi dokumentasi yang digunakan untuk variabel Y, yaitu dengan
memperoleh data dari guru yang mengajar mata pelajaran sejarah mengenai
hasil belajar siswa, berupa nilai ulangan harian.
3.8. Analisis Data
Analisis data untuk penelitian korelasi menurut Emzir (2008:42) yaitu:
“ bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi.
Suatu koefisien korelasi (r) angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00 atau -0,00 dan -1,00, yang mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefisien mendekati +1,00; kedua variabel tersebut mempunya hubungan positif. Jika koefisien korelasi tersebut mendekati 0,00, kedua variabel tidak berhubungan dan jika koefisien tersebut mendekati -1,00 kedua variabel memiliki hubungan negatif.”
Senada dengan pendapat Emzir, Arikunto (2006:279) menyatakan bahwa
arah korelasi, dinyatakan dengan tanda + (plus) dan – (minus). Tanda +
menunjukkan adanya korelasi sejajar searah, dan tanda – menunjukkan korelasi
sejajar berlawanan arah.
Korelasi + : “Makin tinggi nilai X makin tinggi nilai Y” atau kenaikan nilai X diikuti kenailkan nilai Y”.
Korelasi -: “Makin tinggi nilai X, makin rendah nilai Y” atau “kenaikan nilai X,
Agar memudahkan peneliti dalam mengolah dan menganalisis data maka
peneliti menggunakan salah satu fasilitas dalam program SPSS (Statistical Product and service Solution) versi 18.0 for windows. Kekuatan hubungan antar variabel dapat dilihat besar kecilnya korelasi. Menurut Sugiyono (2008:257)
pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.10
Interpretasi Koefisien Korelasi
Nilai r hitung Interpretasi
0,00 ≤ 0,199 hubungan sangat rendah
0,20 ≤ 0,399 hubungan rendah atau kecil
0,40 ≤ 0,599 hubungan sedang atau cukup
0,60 ≤ 0,799 hubungan tinggi atau kuat
0,80 ≤ 1,000 hubungan sangat tinggi atau sangat kuat
Penelitian ini menggunakan dua uji korelasi dari Pearson dan Spearman-Brown . Korelasi Pearson akan digunakan untuk data kuantitatif interval atau ratio), sedangkan korelasi Spearman-Brown digunakan bila data berbentuk ordinal.
Untuk pengambilan keputusan hipotesis menggunakan statistik menurut
Sugiyono (2009:258), dilihat dari nilai r (koefisien korelasi), maka :
Apabila Koefisien Korelasi r hitung > r tabel, maka H Ditolak
Apabila Koefisien Korelasi r hitung< r tabel, maka H Diterima
Sedangkan menurut Priyanto (2013: 104) keputusan pengambilan
keputusan statistik melihat dari nilai Signifikansi, adalah sebagai berikut:
Apabila nilai Sig. < 0,05 maka H Ditolak
Keputusan pengambilan hipotesis pun dilihat dari kurva daerah
penerimaan Ho. Menurut Arikunto (2006:77) daerah kritik merupakan daerah
penolakan hipotesis (hipotesis nihil) dan disebut daerah signifikansi. Sebaliknya
daerah yang terletak di antara dua daerah kritis dinamakan daerah penerimaan
hipotesis, atau daerah non-signifikansi. Untuk lebih jelasnya kurva dapat dilihat
pada gambar 3.2.
Gambar 3.2
Kurva Daerah Penerimaan Ho
D. Penolakan Daerah penerimaan D. Penolakan
- r tabel 0 r tabel
Gambar 3.2 merupakan gambar kurva daerah penerimaan H0. Dapat dilihat
pada daerah penerimaan terdapat arsiran, maka artinya H0 diterima.
Gambar 3.3
Kurva Daerah Penolakan Ho
D. Penolakan Daerah penerimaan D. Penolakan
- r tabel 0 r tabel
Sedangkan pada gambar di atas, arsiran terdapat pada daerah penolakan,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil analisis instrumen
yang digunakan untuk memperoleh data penelitian, diantaranya angket
(kuesioner) dan dokumentasi hasil belajar siswa. Hasil analisis instrumen ini
dijadikan dasar perumusan kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang telah
menunjukan hasil, sebagai berikut:
Pertama, hasil perhitungan koefisien korelasi r hitung untuk sub-variabel tampilan LKS menunjukkan hubungan sangat rendah dengan hasil belajar siswa.
Keterhubungan yang sangat rendah ini disebabkan karena tampilan LKS tidak
terlalu mempengaruhi hasil belajar. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar terdiri dari berbagai faktor bukan hanya dilihat dari tampilan LKS.
Kedua, untuk ketersediaan sarana LKS, hasil perhitungannya menunjukkan hubungan sangat rendah dengan hasil belajar siswa. Keterhubungan yang sangat
rendah ini disebabkan karena LKS yang disediakan sekolah bukan merupakan
LKS yang dibuat oleh guru yang bersangkutan, sehingga guru tidak terlalu fokus
pada rencana pelaksanaan pembelajaran dan mengikuti alur yang ada di LKS.
Padahal seharusnya penggunaan LKS harus disesuaikan dengan materi ajar,
kondisi kelas dan karakteristik siswa.
Ketiga, hasil perhitungan koefisien korelasi r hitung untuk sub-variabel komponen LKS menunjukkan hubungan rendah dengan hasil belajar siswa.
Keterhubungan yang rendah ini disebabkan karena komponen LKS tidak
memperhatikan tujuan dari LKS untuk melatih kemandirian belajar. Di mana LKS
yang tersedia di lapangan komponen isi secara keseluruhan tidak melatih
kemandirian karena siswa hanya tinggal memindahkan jawaban saja.
Keempat, hasil perhitungan koefisien korelasi r hitung untuk sub-variabel menunjukkan hubungan rendah antara bentuk soal dengan hasil belajar siswa.
Keterhubungan yang rendah ini disebabkan karena bentuk soal yang ada pada
belajar yang diperoleh tidak menggambarkan kemampuan siswa, khususnya untuk
pemahaman dan analisis materi.
SARAN
Berdasarkan hasil temuan yang peneliti dapatkan dari penelitian hubungan
penggunaan LKS terhadap hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di
Kota Cimahi, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Melihat tidak semua sub-variabel penggunaan LKS berhubungan dengan
hasil belajar siswa, bahkan dengan hubungan yang rendah memotivasi
peneliti untuk melakukan penelitian serupa kembali dengan sumber belajar
lainnya selain LKS. Sehingga akan terlihat keterhubungan sumber belajar
lainnya dalam pembelajaran sejarah dengan hasil belajar siswa.
2. Bagi siswa
Melalui penelitian ini memotivasi siswa untuk terus menggali lebih
banyak lagi sumber belajar lainnya yang bisa digunakan dalam
pembelajaran sejarah, sehingga tidak hanya terpaku pada LKS yang
dimiliki saja.
3. Bagi guru
Peneliti berharap, melalui penelitian ini dengan hasil koefisien korelasi
penggunaan LKS dengan hasil belajar siswa SMA yang rendah,
menggugah guru mata pelajaran sejarah untuk membuat LKS sendiri
sehingga mampu memaksimalkan materi pembelajaran di dalam kelas
sesuai dengan tujuan pembelajaran sejarah. LKS disesuaikan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Anderson, L dan Krathwohl, D. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Arikunto,S. (2003). Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bakri, S. (1994). Prestasi belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Danial, E. dkk. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pkn.
Dimyati. dan Mudjiono. (2009). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, B dan Zain,A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: FPMIPA UPI
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara
Hamid, H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikti.
Kochhar, S. (2008). Pembelajaran Sejarah. Jakarta: PT Gramedia.
Kountur, R. (2007). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis Edisi Revisi. Jakarta: PPM
Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Jogjakarta: Diva Press.
Priyanto, D. (2013). Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Jakarta: Mediakom.
Purwanto.(2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk psikologi dan pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Rohani, A. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sanjaya, W. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Sudjana. (2001). Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru-Algensindo
Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara
Sukitno, M. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.
Sunaryo, W. (2011). Taksonomi Berfikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, S. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.
Syaodih, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Usman, H. dkk. (1995). Pengantar Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Zainul, A dan Nasution, N. (2001). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: PAU-PPAI-UT
Sumber Skripsi
dengan Siswa yang Menggunakan LKS Tanpa Pertanyaan Pengarah (Penelitian eksperimen pasa siswa kelas XI IPA 1 MAN 1 Kota Bandung). Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Farmahni, R. (2009). Penerapan LKS Model Treffinger dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII pada Pembelajaran Teknologi Informasi & Komunikasi. Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Firmansyah, A. (2011). Komparasi Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Media Video dengan LKS (Lembar Kerja Siswa) pada Pembelajaran Teori Pengelasan di SMK Negeri 9 Garut Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi sarjana pada FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Kusnandar, A. (2011). Eksperimen Metode Pembelajaran Resitasi Menggunakan LKS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Bangunan Gedung di SMK Negeri 5 Bandung. Skripsi sarjana pada FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Ma`aruf, P. (2002). Daya Dukung LKS (Lembar Kerja Siswa) Terhadap Hasil Pembelajaran Dalam Kegiatan Pembelajaran Yang Menerapkan Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan Keterampilan Proses Pada Mata Pelajaran IPS Geografi di SLTP(Studi Eksperimen dalam Pembelajaran IPS Geografi Pokok Bahasan Perindustrian Kelas II Caturwulan III di SLTPN 2 Rancaekek Kabupaten BandungTahun Ajaran 2001/2001). Tesis Magister pada Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan
Permana, D. (2008). Mengembangkan Pembelajaran yang Bermakna melalui Penggunaan LKS Kontekstual (Penelitian Tindakan Kelas di SMAN 3 Bandung Kelas XI IPS Semester Ganjil Tahun Ajaran 2007/2008). Skripsi sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sumber Undang-undang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Publikasi Departemen
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Asiknya Belajar Dengan PAKEM IPS untuk SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), Jakarta: Depdiknas
Sumber Internet
Hariyanto. (2012). Pengertian Sarana Pendidikan. [online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-sarana-pendidikan/ [13 Juni 2013]