• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGGUNAAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI KOTA CIMAHI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PENGGUNAAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI KOTA CIMAHI."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGGUNAAN LKS(LEMBAR KERJA

SISWA) DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMA

PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI KOTA

CIMAHI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh

Vanny Gustikasari 0806147

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Hubungan Penggunaan LKS (Lembar

Kerja Siswa) Dengan Hasil Belajar

Siswa SMA Pada Mata Pelajaran

Sejarah Di Kota Cimahi

Oleh

Vanny Gustikasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Vanny Gustikasari 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Vanny Gustikasari

HUBUNGAN PENGGUNAAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATA

PELAJARAN SEJARAH DI KOTA CIMAHI

Disetujui dan Disahkan Oleh:

Pembimbing I

Dr. Erlina Wiyanarti, M.Pd NIP. 19620718 198601 2 001

Pembimbing II

Dra. Yani Kusmarni, M. Pd. NIP. 19660113 199001 2 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

(4)

HUBUNGAN PENGGUNAAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI

KOTA CIMAHI

Vanny Gustikasari1

ABSTRACT

This research is motivated from the importance of teaching history requires learning resources. History learning resource in question is LKS (Student Worksheet). The use of worksheets in the teaching of history has benefits such as minimizing the role of the teacher also allows the students to understand the material. LKS history that had been circulating developing impressed factual material is a summary of the book package. Based on the above issues, this study uses correlation research method aims to find the relationship between the use of worksheets with High School Student Results on Historical Subjects Cimahi. Variable use of worksheets are translated into sub-variables such as display LKS (X Ό), availability of LKS (X ΍), component LKS (X Ύ), and form about LKS (X Ώ) while the variable is not defined learning outcomes. Results of calculations using SPSS (Statistical Product and Service Solutions) version 18.0 for windows, the results of this study are received research hypothesis (H1), is accepted- positive and significant relationship between the use of Student Worksheet (LKS) with Student Learning Outcomes High School in Eye History Lesson in Cimahi with a low correlation coefficient. The low correlation between the use worksheets with Student Results occur due to many factors, one of which worksheets are used not made by the teacher concerned. Authors feel this research is not perfect, so expect no improvement in next research.

Keyword : learning resources, student work sheet, learning outcomes ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi dari pentingnya pembelajaran sejarah yang membutuhkan sumber belajar. Sumber belajar sejarah yang dimaksud adalah LKS (Lembar Kerja Siswa). Penggunaan LKS dalam pembelajaran sejarah memiliki manfaat diantaranya meminimalkan peran pengajar juga memudahkan peserta didik untuk memahami materi. LKS sejarah yang selama ini beredar mengembangkan materi yang faktual terkesan merupakan rangkuman dari buku paket. Berdasarkan dari permasalahan di atas, penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi bertujuan mengetahui besarnya hubungan antara penggunaan LKS dengan Hasil Belajar Siswa SMA pada Mata Pelajaran Sejarah di Kota Cimahi. Variabel penggunaan LKS dijabarkan ke dalam sub-variabel diantaranya tampilan LKS (XΌ), ketersediaan sarana LKS (XЇ), komponen LKS (XЈ), dan

1

(5)

bentuk soal LKS (XЉ) sedangkan variabel hasil belajar tidak dijabarkan. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS (Statistical Product and service Solution) versi 18.0 for windows, hasil penelitian ini adalah diterimanya hipotesis penelitian (H1), yaitu ada hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan

Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Hasil Belajar Siswa SMA pada Mata Pelajaran Sejarah di Kota Cimahi dengan koefisien korelasi rendah. Rendahnya hubungan antara penggunaan LKS dengan Hasil Belajar Siswa terjadi karena banyak faktor, salah satunya LKS yang digunakan bukan dibuat oleh guru yang bersangkutan. Penulis merasa penelitian ini belum sempurna, sehingga diharapkan ada perbaikan pada penelitian selanjutnya.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Penelitian 1

1.2. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 7

1.3. Tujuan Penelitian 7

1.4. Manfaat Penelitian 8

1.5. Hipotesis Penelitian 8

1.6. Struktur Organisasi Skripsi 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 12

2.1 Pembelajaran Sejarah 12

2.2 Lembar Kerja Siswa sebagai Sumber Belajar 15

2.3 Penggunaan Lembar Kerja Siswa dalam Pembelajaran

Sejarah 20

2.4 Hasil Belajar 25

2.5 Hubungan LKS dengan Hasil Belajar dalam Pembelajaran

Sejarah 31

2.6 Penelitian yang Relevan 34

BAB III METODE PENELITIAN 36

3.1. Populasi/sampel Penelitian 36

3.2. Metode Penelitian 39

3.3. Desain Penelitian 41

(7)

3.4.1. Lembar Kerja Siswa (LKS) 43

3.4.2. Hasil Belajar Siswa 44

3.5. Instrumen Penelitian 45

3.5.1. Angket (Kuesioner) 45

3.5.2. Studi dokumentasi 46

3.6. Pengembangan Instrumen 46

3.6.1. Uji Validasi 47

3.6.2. Uji Reliabilitas 49

3.7. Teknik Pengumpulan Data 52

3.7.1. Angket (Kuesioner) 52

3.7.2. Studi Dokumentasi 55

3.8. Analisis Data 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58

4.1. Hasil Penelitian 58

4.1.1. Deskripsi Penelitian 58

4.1.2. Analisis Variabel 58

4.1.2.1.Analisis Variabel Penggunaan LKS 58

4.1.2.2.Analisis Variabel Hasil Belajar 71

4.1.3. Pengujian Hipotesis Sub-variabel LKS 72

4.1.4. Pengujian Hipotesis Penelitian 87

4.2. Pembahasan Penelitian 88

4.2.1. Pembahasan Hubungan Tampilan LKS dengan Hasil

Belajar 88

4.2.2. Pembahasan Hubungan Ketersediaan Sarana dengan

Hasil Belajar 90

4.2.3. Pembahasan Hubungan Komponen LKS dengan Hasil

Belajar 92

4.2.4. Pembahasan Hubungan Bentuk Soal dengan Hasil

Belajar 94

4.2.5. Pembahasan Hubungan Penggunaan LKS dengan Hasil

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 104

5.1. Kesimpulan 104

5.2. Saran 105

DAFTAR PUSTAKA 106

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pentingnya pembelajaran sejarah di sekolah memerlukan sumber belajar

yang dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan materi siswa. Hal ini

sangat diperlukan untuk lebih mengaktifkan siswa dan memudahkan pelaksanaan

pengajaran kepada siswa. Salah satu sumber belajar yang direncanakan dalam

pembelajaran termasuk pembelajaran sejarah bagi siswa adalah Lembar Kerja

Siswa selanjutnya akan disebut dengan LKS.

Definisi LKS menurut Rustaman (Dewi, 2007:13) mengemukakan bahwa :

“LKS adalah salah satu alat bantu pengajaran yang dimaksudkan untuk

memperlancar kegiatan belajar mengajar dan mempermudah memberikan pemahaman konsep-konsep pembelajaran, LKS tersebut berisi sejumlah pertanyaan dan beberapa persiapan serta kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dengan LKS siswa dapat mengembangkan keterampilan proses yang diharapkan mampu membangun sendiri struktur pengetahuannya dari

data-data yang diperolehnya melalui pengalaman dalam mengamati.”

LKS merupakan alat bantu dalam pembelajaran untuk mempermudah siswa

dalam memahami konsep-konsep pembelajaran yang dapat mengembangkan

keterampilan proses yang mampu memperkaya pengetahuan siswa, termasuk

dalam pembelajaran sejarah. Sebagai alat bantu pembelajaran tentu LKS memiliki

fungsi seperti yang diungkapkan oleh Prastowo (2011:205) bahwa fungsi LKS

adalah :

1.Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik;

2.Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan;

3.Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; serta 4.Mempermudah pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

Fungsi LKS yang dijabarkan di atas, diantaranya mampu mengaktifkan

(10)

satu sumber belajar yang diandalkan oleh pengajar dalam pembelajaran sejarah.

LKS yang diandalkan oleh pengajar ini, karena LKS sejarah dirasa dapat

membantu pengajar dalam meminimalkan peran pengajar dan mengaktifkan siswa

dalam pembelajaran, juga memudahkan peserta didik untuk memahami materi

yang diberikan pengajar.

LKS memiliki banyak tujuan, menurut Prastowo (2011:206), tujuan LKS

diantaranya:

1.Menyajikan bahan yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan;

2.Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan;

3.Melatih kemandirian belajar peserta didik, dan

4.Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

Pendapat Prastowo tersebut menyatakan bahwa LKS memberikan manfaat

bagi pengajar dan siswa, seperti yang dijabarkan di atas. Manfaat dan tujuan inilah

yang menjadikan LKS banyak digunakan pengajar dalam menyampaikan materi

pembelajaran sejarah. Namun saat ini di sekolah masih terdapat beberapa

permasalahan dalam penggunaan LKS. Permasalahan tersebut diantaranya:

1. Pengadaan LKS sejarah dalam pembelajaran masih dibeli dari penerbit.

Guru belum membuat LKS sejarah sendiri yang disesuaikan dengan

materi dan indikator pembelajaran sejarah.

2. Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan adalah LKS. Akan tetapi

keberadaan LKS dalam pembelajaran sejarah dijadikan sebagai sumber

utama belajar bagi siswa, sehingga guru mengandalkan LKS.

3. LKS juga menjadikan siswa tidak mandiri dalam pembelajaran, siswa

hanya mengandalkan materi pembelajaran dari ringkasan saja tanpa

menggali materi sejarah dari sumber lainnya.

4. Penggunaan LKS membentuk suasana pembelajaran menjadi tidak aktif,

siswa menjadi pasif karena komunikasi antara siswa dan guru menjadi

(11)

Permasalahan yang didapatkan peneliti di lapangan baik dari pengadaan dan

penggunaan LKS dalam pembelajaran sejarah di atas sejalan dengan pendapat

yang diungkapakan oleh Budiono (Permana, 2008:1) terhadap dampak keberadaan

LKS, bahwa:

“Keberadaan LKS memberikan dampak buruk, yaitu membuat kegiatan

belajar menjadi pasif, mematikan kreativitas, tidak semua hasil kerja anak dinilai dengan semestinya, dan LKS membuat anak menjadi malas. Jika anak disuruh mengerjakan LKS, tidak banyak yang mengerjakannya. Mereka menunggu temannya menyelesaikannya untuk kemudian tinggal

menyalin.”

Pada perkembangannya, penggunaan LKS seperti penyataan dan penjelasan

di atas membentuk suasana pembelajaran yang tidak efektif. LKS sejarah yang

selama ini beredar mengembangkan materi yang faktual terkesan merupakan

rangkuman dari buku paket siswa (Permana, 2008:2). Sehingga siswa belum

diarahkan untuk mengembangkan materi pembelajaran dari berbagai sumber

lainnya.

Kochhar (2008:198) mengungkapkan pula bahwa penggunaan buku latihan

atau yang kita kenal LKS juga dikritik dengan berbagai alasan. Buku tersebut

menyebabkan pelajaran menjadi kaku, narasumbernya statis, merampas kebebasan

siswa, dan menyebabkan guru tidak aktif. Pembelajaran kaku seperti yang

diungkapkan di atas secara langsung akan menyebabkan siswa kurang diberi

kebebasan dalam menggali materi sejarah lebih dalam, karena hanya terpaku pada

LKS yang dimiliki oleh siswa. Pembelajaran seperti ini terjadi karena LKS yang

dimiliki oleh siswa pada dasarnya merupakan ringkasan materi dan latihan soal.

Buku latihan banyak digunakan untuk salah satunya menyediakan

sumber-sumber belajar mandiri, dan memberikan landasan yang tidak memihak bagi

penilaian hasil kerja (Kochhar, 2008: 198).

Penyataan tersebut sejalan dengan pendapat Permana (2008:2), bahwa :

(12)

menyalin jawaban dan tentu saja tidak ada pedoman kegiatan yang

melibatkan seluruh kemampuan siswa.”

LKS yang memuat soal-soal faktual yang jawabannya sudah ada sehingga

siswa tinggal menyalin jawaban untuk LKS tersebut. Jika terus dibiarkan, maka

hai ini akan menyebabkan persebaran penguasaan materi pelajaran sejarah tidak

merata, dan kurang melibatkan seluruh kemampuan siswa. Karena pendidikan

yang baik adalah pendidikan yang berhasil mengembangkan potensi siswa secara

maksimum (Hamid, 1996:76). Pendapat tersebut menjabarkan penggunaan LKS

dalam pembelajaran sejarah yang belum mampu mengaktifkan siswa sehingga hal

ini berdampak pula pada hasil belajar siswa.

Hasil belajar menurut Sudjana (2009: 22) adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar

memiliki peranan penting yaitu digunakan untuk mengetahui keberhasilan proses

pembelajaran. Selain itu hasil belajar juga digunakan untuk mengetahui efisiensi

penggunaan metode, sumber atau media pembelajaran di dalam kelas. Hasil

belajar tersebut dipengaruhi beberapa faktor.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Sudjana (Firmansyah,

2011:26), diantaranya :

“dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu seperti faktor

kemampuan yang dimilikinya dan faktor yang datang dari luar diri siswa. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat, dan perhatian, sikap dan kebiasaan dalam

belajar, ketekunan, sosial dan ekonomi, serta faktor fisik dan psikis.”

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Sudjana berasal

dari dalam maupun luar diri siswa. Selain itu faktor motivasi belajar, minat dan

perhatian, sikap dan kebiasaan mempengaruhi hasil belajar siswa. Sejalan dengan

pendapat Sukitno (2009:14) menjelaskan ada beberapa faktor yang

(13)

Faktor internal diantaranya faktor jasmaniah, psikologis, kelelahan.

Sedangkan faktor eksternal diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor

masyarakat. Faktor sekolah terbagi lagi yaitu faktor kurikulum, keadaan gedung,

waktu sekolah, alat pelajaran, metode pembelajaran, hubungan antara guru dengan

siswa dan hubungan antara siswa dengan siswa (Sukitno, 2009:14-24).

Faktor internal dan eksternal tersebut akan mempengaruhi tinggi rendahnya

hasil belajar yang dicapai dalam pembelajaran. Sehingga hasil belajar siswa hanya

dipengaruhi dari siswanya saja, namun pemilihan alat bantu yang kurang tepat

pun dapat mempengaruhi hasil belajar seperti yang diungkapkan oleh Sudjana

(2009:4) bahwa:

“Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapai hendaknya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa semata-mata, tetapi juga bisa disebabkan oleh program pengajaran yang diberikan kepadanya atau oleh kesalahan strategi dalam melaksanakan program tersebut. Misalnya kekurangtepatan dalam memilih dan menggunakan metode mengajar dan

alat bantu pengajaran.”

Pendapat di atas melihat bahwa rendahnya hasil belajar yang diperoleh

siswa semata-mata bukan berasal dari kesalahan siswa saja, tetapi kurang tepatnya

pemilihan alat bantu pengajaran akan berdampak terhadap hasil belajar yang

diperoleh siswa. Dengan kata lain tinggi dan rendahnya hasil belajar pada intinya

dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam dan luar diri siswa, serta dari

pembelajaran di dalam kelas. Melihat pendapat Sudjana tersebut, maka penelitian

ini bertujuan mengetahui besarnya keterhubungan penggunaan LKS sebagai

sumber belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pembelajaran sejarah.

Lokasi penelitian ini berada di Kota Cimahi. Kota ini dipilih karena dalam

pembelajaran sejarah masih menggunakan LKS dan dijadikan sumber utama

pembelajaran. LKS yang digunakan dibeli dari penerbit, bukan dibuat oleh guru

untuk membantu siswa dalam pemahaman materi. Berdasarkan hasil pra

penelitian yang dilakukan di SMA Kota Cimahi, hasil belajar harian atau ulangan

(14)

lulus KKM persentasenya sebesar 46,2% dan sebanyak 53,8% berada di bawah

KKM.

Jika kita analisis maka lebih dari 50 % siswa nilai pelajaran sejarah berada

di bawah nilai Kriteria Kelulusan Minimum (KKM). Melihat jumlah persentase

tersebut dapat dikatakan bahwa nilai siswa yang berada di bawah KKM tidak

sedikit, hal ini menjadi tugas yang tidak mudah dilakukan bagi seorang guru

untuk mengurangi jumlah persentase nilai siswa yang berada di bawah KKM

tersebut. Sumber belajar yang di gunakan pun harus mampu meningkatkan hasil

belajar siswa sehingga nilai siswa berada di atas KKM.

Terkait dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran dikelas,

peneliti melihat hasil penelitian yang dilakukan oleh Farmahni (2009) bahwa

penggunaan LKS model Treffinger dalam pembelajaran teknologi informasi & komunikasi dapat meningkatkan hasil belajar yang cukup signifikan. Begitu pula

penelitian Kusnandar (2011) didapatkan hasil bahwa hasil belajar menggunakan

LKS akan lebih signifikan dan menonjol dibandingkan dengan metode

pembelajaran ekspositori pada mata pelajaran ilmu bangunan gedung.

Penelitian-penelitian tersebut menyatakan LKS mampu meningkatkan hasil

belajar siswa dan hasil belajar menggunakan LKS lebih signifikan dan menonjol.

Namun penelitian Firmansyah (2011) menyatakan hal yang berbeda, dimana hasil

belajar siswa yang menggunakan media video lebih baik dari pada pembelajaran

menggunakan LKS dalam materi mengelas pada posisi di bawah tangan dengan

menggunakan las listrik. Sedangkan pada pembelajaran sejarah belum ada

penelitian yang melihat keterhubungan penggunaan LKS dengan hasil belajar

siswa.

Berdasarkan dari pemikiran dan penjelasan yang ada, penulis tertarik

(15)

1.2. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan

dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

“Apakah ada hubungan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil

belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi?”

Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian ini, maka rumusan masalah

tersebut dibuat kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan tampilan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil

belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi?

2. Apakah ada hubungan ketersediaan sarana Lembar Kerja Siswa (LKS)

dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota

Cimahi?

3. Apakah ada hubungan komponen Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil

belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi?

4. Apakah ada hubungan bentuk soal Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan

hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari

permasalahan di atas. Secara umum untuk memperoleh gambaran besarnya

hubungan antara penggunaan LKS dengan hasil belajar siswa SMA pada mata

pelajaran sejarah di Kota Cimahi. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai

berikut :

1. Memperoleh gambaran keterhubungan tampilan Lembar Kerja Siswa

(LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di

Kota Cimahi.

2. Mengetahui besarnya keterhubungan antara ketersediaan sarana Lembar

Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran

(16)

3. Menganalisis keterhubungan antara komponen Lembar Kerja Siswa

(LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di

Kota Cimahi.

4. Mengkaji keterhubungan bentuk soal Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan

hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

a. Bagi guru penelitian ini diharapkan mampu menjadi pedoman dalam

mengembangkan sumber belajar dalam pembelajaran sejarah sehingga

menjadikan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan bagi siswa.

b. Bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar yang diperoleh dalam

pembelajaran sejarah dengan memaksimalkan penggunaan sumber

belajar yang ada.

c. Bagi penulis diharapkan mampu memberi pengalaman baru dalam

pembelajaran sejarah dalam menggunakan sumber belajar, sehingga

dapat menambah referensi penulis ketika nanti menjadi guru.

1.5. Hipotesis Penelitian

Menurut Margono (2009:67) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap

masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling

tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban

sementara atas permasalahan penelitian yang memerlukan data untuk menguji

kebenaran dugaan tersebut (Kountur, 2007:90).

Rumusan hipotesis dalam penelitian ini dibuat kedalam hipotesis penelitian

(17)

1. (HΌ) : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Hasil Belajar

Siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.

2. (H΋) : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Hasil Belajar

Siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.

Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah di tentukan, maka hipotesis

tersebut diperluas kedalam sub-hipotesis sesuai dengan sub-variabel.

Sub-hipotesis pada sub-subvariabel X penggunaan LKS, yaitu sebagai berikut:

a. (HΌ) : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara tampilan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada

mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.

(H΋) : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara tampilan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa

SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.

b. (HΌ) : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara ketersediaan sarana Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil

belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.

(H΋) : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara ketersediaan sarana Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil

belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.

c. (HΌ) : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara komponen Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada

mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.

(H΋) : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara komponen Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa

(18)

d. (HΌ) : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara bentuk soal Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada

mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.

(H΋) : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara bentuk soal Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa

SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.

1.6. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini, adalah sebagai

berikut:

BAB I, merupakan pendahuluan pada bab ini secara garis besar penulis

menguraikan masalah yang dikaji. Adapun sub-bab yang ada di dalamnya terdiri

dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, hipotesis dan struktur organisasi skripsi.

BAB II, merupakan kajian pustaka dalam bab ini akan diuraikan mengenai

pembelajaran sejarah, lembar kerja siswa sebagai sumber belajar, penggunaan

lembar kerja siswa dalam pembelajaran sejarah, hasil belajar, dan hubungan LKS

dengan hasil belajar dalam pembelajaran sejarah, serta penjabaran konsep-konsep

yang berkaitan dengan tema penelitian.

BAB III, merupakan metode penelitian bab ini akan menjelaskan

mengenai prosedur penelitian yang menguraikan populasi/sampel penelitian,

desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian,

pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV, merupakan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab ini berisi

mengenai uraian pembahasan dan análisis hasil penelitian yang berdasarkan

kepada keseluruhan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama penelitian

(19)

BAB V, merupakan kesimpulan dalam bab ini berisi tentang kesimpulan

dari hasil penelitian dan saran dari penelitian yang telah dilakukan sebagai bahan

tindak lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan lebih lanjut mengenai metode

penelitian pada penulisan skripsi ini. Pendekatan penelitian yang digunakan

adalah pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan metode korelasi untuk

mengetahui hubungan satu atau lebih variabel. Rancangan penelitian korelasi ini

menggunakan korelasi bivariat untuk mendeskripsikan hubungan antar dua

variabel.

3.1. Populasi/sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa SMA di Kota Cimahi. Kota ini dipilih

karena SMA baik Negeri dan Swasta dalam pembelajaran sejarah masih

menggunakan LKS dan dijadikan sumber utama pembelajaran. LKS yang

digunakan dibeli dari penerbit, bukan dibuat oleh pengajar diseuaikan dengan

indikator yang ingin dicapai untuk membantu siswa dalam pemahaman materi

sejarah.

Subjek penelitian dalam penelitian ini disebut dengan populasi. Hal ini sesuai

dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono (2009:117), populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Menurut Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian.

Berdasarkan pendapat di atas, adapun yang menjadi populasi dalam penelitian

ini adalah siswa SMA di Kota Cimahi, baik SMA negeri atau pun SMA swasta

yang terdapat pada enam belas SMA. Daftar SMA yang ada di Kota Cimahi

tertera pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Daftar SMA Di Kota Cimahi

No NSS Nama Sekolah Status Alamat Kecamatan

1 301020803004 SMA NEGERI 4 CIMAHI

Negeri JL. Kihapit Barat No. 323

(21)

2 301020903016 SMAN 6 3 302020903023 SMA WARGA

BAKTI

5 301020802001 SMA NEGERI 1 CIMAHI

Negeri PACINAN 22A Cimahi Tengah 6 301020803006 SMA NEGERI

5 CIMAHI

9 302020902026 SMA SANTA MARIA 3

12 301030802002 SMA NEGERI 2 CIMAHI

14 301020801003 SMA NEGERI 3 CIMAHI

16 30203080173 SMA PUTRA MANDIRI

diutarakan oleh Arikunto (2006:131), sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti. Teknik sampling atau teknik pengambilan sampel yang peneliti

gunakan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik sampel wilayah (Area

(22)

digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau data

sangat luas. Untuk itu, maka peneliti mengambil sampel berdasarkan daerah

populasi di Kota Cimahi. Pemilihan sampel wilayah karena populasi yang

digunakan luas yaitu enam belas SMA, sehingga peneliti memilih berdasarkan

daerah agar memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian dalam mengambil

sampel.

Dari pendapat di atas, maka sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan

kluster atau sampel daerah kecamatan yang ada di Kota Cimahi, ada tiga

kecamatan diantaranya Kecamatan Cimahi Selatan, Kecamatan Cimahi Tengah

dan Kecamatan Cimahi Utara. Setelah sampel daerah didapatkan, maka peneliti

menentukan sampel sekolah yang ada pada sampel daerah tersebut secara

sampling/acak. Setelah didapatkan sampel sekolah, maka sampel orangnya atau

sampel siswa dipilih dari sekolah yang terpilih menjadi sampel disetiap kecamatan

di Kota Cimahi. Sampel sekolah diambil secara acak (random) dari setiap kecamatan yang ada di Kota Cimahi, setiap kecamatan berjumlah dua sekolah,

sehingga total sampel adalah enam sekolah dari tiga kecamatan yang ada. Data

sekolah berdasarkan tiga kecamatan terdapat pada tabel 3.2, sebagai berikut :

Tabel 3.2

Daftar Sekolah Yang Menjadi Sampel

KECAMATAN NAMA SEKOLAH

Kecamatan Cimahi Selatan SMA WARGA BAKTI SMA PASUNDAN 2 KOTA CIMAHI

Kecamatan Cimahi Tengah SMA NEGERI 1 CIMAHI SMA NEGERI 2 CIMAHI

Kecamatan Cimahi Utara SMA TUTWURI HANDAYANI SMA PASUNDAN 3 CIMAHI

Jumlah sekolah 6 SMA

Total sekolah yang menjadi sampel dalam penelitian ini dari enam belas SMA

negeri dan swasta di Kota Cimahi adalah sebanyak enam SMA baik negeri

maupun swasta. Sampel siswa dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI.

(23)

dengan lingkungan dan sistem pembelajaran di sekolah tersebut dibandingkan

dengan kelas X yang baru memasuki jenjang pendidikan menengah, sementara

kelas XII akan mengakhiri jenjang pendidikan menengah.

Kelas XI yang dijadikan sampel adalah kelas XI dengan program IPA dan

IPS. Jumlah sampel siswa dari beberapa sampel sekolah berdasarkan daerah

wilayah tertera pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Jumlah Kelas Dan Siswa Yang Menjadi Sampel

Daerah wilayah Nama SMA Jumlah

kelas XI

Untuk SMA Negeri 2 Cimahi dan SMA Pasundan 2 Cimahi hanya pada kelas

XI IPS saja yang dijadikan sampel siswa, karena pada semester genap/II ini mata

pelajaran sejarah tidak diajarkan di kelas XI IPA.

3.2.Metode Penelitian

Metode penelitian memiliki peranan penting dalam sebuah penelitian. Hal

tersebut dikarenakan dapat menjadi pedoman peneliti dalam mencari jawaban

sebuah penelitian. Metode penelitian yang dipilih harus sesuai dengan rancangan

penelitian yang digunakan, seperti yang diungkapkan Suryabrata (2008:15), yaitu:

“dalam melakukan penelitian, orang dapat menggunakan berbagai macam

metode, dan sejalan dengan rancangan penelitian yang digunakan juga dapat bermacam-macam. Untuk menyusun sesuatu rancangan penelitian yang baik perlulah berbagai persoalan dipertimbangkan. Keputusan mengenai rancangan apa yang akan dipakai akan tergantung kepada tujuan penelitian, sifat masalah yang akan digarap, dan berbagai alternatif yang mungkin

(24)

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan

persoalan adalah pendekatan kuantitatif, menurut Danial (2009:59)

pengembangan pendekatan kuantitatif positivistik, amat mengagumkan dalam

pengolahan dan analisis data. Karena dibantu oleh teknik statistika dan komputer

yang akurat, sehingga terkesan tanpa cacat, semua persoalan dapat dihitung secara

matematik. Menurut Sugiyono (2009:14), yaitu:

“Pendekatan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan”.

Pendekatan kuantitatif digunakan dalam meneliti populasi dan

mengumpulkan data di lapangan untuk menguji hipotesis penelitian. Metode

penelitian berdasarkan pendekatan kuantitaif yang dipilih harus sesuai dengan

permasalahan penelitian, sesuai dengan Syaodih (2005:52) yang mengatakan

bahwa metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis

dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Dalam penelitian ini metode

yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian korelasi karena penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel.

Penelitian korelasi menurut Usman (1995:197), yaitu:

“Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier

antara dua variabel atau lebih. Hubungan antara dua variabel di dalam teknik korelasi bukanlah dalam arti hubungan sebab akibat (timbal balik),

melainkan hanya merupakan hubungan searah saja”.

Sedangkan Purwanto (2010:288) mengatakan bahwa penelitian korelasi

adalah penelitian yang melibatkan hubungan satu atau lebih variabel dengan satu

atau lebih variabel lain dalam satu kelompok. Menurut Gay (Emzir 2008:37)

bahwa:

(25)

sebuah kondisi yang telah ada. Suatu studi korelasional mendeskripsikan, dalam istilah kuantitatif tingkatan di mana variabel-variabel berhubungan.”

Menurut Sukardi (2009:166) penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang

melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan

dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Sugiyono (2009:19) peneliti

kuantitatif dalam melihat hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti lebih

bersifat sebab dan akibat (kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel

independen dan dependen.

Tujuan studi korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel,

atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi menurut

Gay (Ezmir 2008:38). Penelitian korelasi dipilih untuk memperoleh gambaran

bagaimana keterhubungan antara dua variabel dalam penelitian ini. Variabel bebas

(dependent variable) yang dimaksud dalam penelitian ini ialah Lembar Kerja Siswa (X) dan variabel terikatnya (independent variable) adalah Hasil Belajar Siswa (Y). Berdasarkan pada indikator LKS yang akan diamati dalam penelitian

ini maka variabel bebas terbagi ke dalam beberapa sub variabel, diantaranya :

tampilan LKS (X ), ketersediaan sarana LKS (X ), dan komponen LKS (X ), dan

bentuk soal LKS (X ).

3.3. Desain Penelitian

Rancangan penelitian korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

korelasi bivariat, korelasi bivariat menurut Emzir (2008:48) adalah suatu

rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antar dua

variabel. Hubungan antara dua variabel diukur dan mempunyai tingkatan dan

arah. Rancangan korelasi bivariat ini dipilih karena pada penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan hubungan dua variabel, LKS dan hasil belajar siswa.

Dimana variabel bebas (dependent variable) yang dimaksud dalam penelitian ini ialah lembar kerja siswa (X) dan variabel terikatnya (independent variable) adalah hasil belajar siswa (Y). Menurut Arikunto (2006:121) memecah-mecah

(26)

menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh peneliti.

Kategori-kategori ini dapat diartikan sebagai indikator variabel. Agar peneliti lebih mudah

mengumpulkan data pada variabel yang memiliki sub-variabel.

Sub-variabel pada penelitian ini melihat pendapat Arikunto di atas dari

variabel X yaitu Lembar Kerja Siswa adalah tampilan LKS (X ), ketersediaan

sarana LKS (X ), dan komponen LKS (X ), dan bentuk soal LKS (X ). Sedangkan

untuk variabel Y tidak ada indikator sub-variabel. Masing-masing sub-variabel X

akan dilihat keterhubungan secara langsung terhadap variabel Y yaitu hasil belajar

siswa.

Secara umum gambar desain dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1.

Hubungan Dua Variabel Dalam Analisis Bivariat

Lembar Kerja Siswa (X)

Hasil Belajar Siswa (Y)

S

U

B

V

A

R

I

A

B

E

L

Tampilan LKS (X

Ketersediaan sarana LKS (X )

Komponen LKS (X )

(27)

3.4.Definisi Operasional

Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai definisi operasional

variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, definisi operasional

variabel penelitian yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut :

3.4.1.Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut Pedoman umum pengembangan bahan ajar Diknas (2004)

dalam Prastowo (2011:203) LKS (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS

biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu

tugas, dan tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan haruslah jelas

kompetensi dasar yang akan dicapai. Budiman (Ma`aruf 2002:33)

mengatakan LKS adalah lembar kegiatan siswa yang berisi pedoman bagi

siswa untuk melakukan kegiatan yang mencerminkan keterampilan proses

agar siswa memperoleh pengetahuan untuk keterampilan yang perlu

dikuasainya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti cenderung

mengadopsi pendapat Budiman bahwa LKS adalah lembar berisi petunjuk

yang dilakukan oleh siswa untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran yang

dikuasinya.

Alat pengumpul data dari LKS ini adalah angket (kuesioner) yang

mengukur mengenai:

1) Tampilan LKS

Tampilan LKS yang diukur adalah gambar pada cover LKS, baik

kesesuaian dengan materi, penempatan gambar dan ukuran gambar yang

secara keseluruhan. Warna pada cover LKS pun dinilai, kombinasi warna

yang akan melihat kemenarikan warna secara keseluruahan. Selain itu

bentuk huruf pun dilihat baik, bentuk dan ukuran sehingga mudah di

(28)

2) Ketersediaan sarana LKS

Dalam hal ini yang diukur melihat dari penyediaan LKS oleh pihak

sekolah, LKS yang dimiliki siswa, penggunaan LKS dalam kelas dan

LKS sejarah lainnya yang dimiliki siswa.

3) Komponen LKS

Komponen LKS yang dinilai adalah judul, petunjuk belajar, kompetensi

yang dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah kerja, tes

dan penilaian.

4) Bentuk soal LKS

Melihat keterhubungan dengan ulangan harian yang dilaksanakan, karena

hasil belajar yang dilihat adalah nilai ulangan harian. Keterhubungan

tersebut melihat kalimat soal pada LKS, pengerjaan jawaban LKS oleh

siswa, kalimat soal pada ulangan harian, butir soal pada ulangan harian,

pengerjaan jawaban ulangan harian dan terakhir perbandingan nilai LKS

dan nilai ulangan harian.

3.4.2.Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar menurut Bakri (1994:22) adalah tingkah laku yang baru

keseluruhan, yang diperoleh dari suatu proses usaha individu dalam interaksi

dengan lingkungannya. Menurut Sudjana (2009:22), hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya.

Hasil belajar yang diukur pada penelitian ini berdasarkan pada aspek

kognitif klasifikasi Bloom. Karena LKS yang digunakan dalam pembelajaran

sejarah lebih didominasi pada ranah kognitif. Dominan ranah kognitif yang

ada pada LKS sejarah menjadikan penelitian ini lebih menitikberatkan

mengkaji hasil belajar pada ranah kognitif agar ada kesinambungan antara

penggunaan LKS dengan pengukuran hasil belajar siswa pada ranah kognitif.

Hasil belajar didapatkan dari salah satu nilai ulangan harian kelas XI

baik IPA dan IPS di semester II. Ulangan harian pada penelitian ini yang

(29)

belajar diselesaikan (Zainul dan Nasution, 2001: 36). Butir soal yang guru

gunakan itu menjadi wewenang guru sepenuhnya, peneliti hanya melihat hasil

akhir nilai ulangan harian/tes formatif tersebut. Alat pengumpul data untuk

hasil belajar pada penelitian ini didapat melalui studi dokumentasi yang

dilihat dari nilai siswa/i kelas XI yang diperoleh dari guru mata pelajaran

sejarah yang bersangkutan.

3.5. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2009: 148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik

semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Adapun instrumen dalam

penelitian ini, dijabarkan sebagai berikut:

3.5.1.Angket (Kuesioner)

Danial (2009:73) kuesioner adalah alat untuk mengumpulkan informasi

sesuai dengan tujuan penelitian. Alat ini berupa sejumlah

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden sesuai dengan

masalah penelitian untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan

penelitian dan informasi mengenai suatu masalah secara bersamaan dari

sampel yang telah di tentukan. Arikunto (2006:151) kuesioner adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.

Angket yang digunakan pada penelitian ini untuk memperoleh informasi

dalam bentuk pertanyaan tertulis mengenai variabel X Lembar Kerja Siswa

(LKS). Angket atau kuesioner yang digunakan memiliki keuntungan menurut

Arikunto (2006:152) diantaranya dapat dibagikan serentak kepada banyak

responden, dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak

malu-malu menjawab. Keuntungan ini yang menjadikan peneliti memilih

instrumen angket dalam pengumpulan data berkaitan dengan variabel X.

Instrumen angket ini diberikan kepada sampel siswa kelas XI dari sampel

(30)

tiga kecamatan yang ada, dipilih masing-masing dua sekolah sehingga total

enam sampel sekolah dari 16 SMA. Untuk sampel kelas dari enam sampel

sekolah tersebut didapatkan sebanyak 31 dengan jumlah 679 siswa.

3.5.2. Studi dokumentasi

Menurut Danial (2009:79) studi dokumentasi adalah mengumpulkan

sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai

dengan masalah penelitian. Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang

artinya barang-barang tertulis (Arikunto, 2006:158).

Dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal yang berupa

catatan, buku, transkrip, dan sebagainya yang berhubungan dengan variabel

yang bersangkutan. Jika peneliti memang cermat dan mencari bukti-bukti

dari landasan hukum dan peraturan atau ketentuan, maka penggunaan

metode dokumentasi menjadi tidak terhindarkan (Arikunto, 2006:159).

Melihat pentingnya penggunaan instrumen ini dalam pengumpulan

data yang diperlukan, maka pada penelitian ini dokumen tersebut berupa

nilai ulangan harian. Data pada dokumen yang diperlukan ini berupa hasil

belajar siswa kelas XI yang menjadi sampel kelas dan siswa pada sampel

sekolah yang terpilih. Nilai ulangan harian pelajaran sejarah tersebut

didapatkan dari guru.

3.6. Pengembangan Instrumen

Instrumen yang dibuat sebelum digunakan untuk mengumpulkan data,

diperlukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba ini diperlukan untuk menguji

kelayakan instrumen tersebut sebagai alat pengumpul data. Pengujian yang

dilakukan meliputi uji validasi dan uji reliabilitas pada instrumen angket.

Sebelum digunakan dalam penelitian, angket dikonsultasikan terlebih dahulu

kepada dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Selanjutnya angket

diujicobakan pada siswa di luar sampel penelitian yang juga menggunakan LKS

dalam pembelajaran sejarah. Menurut Danial (2009:88) uji coba adalah prosedur

(31)

lapangan yang diasumsikan responden dan lingkungannya sama dengan objek

kajian sesungguhnya.

Pada penelitian ini uji coba dilakukan pada 50 siswa kelas XI dari satu

sekolah. Soal yang digunakan pada uji coba ini adalah sebanyak 50 butir soal

objektif dengan lima pilihan jawaban. Pengembangan instrumen melalui beberapa

tahapan pengujian, uji validitas dan uji reliabilitas, sebagai berikut:

3.6.1. Uji Validasi

Menurut Sugiyono (2009:363) validasi merupakan derajat ketepatan

antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat

dilaporkan oleh peneliti. Menurut Arikunto (2006:168) validasi adalah suatu

ukuran untuk menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu

instrumen. Pengujian validitas pada penelitian ini menggunakan program

dalam SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18.0 for windows

yaitu korelasi Product moment yang dikemukakan oleh Pearson untuk memudahkan peneliti.

Rumus korelasi yang dapat digunakan menurut Arikunto (2006:170)

yang dikemukakan oleh Pearson dikenal dengan rumus korelasi Product moment , adalah sebagai berikut:

 

Jika nilai rxy lebih kecil (<) dari rtabel maka data tidak valid, sebaliknya jika

(32)

Hasil perhitungan validitas uji coba instrumen angket menggunakan

aplikasi SPSS 18.0 korelasi pearson product moment. Menurut Priyanto

(33)

Dari 50 butir soal yang diujikan didapatkan bahwa 24 butir soal dalam

keadaan valid, sedangkan sisanya sebanyak 26 butir soal keadaan tidak valid.

Tabel di atas menggunakan Microsoff Excel dengan rumus

=IF(rhitung>0.279,"Valid","Tidak Valid") untuk memudahkan dalam

pengambilan keputusan. Jika r Hitung (rxy) lebih besar (>) dari rtabel (0.279)

maka soal tersebut valid, sedangkan jika lebih kecil (<) dari 0.279 maka data

tidak valid.

3.6.2. Uji Reliabilitas

Menurut Sukardi (2008:127) reliabilitas sama dengan konsistensi atau

keajekan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas

yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam

mengukur yang hendak diukur. Koefisien reliabilitas yang menyatakan

derajat keterandalan alat evaluasi, dinyatakan dengan r Erman, 2003:139).

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini akan menggunakan program

dalam SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18.0 for windows

yaitu reliability analysis model Alpha untuk memudahkan peneliti. Hasil perhitungan pengujian reliabilitas uji coba instrumen, dapat dilihat pada tabel

3.5 :

Soal ke 35 0.231 0.279 Tidak Valid

Soal ke 36 0.193 0.279 Tidak Valid

Soal ke 37 0.258 0.279 Tidak Valid

Soal ke 38 0.289 0.279 Valid

Soal ke 39 0.030 0.279 Tidak Valid

Soal ke 40 0.459 0.279 Valid

Soal ke 41 0.428 0.279 Valid

Soal ke 42 0.367 0.279 Valid

Soal ke 43 0.258 0.279 Tidak Valid

Soal ke 44 0.420 0.279 Valid

Soal ke 45 0.222 0.279 Tidak Valid

Soal ke 46 0.265 0.279 Tidak Valid

Soal ke 47 0.143 0.279 Tidak Valid

Soal ke 48 0.252 0.279 Tidak Valid

Soal ke 49 0.380 0.279 Valid

(34)

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 100.0

Excludeda 0 .0

Total 50 100.0

. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha N of Items

.950 50

Berdasarkan tabel 3.5, N (jumlah responden) sebanyak 50 orang

dengan valid sebesar 100% atau seluruh responden telah menjawab. Koefisien

reliabilitas dari uji coba instrumen ialah sebesar 0,950 dari 50 soal ujicoba

instrumen.

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,90 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi 0,40 < r ≤ 0,70 Sedang 0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

r ≤ 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan koefisien reliabilitas tersebut maka hasil perhitungan

reliabilitas uji coba instrumen termasuk kategori sangat tinggi. Berdasarkan

tabel kriteria reliabilitas yang dibuat oleh J.P. Guilford (Erman, 2003:139) pada

tabel 3.6 di atas.

Hasil analisis uji coba instrumen menggunakan pengujian validitas

pearson product moment , dan reliability analysis model Alpha. Butir soal uji coba instrumen tersebut mendapatkan reliabilitas analysis model Alpha yang

(35)

soal instrumen dinyatakan valid dan 26 butir soal lainnya akan dibuang/drop

karena dinyatakan tidak valid setelah melalui uji validitas. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7

Hasil Uji Coba Instrumen

No Soal Validitas Keputusan

Soal ke 1 Valid Diterima

Soal ke 12 Valid Diterima

Soal ke 13 Valid Diterima

Soal ke 14 Tidak Valid Drop

Soal ke 15 Valid Diterima

Soal ke 16 Tidak Valid Drop

Soal ke 22 Valid Diterima

Soal ke 23 Valid Diterima

Soal ke 24 Valid Diterima

Soal ke 25 Tidak Valid Drop

Soal ke 26 Tidak Valid Drop

Soal ke 27 Tidak Valid Drop

Soal ke 28 Valid Diterima

Soal ke 29 Tidak Valid Drop

Soal ke 30 Tidak Valid Drop

Soal ke 31 Valid Diterima

Soal ke 32 Valid Diterima

Soal ke 33 Valid Diterima

Soal ke 34 Valid Diterima

Soal ke 35 Tidak Valid Drop

(36)

Soal ke 37 Tidak Valid Drop

Soal ke 38 Valid Diterima

Soal ke 39 Tidak Valid Drop

Soal ke 40 Valid Diterima

Soal ke 41 Valid Diterima

Soal ke 42 Valid Diterima

Soal ke 43 Tidak Valid Drop

Soal ke 44 Valid Diterima

Soal ke 45 Tidak Valid Drop

Soal ke 46 Tidak Valid Drop

Soal ke 47 Tidak Valid Drop

Soal ke 48 Tidak Valid Drop

Soal ke 49 Valid Diterima

Soal ke 50 Valid Diterima

Dari tabel di atas, didapatkan hasil bahwa 24 butir soal yang valid maka

keputusannya adalah diterima. Butir soal tersebut diantaranya butir soal no 1,

4, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 15, 22, 23, 24, 28, 31, 32, 33, 34, 38, 40, 41, 42, 44, 49 dan

50. Sedangkan 26 butir soal yang tidak valid akan dibuang/drop diantaranya

butir soal no 2, 3, 5, 10, 11, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 25, 26, 27, 29, 30, 35,

36, 37, 39, 43, 45, 46, 47, dan 48. Maka kuesioner dalam penelitian ini terdiri

dari 24 soal yang akan ditanyakan perihal variabel X dalam penelitian ini

mengenai penggunaan LKS.

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu

pada instrumen penelitian yang telah dipaparkan di atas. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan dua instrumen yang terdiri

dari angket (kuesioner) dan studi dokumentasi.

3.7.1.Angket (Kuesioner)

Penggunaan angket dalam penelitian ini untuk memperoleh data

variabel X yaitu LKS. Bentuk pertanyaan dalam angket ini tertutup seperti

yang diutarakan oleh Danial (2009:75) angket tertutup adalah angket dengan

(37)

oleh peneliti. Sehingga siswa yang menjadi sampel hanya tinggal memilih

jawaban yang sesuai dengan pendapatnya dan tidak memberikan kesempatan

siswa memberikan jawaban lain.

Dalam menjawab pilihan jawaban dari pertanyaan, peneliti

menggunakan skala likert. Skala ini bersifat ordinal (berjenjang) dengan skor untuk jawaban a adalah 5, b adalah 4, jawaban c dengan 3, jawaban d dengan

4 dan jawaban e dengan 1 karena menurut Sugiyono (2009:134) skala likert

digunakan untuk mengukur pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial. Untuk nomor yang tidak dijawab maka

skornya adalah nol (0).

Tabel 3.8

Pilihan Jawaban Pada Angket

Jawaban Keterangan Skor

A Sangat menarik/ sangat setuju/ selalu 5

B Menarik/ setuju/ sering 4

C Kurang menarik/ kurang setuju/ kadang-kadang 3

D Tidak menarik/ tidak setuju/ tidak pernah 2

E Tidak tahu 1

Kosong Tidak jawab 0

Sebelum angket dibuat maka diperlukan kisi-kisi atau acuan yang

peneliti gunakan dalam membuat angket atau kuesioner yang telah melewati

uji validitas dan uji reliabilitas seperti yang dijelaskan sebelumnya. Kisi-kisi

dari kuesioner variabel X dapat lebih jelas tertera pada tabel 3.9.

Tabel 3.9

Pembuatan Kuesioner Variabel LKS

No Subvariabel Indikator Deskriptor Sub deskriptor

(38)

c.2 mudah di baca

(39)

di dalam

Studi dokumentasi yang digunakan untuk variabel Y, yaitu dengan

memperoleh data dari guru yang mengajar mata pelajaran sejarah mengenai

hasil belajar siswa, berupa nilai ulangan harian.

3.8. Analisis Data

Analisis data untuk penelitian korelasi menurut Emzir (2008:42) yaitu:

“ bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi.

Suatu koefisien korelasi (r) angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00 atau -0,00 dan -1,00, yang mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefisien mendekati +1,00; kedua variabel tersebut mempunya hubungan positif. Jika koefisien korelasi tersebut mendekati 0,00, kedua variabel tidak berhubungan dan jika koefisien tersebut mendekati -1,00 kedua variabel memiliki hubungan negatif.”

Senada dengan pendapat Emzir, Arikunto (2006:279) menyatakan bahwa

arah korelasi, dinyatakan dengan tanda + (plus) dan – (minus). Tanda +

menunjukkan adanya korelasi sejajar searah, dan tanda – menunjukkan korelasi

sejajar berlawanan arah.

Korelasi + : “Makin tinggi nilai X makin tinggi nilai Y” atau kenaikan nilai X diikuti kenailkan nilai Y”.

Korelasi -: “Makin tinggi nilai X, makin rendah nilai Y” atau “kenaikan nilai X,

(40)

Agar memudahkan peneliti dalam mengolah dan menganalisis data maka

peneliti menggunakan salah satu fasilitas dalam program SPSS (Statistical Product and service Solution) versi 18.0 for windows. Kekuatan hubungan antar variabel dapat dilihat besar kecilnya korelasi. Menurut Sugiyono (2008:257)

pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.10

Interpretasi Koefisien Korelasi

Nilai r hitung Interpretasi

0,00 ≤ 0,199 hubungan sangat rendah

0,20 ≤ 0,399 hubungan rendah atau kecil

0,40 ≤ 0,599 hubungan sedang atau cukup

0,60 ≤ 0,799 hubungan tinggi atau kuat

0,80 ≤ 1,000 hubungan sangat tinggi atau sangat kuat

Penelitian ini menggunakan dua uji korelasi dari Pearson dan Spearman-Brown . Korelasi Pearson akan digunakan untuk data kuantitatif interval atau ratio), sedangkan korelasi Spearman-Brown digunakan bila data berbentuk ordinal.

Untuk pengambilan keputusan hipotesis menggunakan statistik menurut

Sugiyono (2009:258), dilihat dari nilai r (koefisien korelasi), maka :

Apabila Koefisien Korelasi r hitung > r tabel, maka H Ditolak

Apabila Koefisien Korelasi r hitung< r tabel, maka H Diterima

Sedangkan menurut Priyanto (2013: 104) keputusan pengambilan

keputusan statistik melihat dari nilai Signifikansi, adalah sebagai berikut:

Apabila nilai Sig. < 0,05 maka H Ditolak

(41)

Keputusan pengambilan hipotesis pun dilihat dari kurva daerah

penerimaan Ho. Menurut Arikunto (2006:77) daerah kritik merupakan daerah

penolakan hipotesis (hipotesis nihil) dan disebut daerah signifikansi. Sebaliknya

daerah yang terletak di antara dua daerah kritis dinamakan daerah penerimaan

hipotesis, atau daerah non-signifikansi. Untuk lebih jelasnya kurva dapat dilihat

pada gambar 3.2.

Gambar 3.2

Kurva Daerah Penerimaan Ho

D. Penolakan Daerah penerimaan D. Penolakan

- r tabel 0 r tabel

Gambar 3.2 merupakan gambar kurva daerah penerimaan H0. Dapat dilihat

pada daerah penerimaan terdapat arsiran, maka artinya H0 diterima.

Gambar 3.3

Kurva Daerah Penolakan Ho

D. Penolakan Daerah penerimaan D. Penolakan

- r tabel 0 r tabel

Sedangkan pada gambar di atas, arsiran terdapat pada daerah penolakan,

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil analisis instrumen

yang digunakan untuk memperoleh data penelitian, diantaranya angket

(kuesioner) dan dokumentasi hasil belajar siswa. Hasil analisis instrumen ini

dijadikan dasar perumusan kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang telah

menunjukan hasil, sebagai berikut:

Pertama, hasil perhitungan koefisien korelasi r hitung untuk sub-variabel tampilan LKS menunjukkan hubungan sangat rendah dengan hasil belajar siswa.

Keterhubungan yang sangat rendah ini disebabkan karena tampilan LKS tidak

terlalu mempengaruhi hasil belajar. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

belajar terdiri dari berbagai faktor bukan hanya dilihat dari tampilan LKS.

Kedua, untuk ketersediaan sarana LKS, hasil perhitungannya menunjukkan hubungan sangat rendah dengan hasil belajar siswa. Keterhubungan yang sangat

rendah ini disebabkan karena LKS yang disediakan sekolah bukan merupakan

LKS yang dibuat oleh guru yang bersangkutan, sehingga guru tidak terlalu fokus

pada rencana pelaksanaan pembelajaran dan mengikuti alur yang ada di LKS.

Padahal seharusnya penggunaan LKS harus disesuaikan dengan materi ajar,

kondisi kelas dan karakteristik siswa.

Ketiga, hasil perhitungan koefisien korelasi r hitung untuk sub-variabel komponen LKS menunjukkan hubungan rendah dengan hasil belajar siswa.

Keterhubungan yang rendah ini disebabkan karena komponen LKS tidak

memperhatikan tujuan dari LKS untuk melatih kemandirian belajar. Di mana LKS

yang tersedia di lapangan komponen isi secara keseluruhan tidak melatih

kemandirian karena siswa hanya tinggal memindahkan jawaban saja.

Keempat, hasil perhitungan koefisien korelasi r hitung untuk sub-variabel menunjukkan hubungan rendah antara bentuk soal dengan hasil belajar siswa.

Keterhubungan yang rendah ini disebabkan karena bentuk soal yang ada pada

(43)

belajar yang diperoleh tidak menggambarkan kemampuan siswa, khususnya untuk

pemahaman dan analisis materi.

SARAN

Berdasarkan hasil temuan yang peneliti dapatkan dari penelitian hubungan

penggunaan LKS terhadap hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di

Kota Cimahi, peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi peneliti

Melihat tidak semua sub-variabel penggunaan LKS berhubungan dengan

hasil belajar siswa, bahkan dengan hubungan yang rendah memotivasi

peneliti untuk melakukan penelitian serupa kembali dengan sumber belajar

lainnya selain LKS. Sehingga akan terlihat keterhubungan sumber belajar

lainnya dalam pembelajaran sejarah dengan hasil belajar siswa.

2. Bagi siswa

Melalui penelitian ini memotivasi siswa untuk terus menggali lebih

banyak lagi sumber belajar lainnya yang bisa digunakan dalam

pembelajaran sejarah, sehingga tidak hanya terpaku pada LKS yang

dimiliki saja.

3. Bagi guru

Peneliti berharap, melalui penelitian ini dengan hasil koefisien korelasi

penggunaan LKS dengan hasil belajar siswa SMA yang rendah,

menggugah guru mata pelajaran sejarah untuk membuat LKS sendiri

sehingga mampu memaksimalkan materi pembelajaran di dalam kelas

sesuai dengan tujuan pembelajaran sejarah. LKS disesuaikan dengan

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Anderson, L dan Krathwohl, D. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Arikunto,S. (2003). Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bakri, S. (1994). Prestasi belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Danial, E. dkk. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pkn.

Dimyati. dan Mudjiono. (2009). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, B dan Zain,A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: FPMIPA UPI

Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara

Hamid, H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikti.

Kochhar, S. (2008). Pembelajaran Sejarah. Jakarta: PT Gramedia.

Kountur, R. (2007). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis Edisi Revisi. Jakarta: PPM

(45)

Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Jogjakarta: Diva Press.

Priyanto, D. (2013). Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Jakarta: Mediakom.

Purwanto.(2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk psikologi dan pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Rohani, A. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sanjaya, W. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Sudjana. (2001). Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru-Algensindo

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara

Sukitno, M. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.

Sunaryo, W. (2011). Taksonomi Berfikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, S. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.

Syaodih, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Usman, H. dkk. (1995). Pengantar Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Zainul, A dan Nasution, N. (2001). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: PAU-PPAI-UT

Sumber Skripsi

(46)

dengan Siswa yang Menggunakan LKS Tanpa Pertanyaan Pengarah (Penelitian eksperimen pasa siswa kelas XI IPA 1 MAN 1 Kota Bandung). Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Farmahni, R. (2009). Penerapan LKS Model Treffinger dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII pada Pembelajaran Teknologi Informasi & Komunikasi. Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Firmansyah, A. (2011). Komparasi Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Media Video dengan LKS (Lembar Kerja Siswa) pada Pembelajaran Teori Pengelasan di SMK Negeri 9 Garut Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi sarjana pada FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Kusnandar, A. (2011). Eksperimen Metode Pembelajaran Resitasi Menggunakan LKS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Bangunan Gedung di SMK Negeri 5 Bandung. Skripsi sarjana pada FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Ma`aruf, P. (2002). Daya Dukung LKS (Lembar Kerja Siswa) Terhadap Hasil Pembelajaran Dalam Kegiatan Pembelajaran Yang Menerapkan Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan Keterampilan Proses Pada Mata Pelajaran IPS Geografi di SLTP(Studi Eksperimen dalam Pembelajaran IPS Geografi Pokok Bahasan Perindustrian Kelas II Caturwulan III di SLTPN 2 Rancaekek Kabupaten BandungTahun Ajaran 2001/2001). Tesis Magister pada Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan

Permana, D. (2008). Mengembangkan Pembelajaran yang Bermakna melalui Penggunaan LKS Kontekstual (Penelitian Tindakan Kelas di SMAN 3 Bandung Kelas XI IPS Semester Ganjil Tahun Ajaran 2007/2008). Skripsi sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sumber Undang-undang

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

(47)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Publikasi Departemen

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Asiknya Belajar Dengan PAKEM IPS untuk SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), Jakarta: Depdiknas

Sumber Internet

Hariyanto. (2012). Pengertian Sarana Pendidikan. [online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-sarana-pendidikan/ [13 Juni 2013]

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Daftar Sekolah Yang Menjadi Sampel
Tabel 3.3 Jumlah Kelas Dan Siswa Yang Menjadi Sampel
Gambar 3.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menunjukkan bahwa strategi yang digunakan pihak Fakultas Dakwah &amp; komunikasi UIN Alauddin Makassar dalam menarik minat calon mahasiswa baru melalui kegiatan

Cara membuka dokumen atau file yang sudah disimpan adalah sebagai berikut:  Buka Ms Word 2007 (caranya sudah dipelajari)..  Klik office button  pilih

▪ Nilai inkremen terkecil dari sebuah input atau output yang dapat dideteksi (skala terkecil yang mampu ditunjukkan oleh alat ukur). Sebagai contoh : suatu timbangan pada jarum

Tahun Anggaran 2016, maka bersama ini kami Kelompok Kerja Konstruksi Unit Layanan Pengadaan Barang / Jasa Daerah Kabupaten Lamandau mengundang Direktur

Berkenaan dengan hal tersebut, agar Saudara dapat membawa dokumen asli atau rekaman yang sudah dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan jaminan penawaran asli untuk setiap data

Pembelajaran kewirausahaan memiliki beberapa standar kompetensi lulusan, adapun standar kompenetensi lulusan dalam pembelajaran kewirausahaan di SMK Negeri 8 Bandung yang harus

Data hasil belajar dan penelitian diambil dari dua kelas yaitu kelas IVA yang berjumlah 27 siswa sebagai kelas eksperimen menggunakan strategi pembelajaran

Pemidanaan melalui sistem peradilan pidana anak bagi anak yang berkonflik dengan hukum merupakan ultimum remedium juga telah diharmonisasikan dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun