• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK BERDASARKAN TINGKAT GEJALA STRES AKADEMIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK BERDASARKAN TINGKAT GEJALA STRES AKADEMIK."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK

BERDASARKAN TINGKAT GEJALA STRES AKADEMIK

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 6 Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011/2012)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

HELMI RAHMAT

060700

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK

BERDASARKAN TINGKAT GEJALA STRES AKADEMIK

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1

dan SMA Negeri 6 Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011/2012)

Oleh Helmi Rahmat

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

© Helmi Rahmat 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Helmi Rahmat, 060700. (2013). Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 6 Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011/2012)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena gejala stres akademik yang sering dialami oleh peserta didik di jenjang sekolah menengah atas dan pemanfaatan data hasil inventori kepribadian EPSS untuk memahami karakteristik kepribadian peseta didik yang rentan terhadap stres. Oleh sebab itu fokus kajian penelitian adalah mengungkap perbedaan kecenderungan kepribadian peserta didik berdasarkan tingkat gejala stres akademik.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut tahun ajaran 2011/20112.Pengumpulan data menggunakan instrumen non-test berupa angket dan inventori kepribadian EPPS. Data dianalisis dengan statistika parametrik melalui analisis variansi satu arah (One Way ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji Tukey pada post hoc test. Penelitian ini menghasilkan 1) gambaran umum tingkat gejala stres akademik peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut tahun ajaran 2011/20112 dan 2) Perbedaan kecenderungan kepribadian peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut tahun ajaran 2011/20112 berdasarkan tingkat gejala stres akademik. Adapun rekomendasi hasil penelitian ini diberikan kepada 1). Guru bimbingan dan konseling; dan 2). Peneliti selanjutnya.

(5)

ABSTRACT

Helmi Rahmat, 060700. (2013). Personality Tendencies of Students based on

Their Level of Academic Stess Symptoms. (Studi Deskriptif terhadap (Descriftif research against 10th grade students at SMAN 1 Garut and SMAN 6 Garut academic year 2011/2012)

The aim of this research was to reveal differences in personality tendencies of students based on their level of academic stress symptoms. The approach which used in this research is a quantitative descriptive method. The sample was 10th grade students at SMAN 1 Garut and SMAN 6 Garut academic year 2011/2012. Data collection which used was non-test instruments such as questionnaires and personality inventory EPPS. Data was analyzed with parametric statistics through one-way analysis of variance (one way ANOVA) followed by Tukey test at Post Hoc Test. This research resulted such as 1) General description of academic stress symptoms’s level of 10th grade students at SMAN 1 Garut and SMAN 6 Garut academic year 2011/2012 and 2) Differences personality tendencies of 10th grade students at SMAN 1 Garut and SMAN 6 Garut academic year 2011 / 2012 based on the level of academic stress symptoms. As for the recommendation that be given to the results of this research such as for 1) guidance and counseling teachers, and 2) further Researcher.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GRAFIK xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 7

C. Tujuan Penelitian 8

D. Manfaat Penelitian 9

E. Struktur Organisasi Skripsi 9

BAB IISTRES AKADEMIK DAN KEPRIBADIAN

A. Konsep Stres Akademik 10

B. Konsep Kepribadian 15

C. Asumsi Penelitian 28

D. Hipotesis Penelitian 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian 30

B. Pendekatan dan Metode Penelitian 31

C. Definisi OperasionalVariabel 32

D. Proses Pengembangan Instrumen 38

E. Teknik Pengumpulan Data 43

(7)

G. Prosedur Penelitian 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 49

1. Gambaran Umum Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Garut Tahun Ajaran 2011/2012 49 2. Gambaran Umum Gejala Stres Akademik Peserta didik Kelas X

SMA Negeri 6 Garut Tahun Ajaran 2011/2012 50 3. Gambaran Umum Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kelas X

SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut Tahun Ajaran

2011/2012 51

4. Gambaran Umum Profil Kepribadian Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Garut Tahun Ajaran 2011/2012 Berdasarkan Kategori

Gejala Stres Akademik 52

5. Gambaran Umum Profil Kepribadian Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Garut Tahun Ajaran 2011/2012 Berdasarkan Kategori

Gejala Stres Akademik 54

6. Gambaran Umum Profil Kepribadian Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut Tahun Ajaran

2011/2012 Berdasarkan Kategori Gejala Stres Akademik 56 7. Perbedaan Kecenderungan Kepribadian Peserta didik Kelas X

SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut Tahun Ajaran

2011/2012 Berdasarkan Kategori Gejala Stres Akademik 58

B. PembahasanHasilPenelitina 72

1. Gambaran Umum Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut Tahun Ajaran

2011/2012 72

2. Perbedaan Kecenderungan Kepribadian Peserta didik Kelas X SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut Tahun Ajaran

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 81

B. Rekomendasi 83

DAFTAR PUSTAKA 85

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 30

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen 38

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas 41

Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi Reliabilitas Instrumen 42 Tabel 3.5 Alternatif Jawaban Gejala Stres Akademik 44 Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Gejala Stres Akademik 45 Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Kriteria Tingkat Gejala Stres Akademik45

Tabel 3.8 Kriteria Pengujian 47

Tabel 4.1 Gambaran Umum Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Garut Tahun Ajaran 2011/2012 49 Tabel 4.2 Gambaran Umum Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kelas X

SMA Negeri 6 Garut Tahun Ajaran 2011/2012 50 Tabel 4.3 Gambaran Umum Gejala Stres Akademik Peserta Didik Kelas X

SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut Tahun

Ajaran 2011/2012 51

Tabel 4.4 Pengolahan Skor Rata-Rata Hasil Tes EPPS Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Garut Tahun Ajaran 2011/2012 Berdasarkan Kategori Gejala Stres Akademik 52 Tabel 4.5 Pengolahan Skor Rata-Rata Hasil Tes EPPS Peserta Didik

Kelas X SMA Negeri 6 Garut Tahun Ajaran 2011/2012 Berdasarkan Kategori Gejala Stres Akademik 54 Tabel 4.6 Pengolahan Skor Rata-Rata Hasil Tes EPPS Peserta Didik

Kelas X SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut

Tahun Ajaran 2011/2012 Berdasarkan Kategori Gejala Stres56 Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Distribusi Setiap Aspek Kepribadian

Hasil Tes EPPS 59

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Setiap Aspek Kepribadian

Hasil Tes EPPS 60

(10)

Hasil Tes EPPS 61

Tabel 4.10 Post Hoc Test Data Hasil Tes EPPS Sub-Tes Achievement

berdasarkan Tingkat Gejala Stres 62

Tabel 4.11 Post Hoc Test Data Hasil Tes EPPS Sub-Tes Deference

berdasarkan Tingkat Gejala Stres 63

Tabel 4.12 Post Hoc Test Data Hasil Tes EPPS Sub-Tes Order

berdasarkan Tingkat Gejala Stres 64

Tabel 4.13 Post Hoc Test Data Hasil Tes EPPS Sub-Tes Autonomy

berdasarkan Tingkat Gejala Stres 65

Tabel 4.14 Post Hoc Test Data Hasil Tes EPPS Sub-Tes Affiliation

berdasarkan Tingkat Gejala Stres 66

Tabel 4.15 Post Hoc Test Data Hasil Tes EPPS Sub-Tes Succorance

berdasarkan Tingkat Gejala Stres 68

Tabel 4.16 Post Hoc Test Data Hasil Tes EPPS Sub-Tes Dominance

berdasarkan Tingkat Gejala Stres 69

Tabel 4.17 Post Hoc Test Data Hasil Tes EPPS Sub-Tes Abasement

berdasarkan Tingkat Gejala Stres 70

Tabel 4.18 Post Hoc Test Data Hasil Tes EPPS Sub-Tes Endurance

berdasarkan Tingkat Gejala Stres 71

Tabel 4.19 Post Hoc Test Data Hasil Tes EPPS Sub-Tes Aggresion

(11)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4.1 Gambaran Umum Profil Kepribadian Peserta Didik

Kelas X SMA Negeri 1 Garut Tahun Ajaran 2011/2012 Berdasarkan Kategori Gejala Stres Akademik 53 Grafik 4.2 Gambaran Umum profil Kepribadian Peserta Didik

Kelas X SMA Negeri 6 Garut Tahun Ajaran 2011/2012 Berdasarkan Kategori Gejala Stres Akademik 55 Grafik 4.3 Gambaran Umum profil Kepribadian Peserta Didik

Kelas X SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut Tahun Ajaran 2011/2012 Berdasarkan Kategori Gejala

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 SURAT-SURAT DALAM PROSES PENELITIAN 1.1 Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing 1.2 Surat Permohonan Izin Penelitian

1.3 Surat Keterangan dari Sekolah

LAMPIRAN 2 TABEL SPESIFIKASI INSTRUMEN PENELITIAN

2.1 Tabel Spesifikasi Instrumen Penelitian Sebelum Uji Coba 2.2 Tabel Spesifikasi Instrumen Penelitian Setelah Uji Coba

LAMPIRAN 3 PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Hasil Instrumen Gejala Stres Akademik Peserta Didik SMA Negeri 1 Garut Tahun Ajaran 2011/2012

3.2 Data Hasil Instrumen Gejala Stres Akademik Peserta Didik SMA Negeri 6 Garut Tahun Ajaran 2011/2012

3.3 Data Hasil Inventori Kepribadian menggunakan EPSS Peserta Didik SMA Negeri 1 Garut Tahun Ajaran 2011/2012

3.4 Data Hasil Inventori Kepribadian menggunakan EPSS Peserta Didik SMA Negeri 6 Garut Tahun Ajaran 2011/2012

3.5 Data Pengelompokan Peserta Didik Berdasarkan Kategori Tingkat Gejala Stres Akademik

3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen 3.8 Hasil Uji Normalitas Data

(13)

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Stres merupakan suatu permasalahan yang sering menjadi perbincangan dalam kehidupan sehari-hari. Stres dapat dialami dalam berbagai situasi yang berbeda. Stres sebagai suatu fenomena pertama kali dijelaskan oleh Hans Selye pada tahun 1950an (Ross & Altmaier, 1994). Pada saat itu Selye menggunakan pendekatan medis fisiologis untuk menjelaskan tentang fenomena stres. Ia mengatakan bahwa stres merupakan suatu reaksi non-spesifik dari fisik seseorang terhadap adanya berbagai tuntutan baik dari dalam maupun dari luar tubuh manusia. Sampai saat ini, stres masih menjadi suatu permasalahan yang aktual dan masih menarik minat banyak peneliti untuk mempelajarinya.

Stres merupakan fenomena umum yang biasa dirasakan oleh individu dalam kehidupan sehari-hari namun terkadang menjadi masalah kesehatan mental, hal ini terjadi saat stres dirasa begitu mengganggu karena melemahkan fisik juga psikologis. Yusuf (2004: 90) menyatakan, “Stres merupakan fenomena psikofisik yang bersifat manusiawi. Dalam arti bahwa stres itu bersifat inhern dalam diri setiap orang dalam menjalani kehidupannya sehari-hari”.

Ross dan Altmaier (1994) mengatakan bahwa stres merupakan salah satu konsekuensi dari kehidupan dunia modern saat ini. Stres juga dapat dialami dalam berbagai situasi kehidupan manusia. Salah satu situasi yang cukup mendapat banyak perhatian dalam kaitannya dengan stres adalah dunia pendidikan. Dunia pendidikan dalam hal ini lingkungan sekolah merupakan salah satu konteks yang tidak luput dari fenomena stres. Salah satu unsur dalam dunia pendidikan yang rentan terhadap stres adalah kalangan pelajar atau peserta didik.

(14)

2

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

stres peserta didik dikategorisasikan menjadi: akademik, keuangan, yang berkaitan dengan waktu dan kesehatan, dan self-imposed.

Goodman & Leroy (McKean & Misra, 2000: 41) mengemukakan bahwa salah satu pemicu stres justru sering datang dari lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang nyaman dan sehat untuk perkembangan fisik dan psikis peserta didik, hal ini tentu sangat memprihatinkan. Bagi sebagian peserta didik, sekolah dengan segala elemennya justru menjadi sesuatu yang menakutkan. Elemen-elemen yang dimaksud antara lain kurikulum yang dirasa terlalu berat, cara mengajar atau perlakuan guru yang menekan atau merendahkan, serta lingkungan pergaulan sebaya yang tidak sehat. Pada peserta didik kelas X, stres banyak dirasakan karena peserta didik masih merasa kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.

Stresor akademik merupakan sumber stres yang berasal dari proses belajar mengajar atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar, yang meliputi tekanan untuk naik kelas, lama belajar, menyontek, banyak tugas, mendapat nilai ulangan, birokrasi, mendapatkan beasiswa, keputusan menentukan jurusan dan karir, serta kecemasan ujian dan manajemen waktu (Desmita, 2010: 297). Para peserta didik mengemukakan mengalami stres akademik pada setiap semester dengan sumber stres akademik yang tinggi akibat dari belajar sebelum ujian, ujian, kompetisi nilai, dan dari begitu banyak materi yang harus dikuasai dalam waktu yang singkat (McKean & Misra, 2000: 41).

Menurut Hastuti (Wahyuningsih, 2011), menjadi pelajar merupakan tugas berat karena banyak tuntutan dan tugas yang dibebankan oleh sekolah kepadanya, selain itu pelajar juga merupakan harapan keluarga dan masyarakat. Tuntutan dan harapan yang terlalu besar dapat berbalik menjadi beban dan stres bagi peserta didik (Sudiana, 2007: 2). Kondisi emosi yang labil sebagai seorang remaja, serta berbagai tuntutan yang dihadapi menjadi alasan logis mengapa pelajar sekolah menengah dikatakan rentan terhadap stres.

(15)

3

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

didik yang berupa perilaku, pikiran, fisik, dan emosi yang muncul akibat pola pikir yang negatif terhadap tuntutan dari sekolah dan menganggap tuntutan tersebut sebagai ancaman bagi dirinya. Stres akademik merupakan permasalahan substantif yang dihadapi peserta didik di dunia pendidikan yang bersumber dari tuntutan sekolah dan dunia pendidikan (Nurdini, 2009: 3).

Penelitian Gusniati (Desmita, 2010: 290) terhadap peserta didik pada salah satu sekolah unggulan di Jakarta menemukan adanya fenomena stres yang dialami peserta didik di sekolah. Sekitar 40,74% peserta didik merasa terbebani dengan keharusan mempertahankan peringkat sekolah, 62,96% peserta didik merasa cemas menghadapi ujian semester, 82,72% peserta didik merasa takut mendapat nilai ulangan yang jelek, 80,25% merasa bingung menyelesaikan PR yang terlalu banyak, dan 50,62% peserta didik merasa letih mengikuti perpanjangan waktu belajar di sekolah. Senada dengan ungkapan Nugroho (2010) anak-anak program non-reguler cenderung mengalami academic stress karena mendapat beban

studi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

Dampak yang ditimbulkan stres akademik pada peserta didik adalah berupa menurunnya motivasi belajar, kompetensi yang dimiliki tidak berkembang, tidak terpenuhi standar kelulusan yang ditetapkan oleh sekolah maupun pemerintah yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas pendidikan. Selain itu, stres dapat memunculkan perilaku maladaptive bagi peserta didik dalam kehidupan pribadi dan sosial. Dampak stres dari segi fisik, peserta didik dapat mudah terserang berbagai penyakit. Nurdini (2009: 6), perwujudan dari stres akademik antara lain adalah peserta didik malas mengerjakan tugas, sering bolos sekolah dengan berbagai alasan dan mencontek atau mencari jalan pintas dalam mengerjakan tugas. Gejala stres akademik lain yang muncul seperti: prestasi menurun, mabal, cemas/gelisah ketika menghadapi ujian dan tugas yang banyak, sulit berkonsentrasi, menangis ketika tidak sanggup mengerjakan tugas/soal, suka berbohong, mencontek, takut menghadapi guru tertentu, takut terhadap mata pelajaran tertentu dan lain-lain.

(16)

4

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

sekolah bertaraf internasional. Program-program yang diselenggarakan di sekolah-sekolah bertaraf internasional memiliki kekhasan serta tuntutan lebih kepada para peserta didiknya. Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, kurikulum yang diterapkan, serta jadwal belajar yang lebih padat merupakan beberapa karakteristik khas dari program sekolah bertaraf internasional. Sehingga tidak mengherankan, jika potensi stres di sekolah dengan program bertaraf internasional relatif lebih besar. Seperti yang dikemukakan oleh Sanjaya dalam Wahyuningsih (2011) :

...Pengakuan menarik dari salah satu pengasuh lembaga konseling hypnotherapy yang kebanjiran klien kebanyakan adalah para pelajar kelas 1 SMP yang rata-rata murid yang masuk di kelas RSBI/SBI. Setelah satu bulan para peserta didik memulai belajar di sekolah yang dipilihnya, mereka mulai dijangkiti tanda-tanda depresi seperti jadi pemarah, suka menangis sendiri, tidak bisa tidur, dll. Beberapa penyebab diantaranya merasa tertekan dengan belum pahamnya mereka atas penguasaan materi pelajaran dengan bahasa Inggris, pake bahasa Indonesia saja sulit apalagi harus memahami dengan bahasa Inggris begitu katanya. Kemudian mereka merasakan teman-teman di kelas sangat individualistis, juga tugas/PR yang bertumpuk yang harus dikerjakan sampai larut malam. Ditambah ada ketakutan tersendiri jika tugas tidak selesai atau salah yang biasanya akan dimarahi guru-gurunya...

Selaian faktor eksternal, salah satu faktor yang berperan penting dalam proses dialaminya stres adalah perbedaan yang terdapat pada tiap individu. Ross dan Altmaier (1994) mengatakan bahwa karakteristik individu dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap stres yang dialaminya. Perbedaan individu dapat menyebabkan seseorang menilai stresor sebagai suatu hal yang positif, sehingga orang tersebut dapat termotivasi dan mengalami perasaan positif, tetapi karena perbedaan individu tersebut, seseorang dapat menilai stresor sebagai suatu hal yang negatif, sehingga orang tersebut mengalami distress (Newstrom & Davis, 1997). Jadi, perbedaan individu berperan dalam proses penilaian seseorang terhadap suatu hal yang dapat menyebabkan stres.

(17)

5

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

1995) mengungkapkan bahwa perbedaan individu dalam merespon stres mungkin saja dikarenakan oleh perbedaan pilihan dalam upaya mengatasi stres serta perbedaan efektivitas dari kedua upaya tersebut.

Dalam catatan harian 94 orang peserta didik selama 14 hari, penelitian ini menganalisis hubungan antara neurotisme, konflik personal sehari-hari, cara penyelesaian konflik, dan distress. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa tingginya gejala neurotis pada partisipan memiliki pengaruh yang besar terhadap respon terhadap konflik. Selanjutnya, tinggi dan rendahnya neurotic pada partisipan membedakan pilihan mereka dalam upaya penyelesaian masalah dan efektivitas dari upaya tersebut.

Kepribadian adalah sebuah aspek penting yang menentukan kondisi kesehatan dan psikologis (Friedman, 2006). Pada 1987, Friedman dan Booth-Kewley menguji sebuah literatur yang telah diterbitkan mengenai ciri-ciri kepribadian dan illness dengan sebuah teknik statistika yang disebut sebagai meta-analisis. Mereka memperkirakan empat sifat-sifat kepribadian: kecemasan, kemarahan/ permusuhan/perlawanan dan ekstraversi, dan lima penyakit : jantung koroner, asma, bisul, radang sendi, dan sakit kepala. Semua faktor-faktor kepribadian ini memiliki asosiasi dengan penyakit jantung koroner, asma, dan radang sendi; depresi memiliki asosiasi yang kuat dengan sakit kepala dan kebisulan. Secara umum, kecemasan dan depresi memiliki hubungan yang paling kuat terhadap kelima penyakit tersebut.

(18)

6

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

terhadap stres, baik itu penanganan yang bersifat preventif maupun penanganan setelah stres tersebut terjadi.

Begitu pula dengan dunia pendidikan, salah satu langkah penting untuk mencegah stres yang dialami peserta didik dapat dilakukan melalui deteksi dini dengan memahami pola kepribadian peserta didik. Salah satu upaya memahami kepribadian peserta didik adalah dengan melakukan tes psikologis di sekolah. Di dunia pendidikan saat ini, sekolah merupakan salah satu pengguna tes psikologis terbesar, termasuk juga di Kabupaten Garut. Anastasi & Urbina (2006: 3) mengemukakan beberapa tujuan dari penggunaan tes untuk pendidikan, yaitu: mengklasifikasi anak-anak berdasarkan kemampuan mereka menyerap berbagai jenis instruksi di kelas, identifikasi mana yang pembelajar cepat dan mana yang lamban, konseling pendidikan dan pekerjaan pada tingkat sekolah menengah dan universitas, menyeleksi orang-orang yang melamar masuk sekolah-sekolah profesional.

Secara khusus, tes psikologis juga digunakan dalam kegiatan konseling individu yang secara bertahap meluas dari bimbingan yang berlingkup sempit menyangkut rencana pendidikan dan pekerjaan sampai terlibatnya semua aspek kehidupan seseorang. Ketentraman emosi dan hubungan-hubungan interpersonal yang efektif semakin lama semakin menjadi sasaran utama konseling. Selain itu, tumbuh juga penekanan pada penggunaan tes psikologis untuk meningkatkan pemahaman diri dan pengembangan diri. Apabila dikaitkan dengan alat-alat ukur lain dalam tes psikologis, maka salah satu inventori yang digunakan untuk membantu peseta didik dalam mengungkap dan memahami kepribadiannya adalah Edwards Personal Preference Schedule (EPPS).

(19)

7

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

diberikan terhadap variabel-variabel ini digunakan oleh H. A. Murray (Sukardi, 1993: 3). EPPS mengukur lima belas variabel kepribadian. EPPS merupakan inventori kepribadian yang disusun pertama kali sebagai alat riset dan konseling, yang dengan cepat dan mudah mengukur sejumlah variabel kepribadian. Yang diungkap adalah kecenderungan, dorongan, atau kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki seseorang.

Hasil dari pengolahan data EPPS siswa sekolah menengah, terutama sekolah menengah atas, dapat dijadikan acuan bagi konselor ketika akan melakukan kegiatan BK. Artinya bahwa ketika konselor telah mengetahui gambaran kepribadian yang dimiliki oleh para siswa, maka konselor dapat mempertimbangkan dan merumuskan suatu arah layanan BK, yang tentunya sesuai dengan gambaran dari kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh para siswa tersebut.

Mengacu pada pemaparan di atas, dirasa perlu dilakukan penelitan untuk memberikan gambaran secara empiris mengenai kecenderungan kepribadian peserta didik berkaitan dengan gejala stres di sekolah melalui penelitian yang berjudul “Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA

Negeri 1 dan SMA Negeri 6 Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011/2012)”.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Memahami pola kepribadian yang rentan terhadap stres menjadi penting guna menemukan berbagai upaya penanganan terhadap stres, baik itu penanganan yang bersifat preventif maupun penanganan setelah stres tersebut terjadi. Begitu pula dengan dunia pendidikan, salah satu langkah penting untuk mencegah stres akademik yang dialami peserta didik dapat dilakukan melalui deteksi dini dengan memahami pola kepribadian peserta didik.

(20)

8

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

identifikasi mana yang pembelajar cepat dan mana yang lamban, konseling pendidikan dan pekerjaan pada tingkat sekolah menengah dan universitas, menyeleksi orang-orang yang melamar masuk sekolah-sekolah profesional.

Salah satu alat atau instrumen yang digunakan untuk membantu konselor dalam memahami kepribadian peserta didik adalah inventori Edwards Personal Preference Schedule (EPPS). Hasil dari pengolahan data EPPS peserta didik

sekolah menengah, terutama sekolah menengah atas, dapat dijadikan acuan bagi konselor ketika akan melakukan kegiatan BK. Artinya bahwa ketika konselor telah mengetahui gambaran kepribadian yang dimiliki oleh para peserta didik, maka konselor dapat mempertimbangkan dan merumuskan suatu arah layanan BK, yang tentunya sesuai dengan gambaran dari kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh para peserta didik.

Berdasarkan paparan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran tingkat gejala stres peserta didik kelas X SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 6 Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011/2012? 2. Bagaimanakah gambaran kecenderungan kepribadian berdasarkan perbedaan

tingkat gejala stres pada peserta didik kelas X SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 6 Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011/2012?

3. Adakah perbedaan kencenderunagn kerpribadian berdasarkan tingkat gejala stress pada peserta didik kelas X SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 6 Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh deskripsi kecenderungan kepribadian berdasarkan tingkat gejala stress peserta didik. Lebih jauh, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data-data empirik mengenai :

(21)

9

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

2. Gambaran kecenderungan kepribadian peserta didik berdasarkan pebedaan tingkat gejala stres akademik pada peserta didik kelas X SMA di Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Sebagai rujukan bagi konselor dalam merumuskan suatu arah layanan bimbingan setelah diperoleh data mengenai kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh peserta didik.

2. Sebagai sumbangsih terhadap perkembangan keilmuan terutama dalam mata kuliah Asesmen Psikologis.

3. Sebagai masukan bagi Laboratorium Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung dalam memberikan gambaran mengenai kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh peserta didik SMA di Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011/2012 dan kaitannya dengan gejala stres.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II menyajikan konsep teoretis yang terdiri dari konsep kepribadian dan stres akademik, penelitian terdahulu, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

Bab III Metode Penelitian, terdiri dari lokasi populasi dan sampel penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, dan prosedur penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari penguraian hasil penelitian dan pembahasan temuan penelitian.

(22)

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut tahun ajaran 2011/2012.

2. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel total, karena yang dijadikan sampel adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut tahun ajaran 2011/2012 yang telah melalui tahap verifikasi. Tahap verifikasi yang dimaksud adalah pemeriksaan kelengkapan data peserta didik berupa hasil inventori kepribadian yang diperoleh dari inventori EPPS serta data berupa angket gejala stres peserta didik. Jika terdapat peserta didik yang tidak memenuhi kelangkapan data yang telah disebutkan, maka peserta didik tersebut tidak dapat diikutsertakan menjadi anggota sampel. Berikut daftar jumlah sampel yang digunakan :

Tabel 3.1

Populasi dan Sampel Penelitian

Sekolah Kelas Populasi Sampel

SMA Negeri 1 Garut X-1 35 33

X-2 34 33

X-3 35 35

X-4 35 32

X-5 35 35

X-6 36 35

X-7 35 34

X-8 37 37

X-9 35 35

X-10 35 34

XI-AK 30 29

(23)

31

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

X-B 45 38

X-C 44 30

X-D 44 32

X-E 44 34

X-F 42 35

X-G 42 35

X-H 44 39

X-I 46 43

X-J 44 35

JUMLAH 822 738

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya dalam menggunakan perhitungan statistik.

Pemilihan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini karena merupakan pendekatan penelitian yang menekankan analisis pada data numerikal yang diolah dengan metode statistik. Pendekatan kuantitatif memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan analisis dan penafsiran data dengan menggunakan pendekatan statistik.

2. Metode Penelitian

(24)

32

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal.

Penggunaan metode deskriptif ini tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, sebab metode deskriptif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada sekarang pada masalah yang aktual, mula-mula data dikumpulkan kemudian disusun dan dijelaskan sehingga diharapkan memperoleh kesimpulan yang mungkin dapat diangkat ke taraf generalisasi berdasarkan hasil-hasil pengolahan dan analisis data.

Dengan mengacu kepada konsep tersebut maka penelitian yang dilakukan akan berusaha mendeskripsikan kecenderungan kepribadian peserta didik berdasarkan tingat gejala stres akademik pada peserta didik kelas X SMA di Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011/2012.

C. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini terdiri dari variabel kecenderungan kepribadian dan stress akademik. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kecenderungan Kepribadian

Kecenderungan kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh peserta didik yang diungkap melalui pernyataan yang terdapat pada inventori EPPS yang bertujuan untuk mengukur 15 needs yang disajikan oleh Murray dan telah dimodifikasi oleh Edwards. 15 needs itu oleh Edwards disebut sebagai variabel kepribadian, yaitu sebagai berikut :

a. Achievement (Ach) atau berprestasi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk

(25)

33

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

sulit sebaik mungkin, menyelesaikan masalah yang rumit-rumit, dan ingin mengerjakan sesuatu lebih baik dari yang lain.

b. Deference (Def) atau hormat, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk menaati

perintah dan peraturan, kebutuhan atau dorongan untuk mendapat pengaruh dari orang lain, menerima saran dari orang lain, menerima kepemimpinan orang lain, membaca riwayat tentang orang-orang besar, menyesuaikan diri pada kebiasaan dan menghindar dari yang tidak biasa, menyerahkan kepada orang lain untuk mengambil keputusan.

c. Order (Ord) atau teratur, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk bisa bekerja

secara teratur, dapat mencatat dan mengatur pekerjaan dengan rapih, membuat rencana sebelum memulai tugas yang sulit, menunjukkan keteraturan dalam berbagai hal, memelihara segala sesuatu tetap rapih dan teratur, mengatur pekerjaan secara rinci dan sistematis, menyimpan surat dan arsip berdasarkan sistem tertentu, makan dan minum secara teratur.

d. Exhibition (Exh) atau eksibisi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk

menonjolkan diri, memperlihatkan diri agar menjadi pusat perhatian orang, menceritakan keberhasilan diri, menggunakan kata-kata yang tidak dipahami orang lain, menanyakan pertanyaan yang tidak bisa terjawab orang lain, menceritakan pengalaman diri yang membahayakan, menceritakan hal-hal yang menggelikan.

e. Autonomy (Aut) atau otonomi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk bisa

berdiri sendiri, menyatakan kebebasan diri untuk berbuat apapun atau mengatakan apapun, tidak bergantung dengan orang lain dalam mengambil keputusan, merasa bebas untuk melakukan apa yang ingin dilakukannya, melakukan sesuatu yang tidak biasa dilakukan orang lain, menghindari situasi yang menuntut penyesuaian diri, melakukan sesuatu tanpa menghargai pendapat orang lain, dan menghindari tanggung jawab.

f. Affiliation (Aff) atau affiliasi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk

(26)

34

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

mencari teman sebanyak mungkin, mengerjakan pekerjaan bersama-sama, akrab dengan kawan, melaksanakan sesuatu dengan teman-teman dibandingkan bekerja sendirian.

g. Intraception (Int) atau intrasepsi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk

menganalisis motif dan perasaan seseorang, campur tangan terhadap urusan orang lain, mengamati orang lain, memahami bagaimana masalah yang dirasakan orang lain, menempatkan diri ditempat orang lain, menilai orang lain dengan mencoba memahami latar belakang tingkah lakunya dan bukan apa yang dilakukannya, menganalisis tingkah laku orang lain, menganalisis motif-motif tingkah laku orang lain, dan meramalkan apa yang akan dilakukan orang lain.

h. Succorance (Suc) atau berlindung, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk

mendapatkan bantuan orang lain, mencari dukungan dari orang lain, mengharapkan orang lain berbaik hati kepadanya, mengharapkan simpati dari orang lain dan memahami masalah pribadinya, menerima belai kasih sayang orang lain, mengharapkan bantuan orang lain di saat dirinya tertekan, mengharapkan dimaafkan orang lain apabila dirinya sakit.

i. Dominance (Dom) atau dominan, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk bisa

menguasai orang lain, memperdebatkan sudut pandang seseorang, ingin menjadi pemimpin kelompoknya, ingin dipandang sebagai pemimpin orang lain, ingin selalu terpilih sebagai pemimpin, mengambil keputusan kelompok, menetapkan persetujuan secara sepihak, membujuk dan mempengaruhi orang lain agar mau mengerjakan yang ia inginkan, mengawasi dan mengarahkan kegiatan yang lain, mendiktekan apa yang harus dikerjakan orang lain, menyelesaikan perbedaan pendapat dan perselisihan di antara orang lainnya.

j. Abasement (Aba) atau merendah, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk bisa

(27)

35

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

k. Nurturance (Nur) atau memberi bantuan, yaitu kebutuhan atau dorongan

untuk bisa menyenangkan orang lain, senang menolong kawan yang kesulitan, membantu yang kurang beruntung, memperlakukan orang lain dengan baik dan simpatik, memaafkan orang lain, menyenangkan orang lain, berbaik hati kepada orang lain, memberikan rasa simpatik kepada yang terluka atau sakit, memperlihatkan kasih sayang kepada orang lain, memberikan hadiah atau bingkisan kecil untuk orang lain.

l. Change (Chg) atau perubahan, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk

mengadakan perubahan, melakukan sesuatu yang baru dan berbeda, mengadakan perjalanan, menjumpai orang-orang baru, mengalami peristiwa baru dan berubah dari pekerjaan yang rutin, mencoba pekerjaan yang baru dan berbeda-beda, senang berpindah-pindah tempat, berpartisipasi dalam kebiasaan baru.

m. Endurance (End) atau ketekunan, yaitu kebutuhan atau dorongan agar tahan

mengatasi rintangan, mengerjakan suatu pekerjaan hingga selesai, merampungkan pekerjaan yang telah dipegangnya, bekerja keras pada suatu tugas tertentu, menyelesaikan suatu teka-teki atau masalah sampai selesai, terpaku pada suatu pekerjaan dan tidak akan diganti sebelum selesai, tidur larut malam untuk menyelesaikan pekerjaan yang dihadapinya, tekun menghadapi pekerjaan tanpa menyimpang, menghindari segala yang dapat menyimpangkannya dari tugas. n. Heterosexuality (Het) atau heteroseksualitas, yaitu kebutuhan atau dorongan

akan hubungan dengan orang lain dari jenis kelamin yang berbeda, bepergian dengan kelompok yang berlawanan jenis kelamin, melibatkan diri dalam kegiatan sosial yang berlawanan jenis kelamin, jatuh cinta pada jenis kelamin lain, memperhatikan seseorang yang jenis kelaminnya berlainan yang menarik secara fisik, berpartisipasi dalam diskusi tentang pendidikan seks, membaca buku dan bermain yang melibatkan masalah seks, mendengarkan atau menyampaikan cerita lucu tentang seks.

o. Aggression (Agg) atau agresi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk

(28)

36

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

lain secara terbuka, mengkritik orang lain di muka umum, menceritakan kesalahan orang lain apabila berselisih dengannya, membalas dendam atas penghinaannya, menyalahkan orang lain apabila terjadi suatu kesalahan, membaca surat kabar dengan berita-berita dan laporan kekerasan dan kekejaman.

2. Stres Akademik

Stres pada peserta didik perlu didefinisikan secara konseptual dan

operasional. Menurut Lazarus dan Folkman (1984), stres adalah “a particular relationship between the person and the environment that is apraised by the

person as taxing or exceeding his or her resources and andangering his or her

well-being”. Stres adalah hubungan spesifik antara individu dengan lingkungannya yang dinilai oleh individu sebagai tuntutan atau melebihi sumber dayanya dan membahayakan kesejahteraannya.

Lazarus dan Folkman (1984: 42) mengatakan kondisi stres terjadi bila terdapat kesenjangan dan ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan. Tuntutan adalah sesuatu yang jika tidak dipenuhi akan menimbulkan konsekuensi yang tidak menyenangkan. Stres yang terjadi pada situasi di lingkungan sekolah atau pendidikan biasa disebut stres akademik. Pengertian stres akademik adalah respon peserta didik yang berupa perilaku, pikiran, reaksi fisik maupun reaksi emosi yang negatif yang muncul akibat adanya tuntutan sekolah/akademik.

Menurut Matheny dan Carty (2001) gejala stress dapat dilihat dari “...stress response is the casecade of physiological, cognitive, and emotional changes that are incited by a stressful experience” artinya respon stres akan menghasilkan perubahan pada kondisi fisik, pikiran,emosi dan perilaku individu.

(29)

37

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

pikiran, dan emosi yang tampak sebagai gejala stres yang dialami oleh peserta didik. Indikator dari keempat gejala tersebut adalah:

a. Fisik. Ditandai dengan jantung berdebar, memegang benda erat-erat atau mengepalkan tangan, tangan lembab dan dingin, otot tegang, sakit perut, sakit kepala/pusing (migrain), sering buang air kecil, keluar keringat dingin, kelelahan fisik dan tubuh yang tidak mampu beristirahat dengan maksimal.

b. Perilaku. Ditandai dengan menggerutu, kesulitan tidur (insomnia), suka menyendiri, berbohong, gugup, menyalahkan orang lain, membolos atau mabal, melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang lain, ketidakmampuan menolong diri sendiri, mengambil jalan pintas (seperti mencontek), banyak mengeluh dan kesulitan mendisiplinkan diri.

c. Pikiran. Ditandai dengan mudah lupa, tidak memiliki tujuan atau makna hidup, tidak mampu nenentukan prioritas hidup, sulit berkonsentrasi, bingung/pikiran kacau, prestasi menurun, kehilangan harapan, berpikiran negatif, merasa diri tidak berguna, dan tidak menikmati hidup (jenuh).

d. Emosi. Ditandai dengan gelisah, mudah marah, takut, kesedihan yang berkepanjangan, merasa diabaikan, mudah tersinggung, mudah menangis, cemas, putus asa, tidak merasakan kepuasan, mudah panik, tidak merasakan bahagia dan damai.

D. Proses Pengembangan Instrumen

1. Penentuan Jenis Instrumen

Instrumen dirancang dalam bentuk skala yang dituangkan ke dalam butir-butir pernyataan. Setiap butir-butir pernyataan memiliki tiga pilihan respon peserta didik yakni sering (SR), kadang-kadang (KD), dan tidak pernah (TP)..

2. Kisi-kisi Instrumen

(30)

38

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

Tabel 3.2

6. Tangan terasa lembab dan dingin

12,13 7. Berkeringat dingin 14,15

8. Sakit perut 16,17

9. Kelelahan fisik 18,19,20 10. Tubuh tidak mampu

6. Menyalahkan orang lain 39,40 7. Membolos atau mabal 41,42 8. Tidak mampu

menolong diri sendiri

43,44 9. Mengambil jalan pintas 45,46,47 10. Sulit mendisiplinkan

diri

(31)

39

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

3 Pikiran 1. Mudah lupa 51,52,53 30

2. Tidak memiliki tujuan dan makna hidup

54,55,56,57 3. Tidak bisa menentukan

prioritas hidup 7. Kehilangan harapan 68,69,70 8. Berpikir negatif 71,72,73 9. Merasa diri tidak

5. Merasa diabaikan 94,95,96 6. Mudah tersinggung 97,98 7. Tidak merasakan

kepuasan

99,100,101 8. Merasa tidak bahagia 102,103

9. Cemas 104,105,106

10. Mudah panik 107,108,109

3. Uji Kelayakan Instrumen

(32)

40

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

untuk mengetahui kelayakan angket dari segi bahasa, materi, maupun konstruk. Penimbangan instrumen gejala stres peserta didik dilakukan kepada dua dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia yang terdiri dari Dr. Ipah Saripah, M.Pd., dan Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN., M.Pd. Setelah melakukan uji kelayakan, angket yang telah dikonstruksi penulis mengalami perubahan dari segi bahasa dan konstruk sesuai dengan saran dari para penimbang.

Untuk uji keterbacaan dilakukan kepada peserta didik di luar subjek penelitian yaitu kepada lima orang peserta didik kelas X SMA yang bukan merupakan sampel dalam penelitian dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana peserta didik dapat memahami instrumen yang digunakan dalam penelitian.

Setelah uji keterbacaan maka untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga pernyataan dapat dimengerti oleh peserta didik SMA kelas X kemudian baru dilakukan uji validitas instrumen.

4. Uji Validitas

Setelah uji keterbacaan langkah dilaksanakan, langkah selanjutnya ialah menguji validitas instrumen. Berkaitan dengan pengujian validitas instrument Arikunto (2008: 70) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Validitas dapat diartikan sebagai ketepatan suatu instrumen dalam menghasilkan data yang relevan dengan tujuan penelitian serta untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur.

Pengujian validitas instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

(33)

41

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

  

r = Koefisien Korelasi antara variabel X dan variabel Y

n = Jumlah responden

XY = Jumlah hasil kali skor X dan Y setiap responden

X = Jumlah skor X

Adapun untuk penghitungannya menggunakan program SPSS versi 16.0, dengan hasil sebagai berikut

Pengujian reliabilitas bertujuan untuk melihat kemantapan sebuah instrumen atau mengukur sejauh mana suatu instrumen mampu menghasilkan skor-skor secara konsisten.

(34)

42

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

Tabel 3.4

Kriteria Interpretasi Reliabilitas Instrumen Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas

0,81 - 1,00 Sangat Tinggi

0,61 - 0,80 Tinggi

0,41 - 0,60 Cukup

0,21 - 0,40 Rendah

0,00 - 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2009: 75)

Hasil uji reliabilitas instrumen ini memiliki hasil reliabilitas sebesar 0,919. Merujuk pada tabel 3.4 tentang kriteria reliabilitas instrument, maka tingkat reliabilitas iintrumen ini termasuk ke dalam kategori instrument yang memiliki reliabilitas sangat tinggi, yang menunjukkan instrumen tersebut dapat dipercaya dan mampu menghasilkan skor secara konsisten.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan kuesioner (angket) dan studi dokumentasi. Sugiyono (2010: 199) memaparkan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan- pernyataan tertulis kepada peserta didik untuk menjawabnya.

Penyebaran angket tingkat gejala stres akademik dilakukan kepada peserta didik kelas X SMA SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 tahun ajaran

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 135 100.0

Excludeda 0 .0

Total 135 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(35)

43

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

2011/2012. Sedangkan studi dokumentasi dilakukan dengan menginventarisir data hasil inventori kepribadian (EPPS) peserta didik kelas X SMA SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut tahun ajaran 2011/2012.

F. Analisis Data

1. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan untuk menyeleksi data yang terkumpul sehingga diketahui data tersebut dapat diolah atau tidak. Adapun tahap verifikasi yang dilakukan ialah:

a. Memeriksa angket yang terkumpul harus sama dengan angket yang disebar. b. Memeriksa angket yang terkumpul telah dijawab sesuai petunjuk pengisian. c. Memeriksa angket yang terkumpul tidak ada yang rusak atau bagian yang

hilang.

d. Menyeleksi kelengkapan data. Setiap responden harus memiliki dua data, yaitu data mengenai kepribadian dan data mengenai gejala stres peserta didik. Responden yang hanya memiliki satu data tidak dilibatkan sebagai anggota sampel.

2. Penskoran Data

Dalam proses ini, setiap jawaban yang diberikan oleh responden kemudian diberi skor sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan. Angket penelitian memiliki alternatif jawaban dengan menggunakan skala dalam bentuk daftar checklist (). Adapun bentuk jawaban dan penyekoran adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Alternatif Jawaban Gejala Stres Akademik

Alternatif Jawaban Bobot

Sering (SR) 3

Kadang-kadang (KD) 2

(36)

44

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

3. Pengelompokan data

Setelah dilakukan penyekoran data, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan pengelompokan data gejala stres akademik peserta didik ke dalam tiga kategori, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Adapun pengelompokan data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut.

a) Menentukan Skor maksimal ideal yang diperoleh peserta didik dengan rumus: Skor maksimal ideal = jumlah item pernyataan x skor tertinggi

Skor maksimal ideal = 85 x 3 = 255

b) Menentukan Skor minimal ideal yang diperoleh peserta didik dengan rumus: Skor minimal ideal = jumlah item pernyataan x skor terendah

Skor minimal ideal = 85 x 1 = 85

c) Mencari rentang skor ideal yang diperoleh peserta didik dengan rumus: Rentang skor = Skor maksimal ideal – skor minimal ideal

Rentang skor = 255 – 85 = 170 d) Mencari interval skor dengan rumus:

Interval skor = Rentang skor/ 3 Interval skor = 170/3 = 56,67

Dari langkah langkah di atas, kemudian didapatkan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kriteria Tingkat Gejala Stres Akademik

Kategori Rentang

Sangat Sesuai X > Min Ideal + 2.Interval

Sesuai Min Ideal + Interval < X ≤ Min Ideal + 2.Interval Kurang Sesuai X ≤ Min Ideal +Interval

(Sudjana 1996: 47)

(37)

45

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan Kriteria Tingkat Gejala Stres Akademik

Kategori Rentang

Sangat Sesuai X > 198

Sesuai 142 < X ≤ 198

Kurang Sesuai X ≤ 142

4. Teknik Analisis Data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for windows dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov atau

Shapiro-Wilk menggunakan taraf signifikansi 5%. Hipotesis yang digunakan pada

uji normalitas adalah sebagai berikut. : Data berdistribusi normal

: Data berdistribusi tidak normal

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut. a) Jika Sig. ≥ 0,05 maka diterima. b) Jika Sig. < 0,05 maka ditolak.

Dengan kata lain kriteria pengujian normalitas dapat digunakan dengan cara melihat nilai-nilai pada kolom signifikansi (Asymp. Sig.). Jika Asymp. Sig. > 0,05 maka berdistribusi normal (Priyatno, 2009: 190).

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians skor per aspek kepribadian dengan menggunakan Levence Test. Kriteria homogenitas dapat dilihat dari nilai Signifikansi (Sig.) atau

(38)

46

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik c. Analisis Variansi Satu Arah (Oneway ANOVA)

Menganalisis perbedaan skor per aspek kepribadian pada setiap tingkat gejala stres akademik dengan Analisis Varians Satu Arah (Oneway ANOVA). Kriteria pengujian Anava dapat dilakukan dengan perbandingan Fhitung dan Ftabel. Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak. Sebaliknya jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima. Cara yang lebih mudah yaitu dilihat dari nilai Signifikansinya (Sig.) atau nilai probabilitasnya. Jika nilai Sig. < 0,05 maka H0 ditolak, dan sebaliknya jika nilai probabilitas (Sig.) > 0,05 maka H0 diterima (Priyatno, 2009 : 87).

d. Post Hoc Tes

Untuk menganalisis perbedaan yang dimiliki secara signifikan maka dilakukan analisis lanjutan dari ANOVA yaitu Post Hoc Tes .Uji signifikansi perbedaan mean antar variabel dapat dilihat berdasarkan nilai probabilitas. Jika probabilitas < 0,05, maka perbedaan rata-ratanya benar-benar nyata. Selain dengan melihat nilai probabilitas, hasil uji signifikansi dengan mudah dapat

dilihat pada output dengan ada atau tidaknya tanda “*” pada kolom “Mean Difference”. Tanda “*” menunjukkan perbedaan yang nyata atau signifikan (Christianus, 2010: 89).

(39)

47

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik (Oneway

ANOVA)

rata 4 Post Hoc Tests Probabilitas >

0,05

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut :

a. Penyusunan proposal yang dimulai dari pengajuan tema bahasan penelitian kepada dewan skripsi. Setelah disetujui, proposal diseminarkan untuk mendapatkan berbagai masukan dari dewan skripsi dan teman-teman mahasiswa lainnya yang bertindak sebagai peserta seminar. Revisi proposal dilakukan berdasarkan berbagai masukan yang diperoleh pada saat seminar. Revisi proposal kemudian diajukan kembali untuk memperoleh pengesahan dan pengangkatan dosen pembimbing skripsi.

b. Perizinan penelitian berupa pembuatan surat-surat penelitian yang bertujuan memenuhi kelengkapan administrasi penelitian sesuai dengan ketetapan yang berlaku.

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data

a. Membuat instrumen penelitian berikut penimbangannya kepada dua orang ahli dari jurusan PPB, yaitu Prof. Dr. Syamsyu Yusuf, LN. M.Pd. dan Dr. Ipah Saripah, M.Pd.

(40)

48

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

c. Penyebaran angket tingkat gejala stres akademik kepada peserta didik kelas X SMA SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 tahun ajaran 2011/2012.

3. Pengolahan dan Analisis Data

a. Verifikasi

Setiap responden dilihat kelengkapan data dan responden yang memiliki data lengkap dijadikan sebagai sampel penelittian.

b. Penyekoran

Tahap penyekoran dilakukan dengan memeriksa dan memberikan skor setiap item pada angket gejala stres akademik peserta didik.

c. Pengelompokkan

Setelah dilakukan penyekoran data, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan pengelompokan data gejala stres akademik peserta didik ke dalam tiga kategori, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah

d. Pengolahan dan analisis data

1) Pengolahan dan analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul. Pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPPS versi 16.0.

2) Setelah diperoleh gambaran dari data yang telah diolah, maka dilanjutkan dengan pembahasan serta analisis hasil penelitian.

(41)

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Sebagian besar peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut Tahunjaran 2011/2012 mengalami stres akademik pada kategori sedang.

2. Kecenderungan kepribadian yang secara konsisten dimiliki oleh peserta didik yang memilki gejala stress tinggi, sedang dan rendah di kelas X SMA Neger 1 Garut dan SMA Negeri 6 Garut Tahun Ajaran 2011/2012 yang diungkap melalui EPPS adalah sebagai berikut.

a. Peserta didik kelas X yang gejala stresnya berada pada kategori tinggi cenderung lebih tinggi kebutuhannya dalam aspek affiliation, , succorance, abasement dan aggression serta rendah kebutuhanya dalam

aspek achievement, deference, dominance, dan endurance.

b. Peserta didik yang tingkat gejala stres akademiknya berada pada kategori rendah cenderung memiliki kebutuhan yang tinggi dalam aspek achievement, deference, order, authonomy, dan endurance serta

cenderung meiliki kebutuhan yang rendah dalam aspek affiliation, succorance, dan abasement.

c. Peserta didik yang tingkat gejala stress akademiknya berada pada kategori sedang, pada semua aspek kepribadian cenderung pada nilai rata-rata.

(42)

82

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

kepribadian, yaitu pada aspek kepribadian Exhibition, Intraception, Nurturance, change, dan Heterosexuality

4. Analisis lebih lanjut dilakukan dengan menggunakan metodeTukey dalam Post Hoc Tests dan perbandingan rata-rata secara sederhana untuk

menunjukkan kelompok tingkat gejal stress mana saja yang mempunyai perbedaan rata-rata yang secara signifikan berbeda atau sama di antara ketiga kategori tingkat gejala stres. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa :

a. Untuk kategori tingkat gejala stress akademik tinggi dengan kategori tingkat gejala stress akademik sedang dibedakan oleh aspek kepribadianAchievement, Autonomy, Affiliation, Succorance, Endurance, b. Untuk kategori tingkat gejala stress akademik sedang dengan kategori tingkat gejala stress akademik rendah dibedakan oleh aspek kepribadianAchievement,Deference,Autonomy, Affiliation,Dominance, Succorance, Abasement, dan Endurance

c. Untuk kategori tingkat gejala stress akademik tinggi dengan kategori tingkat gejala stress akademik rendah dibedakan oleh aspek kepribadian Achievement, Autonomy, Affiliation, Succorance, Endurance, Deference,

Order, Dominance, dan Abasement.

B. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ditujukan kepada pihak-pihak, yaitu (1) pihak sekolah dan guru pembimbing; serta (2) peneliti selanjutnya.

1. Pihak Sekolah dan Guru Pembimbing

(43)

83

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa pserta didik kelas X yang gejala stresnya berada pada kategori tingi cenderung lebih tinggi kebutuhannya dalam aspek affiliation, , succorance, abasement dan aggression serta rendah kebutuhanya dalam aspek achievement, deference, dominance, dan endurance. Sedangkan peserta didik yang tingkat gejala sres akademiknya berada pada kategori rendah cenderung memiliki kebutuhan yang tinggi dalam aspek achievement, deference, order, authonomy, dan endurance serta cenderung

meiliki kebutuhan yang rendah dalam aspek affiliation, succorance, dan abasement.

Oleh karena itu sebagai salah satu langkah preventif, maka pihak guru bimbingan dan konseling disekolah seyogyanya bisa mengembangkan program bimbingan dan konseling yang efektif untuk mengembangkan kepribadian peserta didik yang lebih tahan terhadap stress, yaitu dengan mengembankan kepribadian peserta didik sehingga memiliki kebutuhan yang tinggi dalam aspek aspek achievement,deference, order, authonomy, dan endurance. Serta membuat peserta

didikmemiliki kebutuhan yang rendah dalam aspek affiliation, succorance, dan abasement.

2. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini terbatas pada pengkajian tentang kecenderungan kepribadian yang dihasilkan melalui EEPS berdasarkan kategori tingkat gejala stres akademik dengan mengunakan metode perbandingan rata-rata secara sederhana dan jumlah populasi dan sampel yang terbatas. Oleh sebab itu peneliti selanjutnya diharapkan bisa melakukan kajian-kajian sebagai berikut.

a. Melakukan kajianyang lebih mendalam dengan jumlah populasi dan sampel yang lebih luas serta dengan mengunakan metode yang lebih kompleks sehingga bisa mendapatkan hasil yang lebih stabil untuk dapat lebih memperbaiki kekurangan pada penelitian sebelumnya.

(44)

84

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

diperoleh gambaran dan perbandingan kecenderungan kepribadian pada masing-masing program studi.

(45)

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, A & Susana U. (2006). Tes Psikolgi (Edisi Ketujuh). Jakarta: PT. Indeks.

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Bolger, N & Zuckerman. (1995). “A Framework fosr Studying Personality in the Sress Process”. Journal of Personality and Individual Difference, 27, (2) 73-80

Chaplin, J.P. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers. Christianus. (2010). Belajar Kilat SPSS 17. Yogyakarta : Penerbit Andi

Dahlan, M. D. (1982). Ciri-ciri Kepribadian Siswa SPG Negeri di Jawa Barat Dikaitkan dengan Sikapnya Terhadap Jabatan Guru. Disertasi pada PPS IKIP Bandung: Tidak Diterbitkan.

Desmita. (2010). Psikologi Perkkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Friedman, H. S. & Miriam W. S. (2006). Kepribadian Teori Klasik dan Riset

Modern. Jakarta : Erlangga

Hall, S. & Lindzey, G. (1993). Teori-Teori Holistik (Organismik-Fenomenologis). Penerjemah Yustinus. Yogyakarta : Kanisius

Hurlock, E. (1998). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan sepanjang rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Juswantini, L. (2008). Perbedaan Tingkat Stres Berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Pada Wanita Lajang. Skripsi Universitas Gunadarma: Tidak diterbitkan.

Lazarus, R.S. (1976). Pattern Of Adjusment: Third Edition. New York: McGraw-Hill

Lazarus, R.S. dan Folkman, S. (1984). Stres, Appraisal, and Coping. New York: Springer Publishing Company.

Matheny, B. & McCharty, C. J. (2001). Prescriftion for Stress. USA: New Harbinger Publications Incorporated.

(46)

86

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik

Murni, Asfia. (1994). Sikap Siswa Terhadap Wiraswasta Ditelaah dari Pemahaman dan Kepribadiannya (Suatu Studi dalam Rangka Mempersiapkan Siswa SMA untuk Berwiraswasta Melalui Bimbingan Karir). Tesis pada PPS IKIP Bandung: Tidak Diterbitkan.

Newstrom, J.W. & Davis, K. (1997). Organnizational behavior, human, behavior at work. Nint Edition, New York, McGraw-Hill, Inc.

Nugroho. (2010). Bukan Semata Menyingkat Studi. (Online). Tersedia di: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/05/17/109761/Buk an-Semata-Menyingkat-Studi

Nurdini, K. (2009). Efektivitas Konseling Kognitif Perilaku untuk Mengelola Stres Akademik Siswa SMK. Skripsi FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Priyatno, D. (2009). 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Raharjo, Y. (2007) Faktor-faktor Penyebab Sress Pada Siswa SMA (Studi Deskriftif pada Siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandung Tahun ajaran 2006/2007). Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung: Tidak diterbaitkan

Ross, R, R. & Almaier, E.,M. (1994) Intervention in occupational stress. London: Sage Publication Ltd.

Sarafino, E. P. (1998). Health psychology: Biopsychosocial interaction (3rd ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc

Sarafino, E. P., & Ewing, M. (1999). “The hassles assessment scale for students in collage: Measuring the frequency and unpleasantness of and dwelling on stressful events”. Journal of American College Health, 48, (2), 75-83. Setyadi, A.I. (20 Maret 2009). Teori Kepribadian Murray. [Online].

Tersedia:http://74.125.153.132/search?q=cache:rHgjZVoF3ZQJ:ariefima setyadi.wordpress.com/2009/03/20/teori-kepribadian

murray/+teori+henry+murray&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id [25 Maret 2010].

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo. Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia.

(47)

87

Helmi Rahmat, 2013

Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung : Penerbit Tarsito

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta CV

Sukardi, D.K. (1993). Analisis Inventori Minat dan Kepribadian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Taylor, S.E. (1999). Health psychology (4thed.). United States of America: McGraw-Hill.

Taylor, S.E, et.al. (2009). Psikologi Sosial, Edisi Keduabelas. Jakarta: Prenada Media Group.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI. (2009). Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Utami, D. S. (2009). Hubungan Antara Kepribadian Concientionusness dengan Stres Kerja Pada Karyawan. Skripsi Prodi Psikologi Fakutas Psikologi dan Ilmu Sosia Budaya UII Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

Yudha, E, S (2006).Pengembangan Program Bimbingan Berbasis Neuro Linguistik Programming untuk Menanggulangi Kejenuhan Belajar Siswa SMA. Laporan PKM Penelitian PPB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan

Yusuf, S. (2004). Mental Hegiene (Pengembangan Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi dan Agama). Bandung : Pustaka Bani Quraisy.

Yusuf, S & Nurikhsan. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. & Nurikhsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wahyuningsing, W. (2011). Stres Akademik dan Strategi Pengelolaannya Terhadap Siswa SMP Program Akselerasi dan Reguler. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI. Tidak Diterbitkan

Widiastuti, D.Z. (2011). Hubungan antara Kepribadian Hardiness dengan Burnout pada Guru Sekolah Dasar. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

Gambar

Grafik 4.1 Gambaran Umum Profil Kepribadian Peserta Didik
Tabel Spesifikasi Instrumen Penelitian Setelah Uji Coba
Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen
+6

Referensi

Dokumen terkait

virus Seoul asal Semarang mengelompok menjadi satu, hal tersebut menunjukkan bahwa kelima isolat asal Semarang mempunyai kekerabatan yang lebih dekat dan homologi yang lebih tinggi

Klausula di dalam kredit tersebut merupakan salah satu bentuk dari klausula baku. Sebagaimana telah dijelaskan, keberadaan klausula baku seringkali memberatkan pihak

Apabila hasil dari perubahan laba dan arus kas mengalami peningkatan, maka akan berpengaruh terhadap return saham sehingga akan menarik minat para investor untuk

Filsafat Islam adalah hasil pemikiran para filsuf tentang ketuhanan, kenabian, manusia dan alam yang disinari ajaran agama Islam dalam suatu

Rencana Strategis Universitas Pembangunan Jaya 2020-2025 vii Semoga keinginan UPJ sesuai Visi, Misi, Tujuan dan Sasarannya, yaitu menjadi institusi pendidikan yang

Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan bercerita di depan kelas, bahkan dalam satu pertemuan

Hasil penelitian berkaitan dengan kemampuan menafsirkan menunjukan bahwa secara keseluruhan rata-rata kemampuan mahasiswa dalam menafsirkan periodisasi Sejarah Gereja Umum berpusat

5 Dana program Publikasi Ilmiah/Penerbitan pada tahun 2018 ini dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui Daftar Isian Pelaksanaan