• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR KERING KELAPA SAWIT TERHADAP PERBAIKAN SIFAT KIMIA TANAH SERTA PENGARUHNYA TERHADAP SERAPAN HARA DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata Sturt) PADA ULTISOL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR KERING KELAPA SAWIT TERHADAP PERBAIKAN SIFAT KIMIA TANAH SERTA PENGARUHNYA TERHADAP SERAPAN HARA DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata Sturt) PADA ULTISOL."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR KERING KELAPA SAWIT TERHADAP PERBAIKAN SIFAT KIMIA TANAH SERTA PENGARUHNYA TERHADAP SERAPAN HARA DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata Sturt) PADA

ULTISOL

FALMA SARI 07113012

TANAH

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

ABSTRAK ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Tanah Masam dan Permasalahannya ... 5

2.2 Limbah Lumpur Kering Kelapa Sawit ... 6

2.3 Peranan Bahan Organik dan Pengaruhmya Terhadap Pertumbuhan Tanaman jagung ... 8

2.4 Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt) ... 10

III. BAHAN DAN METODE ... 12

3.1 Waktu dan Tempat ... 12

3.2 Bahan dan Alat ... 12

3.3 Metode Percobaan ... 12

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 13

3.5 Pengamatan ... 15

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

RINGKASAN ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(3)

v

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR KERING KELAPA SAWIT TERHADAP PERBAIKAN SIFAT KIMIA TANAH SERTA PENGARUHNYA TERHADAP SERAPAN HARA DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata Sturt) PADA

ULTISOL

ABSTRAK

(4)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah sebagai sumber daya alam sangat penting artinya dalam menyediakan

sebahagian besar kebutuhan hidup manusia, terutama pangan. Sementara itu

adanya alih fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian menyebabkan lahan

subur semakin berkurang, akibatnya tersisa lahan tidur atau lahan yang

mempunyai tingkat kesuburan yang rendah dan mempunyai banyak faktor

pembatas (lahan marjinal). Lahan marjinal yang ada di Indonesia antara lain ordo

Oxisol, ordo Ultisol, dan Ordo Histosol. Menurut Radjagukguk (1983) Ultisol

merupakan tanah marginal yang paling luas penyebarannya di Indonesia yaitu

sekitar 45,8 juta ha yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian

Jaya (Subagyo et al, 2000). Diantaranya 1,023 juta hektar lahan tersebut terdapat

di Sumatera Barat, atau sekitar 6,1 % dari seluruh tanah Ultisol di Indonesia (LPT,

1979).

Secara alami Ultisol tergolong berkesuburan rendah dan memiliki berbagai

masalah keharaan yang rendah pula. Kemasaman tanah dan kadar Aluminium

(Al) yang tinggi merupakan masalah utama, sedangkan hara N-total, P-tersedia

dan K-dd yang rendah merupakan masalah berikutnya yang merupakan masalah

faktor pembatas bagi usaha pertanian (Hakim, 1982).

Sifat kimia Ultisol yang mengganggu pertumbuhan tanaman adalah pH

yang rendah (masam) yaitu sekitar 4,9; kejenuhan Al yang tinggi yaitu sebesar

42%, bahan organik yang rendah yaitu sebesar 1,15 %; kandungan hara yang

rendah yaitu nitrogen (N) sebesar 0,14 % dan fosfor (P) sebesar 5,80 ppm;

kejenuhan basa (KB) yang rendah sebesar 29 % dan kapasitas tukar kation (KTK)

yang juga rendah yaitu sebesar 12,6 me/100g (Sinukaban, 1982). Selanjutnya

Soepardi (1983) juga menyatakan bahwa rendahnya kadar bahan organik pada

Ultisol disebabkan oleh pengaruh suhu, curah hujan serta kemiringan yang relatif

tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan penambahan bahan organik pada Ultisol.

Indonesia saat ini adalah produsen Crude Palm Oil (CPO) terbesar di

dunia dan memiliki lahan sawit terluas di dunia. Pada saat ini perkembangan

(5)

2

tahun 1980 sebesar 290 ribu ha dan terus meningkat mencapai 5.9 juta ha pada

tahun 2006, pada tahun 2007 menurut Dirjenbun, Deptan, mencapai 6,6 juta ha

dan produksi CPO pada tahun tersebut mencapai 17.3 juta ton (Afrizal,2007).

Data tahun 2010 menunjukkan, luas perkebunan meningkat lagi mendekati 8,0

juta ha; luas area dan produksi diperkirakan akan terus meningkat mengingat saat

ini gencar dilakukan pembukaan lahan-lahan sawit baru, terutama di pulau

Sumatera, Kalimantan dan Papua.

Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan

industri kelapa sawit. Mempunyai dampak positif dan dampak negatif bagi

masyarakat. Dampak positif yaitu meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan

masyarakat meningkat, sedangkan dampak negatif yaitu menimbulkan limbah

yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik.

Secara umum limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga bentuk yaitu

padat, cair dan gas. Limbah padat pabrik kelapa sawit dikelompokkan menjadi

dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dan yang berasal dari proses

basis pengolahan limbah cair (Utomo dan Widjaja, 2004).

Menurut Sutardi cit Batubara et al. (2003) dalam tiap ha kebun kelapa

sawit dapat menghasilkan sebanyak 10-15 ton tandan buah sawit segar (TBS) dan

jika diolah maka tiap ton TBS dapat menghasilkan tiga jenis limbah yaitu 45-46%

bungkil inti sawit, 12% sabut sawit, dan 2% lumpur sawit. Jumlah produksi

lumpur sawit sangat tergantung pada jumlah buah sawit yang diolah. Menurut

Devendra (1977) lumpur sawit (setara kering multak) akan dihasilkan sebanyak

2% dari tandan buah segar atau sekitar 10% dari minyak sawit kasar yang

dihasilkan. Lumpur sawit adalah larutan buangan yang dihasilkan selama proses

pemanasan minyak mentah sawit. Bahan ini merupakan emulsi mengandung

sekitar 20% padatan 0,5 - 1 % sisa minyak dan sekitar 78 - 79% air (Devendra,

1977).

Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak

negatif yang ditimbulkan oleh limbah ini adalah dengan cara memanfaatkan

limbah tersebut, salah satunya yaitu limbah lumpur kering kelapa sawit yang

(6)

3

Menurut Hakim et al. (1986) bahan organik merupakan bahan yang

penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik dari segi fisika, kimia, maupun

biologi tanah. Bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme

tanah. Dalam memainkan peran tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh

sumber bahan organik itu sendiri. Salah satu sumber bahan organik yang dapat

dimanfaatkan yaitu limbah lumpur kering kelapa sawit. Friska (2008)

menyatakan bahwa limbah lumpur kering kelapa sawit merupakan limbah dari

proses pengolahan kelapa sawit yang masih banyak unsur hara yang sangat

dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman dengan nisbah C/N sebesar 6,45. Tanah

yang diberikan limbah lumpur kering memiliki kandungan N, P, K, dan C-organik

yang tinggi dibandingkan dengan tanah yang hanya diberikan pupuk anorganik

saja, hal ini terlihat dengan terjadinya peningkatan N-total tanah sebesar 0,75%;

P-tersedia meningkat sebesar 3,1 ppm; K-dd 0,76 me/100g dan peningkatan

C-organik tanah sebesar 4,53% dibandingkan dengan tanah tanpa pemberian

limbah sludge. Menurut Siregar (2003) pemberian sludge kelapa sawit dengan

dosis 17 ton/ha mampu memberikan produksi kacang hijau tertinggi yaitu sebesar

1,63 ton/ha.

Sejalan dengan itu akhir-akhir ini permintaan pasar terhadap jagung manis

(Zea mays Saccharata Sturt) semakin meningkat seiring dengan munculnya

swalayan-swalayan yang senantiasa membutuhkannya dalam jumlah yang cukup

besar. Kebutuhan pasar yang meningkat dan harga yang tinggi merupakan faktor

yang dapat mendorong petani untuk dapat mengembangkan usaha pertanian

jagung manis ini. Harga jagung manis mencapai 3000 rupiah/tongkol, sedangkan

harga jagung biasa 2000 rupiah/ tongkol. Rata-rata produksi jagung nasional 16

juta ton/tahun. Indonesia khususnya Sumatera Barat memiliki keuntungan dalam

usaha pertanian ini yaitu letaknya yang berada di daerah tropis memberi

kesempatan hampir semua jenis tanaman untuk tumbuh dengan baik. Jagung jenis

ini banyak disukai oleh masyarakat karena memiliki rasa yang sangat manis dan

berbeda dengan jagung-jagung lainnya. Selain itu masa produksinya (umur

panen) juga singkat yaitu 70-80 hari sehingga sangat menguntungkan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan agar tanaman jagung manis dapat

(7)

4

tersebut. Usaha yang bisa dilakukan antara lain dengan penambahan bahan

organik berupa limbah lumpur kering kelapa sawit ke dalam tanah.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pemanfaatan Limbah Lumpur Kering Kelapa Sawit Terhadap Perbaikan Sifat Kimia Tanah Serta Pengaruhnya Terhadap Serapan Hara Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt) Pada Ultisol”

1.2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mempelajari pengaruh pemanfaatan limbah lumpur kering kelapa sawit

terhadap perbaikan beberapa sifat kimia tanah dan serapan hara N, P, K

serta hasil tanaman jagung manis (Zea mays Saccharata Sturt).

2. Menentukan takaran limbah lumpur kering kelapa sawit yang tepat

Referensi

Dokumen terkait

Data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari skor hasil Pengaruh Pendekatan Hypno Heart Teaching dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa

Penelitian ini membahas tentang pengaruh edukasi, sosialisasi, dan himbauan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan di KPP

Pada penelitian ini, metode Adaptive Neuro fuzzy inference system (ANFIS ) yang merupakan gabungan jaringan syaraf tiruan dan teori fuzzy diterapkan untuk

Puji dan syukur kepada tuhan yang maha esa, tuhan yesus kristus dan roh kudus yang telah memberikan rahmat dan berkat-nya hingga selesainya tugas akhir ini dengan

Sedangkan pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponen mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai

dapat dilihat pada Tabel 3.Jika 75% siswa telah tuntas KKM, maka modul dapat dikatakan efektif. Hal ini menunjukkan bahwa prototipe II layak dan efektif digunakan

PKuM yang telah diselenggarakan meliputi PKuM rintisan yaitu PKuM yang dilaksanakan di Dea Gemawang, Kab. Semarang, dan dua PKuM pengembangan yang dilaksanakan di Desa

The aim of this research is to identify the most common speech acts used in disharmonic condition in “The Young Victoria” movie based on Searle’s Speech Acts