• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN CITRA DIRI (SELF-IMAGE) DENGAN PERILAKU PERAWATAN WAJAH YANG DILAKUKAN PRIA DI KLINIK SKIN CARE KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN CITRA DIRI (SELF-IMAGE) DENGAN PERILAKU PERAWATAN WAJAH YANG DILAKUKAN PRIA DI KLINIK SKIN CARE KOTA BANDUNG."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN CITRA DIRI (SELF-IMAGE) DENGAN PERILAKU PERAWATAN WAJAH YANG DILAKUKAN PRIA

DI KLINIK SKIN CARE KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Pada Jurusan Psikologi

Disusun oleh:

PIPIT YULIANI

0901396

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Hubungan Citra Diri (Self-Image) Dengan Perilaku Perawatan Wajah Yang Dilakukan

Pria Di Klinik Skin Care Kota Bandung

Oleh Pipit Yuliani

0901396

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Pipit Yuliani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Pipit Yuliani. 0901396. Hubungan Citra Diri (Self-Image) dengan Perilaku Perawatan Wajah yang Dilakukan Pria di Klinik Skin Care Kota Bandung.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan citra diri dengan perilaku perawatan wajah yang dilakukan pria di klinik skin care kota Bandung. Citra diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar yang mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, potensi tubuh, serta penampilan yang merupakan citra diri yang terpancar pada diri seseorang. Subyek dalam penelitian ini adalah pria yang melakukan perawatan wajah di salah satu klinik skin care kota Bandung yaitu Klinik Skin Care Auraku. Subyek penelitian diambil menggunakan teknik kuota sampling karena jumlah populasi penelitian yang tidak jelas. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan menggunakan skala citra diri dan skala perilaku perawatan wajah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara citra diri dengan perilaku perawatan wajah yang dilakukan pria di klinik skin care dengan koefisien korelasi sebesar 0,415 dengan tingkat hubungan antara kedua variabel yang tergolong sedang. Hubungan antara kedua variabel yang menunjukkan angka positif menunjukkan bahwa jika citra diri seseorang semakin tinggi, maka perilaku perawatan wajahnya cenderung tinggi juga.

(6)

ABSTRACT

Pipit Yuliani. 0901396. Relation of Self-Image with The Behavior of Facial Treatments Made Man in Bandung City Skin Care Clinic.

This research is correlational quantitative research that aims to find out the relation of self-image with the behavior of the face care in doing the guy in Bandung city skin care clinic. Self-image is the attitude of a person towards his consciously includes perception and feelings about the measure, form, function, the potential of the body, as well as the appearance of a self-image which radiates on a person. The subjects in this study is the guy who does facials at one clinic skin care namely Bandung Auraku Skin Care Clinic. The subjects of the research are taken using the quota sampling technique because it populations research that is not clear. Method of collecting data using questionnaires using scale scale self-image and behavior of facial treatments. The results of research is gained that there is a relationship between self-image and behavior facials done man in skin care clinic with a correlation coefficient of 0,415 with a degree of relationship

between two variables that showed positive figures indicate that if a person’s self -image the higher, then the behavior treatment high tend to his face as we

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 6

A. Kajian Pustaka ... 6

1. CITRA DIRI (Self-Image) ... 6

a. Pengertian Citra Diri ... 6

b. Aspek-Aspek Pembentuk Citra Diri ... 10

c. Sumber-Sumber Citra Diri... 12

d. Peranan Citra Diri ... 12

2. PERILAKU ... 13

a. Pengertian Perilaku ... 13

b. Proses Terjadinya Perilaku ... 15

c. Domain Perilaku ... 15

d. Klasifikasi Perilaku ... 16

e. Pengukuran Perilaku ... 17

f. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Pembentukkan Perilaku .. 17

g. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku... 18

3. PERILAKU PERAWATAN WAJAH ... 19

B. Kerangka Pemikiran ... 19

C. Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III METODE PENELITIAN... 21

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 21

B. Metode Penelitian ... 21

C. Variabel dan Definisi Operasional ... 22

1. Variabel Penelitian ... 22

2. Definisi Operasional ... 22

D. Instrumen Penelitian ... 25

E. Proses Pengembangan Instrumen... 29

(8)

G. Analisis Data ... 36

H. Tahapan Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 40

2. Gambaran Umum Citra Diri (Self-Image) Pria Yang Melakukan Perawatan Wajah Di Klinik Skin Care ... 41

3. Gambaran Umum Perilaku Perawatan Wajah Yang Dilakukan Pria Di Klinik Skin Care ... 43

4. Hubungan Citra Diri (Self-Image) dengan Perilaku Perawatan Wajah yang Dilakukan Pria Di Klinik Auraku Skin Care ... 45

5. Matriks Korelasi Variabel Citra Diri dan Perilaku Perawatan Wajah ... 47

B. Pembahasan ... 48

1. Gambaran Umum Citra Diri (Self-Image) Pria Yang Melakukan Perawatan Wajah Di Klinik Auraku Skin Care ... 48

2. Gambaran Umum Perilaku Perawatan Wajah Yang Dilakukan Pria Di Klinik Auraku Skin Care ... 49

3. Hubungan Citra Diri (Self-Image) dengan Perilaku Perawatan Wajah yang Dilakukan Pria Di Klinik Auraku Skin Care ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Kesimpulan ... 52

B. Keterbatasan Penelitian dan Saran ... 53

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skala Citra Diri (Self-Image) ... 23

Tabel 3.2 Blue Print Skala Perilaku ... 24

Tabel 3.3 Skoring Skala Citra Diri dan Perilaku ... 25

Tabel 3.4 Rumusan Tiga Kategori Skala Citra Diri (Self-Image) ... 26

Tabel 3.5 Kategorisasi Skala Citra Diri (Self-Image)... 26

Tabel 3.6 Kategorisasi Skala Citra Diri (Self-Image) Dimensi Perceptual Component ... 26

Tabel 3.7 Kategorisasi Skala Citra Diri (Self-Image) Dimensi Conceptual Component ... 27

Tabel 3.8 Kategorisasi Skala Citra Diri (Self-Image) Dimensi Attitudional Component ... 27

Tabel 3.9 Rumusan Tiga Kategori Skala Perilaku Perawatan Wajah ... 27

Tabel 3.10 Kategorisasi Skala Perilaku Perawatan Wajah ... 28

Tabel 3.11 Kategorisasi Skala Perilaku Perawatan Wajah Dimensi Awareness... 28

Tabel 3.12 Kategorisasi Skala Perilaku Perawatan Wajah Dimensi Interest ... 28

Tabel 3.13 Kategorisasi Skala Perilaku Perawatan Wajah Dimensi Evaluation ... 29

Tabel 3.14 Kategorisasi Skala Perilaku Perawatan Wajah Dimensi Trial ... 29

Tabel 3.15 Kategorisasi Skala Perilaku Perawatan Wajah Dimensi Adaptation ... 29

Tabel 3.16 Tabel Analisis Item Instrumen Citra Diri ... 31

Tabel 3.17 Tabel Analisis Item Instrumen Perilaku Perawatan Wajah ... 32

Tabel 3.18 Reliabilitas Instrumen Citra Diri ... 33

Tabel 3.19 Kriteria Reliabilitas ... 34

Tabel 3.20 Reliabilitas Instrumen Perilaku Perawatan Wajah ... 34

(10)

Tabel 3.22 Tabel Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 37

Tabel 3.23 Uji Kelinieran ... 37

Tabel 3.24 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ... 38

Tabel 3.25 Kriteria Signifikansi Variabel ... 39

Tabel 4.1 Kategorisasi Citra Diri (Self-Image) ... 41

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Citra Diri (Self-Image) ... 41

Tabel 4.3 Kategorisasi Dimensi Perceptual Component ... 42

Tabel 4.4 Kategorisasi Dimensi Conceptual Component ... 42

Tabel 4.5 Kategorisasi Dimensi Attitudional Component ... 42

Tabel 4.6 Kategorisasi Perilaku Perawatan Wajah ... 43

Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Perilaku Perawatan Wajah ... 43

Tabel 4.8 Kategorisasi Dimensi Awareness ... 44

Tabel 4.9 Kategorisasi Dimensi Interest ... 44

Tabel 4.10 Kategorisasi Dimensi Evaluation ... 44

Tabel 4.11 Kategorisasi Dimensi Trial ... 44

Tabel 4.12 Kategorisasi Dimensi Adaptation... 45

Tabel 4.13 Korelasi Variabel Citra Diri (Self-Image) Terhadap Perilaku Perawatan Wajah ... 46

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Citra diri merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan siapa diri

kita sebenarnya. Citra diri seseorang terbentuk dari perjalanan pengalaman

masa lalu, keberhasilan dan kegagalan, pengetahuan yang dimilikinya, dan

bagaimana orang lain telah menilainya secara obyektif. Kita sering melihat

diri kita seperti orang lain melihat kita.

Menurut Stuart (1995), citra diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya

secara sadar, sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran,

bentuk, fungsi, penampilan, potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang

berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman yang baru. Apalagi citra

diri sendiri sangat dipengaruhi oleh performa individu itu sendiri. Sementara

citra diri memengaruhi perilaku dan perilaku memengaruhi performa

(Mangkuprawira, 2008)

Penampilan seseorang adalah citra fisik, yang biasanya dilihat adalah

tinggi rendahnya orang itu, warna kulitnya, parasnya cantik dan tampan,

gemuk kurus, pakaiannya rapi lusuh dan lain sebagainya. Citra fisik ini paling

mudah dikenali karena nampak pada permukaan luar diri kita (Hartono,

2010). Penampilan adalah suatu bentuk citra diri yang terpancar pada diri

seseorang dan merupakan sarana komunikasi diri dengan orang lain. Menurut

Annong Fitriana, penampilan adalah pembentukkan diri seseorang baik secara

fisik maupun kepribadian yang baik sehingga dapat menimbulkan daya tarik

bagi orang yang memandangnya (Fitriana, 2012).

Pada awalnya penampilan hanya menjadi perhatian wanita. Perasaan ingin

selalu tampil cantik dan menarik menjadi kepribadian wanita. Namun, seiring

dengan berjalannya waktu tampak pria juga menjadi peduli pada

(13)

2

facial, menggunakan pembersih wajah, pelembab, spa bahkan sampai ada

yang merawat kukunya. Penampilan berbusana dan kulit yang bersih dan rapi

merupakan penunjang seorang pria untuk terlihat menarik dan nyaman.

Berbagai macam produk perawatan wajah khusus pria pun mulai beredar di

pasaran yang mulai memengaruhi persepsi para pria. Hal ini guna menunjang

penampilan pria yang juga ingin terlihat menawan (Hanifah, 2012).

Umumnya banyak pria yang tidak terlalu memperdulikan penampilan

wajahnya. Tapi tidak semua pria begitu, ada juga beberapa kelompok pria

yang memiliki keyakinan bahwa penampilan wajah sangat penting karena

wajah merupakan salah satu bagian tubuh yang dinilai menjadi kesan pertama

pada orang lain dalam menilai karakter individu tersebut. Maka penampilan

dan wajah yang bersih serta sehat menjadi cermin penghargaan pada diri

sendiri dan orang lain.

Apalagi zaman sekarang sudah banyak bermunculan klinik-klinik

perawatan kulit khususnya perawatan wajah yang menawarkan banyak sekali

produk yang menunjang penampilan seseorang seperti Auraku Skin Care,

Natasha Skin Care, Klinik Tabita, Erha Clinic Skin Treatment, LBC, Calista

Skin and Body Care dan klinik-klinik kecantikan yang ada di rumah sakit.

Dulu klinik perawatan atau klinik kecantikan identik dengan kaum hawa,

namun sekarang pria juga mendatangi klinik kecantikan atau salon-salon

kecantikan di mana mereka melakukan perawatan di sana.

Masalah kulit merupakan fakta dalam kehidupan yang memengaruhi

kepercayaan diri seseorang. Kulit wajah yang tidak sedap dipandang, akan

menimbulkan rasa percaya diri yang kurang (Tn, 2012). Secara kultural,

perawatan identik dengan kaum hawa meskipun zaman sekarang tidak bisa

dipungkiri lagi kaum pria juga melakukannya. Zaman sekarang kita bisa

melihat para pria mengunjungi klinik skin care untuk melakukan perawatan

wajah meskipun masih tergolong kaum minoritas karena memang didominasi

oleh kaum hawa yang kemudian menjadi keunikan sendiri ketika para pria

(14)

3

tersebut memang sangat memerhatikan penampilan demi menyempurnakan

citra dirinya.

Selain itu, pria juga membutuhkan berbagai produk perawatan kulit yang

bisa menjaga kesehatan kulit mereka, terutama wajah, seperti yang rutin

dilakukan para perempuan. Menurut artis Jonas Rivano dalam acara

peluncuran produk pembersih muka, penampilan pria merupakan salah satu

kunci sukses di segala bidang karena pria merasa penampilannya sempurna

yang berpengaruh pada kepercayaan diri pria yang meningkat. Apalagi

sekarang banyak jumlah wanita yang bekerja sehingga secara tidak langsung

pria dituntut untuk menjaga penampilannya seperti wanita. Proporsi pekerja

kantor yang terus bertambah juga membuat pria dituntut untuk memiliki

penampilan yang menarik. Menurut dr. Samuel Lucas, SpKK dalam acara

yang sama, pria mulai menyadari kulit pria perlu dirawat agar tetap sehat dan

bersih dan kini banyak pria yang merawatnya lebih cermat sampai pergi ke

dokter kulit (Tn, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Norwegian Institute of Public Health pada

tahun 2010 dengan sampel 4000 remaja usia 18 atau 19 tahun juga bisa

menguatkan paparan di atas yang mengungkapkan bahwa ada sekitar 14%

remaja memiliki jerawat yang parah di wajahnya. Hampir 25% dari remaja

dengan jerawat parah mengatakan memiliki pemikiran untuk bunuh diri. Dr

Jon A. Halvorsen, MD, dari Universitas Oslo, Norwegia, mengungkapkan

bahwa kasus ini lebih banyak dialami oleh remaja laki-laki dibandingkan

dengan remaja perempuan, karena remaja perempuan dinilai lebih rajin

merawat wajah sehingga jerawatnya tidak terlalu parah (Tn, 2012).

Mungkin, bagi para pria, perawatan kulit adalah hal yang terakhir yang

mereka pikirkan, tetapi kenyataannya kulit adalah hal pertama yang orang

lihat dan first impression mereka adalah hal yang terpenting. Pria biasa

menyebut perawatan wajah sebagai membersihkan diri karena mereka ingin

memiliki wajah yang bersih serta tampil lebih baik. pria pun ingin terlihat

lebih baik di tempat kerja dan di hadapan lawan jenisnya. Selain itu,

(15)

4

Penampilan adalah salah satu faktor yang penting dalam kesuksesan

seseorang. Penampilan yang baik akan menampilkan kesan yang baik pula.

Apa yang kita lihat dari seseorang, itulah citra diri seseorang, suatu

gambaran mengenai bentuk fisik seseorang termasuk penampilannya, dan

juga mengenai kepribadiannya. Penampilan yang baik bisa didapatkan

melalui perawatan-perawatan yang dilakukan oleh seseorang.

Adapun penelitian-penelitian yang berhubungan dengan citra diri

diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Christiana (2009). Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar remaja memiliki aspek

pembentuk citra diri yaitu tindakan (selain aspek kesadaran, penerimaan, dan

sikap) yang tinggi di mana remaja melakukan usaha untuk mengembangkan

potensi diri mereka dalam hal fisik.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Maria (2009). Hasil analisis penelitian

menggambarkan adanya citra diri perempuan sebagai pengaruh dari adanya

globalisasi khususnya media merupakan salah satu unsur dalam

pembentukkan identitas diri perempuan tersebut sehingga memiliki eksistensi

dalam lingkungan sosialnya, pemutih wajah merupakan salah satu bentuk

aktivitas perempuan dalam membentuk citra diri berupa citra kecantikan,

selain citra diri juga terbentuk gaya hidup, kelas sosial, feminitas. Penelitian

ini juga menunjukkan minat mahasiswi program diploma III Fakultas

Ekonomi Universitas Sriwijaya terhadap pemutih wajah yang dilatar

belakangi untuk kebutuhan pribadi seperti menambah percaya diri,

menghilangkan jerawat, flek hitam, komedo.

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui hubungan citra diri dengan

perilaku perawatan wajah yang dilakukan pria di klinik skin care karena

melihat fenomena sekarang yang menunjukkan semakin banyaknya pria yang

peduli terhadap kesehatan kulit wajahnya yang sampai-sampai melakukan

perawatan wajah di salon ataupun klinik kecantikan yang pada umumnya

(16)

5

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Masalah yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah bagaimana

hubungan antara citra diri dengan perilaku perawatan wajah yang dilakukan

pria di klinik skin care kota Bandung. Seperti yang telah dipaparkan dalam

latar belakang masalah, pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana gambaran umum citra diri (self-image) pria yang melakukan

perawatan wajah di klinik skin care kota Bandung?

2. Bagaimana perilaku perawatan wajah yang dilakukan pria di klinik skin

care kota Bandung?

3. Apakah terdapat hubungan antara citra diri (self-lmage) dengan perilaku

perawatan wajah yang dilakukan pria di klinik skin care kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini di antaranya:

1. Untuk mengetahui gambaran umum citra diri (self-image) pria yang

melakukan perawatan wajah di klinik skin care kota Bandung.

2. Untuk mengetahui gambaran umum perilaku perawatan wajah yang

dilakukan pria di klinik skin care kota Bandung.

3. Untuk mengetahui hubungan citra diri (self-image) dengan perilaku

perawatan wajah yang dilakukan pria di klinik skin care kota Bandung

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bersifat teoritis

maupun praktis.

1. Manfaat teoritis yang diharapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Dapat menambah pengetahuan mengenai hubungan antara citra diri

dengan perilaku perawatan wajah yang dilakukan pria yang di klinik skin

(17)

6

2. Manfaat praktis yang diharapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

 Bagi peneliti, dengan penelitian ini dapat menambah pemahaman tentang hubungan antara citra diri dengan perilaku perawatan wajah

yang dilakukan pria yang di klinik skin care kota Bandung.

 Bagi subyek / responden, dapat mengetahui aspek atau faktor-faktor

yang berperan dalam pembentukkan citra dirinya dari tingkah lakunya.

 Bagi produsen produk pria, produsen produk pria bisa memproduksi produk-produk untuk pria terutama dalam hal perawatan wajah karena

pria juga sangat membutuhkan itu.

 Bagi masyarakat, masyarakat dapat lebih mengetahui bahkan

memahami kebutuhan para pria dalam hal perawatan dan tujuannya

(18)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Lokasi pada penelitian ini adalah salah satu klinik skin care yang berada di

kota Bandung yaitu Auraku Skin Care yang berkantor pusat di daerah Cimahi

serta salah satu cabang Auraku Skin Care di daerah Cipaganti.

Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan atau konsumen klinik skin

care yang berjenis kelamin laki-laki. Sampel penelitian diambil dari populasi

pelanggan atau konsumen pria yang melakukan perawatan wajah di klinik

Auraku Skin Care.

Karena jumlah populasi yang tidak jelas, maka dalam penelitian ini peneliti

melakukan pengambilan sampel dengan teknik nonprobability sampling dengan

teknik sampel menggunakan kuota sampling. Kuota sampling adalah teknik

untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu

sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2012: 85). Di sini peneliti

menetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang berjenis

kelamin laki-laki yang melakukan perawatan wajah di Auraku Skin Care yang

menyebar di dua cabang.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif sehingga data

penelitiannya berupa angka-angka dan datanya dianalisis dengan menggunakan

statistika (Sugiyono, 2012: 7).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasi. Penelitian dengan

(19)

29

tingkat kedekatan atau hubungan antara citra diri dengan perilaku perawatan

wajah.

C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 3).

Penelitian ini akan mengukur citra diri sebagai variabel independen dan

perilaku perawatan wajah sebagai variabel dependen.

2. Definisi Operasional a. Citra Diri (Self Image)

Citra diri adalah bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri,

bagaimana bayangan atau gambaran tentang diri seorang individu itu

sendiri mengenai dirinya (Jersild, 1961).

Komponen-komponen citra diri menurut Jersild (1961), diantaranya:

a. Perceptual Component

Komponen ini merupakan image yang dimiliki seseorang mengenai

penampilan dirinya, terutama tubuh dan ekspresi yang diberikan pada

orang lain. Tercakup di dalamnya adalah attractiviness, appropriatiness

yang berhubungan dengan daya tarik seseorang bagi orang lain. Hal ini

dapat dicontohkan oleh seseorang yang memiliki wajah cantik atau

tampan, sehingga seseorang tersebut disukai oleh orang lain. Komponen

ini disebut Physical Self Image.

b. Conceptual Component

Komponen ini merupakan konsepsi seseorang mengenai karakteristik

dirinya, misalnya kemampuan, kekurangan, dan keterbatasan dirinya.

(20)

30

c. Attitudional Component

Komponen ini merupakan pikiran dan perasaan seseorang mengenai

dirinya, status, dan pandangan terhadap orang lain. Komponen ini

disebut sebagai Social Self Image.

Tabel 3.1

Blue Print Skala Citra Diri (Self-Image)

No Dimensi Indikator Jumlah Item Jumlah

Favorable Unfavorable

1 Perceptual Component Penampilan fisik 5 6 11

Pakaian 2 2 4

2 Conceptual Component Kemampuan diri 1 1 2

Kekurangan diri 1 2 3

3 Attitudional Component Pandangan terhadap penilaian orang lain

1 1 2

Jumlah 10 12 22

b. Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku adalah semua kegiatan atau

aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat

diamati oleh pihak luar.

Rogers melakukan sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam individu terjadi proses

yang berurutan (Notoatmodjo, 2003), diantaranya:

a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu stimulus.

b. Interest (tertarik terhadap stimulus tersebut).

c. Evaluation (menimbang baik buruknya stimulus tersebut untuk dirinya).

d. Trial (dimana subjek mencoba sesuatu dengan apa yang

dikehendakinya).

e. Adaptation (dimana subjek berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

(21)

31

Tabel 3.2

Blue Print Skala Perilaku

No Dimensi Indikator Jumlah Item Jumlah

Favorable Unfavorable

1 Awareness  Menyadari adanya masalah di wajahnya

1 1 2

 Menyadari perlunya perawatan wajah yang lebih intensif

1 1 2

 Menyadari adanya berbagai klinik skin care.

1 1 2

2 Interest  Ketertarikan subjek untuk merawat wajahnya

1 1 2

 Ketertarikan subjek untuk mendatangi klinik skin care tersebut

1 1 2

3 Evaluation  Mencari informasi tentang perawatan wajah

3 3

 Mencari informasi berbagai klinik skin care

2 2

 Melakukan pertimbangan sebelum memutuskan untuk pergi ke klinik skin care

1 1

4 Trial  Mencoba berbagai macam produk 1 1

 Mencoba berbagai macam perawatan di salon

1 1

 Berpindah-pindah dari satu klinik skin care ke klinik skin care yang lain.

1 1 2

5 Adaptation  Membiasakan diri merawat wajah 1 1

 Membiasakan rutin melakukan pengobatan dan perawatan

1 1 2

 Membiasakan diri mengunjungi klinik skin care

1 2 3

Jumlah 16 10 26

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut

(22)

32

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skala mengenai

citra diri diukur menggunakan teori dari Jersild (1961) dengan menggunakan

skala Likert. Sedangkan skala mengenai perilaku khususnya mengenai perawatan

wajah diukur menggunakan teori perilaku dari penelitian yang dilakukan Rogers

(Notoatmodjo, 2003) yang juga menggunakan skala Likert dengan alternatif

jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat

Tidak Setuju).

Tabel 3.3

Skoring Skala Citra Diri dan Perilaku

No Pilihan Jawaban Nilai

Favorable Unfavorable

1 SS (Sangat Setuju) 4 1

2 S (Setuju) 3 2

4 TS (Tidak Setuju) 2 3

5 STS (Sangat Tidak Setuju) 1 4

a. Kategorisasi Skala Citra Diri (Self-Image)

Kategorisasi adalah menempatkan individu ke dalam kelompok yang

terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang

diukur. Kontinum jenjang ini dari rendah ke tinggi, dari paling jelek ke paling

baik, dan dari sangat tidak puas ke sangat puas, dan sebagainya.

Pengkategorisasian ini dibantu dengan menggunakan bantuan SPSS versi

19.0 untuk mengetahui besar mean serta standard deviation untuk

mempermudah perhitungan. Dari hasil SPSS didapat untuk skala citra diri

(self-image) ini:

(23)

33

Tabel 3.4

Rumusan Tiga Kategori Skala Citra Diri (Self-Image)

Rumus Kategori

X < (µ - 1,0 σ) Rendah

(µ - 1,0 σ) ≤ X < (µ + 1,0σ) Sedang

(µ + 1,0 σ) ≤ X Tinggi

Keterangan:

X = Skor subjek

µ = Mean (nilai rata-rata)

σ = Standard Deviation (Deviasi standar) sehingga diperoleh:

Tabel 3.5

Kategorisasi Skala Citra Diri (self-image)

Rumus Kategori

X < 28 Rendah

28 ≤ X < 35 Sedang

35 ≤ X Tinggi

Untuk lebih memperjelas kategorisasi skala citra diri, maka peneliti

memisahkan kategorisasi skala tersebut berdasarkan dimensi-dimensinya

diantaranya:

- Kategorisasi skala citra diri dimensi perceptual component Tabel 3.6

Kategorisasi Skala Citra Diri (Self-Image) Dimensi Perceptual Component

Rentang Nilai Kategori

X < 20 Rendah

20 ≤ X < 26 Sedang

(24)

34

- Kategorisasi skala citra diri dimensi conceptual component Tabel 3.7

Kategorisasi Skala Citra Diri (Self-Image) Dimensi Conceptual Component

Rentang Nilai Kategori

X < 4 Rendah

4 ≤ X < 6 Sedang

6 ≤ X Tinggi

- Kategorisasi skala citra diri dimensi attitudional component Tabel 3.8

Kategorisasi Skala Citra Diri (Self-Image) Dimensi Attitudional Component

Rentang Nilai Kategori

X < 3 Rendah

3 ≤ X < 4 Sedang

4 ≤ X Tinggi

b. Kategorisasi Skala Perilaku Perawatan Wajah

Pengkategorisasian ini dibantu dengan menggunakan bantuan SPSS versi

19.0 untuk mengetahui besar mean serta standard deviation untuk

mempermudah perhitungan. Dari hasil SPSS didapat untuk skala perilaku

perawatan wajah ini:

µ = 53,64 ; σ = 3,989

Tabel 3.9

Rumusan Tiga Kategori Skala Perilaku Perawatan Wajah

Rumus Kategori

X < (µ - 1,0 σ) Rendah

(µ - 1,0 σ) ≤ X < (µ + 1,0σ) Sedang

(µ + 1,0 σ) ≤ X Tinggi

Keterangan:

X = Skor subjek

µ = Mean (nilai rata-rata)

(25)

35

sehingga diperoleh:

Tabel 3.10

Kategorisasi Skala Perilaku Perawatan Wajah

Rumus Kategori

X < 50 Rendah

50 ≤ X < 58 Sedang

58 ≤ X Tinggi

Untuk lebih memperjelas kategorisasi skala perilaku perawatan wajah,

maka peneliti memisahkan kategorisasi skala tersebut berdasarkan

dimensi-dimensinya diantaranya:

- Kategorisasi skala perilaku perawatan wajah dimensi awareness Tabel 3.11

Kategorisasi Skala Perilaku Perawatan Wajah Dimensi Awareness

Rentang Nilai Kategori

X < 7 Rendah

7 ≤ X < 9 Sedang

9 ≤ X Tinggi

- Kategorisasi skala perilaku perawatan wajah dimensi interest Tabel 3.12

Kategorisasi Skala Perilaku Perawatan Wajah Dimensi Interest

Rentang Nilai Kategori

X < 10 Rendah

10 ≤ X < 13 Sedang

(26)

36

- Kategorisasi skala perilaku perawatan wajah dimensi evaluation Tabel 3.13

Kategorisasi Skala Perilaku Perawatan Wajah Dimensi Evaluation

Rentang Nilai Kategori

X < 14 Rendah

14 ≤ X < 16 Sedang

16 ≤ X Tinggi

- Kategorisasi skala perilaku perawatan wajah dimensi trial Tabel 3.14

Kategorisasi Skala Perilaku Perawatan Wajah Dimensi Trial

Rentang Nilai Kategori

X < 7 Rendah

7 ≤ X < 9 Sedang

9 ≤ X Tinggi

- Kategorisasi skala perilaku perawatan wajah dimensi adaptation Tabel 3.15

Kategorisasi Skala Perilaku Perawatan Wajah Dimensi Adaptation

Rentang Nilai Kategori

X < 10 Rendah

10 ≤ X < 13 Sedang

13 ≤ X Tinggi

E. Proses Pengembangan Instrumen

1. Validitas Isi

Validitas sebuah instrumen digunakan untuk mengetahui sejauhmana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya.

Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang

(27)

37

hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut

(Azwar, 2010: 5-6).

Dalam penelitian ini, uji validitas instrumen dilakukan dengan menguji

validitas isi dimana uji validitas ini dilakukan oleh professional judgement

yaitu dosen Jurusan Psikologi UPI Bandung yang di dalamnya dilakukan

analisis item yang telah disusun peneliti untuk dilihat pernyataan-pernyataan

mana saja yang cocok dengan indikator ataupun item yang harus diganti atau

bahkan dibuang.

2. Uji Coba Instrumen

Di dalam penelitian, instrumen harus memenuhi kriteria valid dan reliabel

sebagai persyaratan penting karena untuk menghasilkan data yang baik demi

menentukan mutu hasil penelitian. Sebelum digunakan, instrumen dalam

penelitian ini akan diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji coba

instrumen ini dilakukan kepada 40 subyek yang diharapkan dapat mewakili

topik permasalahan yaitu kepada pria yang melakukan perawatan wajah di

klinik skin care.

Hasil uji coba dianalisis menggunakan bantuan software SPSS Versi 19.0

untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. Hasilnya menunjukkan

bahwa jumlah item instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30

butir item yang terdiri dari 11 butir item pada instrumen citra diri dan 19 butir

item pada instrumen perilaku perawatan wajah.

3. Analisis Item

- Analisis Item Instrumen Citra Diri

Dengan melihat Corrected Item-Total Correlation. Corrected item-total

correlation adalah korelasi antara skor item dengan skor total dari sisa item

yang lainnya, jadi skor item yang dikorelasikan tidak termasuk di dalam

skor total (Ihsan, 2009: 68). Item yang dipilih menjadi item final adalah

item yang memiliki rix ≥ 0,30. Menurut Azwar (2010), sebagai kriteria

(28)

38

item yang memuaskan. Namun apabila item yang lolos masih tidak

mencukupi jumlah yang diinginkan, peneliti dapat mempertimbangkan

untuk menurunkan sedikit batas kriteria koefisien korelasi dari 0,30

menjadi 0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai.

Tabel 3.16

Tabel Analisis Item Instrumen Citra Diri

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Kelayakan

Item 1 56,7500 14,090 ,270 ,652 Tidak layak

Item 2 56,7750 14,281 ,156 ,660 Tidak layak

Item 3 56,8250 13,071 ,632 ,624 Layak

Item 4 56,8750 12,933 ,260 ,652 Tidak layak

Item 5 57,5000 12,615 ,474 ,624 Layak

Item 6 58,1000 15,579 -,240 ,705 Tidak layak

Item 7 56,7500 13,679 ,449 ,641 Layak

Item 8 56,8750 13,702 ,310 ,647 Layak

Item 9 57,0000 12,513 ,561 ,616 Layak

Item 10 56,9250 13,866 ,342 ,647 Layak

Item 11 56,8250 13,533 ,303 ,646 Layak

Item 12 56,8000 14,882 -,068 ,677 Tidak layak

Item 13 56,7250 13,640 ,413 ,641 Layak

Item 14 56,6000 13,579 ,303 ,646 Layak

Item 15 56,7750 14,179 ,093 ,668 Tidak layak

Item 16 57,2250 12,435 ,407 ,630 Layak

Item 17 56,8500 13,669 ,210 ,656 Tidak layak

Item 18 57,6500 13,003 ,401 ,634 Layak

Item 19 58,1000 14,400 ,002 ,684 Tidak layak

Item 20 56,8500 14,336 ,165 ,659 Tidak layak

Item 21 58,2500 14,397 -,005 ,687 Tidak layak

Item 22 56,7750 13,666 ,264 ,650 Tidak layak

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS 19.0,

diketahui bahwa pada alat ukur citra diri dari 22 item diperoleh 11 item

(29)

39

- Analisis Item Instrumen Perilaku Perawatan Wajah

Dengan melihat Corrected Item-Total Correlation. Corrected item-total

correlation adalah korelasi antara skor item dengan skor total dari sisa item

yang lainnya, jadi skor item yang dikorelasikan tidak termasuk di dalam

skor total (Ihsan, 2009: 68). Item yang dipilih menjadi item final adalah

item yang memiliki rix ≥ 0,30.

Tabel 3.17

Tabel Analisis Item Instrumen Perilaku Perawatan Wajah

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Kelayakan

Item 1 70,1250 33,035 ,692 ,867 Layak

Item 2 70,9500 31,638 ,455 ,868 Layak

Item 3 69,8750 33,394 ,229 ,874 Tidak layak

Item 4 70,3000 30,574 ,679 ,861 Layak

Item 5 70,0500 32,562 ,528 ,867 Layak

Item 6 70,0500 34,972 -,062 ,881 Tidak layak

Item 7 70,3500 33,567 ,204 ,875 Tidak layak

Item 8 70,3250 30,738 ,530 ,866 Layak

Item 9 70,2000 32,626 ,550 ,867 Layak

Item 10 70,3000 31,703 ,538 ,866 Layak

Item 11 70,7750 33,820 ,126 ,878 Tidak layak

Item 12 70,1250 31,497 ,622 ,864 Layak

Item 13 70,1500 32,746 ,492 ,868 Layak

Item 14 70,1750 32,353 ,693 ,865 Layak

Item 15 70,9250 35,302 -,127 ,882 Tidak layak

Item 16 70,1250 32,112 ,733 ,864 Layak

Item 17 70,2000 31,190 ,664 ,862 Layak

Item 18 69,9250 31,456 ,582 ,865 Layak

Item 19 70,0250 33,974 ,208 ,874 Tidak layak

Item 20 70,3750 32,035 ,325 ,874 Layak

Item 21 70,1250 30,933 ,740 ,861 Layak

Item 22 70,1000 32,451 ,459 ,868 Layak

Item 23 70,0750 32,687 ,446 ,869 Layak

Item 24 70,3250 30,840 ,614 ,863 Layak

Item 25 70,2500 31,423 ,564 ,865 Layak

(30)

40

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS 19.0,

diketahui bahwa pada alat ukur perilaku perawatan wajah dari 26 item

diperoleh 19 item yang dianggap layak dan 7 item yang dibuang.

4. Uji Reliabilitas

Ide pokok dari reliabilitas tes adalah sejauh mana hasil suatu tes itu dapat

dipercaya. Sebuah tes dikatakan reliabel atau dipercaya jika memberikan hasil

yang sama dalam atribut diukur yang didapat dari pengukuran, peserta dan tes

yang sama. Pendeknya sebuah pengukuran itu reliabel jika sekor yang

diperoleh seseorang dari tes yang sama dengan hasil yang sama (Ihsan, 2009:

102).

- Reliabilitas Instrumen Citra Diri

Tabel 3.18

Reliabilitas Instrumen Citra Diri

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

,760 ,770 11

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 19.0,

(31)

41

Adapun kriteria reliabilitas dikategorikan berdasarkan kriteria yang dibuat

oleh Guilford (Subino, 1987), yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.19 Kriteria Reliabilitas

Derajat Reliabilitas Interpretasi

0,90 ≤ α≤ 1,00 Sangat tinggi

0,70 ≤ α≤ 0,90 Tinggi

0,40 ≤ α≤ 0,70 Sedang

0,20 ≤ α ≤ 0,40 Rendah

α ≤ 0,20 Sangat rendah

Karena koefisien reliabilitas yang diperoleh sebesar 0,760 maka dapat

disimpulkan bahwa reliabilitas instrumen variabel citra diri ini dikategorikan

tinggi dan dapat diterima untuk dianalisis secara lebih lanjut.

- Instrumen Perilaku Perawatan Wajah

Tabel 3.20

Reliability Instrumen Perilaku Perawatan Wajah

Cronbach' s Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items

N of Items

,904 ,916 19

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS

19.0, diperoleh hasil koefisien reliabilitas perilaku perawatan wajah sebesar

(32)

42

Adapun kriteria reliabilitas dikategorikan berdasarkan kriteria yang

dibuat oleh Guilford (Subino, 1987), yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.21 Kriteria Reliabilitas

Derajat Reliabilitas Interpretasi

0,90 ≤ α≤ 1,00 Sangat tinggi

0,70 ≤ α≤ 0,90 Tinggi

0,40 ≤ α≤ 0,70 Sedang

0,20 ≤ α ≤ 0,40 Rendah

α ≤ 0,20 Sangat rendah

Karena koefisien reliabilitas yang diperoleh sebesar 0,904 maka dapat

disimpulkan bahwa reliabilitas instrument variabel perilaku perawatan

wajah ini dikategorikan sangat tinggi dan dapat diterima untuk dianalisis

secara lebih lanjut.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka (Sugiyono,

2012: 142)

Dalam teknisnya nanti, pemberian kuesioner akan langsung diberikan kepada

responden dari peneliti sendiri sehingga ada kontak langsung agar menciptakan

kondisi yang baik dan responden dengan sukarela memberikan data obyektif dan

(33)

43

G. Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis korelasi dimana analisis korelasi ini

melibatkan satu variabel (X) dan satu variabel lain (Y) yang tujuannya adalah

melihat arah dan kekuatan hubungan linier yang ada di antara kedua variabel

yang bersangkutan. Kekuatan hubungan di antara kedua variabel tersebut

dinyatakan oleh koefisien korelasi rxy untuk dijadikan parameter korelasi pada

populasinya, sedangkan arah hubungan terlihat dari tanda negatif atau positif rxy

(Azwar, 2010).

Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan melihat korelasi antar dua

variabel. Teknik analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel memiliki

hubungan yang positif atau negatif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah mengukur perbandingan data empirik dengan data

berdistribusi normal teoritik yang memiliki mean dan standar deviasi yang

sama dengan data empirik. Data terdistribusi normal adalah salah satu syarat

data parametrik sehingga data memiliki karakteristik empirik yang mewakili

populasi. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi

19.0 dengan metode uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dimana jika nilai

signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

Maka diberikan hipotesis:

H0 : data berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : data berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

Statistik uji yang dipakai adalah ditolaknya H0 jika nilai signifikansi < 0,05.

Berikut ini output beserta interpretasi dari tes normalitas dengan

(34)
[image:34.612.115.528.124.510.2]

44

Tabel 3.22

Tabel Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

Citra Diri (Self-Image) ,183 50 ,000

Perilaku Perawatan Wajah

,196 50 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Dapat dilihat bahwa untuk Citra Diri dan Perilaku Perawatan Wajah

memiliki nilai sig = 0,000 yang berarti < 0,05 sehingga H0 ditolak yang

artinya data berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.

b. Uji Kelinieran

Suatu data dikatakan linear jika f hitung lebih besar dari f tabel.

Tabel 3.23 Uji Kelinieran

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 84,453 1 84,453 5,832 ,020a

Residual 695,067 48 14,481

Total 779,520 49

a. Predictors: (Constant), Citra Diri (Self-Image) b. Dependent Variable: Perilaku Perawatan Wajah

Jika F hitung < T tabel atau probabilitas dengan taraf signifikansi 0,05, maka

H0 diterima.

Jika F hitung > T tabel atau probabilitas dengan taraf signifikansi 0,05, maka

H0 ditolak.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa F hitung yaitu 5,832, sedangkan nilai

F tabel dapat diperoleh dengan menggunakan tabel F dengan derajat bebas

(35)

45

(perlakuan) yaitu 1 sebagai df pembilang dengan taraf signifikansi 0,05,

sehingga diperoleh F tabel yaitu 4,04. Karena F hitung (5,832) > F tabel

(4,04), maka H0 ditolak.

c. Uji Korelasi

Analisis hubungan antar variabel dalam penelitian ini menggunakan

analisis korelasi. Analisis korelasi digunakan untuk mencari keeratan

hubungan dan arah hubungan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik

analisis korelasi Spearman Rho. Uji korelasi spearman Rho digunakan untuk

data yang berdistribusi tidak normal dan untuk melihat seberapa erat

hubungan antar variabel X dan variabel Y yaitu untuk melihat hubungan

antara citra diri dengan perilaku perawatan wajah.

Menurut Sugiyono (2009), pedoman untuk menginterpretasi koefisien

[image:35.612.118.530.192.631.2]

korelasi dapat dilihat pada tabel 3.17.

Tabel 3.24

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2009)

Berdasarkan perhitungan korelasi dengan menggunakan program SPSS

versi 19.0, didapat koefisien korelasi sebesar 0,415. Koefisien korelasi ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sedang antara citra diri dengan

perilaku perawatan wajah.

d. Uji Signifikansi

Uji signifikansi ini digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan

yang signifikan antara variabel citra diri dengan variabel perilaku perawatan

(36)
[image:36.612.112.529.123.628.2]

46

Tabel 3.25

Kriteria signifikansi variabel Kriteria

Probabilitas > 0,05 H0 diterima

Probabilitas < 0,05 H0 ditolak

H. Tahapan Penelitian

Tahap persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini

meliputi:

a. Tahap persiapan penelitian.

Pertama, peneliti membuat instrumen penelitian dengan memakai salah

satu grand theory dari variabel penelitian yang kemudian diturunkan menjadi

dimensi, indikator serta pembuatan item instrumen. Kedua, peneliti

mempersiapkan semua alat pengumpulan data berupa angket yang berisi

pernyataan-pernyataan. Kemudian, peneliti melakukan survey untuk pencarian

responden yang diharapkan memenuhi kriteria dalam penelitian ini.

b. Tahap pelaksanaan penelitian.

Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dari penelitian yaitu

peneliti akan melakukan pengambilan data dengan penyebaran angket atau

kuesioner. Penyebaran angket atau kuesioner sendiri diberikan peneliti

langsung kepada responden. Peneliti berharap bahwa data yang telah

diperoleh dari para responden bisa menjadi informasi yang dapat mendukung

(37)

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan hipotesis dari analisis seperti yang telah

diuraikan pada bab sebelumnya serta akan menguraikan saran. Pada bagian pertama

akan dijelaskan secara ringkas mengenai kesimpulan hasil hipotesis dan pada bagian

berikutnya akan diuraikan sedikit saran. Keterbatasan penelitian merupakan bagian

khusus yang menjelaskan kendala-kendala yang membatasi penelitian ini.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pria yang melakukan perawatan wajah di Klinik Auraku Skin Care memiliki

tingkat citra diri (self-image) yang sedang sampai dengan tinggi. Artinya pria

yang melakukan perawatan wajaha di klinik skin care memiliki citra diri (

self-image) yang baik karena mereka memiliki gambaran yang baik mengenai

dirinya sendiri dimulai dari penampilan fisik, mengetahui kekurangan dan

kemampuan dirinya serta merasakan dengan baik penilaian yang diberikan

oranglain kepadanya.

2. Perilaku perawatan wajah yang dilakukan pria di klinik skin care tergolong

pada tingkatan sedang sampai dengan tinggi. Artinya, meskipun mereka telah

mengetahui gambaran diri mereka sendiri, sebagian pria ini melakukan

perawatan wajah sesuai dengan kebutuhan mereka dan sebagian lagi memang

melakukan perawatan wajah secara rutin.

3. Berdasarkan penelitian tentang hubungan citra diri (self-image) dengan

perilaku perawatan wajah yang dilakukan pria di klinik skin care kota

Bandung, maka diperoleh kesimpulan bahwa citra diri memiliki hubungan

positif dengan perilaku perawatan wajah dengan tingkat hubungan yang

(38)

61

dimensi perilaku perawatan wajah dan ada juga beberapa dimensi dari kedua

variabel yang tidak berkorelasi. Dimensi citra diri yang berkorelasi positif dan

signifikan dengan dimensi perilaku perawatan wajah, diantaranya dimensi

citra diri perceptual component dengan dimensi perilaku perawatan wajah

interest, evaluation, dan adaptation. Kemudian dimensi citra diri conceptual

component dengan dimensi perilaku perawatan wajah adaptation. Serta antara

dimensi citra diri attitudional component dengan dimensi perilaku perawatan

wajah interest, evaluation, dan adaptation.

B. Saran

Berikut ini adalah hal-hal yang disarankan bagi pihak-pihak tertentu

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagi subyek disarankan untuk lebih yakin dalam melakukan perawatan wajah

di klinik skin care demi menyempurnakan citra dirinya karena sebagian

konsumen pria di klinik skin care Auraku ini melakukan perawatan wajah

awalnya untuk coba-coba saja.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan pembahasan yang serupa,

diharapkan dapat mengkaji lebih dalam mengenai citra diri pria yang

melakukan perawatan wajah di klinik skin care kota Bandung. Selain itu,

penambahan responden atau subyek penelitian serta izin menggunakan

pelanggan di klinik skin care ternama daerah Bandung sehingga lebih

menggambarkan self-image pria yang melakukan perawatan wajah di klinik

skin care dan bisa menjangkau subyek penelitian secara luas.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abid. (2010). Gangguan Citra Diri. [Online]. Tersedia:

http://www.masbied.com/2010/06/04/gangguan-citra-diri/ [16 Mei 2013].

Alfajar. (2003). Hubungan Antara Beraktualisasi Diri dan Konflik Peran Dengan Citra Diri. Skripsi Pada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta: Tidak diterbitkan.

Andriawati, Siti (tt). Hubungan Konsep Diri Dengan Kecemasan Narapidana Menghadapi Masa Depan. [Online]. Tersedia: http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/07410138-siti-andriawati.ps. [23 Juni 2013].

Azwar, Saifuddin. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifuddin. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Burns. (1979). Konsep Diri. Jakarta: Arcan.

Burns. (2003). Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.

Jakarta: Arcan.

Christiana. (2009). Citra Diri Remaja Yang Melakukan Perawatan Kulit Di Skin Care. [Online]. Tersedia: http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/312/jiptummpp-gdl-s1-2009-christiana-15568-PENDAHUL-N.pdf [16 Mei 2013].

Ellopedia. (2010). Pengertian Citra Diri. [Online]. Tersedia: http://ellopedia.blogspot.com/2010/09/citra-diri.html [16 Mei 2013].

Fitriana, Announg. (2012) Penampilan Yang Ideal Dan Menarik Bagi Seorang

Sekretaris. [Online]. Tersedia:

http://announgfitriana.blogspot.com/2012/04/penampilan-yang-ideal-dan-menarik-bagi.html [26 Oktober 2012].

Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, BP UNDIP, Semarang.

(40)

Hartono, Soegianto. (2010). Citra diri,penampilan, dan kepribadian. [online]. Tersedia di http://soegiantohartono.blogspot.com/2010/03/citra-diri-penampilan-dan-kepribadian.html. diakses pada tanggal 24 Oktober 2013.

Hurlock. (1993). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Edisi V. Jakarta: Erlangga.

Ihsan, H. (2009). Metode Skala Psikologi. Bahan Ajar Mata Kuliah Penyusunan Skala Psikologi Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Isma. (2013). Pengertian Dan Konsep Perilaku. [Online]. Tersedia:

http://psikologi-isma.blogspot.com/2013/01/pengertian-dan-konsep-perilaku.html?m=1 [27 Juni 2013].

Jersild, T. Arthur. (1961). The Growing Self: The Psychology Adolesence (2nd ed). Pretince Hall Inc: Englewood Cliffs.

Lama, D., & Cutler, H. C. (2004). Seni Hidup Bahagia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mangkuprawira. (2008). Citra Diri. [Online]. Tersedia:

http://ronawajah.wordpress.com/2008/04/21/citra-diri-2/ [5 Oktober 2012].

Maria. (2009). Citra Diri Perempuan Tentang Kecantikan. [Online]. Tersedia: http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/karya-siswa-skripsi/citra-diri-perempuan-tentang-kecantikan/mrdetail/1705/ [5 Oktober 2012].

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.

Perawatan Wajah Berdasarkan Jenis Kulit. (2012). [Online]. Tersedia: http://www.goresep.com/perawatan-wajah-berdasarkan-jenis-kulit/ [18 November 2012].

(41)

Solomon. (1999). Consumer Behavior: Buying, Having and Being, Sixth Edition.

London: International Edition Inc.

Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis Tes: Suatu Pengantar Kepada teori Tes dan Penyusunan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: AlfaBeta.

Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Wikipedia. (tt). Perilaku Manusia. [Online]. Tersedia:

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Perilaku_manusia [28 Juni 2013].

Gambar

Gambar 4.1Matriks Korelasi Citra Diri & Perilaku Perawatan Wajah ....... 48
Tabel 3.1  Skala Citra Diri (
Tabel 3.3 Skoring Skala Citra Diri dan Perilaku
Kategorisasi Skala Citra Diri (Tabel 3.5 self-image)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui tingkat citra raga Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara sitra raga dengan kepercayaan diri pada pria. Subjek penelitian adalah

Hubungan antara citra diri dengan aspirasi kerja pada salesman. Peranan atau sumbangan efektif citra diri terhadap aspirasi kerja

Implikasi hasil penelitian ini, bahwa konsumen Ella Organic Skin Care Surakarta akan merasa puas apabila atribut-atribut citra perawatan kecantikan kulit dan tubuh

Koefisien korelasi yang negatif antara variabel percaya diri dengan perilaku menyontek menunjukkan semakin tinggi percaya diri siswa maka semakin rendah

Kesimpulan hasil penelitian: (1) terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri, citra tubuh dan dukungan teman sebaya dengan perilaku konsumtif pada

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengaruh Citra Perusahaan Terhadap Minat Konsumen (Kasus PT. Natasha Skin Care Cabang Pekanbaru Ska

Perawatan wajah dengan bahan asas semulajadi untuk menyembuhkan pusing yang asli tidak bertanggung jawab atas produk tabita skin care testimoni desi damayanti cv tabita skincare

Konsep self-care management training disertai dengan modul yang berisi tentang cara-cara mengajarkan keterampilan perawatan diri bertujuan agar orang tua dari anak