• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN DAN PRODUKTIFITAS KERJA: Studi Evaluasi Dampak Pelatihan Pegawai Seksi Produksi Machining Terhadap Produktifitas Kerja Pegawai di PT. WIJAYA KARYA, Jatiwangi, Majalengka.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELATIHAN DAN PRODUKTIFITAS KERJA: Studi Evaluasi Dampak Pelatihan Pegawai Seksi Produksi Machining Terhadap Produktifitas Kerja Pegawai di PT. WIJAYA KARYA, Jatiwangi, Majalengka."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Terhadap Produktifitas Kcrja Pegawai di PT. W1JAYA KARYA, Jatiwangi, Majalcngka)

T E S I S

Diajukan Kcpada Panitia Ujian Tcsis Pada Program Pascasarjana Univcrsitas Pcndidikan Indonesia Untuk Mcmcnuhi Salah Satu

Syarat Memperolch Gclar Magistcr Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Sckolah Konscntrasi Pciatihan

Olch

BAMBANG HARIS KAMAJAYA N1M. 989538

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PLS KONSENTRASI PELATIHAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing :

Pembimbing I ,

V

^

Prof. Dr. H. Djudju Sudjana, M.Ed.

Pembimbing II,

(3)

Untuk meningkatkan hasil produksi, perusahaan harus segera meningkatkan kualitas SDM yang dimilikinya. Dengan dasar pemikiran ini penulis tertarik untuk meneliti masalah yang berkaitan dengan Pelatihan dan Produktifitas Kerja, "Sejauh mana dampak pelatihan terhadap produktifitas kerja pegawai" Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak hasil pelatihan terhadap penambahan pengetahuan dan keterampilan pegawai, aplikasi hasil pelatihan ditempat kerja, serta dampaknya terhadap produktifitas kerja pegawai dan lebih jauh terhadap produktifitas perusahaan.

Pelatihan merupakan upaya peningkatan pengetahuan dan

kemampuan praktis sesuai tuntutan pekerjaan. Pelatihan dapat meningkatkan rasa percaya diri, produktifitas kerja, memelihara moral dan antusias yang tinggi, memupuk loyalitas, mengurangi turn-over dan menyediakan kemampuan sesuai tuntutan kerja.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis free and post-fakto. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Purposive sampling dan snow ball menjadi ciri khas dalam penelitian ini, dimana sampel penelitian bergulir sesuai alur informasi dari populasi seluruh pegawai bagian produksi machining. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu, orientasi, ekplorasi dan member check. Sedangkan teknik analisis data menggunakan cara data collection, data reduction, data display dan

Verifying.

Dari hasil pembahasan beberapa masalah pertanyaan penelitian terungkap bahwa; Pelatihan di PT. Wika In-trade dilaksanakan melalui

training dan re-training secara terprogram, sistematis dan

berkesinambungan dengan menggunakan Off the job training dan On the job training, kenyataan ini memberikan dampak positif terhadap peningkatan pengetahuan dan kemampuan praktis pegawai, dimana hasil latih yang diperoleh dapat diaplikasikan ditempat kerja, yang pada akhirnya berdampak positif terhadap produktifitas kerja pegawai dan perusahaan itu sendiri.

Berdasarkan hasil pembahasan dan temuan penelitian diajukan

beberapa rekomendasi berkaitan dengan upaya penyempurnaan kegiatan

pelatihan sesuai konsep PLS bagi penyelenggara pelatihan, peserta, pemakai out-put dan penelitian selanjutnya. Serta penerapan pelatihan yang menekankan "To show, to tell, to do dan to check," sangat tepat digunakan untuk jenis pelatihan yang menuntut penguasaan kemampuan praktis peserta, tentu harus didukung oleh sarana pendukung dan media yang tepat.

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR v

UCAPAN TERIMA KASIH viii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR BAGAN/ GAMBAR xiv

DAFTAR LAM PI RAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Identifikasi Masalah 4

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah 6

D. Pertanyaan Penelitian 10

E. Definisi Operasional 11

F. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 15

1. Tujuan Penelitian 15

2. Kegunaan Penelitian 16

G. Kerangka Pemikiran 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah 19

B. Pelatihan 21

1. Istilah Pelatihan dan Pengembangan 21

2. Pengertian Pelatihan 23

3. Tujuan Pelatihan 27

4. Metode dan Teknik Pelatihan 31

5. Model-model Pelatihan 41

• Model Pelatihan Pola Re-Training 46

6. Keuntungan Pelatihan dan Pengembangan 48 7. Langkah-langkah Pelatihan dan Pengembangan 50

8. Evaluasi Pelatihan dan Pengembangan 54

C. Produktifitas 60

1. Pengertian Produktifitas 60

2. Indikator Produktifitas 65

(5)

Tabel Halaman

1. Format Training Needs Assesment 106

2. Format Rencana Pelatihan 107

3. Matrik Capability Pegawai Seksi Machining 125

4. Laporan Hasil Produksi Bulanan Seksi Produksi Machining ..129

5. Gap Kemampuan Dasar dengan Kemampuan yang

Disyaratkan 132

6. Matrik Capability Pegawai Seksi Machining 133 7. Laporan Kinerja Bulanan Seksi Produksi Machining 143 8. Produksi Manifold Sebelum dan Sesudah Pelatihan 145 9. Prosentasi Kenaikan Produksi dan Penuninan Rejek Bagian

Produksi Machining 146

(6)

DAFTAR BAGAN/GAMBAR

Bagan Hal

1. Alur Proses Pelatihan 18

2. Metode dan Teknik Pelatihan 33

3. Model Pelatihan Yang Berorientasi Kepada Tujuan 44 4. Model Pelatihan Yang Berorientasi Kepada Kebutuhan Peserta 44

5. Model Pelatihan Yang Berorientasi Kepada Kompetensi 45

6. Model Pelatihan Yang Bersifat Kombinasi 45 7. Preliminary Steps In Preparing A Training and Development

Program 52

8. Langkah Evaluasi Pelatihan 58

9. Elemen-elemen Pokok Sistem Penilaian Prestasi Kerja.., 76 10. Struktur Organisasi PT. WIKA IN-TRADE 101 ll.Strukrur Organisasi Seksi Machining & Finishing 102

Gambar

1. Langkah Analisis Data Kualitatif 90

(7)

1. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian 174

2. Pedoman Wawancara/ Observasi Pasca Pelatihan bagi

Peserta Pelatihan 176

3. Evaluasi Prestasi Kerja Pasca Pelatihan 178 4. Pedoman Wawancara untuk Manager PT. Wika 180

5. Daftar Karyawan Machining 181

6. Jadwal Induk Pelatihan tahun 2000 183

7. Matrik Capability tahun 1999 185

8. Laporan Kinerja Produksi bulan Januari 187 9. Laporan Kinerja Produksi bulan Pebruari 188 10. Laporan Kinerja Produksi bulan Maret 189 11. Laporan Kinerja Produksi bulan April 190

12. Laporan Kinerja Produksi bulan Mei 191

13. Laporan Kinerja Produksi bulan Juni 192 14. Laporan Mingguan Produksi Periode 01 Januari s./d. Juni 2000 193

15. Monitor Tingkat Kehadiran 201

16. Grafik Absen Plant Machining 202

17. Izin Penelitian 203

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Transformasi atau perubahan kebutuhan merupakan hal yang biasa

terjadi pada diri manusia, organisasi dan atau perusahaan. Perubahan itu

sendiri muncul melalui proses yang panjang yaitu berupa tuntutan yang

lahir dari suatu harapan (expectasi). Lebih jauh lagi menurut Zainudin Arif

(1994:15)

kebutuhan

merupakan

kesenjangan

antara

penampilan

kemampuannya pada saat ini dengan penampilan kemampuan yang

diinginkan, sebagai diinginkan oleh dirinya, lembaganya ataupun oleh

masyarakatnya. Gap atau kesenjangan antara keduanya melahirkan suatu

tuntutan yang berupa kebutuhan. Makin rinci atau baik seseorang,

organisasi atau suatu perusahaan dapat mengidentifikasi aspirasi atau

kemampuan yang

dimilikinya saat ini

dengan kemampuan yang

diinginkannya, maka makin baik atau nyata rumusan kebutuhan yang

menjadi tunrutannya. Dan hal itu akan memudahkan pihak management

untuk memenuhi tuntutan keburuhannya tersebut.

Begitu pula dengan produktivitas suatu perusahaan, transformasi dari

tahun ke tahun telah memberikan warna tersendiri terhadap kebijakan

perusahaan. Akibat dari informasi yang semakin mengglobal, terjadi

(9)

ini tidak hanya mengarah pada kuantitas semata, tapi juga bagaimana

kualitas produknya.

Berbicara mengenai kuantitas dan kualitas produk, menuntut pihak

menagement perusahaan harus segera mengangkat kebijakan yang tepat

untuk mengantisipasinya. Yang harus segera dipikirkan pihak menajemen

pada langkah awal bukan memikirkan berapa saldo yang didapat, tapi harus

segera mengoreksi dan mengakomodir bagaimana potensi yang sudah

dimiliki pegawainya, apakah sudah memenuhi standar minimal atau belum.

Kalau belum bagaimana cara membina dan meningkatkan sumber daya

yang ada agar dapat memenuhi standar produksi.

Bila para pegawai gagal berperan secara wajar, seorang manager

harus mampu menilai penyebab masalah tersebut. Dengan menganalisis

keadaan-keadaan yang terlihat dalam kinerja yang tidak memuaskan,

seorang manager dapat menggunakan strategi-strategi yang tepat untuk meningkatkan hasil kerja para pegawai agar dapat memenuhi standar. Prestasi pegawai di bawah standar mungkin disebabkan sejumlah faktor,

mulai dari keterampilan kerja yang buruk, hingga motivasi yang tidak

cukup atau lingkungan kerja yang kurang kondusif. Karena beragamnya

kemungkinan penyebab kegagalan prestasi kerja pegawai, maka diperlukan

strategi yang berbeda pula untuk memperbaiki kinerjanya. Hal yang

(10)

tugas pekerjaan yang seharusnya dilaksanakan para pegawainya dan

pekerjaan apa saja yang belum dikuasai atau harus segera ditingkatkan.

Analisis pekerjaan adalah informasi tertulis mengenai pekerjaan-pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan dalam suatu perusahaan, agar

tercapai tujuan. Manfaat dari analisis pekerjaan akan memberikan informasi

yang jelas tentang aktivitas pekerjaan, standar pekerjaan, konteks pekerjaan,

persyaratan personalia, perilaku manusia dan alat-alat yang dipergunakan. Dengan cara analisis seperti ini, maka akan memudahkan bagi pihak menagement untuk mengadakan appraisal terhadap prestasi kerja pengawainya dan akan memberikan gambaran program pembinaan, peningkatan dan pemeliharaan kinerja pegawainya.

Dapat kita telaah sebuah hadist Buchori Muslim, yang berbunyi "jika suatu pekerjaan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran". Dari gambaran itu jelas nampak bahwa jika kita ingin mengelola suatu organisasi, lembaga atau perusahaan atau juga pemerintahan, maka yang harus terlebih dulu diperhatikan adalah bagaimana kualitas sumber daya manusia. Apakah sudah sesuai penempatan SDM dengan bidang pekerjaannya? Bagaimana kompetensi SDM-nya agar kredibilitas dan kualitas produk terjamin? Mudah memang

mengapungkan permasalahan tersebut, tapi bagaimana pembinaan dan

(11)

pembinaan akan menjadi sia-sia.

Terkait dengan situasi permasalahan yang digambarkan di atas, maka

tak bisa ditawar lagi bahwa upaya awal setiap perusahaan untuk dapat

meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi {produktifitas), adalah

terlebih dahulu harus meningkatkan kemampuan pegawainya. Akhirnya

semua itu akan terpulang lagi kepada pihak management. Karena tidak

sedikit pihak management menilai upaya pembinaan pegawai melalui

pelatihan adalah penghamburan biaya. Tapi bagi perusahaan yang

betul-betul ingin maju, pembinaan dan peningkatan pegawai (SDM) harus

disegerakan. Kemudian bentuk atau model pembinaan seperti apa yang

diperlukan, kompetensi apa yang diburuhkan, dan siapa (pegawai mana)

yang harus dilatih, tentu terpulang lagi pada pihak management perusahaan, mau tidak melakukannya?

B. Identifikasi Masalah

(12)

pertama yang harus diperhatikan adalah bagaimana produktifitas

pegawainya baik, cukup atau kurang.

Fungsi produksi perusahaan kadang kurang bergairah dan tidak

memenuhi kualitas standar yang disyaratkan. Tidak sedikit dari mereka terjebak pada kegiatan pekerjaan rutin sampai sebatas cukup memenuhi

kebutuhan rutinitas. Padahal, sisi lain yang kurang diperhatikan adalah

aktivitas dan kreativitas kerja yang mencerminkan produktifitas kerja.

Hal-hal lain yang diperkirakan mempengamhi minimnya produktifitas kerja pegawai diduga disebabkan oleh:

• Minimnya pengetahuan dan wawasan pegawai tentang tugas-tugas

pekerjaanya.

• Minimnya keterampilan pendukung yang mereka miliki untuk

menunjang kehalusan dan peningkatan produk.

• Kurang terampilnya mereka mengerjakan atau membuat pesanan yang

bervariasi.

• Dari segi motivasi kerja, kurang mendukung terhadap peningkatan

produksi.

(13)

pemsahaan perlu segera mengadakan pembenahan-pembenahan temtama pada bagian produksi, seperti:

• Melakukan appraisal terhadap semua sektor pemsahaan .

• Melakukan pengkajian kembali terhadap kebijakan yang digunakan

dalam menjalankan pemsahaan.

• Berkonsultasi dengan pihak-pihak terkait yang kompeten untuk memungkinkan dilakukan peningkatan produktifitas pemsahaan.

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah

PT. Wijaya Karya In-Trade Produk Metal merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang produksi spare-part otomotif khusus mesin-mesin terdiri dari divisi produksi dan divisi perdagangan. Karena itu untuk pengelolaannya diperlukan karyawan atau

pegawai yang profesional yang memiliki produktifitas yang baik atau

pegawai yang berkinerja baik.

Mengenai produktifitas, Hidayat (1986:8) mengemukakan bahwa ada lima situasi yang dapat memungkinkan bagi pencapaian produktifitas

yang tinggi. Kelima situasi dimaksud adalah: 1) Keluaran konstan, masukan meningkat; 2) Keluaran meningkat, masukan berkurang; 3) Keluaran

(14)

Jika kita telaah pendapat Hidayat tersebut, memberikan gambaran

bahwa produktifitas cenderung diartikan sebagai perbandingan antara

keluaran (output) dengan masukan (input). Sejalan dengan pendapat

tersebut, Chew dalam (Bernardin and Russel, 1993:518) mengemukakan

konsep produktifitas sebagai berikut; generally, productivity refer to ratio

of output to input, dimana input may include labor hours or cost,

production costs, and equipment cost. Output may consists of sales,

earning, market share, and defects.

Sedangkan John Suprihanto (1986:18) mengemukakan bahwa produktifitas selain perbandingan antara output dengan input, juga

mempakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu

kehidupan hari ini hams lebih baik dari hari kemarin dan hari besok hams

lebih baik dari hari ini.

Dari kedua pendapat di atas tergambar jelas bahwa pengertian

produktifitas tidak hanya mempakan perbandingan antara output dengan

input semata, tapi lebih jauh dapat juga bempa perubahan sikap yang

menekankan untuk selalu lebih baik dari sebelumnya. Dalam arti hams

adanya upaya untuk mengoptimalkan potensi untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik bahkan lebih meningkat.

(15)

organisasi-organisasi atau perusahaan-perusahaan mengukur produktifitas

pegawainya dilaksanakan perbagian-bagian (parsial). Haberstad dalam

Hidayat (1986:1) mengungkapkan ada tujuh bidang produktifitas parsial

yang dapat diukur, yaitu produktifitas tenaga kerja, produktifitas organisasi,

produktifitas modal, produktifitas pemasaran, produktifitas produksi, produktifitas keuangan, dan produktifitas produk.

Dari ketujuh bidang produktifitas parsial tersebut, yang menempati

posisi strategis untuk meningkatkan produktifitas pegawai suatu

pemsahaan, adalah bidang produktifitas tenaga kerja yang bekerja pada

pemsahaan tersebut. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Romen (Mustopa

Didjaya AR., 1997:14) menyebutkan bahwa pengalaman sejarah

kebangkitan dan perkembangan perekonomian bangsa Jepang karena

didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pada buku yang sama juga dipaparkan hasil penelitian Solow, bahwa penguasaan teknologi

dalam paruh pertama abad 20 di USA, 90 % merupakan kontribusi dari

produktifitas tenaga kerjanya yang tinggi. Atas dasar kenyataan tersebut, penelitian ini akan memfokuskan pada telaahan produktifitas tenaga kerja setelah mendapat pelatihan tertentu dan kembali ketempat kerjanya.

Secara teoritis, ada beberapa faktor yang mempengamhi produktifitas tenaga kerja, seperti dikemukakan Pratiknya et.al (1992:62)

dan John Suprihanto (1986:19), faktor-faktor yang mempengamhi produk

(16)

kelamin, jenis pekerjaan, pendidikan dan latihan, hubungan individual,

management dan kesempatan berprestasi.

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi produktifitas tenaga kerja

di atas, pada penelitian ini akan lebih difokuskan pada faktor pendidikan

dan latihan. Karena asumsinya melalui pendidikan dan latihan yang sesuai, akan tercipta kemampuan (ability) yang diharapkan sesuai tuntutan tugas kerja

Mengenai pendidikan dan latihan, Soekidjo Notoatmodjo, (1994:27) mengemukakan bahwa pendidikan dan latihan adalah upaya untuk pengembangan sumber daya manusia terutama untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dan keterampilan manusia agar meningkat

produktifitasnya. Dalam kaitan ini, konsep pengembangan sumber daya

manusia menjadi alasan kuat untuk dilaksanakannya suatu diklat

(pelatihan). Hal tersebut mengisyaratkan bahwa diklat (pelatihan)

dilaksanakan tidak sekedar untuk mempersiapkan tenaga kerja menjadi

lebih terampil dalam melaksanakan pekerjaannya sekarang, tapi juga sekaligus mempersiapkan tenaga kerja untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar dikemudian hari. Dari pengertian diatas tergambar jelas

bahwa peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan sangat berarti

sekali dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai yang akhirnya dapat mendorong pada produktifitas kerja pegawai itu sendiri di tempat kerjanya.

(17)

mampu mendongkrak pada produktifitas pemsahaan. Berangkat dari asumsi

tersebut, maka dalam penelitian ini fokus kajian akan ditekankan pada

Dampak pelatihan pegawai terhadap produktifitas kerja pegawai itu sendiri

di pemsahaan tersebut. Sejauhmana dampak nyata dari suatu pelatihan terhadap produktifitas kerja pegawai.

D. Pertanyaan Penelitian

Pokok pertanyaan yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah Sejauhmana dampak hasil pelatihan pegawai pada tingkat operator terhadap produktifitas kerjanya dipemsahaan tersebut. Lebih rincinya pertanyaan penelitian yang ingin diungkap adalah sebagai berikut:

1) Sejauh mana peningkatan pengetahuan dan kemampuan pegawai setelah mereka mendapatkan pelatihan?

2) Apakah pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh pegawai melalui

pelatihan dapat diterapkan di tempat kerjanya?

3) Apakah metode dan teknik pelatihan yang digunakan membantu pada tingkat penguasaan tugas kerja pegawai?

4) Apakah meningkatnya pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh sebagai hasil pelatihan dapat meningkatkan produktifitas kerja pegawai?

5) Adakah dampak nyata yang diperoleh dari hasil pelatihan pegawai

(18)

11

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan kesalahan interpretasi terhadap

proses dan hasil penelitian ini, maka beberapa istilah yang digunakan dalam

penelitian ini secara operasional akan didefinisikan sebagai berikut

Pelatihan

Pelatihan atau training, adalah suatu upaya untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan individu untuk tujuan tertentu, atau suatu

pekerjaan tertentu. Seperti yang dikemukakan Edwin B. Flippo dalam

bukunya 'Principles ofPersonal management'" mengatakan, Training is the

act of increasing the knowledge and skill of an employee for doing a

particular job. Pelatihan menumt pendapat ini hams menekankan pada

upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan pegawai dan mereka

yang dilatih dipersiapkan untuk suatu pekerjaan tertentu. Dengan demikian

pelatihan yang dilaksanakan hams berdasarkan pada kebutuhan (needs)

untuk memenuhi rugas-tugas (task-task) kerja dari suatu organisasi (pemsahaan) atau kebutuhan individu itu sendiri. Dengan demikian

pelatihan yang dilaksanakan hams didasarkan pada analisis tugas kerja

pegawai dalam organisasinya.

Pelatihan dalam konteks penelitian ini adalah pelatihan yang

menekankan pada upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan (skill)

(19)

Pegawai yang dilatih adalah pegawai pada tingkat operator (bagian

produksi).

Produktifitas

Produktifitas tenaga kerja suatu pemsahaan saat ini sedang mendapat perhatian yang sangat besar, hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa manusia memiliki potensi untuk dikembangkan dan ditingkatkan produktifitasnya untuk meningkatkan produktifitas pemsahaan. Asumsinya

bila setiap anggota suatu organisasi (pemsahaan) dalam pengertian setiap

pegawai secara terorganisasi memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

memadai untuk suatu pekerjaan tertentu, idealnya akan menghasilkan mutu

produk yang diharapkan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

Seperti yang dikemukakan oleh J.H. Gilmore bahwa, to be productive

means : having the quality or power of producing bringing forth or able to

bring fort (especially) in abondance : creative, generative, yielding

or furnishing results (or) benefit. (Gilmore, 1974:7); " Produktif adalah sesuatu yang mempunyai kualitas atau kekuatan untuk terns berproduksi

atau kemampuan khusus yang menghasilkan dan menguntungkan".

Produktifitas berkaitan dengan kualitas seseorang seperti dijelaskan oleh

Erich Fromm (1975:91), Productiviness is man's abiliy to use his powers

(20)

13

kemampuan seseorang untuk menggunakan kekuatannya dan mewujudkan

potensi yang ada padanya.

Dari dua pendapat diatas jelas bahwa produktifitas dalam pengertian

dimaksud sejalan dengan arah penelitian yaitu kekuatan atau kemampuan

yang dimiliki seseorang (tenaga kerja) untuk mengerjakan tugasnya sesuai

dengan apa yang ia milikinya, dalam pengertian pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki untuk menghasilkan suatu produk yang

memiliki kuantitas dan kualitas yang memadai.

Produktifitas dalam konteks penelitian ini, yaitu kemampuan

pegawai seksi produksi machining yang telah diberi pelatihan, bagaimana ia

menerapkan hasil latihnya untuk menyelesaikan tugas pekerjaan di

perusahaannya.

Evaluasi

Evaluasi adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sistematis dan objective, untuk mengetahui dan mengukur keberhasilan suatu program. Sejalan dengan konteks penelitian ini, Webster's New Collegiate Dictionary (1981) menegaskan, Evaluation is to determine or fix the value

of 'or' to examine and jugde. Dari pengertian ini menjelaskan bahwa

(21)

Seirama dengan pengertian di atas, Paulson (1970:1) memberikan

pengertian konsep evaluasi sebagai berikut, Evaluation is a process of

examining certain objects and events in the light ofspecific value standars

for thepurpose ofmaking adoptive decisions.

Baik menumt Paulson begitu juga Webster's New Collegiate, menjelaskan bahwa pengertian evaluasi adalah proses untuk menguji suatu objek atau aktivitas dengan kriteria tertentu untuk keperluan pembuatan keputusan.

Dalam konteks penelitian ini, Evaluasi dimaksud adalah suatu

aktifitas yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk mengukur

peningkatan produktifitas pegawai di tempat kerjanya setelah mereka

mendapat pelatihan.

Dampak

Menumt Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

(1984:731). Dampak adalah pengaruh positif maupun negatif dari suatu

kegiatan yang dilakukan. Pengamh daya yang ada bisa timbul karena

(orang, benda, dsb), yang berkuasa atau yang berkekuatan.

Dalam pengertian lain, dampak diartikan sebagai ; 1). Benturan, 2).

Pengamh kuat yang mendatangkan akibat baik negatif maupun positif.

(22)

15

Berkaitan dengan dampak, dapat dikategorikan sebagai dampak

proses dan dampak hasil. Dampak proses; mempakan rangkaian akibat

yang terjadi sebagai pengaruh timbal balik antara suatu program sebagai

sebuah kegiatan, dimana hubungan timbal baliknya terjadi saat program

masih dan sedang berjalan. Dampak hasil, mempakan rangkaian akibat

yang muncul oleh hasil suatu program yang telah berakhir dilaksanakan.

Dalam penelitian ini akan dikaji dampak hasil dari suatu kegiatan

pelatihan seksi produksi machining terhadap peningkatan produktifitas

kerja di pemsahaannya. Dalam pengertian pengaruh baik positif maupun

negatif dari suatu kegiatan pelatihan pegawai terhadap produktifitas kerja

pegawai dan produktifitas pemsahaan terkait.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

• Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap informasi faktual

yang objektif mengenai dampak hasil pelatihan terhadap produktifitas

kerja pegawai . Secara rinci tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui penambahan pengetahuan pegawai setelah

diberikan pelatihan sesuai bidang pekerjaannya.

2) Untuk mengetahui penambahan kemampuan (skill) pegawai setelah

(23)

3) Untuk mengetahui apakah penambahan pengetahuan dan

keterampilan pegawai sebagai hasil pelatihan dapat diterapkan di

tempat kerjanya.

4) Untuk mengetahui apakah penambahan pengetahuan dan

kemampuan pegawai sebagai hasil pelatihan dapat meningkatkan

produktifitas kerja pegawai tersebut.

5) Untuk mengetahui dampak yang diperoleh pemsahaan setelah

pegawainya mendapat pelatihan.

Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

yang berarti bagi peneliti khususnya, organisasi (pemsahaan), peserta

pelatihan dan bagi penyelenggara pelatihan mengenai gambaran

produktifitas kerja yang diharapkan serta bagaimana proses

pemenuhannya. Apakah pelatihan yang telah dilaksanakan memberikan

pengamh yang nyata terhadap peningkatan produktifitas kerja pegawai

secara optimal.

Dan rekomendasi apa yang dapat diangkat untuk

peningkatan SDM selanjutnya. Secara rinci manfaat yang diharapkan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Menambah pengetahuan dan wawasan

yang luas mengenai

(24)

17

2) Bagi Organisasi (pemsahaan) dan pihak manajemen; mempakan

kajian spesifik sebagai kelanjutan dari appraisal kinerja pegawai

dan bagaimana upaya pemecahannya bila ingin meningkatkan

produktifitas kerja pegawai.

3) Bagi Peserta Pelatihan (pegawai); sebagai alat koreksi dan upaya

untuk meningkatkan kinerja agar produktifitas kerja pegawai

tersebut meningkat.

4) Bagi penyelenggara pelatihan; sebagai masukan untuk keperluan

perancangan kegiatan pelatihan berikutnya.

5) Bagi Konsumen; mereka dapat menikmati produk-produk yang

berkualitas.

G. Kerangka Pemikiran

Secara umum penelitian ini diarahkan untuk meneliti pengamh

pelatihan terhadap peningkatan kinerja pegawai yang pada akhirnya

diharapkan dapat meningkatkan produktifitas kerja pegawai. Sisi kualitas

dan kuantitas memang menjadi sorotan penting bagi pihak management

pemsahaan.

Berawal dari semua tuntutan tersebut, maka dilaksanakan pelatihan

atau peningkatan produktifitas kerja pegawai melalui pelatihan. Selanjutnya

(25)

pemsahaan ada atau tidak. Dari permasalahan ini, peneliti mengembangkan

alur pikir penelitian sebagai berikut:

BAGAN-1

BAGAN ALUR PROSES PELATIHAN

TRAINING

4

MASUKAN LAIN

KEMAMPUAN, X ^

DANKETE- •, \ /

OUT-RAMPILAN } )( COME

MENINGKAT / /\

Berdasarkan hasil appraisal, terdapat kesenjangan kompetensi

(26)
(27)

A. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini melibatkan pihak-pihak yang berkaitan

dengan manajemen pemsahaan seperti direksi, manager, supervisor dan

operator, serta sumber-sumber informasi lainnya yang mendukung pada

kelengkapan pengumpulan data penelitian. Sedangkan subjek penelitian

utama yaitu mengawasi pada tingkat operator. Data informasi yang

diperoleh dari direksi, manager dan supervisor berguna untuk memberikan

penguatan terhadap data yang diperoleh dari subjek utama.

> Operator, dalam konteks penelitian ini, yaitu pegawai pada seksi

produksi machining atau pada tingkat pelaksana teknis dilapangan.

Dengan kata lain pegawai yang mengoperasikan langsung untuk

menghasilkan suatu produk.

> Supervisor, dalam konteks penelitian ini, yaitu orang yang melaksanakan

pengawasan atau monitoring terhadap pekerjaan pegawai tingkat

operator, bagaimana produktifitas pegawai tingkat operator produktif

atau tidak? Kalau tidak sesuai harapan perlu diberikan penyeliaan.

> Kepala Seksi Produksi Machining, adalah orang yang bertanggung

jawab terhadap bidangnya secara keselumhan, dimana kepala seksi im

membawahi pengawas (supervisor atau kepala regu di PT Wika

In-Trade) , bagian administrasi produksi dan operator produksi.

(28)

80

> Direksi dan manager, pada konteks penelitian ini dianggap sebagai

orang yang bertanggung jawab terhadap kemajuan suatu pemsahaan.

Peran orang-orang ini yaitu sebagai pemegang kebijakan dan penentu

keputusan yang berkaitan dengan produktifitas kerja pemsahaan secara

keselumhan.

> Customer (pelanggan), Orang atau organisasi yang memakai atau

menggunakan produk yang dihasilkan.

Bagaimana hubungan kerja antar subjek penelitian tersebut dan apa

peran dari masing-masing subjek tersebut dalam upaya meningkatkan

produktifitas kerja pemsahaan, digambarkan oleh beberapa ahli sebagai

berikut: Strauss dan Sayles (1981:41-42) mengemukakan bahwa tanggung

jawab administrasi pegawai adalah memperingatkan bagi setiap manager

hams mengambil tanggung jawab; 1) Untuk membantu bawahannya agar

berkembang, 2) Untuk mendesak agar bawahan tersebut pada gilirannya

nanti membantu pengembangan orang-orang dibawahnya lagi.

Kemudian Dann N. Suganda (1982:153) mengemukakan

bagaima-napun modernnya peralatan dan sempurnanya sistem dan prosedur disusun,

namun bila tidak disertai dengan adanya pegawai yang mau dan mampu

bekerja, maka akan sulit untuk mencapai tujuan kantor. Karena itu setiap

(29)

memngkatkan keterampilan pegawai yang ada dibawah tanggung jawabnya

melalui pendidikan dan latihan.

Sedangkan Sutermeister (1976:66) menyarankan agar pimpinan

suatu organisasi senantiasa mengadakan penilaian performance kerja

bawahannya dalam jangka waktu yang teratur.

Dari pendapat-pendapat diatas jelas tergambar, bahwa setiap

organisasi akan lebih produktif bila didukung oleh pegawai-pegawai yang

memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan

pekerjaan yang dilaksanakannya. Untuk itu kerja sama yang harmonis dari

bagian-bagian terkait hams diciptakan sekondusif mungkin.

Dalam penelitian ini, akan lebih difokuskan pada studi evaluatif

dampak pelatihan terhadap produktifitas kerja pegawai khususnya bagian

operator produksi machining di PT. Wijaya Karya In-Trade. Karena itu

sebagai tolak ukurnya selain hasil produksi itu sendiri akan ditentukan oleh

pihak-pihak seperti supervisor, manager dan direksi perusahaan terkait. Bagaimana mereka menilai kinerja bawahannya.

B. Motodologi Penelitian

Studi evaluatif dampak pelatihan terhadap produktifitas kerja

pegawai pada tingkat operator produksi di PT. Wijaya Karya In-Trade Produk Metal. Melihat judul yang diajukan, fokus masalah penelitian ini

(30)

82

pendekatan kualitatif seperti dikemukakan oleh Guba, (1987:19-20) dalam

Nasution (1988:10), yaitu metode yang tepat untuk memahami perilaku

manusia dari sudut sipelaku itu sendiri. Walaupun demikian tidak menutup

kemungkinan kehadiran data kuantitatif.

Pada hakekatnya pendekatan penelitian kualitatif adalah cara

mengamati manusia dalam lingkungan hidupnya, meneliti bagaimana cara

mereka berinteraksi, berusaha dan bagaimana ia menafsirkan dunia kerjanya dengan setting naturalistis dan peneliti sebagai instrumen itu

sendiri. Dalam hal ini diperlukan kejelian dan ketajaman dalam menggali

dan mengidentifikasi informasi yang tepat. Dengan menggunakan

pendekatan kualitatif, diharapkan data akan diperoleh lebih lengkap,

mendalam dan dapat di percaya sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

Robert C. Bogdan dan Sari Knopp Biklen (1992:29-32) mengajukan

lima karakteristik penelitian kualitatif yaitu:

1) Qualitative research has the natural setting as direct source of

data and researcher is the key instrument; 2) Qualitative research is descriptive. The data collected are in the form of words or picture

rather than number; 3) Qualitative researhers are concerned with process rather than simply with out comes or products; 4) Qualitative

researchers tend to analyze their data inductively; 5) Meaning as of essential concern to qualitative aproach.

Kemudian Nasution (1988:9-11) mengemukakan karakteristik metode penelitian kualitatif lebih rinci lagi, yaitu :

1) Sumber data adalah situasi yang wajar atau natural setting;

2) Peneliti sebagai instrumen utama; 3) Sangat deskriptif;

(31)

6) Menguta-makan data langsung atau first hand; 7) Triangulasi;

8) Menomjolkan rincian konseptual; 9) Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti; 10) Mengutamakan perspektif emic; 11) Adanya verifikasi; 12) Menggunakan sampling

yang purposive; 13) Meng-gunakan audit trail; 14) Partisipasi tanpa

mengganggu; 15) Mengadakan analisis sejak awal.

Dari uraian pendapat diatas tergambar bahwa metode penelitian kualitatif menekankan pada peneliti sebagai instmmen utama, karena penelitilah yang dapat melaksanakan pengamatan atau wawancara yang tak berstruktur. Dalam hal ini peneliti terjun langsung mengadakan observasi, wawancara dan menarik kesimpulan dari natural setting tanpa ada pengamh luar. Data atau informasi yang diperoleh dari satu sumber, dicross check dengan menggunakan triangulasi yang tujuannya untuk membandingkan

tingkat kesohihan data atau informasi dengan kenyataan sebenamya.

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengikuti jejak atau lacak responden untuk mengetahui dan memahami pernyataan responden dengan

tidak mengganggu kewajaran situasi. Analisis terhadap data yang diperoleh, dilakukan sejak awal yakni sejak data itu mulai diperoleh atau sejak dimulai penelitian. Jadi metode kualitatif yang digunakan menekankan pada proses untuk mencapai data informasi yang memadai.

(32)

84

situasi. Walaupun demikian, penelitian ini tidak menolak data kuantitatif,

karena dapat digunakan untuk memperoleh gambaran umum produktifitas

kerja pegawai.

C.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan sampel penelitian mempakan sumber data yang dapat

memberikan informasi pada suatu penelitian. Goetz dan Lecomte (1984:67)

menjelaskan populasi sebagai berikut:

Determining relevan populations and choosing selection and sampling prosedure are related to how researcher defines data and how units of data are conceptualized. Although the term population commonly is used refer to potential respondent or participants is a study, non human phenomena and imaninate objects also are potential

population groups ofpeople conduct their activities with in finite and

circumstances each of these factors comparises a bounded population from which etnografhers select and sample.

Kemudian teknik pengambilan sampel pada umumnya dapat dibagi

dua, yaitu probability dan non-probability sampling. Probability sampling

adalah random sampling proportionate, stratified random sampling,

disproportionate stratified random sampling, dan area sampling.

Sedangkan non-probability adalah sampling systematis, sampling kuota,

sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh dan snowball

sampling. (Nasution, 1982:64).

Untuk penelitian kualitatif, menggunakan "purposive sampling", dan

"snowball sampling" yaitu meminta responden dan menunjuk orang lain

(33)

informasi yang memuaskan sesuai dengan tujuan penelitian. Seperti

dikemukakan Lincoln dan Guba (1985:202) Naturalistic inquiry is often

critiezed on the grounds that it cannot zeild generalization, because at

samplingflow.

Dalam penelitian ini, digunakan dua tipe sumber data yaitu sumber

data manusia dan suber data dokumentasi. Sumber data manusia terdiri dari

pegawai bagian operator sebagai sumber data utama dan direksi, manager

serta supervisor pemsahaan sebagai bahan untuk melakukan cross check

triangulasi) untuk menelaah kebenaran data. Sedangkan sumber data dokumentasi di teliti untuk melengkapi data yang relevan.

D. Langkah-langkah Penelitian

Langkah penelitian yang dilakukan untuk menjaring informasi yaitu

1) Tahap orientasi, 2) Tahap eksplorasi, dan 3) Tahap member check.

1). Tahap Orientasi

Tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran data yang lengkap

dan jelas sesuai dengan masalah yang hendak di teliti. Kegiatannya dimulai

dengan penjajagan lapangan untuk menentukan fokus penelitian.

2). Tahap Eksplorasi

Yaitu tahap penjelajahan dan eksplorasi fokus masalah penelitian

(34)

86

yang dianggap relevan. Pengumpulan informasi ini dilakukan melalui

angket, wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

3). Member Check

Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran data dan

informasi yang telah dikumpulkan agar hasil penelitian lebih dapat

dipercaya. Pengecekan data dan informasi ini dilakukan dengan cara : > Mengkonfirmasikan kembali hasil (data) kepada semua sumber data.

> Meminta koreksi hasil yang telah dicatat dari observasi kepada sumber

data tertentu.

> Melakukan triangulasi dengan pihak-pihak yang relevan.

Pada tahap ini, data yang terkumpul dirangkum dan didiskusikan lagi

dengan sumber-sumber data yang relevan untuk mencek kebenarannya.

Pada tahap akhir dari penelitian, dilakukan pengujian kredibilitas

terhadap hasil penelitian dengan mendiskusikannya kembali dengan semua

sumber data yaitu bagian operator, supervisor, manager dan direksi

pemsahaan terkait.

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif instmmen penelitian bisa berubah sesuai

dengan kenyataan yang ada dilapangan. Dengan demikian, instrumen lebih

bersifat lentur tidak ketat atau kaku. Kenyataan tersebut ka^nji; adanya

realitas ganda dilapangan yang secara persis belum diketfhui dan tidak

(35)

dapat diramalkan sebelumnya, apakah yang bembah sebagai akibat

interaksi antara peneliti, realitas dan bermacam sistem nilai yang terkait

dengan cara yang tidak dapat diramalkan (Moleong, 1989:8).

Dari uraian di atas secara implisit menekankan bahwa untuk metode penelitian kualitatif, peneliti adalah sebagai instmmen utama, dimana peneliti mengadakan penelitian dengan terjun langsung kelapangan untuk mengadakan wawancara dan observasi. Peneliti dapat langsung menarik

kesimpulan dari natural setting sebagaimana adanya tanpa ada yang

mempengamhi secara sengaja. Terhadap kenyataan tersebut, Bogdan (1992:29) menjelaskan, "Qualitative researcher has the natural setting as the source of data and researcher is the key instrumen." Kemudian

Nasution (1992:54) menguraikan:

Dalam penelitian naturalistik penelitilah yang menjadi instmmen yang terjun ke lapangan serta bemsaha sendiri mengumpulkan informasi melalui obervasi dan wawancara. Wawancara yang dilakukan sering bersifat terbuka dan tak berstruktur. Ia tidak menggunakan tes

standar atau instrumen lain yang telah diuji validitasnya. Ia

mengobservasi apa adanya dalam kenyataan. Ia mengajukan pertanyaan dalam wawancara itu secara wajar berdasarkan ucapan dan buah pikiran yang di cetuskan oleh orang yang di wawancara itu.

Selanjutnya Lincoln dan Guba (1985:236) menambahkan, "The instrumen of choise in naturalistic inquiry is the human, for reasons that

have been reviened in later phases of an inquiry, but the human is the

initial and continuing mainstay". Dari pernyataan tersebut jelas bahwa pada

(36)

88

instrumen itu sendiri, tetapi bilamana masalah yang di pelajari sudah jelas,

maka dapat dikembangkan instmmen.

Pedoman wawancara dapat dikembangkan terns sebagai instmmen

sementara, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkannya

dengan yang telah ditemukan melalui pengamatan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian kualitatif

dilakukan melalui observasi langsung, wawancara yang mendalam, dan

studi dokumentasi untuk memperoleh data yang lengkap. David Kline

(Sugiono, 1990:45) menyatakan bahwa:

Naturalistic methods are sometimes referred to as "observational methods" and sometimes as "qualitative research methods". These terms are both misnomers. Naturalistic inquiry is primarily an observational technique such as informal interviewing, reporting and physical trace analysis.

Pada penelitian kualitatif, Bogdan dan Biklen (1982:72-74) menjelaskan, bahwa keberhasilan suatu penelitian sangat tergantung kepada ketelitian, kelengkapan catatan lapangan yang disusun peneliti. Untuk mendapatkan catatan lapangan tersebut seperti diuraikan diatas dapat

(37)

Observasi;

Observasi (pengamatan) digunakan untuk menggali atau menjaring data

langsung dari lapangan. Peneliti terjun langsung ke lapangan mengamati

proses kerja dan perilaku kerja pegawai di pemsahaan terkait.

Wawancara ;

Wawancara dilakukan untuk mengungkap data yang berkaitan dengan

fokus penelitian, dalam hal ini produktifitas kerja pegawai sebagai akibat

dari pelatihan yang telah dilaksanakan. Wawancara juga dilakukan

kepada sumber-sumber data lainnya yang relevan sesuai kebutuhan.

Dokumentasi;

Studi dokumentasi dilakukan untuk menggali data dan informasi yang

berkaitan dengan kegiatan pelatihan yang telah di laksanakan serta

hasil-hasil kerjanya sebelum pegawai tersebut di latih dan setelah pegawai

tersebut di latih.

G.Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (1984:23), memberikan petunjuk umum langkah-langkah analisis data kualitatif, yaitu data collection, data reduction, data display dan data conclusion, drawing verifying.

[image:37.595.79.488.285.591.2]
(38)
[image:38.595.86.471.138.533.2]

90

Gambar 1

Langkah-langkah Analisis Data Kualitatif

Data Collection,

Pada tahap kegiatan ini, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara yang mendalam, serta studi dokumentasi. Dari ketiga teknik tersebut akan diperoleh data kualitatif. Walaupun demikian data kuantitatif

tetap diperlukan untuk memperoleh gambaran umum mengenai perilaku

kerja atau produktifitas pegawai. Data yang diperoleh melalui observasi,

(39)

Data Reduction

Adalah kegiatan merangkum dan meringkas catatan-catatan lapangan

dengan memilih dan menilai data informasi yang penting dan berhubungan

dengan fokus masalah penelitian. Catatan data atau informasi yang akurat sangat diperlukan. Untuk lebih memantapkan data atau informasi yang

terkumpul agar lebih grounded (berdasar pada data), maka verifikasi

dilakukan selama penelitian berlangsung. Dengan demikian tingkat

kepercayaan hasil penelitian akan lebih terjamin.

Data Display,

Yaitu kegiatan merangkum hasil penelitian dalam susunan yang

teratur dan sistematis. Pada kegiatan ini, data dirangkum secara deskriptif

dan sistematis, sehingga akan memudahkan untuk mencari tema sentral

sesuai fokus penelitian, dan memudahkan dalam memberi makna sesuai fokus penelitian.

Verifikasi Data

Mempakan suatu kegiatan pengujian tentang kesimpulan yang telah

diambil. Dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga

akan diperoleh kesimpulan yang akurat. Pada tahap ini peneliti menafsirkan data, mencari makna dan mencari hubungan antar satu katagori dengan

katagori lainnya. Analisis data untuk penelitian kualitatif, dilakukan sejak

(40)

92

bahwa; Dalam penelitian kualitatif, analisis data hams dilakukan sejak

awal. Data yang diperoleh dari lapangan segera hams dituangkan dalam

bentuk tulisan dan analisis. Macam-macam cara dapat diikuti. Tidak ada

cara tertentu yang dapat dijadikan pegangan bagi semua penelitian.

H. Validitas dan Reliabilitas Data

Dalam penelitian kuantitatif, untuk mengukur keabsahan atau tingkat

kepercayaan data hasil penelitian, digunakan uji validitas dan uji

reliabilitas, yaitu untuk mencari derajat keajegan dan ketetapan alat yang

digunakan untuk menjaring data. Sedangkan dalam penelitian kualitatif,

validitas ekstemal dinyatakan dalam transferability; sedang reliabilitas

dinyatakan dalam dependability; dan objektivitas dinyatakan dalam

confirmability (Lincoln and Guba, 1985:289-328).

Untuk menguji validitas dan reliabilitas dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Credibility

Credibility (kepercayaan) dilakukan agar hasil penemuan atau

hasil-hasil penelitian dapat mencapai kebenaran sesuai fokus penelitian. Licoln dan Guba (1985:301-314) menjelaskan, bahwa ada tujuh upaya untuk memeriksa keabsahan data, yaitu sebagai berikut:

a) Activities increasing theprobability that credible will be produced; b) Presistent obsevation;

(41)

d) Peer debriefing; e) Referencial adequacy f) Negative case analysis

g) Member Checks

a. Activities Increasing theprobability that credible will beproduced

Langkah ini dilakukan untuk menjamin kesahihan data yang

diperlukan, caranya dengan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada

latar penelitian. Dengan demikian peneliti dapat mempelajari budaya dan

latar penelitian sehingga dapat menguji ketidakbenaran informasi baik

yang berasal dari subjektifitas peneliti, maupun dari responden, dan

dapat membangun kepercayaan subjek.

h. Presistent Observation

Ketekunan pengamatan akan menentukan kebulatan hasil, karena dengan demikian peneliti dapat lebih teliti dan rinci serta

berkesinam-bungan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur yang menonjol yang

diperlukan untuk data penelitian.

c. Triangulation

Teknik ini digunakan untuk memeriksa keabsahan data dengan

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu, gunanya untuk

mengecek atau sebagai pembanding terhadap data. Patton (1987:331)

(42)

94

1) Membandingkan data hasil penga-matan dengan hasil wawancara, 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang secara umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, 3) membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, 4) Membandingkan keadaan dan persfektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang biasa, 5) membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

Kemudian cara yang dapat ditempuh dalam triangulasi adalah

dengan mengecek :

• Derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dari beberapa teknik pengumpulan data.

• Derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

d Peer debriefing

Kegiatan ini dilakukan untuk membicarakan catatan-catatan

lapangan yang diperoleh dengan kolega atau teman sejawat, dimana

bentuk kegiatannya mendiskusikan hasil catatan lapangan. Diharapkan akan ada masukan-masukan dan pandangan yang objektif dan netral, sehingga diharapkan dapat meningkat kualitas hasil penelitian.

e. Referenda! adequacy

Referensi yang cukup berkaitan dengan fokus penelitian diperlukan

(43)

/ Negative Case Analysis

Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan contoh dan kasus yang

tidak sesuai dengan kecendmngan informasi yang telah dikumpulkan dan

digunakan sebagai bahan pembanding.

g. Member Checks

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan keyakinan terhadap

kebenaran data atau informasi dari sumber data, kemudian

dikonfirmasikan lagi agar tidak terjadi kekeliruan yang berarti. Bila ada kekurangan, maka akan segera dapat ditambah atau diperbaiki bersama

sumber data (nara sumber).

2. Transferability

Dalam penelitian kuantitatif, transferability adalah vasiliditas

external, sedang dalam penelitian kualitatif, validitas eksternal ini adalah

kemampuan generalisasi, yang menunjukan batas manakah hasil penelitian

dapat berlaku untuk populasi yang diteliti.

Jadi transferability dalam penelitian kualitatif adalah kemampuan melihat sampai sejauh mana hasil penelitian dapat diaplikasikan dan digunakan dalam situasi lain. S. Nasution (1988:119) menegaskan, bagi

peneliti kualitatif, transferability bergantung pada si-pemakai, yakni hingga

manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan

(44)

96

3. Dependability {reliabilitas)

Dependability (ketergantungan) mempakan upaya untuk melihat

sejauhmana hasil penelitian bergantung kepada keandalan konsep

dependability dalam penelitian kualitatif, ditinjau dari segi konsep

memperhitungkan segala-galanya, yaitu pada reliabilitas itu sendiri ditambah faktor lain yang terkait.

4. Confirmability

Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh keyakinan terhadap

kebenaran data yang diperoleh. Ini dilakukan dengan pemeriksaan terhadap:

1). Data mentah bempa catatan lapangan, atau laporan lapangan, 2). hasil analisis data bempa rangkuman dan konsep-konsep serta, 3). Catatan

(45)
(46)

BABV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab V ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan

rekomendasi yang didasarkan dari hasil temuan data lapangan dan

pembahasan hasil.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan lapangan dan pembahasan hasil yang dikemukakan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Prosedur Pelatihan PT. Wika In-Trade yang telah memiliki sertifikat standar ISO-9002 tentang standar manajemen mutu industri

manufakturing dan QS-9000 tentang standar manajemen mutu

industri aluminium casting produk metal khusus otomotif, telah

memiliki prosedur pengembangan sumber daya pegawai yang

terprogram, sistematis dan berkesinambungan. Prosedur

pengembangannya dilaksanakan dengan tahap-tahap pemmusan

tujuan, penyusunan rencana pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan

evaluasi.

Tahap pemmusan tujuan pelatihan dimulai dengan training need assesment yang bersifat receptive atau bottom-up. Analisis

kebutuhan pelatihan diambil dengan memperhatikan tuntutan

(47)

kebutuhan lapangan atau kebutuhan pegawai dengan menilai

kompetensi yang sudah dimiliki pegawai dibandingkan dengan

kompetensi yang disyaratkan dimiliki untuk menyelesaikan tugas kerjanya. Hasil TNA tersebut disingkronkan dengan kebutuhan dan tujuan organisasi (perusahaan) untuk kemudian dimmuskan dalam mmusan tujuan pelatihan.

Cara pemmusan tujuan pelatihan seperti ini, sangat tepat dilaksanakan karena akan mengkaper semua kebutuhan sesuai tuntutan kerja di pemsahaan tersebut. Jadi mmusan tujuan yang tersusun akan betul-betul menggambarkan prilaku atau kompetensi yang hams dimiliki oleh pegawai bersangkutan untuk menyelesaikan tugas kerjanya.

Tahap penyusunan rencana pelatihan , dilaksanakan dengan didasarkan pada analisis kebutuhan dengan memperhatikan potensi

dan kompetensi sasaran yang hams dimiliki sesuai standar kinerja

pemsahaan. Kebutuhan tujuan pelatihan diusulkan dari bawah. Jadi rencana pelatihan disusun dengan melibatkan semua pihak yang akan terlibat dalam pelaksanaan pelatihan seperti calon peserta, pengawas,

kepala seksi terkait, bagian personalia dan kepala pabrik. Trainer

diambil dari pegawai senior berpengalaman seperti pengawas, kepala

(48)

154

Sedangkan pelaksanaan pelatihan menggunakan metode dan

teknik On The Job Training dan Off The Job Training. Sistem

penyelenggaraan pelatihan yang memadukan kedua strategi tersebut

memungkinkan peserta mudah memahami dan menguasai

pengetahuan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai sesuai

tujuan pelatihan. Metode off the job training yang dilaksanakan

belum diberdayakan secara maksimal, karena kurangnya sarana dan

prasarana pendukung yang memadai sehingga dalam pencapaian

tujuan pelatihan untuk menguasai berbagai kemampuan praktis

kurang berhasil. Alasan kurangnya sarana dan pra-sarana pendukung

yang memadai karena dana yang minim tidak memungkinkan untuk

pengadaan sarana dan pra-sarana tersebut.

Penggunaan metode On the Job Training untuk situasi dan

kondisi PT. Wika In-Trade, dirasakan lebih mengenai sasaran dan

mempakan alternatif terbaik untuk saat itu. Dengan menggunakan

kedua metode tersebut, khususnya on the job training, yang

dilaksanakan dalam pemsahaan itu sendiri sebagai media

penyampaiannya, sangat memungkinkan bagi peserta pelatihan

untuk dapat lebih mengetahui, mamahami dan mudah dalam

mengaplikasikan hasilnya. Sedangkan untuk evaluasi dilaksanakan

dua tahap, pertama evaluasi hasil pelatihan dilakukan bersama antara

(49)

dampak dilakukan oleh pemakai lulusan pelatihan untuk mengetahui

nilai praktis dalam aplikasi di tempat kerjanya, dapat diterapkan atau

tidak.

Implikasinya untuk situasi dan kondisi di PT. Wika In-trade, khususnya untuk pelatihan pada tingkat operator produksi, sebaiknya

lebih menekankan pada penggunaan metode dan teknik pelatihan On

The Job Training dengan pemsahaan itu sendiri sebagai medianya

disamping metode offthejob training.

2. Pelatihan yang diselenggarakan PT. Wika In-Trade, menganut

model pelatihan yang berorientasi pada kebutuhan peserta di

lapangan dipadukan dengan kebutuhan dan tujuan organisasi.

Kemudian dalam pelaksanaan pelatihannya menggunakan

perpaduan dua metode On The Job Training dengan Off The Job

Training.

Dengan sistem penentuan tujuan yang didasarkan pada training needs assesmen pegawai dilapangan yang sifatnya botom-up dan

kebutuhan serta tujuan organisasi (pemsahaan) didukung dengan

penggunaan metode pelatihan yang tepat, maka hasilnya tampak

bahwa peserta (pegawai) pelatihan mendapat tambahan

peningkatan pengetahuan dan skil yang bermakna sesuai tuntutan

(50)

156

Implikasinya untuk situasi dan kondisi perusahaan seperti

PT. Wika In-Trade, agar pelatihan bermakna dan dapat

meningkatkan pengetahuan dan skill peserta, maka model pelatihan

yang berorientasi pada kebutuhan peserta (pegawai) dan kebutuhan

serta tujuan organisasi (pemsahaan) dengan menggunakan metode

dan teknik pelatihan on thejob dan off thejob training sangat tepat.

3. Untuk situasi dan kondisi seperti PT. Wika In-Trade, penggunaan

model pelatihan dan metode pelatihan seperti yang disebut pada

point 2, telah memberikan dampak yang positif terhadap

penguasaan pengetahuan dan kemampuan (skill) yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan. Dengan demikian pengetahuan dan

kemampuan (skill) yang diperoleh sangat menunjang sekali

terhadap upaya penyelesaian tugas-tugas pekerjaan pegawai.

Implikasinya, Agar penguasaan pengetahuan dan kemampuan lulusan pelatihan lebih bermakna dan dapat diterapkan ditempat

kerjanya, maka hams menggunakan metode pelatihan yang tepat.

Untuk PT. Wika In-Trade On The Job Training dengan pemsahaan

itu sendiri sebagai media pelatihannya sangat tepat.

4. Penggunaan metode on the job training dan off the job training dalam pelatihan secara sinergis, telah membantu mempermudah

(51)

materi-materi pelatihan bahkan menerapkannya dilapangan

sesungguhnya.

Untuk situasi dan kondisi PT. Wika In-Trade yang terbatas

sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pelatihan off the job

training, maka lebih tepat pelaksanaan pelatihannya menggunakan

metode on the job training dengan teknik rotasi jabatan, instmksi

jabatan, magang, coaching dan Iain-lain.

Implikasinya untuk situasi dan kondisi seperti PT. wika in-trade

khusus untuk seksi produksi machining yang menuntut kemampuan skill yang tinggi untuk penyelesaian tugas pekerjaannya, lebih

efektif menggunakan pelatihan on the job training.

5. Prosedur pengembangan SDM baik melalui Training maupun Re

training yang terprogram sistematis dan berkesinambungan dengan

model pelatihan yang berorientasi pada kebutuhan peserta dan

organisasi, ditunjang dengan penggunaan metode pelatihan yang

tepat, untuk situasi PT. Wika In-Trade, telah memberikan bukti bahwa tingkat penguasaan pengetahuan dan skill pegawai

meningkat.

Dengan pengetahuan dan skill yang meningkat, telah memacu

pada peningkatan kinerja pegawai. Pada akhirnya kinerja pegawai

yang meningkat dapat mendorong pada peningkatan produktivitas

(52)

158

Implikasinya, Agar peningkatan pengetahuan dan kemampuan

peserta bemilai guna dan dapat diterapkan atau diaplikasikan ditempat kerjanya sehingga berdampak positif pada peningkatan

produktifitas pegawai itu sendiri, maka prosedur pelatihan hams

memperhatikan :

• Perencanaan yang matang dimana mmusan tujuan didasarkan

pada analisis kebutuhan lapangan yang sifatnya bottom-up dan

kebutuhan serta tujuan organisasi.

• Pelaksanaan pelatihan hams ditata apik dengan melibatkan pelatih yang kompeten, metode yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi serta sifat dan karakteristik materi dan tujuan pelatihan yang ingin dicapai.

• Evaluasi yang kontinyu untuk mengetahui keberhasilan dari pelatihan itu sendiri dapat dijadikan bahan referensi untuk kegiatan pelatihan berikutnya

(53)

individu pegawai yang tinggi dan diorganisir dengan baik akhirnya

akan berdampak positif pada produktivitas pemsahaan itu sendiri. Implikasinya, dalam pelaksanaan kerja dilapangan sesungguh nya, pihak pemakai lulusan, pihak manajerial, dan pimpinan pemsahaan hams memperhatikan faktor-faktor pendukung untuk menciptakan situasi kerja yang kondusif. Situasi kerja yang kondusif akan sangat membantu pada peningkatan produktifitas

kerja pegawai dengan baik, yang akhirnya akan berdampak positif

terhadap peningkatan produktifitas pemsahaan itu sendiri.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada pembahasan hasil temuan lapangan dan

beberapa kesimpulan dari hasil penelitian di PT. Wika In-Trade,

akhirnya diajukan beberapa rekomendasi sebagai implikasi dari hasil

temuan penelitian ini. Rekomendasi hasil penelitian ini ditujukan kepada pihak pemsahaan dalam hal ini PT. Wika In-Trade, berkaitan

dengan penyelenggaraan pelatihan, peserta pelatihan, Manajemen PT Wika In-trade, pemakai lulusan dan Lembaga penyelenggara pelatihan lainnya serta bagi penelitian selanjutnya.

(54)

160

peserta, kebutuhan organisasi serta tujuan organisasi. Penggunaan

kedua metode dan teknik pelatihan belum ditopang oleh sarana dan

prasarana yang memungkinkan berjalannya pelatihan secara

maksimal temtama untuk penggunaan metode off the job training.

Proses pelatihan yang dilaksanakan PT. Wika In-Trade

menekankan pada kebutuhan peserta (pegawai), kebutuhan

organisasi dan tujuan organisasi. Penggunaan metode dan teknik

pelatihan on the job training telah memberikan bukti keseriusan upaya PT. Wika In-Trade dalam mengembangkan sumber daya manusianya.

Metode pelatihan on the job training dirasa sangat tepat

digunakan untuk situasi dan kondisi PT. Wika In-Trade. Karena

dengan metode on the job training peserta diberi pengalaman nyata

di tempat mereka bekerja sehingga memudahkan peserta untuk

memahami dan menguasai bahkan menerapkannya. Lain halnya dengan metode off the job training yang dilaksanakan PT. Wika In-Trade tampaknya masih perlu modifikasi dan perbaikan lebih lanjut dalam hal kelengkapan sarana pendukung pelatihan, temtama untuk pelatihan yang menuntut kemampuan praktis.

Terhadap kenyataan seperti tersebut di atas disarankan kepada

pihak manajemen PT. Wika In-Trade hendaknya tetap

(55)

metode on the job training serta metode off the job training secara sinergis. Untuk penggunaan metode off' the job training hendaknya PT. Wika In-Trade mempertimbangkan untuk melengkapi sarana dan prasarana pendukung yang memadai dengan penataan waktu yang lebih fleksibel lagi.

Karena bukan tidak mungkin penggunaan kedua metode

pelatihan secara sinergis yang dilengkapi sarana dan pra-sarana yang

memadai akan menghasilkan output pelatihan yang lebih berkualitas

lagi. Kemudian untuk tindak lanjut pegawai, evaluasi hasil penelitian

dan evaluasi dampak dari pelatihan terhadap kinerja pegawai,

hendaknya disosialisasikan kepada pegawai agar mereka dapat

mengoreksi diri terhadap kekurangan-kekurangan yang mereka

miliki untuk memotivasi peningkatan diri pegawai lebih tinggi.

2. Rekomendasi Bagi Peserta Pelatihan (Pegawai PT. Wika

In-Trade)

Pegawai tingkat operator produksi mempakan ujung tombak bagi keberhasilan peningkatan produk baik secara kuantitas maupun kualitas . Karena itu kemampuan {ability) baik knowledge maupun

skill pegawai hams betul-betul up to date. Dengan demikian untuk

dapat mempertahankan dan bahkan meningkatkan hasil produk

pemsahaan, para pegawai hams betul-betul memiliki kemampuan

(56)

162

In-Trade khususnya bagian produksi machining lebih giat, rajin, kreatif dan proaktif untuk mengembangkan diri demi terjaganya

kualitas kinerja individu yang baik, jangan sampai hanya menunggu

kapan ada pelatihan yang diselenggarakan pemsahaan. Upaya dan sikap jemput bola mempakan alternatif terbaik agar tidak tertinggal

atau usang.

Disarankan cara yang dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi kerja di pemsahaan, mereka dapat belajar sendiri, magang sederhana, belajar dengan asistensi dan bertanya pada

pegawai yang lebih senior. Cara belajar seperti itu dapat

dilaksanakan sambil bekerja.

3. Rekomendasi Bagi Manajemen PT. Wika In-Trade

Pelatihan memang mempakan investasi sumber daya manusia yang sangat berharga. Kinerja pegawai yang meningkat dapat mendorong pada produktivitas kerja pegawai itu sendiri dan diharapkan dapat memngkatkan produktifitas pemsahaan.

(57)

kesehatan kerja pegawai serta faktor kesejahteraan hidup pegawai

secara proporsional. Faktor-faktor tersebut dapat menciptakan

suasana kerja yang kondusif yang akan lebih memotivasi pegawai

untuk produktif.

4. Rekomendasi bagi Lembaga Penyelenggara Pelatihan sesuai Konsep PLS

Produktifitas pegawai akan berimbas pada produktifitas pemsahaan. Produktifitas peserta (pegawai) mempakan kulminasi akhir dari suatu upaya pengembangan atau pelatihan pegawai. Upaya pendidikan dan pelatihan mempakan investasi yang sangat berharga, sekalipun memakan tenaga, waktu dan biaya sangat mahal.

Karena itu kepercayaan yang diberikan oleh lembaga ataupun pemsahaan untuk menyelenggarakan suatu pendidikan atau pelatihan khususnya, hams ditangani dengan menggunakan kaidah-kaidah pelatihan yang baik. Baik dalam pengertian disesuaikan dengan

situasi dan kondisi nyata.

Hal-hal yang hams diperhatikan untuk menyelenggarakan suatu

pelatihan, secara garis besarnya sesuai konsep PLS yaitu :

(58)

164

di lapangan, di samping kebutuhan dan tujuan lembaga . Jadi

TNA yang sifatnya bottom-up mempakan masukan yang sangat

berharga karena mencerminkan kebutuhan pelatihan yang

mendasar sesuai kebutuhan peserta dan tuntutan pekerjaan.

Dengan demikian tingkat relevansi tujuan pelatihan dengan

tuntutan pekerjaan akan dapat dimmuskan secara optimal.

• Kemudian dalam pelaksanaan pelatihan hams menggunakan

metode-metode pelatihan yang mengacu pada tujuan pelatihan dan materi pelatihan yang dituntut, karena tidak semua pelatihan sama tujuannya dan tidak semua metode tepat untuk semua jenis pelatihan. Dalam pelaksanaan pelatihan hams melibatkan komponen-komponen pelatihan secara sinergis seperti masukan sarana, masukan mentah dan masukan lingkungan serta masukan

lain akan sangat menunjang pada kelancaran proses dan ketercapaiaan tujuan pelatihan secara optimal sehingga akan

menghasilkan out-put pelatihan dan out-comes pelatihan yang

(59)

Karena itu model pelatihan empat langkah yaitu, "to show, to tell,

to do dan to check" sangat tepat digunakan untuk jenis pelatihan

yang menuntut penguasaan pengetahuan dan kemampuan praktis

peserta.

• Cara evaluasi pelatihan baik evaluasi hasil, evaluasi proses, evaluasi reaksi, maupun evaluasi dampak hasil pelatihan hams

dilaksanakan dengan teliti, sistematis dan berkesinambungan.

Karena dengan cara evaluasi seperti tersebut hasil yang akan

dicapai dari suatu pelatihan dan kelemahan-kelemahan dalam

suatu pelaksanaan pelatihan akan terkontrol dengan baik. Hal itu

akan memberikan masukan yang sangat berharga untuk

penyempumaan kegiatan pelatihan selanjutnya.

Bila setiap penyelenggara dapat menyelenggarakan pelatihan sesuai harapan seperti konsep PLS di atas , Insya Allah hasil yang

diperoleh akan menambah atau bahkan memngkatkan pengetahuan

dan skill peserta sehingga mereka tidak kesulitan dalam menerapkan

(60)

166

5. Rekomendasi bagi Peneliti Selanjutnya;

Penulis menyadari bahwa keterbatasan dalam penelitian ini

yang mengkaji Pengamh Pelatihan Terhadap Produktifitas Kerja

Pegawai, melalui Studi evaluatif dampak pelatihan terhadap

peningkatan produktifitas kerja di PT. Wika In-Trade belum begitu

mendasar bam mengungkap mengenai pengamh pelatihan terhadap :

• Peningkatan pengetahuan dan kemampuan pegawai

• Relevansi hasil pelatihan dalam aplikasinya di tempat kerja

• Metode pelatihan yang tepat untuk situasi dan kondisi PT. Wika

In-Trade.

• Peningkatan produktifitas kerja pegawai secara kuantitas dan

kualitas, serta

• Dampak positif terhadap produktifitas pemsahaan.

Sedangkan faktor lain seperti motivasi kerja pegawai yang

timbul dari perlakuan organisasi (pemsahaan) seperti kompensasi,

kesehatan dan keselamatan kerja, faktor dorongan keluarga dan

kehadiran pegawai tidak diungkap secara detail dalam penelitian ini. Kenyataan ini membuka peluang bagi peneliti selanjutnya untuk

mengungkap masalah-masalah tersebut berkaitan dengan

(61)
(62)

DAFTAR PUSTAKA

A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Agus Dharma. (1982). Managemen Perilaku Organisasi, Pendayagunaan Sumber Daya Manusia. Jakarta.

. (1989). Managemen Pretasi Kerja. Jakarta : Rajawali Press.

. (1998). Perencanaan Pelatihan. Jakarta: Pusdiklat Pegawai Depdikbud.

Ahmad Praktiknya W. (1992). ''''Pengaruh Interaktif Kualitas Fisik dan Nonfisik Terhadap Produktifitas Kerja; Kajian Kepada Buruh di Sumatera Utara dan Jawa Tengah". dalam Alwi Dahlan. (1982). Membangun Martabat Manusia. Yogyakarta : UGM.

Ahmad Sanusi. (1992). Kapha Selekta Pembahasan Masalah Sosial. Bandung : FPS, IKIP Bandung.

Alek S. Nitisemito. (1996). Manajemen Personalia. "Manajemen Sumber Daya Manusia." Jakarta : Ghalia Indonesia.

Annonymous. (1881). Webster's New Collegiate Dictionary.

Massachusset: G & C Merriam Co. Springfield.

Bambang Kussrianto. (1993). Meningkatkan Produktifitas Karyawan.

Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Beach, Dale S. (1975). Personel : The Management of People at Work. Third Edition. London : Collier Macmillan Publisher.

Bejo Siswanto. (1987). Manajemen Tenaga Kerja. Bandung : Sinar baru. Bernardin, H. John and Russell, Joyce E.A. (1993). Human Resource

Management. New York : Mc. Graw Hill Inc..

Bird, Malcom. (1991). How to make Your Training Pay. Gj^^Btftain :

\

Business Books Limited.

//s'l>'-

'

(63)

Bogdan, Robert C. & Sari Knopp Biklen. (Alih bahasa oleh Munandir).

(1990). Riset Penelitian Kualitatifuntuk Pendidikan: Pengantar ke Teori dan Metode. Jakarta : Depdikbud.

Burger, Robert G. (1985). Issues in Education Research Qualitatif

Methods. London : The Palmer Press.

Castetter, William B. (1976). The Personel Function in Educational

Administration. Second Edition. New York :Macmillan Publisher

Co. Inc.

Depdikbud. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Dessler, Gary. (1977). Organisasi dan Management. New Jersey:

Prentice-Hall. Inc. Eanglewood. Cliffs.

Dirjen Diklusepora. (1994). Pemantauan dan Evaluasi Program. Jakarta:

Proyek Pembinaan Tenaga pendidikan Diklusepora.

.

(1996).

Supervisor,

Pelaporan

dan

Monitoring

Program Pembinaan Generasi Muda. Jakarta : Proyek Pembi

naan Tenaga Pendidikan Diklusepora.

Dj

Gambar

gambar berikut:
Gambar 1

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan internet tidak hanya terbatas pada pemanfaatan informasi yang dapat diakses melalui media ini, melainkan juga dapat digunakan sebagai sarana untuk

untuk menciptakan kepemimpinan yang baik dalam suatu pertandingan, maka seorang wasit harus memiliki komponen-komponen yang mendasari untuk pencapaian hasil yang baik yaitu

Verifikasi Draft Laporan Data Tanaman dan Produksi Tanaman Tahunan Disposisi Nota Dinas kepada Kepala Seksi Tanaman Tahunan. Pengumpulan data Data Tanaman dan Produksi

Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut bagaimana proses internalisasi nilai-nilai akhlak pada siswa, baik pelaksanaannya maupun faktor yang mendukung

(3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara harga diri (self esteem) dan pergaulan teman sebaya secara bersama-sama dengan hasil belajar Sosiologi siswa kelas XI

Selain itu juga teknik head voice digunakan untuk lebih memperindah dan memperkuat karakter lagu yang dinyanyikan, terlebih pada penyanyi seriosa dan kelompok

JULI - AGUSTUS 2003 PELATIHAN NETWORK SECURITY BPK - PT INDO CISC 45 Hackers-Crackers-Network Security Admin  Same Tools  Tergantung Niat  Hackers --> Coba-coba. 

Berdasarkan rancangan yang dibuat dapat diambil kesimpulan antara lain: (1) Dengan aplikasi web ini, bagian sales manajemen klaim secara langsung dapat langsung melayani pelanggan