• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN

SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA

IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Fitriani Br Sinurat 0900753

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN

SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA

SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN

KONSELING

Oleh Fitriani Br Sinurat

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Fitriani Br Sinurat 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

(4)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

i

ABSTRAK

Fitriani Br Sinurat (2013). Hubungan Kebiasaan Menonton Tayangan Sinetron dengan Perilaku Bullying Siswa serta Implikasinya Bagi Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014).

Penelitian ini didasari oleh adanya fenomena kekerasan disekolah. Tindakan kekerasan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, keluarga, dan media. Salah satu media yang dimaksud adalah televisi. Setiap stasiun televisi menyajikan berbagai acara seperti tayangan kekerasan, sinetron, berita dan sebagainya. Tujuan penelitian yaitu memperoleh gambaran empiris hubungan kebiasaan menonton tayangan sinetron dengan perilaku bullying siswa SMP. Penelitian dilakukan terhadap siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan dari kebiasaan menonton tayangan sinetron dengan perilaku bullying siswa. Rekomendasi penelitian diberikan kepada:a)guru bimbingan dan konseling untuk memberikan layanan informasi kepada siswa;b) berperan mengarahkan siswa melalui diskusi;c)serta peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian dengan program bimbingan hipotetik yang telah dirancang.

(5)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

i

ABSTRACT

Fitriani Br Sinurat (2013). Corelation Between Watching Soap Opera Habit with Student Bullying Behavior and Implication for Guidance and Counseling (Studies Cases of the 8th Grade Students of SMP Negeri 15 Bandung 2013/2014 Academic Years)

Abstract: This study is based on the phenomenon of violence in schools . Violence is influenced by environmental factors, family and the media. One of the most influence media is television. Every television station serving a variety of events such as violence shows, soap opera news and so on. The purpose of the research is to obtain and overview of empirical correlation between watching soap operas

habit with student bullying in junior high school. Research conducted on the 8th

grade student of SMP Negeri 15 Bandung 2013/2014 academic Year. The research approach use a quantitative approach with descriptive methods. The results showed no significant correlation between watching soap operas habit with student bullying in junior high school. Research recommendation is given to: a)teacher guidance and counseling to provide information service to students, b)directing the students through discussion, c)as well as further research to develop research with the guidance of a hypothetical program that has been designed.

(6)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Penelitian Skripsi ... 8

BAB II KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON, PERILAKU BULLYING SERTA BIMBINGAN DAN KONSELING ……10

A. Konsep Kebiasaan Menonton Tayangan Sinetron ... 10

B. Bullying ... 14

C. Peran Bimbingan dan Konseling ... 23

D. Kerangka Pemikiran ... 26

E. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Lokasi Penelitian ... 28

(7)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu iii

C. Definisi Operasional Variabel ... 31

D. Pengembangan Instrumen ... 33

E. Uji Coba Alat Pengumpul Data ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Analisis Data ... 39

H. Prosedur Penelitian... 45

I. Teknik Pengolahan Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Gambaran Umum Hasil Penelitian... 54

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

C. Keterbatasan Penelitian ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Rekomendasi ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kebutuhan tersebut tidak hanya secara fisiologis saja namun juga psikologis. Perkembangan individu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor bawaan saja, faktor lingkungan juga mempengaruhi perkembangan individu. Lingkungan merupakan suatu wadah bagi individu untuk berinteraksi dan mengenal sekitarnya serta bersosialisasi di lingkungannya. Banyak hal yang terjadi di lingkungan individu tersebut.

Kejadian yang dialami oleh individu baik yang menyenangkan dan tidak menyenangkan atau menyakitkan akan menjadi suatu pengalaman yang mempengaruhi perilaku individu dalam jangka pendek, menengah maupun panjang. Pengalaman tersebut dapat membuat individu menjadi lebih baik dan memiliki motivasi yang lebih maju, pengalaman tersebut akan membuat individu menjadi stres dan depresi. Sebagai salah satu contoh pengalaman yang menyenangkan siswa mendapatkan prestasi yang sangat baik di sekolah akan lebih meningkatkan prestasinya begitu juga sebaliknya.

(9)

2

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bullying adalah suatu bentuk penyerangan yang dilakukan sengaja dengan

tujuan melukai korban secara tindakan fisik mapun psikis. Perilaku tersebut dilakukan untuk mempersepsikan bahwa dirinya lebih kuat sehingga orang takut untuk melawan. Korban yang di bullying akan merasa trauma, tertekan, takut dan tidak berdaya. Dengan begitu korban sering merasa terancam, karena korban akan tampak menghormati pelaku, padahal yang sebenarnya korban bullying tersebut mencoba menutupi perasaan takutnya.

Quiroz, et.al. (2006) mengatakan bullying disebabkan oleh korban keadaan lingkungan yang membentuk kepribadiannya menjadi agresif dan kurang mampu mengendalikan emosi. Kebanyakan perilaku bullying berkembang dari berbagai faktor lingkungan yang kompleks. Faktor-faktor penyebab bullying

diataranya faktor keluarga, teman sebaya dan pengaruh media. Faktor keluarga : seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah. Orangtua yang kerap menghukum anaknya secara berlebihan atau situasi rumah yang penuh stres, agresi dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orangtua mereka dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Tindak kekerasan yang dilakukan orangtua terhadap anaknya, ketika anak tidak berani melawan orang tua, maka perlawanan ini ditujukan pada teman-temannya. Faktor teman sebaya: Pada usia remaja, anak lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah. Pada masanya remaja memiliki keinginan untuk tidak lagi terlalu bergantung pada keluarganya dan mulai mencari dukungan dan rasa aman dari kelompok sebayanya, oleh karena itu salah satu faktor yang sangat besar dari perilaku bullying pada remaja disebabkan oleh teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif dengan cara memberikan ide baik secara aktif maupun pasif bahwa bullying tidak akan berdampak apa-apa dan merupakan suatu hal yang wajar dilakukan.

(10)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengaruh media: program televisi yang tidak mendidik seperti itu tentu akan meninggalkan jejak kekerasan pada benak para pemirsanya. Akan lebih berbahaya lagi jika tayangan yang mengandung unsur kekerasan ditonton anak-anak pra sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Pediatrics. Investigators Dimitri A.

Christakis dan Frederick Zimmerman pada rumah sakit Seattle Children's

Hospital Research Institute dan University of Washington School of Medicine

menyimpulkan bahwa perilaku agresi yang dilakukan anak usia remaja sangat berhubungan dengan kebiasaannya dalam menonton tayangan di televisi (Khairunnisa, 2008).

Widiastuti (2002) melakukan penelitian di salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri di Jakarta. Populasi sasaran ini adalah remaja usia 13-15 tahun. Sampel diambil secara acak sederhana sebanyak 71 orang. Penelitian yang dilakukan yaitu tayangan televisi dan perilaku bullying. Dari hasil penelitian tersebut didapat bahwa intensitas menonton adegan kekerasan di televisi dalam penelitian tersebut adalah durasi menonton televisi setiap hari dan frekuensi menonton adegan kekerasan di televisi. Penelitian menghasilkan gambaran sebanyak 71,83% responden menonton adegan kekerasan di televisi dengan intensitas yang cenderung rendah. Diperoleh kejelasan bahwa responden yang intensitas menonton adegan kekerasan dalam televisi adalah tinggi maka individu cenderung berperilaku agresif (65%), sedangkan pada responden dengan tingkat intensitas menonton rendah perilaku agresifnya juga lebih rendah. Hal ini tidak hanya terbatas pada media televisi saja, namun juga dalam semua bentuk media yang lain. Remaja yang terbiasa menonton kekerasan di media cenderung akan berperilaku agresif dan menggunakan agresi untuk memecahkan masalah.

(11)

4

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

remaja mengalami perkembangan fisik dan mental. Dapat ditinjau dari bentuk postur tubuh, sikap dan perilaku, cara berfikir dan bertindak. Masa remaja merupakan masa mencari identitas. Identitas yang dicapai untuk menjelaskan siapa sebenarnya diri individu tersebut (Desmita, 2010).

Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Melalui pendidikan individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan diri berdasarkan kemampuan dan kesempatan yang ada. Tujuan pendidikan yaitu meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dengan kata lain pendidikan merupakan peran sentral dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Sekolah merupakan suatu lembaga yang memiliki peran penting terhadap pembentukan perilaku individu untuk mampu mengetahui pengetahuan ilmiah, dan membentuk perilaku individu yang diharapkan. Seperti halnya bullying, individu diharapkan juga mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan bullying, bagaimana perilaku yang diperlihatkan serta upaya dalam pencegahan dan menangani perilaku bullying tersebut.

Bimbingan dan konseling di sekolah memiliki peran yang sangat strategis dalam memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan konseli (siswa) di sekolah, serta membantu mereka mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya seperti masalah pribadi, sosial, belajar, dan karir.

(12)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

gaya hidup dan perkembangan warga masyarakat. Apabila perubahan tersebut sulit diprediksi di luar jangkauan kemampuan atau kurang siap dalam menghadapinya maka, akan menghasilkan diskontinuitas perkembangan perilaku siswa, seperti terjadinya stagnansi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi, atau penyimpangan perilaku dan masalah-masalah-masalah-masalah sosial. Karena itu, siswa membutuhkan bantuan dalam mengatasi masalah-masalah yang muncul pada penyelesaian tugas-tugas perkembangannya tersebut. Bantuan yang dimaksud adalah layanan dalam bentuk bimbingan dan konseling.

Pengembangan pribadi dan tingkah laku yang merupakan modal keterampilan bermasyarakat cenderung terabaikan, sehingga tujuan pendidikan tidak tercapai sepenuhnya. Salah satu akibat dari kelalaian pengembangan pribadi dan tingkah laku adalah adanya fenomena kekerasan di sekolah. Fenomena kekerasan di sekolah dinilai sudah mengarah kepada bullying.

Hasil pengamatan yang dilakukan di SMP Negeri 15 Bandung terlihat sebagian siswa melakukan perilaku bullying. Tidak hanya dari hasil pengamatan terlihat juga dari hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di sekolah serta siswa yang memiliki masalah dengan teman sebayanya karena melakukan tindakan perilaku bullying. Pada siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 menunjukkan perilaku bullying dengan teman sebayanya. Dilihat dari perilaku secara verbal dengan penggunaan bahasa kasar dan caci makian. Perilaku secara fisik dengan memukul, mencubit, menampar, mendorong secara sengaja, menunjuk dengan kasar dan sebagainya. Dalam hal ini setiap tayangan yang ditayangkan di televisi belum tentu baik bagi perkembangan perilaku siswa.

(13)

6

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Arswendo (Ardlz, 2008) mengemukakan sinetron adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti sebuah karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video melalui proses elektronik lalu ditayangkan melalui stasiun televisi.

Kebiasaan merupakan intensitas seseorang dalam melakukan suatu perilaku dengan cara berulang-ulang. Dalam penelitian ini kebiasaan yang dimaksud yaitu kebiasaan dalam menonton sinetron di televisi. Kebiasaan menonton televisi dapat mengakibatkan menurunnya minat belajar siswa dan berdampak pada perilaku siswa. Kebanyakan acara di televisi menayangkan adegan pacaran, gaya hidup yang hura-hura, tidak hormat terhadap orangtua dan masi banyak yang lainnya. Salah satu contoh tayangan televisi yang berdampak pada perilaku siswa yaitu sinetron (sinema elektronik) yang menayangkan adegan kekerasan. Penyajian acara sinema elektonik menayangkan adegan kekerasan dilakukan secara verbal dengan menggunakan kata-kata kasar, nada suara yang tinggi/membentak, menghina orang tua dan masi banyak yang lainnya.

Setiap penyajian acara di televisi memiliki berdampak bagi penontonnya yaitu dapat berdampak positif maupun negatif. Sebagai salah satu contoh sinetron (sinema elektronik) yaitu mengambil hikmah dari tayangan tersebut dan menonton televisi dengan pengawasan orangtua/orang dewasa. Dampak positif tayangan televisi masih sedikit bagi anak tanpa pengawasan orangtua. Penyajian acara di televisi, banyak yang tidak mendidik sehingga dapat membahayakan bagi anak untuk ditonton.

Bullying merupakan serangan berulang secara fisik, psikologis, sosial,

(14)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bisa dilakukan oleh kelompok atau individu. Pelaku mengambil keuntungan dari orang lain yang dilihatnya mudah diserang. Tindakannya bisa dengan mengejek nama, korban diganggu atau di asingkan dan dapat merugikan korban (Widoretno, 2012).

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan indentifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana apa gambaran umum kebiasaan siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 dalam menonton tayangan sinetron? 2. Bagaimana apa gambaran umum perilaku bullying siswa Kelas VIII SMP

Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014?

3. Bagaimana hubungan kebiasaan menonton tayangan sinetron dengan perilaku bullying siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014?

4. Bagaimana program bimbingan dan konseling hipotetik untuk mereduksi kebiasaan menonton tayangan sinetron dan perilaku bullying siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian yaitu untuk memperoleh gambaran empiris hubungan kebiasaan menonton tayangan sinetron dengan perilaku bullying siswa SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII Tahun Ajaran 2013/2014.

Tujuan khusus penelitian ialah mengidentifikasi secara rinci hal berikut. 1. Gambaran umum kebiasaan siswa SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII

Tahun Ajaran 2013/2014dalam menonton tayangan sinetron.

2. Gambaran umum perilaku bullying siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

(15)

8

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Program bimbingan dan konseling yang secara hipotetik mereduksi kebiasaan menonton tayangan sinetron dan perilaku bullying siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang lebih baik lagi. Kegunaan penelitian dapat dilihat dari dua segi yaitu secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian diharapkan dapat menambah dan memperkaya ilmu psikologi remaja dan ilmu bimbingan dan konseling, khususnya berkaitan dengan kajian teoretik-konseptual tentang perilaku bullying pada remaja dan pengembangan intervensi perilaku melalui program bimbingan dan konseling untuk siswa SMP.

2. Manfaat Praktis

a. Konselor (guru bimbingan dan konseling) diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini dalam upaya membantu siswa untuk mengembangkan rasa empati, dapat bersosialisasi dengan baik serta memiliki sikap pengendalian diri bagi siswa perilaku bullying di SMP.

b. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan melengkapi hasil penelitian terdahulu berkenaan dengan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku bullying pada siswa Sekolah Menengah Pertama.

E. Struktur Organisasi Penelitian Skripsi

Dalam penelitian terdapat struktur penelitian untuk memperjelas konteks penelitian. Berikut merupakan struktur organisasi penelitian.

(16)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bab II Kajian Pustaka. Kajian pustaka mencakup konsep dasar perilaku bullying, kebiasaan menonton tayangan sinetron, konsep dasar bimbingan dan konseling serta langkah-langkah penyusunan program bimbingan dan konseling untuk mereduksi siswa yang berperilaku bullying.

Bab III Metode Penelitian. Bab III ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk komponen berikut: lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, defenisi operasional yang dirumuskan untuk setiap variabelnya, instrumen penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya serta analisis data.

Bab IV adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari dua hal utama, yakni: (a) pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan penelitian; (b) pembahasan dan analisis hasil temuan.

(17)

28 Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII Tahun Ajaran 2013/2014. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena: (1) terdapat fenomena bullying yang ditandai dengan siswa menggunakan kata-kata kasar, mencaci maki, menendang, memukul siswa di belakang sekolah, mengancam dengan tatapan mata yang tajam, melempar benda tajam dan sebagainya; (2) sampai saat ini belum ada yang meneliti mengenai perilaku bullying siswa Kelas VIII di SMP Negeri 15 Bandung.

1. Populasi Penelitian

(18)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan kognitif. Pada usia remaja ini perilaku yang ditunjukkan berubah-ubah namun dapat berdampak untuk perkembangan siswa selanjutnya.

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang di teliti (Arikunto, 2010:104). Penentuan sampel penelitian ini menggunakan sampling

population yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Berikut

tabel jumlah populasi Kelas VIII.

Tabel 3.1

Jumlah anggota populasi

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

Kelas Jumlah Populasi

VIII A 36 siswa

VIII B 36 siswa VIII C 36 siswa

VIII D 35 siswa

VIII E 36 siswa VIII F 36 siswa

VIII G 36 siswa

VIII H 36 siswa

Jumlah 287 siswa

Jumlah populasi siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 sebanyak 287 siswa, dari jumlah populasi yang menjadi sampel penelitian yaitu sebanyak 263 siswa.

B. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian

(19)

30

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

statistik untuk menentukan kebenaran generalisasi prediktif teori tersebut. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu untuk mendapatkan angka secara numerikal (Creswell, 1944:1-2).Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kebiasaan siswa menonton tayangan sinetron dengan perilaku bullying yang terjadi pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung.

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Metode ini dipilih karena bermaksud mendeskripsikan, menganalisis, mengambil suatu generalisasi terdapat mengenai kebiasaan menonton tayangan sinetron dengan perilaku

bullying pada siswa. Selanjutnya dari hasil temuan tersebut dijadikan dasar untuk

mengembangkan implikasi bagi bimbingan dan konseling dari gambaran hubungan kebiasaan menonton tayangan sinetron dengan perilaku bullying siswa terutama di sekolah.

Berdasarkan pendekatan dan metode penelitian, maka dibuat desain penelitian sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian sebagaimana digambarkan pada Bagan 3.1

Studi Pendahuluan: 1. Studi Literatur; 2. Studi Empiris

Penelaahan dan Judgement oleh pakar dan praktisi BK

Penyebaran data untuk penelitian

Analisis

Implikasi bagi bimbingan dan konseling Identifikasi Masalah

Perumusan kisi-kisi instrumen dan instrumen penelitian

Bagan 3.1 Alur Penelitian

Pengolahan data penelitian

(20)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Kebiasaan Menonton Tayangan Sinetron

Sulaeman (1984:71) berpendapat bahwa kebiasaan adalah suatu cara merespon individu terhadap sesuatu yang bersifat otomatis dan menetap untuk suatu masa tertentu. Kebiasaan yang dilakukan dapat dilihat melalui cara yang dilakukan, lama tidaknya waktu yang dilakukan, serta kegiatan yang telah terencana atau terprogram.

Kebiasaan merupakan suatu cara yang dilakukan atau bertindak dengan seragam. Kebiasaan juga merupakan perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang.

Menonton merupakan suatu proses perilaku yang yang dilakukan secara sadar maupun tidak disadari dalam menonton yang menghasilkan suatu ilusi pada pikiran individu dan dipengaruhi oleh tayangan-tayangan yang ditonton.

Sinetron merupakan sinema elektronik atau sinema bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi swasta di Indonesia.

Secara operasional kebiasaan menonton tayangan sinetron dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk perilaku yang dikerjakan secara terus-menerus oleh siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung serta relatif menetap dalam menonton sinetron yang disiarkan oleh stasiun televisi swasta di Indonesia.

Aspek perilaku kebiasaan menonton diukur dari materi acara sinetron yang ditonton, cara menonton sinetron dan waktu menonton sinetron.

Operasionalisasi variabel di atas secara rinci dijelaskan sebagai berikut. a) Cara menonton yaitu suatu perilaku atau cara yang dilakukan saat

menonton baik secara spontan, instingtif, mekanis, dan impulsif (bersifat cepat).

(21)

32

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Bullying

Coloroso (2006:47) menjelaskan dalam konteks dunia pendidikan, khususnya di sekolah, istilah bullying merujuk pada perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa atau siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

Bullying merupakan suatu bentuk perilaku atau berupa usaha menyakiti

secara fisik maupun psikologis. Bullying adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti individu atau korban, sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya.

Secara operasional bullying dalam penelitian ini merupakan bentuk perilaku pemaksaan atau menyakiti korban baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku bullying yang dilakukan siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung yang dilakukan dengan sengaja, berupakekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan relasional, kekerasan elektronik.

Adapun indikator-indikator dalam penelitian ini berdasarkan teori Coloroso adalah sebagai berikut:

a. Kekerasan fisik (physical bullying): kekerasan yang dilakukan secara fisik seperti menendang, memukul/melempar dengan benda keras, mencubit, mencakar, mendorong, menampar.

b. Kekerasan verbal (verbal bullying): kekerasan yang dilakukan secara verbal seperti memfitnah, kritikan kejam, ejekan/penghinaan, pelecehan, gossip, membentak/mengancam.

c. Kekerasan relasional (relational bullying): kekerasan yang dilakukan dengan pengecualian atau penghindaran, tawa mengejek, pandangan agresif / bahasa tubuh yang kasar, menyembunyikan/mengambil barang.

(22)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. Pengembangan Instrumen

1. Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen pada penelitian untuk mengungkap tingkat perilaku

bullying siswa SMP Kelas VIII yang dikembangkan dari definisi operasional

variabel penelitian. Item-item pernyataan instrumen pengungkap perilaku bullying

dikembangkan dari komponen atau variabel perilaku bullying yang telah ada, lalu dijabarkan melalui sub komponen yang akhirnya berbentuk indikator-indikator.

Kisi-kisi instrumen pengungkap kebiasaan menonton tayangan sinetron dikembangkan menjadi tiga aspek. Ketiga aspek tersebut, yaitu: a) materi acara sinetron; b) cara menonton sinetron; c) waktu menonton sinetron.

Kisi-kisi instrumen perilaku bullying dikembangkan menjadi empat aspek, yaitu: a) Kekerasan fisik (physical bullying; b) Kekerasan verbal (verbal

bullying); c) Kekerasan relasional; d) Kekerasan elektronik (cyberbullying).

(23)

34

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen

Kebiasaan Menonton Tayangan Sinetron (Sebelum Uji Coba)

Variabel Aspek Indikator Nomor Item(+) (-)

a. Spontan : serta merta

dengan 1,2,3,4 5,6,7,8,9 9

dengan sesuatu 15,16,17,18 19,20,21 7 d. Impulsif : Bersifat

cepat, bertindak secara tiba-tiba

menurut gerakan hati 22,23 24,25,26,27 6

Waktu

(24)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.3

(25)

36

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penyebaran angket kepada seluruh siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung yang menjadi sampel dalam penelitian.Instrumen yang digunakan dalam penelitian menggunakan dua skala yaitu untuk kebiasaan menonton tayangan sinetron menggunakan bentuk skala Likert dan perilaku bullying menggunakan skala

guttmandengan bentuk Force Choice.Pemilihan bentuk instrumen ini adalah

untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat siswa mengenai kebiasaan menonton tayangan sinetron dan perilaku bullying di kalangan SMP untuk siswa Kelas VIII. Berikut dijelaskan kriteria masing-masing skala.

3. Skoring Instrumen

a) Kebiasaan Menonton Tayangan Sinetron

Pemberian skor pada lembar jawaban kebiasaan dilakukan dengan kriteria jawaban positif dan negatif seperti tampak pada tabel berikut.

Tabel 3.4

Kriteria Kebiasaan Menonton Tayangan Sinetron

Skor item positif (+) Kriteria Skor item negatif (-)

5 Selalu (SL) 1

4 Sering (SR) 2

3 Kadang-kadang (KK) 3

2 Jarang (JR) 4

1 Tidak Pernah (TP) 5

b) Perilaku Bullying

(26)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Table 3.5

Kriteria Perilaku Bullying

Kriteria Skor item (-)

Ya 1

Tidak 0

E. Uji Coba Alat Pengumpul Data

Angket sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan telah melalui beberapa tahap pengujian, sebagai berikut.

1. Penyusunan Butir-butir Instrumen

Penyusunan butir-butir instrument kebiasaan menonton tayangan sinetron dan perilaku bullying siswa disusun berdasarkan pada indikator yang telah ditetapkan.

2. Penimbangan Butir Pernyataan (Judgement Instrumen)

Uji kelayakan instrumen melalui penimbangan (judgement) dalam pengembangan alat pengumpul data yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari aspek kesesuaian dengan landasan teoritis, kesesuaian dengan format dilihat dari sudut ilmu pengukuran serta ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon. Penilaian kepada ahli dosen dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM).Item yang diberi nilai M menyatakan bahwa item tersebut bisa digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau diperlukan revisi pada item tersebut.

Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yakni dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.Penilaian oleh dosen ahli dilakukan dengan 3 dosen yaitu Dr. Mubiar Agustin., M.Pd, Drs. Sudaryat Nurdin Akhmad, dan Dra. Lily Nurillah., M.Pd.

(27)

38

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

instrumen kebiasaan menonton tayangan sinetron dapat dilihat pada tabel 3.6, sebagai berikut.

Tabel 3.6

Hasil penimbangan Instrumen Kebiasaan Menonton Tayangan Sinetron

Kesimpulan Nomor Butir Jumlah

Dipakai 4,6,8,9,12,14,20,21,22,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,3

Hasil penimbangan untuk instrumen perilaku bullying dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7

Hasil penimbangan Instrumen Perilaku Bullying

Kesimpulan Nomor Butir Jumlah

Dipakai 1,2,3,5,7,8,9,10,19,21,23,24,28,29,30,32,34,36,37,38,3

Instrumen kebiasaan menonton tayangan sinetron pernyataan yang dipakai yaitu 22 butir, diperbaiki 21 butir, tidak ada butir yang ditambah ataupun dibuang, sehingga jumlah total butir pernyataan instrument 43 butir. Instrumen perilaku

(28)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tidak ada pernyataan yang dibuang ataupun ditambah, sehingga jumlah total butir pernyataan instrumen 65 butir.

4. Uji Keterbacaan

Langkah selanjutnya setelah melakukan uji kelayakan instrumen, maka dilakukan uji keterbacaan terhadap lima orang siswa SMP Negeri 15 Bandung. Setelah uji keterbacaan, pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami di revisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung. Hasilnya, seluruh item pernyataan yang diberikan dapat dimengerti oleh siswa baik dari segi bahasa maupun makna yang terkandung dalam pernyataan.Setelah itu kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data melalui angket adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010 :151).

Pada penelitian ini untuk memperoleh data mengenai gambaran umum kebiasaan menonton tayangan sinetron dan perilaku bullying siswa diperlukan instrumen untuk mengungkapnya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen yaitu angket, yang terdiri dari angket tentang (1) kebiasaan menonton tayangan sinetron ; (2) perilaku bullying siswa.

G. Analisis Data

1. Uji Validitas

Validitas item adalah derajat kesesuaian antara satu item dengan item-item yang lainnya dalam suatu perangkat instrumen. Suatu instrumen dapat dikatakan valid artinya instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2007:173). Semakin tinggi nilai validasi soal menunjukkan semakin valid instrumen yang akan digunakan.

(29)

40

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menunjukkan keeratan hubungan yang terjadi antara dua variabel atau menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berskala ukur ordinal.Untuk menguji validitas data ordinal digunakan rumus Rank

Spearman sebagai berikut.

Dengan: =

dan

=

dan

dan merupakan faktor korelasi X dan Y

Keterangan:

t = frekuensi nilai yang sama

N= jumlah sampel

X= data item

Y= total nilai dari data sub variabel

(Sugiyono, 2008:173) Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows Versi 20.0. Validitas item dilakukan dengan menganalisis daya pembeda menggunakan prosedur pengujian Spearman’s rho. Berdasarkan pengolahan data, hasil uji validitas kebiasaan menonton tayangan sinetron menunjukkan bahwa dari 43 butir item pernyataan, terdapat 5 butir item yang tidak valid dan hasil uji validitas perilaku bullying menunjukkan bahwa dari 65 butir item pernyataan terdapat 7 butir item pernyataan yang tidak valid. Item yang dinyatakan valid memiliki daya pembeda yang signifikan pada p > 0.01 dan p < 0.01.Ini artinya terdapat 43 butir item kebiasaan menonton tayangan sinetron dan 58 butir item pernyataan perilaku bullying yang dapat digunakan dalam

(30)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penelitian di lapangan. (Hasil perhitungan validitas terlampir). Berikut disajikan item-item pernyataan setelah validitas.

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Item Kebiasaan Menonton Tayangan Sinetron

Signifikansi No. Item Jumlah

Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,11,12,13,14,15,17,19,20,21,22,23,24,2 5,26,27,28,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42

38

Tidak Valid 10,16,18,29,43 5

Tabel 3.9

Hasil Uji Validitas Item Perilaku Bullying

Signifikansi No. Item Jumlah

Valid 2,3,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,19,20,21,22,23,2 4,25,26,27,28,29,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42, 43,44,45,46,47,48,50,51,52,53,54,55,56,57,58,59,60,61 ,62,63,64

58

Tidak Valid 1,6,8,30,46,49,65 7

Kisi-kisi instrumen kebiasaan menonton tayangan sinetron setelah dilakukan uji coba ditunjukkan pada tabel 3.10, dan kisi-kisi instrumen perilaku

(31)

42

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.10 Kisi-kisi instrumen

Kebiasaan Menonton Tayangan Sinetron (Setelah Uji Coba)

Variabel Aspek Indikator Nomor Item(+) (-)

a. Spontan : serta merta

dengan 1,2,3,4 5,6,7,8,9 9

menurut gerakan hati 22,23 24,25,26,27 6

Waktu

(32)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.11

Memberi julukan nama 19, 20

18 Melalui media tulisan,

gambar / Internet

60, 61, 62, 63 Melalui media rekaman

/ video

64

Jumlah 58

2. Uji Reliabilitas

(33)

44

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

diperoleh sebagai proporsi perolehan subjek. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengukur reliabilitas instrument kebiasaan menonton tayangan sinetron adalah rumus Alpha Cronbach dengan memanfaatkan program SPSS for

windows versi 20.0.Pengujian reliabilitas alatpengumpul data menggunakan

rumus Koefisien Alpha Cronbach dengan rumussebagai berikut.

Dimana: Selanjutnya untuk mengetahui interpretasi dari realibilitas yang diperoleh, maka digunakan klasifikasi dari Sugiyono (2007:257) sebagai berikut.

Tabel 3.12

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

Besarnya nilai r Interpretasi

(34)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.13

Hasil Uji Reliabilitas Kebiasaan Menonton Tayangan Sinetron

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.885 38

Berdasarkan pengolahan data hasil uji coba instrumen diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,885 dengan tingkat kepercayaan (99)% artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan sangat tinggi, ini menunjukkan instrumen yang digunakan sangat baik dan dapat di percaya sebagai alat pengumpul data. Hasil uji coba instrument diperoleh dengan memanfaatkan program SPSS for Windows Versi 20.0.

Tabel 3.14

Hasil Uji Reliabilitas Perilaku Bullying

Reliability Statistics

.934 65

Berdasarkan pengolahan data hasil uji coba instrumen diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0.934 dengan tingkat kepercayaan 99% artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan sangat tinggi, ini menunjukkan instrumen yang digunakan sangat baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Hasil uji coba instrument diperoleh dengan memanfaatkan program Microsoft Office Excel 2007.

H. Prosedur Penelitian

1. Penyusunan Proposal Penelitian

(35)

46

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

seminar.Setelah tema disetujui oleh dewan skripsi, maka dirumuskan judul penelitian dalam bentuk proposal.Berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh pada saat seminar proposal sebelumnya, proposal kemudian direvisi dan hasil revisi diajukan kembali untuk memperoleh pengesahan dan pengangkatan dosen pembimbing skripsi.

2. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian bertujuan untuk memenuhi kelengkapan administrasi penelitian sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Perizinan dimulai dengan mengajukan permohonan izin penelitian kepada Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) dan dapat langsung diserahkan kepada sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Tempat penelitian tersebut yaitu SMP Negeri 15 Bandung.

3. Penyusunan dan Pengembangan Alat Pengumpul Data

Penyusunan alat pengumpul data dimulai dengan membuat kisi-kisi instrumen berdasarkan aspek yang diukur, yaitu kebiasaan menonton tayangan sinetron dengan perilaku bullying siswa.Butir-butir pernyataan dibuat berdasarkan indikator pada setiap aspeknya. Kemudian instrumen dinilai kelayakan atau penimbangan instrumen oleh dosen yang berkompeten di bidangnya.Setelah melalui uji kelayakan instrumen, kemudian disempurnakan dan disusun menjadi instrumen yang siap digunakan untuk alat pengumpulan data.

4. Pelaksanaan Pengumpulan Data

(36)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

serta mengecek kelengkapan identitas dan kelengkapan jawaban siswa dan terakhir penutup

I. Teknik Pengolahan Data

1. Verifikasi data

Verifikasi data adalah langkah pemeriksaan terhadap data yang telah diperoleh dalam rangka pengumpulan data yang bertujuan untuk menyeleksi atau memilih data yang dianggap layak untuk diolah.Tahapan verifikasi data yang dilakukan sebagai berikut. Hasil verifikasi data yang dilakukan diperoleh data yang diisi oleh responden dengan menunjukkan kelengkapan bahwa responden mengisi sesuai dengan petunjuk yang tertera dan semua data memenuhi persyaratan untuk dapat diolah.

2. Penyekoran

Setelah mengetahui item pernyataan yang layak serta memenuhi syarat untuk digunakan sebagai data penelitian, maka langkah selanjutnya adalah tahap penyekoran. Dimana data yang ditetapkan untuk diolah kemudian diberi skor sesuai dengan yang ditetapkan. Instrumen pengumpul data kebiasaan menonton tayangan sinetron menggunakan skala sikap Likert dengan menyediakan lima alternatif jawaban. Sedangkan untuk perilaku bullying instrument pengumpulan data menggunakan skala Guttman dengan menyediakan dua alternatif jawaban.Secara sederhana, tiap opsi alternatif respon mengandung arti dan nilai skor seperti tertera pada Tabel 3.15 dan 3.16 berikut.

Tabel 3.15

Kriteria Kebiasaan Menonton Tayangan Sinetron

Skor item positif (+) Kriteria Skor item negatif (-)

5 Selalu (SL) 1

4 Sering (SR) 2

3 Kadang-kadang (KK) 3

2 Jarang (JR) 4

(37)

48

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pemberian skor pada lembar jawaban perilaku bullying dilakukan dengan kriteria penyekoran sebagai berikut.

Tabel 3.16

Kriteria Perilaku Bullying

Kriteria Skor item (-)

Ya 1

Tidak 0

3. Pengolahan Data

Penelitian bertujuan untuk mengetahui tiga hal yakni gambaran dari kebiasaan menonton tayangan sinetron, gambaran perilaku bullying, dan mengetahui besar pengaruh antara kebiasaan menonton tayangan sinetron dengan perilaku bullying siswa. Sehingga dari tujuan diketahui metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian.

a. Pengelompokkan Data

Gambaran umum karakteristik sumber data penelitian yaitu kebiasaan menonton tayangan sinetron terhadap perilaku bullying siswa. Terlebih dahulu dilakukan pengelompokan data menjadi tiga kategori yaitu: tinggi, sedang dan rendah. Penentuan kelompok siswa dengan kategori kebiasaan menonton sinetron dan perilaku bullying yang tinggi, sedang dan rendah dalam penelitian dilakukan konversi skor mentah menjadi skor matang dengan menggunakan batas aktual dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menghitung skor total masing-masing responden

2) Menghitung rata-rata dari skor total responden (μ) dengan menggunakan program SPSS 20.0 for windows

3) Menentukan standar deviasi dari skor total responden (ơ) dengan menggunakan program SPSS 20.0 for windows

4) Mengelompokan data menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah dengan pedoman sebagai berikut.

(38)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

distrubisi skor responden berdasarkan konversi skor yang telah ditentukan. Penentuan skor dilakukan untuk menentukan kategori kebiasaan menonton tayangan sinetron berdasarkan kategori tinggi, sedang dan rendah dengan menggunakan distribusi frekuensi. Secara spesifik penentuan skor dari data responden diperoleh Xmaks dan Xmin. Untuk memperoleh rentang, data skor tertinggi responden (Xmaks) dikurangi skor terendah responden (Xmin), dan untuk memperoleh interval pada tabel konversi skor sebagai berikut.

Rentang = Xmaks - Xmin (skor maksimal dikurangi skor minimal) Kelompok = kategori konversi skor

Interval =

(Furqon, 2008: 24-25) Dengan demikian, skor berkisar pada interval 61 - 90 (cenderung kebiasaan menonton tayangan sinetron melalui cara dan waktu menonton) dikategorikan rendah; 91 – 120 (cenderung kebiasaan menonton tayangan sinetron melalui cara dan waktu menonton) dikategorikan sedang; dan 121 – 150 (cenderung kebiasaan menonton tayangan sinetron melalui cara dan waktu menonton) dikatakan tinggi.

b) Pertanyaan kedua mengenai perilaku bullying siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung dijawab melalui distribusi skor responden berdasarkan konversi skor yang telah ditentukan melalui program SPSS for Windows Versi

20.0. Penentuan skor dilakukan untuk menentukan kategori perilaku bullying

berdasarkan kategori tinggi, sedang dan rendah dengan menggunakan distribusi frekuensi. Secara spesifik penentuan skor dari data responden diperoleh Xmaks dan Xmin.

Sehingga skor berkisar pada interval < 40 (cenderung melakukan perilaku

bullying fisik, verbal, relasional dan cyberbullying) dikategorikan rendah; 41 – 50

(39)

50

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

cyberbullying) dikategorikan sedang; dan > 51 (cenderung melakukan perilaku

bullying fisik, verbal, relasional dan cyberbullying) dikategorikan tinggi.

Tabel 3.17

Interpretasi Skor Kategori Kebiasaan Menonton Tayangan Sinetron

Variabel Kategori Interpretasi

Kebiasaan menonton tayangan sinetron

Rendah (61 - 90)

Siswa pada kategori rendah kecenderungan kebiasaan siswa dalam menonton tayangan sinetron melalui aspek materi acara sinetron, cara menonton dan waktu dalam menonton

dengan intensitas menonton yang rendah, hanya menonton di saat seperlunya saja, dan tidak begitu menyukai acara sinetron di televisi.

Sedang (91 - 120)

Siswa pada kategori sedang kecenderungan kebiasaan siswa dalam menonton tayangan sinetron melalui aspek materi acara sinetron, cara menonton dan waktu dalam menonton

dengan intensitas menonton yang cukup atau sedang, menonton di saat sepulang sekolah, dan diwaktu kosong, menyukai acara sinetron di televisi yang cukup. Tinggi

(121 - 150)

Siswa pada kategori tinggi kecenderungan kebiasaan siswa dalam menonton tayangan sinetron melalui aspek materi acara sinetron, cara menonton dan waktu dalam menonton

(40)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.18

Interpretasi Skor Kategori Perilaku bullying

Variabel Kategori Interpretasi

Perilaku bullying Rendah (< 40)

Siswa pada kategori ini kecenderungan perilaku bullying siswa dikatakan rendah intensitas perilaku

bullying yang dilakukan melalui aspek

physical bullying rendah, verbal

bullying rendah, relasional bullying

dan cyberbullying yangrendah.

Sedang (41 - 50)

Siswa pada kategori ini kecenderungan perilaku bullying siswa dikatakan sedang intensitas perilaku

bullying yang dilakukan melalui aspek

physical bullying yang sedang, verbal

bullying yang sedang, relasional

bullying dan cyberbullying yang

sedang.

Tinggi (> 50)

Siswa pada kategori ini kecenderungan perilaku bullying siswa dikatakan tinggi intensitas perilaku bullying yang dilakukan melalui aspek

physical bullying tinggi, verbal

bullying tinggi, relasional bullying

dan cyberbullying yangtinggi.

a. Uji Korelasi

Uji korelasi digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas X (kebiasaan menonton tayangan sinetron) dengan variabel terikat Y (perilaku

(41)

52

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rumus yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman sebagai berikut:

Keterangan:

= nilai korelasi spearman rank = selisih setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan rank untuk spearman

(Riduwan dan Sunarto, 2009:74) Setelah diperolehnya koefisien korelasi, maka untuk menginterpretasikan koefisien korelasi tersebut digunakan pedoman sebagai berikut, yaitu:

Tabel 3.19

Kriteria Tingkat Korelasi

Kriteria Tingkat Korelasi

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Sedang

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

Sugiyono (2007:257)

b. Uji Signifikansi

Untuk menguji tingkat signifikansi korelasi digunakan rumus:

Sugiono (2013: 228)

Hasil perhitungan dari signifikansi kemudian dibandingkan dengan pada tingkat kesalahan 5% uji dua pihak dan dk= n-2, sehingga dapat diperoleh keterangan bahwa apabila > maka dapat disimpulkan adanya signifikan antara variabel X dengan variabel Y, dan apabila < maka

1-

(42)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dapat disimpulkan bahwa tidak memiliki signifikansi antara variabel X dengan variabel Y.

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dapat dihitung dengan cara mengkuadratkan koefisien korelasi yang telah ditemukan, dan selanjutnya dikalikan dengan 100%. Koefisien determinasi (penentu) ini dinyatakan dalam persen.

(Sugiyono, 2007:259) Keterangan:

KD = Koefisien determinasi r2 =Kuadrat koefisiean korelasi

d. Pengujian Signifikan

Untuk penelitian ini, tingkat kesalahan yang dapat ditolerir atau tingkat signifikan ( ) ditetapkan sebesar 5% (0,05) pada dua tes sisi. Jika nilai signifikan (Sig) < α (0,05) H0 ditolak dan H1 diterima berarti terdapat hubungan antara kecanduan mengakses facebook dengan kebiasaan belajar. Jika nilai signifikan (Sig) > α (0,05) H0 diterima dan H1 ditolak.

H0 (Hipotesis 0)

H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan menonton tayangan sinetron dan perilaku bullying siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung

H1 (Hipotesis 1)

H1 = Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan menonton tayangan sinetron dengan perilaku bullying siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung

(43)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

73

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dibawah ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan yang patut untuk ditelaah dari penelitian ini. Berikut pemaparan kesimpulan penelitian.

1. Secara umum kebiasaan menonton tayangan sinetron Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 berada pada kategori sedang;

2. Secara umum perilaku bullying siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 berada pada kategori sedang;

3. Tidah terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan menonton tayangan sinetron dan perilaku bullying siswa.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan penelitian, beberapa rekomendasi akan disampaikan sebagai berikut.

1. Bagi Guru Pembimbing/Guru bimbingan dan konseling

Hasil penelitian menunjukan sebagian besar siswa mempunyai kebiasaan menonton tayangan sinetron dengan kategori sedang dan perilaku bullying dengan kategori sedang. Upaya yang selayaknya dilakukan guru pembimbing/guru bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut.

a. Memberikan layanan informasi kepada siswa mengenai pengaruh kebiasaan menonton tayangan sinetron serta dampak yang terjadi bagi diri siswa;

(44)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Bagi Guru

Data hasil penelitian memberikan gambaran umum sebagian besar siswa mempunyai kebiasaan menonton tayangan sinetron pada kategori sedang dan perilaku bullying pada kategori sedang. Pada kategori ini untuk kebiasaan menonton tayangan sinetron siswa mengarah pada aspek menonton materi acara sinetron, cara menonton yang bersifat cepat, otomatis serta waktu menonton yang rutin, dan terencana dengan tingkat frekuensi menonton yang dikategorikan sedang. Sedangkan untuk perilaku bullying siswa dengan intensitas sedang yang mengarah pada aspek kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan relasional serta cyberbullying.

Guru merupakan orang tua bagi siswa di sekolah. Dari hasil penelitian ini guru diharapkan dapat berperan untuk mengarahkan siswa melalui diskusi mengenai tayangan sinetron yang ditayangkan di televisi serta dampak etika siswa dari tayangan sinetron dan contoh-contoh perilaku negatif yang diperlihatkan. Guru juga diharapkan mampu berkerja sama (antara personil sekolah) dalam upaya mereduksi perilaku bullying di sekolah, khususnya dengan pihak bimbingan dan konseling.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan keterbatasan penelitian sebelumnya, apabila peneliti selanjutnya ingin melakukan penelitian yang sama maka disarankan untuk:

a. mengembangkan penelitian dengan membuat program seutuhnya dan mengujicobakan program yang telah dibuat untuk mereduksi perilaku bullying

siswa;

(45)

Fitriani BR Sinurat,2014

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN SINETRON DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

75

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2008). Rambu-rambu Penyelenggaraan BK dalam Jalur Pendidikan. Bandung : ABKIN.

Alwi. (2001). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta:balai pustaka.

Ardlz .(2008). Definisi Sinetron Televisi. (Online) Tersedia: http://chendah.blogspot.com. (23 Juni 2013)

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asrori. (2004). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara.

Atma. (2012). Hindari Salah Paham dengan Bertsikap Asertif (Online) Tersedia: http://mditack.co.id./mdinews/index.html. (15 November 2013).

Bandura A., & Walters R.H. (1963). Social Learning and Personality Development. New York : Holt, Rinehart, & Winston.

Christin. (2012). Dampak Psikologis Bullying Pada Siswa SMA. Journal; Gunadarma University.

Coloroso, Barbara. (2003). Stop bullying (memutuskan rantai kekerasan anak dari

prasekolah hingga SMU). Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi.

_______(2007). Stop Bullying. Penindas Tertindas, dan Penonton (Resep

memutuskan rantai kekerasan anak dari prasekolah hingga SMU). Jakarta:

Serambi Ilmu Pustaka.

Cowie & Jennifer. (2009). Penanganan Kekerasan Di Sekolah (Pendekatan Lingkup

Sekolah Untuk Mencapai Praktik Terbaik). Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang.

Craig.W. (1998). The Relationship Among Bullying, Victimization, Depression,

Anxiety, and Aggresion In Elementary School Children. Personal Individual

(46)

Creswell .(1944). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating

Quantitative Research. Fourth Edition, Linelon: Person.

Darwanto. (2005). Focus Group Discussion (FGD) Sebuah Pengantar Praktis. Jakarta : Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat Universitas Khatolik Indonesia Atma Jaya.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dwyer. (2009). Dampak Televisi Terhadap Remaja Dan Anak-Anak Di Indonesia.

(Online). Tersedia: http://ubaydillah-01.blogspot.com. (11 Oktober 2013)

Fani, Faisal Ahmad. (2013). Pengaruh Siaran Televisi Terhadap Kenakalan Remaja.

(Online) Tersedia:

http://faisalahmadfani.blogspot.com/2012/09/pengaruh-siaran-televisi-terhadap.html. (12 Oktober 2013)

Furqon. (2008). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gemari. (2007). Sinetron Remaja Bodohi Masyarakat. (Online) Tersedia: http://gemarisinetron-remaja-bodohi-masyarakat-edisi81/2007/. (13 November 2013)

Grabber G, Morgan M, Signorielli N. (1994). Programming Health Portrayals: What

Viewers see, say and do. In: Pearl D, Lazar J, eds. Television And Behavior:

Ten Years of Scientific Progress and Implications for the Eighties.

Washington, DC: US Government Printing Office. Guntarto. (2004). Growing Up With TV. Singapore : AMIC

Houbre, B., Tarquinio, C. & Thuillier, I. (2006). Bullying Among Students and Its

Consequences on Health. European Journal of Psychology of Education.

Hurlock, Elizabeth B. (1991). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan) Edisi Kelima. (Alih Bahasa Istiwidayanti dan

Soedjarwo). Jakarta: Erlangga.

(47)

77

Nurihsan, Achmad Juntika. (2006). Bimbingan dan Konseling dan Berbagai Latar

Kehidupan. Bandung. Refika Aditama.

_______(2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.

Labib, Muh. (2002). Potret Sinetron Indonesia Antara Realitas Virtual dan Realitas

Sosial. Jakarta: Mandar Utama Tiga Books

Lestaria, Suciati Annisa. (2009). Hubungan antara Kebiasaan Menonton Tayangan

Sinetron Remaja di Televisi dengan Perilaku Seksual Remaja. Skripsi PPB

FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Olweus. (1994). Bullying At School. Australia: Blackwell Publishing

Parea (1987). Bullying and delinquency in adolescence: victims’ and perpetrators’

family and peer relations. Swiss Journal of Psychology.

Prasojo, Edo. (2012). Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Pola Pikir Remaja.

(Online) Tersedia:

http://ucihasantoso.wordpress.com/2012/08/05/pengaruh-tayangan-televisi-terhadap-pola-pikir-remaja/. (14 September 2013)

Prayitno. 1984. Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta : Dikti.

Quiroz, HC., et.al. (2006). Bullying In Schools; Fighting the Bully Battle. (Online). Tersedia: http://www.schoolsafety.us/pubfiles/bullying chalk talk.pdf. (5 September 2013)

Riauskina, dkk. (2005). “Gencet-gencetan” Di Mata Siswa/Siswi Kelas I SMA:

Naskah Kognitif Tentang Arti Skenario, dan Dampak “Gencet-gencetan”. Jurnal Psikologi Sosial. Volume. 12. Nomor 01. September. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Ridwan & Sunarto. (2009). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan

Penelitian Pemula. Bandung: Alfabeta

Gambar

tabel jumlah  populasi Kelas VIII.
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen
Tabel 3.4  Kriteria Kebiasaan Menonton Tayangan Sinetron
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi ini memuat tentang pembelian dan penjualan onderdil motor tiap kali transaksi terjadi sehingga transaksi pembelian dan penjualan dapat dipermudah serta memudahkan

- Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi dampak ekonomi dari pencemaran udara terhadap kesehatan di Indonesia menggunakan data tahun 2011.. Indikator pencemaran udara

Nyamuk Anopheles spp yang tertangkap istirahat di luar rumah dan di dalam rumah pada malam hari dan pagi hari, dilakukan pembedahan ovarium untuk menentukan angka paritas

iPad dalam m - learning Persiapan Pelaksanaan Penilaian Produksi Anotasi iPad Administrasi Inspirasi Diskusi Presensi Evaluasi Presentasi Konklusi Notulensi Referensi

Telah terbukti bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction dapat meningkatkan pemahaman dan motivasi belajar matematika siswa SMPIT ANNUR T.P

SHT11 memberikan keluaran data kelembaban dan temperatur pada pin Data secara bergantian sesuai dengan clock yang diberikan oleh mikrokontroller pada Port D pin7

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Dengan cara mengorganisasikan data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan spiritualitas lansia di UPT Pelayanan Sosial lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan