• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA PAKAN TERNAK AYAM PETELUR di PT. MABAR FEED INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KJELDAHL KARYA ILMIAH TIKA PUTRI SITORUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA PAKAN TERNAK AYAM PETELUR di PT. MABAR FEED INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KJELDAHL KARYA ILMIAH TIKA PUTRI SITORUS"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA PAKAN TERNAK AYAM PETELUR di PT. MABAR FEED INDONESIA

MENGGUNAKAN METODE KJELDAHL

KARYA ILMIAH

TIKA PUTRI SITORUS 162401008

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)

PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA PAKAN TERNAK AYAM PETELUR di PT. MABAR FEED INDONESIA

MENGGUNAKAN METODE KJELDAHL

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

TIKA PUTRI SITORUS 162401008

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(3)
(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA PAKAN TERNAK AYAM PETELUR di PT. MABAR FEED INDONESIA

MENGGUNAKAN METODE KJELDAHL

LAPORAN TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing yang disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2019

TIKA PUTRI SITORUS 162401008

(5)

PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA PAKAN TERNAK AYAM PETELUR di PT. MABAR FEED INDONESIA

MENGGUNAKAN METODE KJELDAHL

ABSTRAK

Penentuan kadar protein pada pakan ternak ayam petelur dilaboratorium PT. Mabar Feed Indonesia dengan menggunakan metode Kjeldahl. Metode Kjeldahl merupakan metode analisis kuantitatif yang digunakan untuk menganalisa kadar protein kasar. Untuk mengetahui kadar protein pada sampel, ada tiga tahap analisa yang dilakukan, yaitu tahap destruksi dimana sampel dipanaskan dalam H2SO4 dan dengan penambahan katalis selenium mix untuk mempercepat proses destruksi kemudian didestilasi dan dititrasi dengan menggunakan larutan standar HCl 0,2 N dan akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari hijau menjadi merah muda. Kadar protein pada pakan ayam petelur yang diperoleh dari hasil analisis adalah 17,41%, 17,9%, 18,16%, 18,11%, 18,94% yang sesuai dengan kebutuhan ternak ayam petelur dan sesuai dengan SNI minimal 16,5%.

(6)

DETERMINATION OF PROTEIN CONTENT IN ANIMAL FEED LAYING HENS PT. MABAR FEED INDONESIA USING

THE KJELDAHL METHOD

ABSTRACT

Determination of protein content in animal feed laying hens at PT. Mabar Feed Indonesia laboratory using the Kjeldahl method. The Kjeldahl method is a quantitative analysis method used to analyze crude protein. To determine the protein content in the sample, there are three stages of analysis carried out, the destruction stage where the sample is heated in H2SO4 and by adding a selenium mix catalyst to accelerate the destruction process and then distilled and titrated using a standard 0.2 N HCl solution and the end of the titration marked color change from green to pink. The protein content in laying hen feed obtained from the results of the analysis was 17.41%, 17.9%, 18.16%, 18.11%, 18.94% which corresponded to the needs of laying hens and in accordance with SNI at least 16, 5%.

(7)

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sesuai harapan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi D-3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan judul “Penentuan Kadar Protein Pada Pakan Ternak Dengan Menggunakan Metode Kjeldahl”.

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis mengalami beberapa hambatan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan bimbingan sehingga penulis dapat melewatinya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarnya kepada :

1. Bapak Prof. Basuki Wirjosentono,MS.,Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan selama proses penulisan tugas akhir ini.

2. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra,S.Si.,M.Si selaku Ketua Depatemen Kimia FMIPA USU.

3. Bapak Dr. Minto Supeno,MS selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU.

4. Bapak Hamdan,SH, Ibu Veronika Manullang, Ibu Merti, Kak Yus, Kak Aan, Bang Rudy selaku tim analisis dilaboratorium analisa PT.Mabar Feed Indonesia.

5. Orangtua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan,arahan,dan motivasi.

6. Teman-teman mahasiswa D-3 Kimia stambuk 2016 yang memberikan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Penulis juga berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2019

Tika Putri Sitorus

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN i

PENGESAHAN ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

PENGHARGAAN v

DAFTAR ISI vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pakan Ayam 3

2.2 Bahan Baku Pakan Ayam 3

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Pakan 7

2.4 Protein 8

2.4.1 Fungsi Protein 9

2.4.2 Kebutuhan Protein Untuk Protein Telur 9

2.5 Metode Kjeldahl 10

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan 12

3.1.1 Alat 12

3.1.2 Bahan 12

3.2 Prosedur Percobaan 13

(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Analisa 14

4.2 Perhitungan 15

4.3 Pembahasan 17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 18

5.2 Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 20

(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan pakan ternak adalah segala bahan yang dapat dimakan, disukai, dicerna dan bermanfaat bagi ternak dengan makna tidak beracun atau mengganggu kesehatan ternak. Bahan pakan terdiri dari berbagai macam campuran dari bahan pakan seperti biji-bijian, bungkil-bungkilan, limbah pertanian maupun peternakan, vitamin dan mineral. Pakan tersebut akan diformulasikan agar menjadi balance ration / balance feed, yaitu pakan yang memenuhi kebutuhan nutrisi lemak selama sehari untuk mendukung produktivitasnya yang maksimum (Natsir,2017).

Dalam peternakan ayam, faktor ransum memerlukan perhatian yang tidak sedikit. Tinggi rendahnya ransum atau cukup tidaknya ransum yang diberikan pada setiap ayam harus diperhitungkan secara cermat. Ransum yang diberikan pada ayam berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup ayam antara lain untuk pertumbuhan, pemeliharaan sel-sel, dan mengganti kebagian yang rusak, untuk keperluan memproduksi telur. Ransum yang siap diberikan pada ayam merupakan ransum yang sudah jadi (Suparman,2007).

Secara garis besar, zat-zat makanan yang dibutuhkan ayam terdiri atas protein, energi, vitamin, mineral, dan air. Protein merupakan gabungan dari asam amino. Kebutuhan protein pada ayam tergantung pada umurnya. Ayam yang masih kecil membutuhkan lebih banyak protein dari pada ayam lepas induk.

Demikian juga, ayam yang sedang bertelur membutuhkan protein yang lebih tinggi dari pada ayam lepas induk karena ayam yang bertelur membutuhkan banyak protein dalam pembentukan telur. Tinggi atau rendahnya protein juga ditentukan dengan kualitas makanan dan kesehatan ayam. Ayam yang tidak sehat sudah pasti tidak mau makan atau makan sedikit sehingga ayam yang sakit atau

(11)

baru sembuh dari sakit membutuhkan protein yang tinggi untuk menggantikan jaringan tubuh yang rusak (Rasyaf,2011).

Dari uraian diatas, maka dilakukan analisis kadar protein pada pakan ternak dengan menggunakan metode Kjeldahl.

1.2 Permasalahan

1. Berapakah kadar protein yang terdapat dalam pakan ternak di PT. Mabar Feed Indonesia?

2. Apakah kadar protein yang terdapat dalam pakan ternak di PT. Mabar Feed Indonesia memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI)?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar protein yang terdapat dalam pakan ternak di PT.Mabar Feed Indonesia

2. Untuk mengetahui apakah kadar protein yang terdapat dalam pakan ternak di PT. Mabar Feed Indonesia telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia

1.4 Manfaat

1. Dapat mengetahui tahap-tahap analisis kadar protein dengan metode Kjedhal pada pakan ayam petelur

2. Dapat memberi informasi tentang kandungan protein didalam pakan ternak

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pakan Ayam

Ayam petelur membutuhkan sejumlah unsur gizi untuk hidupnya, misalnya bernafas, peredaran darah, bergerak. Disamping itu, untuk ayam yang sedang bertelur dibutuhkan pula untuk produksi telur. Kebutuhan yang pertama itu disebut dengan kebutuhan untuk hidup pokok, dan yang kedua untuk produksi (Rasyaf,1993).

Pakan dalam kegiatan pemeliharaan ayam petelur merupakan unsur penting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan dan suplai energi sehingga proses metabolisme dapat berjalan dengan baik. Pakan memegang pengaruh yang besar dalam keberhasilan usaha peternakan ayam petelur, karena hampir 70% dari total biaya operasional digunakan untuk pakan. Pakan ayam petelur umumnya merupakan campuran dari berbagai macam bahan pakan yang diformulasikan dengan batasan tertentu untuk menghasilkan formula pakan yang mengandung nilai gizi yang sesuai (Alif,2017).

2.2 Bahan Baku Pakan Ayam 1. Berdasarkan Kegunaan

Menurut kegunaannya bahan baku pakan ayam dibedakan menjadi bahan pakan sebagai sumber protein, sumber energi, sumber vitamin, sumber mineral, dan pelengkap.

a. Sumber Protein

Bahan baku pakan sumber protein, minimal mengandung protein kasar sebesar 18%. Adapun bahan baku pakan yang termasuk dalam kelompok ini adalah: tepung ikan, kadar proteinnya mencapai 50% - 70%; bungkil kacang kedelai, 40% - 50%; bungkil kacang tanah, 45% - 55%; dan bungkil kelapa 20%.

(13)

b. Sumber Energi

Bahan baku pakan sumber energi ini mengandung protein kurang dari 18%, akan tetapi memberikan energi yang cukup tinggi.

c. Sumber Vitamin

Bahan baku pakan sumber vitamin ini, umumnya memiliki kandungan protein yang kurang, tetapi memiliki kandungan vitamin yang tinggi.

d. Sumber Mineral

Bahan baku sumber mineral ini, memiliki kandungan protein dan energi yang memang rendah, akan tetapi kadar mineralnya cukup tinggi, terutama Ca dan P. Bahan baku pakan yang termasuk dalam kelompok ini adalah tepung tulang, tepung kerang, dan grit.

e. Pelengkap

Ransum ayam ras petelur pada umumnya selalu ditambahkan dengan bahan baku pelengkap. Bahan baku pelengkap ini dibuat oleh pabrik, dengan maksud untuk melengkapi unsur-unsur makanan tertentu yang terkandung di dalam ransum. Bahan baku pakan yang temasuk dalam kelompok ini adalah: feed supplement vitamin atau multivitamin, feed supplement mineral, dan lain sebagainya.

2. Berdasarkan Bentuk Fisik

Berdasarkan bentuk fisiknya, bahan baku pakan ayam dapat dibedakan menjadi 3 jenis sebagai berikut.

a. Berbentuk Butiran

Bentuk bahan pakan semacam ini pada umumnya sangat disukai ayam.

Bahan baku pakan yang termasuk dalam jenis ini adalah jagung dan sorghum.

b. Berbentuk Tepung

Bahan baku pakan ayam berbentuk tepung yang biasa digunakan ialah:

tepung ikan, tepung tulang, tepung kerang, tepung rese, tepung daun lamtoro atau turi, tepung susu, dan dedak atau bekatul.

(14)

c. Berbentuk Bungkil

Berbagai bahan baku berbentuk bungkil yang biasa digunakan dalam komposisi ransum pakan ayam ialah: bungkil kacang kedelai, bungkil kacang tanah, dan bungkil kelapa.

3. Berdasarkan Asalnya

Bahan baku pakan yang biasa digunakan untuk membuat ransum menurut asalnya dapat dibedakan menjadi 2 macam yakni, bahan baku asal tumbuh-tumbuhan dengan hasil ikutannya dan bahan baku asal hewan dengan hasil ikutannya.

a. Bahan baku asal tumbuh-tumbuhan

Bahan baku pakan asal tumbuh-tumbuhan dengan hasil ikutannya yang biasa digunakan sebagai komposisi dalam membentuk ransum adalah 1. Jagung Kuning

Jagung kuning adalah bahan baku pakan asal tumbuh-tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai unsur pembentuk ransum ternak ayam. Jagung merupakan sumber energi yang cukup tinggi, mencapai 3360 kcal/kg. Pemakaian ideal jagung kuning dalam ransum adalah berkisar antara 30% - 45%.

2. Dedak Halus

Dedak halus terdiri atas pecahan kulit gabah dan kulit beras, tetapi kulit berasnya lebih banyak dari pada dedak kasar. Bahan ini memiliki kandungan serat sekitar 20%.

3. Bungkil Kacang Kedelai

Kacang kedelai tidak pernah digunakan sebagai makanan ternak dalam keadaan mentah, akan tetapi bahan ini baru dapat dipakai sesudah dimasak terlebih dahulu dengan cara disangrai atau goreng tanpa minyak. Bungkil kacang kedelai memiliki kandungan nutrisi yang cukup bagus, terutama protein dan energinya, yang masing- masing mencapai 40% - 50% dan 2850kcal/kg. Sementara, serat kasarnya relatif rendah, yakni 6% sedangkan kandungan Ca dan P – nya cukup tinggi.

(15)

4. Sorghum

Sebagai bahan baku pakan pembentuk ransum, sorghum lebih unggul dari pada dedak dan bungkil kelapa. Bahan baku pakan ini memiliki kandungan protein yang cukup tinggi mencapai 10%, sedangkan serat kasarnya rendah yaitu 2,20% dan memberikan energi yang tinggi yaitu 3040 kcal/kg. Pemakaian ideal dalam ransum adalah 15%.

5. Dedak Padi

Dedak padi banyak digunakan sebagai salah satu unsur pembentuk ransum ternak ayam karena harganya yang relatif murah dan kandungan nutrisinya yang cukup tinggi, terutama kandungan protein dan energinya.

6. Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan minyak kopra. Bungkil kelapa digunakan sebagai unsur dalam membentuk ransum ayam karena harganya relatif murah dan kandungan nutrisinya pun cukup tinggi, terutama protein dan energinya.

b. Bahan baku asal hewan

Ada beberapa bahan baku pakan asal hewan yang biasa digunakan untuk membentuk ransum ayam, yaitu

1. Tepung Ikan

Tepung ikan diperoleh dari bahan berupa ikan teri yang terdiri atas kepala, kerangka, tubuh, dan ekor. Tepung ikan yang berkualitas baik adalah tepung ikan yang berwarna putih, dengan kandungan lemak dan garamnya yang rendah, masing-masing 4% dan 6% dan protein yang tertinggi yakni 60%.

2. Tepung Tulang

(16)

Tepung tulang diperoleh dengan cara mengumpulkan bahan dari berbagai macam tulang, terutama tulang sapi, tulang kerbau, dan tulang kambing. Kemudian, tulang direbus dan dijemur, dan akhirnya digiling sampai halus.

3. Tepung Kerang

Bahan baku pakan berupa tepung kerang diperoleh dengan cara menggiling kerang dari berbagai ukuran besar dan kecil. Tepung kerang ini digunakan sebagai unsur campuran di dalam ransum ayam Bkarena kandungan kalsium dan fospor yang cukup tinggi.

4. Tepung Susu

Tepung susu atau susu bubuk merupakan salah satu bahan pakan sebagai sumber protein hewani, sumber vitamin dan mineral yang memiliki nilai cerna yang tinggi. Pemakaian di dalam ransum terbatas, karena bahan ini harganya cukuptinggi dan bersaing dengan kebutuhan manusia (Sudarmono,2003).

2.3 Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan

Banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi zat makanan pada ayam petelur.

Faktor tersebut diantaranya ukuran dan ras ayam, temperatur lingkungan, tahap produksi, sistem perkandangan, ruang tempat makan per ekor ayam, bentuk tempat makan, luas ruang untuk ayam, air minum dingin dan bersih, tingkat penyakit dalam kandang, dan kandungan energi dalam ransum. Bila semua dapat diatasi maka yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah

a. Ukuran dan ras ayam

Ras ayam yang berat (tipe berat) akan mengonsumsi pakan jauh lebih banyak dibandingkan ayam tipe ringan karena ayam tipe berat membutuhkan lebih banyak energi dan protein untuk hidup pokoknya.

b. Efek temperatur lingkungan

Konsumsi pakan pada suhu dingin lebih banyak daripada suhu tinggi.

(17)

c. Energi pakan

Untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi, energi dalam pakan berkaitan erat dengan kandungan protein.

d. Tahap produksi

Pada tahap produksi yang tinggi diperlukan tingkat konsumsi protein yang lebih tinggi pula karena untuk membentuk telur juga diperlukan protein (Sudaryani,1995).

2.4 Protein

Istilah protein berasal dari bahasa yunani yaitu proteos, yang berarti yang utama atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh ahli kimia Belanda, Gerardus Mulder (1802-1880). Ia berpendapat bahwa protein adalah zat paling penting dalam setiap organisme (Suprayitno,2017).

Protein merupakan komponen yang besar dari tubuh, dan tidak dapat diganti oleh zat hidrat arang maupun lemak karena kandungan nitrogennya. Oleh karena itu protein harus ada dalam makanan untuk kelangsungan hidup dan produksi (Sjofjan,2019).

Protein dibangun dari sejumlah asam amino. Asam amino ada yang dibutuhkan dan ada yang tidak dibutuhkan. Asam amino yang dibutuhkan adalah asam amino yang tidak dapat dibuat didalam tubuh ayam. Asam amino ini disebut asam amino esensial. Asam amino yang tidak dibutuhkan dapat dibuat dalam tubuh atau dari asam amino lainnya. Asam amino ini disebut dengan asam amino nonesensial (Rasyaf,1996).

Asam amino terdiri dari gugusan amino yang mengandung ammonia dan gugusan carbon-hydrogen (carboxyl). Asam amino merupakan hasil akhir dari pencernaan protein dan merupakan zat pembangun bagi protein (Anggorodi,1979).

(18)

2.4.1 Fungsi protein

a. Membangun dan membentuk jaringan-jaringan tubuh (seperti daging), pembentukan dan perkembangan organ-organ tubuh, pertumbuhan bulu, dan lain-lain.

b. Pembentukan cairan tubuh dan sistem enzim. Keduanya merupakan faktor terpenting bagi kegidupan ayam, dan untuk membentuknya memerlukan protein.

c. Untuk keperluan produksi. Produksi telur membutuhkan protein, karena telur ayam kaya protein. Dan protein telur itu juga berasal dari tubuh ayam. Oleh sebab itu ayam yang sedang bertelur membutuhkan protein yang tinggi pula.

d. Protein juga berguna untuk cadangan energi. Walaupun prosesnya tidak efesien, dalam keadaan tidak ada energi maka protein tubuh diubah menjadi energi (Widodo,2018).

2.4.2 Kebutuhan protein untuk produksi telur

Pemberian pakan untuk ayam petelur adalah kelanjutan dari pemberian pakan ayam grower dengan mensuplai bahan pakan dengan proporsi yang benar sehingga ayam dapat memproduksi telur dalam jumlah yang banyak.

Kebutuhan protein untuk petelur sangat erat hubungannya dengan kecepatan produksi telur dan besarnya telur. Pada saat produksi telur mencapai puncaknya kebutuhan protein yaitu 17-19%. Pada akhir siklus produksi kebutuhan menurun sampai 14%. Pakan dapat mengandung 2-3% protein kasar tetapi diformulasikan dengan penambahan asam amino esensial yang cukup menjadi ekuivalen dengan pakan berprotein tinggi (Mulyantini,2014).

Pada ayam petelur, defesiensi protein atau sebuah asam amino esensial yang ringan hanya dapat menyebabkan penurunan besar telur. Bila defisiensi protein atau sebuah asam amino esensial menjadi menghebat, produksi telur menjadi sangat menurun. Ayam menjadi kekurangan berat badan dan terjadi luruh bulu. Defisiensi protein atau asam amino yang hebat menyebabkan luruh bulu keseluruhan dan produksi telur sama sekali terhenti disertai rusaknya jaringan-

(19)

jaringan tubuh dan kehilangan berat badan. Kelebihan asam amino esensial atau protein pun dapat memberikan efek negatif, yaitu terjadi penurunan pertumbuhan yang ringan, penurunan penimbunan lemak tubuh, dan kenaikan tingkat asam urat didalam darah (Rahayu,2011).

2.5 Metode Kjeldahl

Salah satu cara terpenting yang cukup spesifik untuk menetukan jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan penentuan kandungan N yang ada dalam bahan makanan atau bahan lain. Apabila unsur N ini dilepaskan dengan cara destruksi dan N yang terlepas ditentukan jumlahnya secara kuantitatif ( dengan titrasi atau cara lain) maka jumlah protein dapat diperhitungkan atas dasar kandungan rata-rata unsur N yang ada dalam protein. Cara ini sebenarnya mengandung kelemahan, yaitu adanya senyawa lain yang bukan protein yang mengandung N meskipun jumlahnya biasanya jauh lebih sedikit dari protein. Oleh sebab itu cara penentuan jumlah protein melalui jumlah N total hasilnya disebut jumlah protein kasar atau crude protein.

Peneraan jumlah protein secara empiris yang umum dilakukan adalah dengan menentukan jumlah nitrogen (N) yang dikandung oleh suatu bahan. Cara penentuan ini dikembangkan oleh Kjeldahl, seorang ahli ilmu kimia Denmark pada tahun 1883. Dalam penentuan protein, seharusnya hanya nitrogen yang berasal dari protein saja yang ditentukan. Akan tetapi secara teknis hal ini sulit sekali dilakukan dan mengingat jumlah kandungan senyawa lain selain protein dalam bahan biasanya sangat sedikit, maka penentuan jumlah N total ini tetap dilakukan untuk mewakili jumlah protein yang ada. Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara Kjeldahl ini dengan demikian sering disebut sebagai kadar protein kasar.

Dasar perhitungan penentuan protein menurut Kjeldahl ini adalah hasil penelitian dan pengamatan yang menyatakan umumnya protein alamiah mengandung unsur N rata-rata 16% (dalam protein murni). Apabila jumlah unsur N dalam bahan telah diketahui maka jumlah protein dapat diperhitungkan dengan

jumlah N × 100/16 atau

(20)

jumlah N × 6,25

Analisa protein cara kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu :

1. Tahap Destruksi

Pada tahap ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator. Dengan penambahan katalisator tersebut titik didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat.

Proses destruksi sudah selesai apabila larutan menjadi jernih atau tidak berwarna.

2. Tahap Destilasi

Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Asam standar yang dapat dipakai adalah asam khlorida atau asam borat 4% dalam jumlah yang berlebihan.

3. Tahap Titrasi

Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam khlorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda. Selisih jumlah titrasi sampel dan blanko merupakanjumlah ekuivalen nitrogen (Sumardji,1989).

(21)

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

- Neraca Analitik - Tungku Destruksi - Tabung Destruksi

- Gelas Erlenmeyer 250 ml Pyrex - Gelas Ukur 20 ml Pyrex - Spatula

- Tisu Gulung - Statif

- Klem

- Botol Aquadest

- Buret 25 ml Pyrex

- Kertas Timbang - Kjeltec System 3.1.2 Bahan

- Sampel L-18 - Selenium Mix - H2SO4 pekat - Indikator Rec Sol - HCl 0,2 N

- Aquadest

(22)

3.2 Prosedur Percobaan

- Sampel ditimbang sebanyak 1 gram - Ditambahkan 2 gram Selenium Mix

- Ditambahkan 15 mL H2SO4 pekat, dan didestruksi 1 jam - Didinginkan, lalu ditambahkan dengan aquadest 100 mL

- Didestilasi dengan menggunakan alat Kjeltec System dan hasil destilasi ditampung kedalam erlenmeyer yang berisi Rec Sol 25 mL

- Setelah hasil destilas imencapai volume 200 cc, lalu dititrasi dengan menggunakan larutan HCl 0,2 N sehingga terjadi perubahan warna dari hijau menjadi merah muda

- Dicatat hasilnya

- Dibuat blanko sesuai dengan prosedur diatas (tanpa menggunakan sampel)

(23)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Analisa

Penentuan kadar protein pada pakan ternak ayam petelur dengan menggunakan metode Kjeldhal di PT. Mabar Feed Indonesia.

Tabel 4.1 Data kandungan protein pada pakan ternak ayam petelur No Tanggal Sampel Berat

Sampel (gram)

Volume Titrasi Sampel

(mL)

Volume Titrasi Blanko (mL)

Normalitas HCl

Kadar Protein

(%)

1. 01-02-2019 L-18 1,0056 10,00 0 0,2 17,41

2. 08-02-2019 L-18 1,0078 10,30 0 0,2 17,9

3. 15-02-2019 L-18 1,0029 10,40 0 0,2 18,16

4. 22-02-2019 L-18 1,0059 10,40 0 0,2 18,11

5. 28-02-2019 L-18 1,0086 10,40 0 0,2 18,93

(24)

4.2 Perhitungan

( )

Keterangan : Vt = Volume titran Vb = Volume blanko Ar N = Massa atom nitrogen

Fk = Faktor konversi

1. Tanggal 01-02-2019

Berat sampel = 1,0056 gram

Vt = 10,00 mL

Vb = 0

( )

=

17,41%

2. Tanggal 08-02-2019

Berat sampel = 1,0078 gram

Vt = 10,30 mL

Vb = 0

( )

= 17,9%

3. Tanggal 15-02-2019

Berat sampel = 1,0029 gram

Vt = 10,40 mL

Vb = 0

(25)

4.3 Pembahasan

Dalam peternakan ayam, pakan sebagai sumber makanan bagi ternak memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang berfungsi sebagai pembentukan jaringan tubuh dan produksi. Oleh karena itu, zat makanan yang terkandung dalam pakan ternak ayam petelur harus sesuai dan dalam jumlah yang proposional sehingga dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Protein merupakan unsur penting dalam pertumbuhan dan efisiensi pakan.

Protein termasuk salah satu nutrisi yang terdapat dalam pakan, sehingga apabila terjadi kekurangan protein dalam bahan pakan dapat memberikan dampak buruk seperti ayam menjadi kekurangan berat badan, penurunan besar telur, produksi telur menjadi menurun, terjadi luruh bulu, rusaknya jaringan-jaringan tubuh. Dan apabila kelebihan protein dapat memberikan efek negatif, yaitu pertumbuhan melambat, penurunan penimbunan lemak tubuh, dan kenaikan tingkat asam urat didalam darah.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya kontrol yang tepat dalam mengatur kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak dan sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk pakan ternak.

Hasil yang diperoleh dari sampel pada tanggal 01-02-2019, 08-02-2019, 15-02-2019, 22-02-2019, 28-02-2019 adalah 17,41%, 17,9%, 18,16%, 18,11%, 18,94%. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa jika ditinjau dari kadar protein, sampel tersebut telah sesuai dengan SNI 8290.5-2016 yaitu, standar kadar protein pakan ternak ayam petelur minimal 16,5% sehingga sampel tersebut dapat digunakan sebagai pakan ternak ayam petelur.

(26)
(27)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi,R.,1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Mulyantini,N.,2014. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press

Natsir,M.,2017. Industri Pakan Ternak. Malang: UB Press

Rahayu I, Sudaryani T, Santosa H.,2011. Panduan Lengkap Ayam. Jakarta:

Penebar Swadaya

Rasyaf,M.,1993. Beternak Ayam Petelur. Jakarta: Penebar Swadaya Rasyaf,M.,1996. Beternak Ayam Petelur. Jakarta: Penebar Swadaya Rasyaf,M.,2011. Beternak Ayam Kampung. Jakarta: Penebar Swadaya

Sjofjan O,Natsir M,Djunaidi I.,2019. Ilmu nutrisi Ternak Non Ruminansia.

Malang:UB Press

S,M.Alif.,2017. Kiat Sukses Beternak Ayam Petelur.Yogyakarta: Bio Genesis Sudarmono,AS.,2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Yogyakarta:

Kanisius

Sudaryani T,Santosa H.,1995. Pemeliharaan Ras Ayam Petelur Dikandang Baterai. Jakarta: Penebar Swadaya

Sumardji S,Haryono B, Suhardi.,1989. Analisa Bahan Makanan dan Peternakan.

Jakarta: Penebar Swadaya

Suparman.,2007. Akansa (Pertanian Terpadu Ayam, Ikan, dan Sayuran).

Surabaya: JP BOOKS

Suprayitno E,Sulistiyati T.,2017. Metabolisme Protein. Malang: UB Press Widodo,E.,2018. Ilmu Nutrisi Unggas. Malang: UB Press

(28)

LAMPIRAN

(29)

Lampiran 1. Pakan Ayam Ras Petelur Masa Produksi (Layer) SNI 8290.5-2016

No. Parameter Satuan Persyaratan

1. Kadar Air % Maks. 13,0

2. Protein Kasar % Min. 16,5

3. Asam Amino Total:

- Lisin - Metionin

- Metionin + Sistin - Triptofan

- Treonin

%

%

%

%

%

Min. 0,80 Min. 0,40 Min. 0,67 Min. 0,18 Min. 0,55

4. Lemak Kasar % Min. 3,0

5. Serat Kasar % Maks. 7,0

6. Abu % Maks. 14,0

7. Kalsium (Ca) % 3,25 – 4,25

8. Fosfor - Total - Tersedia

%

%

Min. 0,45 Min. 0,55

9. Energi Metabolis Kkal/kg Min. 2700

10. Aflaktosin Total ppb Maks. 50

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan adalah bahwa tidak terdapat perbedaan konsumsi pakan, Hen-day Production dan Convertion ratio pada ayam petelur srtain loughman

baku pakan yang termaksud dalam kelompok ini adalah: feed supplement.. Bahan Makanan Sumber Protein.. Bahan makanan di kategorikan sebagai sumber protein karena

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi tentang memanfaatkan tepung ampas kecap sebagai alternatif bahan pakan ayam petelur tua terhadap

Rata-rata produksi, berat, dan massa telur puyuh penelitian yang diberi perlakuan pemberian ransum komersil ayam petelur yang disubstitusi dengan bahan pakan campuran

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan tepung ampas kecap dengan level yang berbeda dalam pakan ayam petelur tua terhadap konsumsi pakan, produksi telur

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan berupa lumpur digestat dari kotoran ayam petelur yang difermentasi menggunakan kapang Aspergillus niger pada

Hasil Evaluasi dari Hasil Pemberian Beberapa Jenis Pakan Komersial Ayam Petelur Terhadap Kualitas Eksternal Telur (Berat Telur, Specific Gravity, Berat Cangkang, Panjang dan

Dapat disimpulkan bahwa kulit pisang goroho yang dapat dijadikan pakan untuk ayam petelur adalah kulit yang telah difermentasi dengan 1,5% Rhyzopus olygosporus + 1,5%