• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XII SMA BUNDA PADANG TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XII SMA BUNDA PADANG TAHUN 2019"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

44

HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XII SMA BUNDA PADANG TAHUN 2019

Rizawati

Program Studi Kebidanan STIKes YPAK Padang Email : rizawati@gmail.com

ABSTRACT

Menstrual cycle is the time from the first day of menstruation until the arrival of the next menstrual period while the length of the menstrual cycle is the distance between the start date of the last menstruation and the start of the next menstruation. Menstrual cycles in normal women range from 21-35 days. While stress is the inability to overcome the threats faced by human mental, physical, emotional and spiritual which can one day affect the physical health of the human being. The aim is to determine the relationship between stress and the menstrual cycle in class XII SMA BUNDA Padang.

Research conducted is descriptive analytic with cross sectional approach. This research was conducted at Padang BUNDA High School in January - June 2019. The population in this study were 122 people with a sample of 55 people taken systematically random sampling. Data collection was performed using a questionnaire, and the data were analyzed univariately and bivariately by means of the chi-square test. The results showed that irregular menstrual cycles were higher in those who experienced stress as many as 31 people (56.4%) compared to regular menstrual cycles and experienced stress as many as 13 people (23.6%) in Class XII Students of Padang BUNDA High School. There is a meaningful relationship between stress and the menstrual cycle p value = 0.002 (p

<0.05). Based on the results of the study found that there is a relationship between there is no significant relationship between the stress of a person's menstrual cycle.

Keywords: Stress and Menstrual Cycle

ABSTRAK

Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-35 hari. Sedangkan stres adalah ketidak mampuan mengatasi ancaman yang di hadapi oleh mental, fisik, emosional dan spriritual manusia yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkatan stres dengan siklus menstruasi pada siswa kelas XII SMA BUNDA Padang. Penelitian yang dilakukan bersifat Deskriptif Analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di SMA BUNDA Padang pada Januari – Juni 2019. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 122 orang dengan sampel 55 orang yang diambil secara sistematik random sampling.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dan data dianalisa secara univariat dan bivariat dengan cara uji chi-square. Hasil penelitian didapatkan, siklus menstruasi tidak teratur lebih tinggi pada yang mengalami stres sebanyak 31 orang (56,4%) dibandingkan siklus menstruasi yang teratur dan mengalami stres sebanyak 13 orang (23,6%) di Siswa Kelas XII SMA BUNDA Padang. Terdapat hubungan yang berarti bermakana antara stres dengan siklus menstruasi p value

=0,002 (p <0,05). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antaratidak terdapat hubungan yang bermakna anatar stres siklus siklus menstruasi seseorang.

Kata Kunci : Stres dan Siklus Menstruasi

(2)

45

PENDAHULUAN

Menurut Wold Health Organization (WHO), sebesar 20% dari 515.000 kematian diseluruh dunia disebabkan anemia, yang salah satu penyebabnya adalah gangguan haid atau siklus haid yang tidak normal. Pemicu terjadinya anemia seperti hipermenore, polimenore, dan metroragia, yang dapat menyebabkan sindrom ovarium polistik pada wanita dengan berat badan kurang atau lebih 60-70% dan 40-50% pada wanita dengan berat badan normal. Hal ini terkait dengan kondisi infertilitas (gangguan kesuburan), terutama yang terkait dengan siklus yang tidak berovulasi (Indarti, 2014).

Menstruasi pada wanita adalah suatu pendarahan rahim yang sifatnya normal, sebagai akibat perubahan hormonal yaitu estrogen dan progesteron. Menstruasi bukanlah suatu penyakit. Menstruasi merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang ramaja putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai tanda ia sudah mampu hamil (Manuaba, 2009).

Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya.

Siklus menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21-35 hari (Sri Amini, 2013) dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3-5 hari, ada yang 7-8 hari (Proverawati &

Misaroh, 2011). Tidak sedikit diantaranya mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur (gangguan siklus menstruasi). Akibat yang sering terjadi karena gangguan siklus menstruasi adalah perasaan tertekan, payudara nyeri, badan sakit-sakit, perut serasa kembung, lebih gampang marah atau sebaliknya dan perubahan emosi lainnya (sriaminov, 2013).

Dari akibat gangguan menstruasi tersebut dapat menyebabkan ketidaknyaman dalam beraktivitas sehari-hari.

Stres adalah ketidak mampuan mengatasi ancaman yang di hadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Stresor dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan seseorang, menyebabkan stres mental, perubahan perilaku, masalah-masalah dalam interaksi dengan orang lain dan keluhan-keluhan fisik lain yang salah satunya adalah gangguan siklus menstruasi (Banjari, 2009)

Stres diketahui sebagai faktor penyebab (etiologi) terjadinya gangguan siklus menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam siklus menstruasi selama reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap siklus menstruasi, stres melibatkan sistem hormonal sebagai sistem yang berperan besar pada reproduksi wanita. (Perdana kusuma, 2010)

Berdasarkan peneliti yang dilakukan nur’aini tentang hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi asrama universitas andalas padang tahun 2011, didapatkan hasil penelitiannya dari 30 orang hampir semuanya mengalami stres, baik sedang maupun ringan. Dan hanya 16 orang yang mengalami siklus menstruasi normal, sementara selebihnya 14 orang lagi mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, ada yang mengalami siklus menstruasi panjang (>35 hari), pendek (<21 hari) bahkan ada juga yang tidak datang 2 bulan berturut-turut

Menurut hasil penelitian Muniroh (2014) tentang tingkat stres dengan hubungan siklus menstruasi remaja putri di pondok pesantren Darul ulum menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami gangguan siklus menstruasi sebanyak 45 orang (65,2%), dan hampir setengahnya tidak mengalami gangguan siklus menstruasi sebanyak 24 orang (34,8%).

Menurut Govarest dan Gregoire, stres yang paling umum dialami oleh mahasiswa ialahstres akademik, yaitu suatu kondisi atau keadaan individu yang mengalami tekanan

(3)

46

sebagai hasil persepsi dan penilaian mahasiswa yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Berdasarkan survey awal peneliti di SMA BUNDA Padang melalui wawancara 8 dari 10 orang siswi (80%) didapatkan, yang mengalami stres. dan 2 mahasiswi (20%) tidak mengalami stres. Sedangkan pada siklus menstruasi 6 dari 10 mahasiswi (60%) mengalami siklus menstruasi normal (21-35 hari) dan 4 mahasiswi (40%) lainnya mengalami siklus menstruasi tidak normal.

Berdasarkan latar belakang dan uraian permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“Hubungan Antara Stres Dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada siswa kelas II SMA BUNDA Padang”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Analitik dengan desain cross sectional, dimana variabel independen dan variabel dependen diteliti secra bersamaan.

Untuk melihat Hubungan Antara Stres Dengan Gangguan Siklus Menstruasi Pada siswa kelas XII SMA BUNDA Padang.

Penelitian ini dilakukan di SMA BUNDA Padang pada bulan Januari-Juni 2019, Populasi penelitian adalah siswi kelas XII yang berjumlah 122 orang besar sampel sebanyak 55 orang didapatkan dengan menggunakan teknik Sistematik Random Sampling. Pengumpulan data melalui kuesioner dengan penyebaran angket. Teknik pengolahan data dilakukan secara univariat dan bivariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian meliputi analisis univariat dan bivariat dituangkan dalam bentuk tabel berikut :

1. Analisis Univariat a. Tingkatan Stres

Tabel 1.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkatan Stres No SKOR Frekuensi Persentase

(%)

1 1-26 44 80

2 >26 11 20

Jumlah 55 100

Dari Tabel 1. Didapatkan dari 55 orang responden di SMA BUNDA Padang, karakteristik tingkatan stres yang di hitung melalui skor Perceived Stress Scale. Stres ringan dengan skor 1-26 sejumlah 44 (80%), dan stres sedang dengan skor >26 sebanyak 11 (20%).

b. Siklus Menstruasi Tabel 2.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Siklus menstruasi

No

Siklus Menstruasi

f %

1 Tidak Teratur 38 69,1%

2 Teratur 17 30,9%

Jumlah 55 100%

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 55 orang responden di SMA BUNDA Padang terdapat lebih dari separuh (69,1%) dengan siklus tidak teratur.

(4)

47

2. Analisis Bivariat Tabel 3.

Hubungan Tingkat Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada siswa SMA BUNDA

Padang

No Stres

Siklus Menstruasi Jumlah

Teratur Tidak

Teratur f %

f % f %

1 Stres ringan

13 23,6% 31 56,4% 44 80

% 2 Stres

sedang

4 7,3% 7 12,7% 11 20

% Jumlah 17 30,9% 38 69,1% 55 100

%

P value = 0,002

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa proporsi siklus menstruasi yang tidak teratur lebih tinggi pada yang mengalami stres sedang sebanyak 31 orang (56,4%) dibanding siklus menstruasi yang teratur dan stres sebanyak 13 orang (23,6%).

Setelah dilakukan uji statistik didapat nilai p value = 0,002 (p< 0,05), dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan bermakna antara stres dengan siklus menstruasi di SMA BUNDA Padang.

a. Tingkat Stres

Berdasarkan hasil penelitian dari 55 responden di SMA Bunda Padang terdapat lebih dari separuh siswa (80%) mengalami stres ringan

Penelitian serupa dengan hasil penelitian Rosiana 2016 di SMK Batik surakarta , tentang hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi didapatkan sebagian besar (61,5%) responden mengalami stres ringan.

Menurut hasil penelitian sekar, gunadi dan Anggraini tentang hubungan tingkat stres dan siklus menstruasi pada siswi kelas 2 SMA Kendal menunjukan sebagian besar (57,6%) siswi mengalami stres ringan.

Kondisi dari 55 orang responden saat pengisian kuesioner juga mempengaruhi, karena stres dapat berubah dari waktu ke waktu. Stres bersifat subyektif dan indivudual.

Keadaan ini bermula ketika mengamati satu situasi, seseorang, suatu kejadian atau bahkan satu obyek yang disebut sebagai stressor.

Walaupun stres itu sendiri dapat diketahui dengan melihat atau merasakan perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri yang meliputi respon fisik, psikologis dan prilaku namun masih ada yang tidak sadar bahwa pada saat itu ia terkena stres. Oleh karena itu pengetahuan mengenai stres dan penanganannya perlu diketahui, dengan harapan dapat menyikapi stres dengan tindakan yang benar.

Hal ini sesuai dengan teori yang ada mengenai 4 variabel psikoligi yang dianggap mempengaruhi mekanisme respon stres, papero (1997) dalam Yanrizal (2011) seperti Kontrol yaitu keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap stressor yang mengurangi intensitas responden stres, Prediktabilitas yaitu stressor yang dapat diprediksi menimbulkan respon stres yang tidak begitu berat dibandingkan stressor yang tidak dapat dipresiksi, Persepsi yaitu pandangan individual tetenag dunia dan persepsi stressor saat ini dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas respon stres, Respons koping yaitu ketersediaan dan efekivitas mekanisme meningkat ansietas dapat menambah atau mengurangi respons stres (Yanrizal, 2011).

b. Siklus Menstruasi

Berdasarkan tabel 4.2 mengenai siklus menstruasi mahasiswa sebanyak 38 orang (69,1%) mengalami siklus menstruasi tidak teratur. Hal ini berarti bahwa mahasiswa yang mengalami siklus menstruasi teratur cukup banyak yaitu 17 orang (30,9%).

Penelitian ini sama dengan hasil penelitian Rosiana Didapatkan siswi yang mengalami siklus menstruasi teratur 40 siswi

(5)

48

(32,8%) dan siswi yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur 82 siswi (67,2%)

Dalam pengaruhnya terhadap siklus menstruasi, stres menyebabkan perubahan sistematik dalam tubuh, khususnya sistem persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan prolaktin atau endogenous opiat yang dapat mempengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan hormon lutein (LH) yang menyebabkan amenorrhea (kusmiran, 2011). Pada wanita dengan gejala amenore hipotalamik menunjukan keadaan hiperkortisolisme yang disebabkan adanya peningkatan CRH dan ACTH.

Hormon-hormon tersebut secara langsung dan tidak langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH, dimana melalui jalan ini maka stres menyebabkan ganggaun siklus menstruasi. Dari yang tadinya siklus menstruasinya normal menjadi oligomenorea atau polimenore. Gejala klinis yang timbul ini tergantug pada derajat penekanan pada GnRH.

Gejala-gejala ini umumnya bersifat sementara dan biasanya akan kembali normal apabila stres yang ada bisa diatasi (Manuaba, 2010).

Menurut peneliti, stress akan mengganggu sistem metabolisme didalam tubuh, karena stress wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Bila metabolisme terganggu, siklus menstruasi pun ikut terganggu. Untuk itu perbaikan diri secara fisik dengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang seimbang, olahraga teratur, istirahat yang cukup merupakan strategi mempersiapkan diri menghadapi stres.

c. Hubungan Tingkat Stres Dengan Siklus Menstruasi

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa proporsi siklus menstruasi yang tidak teratur lebih tinggi pada yang mengalami stres sedang sebanyak 31 orang (56,4%) dibanding siklus menstruasi yang teratur dan stres sebanyak 13 orang (23,6%).

Setelah dilakukan uji statistik didapat nilai p value = 0,002 (p< 0,05), dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan bermakna antara stres dengan siklus menstruasi di SMA BUNDA Padang.

Penelitian ini sama dengan hasil penelitian sekar, gunadi dan Anggraini tentang hubungan tingkat stres dan siklus menstruasi pada siswi kelas XII SMA Kendal menunjukan Responden yang mengalami stres ringan denganrincian 23 responden (34,8 %) dengan siklus menstruasi yang normal dan 15 responden (22,7

%)dengan siklus menstruasi yang tidak normal baikoligomenorea maupun polimenorea.Tabel juga memperlihatkan diperoleh nilaip (fishers’s exact)= 0,012(p<

0,050) yang artinyaada hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi. Hasil analisis hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi diperoleh bahwa tingkat stres yang dialami siswiterhadap siklus menstruasi cenderung tinggi

Penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh Rosiana (2016) Tentang hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi Berdasarkan Tabel 6. Di dapatkan bahwa penelitian ini memiliki Asymp Sig atau nilai probability (p) sebesar 0,000 (p<0,05) dengan hasil X2 hitung = 17,019.

Dapat di simpulkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat stress dengan keteraturan siklus menstruasi secara statistik.

Data termasuk normal sehingga tidak diperlukan uji lain.

Berdasarkan keterangan diatas ada beberapa penyebab lain yang bisa mempengaruhi siklus menstruasi seperti Gangguan endokrin, Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang memproduksi dan melepaskan hormon-hormon yang membantu fungsi kontrol tubuh yang penting. Kelenjar endokrin menghasilkan hormon ”pembawa pesan” yang akan ditindak lanjuti oleh organ tubuh lain. Sehingga apa bila adanya gangguan kelenjar endokrin pada seseorang bisa

(6)

49

mempengaruhi bagaimana jantung Anda berdetak, bagaimana tulang dan jaringan tumbuh, terkena diabetes, penyakit tiroid, gangguan pertumbuhan, disfungsi seksual, dan sejumlah lainnya yang berhubungan dengan gangguan hormon. Jadi ketidak teraturan siklus menstruasi disebabkan karena adanya kontraksi otot-otot halus rahim, yang dikendalikan oleh hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan dan indung telur (ovarium). Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur diotak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi pun akan terganggu. Selain itu Kelainan Sistemik pada ibu yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus bisa memengaruhi siklus haidnya karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik. Atau ibu menderita penyakit diabetes, juga akan memengaruhi sistem metabolisme ibu sehingga siklus haidnya pun tak teratur. Kemudian pada Kelenjar Gondok Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi penyebab tak teraturnya siklus haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid). Pasalnya, sistem hormonal tubuh ikut terganggu.

Wiknjosastro (2009), mengatakan panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres, genetik dan gizi .

Dalam pengaruhnya terhadap pola siklus menstruasi, stres melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita.

Gangguan pola menstruasi ini melibatkan mekanisme regulasi intergratif yang memengaruhi proses biokimia dan seluler seluruh tubuh termasuk otak dan psikologis.

Pengaruh otak dalam reaksi hormonal terjadi melalui jalur hipotalamus-hipofisis-ovarium yang meliputi multiefek dan mekanisme kontrol umpan balik. Pada keadaan stres terjadi aktivasi pada amygdala pada sistem limbik. Sistem ini akan menstimulasi

pelepasan hormon dari hipotalamus yaitu corticotropic releasing hormone (CRH).

Hormon ini secara langsung akan menghambat sekresi gonadotropin releasing hormon (GnRH) hipotalamus dari tempat produksinya di nukleus arkuata. Proses ini kemungkinan terjadi melalui penambahan sekresi opioid endogen. Peningkatan CRH akan menstimulasi pelepasan endorfin dan adrenocorticotropic hormone (ACTH) ke

Menurut analisa peneliti hal yang paling mempengaruhi siklus menstruasi yaitu hormon. Hormon dapat mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi pun akan terganggu. Oleh sebab itu upaya untuk mengatasinya dengan cara menjaga pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai, memenuhi standar 4 sehat 5 sempurna, agar ada keseimbangan dalam tubuh. Istirahat cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah dan tidak menguras energi secara berlebihan. Menyeimbangkan antara aktivitas fisik dan nutrisi, serta manajemen perncanaan, organisasi dan waku.

Olahraga secara teratur setidaknya 30 menit setiap hari. Olahraga yang dipilih tidak harus yang berat, cukup sekedar berjalan-jalan selama 30 menit, jogging ringan, senam ringan dan bersepeda. Oalahraga yang teratur dapat memperlancar aliran darah pada otot disekitar rahim.

Kesimpulan

Berdasarkan Hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dapat dismpulkan beberapa hal untuk menjawab tujuan umum dan khusus dari penelitian yaitu terdapat hubungan antara tingkat stres dengan keteraturan siklus menstruasi. Semakin tinggi tingkat stres maka akan semakin tinggi kejadian siklus menstruasi tidak teratur.

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih kepada pihak sekolah SMA BUNDA Padang serta semua pihak terkait yang telah mendukung dan membantu dalam proses pelaksanaan sehingga penelitian ini apat diselesaikan dengan baik.

(7)

50

Daftar Pustaka

Hawari, D., 2011. Manajemen stress cemas dan depresi. Jakarta: FKUI. pp.17-36

Mahakam, Husada., 2015. Hubungan antara stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa usia 18-21 tahun. Jurnal Kebidanan Poltekes Kemenkes Kalimantan Timur, Vol. III, No 9, 2015. Diakses 1 Januari 2016.

Maramis, W.F., 2009. Catatan Ilmu kedokteran Jiwa. Ed. 2. Airlangga Universitas Press, Surabaya: 78 – 81.

Notoatmodjo, Soekidjo., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pinel, J.P.J., 2009. Biopsikologi. Ed. 7.

Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 557–565.

Pinanti, Sekar., 2012. Hubungan antara tingkat stress dengan siklus menstruasi pada siswi kelas 2 di SMA 1 Kendal.

Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Semarang, Vol. 1, No 2, 2012. Diakses September 2019

Profesor Peter Abrahams, 2010 Panduan Kesehatan Dalam Kehamilan. Jakarta : Karisma publishing grup

Rosiana, 2016. Hubungan antara tingkat stres dengan keteraturan siklus menstruasi pada remaja kelas XII SMK BATIK 1 Surakarta (Skripsi). Surakarta : Universitas Muhammadiyah

Riset Kesehatan Dasar., 2010.Kesehatan Reproduksi. Diakses September 2019

Sarwono, Prawiroharjo., 2011. Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta : PT Bina Pustaka. Pg 103-

Sherwood, L. 2011. Sistem Reproduksi.

Dalam: Fisiologi Reproduksi Wanita.

Ed. 6. Jakarta: EGC, 833-848.

Referensi

Dokumen terkait

Barangsiapa sengaja berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang bertentangan dengan suatu hukuman tambahan sebagai tercantum dalam pasal 7 ayat 1 sub a, b atau e, dengan suatu

2.1.1 Siswa mampu menjelakan urutkan suatu peristiwa dengan menggunakan bahasa beragam. 2.1.2 Siswa mampu mengetahui bahan-bahan untuk membuat suatu

Merujuk pada pengertian indikator sebagai tolok ukur dalam penilaian dan tujuan pembelajaran yang menggambarkan proses dan hasil belajar, maka dapat

[r]

Penelitian tentang ”Pengembangan Model Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan berpikir kritis, dan pemahaman konsep Siswa SMA”, merupakan bagian dari

Data yang dikumpulkan selama tindakan berlangsung kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil analisis ini guru melakukan refleksi, yaitu guru mencoba merenungkan atau mengingat

[r]

4. Metode dan teknik yang digunakan tidak boleh terlalu menuntut dari segi kemampuan maupun waktunya. Metodologi yang digunakan harus terencana cermat, sehingga tindakan