• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGKA KEJADIAN DAN LUARAN SINDROM GUILLAIN-BARRE DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANGKA KEJADIAN DAN LUARAN SINDROM GUILLAIN-BARRE DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK SKRIPSI"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

ANGKA KEJADIAN DAN LUARAN

SINDROM GUILLAIN-BARRE DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK 2012-2019

SKRIPSI

Oleh :

RIZKA AUDIVA IQBAL 160100167

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)

ANGKA KEJADIAN DAN LUARAN

SINDROM GUILLAIN-BARRE DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK 2012-2019

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh:

RIZKA AUDIVA IQBAL 160100167

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

i

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan ridha-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Angka kejadian dan luaran Sindrom Guillain-Barre di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik 2012-2019” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar- besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K), yang banyak memberikan dukungan selama proses penyusunan skripsi.

2. Dosen Pembimbing, Dr. dr. Aida Fitri, Sp.S (K), yang banyak memberikan arahan, masukan, ilmu, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sedemikian rupa.

3. dr. Andhika Pradana, M. ked (paru) dan dr. Milahayati Daulay, M. Biomed selaku Dosen Penguji untuk setiap kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi ini.

4. Dosen Pembimbing Akademik, dr. Mahrani Lubis, Sp A, yang senantiasa membimbing dan memberikan motivasi selama masa perkuliahan 7 semester.

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan dan ilmu yang diberikan dari mulai awal perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua, Muhammad Iqbal dan Ariyanti Dalmer, yang selalu mendukung, memberikan semangat, kasih sayang, bantuan dan rasa kebersamaan yang tidak pernah berhenti sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

ii

(5)

7. Kakak penulis, Meiza Aidina Iqbal yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam menyusun skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat penulis, Ananda Pratiwi, Aziizah Gita, Muthiah Alfiah, Prilly Tri Tania, Tengku Vira, Maghfirah Naziha dan sahabat terbaik lainnya yang tak bisa disebut satu per satu yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, dan motivasi dari awal perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan mampu memberikan sumbangsih bagi bangsa dan negara terutama dalam bidang pendidikan terkhususnya ilmu kedokteran.

Medan, 20 Desember 2021 Penulis,

Rizka Audiva Iqbal 160100167

iii

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Lampiran... viii

Daftar Singkatan... ix

Abstrak ... x

Abstract ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Bidang Pelayanan Masyarakat ... 3

1.4.2 Bidang Penelitian ... 3

1.4.3 Bidang Pendidikan ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Sindrome Guillain-Barre (SGB) ... 4

2.1.1 Definisi Sindrom Guillain-Barre (SGB) ... 4

2.1.2 Etiologi Sindrome Guillain-Bare ... 4

2.1.3 Epidemiologi Sindrom Guillain-Barre ... 4

2.1.4 Diagnosis Sindrom Guillain-Barre ... 5

2.1.5 Diagnosis Banding Sindrom Guillain-Barre ... 6

2.1.6 Manisfestasi Klinis Sindrom Guillain-Barre ... 7

2.1.7 Patofisiologi ... 8

2.1.8 Tatalaksana ... 8

2.1.9 Komplikasi ... 9

2.2. Kerangka Teori ... 10

2.3 Kerangka Konsep ... 11

BAB III. METODE PENELITIAN ... 12

3.1. Rancangan Penelitian ... 12

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 12

3.3.1 Populasi ... 12 iv

(7)

3.3.2 Sampel ... 12

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 13

3.5. Definisi Operasional ... 13

3.6. Metode Pengelolahan dan Analisis Data ... 14

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1. Hasil Penelitian ... 16

4.2. Pembahasan ... 18

4.2.1 Usia dan Jenis Kelamin ... 18

4.2.2 Riwayat Penyakit ... 19

4.2.3 Gejala ... 19

4.2.4 Luaran ... 20

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 22

5.1. Kesimpulan ... 22

5.2. Saran ... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23

LAMPIRAN ... 26

v

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 10 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 11

vi

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 13 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien ... 16 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Luaran... 17

vii

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup ... 26

Lampiran 2 : Pernyataan Orisinalitas ... 27

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian ... 28

Lampiran 4 : Ethical Clearence ... 29

Lampiran 5 : Izin Penelitian ... 30

Lampiran 6 : Tabel Pengolahan Data SPSS ... 31

viii

(11)

DAFTAR SINGKATAN

AIDP : Acute Idiopathic Demyelinating Polyradiculoneuritis AMAN : Acute Motor Axonal Neuropathy

AMSAN : Acute Motor and Sensory Axonal Neuropathy APC : Antigen Presenting Cells

CSS : Cairan Serebro Spinal EMG : Elektromiografi

SGB : Sindrom Guillain-Barre KHS : Kecepatan Hantar Saraf

NGT : Nasogastric Tube

RSUP HAM : Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik SIADH : Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone

ix

(12)

ABSTRAK

Latar Belakang. Sindrom Guillain-Barre (SGB) merupakan kelainan autoimun yang langka dimana sistem kekebalan tubuh seseorang merusak saraf, menyebabkan kelemahan otot dan kadang-kadang kelumpuhan. Kerusakan pada kasus SGB terjadi akibat terinfeksi oleh virus ataupun bakteri, diantaranya berhubungan dengan infeksi akut seperti Campylobacter jejuni, cytomegalovirus, virus Epstein-Barr, Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus influenza, dan virus Varicella-zooster.

Gejala yang muncul paling umum pada penyakit SGB adalah kelemahan dan gangguan sensorik.

Manifestasi klinis yang jelas pada SGB antara lain kelemahan progresif pada kaki dan tangan, dimulai dari kaki terlebih dahulu dan hilangnya refleks pada tungkai yang lemah. Gejala tambahan lainnya antara lain yaitu pada fase progresif dimulai dari beberapa hari hingga beberapa minggu biasanya terjadi 2 minggu, kesimetrisan yang relatif antara bagian tubuh kiri atau kanan, kelemahan pada saraf kranial terutama kelemahan saraf fasialis bilateral, disfungsi autonomis, dan kadang-kadang disertai nyeri. Tujuan Penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui angka kejadian dan luaran Sindrom Guillain Bare di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012-2019. Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Data penelitian merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam malik. Data kemudian dianilisis menggunakan program komputer SPSS.

Hasil. Terdapat 185 pasien yang menderita SGB pada penelitian ini. Terjadi peningkatan kasus SGB dari 2012 dan memuncak pada 2018 dengan total 52 (28,1%) kasus, namun terjadi penurunan tren kasus SGB menjadi 29 (15,7%) kasus pada tahun 2019. Didapatkan 117 (63.2%) pasien dengan umur < 40 tahun, 50 (27%) pasien dengan umur 40-60 tahun, dan 18 (9,7%) pasien dengan umur

> 60 tahun. Mayoritas pasien pada penelitian ini adalah laki-laki yaitu sebanyak 105 (56,2%) pasien, sementara 80 (43,8%) pasien adalah perempuan. Riwayat penyakit tidak diketahui merupakan yang paling banyak dijumpai pada penelitian ini yaitu 122 (65,9%) pasien, diikuti dengan riwayat penyakit ISPA sebanyak 49 (26,5%) pasien dan gastroenteritis sebanyak 14 (7,6%) pasien. Gambaran klinis pada penelitian ini yang paling banyak dijumpai merupakan kelemahan keempat anggota tubuh yaitu sebanyak 86 (46,5%) pasien, diikuti dengan parestesia 58 (31,4%) pasien dan kelemahan pada kedua tungkai 41 (22,1%) pasien. Berdasarkan luaran terdapat 19 (10,3%) pasien hidup dengan disabilitas gejala ringan, 3 (1,6%) pasien hidup disabilitas bisa berjalan tetapi tidak bisa berlari, 28 (15,1%) pasien hidup disabilitas butuh bantuan untuk berjalan, 6 (3,2%) pasien hidup disabilitas terbaring dikasur, 25 (13,5%) pasien mati dalam ≤ 30 hari perawatan dan 104 (56,2%) pasien sembuh. Kesimpulan. Angka kejadian SGB di Rumah sakit Haji Adam Malik periode 2012-2019 sebanyak 185 orang dengan mayoritas merupakan laki-laki, dewasa muda, riwayat penyakit tidak diketahui, gambaran klinis kelemahan keempat tungkai serta luaran sembuh.

Kata kunci : Sindrom Guillain-barre, Angka Kejadian, Luaran

x

(13)

ABSTRACT

Background. Guillain-Barre syndrome (GBS) is a rare autoimmune disorder in which a person's immune system damages nerves, causing muscle weakness and sometimes paralysis. GBS is caused by viruses or bacteria, including those associated with acute infections such as Campylobacter jejuni, cytomegalovirus, Epstein-Barr virus, Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus influenza, and Varicella-zooster virus. The most common symptoms of GBS are weakness and sensory disturbances. The obvious clinical manifestations of GBS include progressive weakness of the feet and hands, starting with the feet first and loss of reflexes in the weak legs. Other additional symptoms include a progressive phase starting from a few days to several weeks usually occurring 2 weeks, relative symmetry between the left or right body parts, weakness of the cranial nerves, especially bilateral facial nerve weakness, autonomic dysfunction, and sometimes accompanied by pain.

Research purposes. This study was conducted to determine the incidence and outcome of Guillain Bare Syndrome at the Haji Adam Malik General Hospital in 2012-2019. Research methods. This study is a descriptive study with a cross sectional research design conducted at the Haji Adam Malik General Hospital. Sampling using total sampling technique. The research data is secondary data taken from the medical records of the Haji Adam Malik General Hospital. The data were then analyzed using the SPSS computer program. Results. There were 185 patients suffering from GBS in this study. There was an increase in GBS cases from 2012 and peaked in 2018 with a total of 52 (28.1%) cases, but there was a decline in the trend of GBS cases to 29 (15.7%) cases in 2019. There were 117 (63.2%) patients aged < 40 years, 50 (27%) patients aged 40-60 years, and 18 (9.7%) patients aged > 60 years. The majority of patients in this study were male, as many as 105 (56.2%) patients, while 80 (43.8%) patients were female. History of unknown disease was the most common in this study, namely 122 (65.9%) patients, followed by history of acute respiratory infection in 49 (26.5%) patients and gastroenteritis in 14 (7.6%) patients. The most common clinical features in this study were weakness of the four limbs, as many as 86 (46.5%) patients, followed by paresthesias in 58 (31.4%) patients and weakness in both limbs in 41 (22.1%) patients. Based on the outcome, there were 19 (10.3%) patients living with mild symptoms of disability, 3 (1.6%) patients living with disabilities can walk but cannot run, 28 (15.1%) patients living with disabilities need assistance to walk, 6 (3.2%) of patients living with disabilities were lying in bed, 25 (13.5%) of patients died within 30 days of treatment and 104 (56.2%) of pasients recovered. Conclusion. The incidence of GBS at Haji Adam Malik Hospital for the period 2012-2019 was 185 people with the majority being male, young adults, unknown disease history, clinical picture of weakness of all four limbs and outcome recovered.

Keywords: Guillain-Barre Syndrome, Incidence, Outcome

xi

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Sindrom Guillain-Barre (SGB) merupakan sekumpulan sindrom yang termanifestasikan sebagai inflamasi akut poliradikuloneuropati sebagai hasil dari kelemahan dan penurunan refleks dengan berbagai variasi klinis yang ditemukan (Andary, 2017).

Berdasarkan epidemiologi SGB di dunia sering didahului atau seiring dengan peningkatan kasus infeksi seperti influenza (H1N1), hingga yang saat ini masih menjadi perhatian pada saat peningkatan kasus infeksi arbovirus. Infeksi saluran pernafasan dan pencernaan sering mendahului gejala neuropathy dalam 1 sampai 3 minggu (kadang-kadang lebih lama) pada kira-kira 60% penderita dengan SGB (Willison et al., 2016).

Gejala yang muncul paling umum pada penyakit SGB adalah kelemahan dan gangguan sensorik. Biasanya terdapat kelemahan progresif ascending motorik dimulai pada tungkai bawah berkisar dari kesulitan berjalan hingga kelumpuhan.

Kelemahan dapat naik melibatkan otot-otot pernapasan dan menyebabkan kegagalan pernafasan. Kelumpuhan saraf wajah yang umum dan dapat dikaitkan dengan kelemahan bulbar dan ofthalmoplegia. Gejala sensorik termasuk nyeri, mati rasa dan parestesia (kesemutan). Nyeri biasanya mempengaruhi punggung bawah dan dapat menjadi parah. Mati rasa dan parestesia mulai distal dan naik dengan cara yang sama dengan kelemahan motorik pada 80% pasien. Disfungsi otonom umum dapat menyebabkan aritmia, perubahan tekanan darah, retensi urin, ileus paralitik dan hyperhydriasis. Apabila parah ini dapat berhubungan dengan kematian mendadak (Tandel et al., 2016).

Penyakit ini terjadi karena adanya rangsangan pada sistem imun, selain itu faktor resikonya diduga berkaitan dengan riwayat infeksi bakteri atau virus. Infeksi bakteri Campylobacter jejuni dilaporkan paling sering berasosiasi dengan SGB.

Infeksi yang disebabkan virus antara lain oleh Cytomegalovirus, virus Epstein-Barr, atau virus influenza (Willison, 2016).

1

(15)

2

Diagnosis SGB dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dibantu dengan pemeriksaan penunjang laboratorium. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pemeriksaan neurologis meliputi sensibilitas, reflek fisiologis, refleks patologis dan derajat kelumpuhan motoris. Pemeriksaan profil CSF (cerebrospinal fluid) melalui pungsi lumbal untuk melihat adanya kenaikan protein dan jumlah sel.

Profil CSF dapat menunjukkan hasil normal pada 48 jam pertama onset SGB.

Kenaikan akan terjadi pada akhir minggu kedua sampai mencapai puncak dalam 4- 6 minggu. Pemeriksaan elektrofisiologis dilakukan menggunakan Electromyogram (EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV). Nerve Conduction Velocity akan menganalisa kecepatan impuls dan EMG akan merekam aktivitas otot sehingga mampu mendeteksi kelemahan reflek dan respon saraf (Mishra et al., 2017).

Manifestasi klinis yang jelas pada SGB antara lain kelemahan progresif pada kaki dan tangan (dimulai dari kaki terlebih dahulu) dan hilangnya refleks pada tungkai yang lemah. Gejala tambahan lainnya antara lain yaitu pada fase progresif dimulai dari beberapa hari hingga beberapa minggu biasanya terjadi 2 minggu, kesimetrisan yang relatif antara bagian tubuh kiri atau kanan, kelemahan pada saraf kranial terutama kelemahan saraf fasialis bilateral, disfungsi autonomis, dan kadang disertai nyeri (Willison et al., 2016).

Sampai saat ini, belum ditemukan angka kejadian dan luaran Sindrom Guillain- Barre di kota Medan, maka dari latar belakang tersebut peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian tentang “Angka kejadian dan luaran Sindrom Guillain-Barre di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012-2019”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Bagaimana angka kejadian dan luaran Sindrom Guillain-Barre di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012-2019.

(16)

3

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui angka kejadian dan luaran Sindrom Guillain-Barre di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012-2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui angka kejadian pasien yang terdiagnosis Sindrom Guillain- Barre di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012-2019.

2. Untuk mengetahui Umur dan Jenis Kelamin pasien yang terdiagnosis Sindrom Guillain- Barre di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012- 2019.

3. Untuk mengetahui riwayat penyakit terdahulu yang terjadi pada pasien Sindrom Guillain-Barre di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012-2019.

4. Untuk mengetahui gejala klinis yang terjadi pada pasien Sindrom Guillain- Barre di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012-2019.

5. Untuk mengetahui luaran pasien yang terdiagnosis Sindrom Guillain-Barre di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012-2019.

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Bidang Pelayanan Masyarakat

Untuk memberikan informasi tentang prevalensi Sindrom Guillain-Barre di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012-2019.

1.4.2 Bidang Penelitian

Untuk meningkatkan wawasan serta masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti dalam bidang yang sama.

1.4.3 Bidang Pendidikan

Untuk menambah kemampuan berfikir secara logis dan sistematis serta mampu melakukan penelitian dengan metode yang baik dan benar.

(17)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SINDROM GUILLAIN- BARRE (SGB) 2.1.1 Definisi Sindrom Guillain-Barre (SGB)

Sindrom Guillain-Barre (SGB) adalah kelainan autoimun yang langka dimana sistem kekebalan tubuh seseorang merusak saraf, menyebabkan kelemahan otot dan kadang-kadang kelumpuhan. SGB dapat menyebabkan gejala yang berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa tahun. Kebanyakan orang pulih sepenuhnya, tetapi beberapa memiliki kerusakan saraf permanen. Beberapa orang meninggal karena SGB (CDC, 2017). Gejala pertama yang dirasakan adalah kelemahan dalam beberapa tingkat dan adanya gangguan terhadap rasa geli pada kaki, kemudian kelemahan dapat menjalar sampai ke lengan dan tubuh bagian atas, dan biasanya simetris. Gejala dapat meningkat, sampai seluruh otot utama tidak dapat digunakan dan dalam keadaan berat semua otot akan paralisis SGB sering juga disebut sebagai acute idiopathic demyelinating polyradiculoneuritis (AIDP) yang artinya proses demielinasi pada Guillain-Barre bersifat akut (Merck M, 2017).

2.1.2 Etiologi Sindrom Guillain-Barre

Penyebab yang pasti sampai saat ini masih belum diketahui. Kelemahan dan paralisis yang terjadi pada SGB disebabkan karena hilangnya mielin, material yang membungkus saraf. Hilangnya mielin ini disebut dengan demielinisasi.

Demielinisasi menyebabkan penghantaran impuls oleh saraf tersebut menjadi lambat atau berhenti sama sekali. Sindrom Guillain- Barre menyebabkan inflamasi dan destruksi dari mielin dan menyerang beberapa saraf. Penyebab terjadinya inflamasi dan destruksi pada SGB sampai saat ini belum diketahui. Ada yang menyebutkan kerusakan tersebut disebabkan oleh penyakit autoimun yang didahului oleh adanya suatu infeksi (Ahadinarahma, 2014).

2.1.3 Epidemiologi Sindrom Guillain- Barre

Angka kejadian SGB di dunia berkisar 0,6-4,0/ 100.000 orang. Pada anak-anak angka kejadian penyakit ini lebih rendah yaitu berkisar 0,34-1,34/ 100.000

4

(18)

5

sedangkan pada usia 50 tahun yaitu berkisar 3,3/ 100.000. Berdasarkan jenis kelamin penyakit ini lebih banyak dimiliki pada laki-laki di bandingkan dengan perempuan (Tandel, 2016). Laki-laki 1,5 kali lebih banyak dari perempuan dan insidennya meningkat berkaitan dengan usia, 1 per 100.000 pada usia dibawah 30 tahun dan sekitar 4 per 100.000 kasus pada usia setelah 75 tahun. Dalam 5 tahun dilaporkan bahwa insiden terbanyak terjadi pada daerah yang rentan terjadi infeksi organisme dan wabah SGB, dilaporkan berhubungan dengan infeksi Campylobacter jejuni. Dilaporkan juga bahwa vaksinasi berhubungan dengan penyakit SGB, seperti vaksinasi influenza, termasuk vaksin flu burung, vaksin hepatitis dan vaksin meningitis (Willson, 2016).

2.1.4 Diagnosis Sindrom Guillain-Barre

Diagnosis SGB diperlukan untuk membedakannya dari defisit neurologis yang disebabkan karena penyebab lain seperti stroke, infeksi sistem saraf lainnya. SGB memerlukan tindakan diagnosis antara lain :

Manifestasi klinis yang jelas seperti: gejala pasti SGB yaitu kelemahan progresif pada kaki dan tangan (dimulai dari kaki terlebih dahulu) dan hilangnya refleks pada pada tungkai yang lemah. Gejala tambahan lainnya: fase progresif yang dimulai dari beberapa hari hingga beberapa minggu (biasanya 2 minggu), kesimetrisan yang relatif antara bagian tubuh kiri atau kanan, kelemahan pada saraf kranial terutama kelemahan saraf fasialis bilateral, disfungsi autonomis, dan kadang disertai nyeri (Willison et al., 2016).

Gejala yang khas pada SGB adalah progresif dan cepat, kelemahan yang simetris dan biasanya mencapai puncaknya sampai 4 minggu. Pada penelitian kohort yang besardikatakan bahwa 95% pasien SGB yang diamati, 97% mencapai puncak gambaran klinis pada minggu ke 4 dan 80% dijumpai pada minggu ke 2.

Sekitar 8% dijumpai paraparesis dan dapat menetap sampai 6 bulan, 9% pasien dijumpai dengan reflekstendon yang normal pada lengan yang lemah dan 2%

dengan kelemahan tungkai.

Kelemahan otot pernapasan berat yang memerlukan dukungan alat bantu napas (ventilator) dijumpai pada 10-30% pasien (Fokke, 2014). Orang berumur 50 tahun

(19)

6

keatas merupakan golongan paling tinggi risikonya untuk mengalami SGB (CDC, 2012).

Kasus ini cenderung lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Data RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menunjukkan pada akhir tahun 2010-2011 tercatat 48 kasus SGB dalam satu tahun dengan berbagai varian jumlahnya per bulan. Pada Tahun 2012 berbagai kasus di RSCM mengalami kenaikan sekitar 10%

(Mikail, 2012).

Sindrom Guillain-Barre merupakan salah satu penyebab kelumpuhan otot yang bersifat asending dan simetris, artinya didahului oleh kelumpuhan anggota gerak bawah, kemudian akan terus mengenai anggota gerak atas. Salah satu komplikasi SGB yang dapat mengancam jiwa yaitu kelumpuhan otot-otot pernafasan yang akan mengakibatkan gagal nafas dan otot-otot wajah dapat mengalami kelumpuhan sehingga sulit untuk menelan normal (SGB, 2017).

Kelemahan dan gangguan sensoris merupakan gejala yang paling sering dijumpai. Biasanya bersifat progresif dimulai dari tungkai bawah dan bergerak naik, menyebabkan kesukaran dalam bergerak yang sering disebut kaki karet, kaki cenderung goyah dengan atau tanpa mati rasa atau kesemutan sampai paralisis.

Kelemahan bergerak ke atas sampai otot lengan dan wajah, biasanya selama beberapa jam sampai hari (24-72 jam). Seringkali, saraf kranial bawah terpengaruh, menyebabkan kelemahan bulbar (disfagia orofaringeal, yang meliputi sulit menelan, meneteskan air liur, dan/atau kesulitan mempertahankan jalan nafas terbuka) dan ophthalmoplegia, yang dapat mempengaruhi otot-otot pernapasan sehingga menyebabkan gagal napas. Sebagian besar pasien memerlukan rawat inap, dan sekitar 30% memerlukan bantuan ventilasi mekanik (Pithadia, 2010).

2.1.5 Diagnosis Banding Sindrom Guillain-Barre

Anamnesis, pemeriksaan fisik, analisis CSF, penilaian konduksi saraf, dan penunjang pencitraan dapat membantu membedakan SGB dengan subfenotipnya.

Termasuk juga infeksi sebagai penyebab, keganasan leptomeningeal, dan gangguan neuromuscular junction. Memanifestasi monofasik pada SGB dijumpai pada 90%

kasus, namun 10% pasien mengalami bentuk berulang atau kambuh dandapat juga

(20)

7

tidak menunjukkan perbaikan setelah 8 minggu, tetapi hal ini tidak biasa untuk SGB (Jasti, 2016). Diagnosis banding SGB antara lain adalah neuropati perifer, gangguan transmisi akut neuromuscular junction (miositis, mielitis akut), gangguan metabolik (hipokalemia, hipofosfatemia), infark serebri (batang otak), poliomielitis post difteri, ganglionopati pada ensefalitis atau meningitis (Hakim, 2011).

2.1.6 Manifestasi Klinis Sindrom Guillain-Barre

Sindrom Guillain- Barre sebagai sekumpulan sindrom dengan variasi klinis atau subtipe yang paling banyak ditemukan yaitu, Akut Inflamasi Demielinisasi Poliradikuloneuropati (AIDP), Akut Motor Axonal Neuropati (AMAN), Akut Motor dan Sensori Axonal Neuropati (AMSAN) menyebutkan bahwa (Yunika, 2015) :

a. AIDP Gangguan yang diakibatkan oleh gangguan antibodi-autoimun.

Biasanya dipicu oleh infeksi antisenden dan vaksinasi. Inflamasi dan demielinisasi dapat terjadi disertai kehilangan fungsi akson. Remielinisasi dapat terjadi bila ada penghentian reaksi imun (Yunika, 2015). Gejala dan tanda minimal yang diperlukan adalah yang pertama kelemahan progresif pada kedua lengan dan tungkai (dapat dimulai dari ekstrimitas bawah).

Hiporefleksia atau areflexia, Kriteria lain untuk memperkuat diagnosis adalah perburukan gejala yang mencapai titik nadi < 28 hari (4 minggu), pola defisit neurologis yang relatif simetris dan gangguan sensoris minimal (Syafri et al., 2018).

b. AMAN Sebagian pasien biasanya didahului oleh infeksi Campylobacter.

Biasanya yang muncul adalah bentuk neuropati aksonal. Pasien yang mengalami sebagian besar anak-anak dan akan mengalami perbaikan dengan cepat (Yunika, 2015). Gambaran klinis yang menunjang diagnosis adalah kelemahan ekstremitas simetrik, arefleksia dan dapat disertai kelemahan otot wajah bilateral, otot orofaringeal dan/ atau kelemahan otot respirasi. Gambaran klinis yang meragukan diagnosis adalah kelemahan otot ekstra okuler dan gangguan sensorik berat (Syafri et al., 2018).

c. AMSAN Degenerasi pada serat motorik dan sensorik yang bermielin

(21)

8

dengan demielinisasi dan inflamasi yang menimal. Gejala mirip AMAN hanya saja efek pada neuron sensorik. Tipe ini biasanya terjadi pada orang dewasa (Yunika, 2015). Gambaran klinis adalah kelemahan progresif cepat arefleksia,hilangnya sensorik distal (Syafri et al., 2018).

2.1.7 Patofisiologi

Terjadi infeksi atau stimulasi sistem kekebalan yang menyebabkan terjadi penyimpangan respon autoimun pada saraf perifer dan cabang-cabang saraf tulang belakang. Dan juga terjadi mimikri molekuler antara mikroba dan antigen saraf yang dapat mencetuskan terjadinya gangguan, biasanya dijumpai pada kasus infeksi C. jejuni. Fase berikutnya adalah terdapat peran faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhi kerentanan individu. Kelemahan anggota gerak sering akibat keterlibatan saraf sensorik dan kranial, yaitu 1-2 minggu setelah terjadinya stimulasi kekebalan tubuh, dan biasanya puncak defisit klinis terjadi pada minggu ke-2 sampai ke-4 (Willson, 2016).

2.1.8 Tatalaksana 1. Terapi Respiratori

Sekitar sepertiga dari pasien dengan SGB memerlukan dukungan ventilasi.

Pemantauan pernapasan kegagalan, kelemahan bulbar, dan kesulitan menelan membantu mengantisipasi komplikasi. Posisi pasien untuk mengoptimalkan ekspansi paru dan manajemen sekresi untuk pembersihan jalan napas diperlukan untuk meminimalkan komplikasi pernapasan. Bantuan pernapasan harus dipertimbangkan ketika kapasitas ekspirasi berkurang hingga kurang dari 18 ml/kg atau ketika saturasi oksigen penurunan (PO2 arteri <70 mm Hg). Trakeotomi mungkin diperlukan pada pasien dengan pernapasan yang lama kegagalan, terutama jika ventilasi mekanis diperlukan selama lebih dari 2 minggu (Michael, 2018).

2. Perawatan ICU

Perawatan suportif yang baik sangat penting dalam perawatan pasien dengan SGB. Masuk ke ICU harus dipertimbangkan untuk semua pasien dengan disautonomia labil, kapasitas vital paksa kurang dari 20 ml/kg, atau bulbar

(22)

9

palsy parah. Setiap pasien yang menunjukkan tanda-tanda klinis respiratory compromise pada tingkat apa pun juga harus diterima di ICU. Karena sebagian besar kematian terkait dengan SGB berhubungan dengan komplikasi kegagalan ventilasi dan disfungsi otonom, banyak pasien perlu dipantau secara ketat di ICU oleh dokter berpengalaman dalam kelumpuhan neuromuskuler akut dan komplikasinya (Michael, 2018).

2.1.9 Komplikasi

Komplikasi SGB yang signifikan adalah kegagalan ventilasi, pneumonia aspirasi, sepsis, kontraktur sendi, dan trombosis vena dalam.

Namun secara garis besar oleh Wang dkk (2015) mengelompokkan komplikasi SBG menjadi 2 yaitu :

1. Komplikasi jangka pendek : - Kardiovaskuler

- Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH) - Ensefalopati

- Komplikasi respiratori - Penyakit ginjal

- Rhabdomiolisis - Konstipasi

2. Komplikasi jangka panjang:

- Gangguan psikologis seperti kecemasan, susah tidur - Rasa nyeri

(23)

10

Perawatan ICU Terapi respiratori

Tatalaksana

Luaran 2.2 KERANGKA TEORI

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka kerangka teori penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sindrom Guillain-Barre Etiologi

Dipicu/didahului infeksi (infeksi gastrointestinal Campylobacter Jejuni atau

infeksi saluran pernafasan atas)

Riwayat Penyakit Terdahulu Jenis Kelamin

Usia

Faktor Risiko

Gejala klinis

Kelemahan pada keempat tungkai

Kelemahan keempat anggota

tubuh Parastesia

(24)

11

v

2.3 KERANGKA KONSEP

Berdasarkan judul penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Sindrom Guillain-Barre Angka Kejadian dan Luaran tahun 2012 hingga 2019

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui angka kejadian dan luaran Sindrom Guillain-Barre di RSUP HAM tahun 2012-2019 dengan menggunakan tipe deskriptif. Dengan sekali pengumpulan data dalam satu dengan metode observasi rekam medis di RSUP HAM tahun 2012-2019. Setelah data diperoleh, kemudian data diolah untuk mengetahui angka kejadian Sindrom Guillain-Barre di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012-2019.

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik data yang diambil yaitu dari Januari 2012 sampai Desember 2019. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan rumah sakit pusat dan rumah sakit rujukan di Provinsi Sumatera Utara.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sastroasmoro & Ismael, 2017). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien Sindrom Guillain-Barre di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012-2019.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan di ambil.

Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan dalam penelitian ini adalah :

1. Kriteria Inklusi

12

(26)

13

a. Usia >18 tahun

b. Pasien dengan diagnosis Sindrom Guillain-Barre 2. Kriteria Eksklusi

a. Data Rekam Medis Pasien tidak lengkap 3.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa rekam medis pasien Sindrom Guillain-Barre di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012-2019. Data dikelompokkan berdasarkan variabel yang telah ditentukan.

3.5 DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur

Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Usia Lama waktu Rekam Observasi >60 Ordinal

Hidup (sejak medis data >40-60

dilahirkan) rekam ≤40

medis

2. Jenis Identitas Rekam Observasi 1.Laki-laki Nominal Kelamin pasien sesuai medis data 2.Perempuan

dengan rekam

keadaan fisik medis

dan biologis.

3. Riwayat Penyakit yang Rekam Observasi 1. ISPA Nominal penyakit telah di derita Medis data 2. Gastroenteriti

terdahulu pasien rekam s

sebelum medis 3. Tidak

terkena diketahui

penyakit sekarang

4. Gejala Gejala/peruba Rekam Observasi 1. Keluhan Nominal Klinis han-perubahan Medis data utama

Yang rekam (Parastesi,

ditunjukkan medis parastesi

tubuh disertai

kelumpuhan, Kelumpuhan )

2. Kelemahan keempat

(27)

14

anggota tubuh 3. Kelemahan

pada kedua tungkai

5. Luaran Didefinisikan Rekam Observasi 1. Hidup Nominal

sebagai Medis data disabilitas

mortalias di rekam Gejala ringan

rumah sakit, medis 2. Hidup

durasi disabilitas

perawatandi Bisa berjalan

rumah sakit tetapi tidak

dan bisa berlari

disabilitas 3. Hidup

selama 30 hari disabilitas

Butuh bantuan untuk berjalan 4. Hidup

disabilitas Terbaring di Kasur 5. Mati dalam

≤ 30 hari perawatan (mortality) 6. Menjalani

kehidupan secara mandiri

3.6 METODE PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA 3.6.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut :

a. Editting, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data, akan dilengkapi dengan mewawancarai atau memeriksa ulang pasien.

b. Coding atau mengkode data. Data yang sudah terkumpul kemudian diberi kode secara manual oleh peneliti sebelum diolah dengan komputer.

(28)

15

c. Entry, data dimasukkan ke dalam program pengolah statistik.

d. Cleaning, pemeriksaan seluruh data yang telah dimasukkan ke dalam komputer agar terhindar dari kesalahan saat pemasukan data.

e. Analyzing, menyimpan data yang telah diolah dan dianalisis. Kemudian hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Data kemudian dianalisis dengan perhitungan statistik menggunakan bantuan perangkat lunak aplikasi statistik.

3.6.2 Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program statistik di komputer.

(29)

16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Subjek penelitian yang digunakan adalah seluruh pasien Sindrom Guillain-Barre di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012-2019. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari rekam medis dengan subjek penelitian berjumlah 185 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien

Karakteristik n %

Usia

> 60 Tahun 18 9,7

>40-60 Tahun 50 27

≤ 40 Tahun 117 63,2

Jenis Kelamin

Laki-laki 104 56.2

Perempuan 81 43.8

Riwayat Penyakit

ISPA 49 26,5

Gastroenteritis 14 7,6

Tidak diketahui 122 65,9

Gejala Klinis

Kelemahan keempat anggota tubuh 86 46,5

Kelemahan pada kedua tungkai 41 22,1

Parestesia 58 31,4

Tahun

2012 12 6,5

2013 13 7

2014 20 10,8

2015 20 10,8

2016 17 9,2

2017 22 11,9

2018 52 28,1

2019 29 15,7

Total 185 100.0

(30)

17

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui terdapat 117 (63.2%) pasien dengan umur < 40 tahun, 50 (27%) pasien dengan umur 40-60 tahun, dan 18 (9,7%) pasien dengan umur > 60 tahun. Mayoritas pasien pada penelitian ini adalah laki-laki yaitu sebanyak 105 (56,2%) pasien, sementara 80 (43,8%) pasien adalah perempuan.

Riwayat penyakit tidak diketahui merupakan yang paling banyak dijumpai pada penelitian ini yaitu 122 (65,9%) pasien, diikuti dengan riwayat penyakit ISPA sebanyak 49 (26,5%) pasien dan gastroenteritis sebanyak 14 (7,6%) pasien.

Gambaran klinis pada penelitian ini yang paling banyak dijumpai merupakan kelemahan keempat anggota tubuh yaitu sebanyak 86 (46,5%) pasien, diikuti dengan parestesia 58 (31,4%) pasien dan kelemahan pada kedua tungkai 41 (22,1%) pasien. Terjadi peningkatan kasus SGB dari 2012 dan memuncak pada 2018 dengan total 52 (28,1%) kasus, namun terjadi penurunan tren kasus SGB menjadi 29 (15,7%) kasus pada tahun 2019.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Luaran Luaran 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Total

% (n) Hidup disabilitas

gejala ringan Hidup disabilitas bisa berjalan tetapi tidak bisa berlari Hidup disabilitas butuh bantuan untuk berjalan Hidup disabilitas terbaring dikasur Mati dalam ≤ 30 hari perawatan Menjalani

Kehidupan secara Mandiri

Total 185 100,0

1 1 4 0 1 2 7 3 19 10,3

0 0 1 0 0 1 1 0 3 1,6

1 3 1 4 3 5 7 4 28 15,1

1 1 0 0 1 0 2 1 6 3,2

4 1 2 3 2 6 5 2 25 13,5

5 7 12 13 10 8 30 19 104 56,2

(31)

18

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui terdapat 19 (10,3%) pasien hidup dengan disabilitas gejala ringan, 3 (1,6%) pasien hidup disabilitas bisa berjalan tetapi tidak bisa berlari, 28 (15,1%) pasien hidup disabilitas butuh bantuan untuk berjalan, 6 (3,2%) pasien hidup disabilitas terbaring dikasur, 25 (13,5%) pasien mati dalam ≤ 30 hari perawatan dan 104 (56,2%) pasien dapat menjalani kehidupan secara mandiri.

Kasus SGB pada 2018 merupakan yang terbanyak pada penelitian ini, namun angka luaran dapat menjalani kehidupan secara mandiri didapatkan paling banyak pada tahun 2019 yaitu 19 pasien (0,65%) dari 29 kasus SGB.

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Usia dan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa pasien SGB paling banyak dengan umur terdapat 117 (63.2%) pasien dengan umur < 40 tahun, 50 (27%) pasien dengan umur 40-60 tahun, dan 18 (9,7%) pasien dengan umur > 60 tahun. Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan angka insiden tertinggi pada usia sekitar 30-50 tahun (usia produktif) (Wahyu, 2018).

Hasil penelitian sebelumnya (McGrogan et al.,2009) yang melakukan pengamatan pada beberapa penelitian literatur dengan hasil temuan yang lebih dominan orang dengan usia lima puluhan tahun keatas. Dan begitu juga dengan penelitian (Sejvar et al., 2011) yang mengatakan kisaran ingkat usia spesifik pasien SGB meningkat dari tiga kali lipat perbedaan antara penelitian grup usia muda sampai dengan 10 (sepuluh) kali lipat perbedaan di grup usia tua (McGrogan et al.,2009).

Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa jenis kelamin laki-laki sebanyak 104 (56,8%) pasien, sementara jumlah pasien dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 81 (43,2%). SGB dapat diderita baik pria maupun wanita, berbagai usia, dan tidak dipengaruhi oleh ras. Akan tetapi, kejadian SGB sebelumnya menunjukkan bahwa penderita pria lebih banyak 1,5 kali dibanding wanita, lebih sering terjadi pada pria berwarna kulit putih (Wahyu, 2018). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Palaiodimou (2021) menyatakan bahwa SGB terjadi paling

(32)

19

banyak pada laki-laki (Palaiodimou et al., 2021). Dimana proporsi jenis kelamin laki-laki lebih dominan dari pada perempuan ini sesuai dengan penelitian (Benamer et al., 2014) menunjukkan frekuensi jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dengan rata- rata hingga 75% dan juga penelitian (Sejvar et al., 2011) menunjukkan terjadinya peningkatan penyakit SGB yang lebih tinggi jenis kelamin laki-laki dari pada perempuan, peningkatan ini dikonfirmasi oleh model-based estimates, yang menunjukkan risiko relatif untuk laki-laki 1.78 (95% CI, 1.36-2.33), tetapi alasan mengenai faktor risiko jenis kelamin laki-laki lebih tinggi daripada perempuan belum diketahui secara pasti.

4.2.2 Riwayat penyakit

Berdasarkan hasil penelitian paling banyak adalah dengan tidak diketahui, yakni sebanyak 122 (65,9%). Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa adanya riwayat penyakit infeksi sebelumnya dengan presentasi 47.2-84% seperti 7-71%

dari riwayat penyakit infeksi saluran pernafasan bagian atas dan 13.3-40% dari riwayat penyakit infeksi gastrointestinal. Hasil temuan literatur yang dikumpulkan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya (Benamer et al., 2014) yang mengatakan 26-76% dari kasus riwayat infeksi sebelumnya (kurang dari 4 minggu sebelum terjadinya penyakit SGB) dengan 28-58% kasus riwayat infeksi saluran pernafasan bagian atas lebih umum terjadi dan diikuti 6-17% kasus riwayat penyakit infeksi gastrointestinal. Dan sama halnya dengan penelitian (McGrogan et al.,2009) yang mengatakan 40-70% kasus riwayat infeksi sebelumnya dicatat dengan 22-53%

kasus riwayat infeksi saluran pernafasan bagian atas dan 6-26% kasus riwayat penyakit infeksi gastrointestinal.

Penyakit saraf ini diperkirakan sebagai penyakit pasca infeksi karena sekitar dua pertiga pasien melaporkan beberapa hal mengenai penyakit menular sebelumnya. Kegiatan vaksinasi tertentu dan penyakit sistemik lainnya berkaitan juga dengan penyakit SGB. Ada laporan kasus mengenai pengobatan dan pengoperasian, tetapi hubungan sebab dan akibatnya belum jelas (Andary, 2018).

(33)

20

4.2.3 Gejala Klinis

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa dengan gejala kelemahan keempat anggota gerak, yakni sebanyak 86 (46,5%). Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pasien dengan SGB memiliki gejala dan tanda seperti anosmia/ageusia dan kelainan nervus cranial (Palaiodimou et al., 2021). Menurut WHO (2016) Banyak pasien SGB datang dengan kelemahan progresif pada kedua kaki secara cepat disertai hiporefleksia. Di beberapa kasus, pasien datang dengan wajah, okulomotor, dan bulbar yang melemah (misalnya susah menelan dan berbicara) atau gejala sensorik primer (WHO, 2016).

Manifestasi sensorik dalam bentuk parastesia dapat terjadi pada 50% pasien dan mati rasa pada 43% pasien. Sekitar setengah pasien yang didiagnosa SGB menunjukkan disfungsi autonomik, dengan penyakit gastrointestinal yang paling umum (diare/konstipasi) pada 15% pasien, diikuti hiponatremia (15%), syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH) (5%), bradikardia (5%), dan retensi urin (5%). Manifestasi lain dari disfungsi autonomik seperti takikardia, tidak stabilnya tekanan darah, kardiomiopati reversibel, sinkop, dan sindroma horner yang sangat jarang terjadi. Neuropati kranial dapat terjadi lebih dari 60% pasien dan mungkin melibatkan saraf kranial dalam jumlah banyak. Kelemahan bulbar, kelumpuhan wajah (facial palsy), oftalmoplegia, dan kelumpuhan saraf hipoglossal adalah manifestasi dari neuropati kranial yang sering terjadi (Malek dan Salameh, 2019).

4.2.4 Luaran

Penelitian ini mendapatkan sebanyak 19 (10,3%) pasien hidup dengan disabilitas gejala ringan, 3 (1,6%) pasien hidup disabilitas bisa berjalan tetapi tidak bisa berlari, 28 (15,1%) pasien hidup disabilitas butuh bantuan untuk berjalan, 6 (3,2%) pasien hidup disabilitas terbaring dikasur. Penelitian oleh Alanazy dkk.

mendapatkan dari 97 pasien yang dilihat luarannya, 37 (38.1%) pasien dapat berjalan secara mandiri dalam waktu < 6 bulan, 11 (11.3%) pasien dapat berjalan secara mandiri dalam waktu 6-9 bulan, 32 (33.0%) pasien dapat berjalan secara mandiri dalam waktu > 9 bulan, 10 (10.3%) pasien dapat berjalan dengan bantuan

(34)

21

dalam waktu > 9 bulan, dan terdapat 7 (7.2%) pasien yang tidak dapat berjalan dalam waktu > 9 bulan (Alazany dkk., 2021).

Penelitian ini mendapatkan sebanyak 25 (13,5%) pasien meninggal dan 104 (56,2%) pasien sembuh. Penelitian oleh Ijaz dkk. pada 27 pasien SGB mendapatkan 20 pasien hidup dan 7 pasien meninggal, dan dari kelompok pasien hidup, hanya 3 pasien yang dapat hidup secara mandiri pada akhir masa follow up (Ijas dkk., 2019).

Luaran fungsional yang buruk membawa morbiditas kepada pasien serta beban keuangan ke sistem perawatan kesehatan. Ini menyebabkan durasi rawat inap yang lebih lama secara signifikan dibandingkan dengan pasien dengan luaran fungsional yang baik dalam 1 bulan. beberapa faktor sebagai prediktor luaran fungsional yang buruk setelah 6 bulan terdiri atas usia yang lebih tua, skor disabilitas yang lebih tinggi saat presentasi, kebutuhan akan ventilasi mekanis, dan jenis cedera saraf aksonal (Shangab dan Kaylani, 2020).

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Angka Kejadian dan Luaran Sindrom Guillain Barre 2012-2019 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Distribusi frekuensi berdasarkan angka kejadian pada penelitian ini memperlihatkan bahwa jumlah pasien sebanyak 185 orang.

2. Distribusi frekuensi berdasarkan pembagian jenis kelamin pada penelitian ini memperlihatkan bahwa lebih banyak pada laki laki.

3. Distribusi frekuensi berdasarkan pembagian umur pada penelitian ini memperlihatkan bahwa ≤ 40 tahun adalah umur yang paling banyak didapati.

4. Distribusi frekuensi berdasarkan pembagian gejala klinis pada penelitian ini memperlihatkan bahwa Kelemahan keempat anggota tubuh gejala yang paling banyak didapati .

5. Distribusi frekuensi berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya pada penelitian ini memperlihatkan bahwa ISPA adalah yang paling banyak didapati.

6. Distribusi frekuensi berdasarkan Luaran pada penelitian ini memperlihatkan bahwa Menjalani Kehidupan secara Mandiri adalah yang paling banyak didapati.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Peneliti selanjutnya untuk meneliti mengenai klasifikasi, dan penatalaksanaan dari SGB

2. Perlunya dilakukan peneltian mengenai karakteristik demografi, pemeriksaan konduksi saraf, tatalaksana dan prognosis pasien SGB di

22

(36)

23

Indonesia, agar data yang dihasilkan dapat relevan dengan kondisi geografi di Indonesia.

(37)

24

DAFTAR PUSTAKA

Alanazy, M.H., Bakry, S.S., Alqahtani, A. et al. Clinical features and outcome of Guillain–Barre syndrome in Saudi Arabia: a multicenter, retrospective study.

BMC Neurol 21, 275 (2021). https://doi.org/10.1186/s12883-021-02314-5 Andary, M. T. 2017, Guillain-Barré Syndrome, Medscape. Tersedia pada:

https://emedicine.medscape.com/article/315632-overview (Diakses: 28 November 2019).

Benamer, Hani T.S., Bredan, Amin, 2014, ‘Guillain–Barré syndrome in Arab countries: A systematic review’, Journal of the Neurological Sciences, 343(1- 2), 221-223. doi:10.1016/j.jns.2014.05.065

CDC 2012, Guillain Barre Syndrome (GBS), Centers for Disease Control and Prevention. Tersedia pada : http://www.cdc.gov/flu/protect/ vaccine//

guillainbarre.htm.

Choirunnisa, A. 2017, Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Guillain Barre Syndrome (GBS)(Penelitian di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang). Universitas Muhamaddiyah Malang.

Dewi, Y. P. 2015, Laporan Kasus Intensive Care Unit Therapeutic Plasma Exchange (TPE) Pada Guillain-Barre´ Syndrome (GBS). Yogyakarta. doi:

10.13140/RG.2.2.13275.16164.

Dimachkie, M.M. and Barohn, R.J. 2013. Guillain-Barré syndrome and variants.

Neurologic clinics, 31(2), pp.491-510.

Fokke, C., van den Berg, B., Drenthen, J., Walgaard, C., van Doorn, P.A. and Jacobs, B.C., 2014. Diagnosis of Guillain-Barré syndrome and validation of Brighton criteria. Brain, 137(1), pp.33-43.

Hakim, M. 2011, 'Sindrom Guillain-Barre', Medicinus, vol. 24, no. 4, hal. 9–16.

Ijaz, M.S., Khan, F., Khan, M.J., Khan, A., Ahmad, W., & Ali, I. (2019). Outcomes of Guillain–Barré Syndrome Patients Admitted to Intensive Care Unit in Tertiary Care Hospital. Dr. Sulaiman Al Habib Medical Journal.

Jasti, A.K., Selmi, C., Sarmiento-Monroy, J.C., Vega, D.A., Anaya, J.M. and Gershwin, M.E., 2016. Guillain-Barré syndrome: causes, immunopathogenic mechanisms and treatment. Expert review of clinical immunology, 12(11), pp.1175-1189.

Malek, E. and Salameh, J. 2019, ‘Guillain-Barre Syndrome’, Seminars in Neurology, vol. 39, no. 5, pp. 589-595.

McGrogan, Anita; Madle, Gemma C.; Seaman, Helen E.; de Vries, Corinne S. 2009,

‘The Epidemiology of Guillain-Barr&eacute’, Syndrome Worldwide.

Neuroepidemiology, 32(2), 150–163. doi:10.1159/000184748

(38)

25

Meena, A.K., Khadilkar, S.V. and Murthy, J.M.K., 2011. Treatment guidelines for Guillain–Barré syndrome. Annals of Indian Academy of Neurology, 14(Suppl1), p.S73.

Mendell, J.R., Cornblath, D.R. and Kissel, J.T., 2001. Diagnosis and management of peripheral nerve disorders (Vol. 59). Oxford University Press.

Merck, M. 2017, Guillain-Barré Syndrome, Centers for Disease Control and Prevention. Tersedia pada: https://www.cdc.gov/campylobacter/guillain- barre.html.

Michael 2018, Guillain-Barre Syndrome Treatment & Management, Medscape.

Tersedia pada: https://emedicine.medscape.com/article/315632-treatment.

Mikail, B. 2012, Penderita Guillain-Barré Syndrome (GBS) meningkat di Kalangan Usia Produktif, Kompas.

Mishra A, G., Sai Khrisna, T., Komal, & Krishna. (2017). Guillain-Barre syndrome:

an orphan disease. World Journal of Pharmaceutical Research, 6(5), 393-400 NIH 2017, Guillain Barre Syndrome, NIH.

Notoatmodjo, S. 2012, Metodologi penelitian kesehatan. 6 ed. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Palaiodimou, L., Stefanou, M. I., Katsanos, A. H., Fragkou, P. C., Papadopoulou, M., Moschovos, C., Michopoulos, I., Kokotis, P., Bakirtzis, C., Naska, A., Vassilakopoulos, T. I., Chroni, E., Tsiodras, S., & Tsivgoulis, G. (2021).

Prevalence, clinical characteristics and outcomes of Guillain-Barré syndrome spectrum associated with COVID-19: A systematic review and meta-analysis.

European Journal of Neurology, 28(10), 3517–3529. https:// doi.org/ 10.1111/

ene.14860

Pithadia, A.B. and Kakadia, N., 2010. Guillain Barrésyndrome (GBS).

Pharmacological reports, 62(2), pp.220-232.

Rubin, M. 2019, Guillain-Barré Syndrome (GBS), MERCK Manual.

Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. 2017, Dasar Metodologi Penelitian Klinis. 5 ed.

Sagung Seto, Medan.

Sejvar, J. J., Baughman, A. L., Wise, M., & Morgan, O. W. 2011, ‘Population Incidence of Guillain Barré Syndrome: A Systematic Review and MetaAnalysis’, Neuroepidemiology, 36(2), 123-133. doi:10.1159/000324710 Shangab, M., & Al Kaylani, M. (2020). Clinical Course and Predictors of Poor

Functional Outcome in Guillain-Barré Syndrome. A Retrospective Study.

Dubai Medical Journal, 3, 93 - 98.

Syafri, A. Y., Fitri, A., Hadnani, H., Gunadharma, S. dan Mahama, C. N. 2018, 'Sindroma Guillain Barré', in Hakim, M., Gunadharma, S., dan Basuki, M. (ed.) Pedoman Tatalaksana GBS, CIDP, MG, DAN IMUNOTERAPI. 1 ed.

(39)

26

Perhimpunan Dokter Spesial Saraf Indonesia, Jakarta, hal. 1–15.

Tandel, H., Vanza, J., Pandya, N. dan Jani, P. 2016, 'Guillain-Barré Syndrome (GBS): A Review', European Journal Of Pharmaceutical and Medical Research, vol. 3, no. 2, hal. 366– 371.

Wahyu, F. F. (2018). Guillain-Barré Syndrome : Penyakit Langka Beronset Akut yang Mengancam Nyawa. Medula, 8(1), 112–116.

Walling, A. D. dan Dickson, G. 2013, 'Guillain-Barré Syndrome', American family physician, vol. 87, no. 3, hal. 191–197.

Wang, Y., Zhang, H.L., Wu, X. and Zhu, J., 2016. Complications of Guillain-Barré syndrome. Expert Review of Clinical Immunology, 12(4), pp.439-448.

Willison, H.J., Jacobs, B.C. and Van Doorn, P.A., 2016. Guillain-barre syndrome.

The Lancet, 388(10045), pp.717-727.

(40)

27

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rizka Audiva Iqbal

NIM 160100167

Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 17 juli 1998

Agama : Islam

Nama Ayah : Dr. Muhammad Iqbal Sp.JP(K)

Nama Ibu : Ariyanti Dalmer

Alamat : Jalan Sei. Bengawan nomor 74 Riwayat Pendidikan :

1. SD Patra Dharma 3 Balikpapan (2004-2010) 2. SMP Negri 1 Balikpapan (2010-2013) 3. SMA Harapan 1 Medan (2013-2016)

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2016-sekarang)

Riwayat Kepanitiaan :

1. Panitia Seksi Dana PORSENI FK USU 2017

(41)

28

Lampiran 2 : Pernyataan Orisinalitas

PERNYATAAN

Angka kejadian dan luaran Sindrom Guillain- Barre di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik 2012-2019

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penelitian ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi lainnya dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Medan, 4 Desember 2021 Penulis,

Rizka Audiva Iqbal 160100167

(42)

29

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian

(43)

30

Lampiran 4 : Ethical Clearence

(44)

31

Lampiran 5 : Izin Penelitian

(45)

32

Lampiran 6 : Tabel Pengolahan Data SPSS

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >60 Tahun 18 9,7 9,7 9,7

40-60 Tahun 50 27.0 27.0 90.3

40 Tahun 117

185

63,2 100.0

63,2 100.0

100.0 Total

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-Laki

Perempuan

105 80

56.8 43.2

56.2 43.8

56.2 100.0

Total 185 100.0 100.0

Riwayat Penyakit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ISPA 49 26.5 26.5 26.5

Gastroenteritis 14 7.6 7.6 34.1

Tidak Diketahui Total

122 185

65.9 100.0

65.9 100.0

100.0

Gejala

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kelemahan Keempat 86 46.5 46.5 46.5

Anggota Tubuh

Kelemahan Kedua Tungkai 41 22.2 22.2 68.6

Parastesia 58 31.4 31.4 100.0

Total 185 100.0 100.0

(46)

33

Luaran

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Hidup disabilitas gejala 19 10,3 10,3 10,3

ringan

Hidup disabilitas bisa 3 1,6 1,6 11,9

berjalan tetapi tidak bisa berlari

Hidup disabilitas butuh 28 15,1 15,1 27,0

bantuan untuk berjalan

Hidup disabilitas terbaring 6 3,2 3,2 30,3

dikasur

Mati dalam ≤ 30 hari 25 13,5 13,5 43,8 perawatan

Sembuh 104 56,2 56,2 100,0

Total 185 100.0 100.0

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

tindak lanjut dari permintaan yang belum dipenuhi, penolakan permintaan informasi publik disertai dengan alasan penolakannya dan waktu yang diperlukan dalam memenuhi

Hasil uji kelompok II dengan paired sample t-tes diperoleh p=0,000 yang berarti ada pengaruh pemberian stretching terhadap penurunan nyeri akibat delayed onset

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi proses interaksi sosial antara masyarakat pendatang perumahan transmigrasi terhadap masyarakat lokal yaitu faktor pendorong

[r]

Panitia Pengadaan pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah akan melaksanakan [Pelelangan dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi secara elektronik

Berdasarkan tahapan dan jadwal lelang yang telah ditetapkan serta memperhatikan hasil evaluasi kualifikasi terhadap peserta yang lulus evaluasi dokumen penawaran,

Menganalis is Sistem Pengendali an intern pemberian kredit suatu bank Jenis Penelitia n yang berbeda yaitu kuantita tif, alat analisis yang berbeda dan Populasi penelitia

Deskripsi Mata Kuliah : Matakuliah ini membahas tentang: penerapan hasil penemuan IPA dalam teknologi; penerapan fisika, biologi, dan kimia, dalam kehidupan