• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

11

GAMBARAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

Rizqi Nursasmita

Prodi D3 Keperawatan Akper RSP TNI AU Jakarta Email: rizqinursasmita@gmail.com

Abstrak

Gizi lebih dan obesitas pada anak merupakan masalah kesehatan yang semakin meningkat angka penderitanya. Penanganan gizi lebih dan obesitas pada anak pra sekolah belum terfokus sesuai dengan karakteristik populasi. Penanganan yang sesuai dengan karakteristik populasi, akan meningkatkan keberhasilan intervensi, sehingga akan lebih efektif menurunkan angka obesitas dan gizi lebih pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran prevalensi gizi lebih pada anak usia pra sekolah. Penelitian kuantitatif ini akan dilaksanakan di taman kanak-kanak. Populasi pada penelitian ini adalah anak usia pra sekolah (usia 3-6 tahun) sejumlah 30 random sampling. Hasilnya, 50% dari sampel memiliki status gizi lebih.

Kata kunci: gizi lebih, obesitas, anak pra sekolah Abstract

Over nutrition and obesity in children is a health problem that the sufferer rate is increasing. Handling over nutrition and obesity in pre-school children has not been focused in accordance with the characteristics of the population. Treatment in accordance with the characteristics of the population will increase the success of the intervention, so that it will be more effective in reducing obesity and over nutrition in adolescents. This study aims to describe the prevalence of over nutrition in pre-school age children. This quantitative research will be carried out in kindergarten. The populations in this study were 30 pre-school children (aged 3-6 years) with a total of 30 random sampling. As a result, 50% of the sample had more nutritional status.

Keyword: over nutrition, obesity, pre-school

LATAR BELAKANG

Gizi lebih dan obesitas pada anak telah berkembang menjadi masalah serius baik di negara maju maupun negara berkembang (WHO, 2013). Begitu pula dengan Indonesia, prevalensi gizi lebih dan obesitas pada anak usia sekolah

menunjukan peningkatan angka yang signifikan (Rachmi & Baur, 2017).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi gizi lebih dan obesitas pada anak usia sekolah bertambah lebih dari dua kali lipat tahun 2013 dari tahun sebelumnya. Kenaikan prevalensi tersebut merupakan ancaman

(2)

serius, karena menurut World Health Organization (WHO), obesitas pada usia sekolah memiliki asosiasi dengan berbagai ancaman masalah kesehatan lain, baik masalah fisik maupun masalah psikososial (WHO, 2013).

Ancaman masalah kesehatan yang akan didapatkan oleh anak dengan gizi lebih dan obesitas adalah diabetes tipe 2, perlemakan hati, sirosis, obstruktif sleep apnea serta masalah yang berkaitan dengan ortopedik (Merry & Voigt, 2014). Selain masalah pada fisik atau organ, anak dengan obesitas memiliki potensi memiliki masalah dalam psikososial. Masalah psikososial tersebut diantaranya adalah ansietas, depresi, serta harga diri rendah. Potensi masalah tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup anak dengan gizi lebih atau obesitas (Morrison, et al, 2015).

Gizi lebih dan obesitas pada anak sekolah saat ini masih digeneralisasi persebarannya. Di beberapa penelitian disebutkan bahwa prevalensi gizi lebih dan obesitas lebih banyak terjadi di sekolah-sekolah swasta (Koirala, 2015).

Berdasarkan beberapa penelitian hal tersebut diasumsikan karena anak yang bersekolah di sekolah swasta dan anak yang bersekolah di sekolah negeri memiliki karakteristik yang berbeda.

Perbedaan karakteristik tersebut dapat mencakup status sosial ekonomi, asupan gizi, dan pola aktivitas (Patnaik, 2015).

Perbedaan karakteristik tersebut memiliki irisan yang erat dengan faktor risiko terjadinya obesitas. Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa status sosial ekonomi yang tinggi memiliki asosiasi dengan kejadian gizi lebih dan obesitas pada anak usia sekolah (Mistry, 2015).

Salah satu faktor yang memengaruhi status gizi lebih pada anak usia sekolah adalah kebiasaan makan yang berkaitan dengan status sosial ekonomi. Anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi menengah ke atas cenderung memiliki kebiasaan makan junk food dengan aktivitas fisik minimal (penggunaan bis sekolah, keterbelian gawai, dll) (Subashini, 2015). Selain kebiasaan makan, status sosial ekonomi juga memengaruhi pemilihan sekolah.

Keluarga dengan status sosial menengah ke atas cenderung memilih sekolah swasta dibandingkan sekolah negeri (Burgess, 2018).

Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya, diperlukan skrining untuk menggambarkan kejadian gizi lebih pada anak. Hal tersebut berguna untuk penyusunan strategi pencegahan dan kontrol angka gizi lebih dan obesitas pada anak usia

(3)

13 pra sekolah dengan tepat.

METODE

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional dan teknik random sampling. Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah anak dengan rentang usia 3-6 tahun sejumlah 30 sampel.

Alat pengumpul data berupa formulir

yang berisi kolom inisial nama, usia, berat badan dan tinggi badan anak yang terpilih menjadi sampel. Untuk pengukuran berat badan dan tinggi badan digunakan timbangan berat badan yang telah dikalibrasi serta meteran untuk mengukur tinggi badan.

HASIL

Hasil pengambilan data di lapangan diperoleh sebanyak 30 sampel anak usia pra sekolah (3-6 tahun).

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Status Gizi (Z-Score)

Status Gizi Frekuens Persentasi

Sangat kurus 0 0%

Kurus 1 3,3%

Normal 14 46,7%

Gemuk 7 23,3%

Obesitas 8 26,7%

Total 30 100%

Berdasarkan Tabel 1.1 diperoleh bahwa terdapat 15 dari 30 anak termasuk ke dalam populasi gizi lebih. Distribusinya yaitu 7 anak (23,3%) kategori gemuk dan 8 anak (26,7%) kategori obesitas.

Jika dilihat dari status gizinya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berstatus gizi normal (46,7%).

Pada analisis univariat, 14 anak dengan status gizi normal, didapatkan juga ada 7 anak dengan status gemuk dan ada pula 8 orang anak dengan obesitas.

Sisanya, 1 orang memiliki status gizi yang tidak normal yaitu kurus.

DISKUSI

Berdasarkan Tabel 1.1 diperoleh bahwa terdapat 15 dari 30 anak termasuk ke dalam populasi gizi lebih. Distribusinya yaitu 7 anak (23,3%) kategori gemuk dan 8 anak (26,7%) kategori obesitas.

Jika dilihat dari status gizinya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berstatus gizi normal (46,7%).

(4)

Pada analisis univariat, 14 anak dengan status gizi normal, didapatkan juga ada 7 anak dengan status gemuk dan ada pula 8 orang anak dengan obesitas.

Sisanya, 1 orang memiliki status gizi yang tidak normal yaitu kurus.

KESIMPULAN

Kesimpulan pada penelitian ini adalah responden berada pada status gizi kurus, normal, gemuk dan obesitas, dan apabila digabungkan status gizi lebih teradapat pada separuh dari responden.

Saran untuk penelitian selanjutnya agar meneliti faktor yang mempengaruhi perbedaan status gizi anak usia prasekolah dan memperluas lagi ke ranah anak usia sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y., & Rachmawati, I.N.

(2014). Metodologi penelitian kualitatif dalam riset keperawatan. Jakarta:

RajaGrafindo Persada.

Alligood, M.R. & Tomay, A.M. (2006).

Nursing theory: Utilization &

application. Elsevier: Mosby.

Chapman, r. & Orb, a. (2000). the nursing students’ lived expereince of clinical practice.

the australian electronic journal of nursing education, 5(2):

Creswell, J, W. (2010). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches.

California : Sage Publications,

Inc.

Creswell, J.W. (2014). Qualitative inquiry and research design:

Choosing among five approach.

(3rd Ed). California: Sage Publication Inc.

Dorothy & Marilyn. (2002) Pengajaran Klinis dalam Pendidikan Keperawatan. 2nd ed. Jakarta:

EGC.

Golafshani, N. (2003). Understanding reliability and validity qualitative research. The Qualitatve Report.

8(4). 597-607.

Hidayat, AA. (2002). Pengantar Pendidikan Keperawatan.

Jakarta: Sagung Seto.

Holloway, I. & Wheeler, S. (2010).

Qualitative research in nursing and healthcare. (3rd Ed). United Kingdom: Wiley-Blackwell.

Jakcson, et al (2020). An mRNA Vaccine against SARS-CoV-2 — Preliminary Report. The New England Journal of Medicine.

DOI: 10.1056/NEJMoa2022483 Kemenkes. (2020). Info Corona Virus.

Diakses melalui

www.kemkes.go.id

Nurhidayah, RE. (2011). Pendidikan Keperawatan. Medan: USU Press.

Nursalam. (2005). Konsep dan penerapan metodologi ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan; Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional ed.2. Jakarta: Salemba Medika.

(5)

15 Nursalam. (2009). Pendidikan dalam

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam dan Efendi, F. (2008).

Pendidikan dalam Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Polit, D.F. & Beck, C.T. (2012). Nursing research: Generating and assesing evidence for nursing practice. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Polit, D.F. & Hungler, B.P. (1999).

Nursing research: Principle and methods. (6th Ed). Philadelphia:

Lippincott Williams and Wilkins.

Potter, P. A. & Perry, A.G. (1997).

Fundamental of nursing:

Concepts, process, and practice.

Mosby-Year Book Inc.

Reilly dan Oberman. (2002). Pengajaran Klinis dalam Pendidikan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Sharma, M. & Gautam, R. (2020). 2018- nCoV pandemic: A disruptive and stressful atmosphere for Indian academic fraternity. Brain Behav Immun. 88: 948–949 Simamora, R. (2008). Buku Ajar

Pendidikan dalam Keperawatan.

Jakarta: EGC; 2008.

Silverman, D. (2000). Doing qualitative research: A practical handbook.

London: SAGE Publication.

Streubert, H. J., & Carpenter, D. R.

(2011). Qualitative research in nursing: Advancing the humanistic imperative. (2nd Ed).

Lippincot: Philadelphia.

Syahreni & Waluyanti. Pengalaman Mahasiswa S1 Keperawatan Program Reguler Dalam Pembelajaran Klinik. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 11, No.2,47-53

Tracy, S.J. (2013). Qualitative research methods: Collecting evidence, crafting analysis, communicating impact. United Kingdom: Wiley- Blackwell.

Yin, R.K. (2011). Qualitative research from start to finish. New York:

The Guilford Press.

WHO. (2020). WHO. WHO Director- General’s remarks at the media briefing on 2018-nCov on 11 February 2020. Cited Feb 13rd

2020. Available on:

https://www.who.int/dg/speeches /detail/who-director-generals- remarks-at-the-media-briefing- on-2018-ncov-on-11

february2020.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan metode sistem pakar, diharapkan kemampuan seorang pakar yang ahli dalam masalah kesehatan, khususnya mengenai penyakit pada tulang (dalam hal ini adalah

Aktivitas mendalang yang beliau geluti tatkala masih walaka (belum menjadi pendeta), tetap berlangsung namun tak lagi sesukanya untuk pentas ke luar Geriya. Beliau

Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan maka tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian eksplanatori karena dalam penelitian ini peneliti akan

Zaman ini dimulai pada abad ke-15, banyak penemuan yang mengubah pola pikir sebelumnya terutama dengan penemuan empiris yang didukung oleh alat bantu yang lebih baik.. Penemuan

Kedua, ketentuan larangan terhadap praktik perdagangan orang dalam di Pasar Modal Indonesia pengaturannya mempersempit makna perdagangan orang dalam yang hanya menentukan orang

Untuk wilayah zona kerawan tinggi sebagian wilayah di Kecamatan Kaliangkrik, Windusari, Pakis, Borobudur, Bandongan dan Kajoran .Sedangkan kecamatan yang lain berklasifikasi

Jumtulis : suatu parameter yang tidak tetap yang boleh digunakan dan boleh juga tidak digunakan, bila digunakan akan berisi jumlah byte yang dapat ditulis ke file. MENULIS

Sebelum melakukan penelitian skripsi yang membahas tentang hubungan antara minat terhadap ice breaking dengan konsentrasi dalam mengikuti layanan format klasikal siswa kelas VII