• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Deformasi Penggunaan Limbah Marmer sebagai Filler pada Campuran Aspal Beton

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisa Deformasi Penggunaan Limbah Marmer sebagai Filler pada Campuran Aspal Beton"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 2541-0148

28

JURNAL TEKNIK SIPIL - MACCA

JURNAL TEKNIK SIPIL

Analisa Deformasi Penggunaan Limbah Marmer sebagai Filler pada Campuran Aspal Beton

Mukhtar Thahir Syarkawi 1, Agung Januar Gusdi3, Sri Rahayu Rusman3

1,2,3)

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia Jl. Urip Sumoharjo KM 05 Makassar, Sulawesi Selatan

Email: 1)mukhtarthahirsyarkawi@gmail.com, 2)agungjanuar@gmail.com, 3)srirahayu.rusman@gmail.com

ABSTRAK

Jalan memiliki manfaat yang besar guna proses mobilitas kendaraan pada suatu daerah agar lebih aman, nyaman, dan lancar sehingga perlu kondisi jalan yang baik dengan perkerasan jalan yang tepat. Penelitian dilakukan guna mengetahui kadar aspal optimum yang digunakan dalam pencampuran limbah marmer sebagai filler dan mengetahui pengaruhnya pada Ketahanan Deformasi. Terbentuknya rutting disebabkan oleh banyaknya lintasan secara berulang serta berat beban yang melewati perkerasan jalan. Jenis deformasi ditunjukkan dengan adanya bentuk yang berubah pada permukaan jalan yang diakibatkan lalu lintas kendaraan pada bagian perkerasan jalan. Penggunaan kadar aspal rencana yakni 4,5%, 5,0%, 5,5%, 6,0%, dan 6,5%. Uji yang dilakukan pada awal yakni Marshall Test guna memperoleh kadar aspal optimum (KAO), yang selanjutnya di uji dengan alat Wheel Tracking. KAO yang dipergunakan yakni 5,9%

dengan kadar filler 0%, 1%, 2%, 3%, dan 4%. Dari hasil pengujian Wheel Tracking, penggunaan campuran filler marmer varisi 1% dapat menahan beban sebanyak 0,49%. Oleh karena itu marmer bisa digunakan sebahan bahan tambah pada campuran karena dapat meningkatkan ketahanan deformasi sehingga campuran lebih kuat saat menerima beban dari lalu lintas.

Kata Kunci: Deformasi, Limbah marmer, Rutting, Filler

ABSTRACT

Roads have great benefits for the mobility process of vehicles in an area to be safer, comfortable, and smoother so that good road conditions are needed with the right road pavement. Research was conducted to find out the optimum asphalt levels used in mixing marble waste as fillers and to find out its effect on Deformation Resistance. The formation of rutting is caused by the number of repeated tracks and the weight of the load that passes through the pavement of the road. This type of deformation is indicated by the changing shape of the road surface caused by vehicle traffic on the pavement of the road. The use of asphalt levels of the plan is 4.5%, 5.0%, 5.5%, 6.0%, and 6.5%. The test conducted at the beginning is the Marshall Test to obtain optimal asphalt levels (KAO), which is then tested with Wheel Tracking tools. . KAO used is 5.9% with filler levels of 0%, 1%, 2%, 3%, and 4%. From the results of Wheel Tracking testing, the use of 1% varisi marble filler mixture can withstand loads as much as 0.49%. Therefore marble can be used as a added material in the mixture because it can increase the deformation resistance so that the mixture is stronger when receiving loads from traffic.

Keywords: Deformation, Marble waste, Rutting, Filler

(2)

Analisa Deformasi Penggunaan Limbah Marmer sebagai Filler pada Campuran Aspal Beton (Mukhtar Thahir Syarkawi, Agung Januar Gusdi, Sri Rahayu Rusman) 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sebagai usaha guna meningkatkan perkembangan daerah diperlukan berbagai macam faktor, salah satunya yakni jalan sebagai sarana mobilitas. Melihat pentingnya fungsi dari pembangunan jalan, maka perlu dilakukan perkerasan jalan guna menjaga keamanan lalu lintas serta kenyamanan dan kelancaran.

Menurut Ozgon (2011), beberapa bagian dari pembangunan jalan yang rentan akan kerusakan adalah lapisan permukaan, lapisan aus, serta lapisan perkerasan (binder course). Lapis permukan jalan sering mengalami kerusakan jika dibanding dengan lapis pondasi. Beberapa kerusakannya berupa keretakan, deformasi, dan lubang pada alur roda serta konstruksinya.

Rutting dapat terjadi akibat dari hantaman roda yang mengenai bagian perkerasan aspal sehingga mengakibatkan penurunan pada bagian tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi ialah beban kendaraan yang melewati perekerasan dimana kondisinya kurang dilakukan pemadataan saat pembangunannya dan ada gerakan plastis pada campuran yang mengakibatkan kurangnya stabilitas (I.B.Wirahaji, 2007).

Terdapat sebuah bahan yang dapat digunakan untuk menyusun lapis dengan cara mengisi rongga yang ada disebut sebagai filler. Jenis-jenis filler yang biasa dipergunakan pada campuran aspal beton adalah abu batu. Namun tingginya pembangunan jalan raya dengan memanfaatkan abu batu yang terus menerus dilakukan tanpa ada alternatif filler lain, dapat menyebabkan keberadaan abu batu semakin berkurang. Oleh sebab itu, kami mencoba bahan pengganti abu batu atau alternatifnya sebagai filler yang berupa limbah marmer.

Salah satu hasil dari tambang yakni berupa marmer, dimana pada pelaksanaannya hasil dari proses memotong dan gergaji

menyisahkan serbuk batu marmer, yang mana sisa proses ini belum banyak dimanfaatkan dengan baik. Serbuk ini bukan tidak meninggalkan dampak, polusi udara akibat debu marmer yang memberi pengaruh kurang baik terhadap pernafasan serta lingkungan. Bentuk dari limbah ini yakni serbuk dengan warna putih kemerahan, apabila serbuk ini dicampur dengan air akan mengeras sehingga dapat dimanfaatkan menjadi bahan pengikat.

Sehingga penelitian ini dilakukan guna mengetahui pengaruh kuat tarik tidak langsung campuran aspal beton pada limbah marmer beserta abu sekam padi yang dijadikan filler agar terjadi peningkatan campuran aspal beton yakni nilai stabilitas dan kuat tarik tidak langsung sehingga campuran lebih kuat menahan beban lalu lintas serta lebih tahan akan adanya deformasi.

Berikut adalah beberapa penelitian terkait filler campuran aspal beton, antara lain:

- Alifuddin (2018) menggunakan serat pada campuran beton aspal dengan metode kepadatan mutlak terhadap peningkatan tegangan tarik.

- Refis (2017) menggunakan fly ash dan abu sekam.

- Wijaya & Muhammad Ali (2015) menggunakan bottom ash dan fly ash sebagai filler.

- P. Simanjuntak & A Muiz (2009) menggunakan semen, serbuk bentonit, dan abu tebang batubara.

- Mulyono (2007) menggunakan abu sekam padi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka disusun rumusan masalah berupa:

1. Berapakah Kadar Aspal Optimum yang dipergunakan terhadap pencampuran aspal beton yang menggunakan limbah marmer?

2. Sejauh mana ketahanan deformasi pada campuran aspal beton dengan pemanfaatan aspal beton?

(3)

Analisa Deformasi Penggunaan Limbah Marmer sebagai Filler pada Campuran Aspal Beton (Mukhtar Thahir Syarkawi, Agung Januar Gusdi, Sri Rahayu Rusman)

30

JURNAL TEKNIK SIPIL - MACCA 1.3 Tujuan Penelitian

Beberapa tujuan dari penelitian yang diharapkan yakni:

1. Mengetahui penggunaan Kadar Aspal Optimum saat pencampuran aspal beton menggunakan limbah marmer serta abu sekam padi yang dijadikan filler.

2. Mengetahui ketahanan deformasi penggunaan limbah marmer pada campuran aspal beton.

2. METODE PENELITIAN 2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Jalan Raya dan Transportasi, Fakultas Teknik, Universitas Muslim Indonesia.

2.2 Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer adalah perolehan sebuah data dari hasil pemeriksaan di Laboratorium terkait dengan karakteristik campuran beton aspal.

 Pemeriksaan filler

 Pemeriksaan agregat

 Pemeriksaan aspal

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi dan jurnal

2.3 Bahan dan Alat Penelitian 2.3.1 Bahan Penelitian

Aspal yang digunakan yaitu Aspal Minyak penetrasi 60/70 ( AC 60/70 ) produksi Pertamina yang diperoleh dari PU Bina Marga Baddoka. Agregat yang dipergunakan yaitu Agregat kasar dan halus yang di ambil secara acak di stone crusher Bili-bili, disatukan kemudian dilakukan pengambilan sampel di laboratorium dengan metode perempatan yang mewakili sampel lainnya. Sedangkan Limbah marmer di peroleh dari Kab. Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan.

2.3.2 Alat Penelitian

Penelitian ini menggunakan alat-alat yang tersedia di Laboratorium Jalan Raya Dan Transportasi Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia. Peralatan yang dipakai pada penelitian ini meliputi

alat (Laboratorium Transportasi dan Jalan Raya, 2008):

1. Alat uji pemeriksaan aspal 2. Alat uji pemeriksaan agregat 3. Alat uji karakteristik campuran

agregat aspal 2.4 Tahapan Penelitian 1. Pengambilan bahan benda uji

Persiapan dan pemeriksaan aspal dilakukan di dalam Laboratorium Jalan Raya dan Transportasi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia. Bahan subtitusinya adalah limbah marmer dan abu sekam padi, dimana limbah marmer diperoleh dari Kab. Pangkep, Sulawesi Selatan dan abu sekam padi diperoleh dari Kab.

Sidrap, Sulawesi Selatan.

2. Pengujian bahan benda uji

Usai proses persiapan, selanjutnya adalah melakukan uji di laboratorium terhadap semua bahan yang menyusun aspal tersebut, guna mengetahui kelayakan bahan sebagai penyusun aspal beton.

3. Pembuatan benda uji

Pembuatan benda uji dilaksanakan setelah bahan-bahan penyusun aspal beton telah melewati pemeriksaan serta memenuhi syarat berdasarkan ketentuan.

Rencana benda uji yang dibuat berdasarkan gradasi agregat campuran yang disajikan dan bahan campuran variasi limbah marmer dan abu sekam padi sebagai filler.

Kadar Aspal Optimum (KAO) dapat ditentukan dengan memvariasikan kadar aspal dari 4,5%, 5%, 5,5%, 6%, 6,5%

sebanyak 3 (tiga) buah briket untuk masing- masing kadar aspal (15 briket untuk keseluruhan kadar aspal). Beberapa parameter campuran yang dianjurkan oleh Bina Marga untuk dipenuhi pada saat penentuan KAO adalah stabilitas, kelelehan (flow), Marshall Quotient (MQ), rongga udara dalam campuran (VIM) dan rongga terisi aspal (VFB). Setelah di dapatkan KAO maka ditentukan perencanaan campuran filler berdasarkan peraturan Bina Marga

(4)

Analisa Deformasi Penggunaan Limbah Marmer sebagai Filler pada Campuran Aspal Beton (Mukhtar Thahir Syarkawi, Agung Januar Gusdi, Sri Rahayu Rusman) 2010 dengan variasi 0%, 1%, 2%, 3%, dan

maksimal 4%.

2.5 Metode Analisis Data

Dalam analisis regresi terdapat dua jenis variabel, yaitu:

1. Variabel bebas, merupakan keberadaan sebuah variabel yang tak terpengaruh variabel lain.

2. Variabel terikat, dimana keberadaan sebuah variabel terpengaruh dengan variabel bebas.

2.6 Perencanaan Campuran 2.6.1 Penentuan Komposisi

Campuran

a. Gradasi Penggabungan dengan Metode Trial and Error

Sebuah prinsip dalam menentukan proporsi agregat dalam memperoleh

gradasi gabungan sesuai dengan spesifikasi, yakni:

Dalam menentukan gradasi tiap fraksi yang digunakan dilihat dari persen berat lolos saringan. Penggunaan metode Trial and Error dilakukan dengan menggabungkan agregat yang nantinya akan memperoleh persen proporsi tiap fraksi dari berat total agregat.

Tabel 1. Penggabungan agregat campuran AC-WC

No.

Saringan

% Lolos

BP 1 - 2

% Lolos

BP 0,5-1

% Lolos

abu batu

BP 1 - 2

BP 0,5-1

Abu

batu Total

agregat Spesifikasi Spesifikasi ideal 14% 32% 54%

19,1

(3/4”) 100 100 100 14,00 32,00 54,00 100 100 - 100 100 12,7

(1/2”) 59,07 100 100 8,27 32,00 54,00 94,27 90 - 100 95 9,52

(3/8”) 26,10 74,83 100 3,65 23,95 54,00 81,60 77 - 90 83,5 No. 4 0,83 27,10 100 0,12 8,67 54,00 62,79 53 - 69 61 No. 8 0,00 21,17 68,10 0,00 6,77 36,77 43,55 33 - 53 43 No. 16 0,00 0,00 53,30 0,00 0,00 28,78 28,78 21 - 40 30,5 No. 30 0,00 0,00 38,90 0,00 0,00 21,01 21,01 14 - 30 22 No. 50 0,00 0,00 24,90 0,00 0,00 13,45 13,45 9 - 22 15,5 No. 100 0,00 0,00 16,05 0,00 0,00 8,67 8,67 6 - 15 10,5 No. 200 0,00 0,00 8,20 0,00 0,00 4,43 4,43 4 - 9 6,5

(5)

Analisa Deformasi Penggunaan Limbah Marmer sebagai Filler pada Campuran Aspal Beton (Mukhtar Thahir Syarkawi, Agung Januar Gusdi, Sri Rahayu Rusman)

32

JURNAL TEKNIK SIPIL - MACCA

Gambar 1. Analisa agregat metode trial and error (Penggabungan agregat metode trial and error) 2.6.2 Penentuan Kadar Aspal

Rencana (KAR)

Penentuan kadar aspal rencana berdasarkan rumus di bawah ini:

P = 0,035 a + 0,045 b + Kc + F...(2) Di mana:

P = Pendekatan kadar aspal campuran a = Presentase agregat tertahan di

saringan No. 8

b = Persentase agregat lolos saringan No.8 tertahan di saringan No.200 c = Persentase lolos saringan No. 200 K = 0.15 untuk 11-15% lolos saringan

No.200

0.20 untuk ≤ 5% lolos saringan No. 200 0.18, untuk 6-10% lolos saringan No.

200

F = 0 – 2 % Tergantung pada absorbsi agregat bila data tersediamaka diambil 0,7 – 1.Untuk laston dan AC = 1

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis dan Hasil Pengujian

Marshall Test untuk Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) Dalam melakukan analisis terhadap hasil uji Marshal test, terlebih dahulu dilakukan hitung terhadap karakeristik campuran aspal di dalamnya termasuk Stabilitas, Flow, Void in Mixture (VIM), Void in Mineral Aggregates (VMA), Void Filled with Asphalt (VFA), Density dan Marshall Quotient, dari hasil uji laboratorium akan didapatkan hasil hitungan karakteristik Marshall dengan 5 variasi kadar aspal yakni kadar aspal 4,5%, 5,0%, 5,5%, 6,0%, dan 6,5%. Hasil akhir perhitungan karakteristik Marshall akan disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi pengujian marshall campuran AC-WC pen 60/70 untuk kadar aspal optimum (KAO)

Sifat-sifat

Campuran Hasil pengujian

Spesifikasi Kadar aspal

(%) 4,5 5 5,5 6 6,5

Density VIM; % VMA; %

VFA; % Stabilitas; kg

Flow; mm MQ; kg/mm

2,205 7,452 17,462 57,329 1067,18

3,42 312,837

2,222 6,086 17,255 64,749 1100,42 3,47 317,661

2,243 4,542 16,910 73,148 1140,73 3,48 327,809

2,250 3,809 17,101 78,979 1116,55

3,53 311,571

2,259 2,730 17,181 85,335 1092,36 3,70 295,298

≥ 2,2 kg/mm3 3 - 5 %

≥ 15 %

≥ 63 % 800 - 1800 kg

2 - 4mm Min 250 kg/mm

(6)

Analisa Deformasi Penggunaan Limbah Marmer sebagai Filler pada Campuran Aspal Beton (Mukhtar Thahir Syarkawi, Agung Januar Gusdi, Sri Rahayu Rusman) 3.1.1 Hubungan Kadar Aspal terhadap Stabilitas

Gambar 2. Hubungan antara kadar aspal terhadap stabilitas.

Dilihat berdasarkan analisis gambar 2 dapat diketahui jika campuran kadar aspal sebesar 4,5%-6,5% dapat dikatakan mencukupi spesifikasi. Kadar aspal sebesar 5,6%

mendapatkan nilai stabilitas 1130 menyatakan mampu menahan beban serta mencukupi spesifikasi. Apabila penggunaan nilai kadar aspal besar maka nilai stabilitasnya akan mencapai kadar aspal optimum. Namun penambahan kadar aspal dapat menurunkan stabilitas, karena campuran dapat mengalami bleding. Hal ini dapat terjadi akibat dari penambahan

ketebalan selimut aspal yang mengakibatkan kurangnya penguncian antar agregat.

Apabila nilai stabilitasnya semakin besar maka nilai Flow (ketahanan terhadap kelelehan) juga semakin besar. Nilai ini akan disajikan pada Tabel 2, hal ini disebabkan hubungan diantara stabilitas dengan flow akan berbanding lurus. Apabila nilai flow semakin besar maka ketahanan aspal beton ketika memperoleh beban lalu lintas akan semakin kuat dan lapisan aspal beton tetap stabil.

3.1.2 Hubungan Kadar Aspal terhadap Flow

Gambar 3. Hubungan antara kadar aspal terhadap flow.

Berdasarkan analisis gambar 3 didapatkan nilai flow dengan kadar aspal 4,5%

meningkat hingga kadar aspal 6,5%. Hal ini dapat menunjukkan jika campuran memiliki ketahanan yang lebih akan adanya

deformasi (berubahnya bentuk terhadap campuran). Flow (kelelehan) adalah besaran perubahan dari bentuk plastis sebuah benda uji campuran agregat yang disebabkan adanya beban yang mencapai batas

(7)

Analisa Deformasi Penggunaan Limbah Marmer sebagai Filler pada Campuran Aspal Beton (Mukhtar Thahir Syarkawi, Agung Januar Gusdi, Sri Rahayu Rusman)

34

JURNAL TEKNIK SIPIL - MACCA keruntuhan dinyatakan dalam satuan panjang. Flow dengan stabilitas memiliki hubungan yang berbanding lurus, sehingga saat flow semakin besar maka nilai stabilitas akan mengikuti semakin besar pula.

Begitupun dengan VIM, jika memiliki campuran yang tinggi mampu mempercepat kelelehan (flow). Perbandingan antara kedua hal tersebut dapat dilihat pada grafik flow (Gambar 3) beserta grafik VIM

3.1.3 Hubungan Kadar Aspal terhadap Void in Mixture (VIM)

Gambar 4. Hubungan antara kadar aspal terhadap VIM.

Berdasarkan analisis gambar 4 dapat diketahui nilai VIM dengan kadar aspal 4,5% nilai persentasenya terjadi penurunan pada volume rongga campuran hingga kadar aspal lanjutannya. Pada kadar aspal 6,5%, campuran tidak memenuhi spesifikasi.

Sehingga diketahui gambaran dari volume rongga dengan isi udara pada campuran, menunjukkan persentase yang semakin menurun karena adanya tambahan kadar aspal. Nilai VIM yang kecil pada campuran

menjadikan nilai VMA menjadi besar. Hal ini dikarenakan saat persentase rongga di dalam campuran mengecil maka persentase rongga antar butir agregat yang tertutup aspal akan membesar. Tetapi ketika kadar aspal berlebih maka aspal dapat naik ke permukaan dan menyebabkan kadar aspal optimum memenuhi rongga yang tidak tertutup dengan baik ataupun memenuhi setiap rongga.

3.1.4 Hubungan Kadar Aspal terhadap Void in Mineral Aggregates (VMA)

Gambar 5. Hubungan antara kadar aspal terhadap VMA.

(8)

Analisa Deformasi Penggunaan Limbah Marmer sebagai Filler pada Campuran Aspal Beton (Mukhtar Thahir Syarkawi, Agung Januar Gusdi, Sri Rahayu Rusman) Apabila dilihat analisis gambar 5 dapat

diketahui tiap varian kadar aspal di dalam campuran jika memenuhi nilai VMA di dalam campuran berdasar dari spesifikasi Bina Marga bernilai setidaknya 15%.

Apabila kadar aspal di dalam campuran tinggi begitupun dengan nilai VMA akan meningkat pula. Pada persentase volume

rongga yang terletak antara butir agregat campuran, termasuk rongga udara di dalam (VIM), serta rongga-ronga yang berisikan aspal telah mencukupi spesifikasi. Sehingga dapat dikatakan jika rongga-rongga di dalam campuran pada kadar aspal yang berniali VMA memiliki kesesuaian dengan ukuran seharusnya sebuah campuran.

3.1.5 Hubungan Kadar Aspal terhadap Void Filled in Asphalt (VFA)

Gambar 6. Hubungan antara kadar aspal terhadap VFA.

Dari analisis gambar 6 dapat diketahui kadar aspal saat kadar apal 4,5% maka nilai VFA akan naik hingga kadar aspal 6,5%. Apabila kadar aspal di dalam campuran semain naik begitupun dengan nilai VFA yang meninggi di dalam campuran. Kadar aspal 5%-6,5%

dapat dikatakan sudah mencukupi spesifikasi. Berdasarkan hal tersebut terlihat jika terjadi kenaikan pada nilai VFA atau persentase volume rongga berisikan aspal maka semakin meningkat pula penggunaan kadar aspalnya. Dapat disebabkan karena

ukuran kadar aspal yang memenuhi rongga agregat, sehingga VIM atau rongga-rongga antara butiran agregat terisi pula. Kadar aspal dengan persentase 4,5% terbilang belum mencukupi spesifikasi, hal ini berarti adanya kekurangan pada kadar aspalnya yang menyebabkan volume rongga kurang terisi. Apabila nila VFA di dalam campuran tinggi maka nilai dari VIM akan mengecil, menujukkan kualitas campuran yang membaik karena terisinya semua rongga dengan aspal.

3.1.6 Hubungan Kadar Aspal terhadap Density

Gambar 7. Hubungan antara kadar aspal terhadap Density.

(9)

Analisa Deformasi Penggunaan Limbah Marmer sebagai Filler pada Campuran Aspal Beton (Mukhtar Thahir Syarkawi, Agung Januar Gusdi, Sri Rahayu Rusman)

VOL.4 NO.1, FEBRUARI 2019

36

Berdasarkan analisis gambar 7 menunjukkan jika nilai density atau kepadatan di dalam kadar aspal 4,5% nilai kepadatannya tinggi hingga kadar aspal 6,5%. Nilai kepadatan campuran pada kadar aspal 4,5%-6,5% sudah mencukupi spesifikasi. Apabila penggunaan kadar aspal

di dalam campuran meningkat maka nilai kepadatannya juga akan semakin meningkat. Nilai kepadatan dan VFA memiliki perbandingan yang lurus. Apabila persentase rongga yang tertutupi aspal meningkat kepadatan campurannya pun akan meningkat.

3.1.7 Hubungan Kadar Aspal terhadap Marshall Quotient

Gambar 8. Hubungan antara kadar aspal terhadap Marshall Quotient.

Berdasarkan analisis gambar 8 dapat diketahui adanya kainkan nilai Marshall Quotient pada kadar aspal 4,5%-5,5% yang selanjutnya mengalami penurunan kadar aspal 6,0%-6,5%. Tetapi kadar aspal 5,0%

mengandung nilai MQ tertinggi dibandingnkan lainnya. Semua kadar aspal berdasarkan nilai MQ telah mencukupi spesifikasi. Fleksibilitas ditunjukkan dengan hasil dari nilai MQ, apabila nilai MQ pada campuran tinggi dapat menyebabkan kecenderungan tekstur yang kaku serta

mudah mengalami keretakan. Begitupun saat nilai MQ kecil dapat menjadikan campuran terlalu lentur sehingga memiliki kecenderungan tidak stabil. Beberapa faltor yang dapat memberi pengaruh pada hasil Marshall adalah nilai stabilitas, flow, penetrasi, viscositas aspal. Campuran yang kaku dapat disebabkan oleh campuran yang memiliki stabilitas tinggi namun kelelehan plastinya rendah sehingga nilai MQ yang dihasilkannya tinggi.

3.1.8 Hubungan Kadar Aspal dengan Karakteristik Campuran Aspal

Gambar 9. Penentuan nilai KAO

4.5 5 5.5 6 6.5

Binder Content (%)

VIM (%)

VMA (%) VFA (%) Flow (mm) Stability (kg)

MQ (kg/mm) Density

KAO 5,9 %

(10)

Analisa Deformasi Penggunaan Limbah Marmer sebagai Filler pada Campuran Aspal Beton (Mukhtar Thahir Syarkawi, Agung Januar Gusdi, Sri Rahayu Rusman) Berdasarkan analisis gambar 9 hubungan

antara kadar aspal dan karasteristik campuran yang ditunjukkan di dalam Barchart menggunakan nilai tengah yang telah mencukupi dari karakteristik Marshal Test, maka akan diperoleh KAO senilai 5,95%.

𝐾𝐴𝑂 =5,5% + 6 ,4

2 = 5,95%...(2) Kadar Aspal Optimum (KAO) di dalam campuran AC-WC dapat memberi pengaruh terhadap karakteristik campuran aspal yakni Density, Void In Mix (VIM), Void In Material Agregates (VMA), Void Filled with Asphalt (VFA), Stability, Flow, dan Marshall Quotient. Nilai VIM mengalami penurunan yang konsisten seiring dengan kadar aspal yang bertambah. Nilai VFA akan mengalami penambahan yang konsisten seiring pertambahan kadar aspal.

Begitupun stabilitas yang akan terus meningkat seiring pertambahan kadar aspal

hingga batas tertentu lalu akan menurun.

Flow memiliki kenaikan yang konsisten ketika kadar aspal juga semakin bertambah.

Pada Marshal Quotient akan mengalami penambahan seiring kadar aspal yang juga bertamabah namun hanya sampai batas tertentu setelahnya akan menurun.

Penggunaan nilai KAO saat merencakan campuran AC-WC dengan abu marmer dan abu sekam padi memiliki vasiasi kadar filler 0,0%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2,0%.

3.2 Hasil Pengujian Deformasi terhadap Penggunaan Bahan Tambah berdasarkan KAO 3.2.1 Pengujian Wheel Tracking

pada Suhu 30°C

Hasil uji deformasi terhadap benda uji dengan bahan tambah limbah marmer sebagai filler pada suhu 30°C:

Tabel 3. Hubungan deformasi dan lintasan pada suhu 30°C Waktu Jumlah

siklus (L)

Deformasi (mm)

0 % 1 % 2% 3 % 4 %

0 1 5 10 15 30 45 60

0 42 210 420 630 1260 1890 2520

0 0,41 0,60 0,70 0,86 0,97 1,02 1,35

0 0,15 0,25 0,32 0,48 0,54 0,60 1,10

0 0,28 0,43 0,49 0,65 0,75 0,82 1,17

0 0,62 0,80 0,89 1,05 1,17 1,22 1,24

0 0,82 1,00 1,10 1,22 1,29 1,34 1,35

Total deformasi (mm) 0,84 0,49 0,66 1,00 1,16

Stabilitas dinamis (L/mm) 3818,1 2520 3600 63000 126000

Kecepatan deformasi

(mm/menit) 0,0022 0,0333 0,0233 0,0013 0,0006

(11)

Analisa Deformasi Penggunaan Limbah Marmer sebagai Filler pada Campuran Aspal Beton (Mukhtar Thahir Syarkawi, Agung Januar Gusdi, Sri Rahayu Rusman)

VOL.4 NO.1, FEBRUARI 2019

38

Gambar 10. Hubungan deformasi dengan lintasan pada suhu 30°C.

Apabila ditinjau dari hasil uji dalam gambar 10 didapatkan sebuah kesimpulan, saat suhu uji 30°C benda uji variasi abu marmer 1% mempunyai ketahanan deformasi baik dibandingkan benda uji dimana komposisi variasinya 0%, 2%, 3%, dan 4% dengan hasil dari deformasi masing – masing 0,41 mm : 0,28 mm : 0,62 mm : 0,82 mm. Grafik variasi 0% tanpa menggunakan marmer lebih besar hasil deformasinya dari pada variasi 1% yang menggunakan marmer,tetapi variasi 2% , 3%, dan 4%

menggunakan marmer lebih besar hasilnya dari pada 0 % karna marmer memiliki sifat kaku ( keras ) apabila semakin banyak penambahan marmernya maka semakin kecil sifat elastisnya. Pada pengujian deformasi dengan menggunakan alat Wheel Tracking selain memberikan hasil perubahan deformasi pada campuran juga memberikan hasil nilai stabilitas dinamis pada campuran. Terlihat pada tabel 3 nilai stabilitas dinamis marmer 1

% sebesar 2520 (L/mm) karena dapat menerima beban lalu lintas yang baik, dengankan campuran yang bervariasi 0

%, 2 %, 3%, dan 4% mempunyai

stabilitas dengan nilai persen tinggi dan hasil stabilitas dinamisnya 3818,1 (L/mm): 2520 (L/mm): 63000 (L/mm):

126000 (L/mm). Diantara ke 5 variasi ini nilai stabilitas dinamis yang tertinggi di variasi 4% hasilnya 126000 (L/mm) dan nilai stabilitas dinamis dengan variasi 1% mencapai nilai maksimum dan mengalami penururunan setelah mencapai nilai maksimum. Nilai ini mencukupi syarat Manual For Design and Construction Of Pavement – Japan Road Association, JRA (1980), yakni >

2500 Lintasan / mm. Untuk nilai Laju Deformasi (RD), campuran yang variasi 1% sangat besar bernilai 0,0333 (mm/menit) sedangan campuran dengan variasi 0%, 2%, 3%, dan 4%memiliki hasil nilai kecepatan deformasi 0,0022 (mm/menit), 0,0,233 (mm/menit), 0,0013 (mm/menit), dan 0,0006 (mm/menit).

Dari hasil pengujian wheel tracking ini dinilai memenuhi persyaratan yang ada, karena pada pengujian ini nilai dynamic stability (DS) ≥ 2500 lintasan/mm dan campuran ini dapat digunakan untuk kelas I (lalu lintas untuk kendaraan

(12)

Analisa Deformasi Penggunaan Limbah Marmer sebagai Filler pada Campuran Aspal Beton (Mukhtar Thahir Syarkawi, Agung Januar Gusdi, Sri Rahayu Rusman)

berat) dengan persyaratan jika nilai stabilitas dinamis lebih dari 2500 maka digolongkan kelas jalan utama.

3.2.2 Pengaruh Filler Abu Marmer terhadap Deformasi

Penggunaan abu marmer yang dijadikan filler bisa memberi peningkatan pada Deformasi. Penyebabnya karena abu marmer mengandung Kalsium Oksida (CaO) unsur ini memiliki kesamaan dengan semen. Sehingga abu marmer dapat digunakan menjadi bahan tambahan di dalam campuran sebagai filler, penggunaannya dapat menambah peningkatan ketahanan deformasi sehingga campuran semakin kuat saat menerima beban lalu lintas selain itu dengan penambahan ini membuat campuran lebih fleksibel namun dengan kadar filler optimum. Saat kadar tersebut berlebih dapat membuat campuran jadi kaku hingga mudah retak bahkan hancur.

3.2.3 Pengaruh Temperatur terhadap deformasi

Suhu memiliki dampak signifikan terhadap deformasi. Dari hasil pengukuran lapisan perkerasan yang memiliki rutting meningkat dengan faktor 250-350 dengan peningkatan suhu dari 68°F sampai 1400F (20°C hingga 60°C). Saat suhu benda pada meningkat maka daktail sifat dan keregasan semakin berkurang, contohnya pipa kaca yang pada suhu normal tidak bisa dibengkokkan, jika terus dipaksakan dapat menyebabkan pipa patah hal ini karena keregasannya (brittle).

Temperatur adalah faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas suatu material dimana makin rendah temperatur material maka makin rendah pula kekuatannya.

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Penelitian campuran aspal beton menggunakan bahan tambah filler abu marmer didapatkan beberapa kesimpulan yakni:

1. Pada kadar aspal hasil prencanaan didapat kadar aspal optimum sebesar 5,9%, dipergunakan untuk Wheel Tracking yakni uji lanjutannya.

2. Nilai dari ketahanan Deformasi yang baik dapat dilihat dari hasil uji Wheel Tracking suhu 30°C dengan komposisi abu marmer 1%. Hal ini dikarenakan komposisi abu marmer dapat memberikan peningkatan terhadap ketahanan campuran aspal dengan suhu pengujian sebesar 30°C.

4.2. Saran

Saran dari penulis berdasar penelitian yang dilakukan berupa:

1. Agar penelitian mengenai topik ini dapat terus berkembang dan mendalam akan pengaruh dari abu marmer yang dimanfaatkan menjadi filler pada Laraston, Latastir ataupun lapisan pengerasan lainnya dan kepadatana mutlak.

2. Apabila dilakukan penelitian seperti ini lagi, sebaiknya gunakan banyak macam jenis aspal agar diketahui pengaruh dari bahan tambah abu marmer dan abu sekam pada tiap jenis aspal.

3. Diharapkan pada penelitian selanjutnya agar mendapatkan informasi mengenai perbedaan karakteristik terhadap campuran dengan filler yang digunakan adalah abu marmer.

(13)

Analisa Deformasi Penggunaan Limbah Marmer sebagai Filler pada Campuran Aspal Beton (Mukhtar Thahir Syarkawi, Agung Januar Gusdi, Sri Rahayu Rusman)

40

JURNAL TEKNIK SIPIL - MACCA DAFTAR PUSTAKA

Alifuddin, A. (2018). Pengaruh penggunaan serat pada campuran beton aspal dengan metode kepadatan mutlak terhadap peningkatan tegangan tarik.

I.B.Wirahaji. (2007). Kinerja Deformasi Permanen dari Campuran Lapis Antara (AC-BC).

Laboratorium Transportasi dan Jalan Raya. (2008). Petunjuk Pelaksanaan Praktikum Bahan Perkerasan Jalan Raya.

Mulyono. (2007). Pemanfaatan Abu Sekam Padi sebagai Filler pada Aspal Beton.

Ozgon. (2011). Ketahanan Deformasi Campuran Beraspal Hangat Aspal Modifikasi dengan Bahan Aditif Zeolite Alam.

P. Simanjuntak, E., & A Muiz, Z.

(2009). Studi Pengaruh Penggunaan Filler Semen, Serbuk Bentonit, dan Abu Tebang Batubara terhadap Karakteristik Campuran aspal Beton Lapis pondasi Atas (AC-BASE).

Refis, R. P. (2017). Analisis Karakteristik Campuran Aspal Poros Terhadap Penggunaan Fly Ash dan Abu Sekam Padi sebagai Filler.

Wijaya, A., & Muhammad Ali. (2015).

Pengaruh Variasi Perendaman Terhadap Durabilitas Campuran Aspal Beton dengan Menggunakan Bottom Ash dan Fly Ash sebagai Filler.

Gambar

Tabel 1. Penggabungan agregat campuran AC-WC
Gambar 1. Analisa agregat metode trial and error (Penggabungan agregat metode trial and error) 2.6.2  Penentuan Kadar Aspal
Gambar 2. Hubungan antara kadar aspal terhadap stabilitas.
Gambar 5.  Hubungan antara kadar aspal terhadap VMA.
+4

Referensi

Dokumen terkait

KPI pada hakikatnya merupakan jembatan di antara lembaga penyiaran dengan masyarakat yang memerlukan media untuk saling berkomunikasi (Wahidin dkk, 2006:4). Keberadaan KPI dan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk : 1) Memperoleh model pembelajaran inkuiri terbimbing yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan representasi matematis

pengaruh perendaman telur menggunakan larutan daun kelor dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 30% terhadap kualitas internal telur ayam ras, yaitu indeks putih telur,

Untuk mempermudah proses pelepasan saat pembuatan produk dan juga untuk mencegah terjadinya defleksi pada molding maka dapat dipasangkan papan penguat pada setiap sisi molding

(1) Pihak yang menyediakan tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil wajib mengacu dan menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Menteri ini paling lama 2 (dua) tahun

Nieveen (1999:127) menyatakan bahwa “…a second characteristic of high- quality materials is that teachers (and other experts) consider the materials to be usable and that it

Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk memutuskan keefektifan ventilasi atau

Pembangunan ekonomi terus dilaksanakan oleh pemerintah dalam upaya untuk mengurangi tingkat ketimpangan yang terjadi dibeberapa wilayah di Indonesia dan dengan