• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GREEN MARKETING TERHADAP INTENSITAS PEMBELIAN PRODUK STARBUCKS DI KOTA MEDAN SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH GREEN MARKETING TERHADAP INTENSITAS PEMBELIAN PRODUK STARBUCKS DI KOTA MEDAN SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GREEN MARKETING TERHADAP INTENSITAS PEMBELIAN PRODUK STARBUCKS DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

OLEH :

MUHAMMAD RIDWAN NASUTION 171301215

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN

2021/2022

(2)
(3)
(4)

PENGARUH GREEN MARKETING TERHADAP INTENSITAS PEMBELIAN PRODUK STARBUCKS DI KOTA MEDAN

Muhammad Ridwan Nasution dan Fahmi Ananda, M.Psi, Psikolog Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Starbucks adalah salah satu perusahaan yang menggunakan konsep green marketing pada produknya. Konsep ini diangkat untuk menarik perhatian para green consumer yang peduli dengan isu-isu lingkungan dan membuat mereka memutuskan untuk menggunakan produk tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh green marketing terhadap intensitas pembelian produk starbucks di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan dua skala likert, yaitu skala green marketing yang disusun peneliti berdasarkan aspek green marketing oleh Septifani, Achmadi, & Santoso, dan skala intensitas pembelian yang disusun peneliti berdasarkan aspek intensitas pembelian yang dikemukakan oleh Kotler dan Keller. Subjek penelitian ini adalah 108 orang yang merupakan konsumen Starbucks di kota Medan. Melalui metode analisis regresi linear sederhana didapatkan hasil bahwa green marketing berpengaruh signifikan terhadap intensitas pembelian produk starbucks di Kota Medan. Hal ini menunjukkan bahwa green marketing yang dilakukan starbucks efektif sehingga intensitas pembelian konsumen starbucks meningkat.

Kata Kunci : green marketing, intensitas pembelian

(5)

THE EFFECT OF GREEN MARKETING ON THE INTENSITY OF PURCHASE OF STARBUCKS PRODUCTS IN MEDAN CITY

Muhammad Ridwan Nasution and Fahmi Ananda, M.Psi, Psikolog Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Starbucks is one of the companies that uses the concept of green marketing on products. This concept was raised to attract the attention of green consumers who care about environmental issues and decide to use these products. Therefore, this study aims to see the effect of the of green marketing on purchasing intensity for Starbucks products in Medan City. This study uses a quantitative method using two Likert scales, namely the green marketing scale which is based on the green marketing aspect by Septifani, Achmadi, & Santoso (2014), and the purchasing intensity scale which is based on the purchase intensity aspect proposed by Kotler and Keller (2009). The subjects of this research are 108 people who are Starbucks consumers in the city of Medan. Through a simple linear regression analysis method, the results show that the of green marketing has a significant effect on purchasing intensity for Starbucks products in the city of Medan. This shows that the green marketing carried out by Starbucks is effective so that Starbucks consumer purchasing intensity increase.

Key words : green marketing, the purchase intensity

(6)

DAFTAR ISI

Abstrak... 4

Daftar Isi ... 6

Kata Pengantar ... 10

BAB I . PENDAHULUAN ... 12

1. Latar Belakang ... 12

2. Rumusan Masalah ... 18

3. Tujuan Penelitian ... 18

4. Manfaat Penelitian ... 18

5. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II. LANDASAN TEORI ... 20

1. Intensitas Pembelian ... 20

1.1 Aspek-aspek Intensitas pembelian ... 21

1.2 Faktor-faktor Intensitas pembelian ... 23

2. Green Marketing... 24

(7)

2.2 Faktor pendorong green marketing ... 26

3. Dinamika Green Marketing Dengan Intensitas Pembelian ... 27

4. Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

1. Identifikasi variabel Penelitian ... 29

2. Definisi Oprasional Variabel Penelitian ... 29

2.1 Intensitas Pembelian ... 30

2.2 Green Marketing... 30

3. Populasi, Subjek Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel ... 31

3.1 Populasi ... 31

3.2 Subjek Penelitian ... 31

3.3 Metode Pengambilan Sampel ... 32

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.4.1 Skala Intensitas Penelitian ... 33

3.4.2 Skala Green Marketing ... 35

3.5 Validitas, Uji Daya Beda, dan Reliabilitas Alat Ukur ... 36

3.5.1 Validitas Alat Ukur ... 36

3.5.2 Uji Daya Beda Item ... 37

(8)

3.5.3 Reliabilitas Alat Ukur ... 37

3.6 Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 38

3.7 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 40

3.8 Metode Analisis Data... 41

3.8.1 Uji Normalitas ... 41

3.8.2 Uji linearitas... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Gambaran Umum Subjek penelitian ... 43

B. Nilai Hipotetik dan Empirik ... 45

C. Kategorisasi Data Penelitian ... 46

D. Uji Normalitas ... 49

E. Uji Linearitas ... 50

F. Uji Hipotesa………. 50

G. Pembahasan………. 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan……….. 57

B. Saran……… 58

(9)

DAFTAR LAMPIRAN………. 63

1. Lampiran Uji Daya Beda Aitem dan Reliabilitas………. 63

2. Hasil Uji Asumsi dan Hipotesis……… 67

3. Lampiran Alat Ukur Penelitian……… 69

4. Skala 1……….. 70

5. Skala 2……….. 73

6. Lampiran Data Mentah……… 75

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang senantiasa melimpahkan segala rahmat dan ridha-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan seminar proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh Green Marketing Terhadap Intensitas Pembelian Produk Starbucks Di Kota Medan”.

Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana di Fakultas Psikologi USU. Membutuhkan perjuangan dan kesungguhan untuk menyelesaikannya.

Keberhasilan dalam menyelesaikan penelitian ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orangtua saya, abang dan adik saya yang selalu mendukung, mendo'akan, dan memberikan motivasi kepada saya.

2. Bapak Zulkarnain, P.hD., Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Rahmi Putri Rangkuti, M.Psi, Psikolog, selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

4. Bang Fahmi Ananda, M.Psi, Psikolog, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan juga saran yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan seminar proposal skripsi ini.

5. Bapak Dr. Abdhy Aulia Adnans, SP, MM dan Bapak Ferry Novliadi, M.Si, selaku dosen penguji yang telah telah bersedia menjadi dosen penguji saya dan telah

(11)

6. Seluruh Dosen Psikologi yang telah memberikan ilmu selama penulis belajar dan menjalani perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.

7. Semua yang mendukung saya dan menjadi tempat saya berkeluh kesah dalam pembuatan skripsi ini, teruntuk Rizka Hadiyani Putri Lubis, Deayang Riviera Zalzabila Hutasuhut & Vany Regina Sembiring terima kasih atas dukungan, masukan, nasehat, dan motivasi yang diberikan kepada saya.

8. Sahabat saya dari awal perkuliahan di Psikologi USU khususnya angkatan 2017 Opay, Kang, Adi, Bima, Faisal, Ripat, Nando, Toyo, Agi, Irsyad, Ariel, Aryo, Fatan, Fandy, Fuad, Gerhad, Indra, Tami, Ombun, Ricky, Rezky, Rizky, Thariq, Roni, Ryan, Sidiq, Igek, Sabet, Eca, Ginka terima kasih telah memberikan dukungan, nasehat, dan motivasi kepada saya.

9. Dan kepada pihak akademik yang sedikit banyaknya telah membantu saya dalam mempermudah urusan selama diperkuliahan.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan juga saran yang membangun dari para pembaca agar dapat membuat penelitian ini menjadi lebih baik lagi. Penulis juga berharap penelitian ini dapat berguna bagi para pembaca dan juga untuk menambah ilmu pengetahuan terutama di bidang Psikologi Industri dan Organisasi.

Penulis Muhammad Ridwan Nasution 171301215

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Salah satu penyebab rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih tetap menjadi permasalahan bagi bangsa Indonesia adalah menumpuknya limbah plastik yang tidak didaur ulang. Penggunaan plastik dalam kehidupan modern ini terlihat sangat pesat sehingga menyebabkan tingkat ketergantungan manusia pada plastik semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena plastik merupakan bahan pembungkus ataupun wadah yang praktis dan kelihatan bersih, mudah didapat, tahan lama, dan murah harganya (Karuniastuti, 2013)Tetapi dibalik itu, banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahaya dari plastik (Karuniastuti, 2013). Seperti yang kita ketahui, limbah plastik sangat sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu (Wanda, 2019).

Pada tahun 1975 Asosiasi Pemasasaran Amerika Serikat (The American Marketing Association (AMA) menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Ecological Marketing”, merupakan buku yang pertama tentang green marketing. Menurut AMA, green marketing adalah pemasaran produk yang ditekankan pada keselamatan lingkungan. Oleh sebab itu, green marketing meliputi hampir seluruh aktivitas

(13)

dikenal secara luas pada akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an. Green marketing merupakan sinonim dari istilah-istilah lain seperti ecological marketing, environmental marketing, dan sustainable marketing. Pada dasarnya istilah ini mengacu pada pemanfaatan isu-isu ekologi atau pelestarian lingkungan hidup dalam penyusunan bauran pemasaran, khususnya pada unsur promosi. Menurut Jacquelyn Ottman, dari sudut pandang organisasi, pertimbangan-pertimbangan lingkungan hidup seharusnya diintegrasikan dalam keseluruhan aspek pemasaran.

Perkembangan konsep green marketing dimulai dengan diterbitkannya buku yang ditulis Ken Peattie pada tahun 1992 di Inggris dan Jacquelyn Ottman pada tahun 1993 di Amerika Serikat. Perkembangan konsep green marketing sejalan dengan perkembangan isu-isu lingkungan hidup dalam pembangunan ekonomi, misalnya konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang disampaikan pada tahun 1987 oleh World Commission on Environment and Development, yang kemudian dikenal sebagai Brundtland Report. Perkembangan konsep tersebut juga dipicu oleh berkembanganya kesadaran konsumen akan isu-isu lingkungan hidup, yang pada akhirnya berujung pada munculnya konsep green consumer .

Seiring dengan semakin meningkatnya pencemaran limbah plastik di lingkungan, maka dilakukanlah upaya untuk mengkonversi bahan pengemas ke bahan yang lebih mudah diuraikan lingkungan. Upaya ini umumnya disebut “go green”

(Septifani, R., Achmadi, F., & Santoso, 2014). Selain go green, masih banyak lagi kampanye- kampanye yang menyuarakan pentingnya kesadaran kita untuk mengurangi pencemaran yang sudah ada, seperti 3R, Go Green, Green living, Pake tote bukan plastik, Indonesia darurat sampah plastik, dan masih banyak lagi. Kampanye-

(14)

kampanye ini membuat banyak perusahaan ikut memasarkan produknya sebagai produk yang ramah lingkungan.

Fenomena ini membuat masyarakat menjadi lebih sadar dan peduli terhadap lingkungan. Pada saat masyarakat menjadi lebih peduli dengan lingkungan alam, para pebisnis juga mulai mengubah perilaku mereka dalam upaya untuk mengatasi masalah ini. Beberapa bisnis dengan cepat menerima konsep manajemen lingkungan, minimalisasi limbah, dan telah mengintegrasikan masalah lingkungan ke dalam semua aktivitas organisasi. Darisini lah strategi green marketing mulai berkembang.

Green marketing merupakan upaya-upaya strategis yang dilakukan oleh perusahaan untuk menyediakan barang-barang dan jasa-jasa yang ramah lingkungan kepada konsumen targetnya (Grewal et al., 2010). Green marketing masuk dalam jajaran strategi baru yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam pemasaran. Strategi ini tidak hanya menawarkan produk yang ramah lingkungan kepada konsumen tetapijuga mencakup bagaimana proses produksi dan distribusi produk. Penerapan green marketing ini diharapkan mampu mengurangi dampak buruk bagi lingkungan dan menyadarkan konsumen terhadap pentingnya menjaga lingkungan. Green marketing umumnya melibatkan (1) mengembangkan produk yang produksi, penggunaan, atau pembuangannya tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan dibandingkan versi tradisional produk tersebut; (2) mengembangkan produk yang berdampak positif terhadap lingkungan; atau (3) mengikat pembelian produk dengan organisasi atau acara lingkungan (Hawkins, 2007).

(15)

Salah satu contoh yang memakai green marketing adalah perusahaan kosmetik dan skincare Oriflame berupa produk produk perawatan seperti masker dan facewash yang sudah mereka keluarkan, dikarenakan Penggunaan bahan bahan kimia cukup berbahaya dalam perawatan kecantikan wajah agar orang-orang dalam memilih skincare mereka menjadi lebih berhati-hati dan lebih selektif dalam pemilihan produk yang akan digunakan, setelah konsumen mengetahui informasi mengenai produk oriflame yang berbasis produk alami dan memiliki kualitas poduk yang baik dan tentu saja aman untuk digunakan sehingga memiliki pengaruh secara signifikan terhadap intensitas pembelian produk kosmetik dan skincare Oriflame.

Tidak hanya perusahaan kosmetik dan skincare Oriflame, perusahaan yang menggunakan green marketing lainnya ialah IKEA sebuah perusahaan yang bergerak di bidang furniture atau perabot rumah tangga yang berkonsep ramah lingkungan dimana mereka mengedepankan produk yang ramah lingkungan denganmenggunakan bahan baku yang lebih ramah lingkungan juga tentunya, dan ikut serta dalam meminimalisir limbah plastik, mengganti kantong plastik dengan blue bag, 100% dari hasil penjulan blue bag ditambah donasi dari IKEA akan disumbangkan kepada Mercy Corps Indonesia untuk proyek pengolahan air dan sanitasi limbah setempat.

Selain perusahaan yang menggunakan Green Marketing pada produk kecantikan dan juga furniture perabotan rumah tangga, ada juga perusahaan yang menerapkan strategi green marketing pada produk minuman dan makanan ialah Starbucks.

Starbucks dikenal dengan kebijakan-kebijakannya yang ramah lingkungan, beberapa kebijakan yang terkenal adalah penggunaan tumbler, sedotan kertas serta cup yang dapat di daur ulang. Starbucks berusaha mengurangi jumlah limbah dengan

(16)

memproduksi tumbler yang dapat digunakan sebagai pengganti kemasan plastik.Untuk meningkatkan penggunaan tumbler ini, Starbucks memberikan potongan diskon ke konsumen yang membawa tumbler sendiri (Osiyo, A. K., & Samuel, 2018). Green Marketing yang dilakukan oleh Starbucks adalah pemberian diskon sebesar 10% bagi pengunjung yang membawa cangkir kopi sendiri ketika menikmati kopi dari Starbucks, jumlah diskonnya juga tidak sedikit bahkan sampai 50% pada saat tumblerday, pengunjung diajak terlibat dalam gerakan re-use atau pemakaian kembali cangkir kopi bekas pakai, yang tentunya perusahaan ini dapat mengurangi 109 truk sampah cangkir kopi setiap tahunnya (Neviana, 2010). Selain itu, Starbucks juga melakukan promosi yang kreatif dengan mengusung green concern melalui program “tumbler starbucks on the go”. Program ini dilakukan dengan tujuan mengedukasidan mengubah perilaku konsumen Starbucks yang tadinya mengkonsumsi produk minuman Starbucks dengan kemasan gelas regular sekali pakai, dan dapat beralih memakai kemasan gelas tumbler pribadi yang dapat dibeli di gerai Starbucks, kemudian kebijakan lain untuk menekan jumlah limbah plastik ialah penggunaan sedotan kertas yang mudah didaur ulang.

Pelanggan yang membeli dan mengkonsumsi produk-produk yang aman bagitubuh dan lingkungannya sembari tetap menjaga lingkungannya atau disebut dengan Green Customer. Starbucks menawarkan produk yang aman untuk tubuh serta lingkungannya dan selalu menyampaikan pesan-pesan cinta lingkungan, Hasil ini sama dengan penelitian dari (Mawardi, 2020) dimana menyatakan bahwa konsep Green Marketing terdiri dari Green Customer yang berpengaruh signifikan dan positif terhadap Intensitas

(17)

semakin positif.

Green marketing yang dilakukan starbucks menjadi strategi kompetitif yang

terletak pada promosi dimana mereka menawarkan pemeliharaan lingkungan hidup yang dibentuk dari penggunaan energi alternatif, pengolahan limbah sisa produksi, dan pemilihan material bahan baku yang berkualitas, green marketing sangat memperhatikan aspek lingkungan sehingga dapat membuat seseorang mudah percaya dengan suatu produk yang berdampak pada intensitas pembelian (Agustin, R. D., Kumadji, S., & Yulianto, 2015)

Melalui strategi ini, untuk memutuskan membeli produk ramah lingkungan pun meningkat. Penelitian terdahulu mengemukakan bahwa Green marketing memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap intensitas pembelian, Hal ini akan meningkatkan pengetahuan konsumen terhadap produk khususnya mengenai green marketing dan produk ramah lingkungan, sehingga memudahkan konsumen dalam mengevaluasi produk untuk membantu dalam pengambilan intensitas, terutama untuk konsumen yang mulai beralih menggunakan produk produk yang aman terhadap kesehatan yang mampu membantu mendorong konsumen untuk melakukan intensitas pembelian (Kusuma et al., 2017). Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin melihat bagaimana “Pengaruh Green Marketing terhadap Intensitas Pembelian Produk Starbucks di Kota Medan”.

(18)

1.1 Rumusan Masalah

Berangkat dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “apakah ada pengaruh green marketing terhadap Intensitas pembelian produk starbucks di kota Medan?”.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disajikan diatas, maka peneliti menetapkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Green Marketing terhadap Intensitas Pembelian Produk Starbucks di Kota Medan.

1.3 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan baru kepada pihak- pihak yang berkepentingan serta dapat bermanfaat sebagai bahan pedoman dan pembanding untuk penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan green marketing dan Intensitas pembelian.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan pada gerai gerai starbucks yang ada di kota medan, penjualan produk green marketing dikota Medan pada masa yang akan datang dan juga dapat menggunakan hasil penelitian ini sehingga dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan yang bermanfaat bagi perusahaan Starbucks dalam menjalankan strategi pemasaran yang baik, khususnya mengenai efktivitas green marketing dan intensitas pembelian.

(19)

1.4 Sistematika Penulisan BAB I :Pendahuluan

Bab ini berisikan uraian singkat mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: Landasan Teori

Pada bab ini diuraikan teori dari konsep yang digunakan sebagai landasan penelitian yaitu green marketing dan intensitas pembelian.

BAB III: Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan identifikasi variable penelitian, defenisi operasional, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, alat ukut yang digunakan, prosedur pelaksanaan penelitian, reliabilitas, dan validitas alat ukur.

BAB IV: Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisikan gambaran umum sampel peneltian, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V: Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini diuraikan kesimpulan dan saran dari penelitian ini.

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI 1. Intensitas Pembelian Pembelian

Menurut (Fishbein, M., & Ajzen, 1975)Intensitas pembelian didefinisikan sebagai kesiapan dan kemauan individu untuk membeli produk atau jasa tertentu. Sementara itu, American Marketing Association mendefinisikan intensi pembelian sebagai “a decision plan to buy a particular product or brand created through a choice/decision process”. Intensi pembelian dapat mengukur kemungkinan konsumen membeli suatu produk, dan semakin tinggi intensi pembelian yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi kesediaannya untuk membeli produk (Schiffman, L. G. & Kanuk, 2014)

Menurut (Kwek et al., 2010) Intensitas Pembelian terkait dengan perilaku dan dapat diklasifikasikan sebagai komponen kognitif perilaku individu tentang bagaimana individu berkeinginan untuk membeli produk secara spesifik. Mowen (1987) mengatakan bahwa keputusan konsumen untuk melakukan suatu pembelian ditentukan oleh intensitas pembelian yang dimilikinya, intensitas pembelian sebagai tahapan dimana seorang individu memiliki kecenderungan untuk bertindak sebelum keputusan membeli yang sebenarnya terjadi.

Menurut (Tjiptono, 2014) intensitas pembelian adalah sebuah proses dimana konsumen mengenal masalahnya, mencari informasi mengenai produk atau merek tertentu dan mengevaluasi seberapa baik masing-masing alternatif tersebut dapat memecahkan masalahnya, yang kemudian mengarah kepada intensitas pembelian.

(21)

Pengenalan Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Perilaku pasca Pembelian

1.1 Aspek-aspek Intensitas Pembelian

Kotler dan Keller (2009), aspek-aspek dalam proses melakukan Intensitas Pembelian, yaitu:

a. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internalatau eksternal. Rangsangan ini kemudian berubah menjadi dorongan, berdasarkan dorongan yangada dalam diri konsumen maka konsumen akan mencari objek yang diketahui untuk dapat memuaskan dorongan tersebut.

b. Pencarian Informasi

Jika konsumen telah mulai menemukan apa yang dia butuhkan dan tergugahminatnya maka dia akan mencari informasi yang lebih banyak lagi mengenai kebutuhan tersebut. Dorongan atau kebutuhan yang kuat akan membuat konsumen berusaha untuk mencari informasi yang lebih lanjut.

Apabila informasi yang didapatkan dinilai cukup dan mampu memuaskan kebutuhan maka konsumen akan membeli obyek tersebut.

c. Evaluasi Alternatif

Proses evaluasi biasanya tidak hanya ternjadi satu kali atau tunggal.

Konsumen pasti memiliki beberapa alternatif sebelum menjatuhkan pilihan.

Beberapa konsep dasar dari proses evaluasikonsumen adalah yang pertama

(22)

konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai kumpulan atribut dengan kemampuan yang berbedabeda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.

d. Perilaku Pasca Membeli

Setelah melakukan pembelian produk konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Konsumen yang mengalami keraguan menyangkut ketepatan Intensitas Pembelian atau tidak puas akan cenderung melakukan perpindahan merek. Hal ini tentu akan merugikan perusahaan karena akan mendapatkan komplain dari pelanggan, turunnya penjualan bahkan turunnya citra merek. Sedangkan konsumen yang puas memiliki kemungkinan yang tinggi untuk melakukan pembelian kembali secara berulang-ulang.

(23)

1.2 Faktor-Faktor Intensitas Pembelian

Menurut Menurut Kotler (1998) dalam (Wisal, 2013) terdapat lima faktor yang memengaruhi intensitas pembelian,yaitu :

1) Motivasi, proses dorongan atau pengejaran kepuasan kebutuhan yang menyebabkan perilaku

2) Persepsi, proses individu memilih, merumuskan, dan menafsirkan masukan informasi dari panca indera untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia. Persepsi juga merupakan interpretasi dari sensasi dan proses pemilihan informasi akan hal-hal tertentu yang berarti bagi konsumen.

3) Sikap, sudut pandang seseorang terhadap sesuatu. Para produsen pada umumnya berusaha memahami sikap pelanggan potensial mereka dan berfungsi atas dasar tersebut akan lebih efisien bagi mereka untuk menggunakan sikap pelanggan sebagai landasan bergerak.

4) Belajar, perubahan yang terjadi dalam proses pemikiran seseorang yang disebabkan oleh pengalaman sebelumnya. Belajar memegang peranan penting dari tingkah laku, terutama bagi mereka yang baru pertama kali membeli suatu barang.

5) Kepercayaan, suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu.

Kepercayaan itu mungkin didasarkan akan pengetahuan, pendapat, dan keyakinan nyata. Keyakinan ini membentuk citra terhadap merek dan produk dan ini menyebabkan seseorang akan bertindak sesuai dengan kepercayaannya.

(24)

2. Green Marketing

Pride dan Farrel dalam Ariyanto (2014) mendefinisikan Green Marketing sebagai sebuah strategi untuk dapat mendesain, mempromosikan dan mendistribusikan produk yang tidak merusak lingkungan. American Marketing Association (AMA) dalam (Hawkins & Motherhaughs, 2010) menjelaskan green marketing adalah suatu proses pemasaran dimana produk produk yang dihasilkan memberikan dampak positif atau aman terhadap lingkungan. Yang menjadi perhatian dalam green marketing bukan hanya sekedar membuat sebuah green product tetapi juga perlu diperhatikan bagaimana harapan konsumen serta juga memperhitungkan kondisi pesaing di pasar lain (Otman et al, 2006).

Menurut (Ottman, 2006) green marketing sebagai “All activities designed to generate and facilitate any axchange intended to satisfy human need sorwants,such that the satisfaction of these needs and wants occurs, with minimal detrimental impact on the natural environment”. Tujuan dari green marketing adalah untuk memperbaiki hubungan antara industri dengan lingkungan, untuk mengawasi dampak dari perekonomian dan sebagai respon terhadap peraturan pemerintah akan lingkungan hidup.

(25)

2.1 Aspek-aspek Green Marketing

Aspek aspek green marketing menurut (Camigo, 2007) dalam penelitian (Septifani, Achmadi, & Santoso, 2014)

1. policy of green products design.

Langkah awal yang harus dilakukan dalam memasarkan produk ramah lingkungan yaitu dengan mendesain produk sebaik mungkin sebagai bentuk interaksi dengan sifat efektivitas pada produk yang diminta oleh pelanggan serta produk yang ditawarkan dari produsen.

2. distribution with green criteria

Green distribution merupakan bentuk upaya yang dilakukan oleh produsen yaitu dengan mengubah cara-cara pendistribusian barang yang lebih mempertimbangkan dampak dari distribusi terhadap lingkungan sekitar.

3. pricing of green products.

Pricing of green product merupakan biaya yang telah menjadi ketentuan dari pelaku usaha ataupun bisnis melalui kegiatan dipertimbangkan mengenai lingkungannya, secara umum perusahaan melakukan penghematan biaya agar konsumen bersedia membeli barang tersebut dengan alasan lingkungan.

4. green publicity and green sponsoring

Iklan yang memuat tentang komitmen perusahaan terhadap lingkungan, dapat memengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian produk.

(26)

2.1 Faktor Pendorong Green Marketing

Faktor pendorong green marketing menurut (Swastha & Handoko, 2000) 1) Produk (Product)

Menurut (Kotler, 2007) produk adalah setiap apa saja yang dapat ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian atau konsumsi, yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan, yang meliputi benda fisik, jasa tempat, organisasi, dan gagasan. Produk merupakan hasil interaksi barang, modal, mesin, tenaga kerja, dan lain sebagainya, hasilnya yaitu berbentuk produk atau jasa.

2) Harga (Price)

Menurut (Stanton dalam Swasta dan Irawan, 2005) harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.

3) Distribusi atau Tempat (Place)

Distribusi merupakan kegiatan pemasaran yang berfungsi untuk memperlancar arus penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Tugas distribusi adalah memilih perantara yang akan digunakan dalam saluran distribusi.

4) Promosi (Promotion)

Menurut (Tjiptono, 2002) definisi promosi adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebar informasi dan mempengaruhi pasar sasaran dan produknya

(27)

3. Pengaruh Green Marketing terhadap Intensitas Pembelian

Permasalahan dalam kehidupan modern ini adalah menumpuknya limbah plastik yang sulit untuk didaur ulang disebabkan karena plastik merupakan bahan pembungkus ataupun wadah yang praktis dan kelihatan bersih, mudah didapat, tahan lama, dan murah harganya (Astuti, S., W, Cahyadi, I., 2007), Strategi pemasaran seperti green marketing adalah strategi pemasaran yang digunakan beberapa perusahan yang dilakukan dengan menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan untuk menarik konsumen melakukan pembelian pada produk produk ramah lingkungan yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Menurut Pride dan Farrel dalam Ariyanto (2014) mendefinisikan Green Marketing sebagai sebuah strategi untuk dapat mendesain, mempromosikan dan mendistribusikan produk yang tidak merusak lingkungan.

Beberapa penelitian ini adalah bukti bahwa green marketing dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen yang mengarah pada intensitas pembelian yang mereka lakukan pada produk di perusahaan tertentu, seperti penelitian yang dilakukan oleh (Karlina & Setyorini, 2016) Keputusan pembelian pada produk ramah lingkungan termasuk dalam kategori baik dengan nilai tertinggi terdapat pada dimensi waktu pembelian, yang berarti rata-rata konsumen membeli produk ramah lingkungan secara rutin. Penelitian lainnya yang dilakukan (Gultom & Widodo, 2021).

Green marketing mempunyai dampak positif pada keputusan pembelian pada produk ramah lingkungan, hal ini menunjukkan bahwa tata cara green marketing yang dilakukan perusahaan terbukti mampu memberikan sensasi premium pada konsumen, sehingga membentuk minat konsumen untuk memiliki produk tersebut. Artinya,

(28)

semakin (baik) green marketing suatu perusahaan, semakin banyak (baik) minat beli pembeli.

Selain itu ada penelitian yang dilakukan oleh (Juliana et al., 2016) bahwa green marketing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensitas pembelian di pada restoran yang menerapkan green marketing, ini berarti semakin meningkat pelaksanaan green marketing maka semakin baik pula intensias pembelian di restoran yang menerapkan strategi green marketing.

4. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesa yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh positif green marketing terhadap intensitas pembelian produk starbucks di kota Medan.

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Menurut (Azwar, 2010) penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Metode penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif yang bersifat eksplanatif. Penelitian eksplanatif adalah penelitian yang menjelaskan pengaruh antara dua variabel atau lebih dalam menguji hipotesis. Format eksplanasi di maksud untuk menjelaskan hubungan, perbedaan, pengaruh suatu variabel dengan variabel yang lainnya (Bungin, 2005).

Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui pengaruh green marketing terhadap intensitas pembelian produk starbucks di kota Medan.

1. Identifikasi variabel Penelitian

Variabel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah:

Variabel Dependen : Intensitas Pembelian Variabel Independen : Green Marketing

2. Definisi Oprasional Variabel Penelitian

Defenisi oprasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

(30)

2.1 Intensitas Pembelian

Intensitas pembelian didefinisikan sebagai kesiapan dan kemauan konsumen starbucks di kota Medan untuk membeli produk atau jasa tertentu yang disediakan oleh starbucks. Variabel intensitas pembelian akan diukur berdasarkan dimensi menurut Kotler dan Keller (2009) yaitu: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi Alternatif, dan perilaku pasca membeli. Skor variabel intensitas pembelian diperoleh dari total skor seluruhdimensi dari skala intensitas pembelian. Semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek dalam skala intensitas pembelian, artinya semakin tinggi kecenderungan subjek untuk memutuskan membeli produk starbucks. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh subjek dalam skala intensitas pembelian, artinya semakin rendah kecenderungan subjek untuk memutuskan pembelian.

2.2 Green Marketing

Green Marketing adalah Stategi pemasaran yang dilakukan oleh starbuck untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan yang dilakukan dengan cara membuat penawaran berupa promosi berupa iklan yang berisi himbauan untuk menggunakan tumbler dan kemasan yang ramah lingkungan. Green Marketing akan diukur menggunakan skala yangdisusun berdasarkan aspek aspek green marketing menurut (Camigo, 2007) dalam penelitian (Septifani, Achmadi, & Santoso, 2014) yaitu: policy of green product

(31)

design, distribution with green criteria, pricing of green products, dan green publicity and green sponsoring. Skor variabel green marketing diperoleh dari total skor seluruh dimensi dari skala green marketing. Semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek dalam skala green marketing, artinya semakin tinggi tingkat green marketing yang dilakukan starbucks. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh subjek dalam skala green marketing, artinya semakin rendah tingkat green marketing yang dilakukan starbucks.

3. Populasi, Subjek Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel 3.1 Populasi

Penelitian ini menggunakan populasi untuk dijadikan subjek penelitian. Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang akan digeneralisasi hasil penelitian (Azwar, 2010). Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang setidaknya memiliki sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi pada penelitian ini adalah pelanggan Starbucks coffe dikota Medan.

3.2 Subjek Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012). Ukuran populasi dalam penelitian ini sangat banyak dan belum diketahui dengan pasti, oleh karena itu besar sampel yang digunakan dihitung dengan rumus sebagai berikut (Widiyanto,2013):

�2

� = 4(���)2(1)

(32)

Keterangan :

n = ukuran sampel

z = skor pada tingkat signifikansi tertentu ( drajat keyakinan ditentukan 95%) maka z = 1,96

Moe = margin of error, tingkat kesalahan maksimum adalah 10%

Dengan mengguanan rumus diatas, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:

(1,96)2

� = 4(10%)2(1)

� = 96,04 = 97

Dari hasil perhitungan diatas, peneliti menetapkan jumlah sampel yang diteliti sebesar 100 responden. Sehingga berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Widiyanto, sampel yang diambil untuk menjadi responden pada penelitian ini sebanyak 100 orang.

3.3 Metode Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang akan digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut (Arikunto, 2016) purposive sampling merupakan teknik mengambil sampel dengan tidak berdasarkan acak, daerah atau strata, melainkan berdasarkan adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu. Pertimbangan kriteria responden yang ditentukan oleh peneliti adalah:

 Pernah berbelanja di Starbucks coffee dikota Medan

(33)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data merupakan cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data (Arikunto, 2012). Metode pengambilan data dalam penelitian ini adalah metode skala. Karakteristik dari skala psikologi yaitu stimulus berupa pernyataan ataupun pertanyaan yang dapat mengungkapkan indikator perilaku responden, indikator perilaku diungkapkan melalui aitem-aitem, respon jawaban subjek dapat diterima selama diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh (Azwar, 2010).

Azwar (2010) juga mengemukakan bahwa metode skala dapat menggambarkan aspek kepribadian individu, dapat merefleksikan diri yang biasanya tidak disadari responden yang bersangkutan, responden tidak menyadari arah jawaban ataupun kesimpulan yang diungkapkan pernyataan atau pertanyaan.

Penelitian ini menggunakan penskalaan model skala likert. Pada model penskalaan ini terdapat dua jenis pernyataan, yaitu favorable dan unfavorable.

Pernyataan favorable merupakan pernyataan positif yang mendukung objek sikap yang diungkap, sedangkan pernyataan unfavorable merupakan pernyataan negatifyang tidak mendukung objek sikap yang hendak diungkap (Azwar, 2000). Dalam penelitian ini skala yang digunakan ada dua, yaitu skala intensitas pembelian dan skala green marketing.

3.4.1. Skala Intensitas Pembelian

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Intensitas Pembelian yang disusun berdasarkan aspek intensitas pembelian yang dikemukakan oleh Kotler dan Keller (2009) yaitu: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi Alternatif,

(34)

dan perilaku pasca membeli. Metode skala yang digunakan adalah metode likert (Azwar, 2010). Setiap item terdiri dari lima pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Nilai skala setiap pernyataan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung (favorable) maupun tidak mendukung (unfavorable).

Tabel 3.1 Skor alternatif jawaban skala

Favourable Unfavourable

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor

Sangat setuju 5 Sangat setuju 1

Setuju 4 Setuju 2

Netral 3 Netral 3

Tidak setuju 2 Tidak setuju 4

Sangat tidak setuju 1 Sangat tidak setuju 5

Tabel 3.2 Blue print skala Intensitas Pembelian

No Aspek Item Jumlah Item

Favorable Unfavorable

1 Pengenalan Masalah 1,9 5,14 4

2 Pencarian Informasi 2,11 6,15 4

3 Evaluasi Alternatif 3,12 7,13 4

4 Perilaku Pasca Membeli 10 8,16 4

(35)

3.4.2 Skala Green Marketing

Aitem-aitem skala green marketing dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek dari green marketing menurut (Camigo, 2007) dalam penelitian (Septifani, Achmadi, & Santoso, 2014) yaitu: policy of green products design, distribution with green criteria, pricing of green products, dan green publicity and green sponsoring.

Metode skala yang digunakan adalah metode likert (Azwar, 2010). Setiap item terdiri dari lima pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Nilai skala setiap pernyataan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung (favorable) maupun tidak mendukung (unfavorable).

Tabel 3.3 Skor Alternatif jawaban Skala

Favourable Unfavourable

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor

Sangat setuju 5 Sangat setuju 1

Setuju 4 Setuju 2

Netral 3 Netral 3

Tidak setuju 2 Tidak setuju 4

Sangat tidak setuju 1 Sangat tidak setuju 5

(36)

Tabel 3.4 Blueprint Skala Green Marketing

No Aspek Aitem Jumlah Item

Favorable Unfavorable 1 policy of green products design 1, 9 7, 13 4 2 distribution with green criteria 2, 11 5 3 3 pricing of green products 3, 12 8, 15 4

4 green sponsoring 4, 10 6, 14 4

Total 15

3.5 Validitas, Uji Daya Beda, dan Reliabilitas Alat Ukur 3.5.1 Validitas Alat Ukur

Pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 2010). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes relevan dan tidakkeluar dari batasan tujuan pengukuran. Uji validitas isi (content validity) merupakan uji alat tes yang berfokus kepada isi dari tes, yang mengukur respon secara keseluruhan dari domain skills, pengertian, dan perilaku-perilaku lainnya yang ingin diukur dari tes tersebut (Lewis, 2006).

(37)

3.5.2 Uji Daya Beda Item

Dalam seleksi aitem skala psikologi yang mengukur atribut efektif, parameter yang paling penting adalah daya beda atau daya diskriminasi aitem. Dayadiskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Menurut Azwar (2010) dalam proses pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total biasanya digunakan batasan rxy ≥ 0,3 semua aitem yang mencapai korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Tetapi apabila jumlah aitem yang lolos dalam proses validasi masih terlampau sedikit, maka dapat menurunkan sedikit batasan kriteria indeks daya beda aitemnya hingga 0,275. Dalam penelitian inikriteria daya beda aitemnya digunakan sebesar 0,275. Sehingga aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,275 daya bedanya dianggap memuaskan.

Pengujian dayabeda aitem ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment, yang di analisis dengan bantuan SPSS version 26 for Windows dan Microsoft Office Excel 2019..

3.5.3 Reliabilitas Alat Ukur

Konsep reliabilitas merupakan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapatdipercaya, artinya jika dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama, maka diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar 2010). Uji realibilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsistensi internal(Cronbach’s alpha coefficient) yaitu suatu bentuk tes yang hanya membutuhkan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek yang bertujuanuntuk melihat konsistensi antar aitem atau antar bagian dalam skala.

(38)

Cronbach's Alpha N of Items

.872 15

3.6 Hasil Uji Coba Alat Ukur

1. Hasil Uji coba Alat Ukur intensitas pembelian

Pada skala intensitas pembelian terdapat 16 aitem yang melewati tahap uji validitas isi melalui professional judgement dan akan digunakan untuk uji coba skala intensitas pembelian. Berdasarkan hasil uji coba skala intensitas pembelian, terdapat 15 aitem yang berhasil dalam uji coba karena memiliki daya beda yang dianggap memuaskan yaitu 0,30 atau lebih. Adapun aitem yang gugur adalah aitem nomor 3.

Reliability Statistics

Tabel 3.5 Blueprint Skala Intensitas Pembelian setalah uji coba

No Aspek Item Jumlah Item

Favorable Unfavorable

1 Pengenalan Masalah 1,9 5,14 4

2 Pencarian Informasi 2,11 6,15 4

3 Evaluasi Alternatif 12 7,13 3

4 Perilaku Pasca Membeli 10 8,16 4

Total 15

(39)

37

Cronbach's Alpha N of Items

.849 12

2. Hasil Uji coba Alat Ukur Green Marketing

Pada skala green marketing terdapat 15 aitem yang melewati tahap uji validitas isi melalui professional judgement dan akan digunakan untuk uji coba skala intensitas pembelian. Berdasarkan hasil uji coba skala intensitas pembelian, terdapat 12 aitem yang berhasil dalam uji coba karena memiliki daya beda yang dianggap memuaskan yaitu 0,30 atau lebih. Adapun aitem yang gugur adalah aitem nomor 1, 5 & 8.

Reliability Statistics

Tabel 3.6 Blueprint Skala Green Marketing setalah uji coba

No Aspek Aitem Jumlah Item

Favorable Unfavorable 1 policy of green products design 9 7, 13 3 2 distribution with green criteria 2, 11 2

3 pricing of green products 3, 12 15 3

4 green sponsoring 4, 10 6, 14 4

Total 12

(40)

3.7 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Sebelum dilaksanakan penelitian di lapangan maka peneliti perlu melakukan beberapa prosedur, Adapun prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti meliputi:

tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian dan tahap pengolahan data.

1. Persiapan Penelitian

Pada tahap ini peneliti merancang alat ukur penelitian yang terdiri dari skala green marketing dan intensitas pembelian. Alat ukur dirancang dengan mengkaji teori-teori untuk memudahkan dalam penjabarannya. Peneliti membuat 15 aitem untuk green marketing dan 17 aitem untuk skala intensitas pembelian.

Setelah alat ukur selesai, peneliti memeriksa kembali aitem-aitem dalam alat ukur yang telah dibuat. Aitem-aitem tersebut dievaluasi dengan meminta bantuan professional judgement dari dosen pembimbing untuk menilai apakah aitem-aitem tersebut sudah layak dengan yang seharusnya.

Setelah diberikan feedback dari professional judgement peneliti melakukan revisi terhadap aitem- aitem yang menurut professional judgement masih memiliki makna yang ambigu serta memiliki pemilihan kata yang kurang baik.

2. Pelaksanaan Penelitian

Setelah selesai merevisi aitem yang terdapat pada skala, peneliti mulai melakukan pengambilan data ke seluruh pelanggan Starbucks coffee dikota Medan. Pada pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan google form yang disebarkan melalui media sosial berupa Instagram dan Twitter.

(41)

39 3. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan peneliti setelah semua skala telah terkumpul.

Peneliti menggunakan bantuan program aplikasi computer SPSS version 26 for Windows dalam mengolah data penelitian.

3.8 Metode Analisis Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif dengan regresi sederhana yang digunakan untuk menguji pengaruh green marketing terhadap intensitas pembelian dengan menggunakan persamaan regresi sebagai berikut:

Y = a + b (X) Dimana:

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

Y = Variabel Tergantung (Intensitas Pembelian)

3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas berfungsi untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu (bebas) memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan one sample Kolmogorov-smirnov dengan bantuan SPSS versi 26 for windows. Data dikatakan berdistribusi secara normal jika sig. p > 0,05 (Ghozali, 2011).

(42)

3.7.2 Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel memiliki hubungan yang linear secara signifikan atau tidak. Uji linearitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji F yang akan dianalisis menggunakan SPSS versi 26 For Windows. Uji linearitas dianggap terpenuhi apabila sig. Deviation From Linearity p > 0,05 (Hadi, 2000).

(43)

41 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek penelitian

Secara umum, subjek penelitian ini adalah pembeli produk starbucks dikota Medan.

Peneliti memberikan 27 aitem kepada 108 subjek penelitian. Berikut ini gambaran umum subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, dan pekerjaan.

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)

Laki-laki 25 23,1%

Perempuan 83 76,9%

Total 108 100%

Berdasarkan data tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki pada penelitian ini berjumlah 25 orang (23,1%).

Sedangkan responden penelitian yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 83 orang (76,9%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki.

2. Gambaran Umum Subjek Penelitian berdasarkan Usia

Tabel 4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (N) Persentase (%)

17 2 1,9%

19 1 0,9%

20 4 3,7%

21 16 14,8%

(44)

23 18 16,7%

24 13 12%

25 5 4,6%

26 4 3,7%

29 3 2,8%

30 1 0,9%

Total 108 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa gambaran umum subjek penelitian berdasarkan usia yaitu mayoritas berumur 22 tahun dengan jumlah 41 responden.

3. Gambaran Umum Subjek Penelitian berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Pekerjaan Jumlah (N) Persentase (%)

Pelajar / Mahasiswa 65 60,2%

Swasta 10 9,3%

PNS 2 1,9%

Wirausaha 2 1,9%

Yang lainnya 29 26,9%

Total 108 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa gambaran umum subjek penelitian berdasarkan pekerjaan yaitu mayoritas dengan pelajar ataupun mahasiswa dengan jumlah 65 responden.

(45)

43 B. Nilai Hipotetik dan Empirik

1. Nilai Hipotetik dan Empirik Intensitas Pembelian

Dalam penelitian ini menggunakan 15 aitem yang sudah melewati uji reliabilitas. Model skala yang digunakan adalah skala likert dengan rentang nilai 1-5.

Maka skor minimal yang diperoleh adalah 15 dan skor maksimal adalah 75. Hasil perhitungan dari nilai hipotetik dam empirik dari Pembelian Impulisf adalah sebagai berikut.

Tabel 4.4 Nilai Hipotetik dan Empirik Intensitas Pembelian

Variabel Data Hipotetik Data Empiris

Intensitas Pembelian

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

15 75 45 10 27 74 56.19 8.816

Dari tabel diperoleh mean empirik Intensitas Pembelian adalah sebesar 56.19 dan standar deviasi sebesar 8.816 sedangkan mean hipotetik sebesar 45 dan standar deviasi sebesar 10.

2. Nilai Hipotetik dan Empirik Green Marketing

Dalam penelitian ini menggunakan 12 aitem yang sudah melewati uji reliabilitas. Model skala yang digunakan adalah skala likert dengan rentang nilai 1- 5. Maka skor minimal yang diperoleh adalah 12 dan skor maksimal adalah 60. Hasil perhitungan dari nilai hipotetik dam empirik dari Pembelian Impulisf adalah sebagai berikut

(46)

Tabel 4.5 Nilai Hipotetik dan Empirik Intensitas Pembelian

Variabel Data Hipotetik Data Empiris

Green Marketing

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

12 60 36 8 25 60 44.77 6.824

Dari tabel diperoleh mean empirik Green Marketing adalah sebesar 44.77 dan standar deviasi sebesar 6.824 sedangkan mean hipotetik sebesar 36 dan standar deviasi sebesar 8.

C. Kategorisasi Data Penelitian

1. Norma Kategorisasi Intensitas Pembelian

Norma Kategorisasi intensitas Pembelian dibagi menjadi tiga yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Kategorisasi ini dihitung berdasarkan nilai mean hipotetik.

Berikut norma kategorisasi Intensitas Pembelian.

Tabel 4.6 Norma Kategorisasi Intensitas Pembelian

Rumus Kategorisasi

X < M – 1SD Sering

(M – 1SD) ≤ X < (M + 1SD) Jarang

(M + 1SD) ≤ X Tidak Pernah

Berdasarkan nilai mean hipotetik Intensitas Pembelian adalah 45 dan standar deviasi adalah 10 sehingga rumus diperoleh sebagai berikut:

(47)

45

Rumus Kategorisasi

X < 35 Tidak Pernah

35 ≤ X <

55

Jarang

55 ≤ X Sering

Berdasarkan nilai mean hipotetik Intensitas Pembelian adalah 45 dan standar deviasi adalah 10 sehingga kategorisasi diperoleh sebagai berikut

Tabel 4.7 Kategorisasi Intensitas Pembelian

Kategorisasi Frekuensi Persentase

Sering 1 0.9%

Jarang 45 41.7%

Tidak Pernah 62 57.4%

Total 108 100%

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa subjek penelitian yang memiliki kategori intensitas pembelian sering sebanyak 62 orang atau sebesar 57.4% kemudian kategori intensitas pembelian jarang sebanyak 45 orang atau sebesar 41.7% dan kategori tidak pernah sebanyak 1 orang atau sebesar 0.9%.

(48)

2. Norma Kategorisasi Green Marketing

Tabel 4.8 Norma Kategorisasi Green Marketing

Rumus Kategorisasi

X < M – 1SD Tidak Efektif

(M – 1SD) ≤ X < (M + 1SD)

Kurang Efrktif

(M + 1SD) ≤ X Efektif

Berdasarkan nilai mean hipotetik Green Marketing adalah 36 dan standar deviasi adalah 8 sehingga rumus yang diperoleh sebagai berikut:

Rumus Kategorisasi

X < 28 Tidak Efektif

28 ≤ X < 44 Kurang Efektif

44 ≤ X Efektif

Berdasarkan nilai mean hipotetik Green Marketing adalah 36 dan standar deviasi adalah 8 sehingga kategorisasi yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.9 Kategorisasi Green Marketing

Kategorisasi Frekuensi Persentase

Rendah 1 0.9%

Sedang 50 46.3%

Tinggi 57 52.8%

Total 108 100%

(49)

47 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa subjek penelitian yang memiliki kategori green marketing efektif sebanyak 57 orang atau sebesar 52.8% kemudian kategori green marketing kurang efektif sebanyak 50 orang atau sebesar 46.3%

dan kategori tidak efektif sebanyak 1 orang atau sebesar 0.9%.

D. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah suatu pengujian bahwa sampel yang dihadapi berasal dari populasi yang terdistribusi normal.

Tabel 4.10 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 108

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 6.85776028

Most Extreme Differences Absolute .053

Positive .045

Negative -.053

Test Statistic .053

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

Berdasarkan tabel di atas didapatkan nilai p = 0.200 yang berarti nilai signifikansi lebih besar dari 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.

(50)

E. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah garis regresi antara variabel dependen (Intensitas pembelian) dan variabel independen (Green Marketing) membentuk garis linear atau tidak.

Tabel 4.11 Uji Linearitas ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Intensitas Pembelian * Green Marketing

Betwee n Groups

(Combined) 4945.716 27 183.175 4.347 .000 Linearity 3284.827 1 3284.827 77.950 .000 Deviation from

Linearity

1660.889 26 63.880 1.516 .082

Within Groups 3371.200 80 42.140

Total 8316.917 107

Berdasarkan pada tabel diatas untuk uji linearitas pada penelitian ini menggunakan Test of Linearity. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa diketahui nilai Deviation from Linearity signifikansi 0.082 > 0.05 maka ada hubungan yang linear secara signifikan antara variable independent dengan variable dependent.

F. Uji Hipotesa

Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat pengaruh green marketing terhadap intensitas pembelian. Hipotesa dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif green marketing terhadap intensitas pembelian produk starbucks dikota Medan. Untuk meguji hipotesa penelitian digunakan metode analisis data regresi linear sederhana dengan bantuan SPSS versi 26.00 for Mac. Variabel dikatakan memiliki pengaruh yang

signifikan jika nilai signifikansi p < 0.05.

(51)

49 Tabel 4.12 Hasil Analisis Perhitungan Regresi

ANOVAa Sum of

Model

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3284.827 1 3284.827 69.194 .000b

Residual 5032.090 106 47.473

Total 8316.917 107

a. Dependent Variable: Intensitas Pembelian b. Predictors: (Constant), Green Marketing

Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan nilai F = 69,194 dan Sig = 0,000. Jika nilai p < 0,05 maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat dipakai untuk memprediksi variabel intensitas pembelian atau dengan kata lain ada pengaruh green marketing terhadap intensitas pembelian produk starbucks di kota Medan.

Tabel 4.13 Tabel Koefisien Determinan Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .628a .395 .389 6.89003

a. Predictors: (Constant), Green Marketing b. Dependent Variable: Intensitas Pembelian

Berdasarkan tabel diatas, nilai R Square adalah sebesar 0.395. Hal ini berarti bahwa variabel Green Marketing memberikan pengaruh sebesar 39,5% terhadap intensitas pembelian produk starbucks di Kota Medan. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor- faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(52)

Tabel 4.14 Koefisien Regresi Green Marketing dengan Intensitas Pembelian Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Beta t Sig.

Model B Std. Error

1 (Constant) 19.847 4.420 4.491 .000

Green Marketing .812 .098 .628 8.318 .000

a. Dependent Variable: Intensitas Pembelian

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai constant (a) sebesar 19,847 sedangkan nilai green marketing sebesar 0,812. Sehingga persamaan garis regresi yang dihasilkan, yaitu:

Y = a + bX Y = 19,847 + (0,812)X

Variabel Green Marketing dilambangkan dengan (X) dan Intensitas Pembelian dengan (Y). Konstanta sebesar 19,847 mengandung arti bahwa nilai konsistensi variabel partisipasi adalah sebesar 19,847. Sedangkan koefisien regresi X adalah sebesar (0,812) sehingga berdasarkan garis persamaan regresi disimpulkan jika green marketing bertambah satu satuan, maka nilai pada perilaku kolaborasi mengalami kenaikan sebesar 0,812. Selain itu, koefisien regresi bernilai positif. Dapat disimpulkan bahwa green marketing berpengaruh secara positif terhadap intensitas pembelian.

Dapat dilihat pada tabel signifikansi yaitu 0,000 yang berarti apabila p < 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa variabel green marketing berpengaruh terhadap variabel intensitas pembelian. Diketahui nilai t hitung sebesar 8,318 > 1,659 nilai t tabel variabel green. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu terdapat pengaruh green marketing terhadap intensitas pembelian produk starbucks di Kota Medan.

(53)

51 G. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan pada 108 sampel yang merupakan pembeli produk starbucks yang ada di Kota Medan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh green marketing terhadap intensitas pembelian. Jika dilihat dari perhitungan regresi maka hasil yang diperolah dari nilai koefisiensi determinan (R-Square) pada subjek penelitian sebesar 0,395. Hal ini menunjukkan bahwa green marketing memiliki pengaruh terhadap intensitas pembelian sebesar 39,5% pada pembeli produk starbucks di Kota Medan. Kemudian diperoleh persamaan regresi Y = 19,847 + (0,812)X, sehingga berdasarkan garis persamaan regresi disimpulkan jika green marketing bertambah satu satuan, maka nilai pada green marketing mengalami kenaikan sebesar 0.812, yang artinya adanya pengaruh positif green marketing terhadap intensitas pembelian.

Adapun syarat untuk memperoleh hasil dari uji regresi yaitu data yang diperoleh harus memiliki asumsi normalitas dan data juga harus memiliki asumsi linearitas. Hasil uji normalitas yang diperoleh nilai p = 0.200 yang berarti nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.

Selain itu, hasil uji linearitas yang dilakukan pada penelitian ini juga menunjukkan nilai signifikansi linearitas antara kedua variabel yang dapat dilihat dari nilai Signifikansi linearity diperoleh hasil sebesar 0,000<0,05. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang linear antara green marketing dengan intensitas pembelian, dan dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian ini telah memenuhi syarat dari uji regresi linear.

(54)

Dari hasil analisis penelitian ini maka hipotesa yang menyatakan bahwa ada pengaruh green marketing terhadap intensitas pembelian dapat diterima. Hal ini selaras dengan Studi yang dilakukan Nikmah, Hasan & Mardika yang menunjukkan bahwa green marketing berhubungan positif dengan meningkatnya intensitas pembelian dengan asumsi green marketing memiliki pengaruh signifikan terhadap intensitas pembelian. Berarti bahwa green marketing dapat mendorong konsumen untuk melakukan intensitas pembelian (Nikmah, F., Hasan, H., & Mardika, 2018).

Studi lain yang dilakukan oleh Rahayu, Abdillah, & Mawardi menjelaskan bahwa dari variabel desain, harga, dan promosi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Intensitas Pembelian (Rahayu, L. P., Yusri, A., & Mawardi, 2017). Studi yang dilakukan oleh (Risyamuk, I. K., & Mandala, 2015) juga menyimpulkan variabel produk, promosi, harga dan tempat memiliki pengaruh secara simultan terhadap intensitas pembelian dan variabel produk, promosi, harga dan tempat memiliki pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap intensitas pembelian.

Jika dilihat dari tingkat greenmarketing maupun intensitas pembelian pada subjek dapat melalui perbandingan antara mean hipotetik dan mean empirik. Pada perbandingan mean hipotetik dan mean empirik variabel intensitas pembelian, dapat diketahui bahwa mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik yaitu 56.19 > 45. Hal ini diartikan bahwa intensitas pembelian yang dimiliki masyarakat berdomisili di kota Medan lebih tinggi rata- rata intensitas pembelian pada umumnya. Hal ini dibuktikan dengan intensitas pembelian sering sebanyak 62 orang atau sebesar 57.4% kemudian kategori intensitas pembelian jarang sebanyak 45 orang atau sebesar 41.7% dan kategori tidak pernah sebanyak 1 orang atau sebesar 0.9%. Hasil dari kategorisasi ini berarti bahwa mayoritas pembeli produk starbucks memiliki tingkat intensitas pembelian yang sering.

(55)

53 Kemudian pada hasil analisi deskriptif pada varibel green marketing ditemukan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik yaitu 44.77 > 36. Hal ini diartikan green marketing starbucks lebih tinggi rata-rata pada umumnya. Hal ini dapat dilihat dari dari kategori green marketing efektif sebanyak 57 orang atau sebesar 52.8% kemudian kategori green marketing kurang efektif sebanyak 50 orang atau sebesar 46.3% dan kategori tidak efektif sebanyak 1 orang atau sebesar 0.9%. Hasil kategori ini menunjukkan green marketing berada pada kategori efektif.

Maka dari kedua hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas konsumen starbucks memiliki intensitas pembelian dan green marketing yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kusuma, Surya, & Suhendra mengenai meningkatkan pengetahuan konsumen terhadap produk khususnya mengenai green marketing dan produk ramah lingkungan, sehingga memudahkan konsumen dalam mengevaluasi produk untuk membantu dalam pengambilan intensitas, terutama untuk konsumen yang mulai beralih menggunakan produk produk yang aman terhadap kesehatan yang mampu membantu mendorong konsumen untuk melakukan intensitas pembelian (Kusuma, Surya, & Suhendra, 2017).

Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan pula bahwa green marketing terbukti berpengaruh pada green marketing yang berada ditingkat efektif. Berdasarkan gambaran umum subjek penelitian jenis kelamin, usia dan pekerjaan dengan mayoritas perempuan dengan jumlah 83, mayoritas berumur 22 tahun dan mayoritas pelajar/mahasiswa. Dari data tersebut dapat menunjukan bahwa green marketing memberikan pengaruh sebesar 39,5%

terhadap intensitas pembelian produk starbucks di Kota Medan.

(56)

BAB V

Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini peneliti akan menguraikan kesimpulan dan juga saran berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan kesimpulan dari penelitian dan pada bagian akhir akan dijelaskan saran yang mungkin dapat berguna bagi penelitian dengan tema yang berakitan dengan penelitian ini.

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa hasil penelitian, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif green marketing terhadap intensitas pembelian produk starbucks di Kota Medan. Green Marketing memberikan pengaruh sebesar 39,5% terhadap intensitas pembelian produk starbucks di Kota Medan.

2. Berdasarkan kategorisasi pada penelitian ini dapat dilihat bahwa intensitas pembelian yang memiliki kategori intensitas pembelian sering sebanyak 62 orang atau sebesar 57.4% kemudian kategori intensitas pembelian jarang sebanyak 45 orang atau sebesar 41.7% dan kategori tidak pernah sebanyak 1 orang atau sebesar 0.9%. Hasil tersebut menujukkan bahwa intensitas pembelian di kota Medan secara garis besar berada pada kategori sering.

Kemudian hasil kategorisasi green marketing efektif sebanyak 57 orang atau sebesar 52.8% kemudian kategori green marketing kurang efektif sebanyak 50 orang atau sebesar 46.3% dan kategori tidak efektif sebanyak 1 orang atau sebesar 0.9%. Hasil tersebut menunjukan tingkat green marketing yang

Referensi

Dokumen terkait

Dari seluruh kasus tadi, yang dilengkapi dengan specimen dan data klinik lengkap adalah 1 18 anak dengan seluruh jumlah cairan otak yang diterima dari kasus lain

Persyaratan, Tempat UTN Jadwal dan Tahap 1

Kegiatan usaha budidaya hortikultura khususnya komoditas cabai dan jeruk mengalami penurunan jumlah rumah tangga selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Pada

RAHMAT MUJUR.. Alamat

Berdasarkan hasil uraian-uraian wawancara dan analisis yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja pegawai pada Fakultas Hukum Universitas

yang didapat oleh Bank Muamalat dalam menggunakan audit intern berbasis risiko:. Konsep audit intern berbasis risiko merupakan konsep yang

Desde Sucre, Pedro, humilde servidor vuestro, os quiere dar las gracias a todas las Franciscanas Hijas de la Misericordia, ya que desde ahora en adelante seréis mis