SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
EKA PRATIWI ARFAH NIM 10533 6385 10
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2014
ii
Rintangan dalam kehidupan ini”
“Jangan buang hari ini dengan mengkuatirkan hari esok.
Gunung pun terasa datar ketika kita sampai kepuncaknya.
( Phi Delta Kappan ) Kupersembahkan karyaku ini...
Buat Ayahanda Arfah dan ibundaku St. Meamunah tercinta Beserta keempat Adik-adikku
(Evi, Resky, Widya dan Khairil) Yang selalu mengiringi langkahku
Untuk menggapai masa depan.
Terima kasih juga kepada, teman-teman seperjuangan Yang selalu menebar canda & tawa saat bahagia,
Dan ikut berempeti saat duka
Akhirnya kepada Allah SWT kupersembahkan jiwa dan raga ini Semoga Allah yang Maha kuasa memberikan yang terbaik untuk
kita semua. Amin
iii
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makasar.
Dibimbing oleh Hambali dan Andi Syamsul Alam.
Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan suntingan hikayat dan nilai- nilai Islam dalam Hikayat Hang Tuah.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik kepustakaan, yakni membaca berulang-ulang (secara sak sama), mencatat dan mengklasifikasi data.Sumber data adalah Hikayat Hang Tuah.
Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada kenyataannya penanganan naskah tidak seperti yang diharapkan. Beberapa kendala yang dihadapi dalam penanganan naskah diantaranya adalah jenis bahasa yang digunakan dalam hikayat adalah bahasa Melayu yang sudah tidak dikenal oleh kebanyakan mahasiswa bahkan orang dewasa, karena tulisan dan bahasanya sudah tidak dipakai sehari-hari pada saat ini. Oleh karena itu, penelitian filologi perlu segera dilakukan. Melalui filologi, dapat mengungkap isi yang terkandung dalam hikayat Hang Tuah. Dikaitkan dengan suatu karya sastra tentang isi atau makna teks suatu naskah lama dikatakan dengan kajian filologi kita dapat mengetahui latar belakang budaya suatu bangsa yang berkaitan dengan pandangan hidup,adat istiadat dan kepercayaan yang berhubungan dengan nilai-nilai Islam.
Kata kunci: Analisis Kajian Filologis dan Nilai-nilai Islam dalam Hikayat Hang Tuah
iv
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul ”Kajian Filologis dan Nilai-nilai Islam dalam Hikayat Hang Tuah” yang merupakan salah satu syarat dalam rangka mencapai gelar Sarjana Pendidikanpada Program Studi Strata Satu (S1) Universitas Muhammadiyah Makassar.
Terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada orang tua tercinta Arfah dan St. Maemunah yang tidak pernah putus doanya demi kesuksesan penulis dan yang selalu memberi kasih sayang, peluh keringat, perhatian, dan semangat yang tercurahkan selama ini. Segala sesuatu yang telah diberikan ayah dan ibu telah melebur menjadi semangat juang untuk menyelesaikan skripsi ini, adik-adikku ( Evi,Resky,Widya dan Khairil ) yang selalu berharap kesuksesan penulis.
Skripsi ini tidak akan mungkin tersusun tanpa adanya bimbingan dari banyak pihak oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing I Drs. Hambali, S.Pd., M.Hum.
yang senantiasa memberikan pengarahan dan masukan selama penyusunan skripsi ini, Andi.Syamsul Alam, S.Pd.,M.Pd. pembimbing II yang juga senantiasa memberikan pengarahan dan masukan dengan baik selama penyusunan skripsi ini.
v
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Dr. Munirah, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Sekertaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Syekh Adiwijaya Latief, S.Pd., M.Pd.
Teman-teman seperjuangan terkhusus di kelas B angkatan 2010 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesiayang selalu berbagi canda tawa selama ini.
Semoga Allah memberikan kemudahan dalam setiap kesulitan serta jalan menuju kebahagiaan bagi hamba-hamba-Nya yang selalu menolong hamba yang lain dengan penuh keikhlasan. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Pada akhirnya, penulis berharap karya ini dapat bermanfaat baik bagi penulis pada khususnya maupun bagi pembaca pada umumnya.
Makassar, 02 Agustus 2014
Penulis
vi
HALAMAN JUDUL ... i
PERSEMBAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 6
A. Kajian Pustaka ... 6
1. Pengertian Filologi ... 6
2. Objek Filologi ... 9
3. Langkah-langkah Pengkajian Filologi ... 18
4. Pengertian Hikayat ... 22
5. Pengertian Nilai- nilai Islam ... 25
vii
A. Jenis Penelitian ... 34
B. Desain Penelitian ... 34
C. Sumber Data dan Data ... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ... 36
E. Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Hasil Penelitian ... 39
B. Pembahasan ... 64
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 66
A. Simpulan ... 66
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
RIWAYAT HIDUP ... 70
LAMPIRAN SINOPSIS HIKAYAT ... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Filologi adalah suatu ilmu yang mempelajari, mengkaji atau menelaah karya klasik lama atau kuno, khususnya naskah untuk memperoleh bentuk yang baru dan mudah dipahami pembaca. Telaah ini dimaksudkan untuk memahami isi, sehingga pembaca dapat mengetahui latar belakang kehidupan masa lampau, misalnya agama, adat istiadat, bahasa dan sebagainya.
Salah satu karya sastra adalah prosa lama. Prosa lama adalah karya sastra yang belum mendapat pengaruh apapun dari budaya barat. Prosa lama biasanya dituturkan dari mulut ke mulut oleh pelipur lara atau orang tua kepada anaknya.
Adapun salah satu karya sastra prosa lama ialah hikayat. (Online, 2012)
Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita yang dibacakan untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau untuk meramaikan pesta. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian, serta mukjizat tokoh utama.(Online, 2012). Seperti yang diceritakan dalam hikayat hang tuah, hang mahmud ayah hang tuah sangat mempercayai sebuah mimpi. Hang tuah memiliki kesaktian dan memiliki keris ajaib yang membuat hang tuah menjadi hebat dan sering membunuh para pemberontak.
Filologi dipandang sebagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan karya masa lampau yang berupa tulisan tangan. Melalui karya-karya masa lampau yang
1
berupa tulisan inilah khazanah kebudayaan dan pandangan hidup nenek moyang kita bisa terungkap.Sebab karya-karya itu mengandung nilai-nilai luhur, gambaran kehidupan, ide-ide, pandangan hidup, cita-cita yang hendak disampaikan leluhur sebagai penyusunnya kepada generasi penerus. Beried ( 1985: 3)
Penggarapan melalui filologi merupakan salah satu upaya penyelamatan warisan nenek moyang yang berbentuk tulisan, yaitu naskah Hikayat Hang Tuah.
Penggarapan naskah juga merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkannya dari kerusakan. Apabila naskah telah hancur karena umurnya yang sudah tua, akan kesulitan dalam melacak ajaran nenek moyang melalui naskah tersebut. Jika dilacak melalui informan untuk mengetahui secara langsung ajaran-ajaran yang disampaikan dalam bentuk tertulis, kemungkinan sulit untuk mendapatkan informan itu.
Teks-teks masa lampau yang dikaji dalam filologi, menggunakan bahasa yang berlaku pada masa teks tersebut ditulis. Oleh karena itu penelitian filologi sangat diperlukan Dari hasil kerjanya menggali dan menganalisis seluk beluk bahasa tulis yang pada umumnya telah berbeda dengan bahasa sehari-hari.(Biried, 1985: 21). Oleh karena itu dengan filologi dapat mengungkapkan hasil budaya suatu bangsa melalui kajian bahasa pada peninggalan dalam bentuk tulisan dengan mengadakan perubahan dan perbaikan terhadap hal-hal yang dianggap kurang tepat dari segi gaya bahasa dan penulisan.Beried (dalam Sudjiman, 1995 : 98).
Pada kenyataannya penanganan naskah tidak seperti yang diharapkan.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam penanganan naskah diantaranya adalah jenis bahasa yang digunakan dalam hikayat adalah bahasa Melayu yang sudah
tidak dikenal oleh kebanyakan mahasiswa bahkan orang dewasa, karena tulisan dan bahasanya sudah tidak dipakai sehari-hari pada saat ini. Oleh karena itu, penelitian filologi perlu segera dilakukan. Untuk melakukan penelitian terhadap naskah, diperlukan beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut, antara lain dengan melakukan inventarisasi naskah, membuat deskripsi naskah,serta suntingan atau terjemahan.
Pada hikayat Hang Tuah, sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian.
Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian dari segi filologinya. Melalui filologi, dapat mengungkap isi yang terkandung dalam hikayat Hang Tuah. Dikaitkan dengan suatu karya sastra tentang isi atau makna teks suatu naskah lama dikatakan dengan kajian filologi kita dapat mengetahui latar belakang budaya suatu bangsa yang berkaitan dengan pandangan hidup,adat istiadat dan kepercayaan yang berhubungan dengan nilai-nilai islam. Nilai-nilai Islam pada hakikatnya adalah kumpulan dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya di dunia ini, yang satu prinsip dengan lainnya saling terkait membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisah- pisahkan.(Online, 2012)
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul Kajian Filologis dan Nilai-nilai Islam dalam Hikayat Hang Tuah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah suntingan teks Hikayat Hang Tuah sehingga dapat dibaca dan dinikmati oleh pembaca sebagai masyarakat modern?
2. Apa sajakah nilai-nilai Islam yang terdapat dalam naskah Hikayat Hang Tuah sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sebagai bekal di dunia dan akhirat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas , maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Menyajikan suntingan teks Hikayat Hang Tuah sehingga dapat dibaca dan dinikmati oleh pembaca sebagai masyarakat modern;
2. Mengungkap nilai-nilai Islam yang terkandung dalam naskah Hikayat Hang Tuah sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sebagai bekal di dunia dan akhirat.
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoretis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai inventaris bagi studi filologi daam memperkaya khazanah sastra klasik di Indonesia yang berupa suntingan teks Hikayat Hang Tuah dan nilai-nilai Islam yang terkandung di dalamnya;
2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan,inspirasi untuk menghasilkan karya sastra baru serta dapat membentuk sifat dan perilaku masyarakat yang lebih baik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Filologi
Filologi berasal dari kata Yunani philos yang berarti „cinta‟ dan logos yang berarti „kata‟ kedua kata tersebut membentuk arti „cinta kata‟ atau
„senang bertutur‟ arti ini kemudian berkembang menjadi „senang belajar , senang ilmu, dan senang kesastraan atau senang kebudayaan.Biried ( 1985 : 1)
Apabila dikatakan bahwa sastra merupakan hasil kebudayaan masa lampau maka pengertian kebudayaan di sini adalah kelompok adat kebiasaan, kepercayaan, dan nilai yang turun-temurun dipakai oleh masyarakat pada waktu tertentu untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan segala situasi yang tumbuh, baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan kelompok.
Filologi adalah suatu pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan. Oleh karena itu, ahli filologi harus mempunyai bekal pengetahuan yang beraneka ragam terutama pengetahuan bahasa yang menjadi sarana penelitian. Biried ( 1985: 1)
Filologi yang berasal dari kata Yunani philos „cinta‟ dan logos „kata‟
biasanya dikaitkan dengan pengkajian tentang isi atau makna teks suatu naskah lama. Dikatakan bahwa dengan kajian filologis kita dapat mengetahui
6
latar belakang budaya suatu bangsa yaitu yang berkaitan dengan pandangan hidup, kepercayaan, dan adat istiadat bangsa yang memiliki naskah tersebut.
Hasil penelitian itu dapat dimanfaatkan untuk penelitian diberbagai bidang seperti sastra, antropologi, sosiologi, sejarah, dan agama. Sudjiman (1995 : 97)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2006 : 227 ) filologi adalah ilmu yang mengkaji tentang bahasa, kebudayaan, etika, dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam keterangan tertulis. Pendapat lain, Baried (1983 : 2) mengatakan bahwa filologi adalah L‟ etalage de savoir ( pameran ilmu pengetahuan ).
Seperti yang dikemukakan Baried dkk ( dalam Sudjiman : 98 ) bahwa filologi berusaha mengungkapkan hasil budaya suatu bangsa melalui kajian bahasa pada peninggalan dalam bentuk tulisan. Kreativitas di dalam memahami dan menafsirkan teks yang menuntun penyalin untuk mengadakan perubahan dan perbaikan terhadap hal-hal di dalam teks yang dianggapnya kurang tepat dari segi gaya dan penulisan serta tidak lagi sesuai dengan budaya, agama, atau kebijakan politik pada zamannya.
Filologi sebagai istilah mempunyai beberapa arti sebagai berikut : 1. Filologi sudah dipakai sejak abad ke-3 S.M oleh sekelompok ahli dari
Aleksandria yang kemudian dikenal sebagai ahli filologi. Orang yang pertama memakainya adalah Erastothenes, pada waktu itu mereka berusaha mengkaji teks-teks lama yang berasal dari bahasa Yunani. Berbagai macam segi kehidupan masa lampau dari segala aspeknya dapat diketahui secara
eksplisit melalui naskah. Oleh karena itu, Filologi dipandang sebagai pintu gerbang yang menyingkap khazanah masa lampau.
2. Filologi pernah dipandang sebagai sastra secara ilmiah. Arti ini muncul ketika teks-teks yang dikaji itu berupa karya sastra yang bernilai sastra tinggi. Seperti yang dinyatakan Andre Lafevere (dalam Siti Suwadah Rimang, 2011 : 2 ) berpandangan bahwa karya sastra termasuk karya fiksi yang merupakan deskripsi pengalaman kemanusiaan yang memiliki dimensi individual dan sosial kemasyarakatan tinggi.
3. Filologi dipakai juga sebagai istilah yang disebut studi bahasa atau ilmu bahasa ( linguistik). Lahirnya pengertian ini akibat dari pentingnya peranan bahasa dalam mengkaji teks sehingga kajian utama kajian filologi adalah bahasa terutama bahasa teks-teks lama. Bidang bahasa yang dimasuki studi filologi adalah bidang yang beraspek masa lampau seperti prosa lama hikayat.
4. Dalam perkembangannya yang mutakhir, filologi memandang perbedaan yang ada dalam berbagai naskah sebagai suatu ciptaan dan menitikberatkan kerjanya pada perbedaan-perbedaan tersebut serta memandangnya justru sebagai alternatif yang positif.dalam hal ini, kegiatan yang kreatif untuk memahami teks, menafsirkannya dengan ilmu bahasa, sastra, budaya, keagamaan, dan politik yang ada pada zamannya. Dalam hal ini, naskah dipandang sebagai dokumen budaya sebagai refeksi dari zamanya. Filologi ini disebut filologi modern.
Beberapa arti di atas itu tampaknya dipakai di eropa daratan, istilah filologi yang dalam arti studi teks suatu studi yang melakukan kegiatannya dengan mengadakan kritik terhadap teks atau kritik teks. Dalam pengertian ini filologi dikenal sebagai studi tentang seluk-beluk teks. Di negeri belanda , istilah filologi berarti ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan studi teks sastra atau budaya yang berkaitan dengan latar belakang kebudayaan yang didukung oleh teks tersebut.
Filologi adalah suatu disiplin yang mendasarkan kerjanya pada bahan tertulis dan bertujuan mengungkapkan makna teks tersebut dalam segi kebudayaan. Beried ( 1985: 3)
Sehubungan dengan teori – teori bahwa filologi suatu studi kebahasaan,kesastraan dan kebudayaan, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud ahli filologi harus mempunyai bekal pengetahuan yang beraneka ragam terutama pengetahuan bahasa yang menjadi sarana penelitian.
2. Objek Filologi
Setiap ilmu mempunyai objek penelitian. Sebagaimana diuraikan dalam pembahasan pengertian filologi maka filologi mempunyai objek yaitu naskah dan teks.
a. Naskah
Berita tentang hasil budaya yang diungkapkan oleh teks klasik dapat dibaca dalam peninggalan-peninggalan berbentuk tulisan yang disebut naskah. Biried (1985 : 4 ) dalam istilah filologi menunjukkan
bahwa naskah merupakan sesuatu yang konkret. Oleh karena itu, pemahaman terhadap teks klasik hanya dapat dilakukan lewat naskah yang merupakan alat penyimpananya. Jadi filologi mempunyai sasaran kerja yang utama berupa naskah.
Naskah yang menjadi sasaran kerja filologi dipandang sebagai hasil budaya yang berupa cipta sastra. Naskah itu dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks tersebut merupakan suatu keutuhan dan mengungkapkan pesan.
Naskah merupakan benda konkret yang dapat dilihat dan dipegang. Dalam bahasa Inggris naskah disebut dengan Manuscript, sedangkan dalam bahasa Belanda, disebut dengan istilah Handscript.
Barried (1985 : 54)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2006 : 479 ) naskah yaitu (1) karangan yang masih asli ditulis tangan atau diketik secara manual, (2) karangan seseorang yang dianggap sebagai karya asli, dan (3) bahan-bahan berita yang siap diedit dan diberitakan. Di samping itu,melihat wahana teks-teks filologi ada yang berupa teks tulisan dan teks lisan. Teks tulisan dapat berupa tulisan tangan atau yang biasa disebut naskah.
Naskah adalah segala hasil tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan, cipta, rasa, dan karsa manusia yang hasilnya disebut hasil karya sastra, baik yang tergolong dalam arti umum
maupun dalam arti khusus yang semuanya merupakan rekaman pengatahuan masa lampau bangsa pemilik naskah. Dipodjojo (1996:7)
Naskah atau karya adalah bahan kasar, seperti bentuk buku, lontar, dan disket, bentuk-bentuk yang dapat ditaruh di rak buku.
Naskah atau karya merupakan objek studi filologi. Barthes (dalam Ratna, 2013: 212)
Naskah pada umumnya berupa buku atau bahan tulisan tangan, naskah juga pada umumnya merupakan tulisan panjang karena memuat cerita lengkap. Beried (1985 : 54)
Dapat disimpulkan bahwa naskah merupakan segala sesuatu tulisan yang masih ditulis dengan tulisan tangan yang merupakan peninggalan budaya masa lampau.
b. Teks
Teks artinya kandungan atau muatan naskah, sesuatu yang abstrak yang hanya dapat dibayangkan saja. Perbedaan antara naskah dan teks menjadi apabila terdapat naskah yang muda tetapi mengandung teks yang tua. Teks terdiri atas isi, yaitu ide-ide atau amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca dan bentuk yaitu cerita dalam teks yang dapat dibaca dan dipelajari menurut berbagai pendekatan melalui alur,perwatakan, gaya bahasa dan sebagainya.Beried ( 1985 : 56 )
Dalam penjelmaan dan penurunannya, secara garis besar dapat disebutkan tiga macam teks :
1) Teks lisan ( tidak tertulis) 2) Teks naskah tulisan tangan;
3) Teks cetakan
Teks adalah sesuatu yang abstrak. Teks filologi ada yang berupa teks lisan dan teks tulisan. Teks lisan yaitu, suatu penyampai cerita turun menurun lalu ditulis dalam bentuk naskah, kemudian mengalami penyalinan dan selanjutnya dicetak. Teks tulisan dapat berupa tulisan tangan (yang biasa disebut naskah), dan tulisan cetakan. Barried, (1985:4)
Kaitannya dengan ilmu sastra dijelaskan bahwa ilmu sastra adalah sekelompok teks tertentu. Rimang ( 2011 : 4) teks ialah ungkapan bahasa yang menurut pragmatik, sintaksis, dan semantik/isi merupakan suatu kesatuan.
Teks adalah kandungan atau isi naskah. Perbedaan antara naskah dan teks akan lebih menjadi jelas jika terdapat naskah yang lebih muda tetapi mengandung teks yang lebih tua. Teks terdiri atas isi dan bentuk.
Teks dan wacana pada umumnya merupakan sinonim.
Meskipun demikian, teks hanya eksis melalui wacana. Secara praktis teks digunakan dalam bidang sastra, wacana dalam bidang linguistik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2006 : 651 ) teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang. Dijelaskan pula jarang ada teks yang berbentuk asli atau bentuk sempurnanya
sekaligus jelas dan tersedia. Menurut De Haan (dalam biried : 57 ) mengenai terjadinya teks ada beberapa kemungkinan :
1) Aslinya hanya ada dalam ingatan pengarang atau pengelolah cerita.
Turun-temurun terjadi secara terpisah yang satu dari yang lain melalui dikte apabila orang memiliki teks itu sendiri.
2) Aslinya adaah teks tertulis yang lebih kurang merupakan kerangka yang masih memungkinkan atau memerlukan kebebasan seni.
3) Aslinya merupakan teks yang tidak mengizinkan kebebasan dalam pembawaannya karena pengarang telah menentukan pilihan kata, urutan-urutan kata, dan komposisi untuk memenuhi maksud tertentu yang ketat dalam bentuk literer itu.
c. Kritik Teks
Kata “kritik” berasal dari bahasa Yunani krites yang artinya
“seorang hakim” Krinein berarti “menghakimi”, kriterion berarti
“dasar penghakiman”. Kritik teks memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat-dekatnya dengan teks aslinya (constitutio textus). Baried (1985: 61)
Secara khusus tugas pokok penelitian filologi itu disebut kritik teks. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006 : 396) kritik adalah kecaman yang sering kali disertai dengan pertimbangan baik,
buruk dan jalan keluar sedangkan teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang.
Kritik teks bertujuan menghasilkan suatu teks yang paling mendekati teks aslinya. Oleh peneliti filologi, teks itu sudah dibersihkan dari kesalahan yang terjadi selama penyalinan yang berulang kali. Demikian juga dengan isi naskah yang telah tersusun kembali seperti semula, juga bagian-bagian naskah yang tadinya kurang jelas, dijelaskan sehingga seluruh teks dapat dipahami sebaik- baiknya.
Maka kritik teks adalah penilaian terhadap kandungan teks yang tersimpan dalam naskah untuk mendapatkan teks yang paling mendekati asli. Sudardi ( dalam baried 1985 : 61 ).
Kritik teks adalah menempatkan teks pada tempat yang sewajarnya, memberi evaluasi terhadap teks, meneliti atau mengkaji lembaran naskah, lembaran bacaan yang mengandung kalimat-kalimat atau rangkaian kata-kata tertentu. Darusuprapta (dalam Sudjiman 1995 : 47).
Tujuan kritik teks di Indonesia pun terlihat berbagai bukti bahwa penurunan naskah-naskah dilakukan dengan tujuan untuk menyelamatkan dan sekaligus merusak teks asli. Dengan adanya ini maka filologi melalui kritik teks dengan berbagai metode berusaha mengembalikan teks ke bentuk aslinya sebagaimana diciptakan oleh pengarangnya.
d. Tahapan Kritik Teks
Ada dua tahapan yang harus dilakukan oleh filolog, yaitu penyajian dan penafsiran. Menyajikan teks dianggap lebih ilmiah, sedangkan menafsirkan teks dianggap lebih populer. Namun, pada dasarnya kedua proses tersebut merupakan aktivitas yang tidak bisa dilepaskan keberadaannya satu sama lain. Robson ( 1994 : 55 )
Proses penyajian naskah dari bahan mentah dengan berbagai tingkat kesukaran, kemudian barulah proses penafsiran yang dimulai untuk menguak apa yang terkandung di dalamnya.
Dari berbagai langkah penanganan teks, pada hakikatnya akan dihasilkan sebuah teks baru yang lebih baik karena di dalam teks sudah terdapat perbaikan dalam bentuk yang lebih memungkinkan terbaca oleh khalayak umum tanpa kehilangan jati dirinya sebagai sebuah teks yang otonom atau berdiri sendiri.
e. Tujuan Filologi
Melalui penggarapan naskah, filologi mengaji teks klasik dengan tujuan mengenalinya dan selanjutnya menempatkannya dalam keseluruhan sejarah suatu bangsa. Barried, (1985:5 )
Secara terperinci dapat dikatakan bahwa filologi mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan Umum Filologi
1) Memahami sejauh mungkin kebudayaan suatu bangsa melalui hasil sastranya, baik lisan maupun tertulis.
2) Memahami makna dan fungsi teks bagi masyarakat penciptaannya.
3) Mengungkapkan nilai-nilai budaya lama sebagai alternatif pengembangan kebudayaan.
Tujuan Khusus Filologi
1) Menyunting sebuah teks yang dipandang paling dekat dengan teks aslinya.
2) Mengungkapkan sejarah terjadinya teks dan sejarah perkembangannya; dan
3) Mengungkapkan resepsi pembaca pada setiap kurun penerimaannya.
f. Manfaat Filologi
Secara umum manfaat filologi adalah menjaga kelestarian warisan luhur nenek moyang yang terkanding dalam naskah-naskah klasik. Dengan filologi naskah-naskah yang diambang kerusakan bisa diselamatkan. Lebih jauh dari itu hasil kerja filologi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai bidang pekerjaan dan cabang ilmu untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan mereka di bidangnya masing-masing.
Dilihat dari pelestarian dan pengembangan budaya dan sastra daerah, filologi bernilai strategis. Objek studi filologi berasal dari berbagai daerah di Nusantara yang dengan sendirinya membantu pelestarian dan pengembangan budaya dan sastra daerah. Rekonstruksi historis jadi mungkin dilakukan karena hasil kerja filologi.
Selain rekonstruksi historis, adanya hasil kerja filologi bisa dijadikan dasar pemahaman akan kebudayaan bangsa Indonesia sebagai suatu pemahaman yang bisa dipertanggung jawabkan secara moral karena ditunjang oleh akar argemen yang kuat secara historis.
Kajian naskah lama bermanfaat bagi sumbangan kesusastraan Indonesia khususnya dan kesusastraan dunia umumnya baik dalam kajian sejarah sastranya maupun teori sastranya. Dengan ditemukannya naskah-naskah lama dan masih dalam keadaan baik dan terawat akan menjadikan khasanah sastra Nusantara semakin kaya, menambah kekuatan sejarah kesusastraan di Indonesia dan mengaitkan pada adanya sumbangan pemikiran melalui bidang sastra dalam penyebaran dan identitas keagamaan di Indonesia serta memperkenalkan kekayaan budaya dan kesustraan berbagai daerah di Nusantara yang pernah berkembang di Indonesia.
Hasil filologi juga sangat bermanfaat para peneliti. Hasil penelitian filologi bisa dimanfaatkan untuk penelitian di bidang sastra, bahasa, filsafat, atau bidang ilmu lain. Dari sisi pengembagan budaya, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembagan budaya daerah yang pada akhirnya akan mengembangkan budaya Nasional.
Manfaat-manfaat khusus yang dapat dinikmati dari hasil kerja filologi antara lain:
a. Untuk bidang bahasa, memperkaya perbendaharaan kata (istilah) dalam rangka penyusunan kamus.
b. Untuk bidang sastra, mengenal, mempelajari, dan menikmati karya sastra lama yang ada di Nusantara.
c. Untuk bidang sejarah, dapat digunakan sebagai sumber data sejarah masa lalu, terutama tentang sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara;
d. Untuk bidang pendidikan, isi cerita dapat dijadikan suri teladan yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sekarang.
3. Langkah-Langkah Pengkajian Filologi a. Deskripsi Naskah
Deskripsi naskah yaitu dengan menguraikan keadaan naskah secara terperinci. Ini menyangkut tentang judul naskah, keadaan naskah, kertas, cat air atau watermark (kalau ada), catatan lain mengenai isi naskah, serta pokok-pokok isi naskah ( Djamaris, 1977:
24).
Deskripsi naskah adalah penggambaran seluk-beluk naskah secara terperinci. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran selengkap-lengkapnya tentang naskah yang akan diteliti sehingga dapat diketahui karakternya.
b. Transliterasi Teks
Transliterasi adalah penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam melakukan transliterasi, perlu diikuti pedoman yang berhubungan dengan pemisahan dan pengelompokan kata, ejaan, dan pungtuasi. Baried (1995 : 65)
Berdasarkan pedoman, transliterasi harus memperhatikan ciri- ciri teks asli sepanjang hal itu dapat dilaksanakan karena penafsiran teks yang bertanggungjawab sangat membantu pembaca dalam memahami isi teks.
Translitersi ialah perubahan teks dari satu ejaan ke ejaan yang lain. Misalnya, naskah-naskah yang tertulis dengan huruf latin dengan memakai ejaan yang lama diubah ke dalam ejaan yang berlaku sekarang (EYD). Akan tetapi, tugas yang dilakukan editor dalam translitersi itu tidak hanya sampai di situ saja.
Naskah-naskah yang ditulis dalam bahasa Melayu yang tidak disertai tanda baca seperti titik koma, huruf besar dan kecil dan sebagainya akan menyulitkan pembacaan dan penentuan kesatuan- kesatuan bagian cerita atau teksnya. Semua itu menjadi tugas filolog untuk menjelaskannya, agar tidak terdapat lagi kekeliruan dan salah penafsiran bahasa.
Transliterasi diartikan sebagai penggantian jenis aksara (yang pada umumnya kurang dikenal) dengan aksara dari abjad yang lain (yang dikenal dengan baik). Sudjiman (1995:99)
Transliterasi didefinisikan sebagai pemindahan dari satu tulisan ke tulisan yang lain, transliterasi lebih disukai daripada transkripsi yang hanya menyalin dari satu tempat ke tempat lain.
Rosbon ( 1994 : 24 )
Transliterasi sangat penting untuk memperkenalkan teks-teks lama yang tertulis dengan bahasa daerah karena kebanyakan orang sudah tidak mengenal atau akrab lagi dengan tulisan daerah. Dalam melakukan transliterasi perlu diikuti pedoman yang berhubungan dengan pembagian kata, ejaan dan pungtuasi.
Sebagaimana diketahui teks-teks lama ditulis tanpa memperhatikan unsur-unsur tata tulis yang merupakan kelengkapan wajib untuk memahami teks. Penulisan kata-kata yang tidak mengindahkan pemisahan serta penempatan tanda baca yang tidak tepat dapat menimbulkan arti yang berbeda, sedangkan prinsip dasar ejaan adalah mengikuti ejaan yang sudah dibakukan.
Pembicaraan tentang transliterasi dalam ( Sudjiman,1995 : 100 ) menyatakan transliterasi merupakan tahapan awal di dalam pengkajian filologi, teks naskah tunggal ditransliterasi untuk kemudian dikaji isinya.
Sebuah teks lama dibuat translitersinya karena aksara yang digunakan di dalam tekstersebut sudah semakin asing bagi orang kebanyakan. Isi teks itu sendiri dianggap masih relevan dan penting untuk dilestarikan. Di dalam penyalinannya digunakan aksara yang lazim digunakan bahkan di dalam transliterasi teks hampir selalu dilengkapi dengan pungtuasi dan huruf kapital untuk memudahkan pemahamannya. Pendapat Barried (1985:65), transliterasi dapat
diartikan sebagai penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf, dari abjad yang satu ke abjad yang lain.
c. Suntingan Teks atau terjemahan
Suntingan teks adalah menyajikan sebuah teks dalam bentuk aslinya yang bersih dari kesalahan berdasarkan bukti-bukti yang terdapat dalam naskah yang dikritik.
Salah satu hasil kerja penelitian filologi adalah menyajikan suntingan teks. Suntingan teks adalah teks yang telah mengalami pembetulan-pembetulan dan perubahan-perubahan, sehingga bersih dari segala kekeliruan (Darusuprapta, 1984: 5). Menurut ( Kamus Besar Bahasa Indonesia 2006 : 635) suntingan adalah hasi dari pekerjaan menyunting.
Berdasarkan perkembangan bahasa Indonesia akhir-akhir ini ,istilah penyuntingan disepadankan dengan editor atau redaktor.
Dalam rumusan ini pengertian penyunting adalah menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa ( menyangkut ejaan, diksi dan struktur kalimat).
KBBI ( dalam Munirah, 2010 : 40 ) kata penyuntingan bermakna proses, cara, perbuatan sunting-menyunting, segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan menyunting atau pengeditan.
Dengan demikian, penyuntingan naskah adalah proses, cara, atau perbuatan menyunting naskah. Orang yang menyunting naskah
disebut penyunting. Istilah penyuntingan sering dipadankan dengan kopieditor. ( Munirah, 2010 : 40)
Terjemahan adalah suatu langkah dalam kajian filologi yang berupa penggantian bahasa naskah ke dalam bahasa lain, misalnya saja dari bahasa Melayu ke dalam bahasa Indonesia. Hal itu dimaksudkan agar lebih mudah dipahami masyarakat secara umum. Terjemahan dilakukan sedekat-dekatnya dengan makna masing-masing kata pada bahasa sumber dan konteks kalimatnya.
Terjemahan adalah pemindahan makna atau bahasa dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Pemindahan makna tersebut harus lengkap dan terperinci. Salah satu tujuannya adalah untuk memudahkan dalam hal memahami isi teks dari suatu naskah.
4. Pengertian Hikayat
Ciri- ciri sastra lama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006 : 758 ) adalah sebagai berikut :
1. Istana sentris yaitu berbentuk cerita yang ditulis atau diceritakan selalu berpusat pada kisah kehidupan raja atau istananya, tokohnya adalah raja , ratu dan pangeran.
2. Statis yaitu proses perkembangannya ( perubahannya) bentuk dan tema berlangsung sangat lamban
3. Tradisional berbentuk karangannya tidak mengesampingkan pola tradisi, misalnya pantun dan syair.
4. Klise yaitu bahasa berupa ungkapan yang sering diulang
5. Anonim yaitu nama pengarangnya tidak dicantumkan atau disebut.
6. Fantastis yaitu bentuk karangannya bersifat diluar kenyataan (khayalan).
Jenis sastra lama terdiri dari beberapa bentuk atau jenis karangan misalnya prosa lama yaitu dongeng, cerita rakyat, sejarah, hikayat, cerita bingkai dan wiracerita. Tetapi sastra lama yang dibahas dalam penelitian ini adalah sastra lama berbentuk hikayat.
Hikayat adalah karya sastra dalam kesusastraan lama hampir sama dengan roman dalam kesusastraan baru. Perbedaannya hikayat dihiasi dengan dongeng yang indah, lukisan perang yang hebat antara raja atau dewa dalam mempertunjukkan kesaktian masing-masing. Badrun (1983 : 96 )
Hikayat adalah jenis prosa, cerita Melayu lama yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang-orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan, dan mirip cerita sejarah atau membentuk riwayat hidup.
Dalam KBBI ( 2006 : 758 ) hikayat adalah jenis cerita khayalan yang berlatar belakang istana tokohnya biasa pangeran yang sakti.
Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita yang dibacakan untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau meramaikan pesta. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keaehan, kesaktian, serta mukjizat tokoh utama. (Online : 2012 )
Hikayat merupakan bentuk cerita yang berasal dari Arab. Mulai dikenal di Indonesia sejak masuknya ajaran Islam ke Indonesia. Hikayat itu hampir mirip dengan dongeng, penuh dengan daya fantasi, biasanya berisi cerita kehidupan seputar istana. Kisah cerita anak-anak raja, pertemuan antarnegara, seorang pahlawan yang memiliki senjata sakti dan sebagainya.
Hikayat sering kali disebut sebagai dongeng istana. Tokoh dalam hikayat sudah dapat dipastikan raja, permaisuri, putra dan putri raja, juga para kerabat raja. Dalam dunia sastra, hikayat adalah salah satu cerita yang banyak digemari oleh banyak orang. Biasanya cerita hikayat banyak sekali memberikan pesan-pesan moral di dalamnya dan juga pesan yang mengandung ajaran Islam.
Hikayat adalah cerita pelipur lara yang sulit diterima akal dan merupakan cerita rekaan, tetapi memiliki pesan dan amanat bagi pembacanya. Terutama dalam bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng.
Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, esaktian serta mukjizat tokoh utama.
Dapat disimpulkan bahwa hikayat adalah salah satu karya sastra Melayu klasik karena itu, bahasa yang digunakan pun bahasa Melayu klasik dan agar dapat diceritakan pada orang lain tentu saja kita perlu mengubah sajian bahasa Melayu itu ke dalam bahasa sekarang atau bahasa Indonesia sehari- hari.
5. Nilai-nilai Islam
Pedoman hidup Islam manusia adalah seperangkat nilai dan norma Islami yang bersumber pada Al-Quran dan sunnah untuk menjadi pola bagi tingkah laku manusia dalam menjalani kehidupan, tercermin kehidupan Islami menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Menurut Muhaimin ( Online : 2012 ) nilai-nilai keislaman merupakan bagian dari nilai material yang terwujud dalam kenyataan pengalaman rohani dan jasmani. Agama dapat didefinisikan sebagai sistem kredo atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia dan sistem ritus manusia kepada yang dianggap mutlak itu. Agama juga merupakan sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya. ( Anshari, 1983: 9)
Nilai-nilai Islam merupakan tingkatan integritas kepribadian yang mencapai tingkat budi (insan kamil). Nilai-nilai Islam bersifat mutlak kebenarannya, universal dan suci. kebenaran dan kebaikan agama mengatasi rasio, perasaan, keinginan, nafsu-nafsu manusiawi dan mampu melampaui subyektifitas golongan, ras, bangsa, dan stratifikasi sosial.
Nilai adalah bagian dari potensi manusiawi seseorang, yang berada dalam dunia rohaniah (batiniah, spiritual), tidak berwujud, tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, dan sebagainya. Namun sangat kuat pengaruhnya serta penting peranannya dalam setiap perbuatan dan penampilan seseorang.
Nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah laku yang
diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi sekitar bagian-bagiannya. Nilai tersebut lebih mengutamakan berfungsinya pemeliharaan pola dari sistem sosial. Muhaimin ( Online :2012 )
Nilai adalah standart tingkah laku, keindahan, keadilan, dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan serta dipertahankan.
Nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan serta dipertahankan.
Definisi tersebut dapat kita ketahui dan dirumuskan bahwasanya nilai adalah suatu type kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu yang tidak pantas atau yang pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai.
Jika nilai diterapkan dalam proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai pendidikan yang mana nilai dijadikan sebagai tolak ukur dari keberhasilan yang akan dicapai dalam hal ini kita sebut dengan pendidikan nilai. Pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri seseorang. Suatu nilai ini menjadi pegangan bagi seseorang yang dalam hal ini adalah siswa atau peserta didik, nilai ini nantinya akan diinternalisasikan, dipelihara dalam proses belajar mengajar serta menjadi pegangan hidupnya.
Memilih nilai secara bebas berarti bebas dari tekanan apapun. Nilai-nilai yang ditanamkan sejak dini bukanlah suatu nilai yang penuh bagi seseorang.
Situasi tempat, lingkungan, hukum dan peraturan dalam sekolah, bisa memaksakan suatu nilai yang tertanam pada diri manusia yang pada hakikatnya tidak disukainya pada taraf ini semuanya itu bukan merupakan nilai orang tersebut. Sehingga nilai dalam arti sepenuhnya adalah nilai yang kita pilih secara bebas.
Berdasarkan penjelasan nilai, dijelaskan pula penertian Islam. Islam adalah agama Allah yang diwaahyukan kepada para rasul sebagai hidayah dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa yang menjamin kesejahteraan hidup material dari spiritual ,duniawi dan ukhrawi.
Ajaran Islam yakni ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw sebagai nabi akhir zaman yang ajarannya diturunkan Allah sesuai yang tercantum dalam Al-Quran dan sunnah nabi yang shahih ( maqbul ) berupa perintah-perintah , larangan-larangan, dan petunjuk untuk kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat.
Ajaran Islam bersifat menyeluruh yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan yang meliputi bidang-bidang akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah duniawiyah.
Sumber lain menyebutkan bahwa nilai-nilai Islam secara keseluruhan dibagi dalam 2 jenis :
a. Nilai Positif
adalah suatu nilai yang wajib ada pada setiap orang Islam seperti : 1) Taat perintah Allah
Nilai Islam merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya. Berbicara tentang hubungan manusia dan Tuhan tidak lepas dari pembahasan Agama. Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia,agama dapat pula bertindak sebagai pemacu faktor kreatif,kedinamisan hidup dan perangsang atau pemberi makna kehidupan.
Melalui agama manusiapun dapat mempertahankan keutuhan masyarakat agar hidup dalam pola kemasyarakatan yang telah tetap sekaigus menuntun untuk meraih masa depan yang lebih baik.
2) Yakin adanya pertolongan Allah
Keyakinan terhadap adanya pertolongan Allah merupakan salah satu pesan yang disampaikan dalam Hikayat Hang Tuah,Allah akan memberikan pertolongan kepada siapa saja yang dikehendakinya
3) Bertawakal
Sebagai seorang mukmin dan muslim dianjurkan untuk memiliki akhlak yang baik. Salah satunya tawakkal. Guna terciptanya sosialisasi yang tentram,tenang,dan damai. Tawakkal bukan hanya sekedar merasakan segala perkara kepada Allah, tetapi diawali dengan usaha-usaha ataupun jalan- jalannya yang kuat. Setelah itu serahkan hasilnya kepada Allah SWT.
Diantara ciri orang yang bertawakkal ialah memiliki semangat yang kuat. Mempunyai semangat yang kuat merupakan salah satu akhlak orang mukmin yang dianjurkan oleh Islam.
4) Berdoa kepada Allah
Sebaik-baiknya lisan adalah lisan yang selalu basah dengan mengingat Allah. Lisan yang mengingat Allah itu diwujudkan dengan berdoa kepada Allah karena berdoa merupakan ibadah.
5) Berbakti kepada orang tua
Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban seorang anak dalam Islam. Akhlak yang dianjurkan oleh ajaran Islam tidak hanya memiliki semangat yang kuat dan bekerja keras tetapi sebagai muslim yang baik tentunya memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua baik ibu maupun ayah.
Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu-bapak. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji
6) Tolong-menolong
Perbuatan yang mengandung nilai Islam dan periaku terpuji juga dijelaskan dalam perbuatan tolong-menolong. Tolong-menolong memang telah menjadi satu bagian yang tidak dapat dihilangkan dari ajaran Islam.
Islam mewajibkan umatnya untuk saling menolong satu dengan yang lain.
Segala bentuk perbedaan yang mewarnai keidupan manusia merupakan salah
satu isyarat kepada umat manusia agar saling membantu satu sama lain sesuai dengan ketetapan Islam.
7) Rendah hati
Pengertian rendah hati atau tidak sombong adalah tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang rendah hati adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT. Yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan kelebihan yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah
8) Bersyukur kepada Allah.
Apa yang telah dihadapinya merupakan karunia Allah SWT dengan itu mereka tidak melupakan Allah mereka senantiasa bersyukur.
Kita bolehlah mengucapkan Alhamdulillah serta berzikir dimana kita berada. Walaupun sesibuk apapun kita dalam menjalani kehidupan, namun dengan mengucapkan Alhamdulillah sudah mencukupi untuk menunjukkan kesyukuran kepada Allah SWT.
b. Nilai Negatif
Nilai ini adalah suatu nilai yang meninggalkan perkara-perkara yang dilarang oleh Allah Swt, seperti : Iri hati,Hasud, dengki,meminum arak, zina,bohong, mencuri,membunuh dan lain-lain.(Online : 2014 )
Jadi dapat disimpulkan nilai-nilai Islam pada hakikatnya adalah kumpulan dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya di dunia ini, yang satu prinsip dengan lainnya saling terkait membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisah-pisahkan.
B. Kerangka Pikir
Kerangka pemikiran merupakan proses tentang alur pikir seseorang dalam menganalisis dan memecahkan sesuatu persoalan atau masalah-masalah yang akan dihadapi, serta memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah.
Telah disinggung bahwa jenis sastra lama terdiri dari beberapa bentuk atau jenis karangan misalnya prosa lama yaitu dongeng, cerita rakyat, sejarah atau tamb, hikayat, cerita bingkai dan wiracerita. Tetapi sastra lama yang dibahas dalam penelitian ini adalah sastra lama berbentuk hikayat.
Mengingat hikayat adalah salah satu karya sastra Melayu klasik karena itu,dengan kajian filologi hikayat hang tuah dalam bahasa Melayu klasik dan agar dapat diceritakan pada rang lain tentu saja kita perlu mengubah sajian bahasa
Melayu itu ke dalam bahasa sekarang atau bahasa Indonesia sehari-hari dengan tujuan agar karya sastra Melayu klasik dapat dibaca dan dinikmati pembaca.
Sebelum menganalisis penelitian ini, terlebih dahulu peneliti harus mengetahui teknik-teknik analisis data untuk memudahkan peneliti dalam penggarapan analisis. Adapun teknik-teknik analisis data dalam penelitian ini melalui empat tahap sebagai berikut, tahap pertama adalah deskripsi naskah.
Tahap ini merupakan langkah awal yang dilakukan peneliti sebagai pengetahuan awal tentang fisik naskah. Tahap kedua adalah tahap kedua adalah transliterasi dan suntingan teks. Tahap kedua ini merupakan tahap yang juga harus dilakukan peneliti, yakni mengubah bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia modern sesuai ejaan mutakhir sehingga memudahkan pembaca untuk membaca dan memahami isi naskah. Tahap ketiga yakni penyuntingan teks melalui tanda-tanda suntingan.
Tahap keempat yakni mencatat semua nomor catatan pada suntingan teks ke dalam aparat kritik, kemudian memberi penjelasan tentang alasan penggunaan tanda-tanda tersebut.
Bagan Kerangka Pikir
Kajian Filologi
Naskah (teks)
Nilai-nilai Islam Metode Edisi
Standar
Hikayat Hang Tuah
1. Taat Perintah Allah
2. Berdoa kepada Allah
3. Rendah Hati 4. Bersyukur 5. Berbakti kepada
orang tua 6. Yakin Takdir
Allah 7. Yakin
Pertolongan Allah 8. Tolong Menolong
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research). Penelitian pustaka bertujuan untuk mengumpulkan data-data, informasi dengan bantuan buku-buku, majalah, naskah-naskah, cetakan-cetakan, kisah sejarah, dokumen, dan lain sebagainya.
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian Hikayat Hang Tuah ini adalah penelitian filologi. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu menggali informasi terhadap objek kajian dan mendeskripsikan semua data yang diperoleh secara mendalam.
B. Desain Penelitian
Hikayat Hang Tuah adalah sebuah karya sastra Melayu yang termasyhur berbentuk hikayat yang memuat 24 bab dan ditulis dengan berbahasa Melayu.
Hikayat ini ditulis dalam bentuk buku dengan tulisan tangan. Dalam memperbanyak buku hikayat hang tuah, buku ditulis ulang oleh juru tulis dengan tulisan tangan. Sehingga, Hikayat Hang Tuah memiliki beberapa versi Sulalatus Salatin yang berbeda. Hingga kini, Hikayat Hang Tuah telah diterjemahkan ke berbagai tulisan dan bahasa oleh para penerbit modern di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan negara Melayu lainnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode naskah tunggal edisi standar.
34
Metode penyuntingan dalam penelitian ini adalah metode penyuntingan naskah tunggal edisi standar. Edisi standar ialah penyuntingan dengan disertai pembetulan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakkonsistenan. Ejaan yang digunakan ialah ejaan yang baku (standar). Kesalahan-kesalahan diberi komentar yang dicatat dalam aparat kritik (Sudardi, 2003: 59-61).
Metode penyuntingan naskah tunggal dilakukan karena berdasarkan inventarisasi naskah, diketahui bahwa Hikayat Hang Tuah merupakan naskah salinan dari bahasa Melayu. Hal ini berarti bahwa hikayat ini bukan naskah tunggal. Akan tetapi, mengingat jarak, tenaga, waktu yang terbatas serta keterjangkauan Hikayat Hang Tuah, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan metode naskah tunggal dalam penelitian ini. Naskah yang terjangkau oleh peneliti hanya terdapat satu edisi naskah, sehingga perbandingan naskah tidak memungkinkan untuk dilakukan.
Penyuntingan naskah tunggal pada penelitian ini menggunakan metode edisi standar. Penggarapan naskah dengan metode naskah tunggal edisi standar adalah suatu usaha perbaikan dan meluruskan teks sehingga terhindar dari berbagai kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan yang timbul ketika proses penulisan. Edisi standar digunakan apabila isi naskah dianggap sebagai cerita biasa, meskipun demikian, penggarapan naskah dengan edisi standar juga dibutuhkan ketelitian dan kejelian. Hal–hal yang perlu dilakukan dalam edisi standar ini antara lain : mentransliterasi teks, menyusun daftar kata-kata sukar.
Tujuan edisi ini adalah untuk menghasilkan suatu edisi yang baru dan sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat, misalnya dengan mengadakan
pembagian alenia-alenia pungtuasi, huruf besar dan kecil sehingga teks tampak mudah dipahami oleh pembaca modern.
C. Sumber Data dan Data a. Sumber Data
Sumber data adalah objek dari mana data diperoleh yang menjadi dasar pengambilan atau tempat untuk memperoleh data yang diperlukan. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah hikayat yang berjudul Hikayat Hang Tuah yang dalam penggunaan bahasa menggunakan bahasa Melayu.
b. Data
Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterangan atau bahan nyata berupa kata, kalimat, ungkapan yang mengandung nilai-niai Islam yang dapat dijadikan kajian (analisis atau kesimpulan).
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan dalam mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca dan pencatatan.
1. Teknik Baca
Teknik baca dilakukan dengan cara membaca literatur dan sumber data yaitu Hikayat Hang Tuah.
2. Teknik Pencatatan
Teknik pencatatan dilakukan dengan cara mencatat semua suntingan teks ke dalam aparat kritik, kemudian memberi penjelasan tentang alasan penggunaan tanda-tanda tersebut.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan teknik analisis filologi dan analisis isi.
Objek penelitian ini adalah Hikayat Hang Tuah karena baru ditemukan satu naskah maka teknik analisis filologinya adalah melalui tahapan deskripsi naskah secara terperinci dan mentransliterasikan naskah dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia modern dan mengungkapkan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam Hikayat Hang Tuah.
Sebelum menganalisis penelitian ini, terlebih dahulu peneliti harus mengetahui teknik-teknik analisis data untuk memudahkan peneliti dalam penggarapan analisis. Adapun teknik-teknik analisis data dalam penelitian ini melalui empat tahap sebagai berikut, tahap pertama adalah deskripsi naskah.
Tahap ini merupakan langkah awal yang dilakukan peneliti sebagai pengetahuan awal tentang fisik naskah. Tahap kedua adalah tahap kedua adalah transliterasi dan suntingan teks. Tahap kedua ini merupakan tahap yang juga harus dilakukan peneliti, yakni mengubah bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia modern sesuai ejaan mutakhir sehingga memudahkan pembaca untuk membaca dan memahami isi naskah. Tahap ketiga yakni penyuntingan teks. Tahap keempat menyunting dengan menggunakan metode penyuntingan dalam penelitian ini adalah metode
penyuntingan naskah tunggal edisi standar. Edisi standar ialah penyuntingan dengan disertai pembetulan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakkonsistenan.
Ejaan yang digunakan ialah ejaan yang baku (standar). Kesalahan-kesalahan diberi komentar yang dicatat (Sudardi, 2003: 59-61).
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kajian filologi dan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam Hikayat Hang Tuah yang bermanfaat untuk masyarakat.
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Naskah
Setelah naskah didapat langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan naskah. Deskripsi naskah dalam penelitian ini meliputi judul naskah, nomor naskah, tempat penyimpanan naskah, keadaan naskah, bahasa naskah, dan catatan lain.
a. Judul Naskah
Judul naskah ini tidak terdapat di dalam teks, sehingga penulis menuliskan judul hikayat sesuai dengan apa yang tercantum di dalam katalog yaitu Hikayat Hang Tuah.
b. Nomor Naskah
Naskah yang dijadikan dalam penelitian yaitu naskah Hikayat Hang Tuah yang bernomor 899,283 SCH h yang terdaftar dalam Perpustakaan Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Prpinsi Sulawesi selatan (BPAD).
c. Tempat Penyimpanan Naskah
39
Naskah ini merupakan salah satu dari naskah Melayu yang tersimpan di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, jalan Sultan Aluddin.
d. Keadaan Naskah
Keadaan fisik naskah pada umumnya masih utuh,artinya tidak terdapat lembaran-lembaran naskah yang hilang,tulisan masih jelas.Jilidan baik telah diperbaharui,sampul kertas marmer warna merah.
e. Bahasa Naskah
Bahasa yang digunakan dalam naskah Hikyat Hang Tuah adalah bahasa Indonesia yang bercampur bahasa melayu.
f. Jumlah Halaman naskah
Tebal naskah seluruhnya, pada hikayat hang tuah I 285 halaman.
g. Pengarang atau penyalin
Identitas pengarang atau penyalin hikayat ini tidak dapat diketahui secara pasti.Dalam Hikayat Hang Tuah tidak terdapat keterangan yang menjelaskan tentang hal tersebut.
2. Suntingan Teks
Salah satu hasil kerja penelitian filologi adalah menyajikan suntingan teks.
Suntingan teks adalah teks yang telah mengalami pembetulan-pembetulan dan perubahan-perubahan, sehingga bersih dari segala kekeliruan (Darusuprapta, 1984: 5).
Suntingan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah suntingan edisi standar. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat dapat membaca hikayat Hang Tuah dengan mudah.
Penyuntingan naskah tunggal pada penelitian ini menggunakan metode edisi standar. Penggarapan naskah dengan metode naskah tunggal edisi standar adalah suatu usaha perbaikan dan meluruskan teks sehingga terhindar dari berbagai kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan yang timbul ketika proses penulisan.
Adapun kata dalam kutipan hikayat hang tuah, terdapat berbagai kesalahan yang tidak sesuai dengan penulisan yang telah disesuaikan,maka dengan metode edisi standar suatu usaha perbaikan dan meluruskan teks sehingga terhindar dari berbagai kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan yang timbul ketika proses penulisan,ada beberapa data disunting sebagai berikut :
1. Maka kata Hang Mahmud pada istrinya yang bernama Dang Merdu Wati,
“Tuan, baiklah kira pergi ke Bintan, supaya mudah kita mencahari makan lagi negeri besar ; baiklah kita pergi tiga beranak”. Dalam kutipan tersebut terdapat kata mencahari maka kata tersebut disunting menjadi mencari. (Hikayat Hang Tuah : 22)
2. Maka ia berbuat rumah hampir kampung paduka raja.maka Hang Mahmud pun berkedai menjual makan-makanan. Dalam kutipan tersebut kata berbuat disunting menjadi membuat. (Hikayat Hang Tuah : 22)
3. Maka umurnya datanglah sepuluh tahun dalam kutipan tersebut terdapat kata
“datanglah” yang tidak sesuai dengan kalimat maka disunting menjadi
“beranjak” (Hikayat Hang Tuah : 22)
4. Maka kata Hang Tuah seraya tersenyum, kutipan tersebut terdapat kata seraya penggunaan kata seraya tidak dikenal kebanyakan orang oleh karena itu disunting menjadi sambil karena dalam bahasa Indonesia kata seraya berarti sambil.(Hikayat Hang Tuah : 24)
5. “karena ia hendak mendengar khabar orang yang sahaya tangkap sepuluh orang itu.” Penggunaan kata khabar yang salah sehingga disunting menjadi kabar (Hikayat Hang Tuah : 26)
6. “Karena khabar ini terlalu nyata”, Penggunaan kata khabar yang salah sehingga disunting menjadi kabar (Hikayat Hang Tuah : 27)
7. “Maka sabda bendahara”, kalimat tersebut menggunakan bahasa yang kurang dipahami sehingga disunting menjadi maka kata bendahara (Hikayat Hang Tuah : 22)
8. “Telalu sangat” orang merompak dan melanggar ke tanah Pelembang;Palembang itu sudah takluk ke bukit seguntang, dan kerajaan di bukit seguntang itu kerajaan tuan kita” penggunaan kata terlalu sangat yang kurang tepat sebaiknya disunting sangat terlalu ( Hikayat Hang Tuah : 28) 9. “Maka sabda bendahara,” Apa khabar itu” Penggunaan kata khabar yang
salah sehingga disunting menjadi kabar ( Hikayat Hang Tuah : 28)
10. Maka kata penghulu dengan tersenyum, “Sahaya kenal budak-budak itu, kemarin ia duduk di rumah ibu-bapanya itu. Penggunaan kata budak-budak dalam kutipan ini maksudnya orang-orang. ( Hikayat Hang Tuah : 28)
11. Hatta maka Hang Tuah pun duduk berkata-kata dengan Hang Kesturi dan segala sahabatnya, “Hai saudara keempat, marilah kita pergi berguru.
Penggunaan kata hatta pada kutipan ini dapat diartikan sebagai suatu hari. ( Hikayat Hang Tuah : 28)
12. Telah sudah Adi putera berkata-kata demikian itu,maka katanya “ marilah cucuku kita kembali ke tempatku” dalam kutipan ini terdapat kata telah sudah yang kurang tepat dan disunting menjadi setelah. ( Hikayat Hang Tuah : 30) 13. Setelah baginda melihat bendahara datang, maka titah baginda, marilah
mamanda bendahara.Adapun beroleh khabar yang kita kehendaki itu? dalam kutipan tersebut terdapat kata beroleh khabar yang tidak sesuai sebaiknya disunting dengan memperoleh kabar.(Hikayat Hang Tuah :31)
14. “maka sahut hang tuah,”disninilah tempat sahaya”, dalam kutipan tersebut terdapat kata sahaya yang kurang dimengerti yang artinya hamba. ( Hikayat Hang Tuah : 29)
15. Maka titah baginda, penggunaan kata titah yang kurang dipahami yang artinya titah adalah kata atau ucapan ( Hikayat Hang Tuah : 37)
16. “Maka sabda bendahara,jika ia datang, jangan tiada bawa kemari, kita hendak mendengar khabar,” dalam kutipan tersebut terdapat kalimat yang kurang tepat sehingga diubah menjadi Maka sabda bendahara”jika ia datang, jangan sampai tidak dibawa kemari, kita hendak mendengar kabar. ( Hikayat Hang Tuah : 32)
17. “Maka sembah hang mahmud”baiklah tuanku, ke manatah saya bertahankan diri hamba,jika tiada ke bawah kadam datuk?. Dalam kutipan tersebut menggunakan kata bahasa melayu “manatah” yang sebaiknya disunting manakah. ( Hikayat Hang Tuah : 32)
18. “Maka kata bininya,”apa pekerjaan maka di panggil oleh datuk bendahara tadi?, Dalam kutipan tersebut menggunakan kata bini yang sebaiknya disunting menggunakan kata istri. ( Hikayat Hang Tuah : 32)
19. “Maka hang mahmud dua laki istri pun terlalu sukacita hatinya akan anaknya itu,maka duduklah ia menantikan anaknya datang.” Dalam kutipan tersebut terdapat kata laki istri yang sebaiknya menggunakan suami istri. ( Hikayat Hang Tuah : 32)
20. “Apatah dikatakan orang mengamuk sekian ini,bukan negeri tiada berhulubalang dan penggawa akan mengembari,di sana juga ia mati di bunuh orang. Dalam kutipan tersebut terdapat kata Apatah menggunakan bahasa melayu yang kurang dimengerti kalimatnya sebaiknya disunting menggunakan kata Apakah. ( Hikayat Hang Tuah : 32)
21. “Hatta maka orang mengamuk empat orang itu pun datanglah dengan keris bertelanjang berlari-lari. Dalam kutipan tersebut terdapat penggunaan bahasa melayu yang kurang dipahami kata Hatta diartiakan dengan Suatu hari datanglah empat orang mengamuk berlari-lari dengan keris bertelanjang.(Hikayat Hang Tuah : 34)
22. “Maka kata bendahara, “Manatah bapak budak-budak empat orang ini?
Dalam kutipan tersebut terdapat kata tanya Manatah yang menggunakan bahasa melayu yang kurang dimengerti sebaiknya manakah yang lebih tepat menunjukkan kata tanya.( Hikayat Hang Tuah : 37)
23. “Maka tiada diberi masuk, Dalam kutipan tersebut kurang tepat sebaiknya disunting tidak diberi masuk.
24. “Maka bendahara pun memberi persalinan akan bapa budak-budak kelima orang itu. Dalam kutipan tersebut terdapat kata bapa penulisan kata bapa yang kurang tepat dalam kaida bahasa indonesia seharusnya disunting menjadi bapak yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. (Hikayat Hang Tuah :
36)
25. “Maka kata hang tuah kelimanya pun sujud pada kaki istri bendahara itu, seraya berkata,akan sahaya datuk ini hamba yang hina. Dalam kutipan tersebut terdapat kata yang menggunakan bahasa melayu seperti seraya dan sahaya yang dalam artinya seraya adalah sambil dan sahaya adalah hamba atau saya.( Hikayat Hang Tuah : 36)
26. Karena sahaya anak beranak sudah menjadi hamba pada kebawah tuanku laki istri. Dalam kutipan tersebut terdapat kata yang menggunakan bahasa melayu seperti sahaya yang dalam artinya sahaya adalah hamba atau saya, terdapat pula kata laki istri yang lebih tepatnya suami istri.( Hikayat Hang Tuah : 36) 27. Karena patik-patik itu pun ada dahsat sedikit daripada melihat orang
mengamuk itu,bukan seorang dua” Dalam kutipan tersebut terdapat kata dahsat yang lebih tepatnya dahsyat. (Hikayat Hang Tuah : 37)
28. Maka titah baginda,”makatah budak-budak yang lama itu dan siapa budak- budak itu? Dalam kutipan tersebut terdapat kata yang menggunakan bahasa melayu seperti kata titah yang dalam artinya adalah kata , terdapat pula kata manatah yang lebih tepatnya manakah yang menunjukkan kalimat tanya.(Hikayat Hang Tuah : 37)
29. Maka kesemuanya undur duduk di balai gentang. Dalam kutipan tersebut terdapat kata undur dalam penulisan yang tepat yang sesuai dengan kalimatnya adalam mundur.(Hikayat Hang Tuah : 38)
30. “hai anakku,dua tiga kali yang dipertuan bertanyakan khabar orang mengamuk itu. Dalam kutipan tersebut Penggunaan kata khabar yang salah sehingga seharusnya menjadi kabar (Hikayat Hang Tuah : 38)
31. Maka segala mereka itu pun kemalu-maluan. Dalam kutipan tersebut terdapat kata kemalua-maluan yang kurang tepat seharusnya malu-malu. (Hikayat Hang Tuah: 39)
32. Mereka itupun kesipu-sipuan malu. Dalam kutipan tersebut terdapat kata kesipu-sipuan malu yang lebih tepatnya tersipu mau. (Hikayat Hang Tuah:
39)
33. Setelah sampai ke rumahnya,maka kata bendahara,”banyaklah anakku peroleh perburuan?” Dalam kutipan tersebut terdapat kata kata tanya banyakah yang kurang tepat yang seharusnya banyakkah yang lebih tepat menunjukkan kata tanya. (Hikayat Hang Tuah: 39)
34. Apatah lagi daya kita,hendaklah peliharakan nama itu dan nama orang tua-
tua kita. Dalam kutipan tersebut terdapat kata Apatah yang kurang tepat dengan isi kalimatnya sebaiknya Apalah.( Hikayat Hang Tuah : 42)
35. Apatah gunanya kita kerjaan di bintan ini.( Hikayat Hang Tuah : 43)
36. Pulanglah tuan-tuan sekaliannya,berhadirlah tujuh hari lagi. Dalam kutipan tersebut terdapat kata berhadirlah yang penggunaannya kurang tepat,sebaiknya hadirlah. ( Hikayat Hang Tuah : 43)
37. “Telah sudah Adi putera berkata-kata demikian itu, Dalam Kutipan tersebut terdapat kata telah sudah yang seharusnya kata sudah dihilangkan saja. ( Hikayat Hang Tuah : 31)
38. “Maka Hang Tuah, Hang jebat, Hang Kesturi, Hang lekir dan lekiu pun diajarkan berbagai-bagai ilmu” Dalam kutipat tersebut kata berbagai-bagai pemborosan kata sebaiknya berbagi saja.( Hikayat Hang Tuah : 30)
39. Anginpun sengat bertiup terlalau keras. Penggunaan kata keras sebaiknya diganti dengan kata kencang yang lebih tepat dengan kalimat tersebut(
Hikayat Hang Tuah: 45)
3. Nilai-nilai Islam yang terkandung dalam Hikayat Hang Tuah
Pedoman hidup Islam manusia adalah seperangkat nilai dan norma Islami yang bersumber pada Al-Quran dan sunnah untuk menjadi pola bagi tingkah laku manusia dalam menjalani kehidupan, tercermin kehidupan Islami menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
1. Komposisi Nilai-nilai Islam a. Taat Perinatah Allah
Nilai Islam merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya. Berbicara tentang hubungan manusia dan Tuhan tidak lepas dari pembahasan Agama. Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia,agama dapat pula bertindak