• Tidak ada hasil yang ditemukan

LESSON PLAN PENDAHULUAN AWAL MULA TERCIPTANYA API TEKNIK AWAL PENEMUAN API API DAN TINGKAT PERADABAN MANUSIA API DI AWAL PERADABAN MANUSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LESSON PLAN PENDAHULUAN AWAL MULA TERCIPTANYA API TEKNIK AWAL PENEMUAN API API DAN TINGKAT PERADABAN MANUSIA API DI AWAL PERADABAN MANUSIA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LESSON PLAN

Satuan Pendidikan : SMK N 1 Jamblang Kelas/Semester : X / I

Mata Pelajaran : Sejarah

Tema : Nilai-nilai Budaya Pra aksara Masyarakat Indonesia

Sub tema : Proses terciptanya api dan manfaatnya dalam kehidupan manusia sejak zaman pra aksara sampai kini

Pertemuan ke- : 8

Alokasi Waktu : 2 X 45 menit

TUJUAN PEMBELAJARAN

Selama kegiatan pembelajaran, siswa mampu :

1. Menyadari bahwa api merupakan hasil kebudayaan masyarakat pra aksara yang diperoleh dari alam ciptaan Tuhan YME dengan penuh keimanan.

2. Menganalisis proses penemuan api oleh manusia pra aksara melalui pengamatan dengan teliti.

3. Menjelaskan secara rinci berbagai manfaat api bagi manusia zaman pra aksara dan kontribusinya bagi kehidupan masyarakat modern melalui diskusi dengan penuh percaya diri.

4. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh api yang bisa merugikan manusia.

PETA KONSEP

PENDAHULUAN AWAL MULA TERCIPTANYA API

API DAN TINGKAT PERADABAN MANUSIA

KEGUNAAN API PADA MASA PRAAKSARA

API DI AWAL PERADABAN MANUSIA

KEGUNAAN API PADA MASA

MODERN

KERUSAKAN AKIBAT API

TEKNIK AWAL PENEMUAN API

(2)

Pendekatan : Scientific

Model : Co-operative learning.

Metode : Think Pair and Share KEGIATAN PEMBELAJARAN

KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI

WAKTU Pendahulu

an

 Guru memberikan salam

 Guru mempersilahkan Ketua Kelas untuk menyiapkan teman-temannya dan memimpin do’a bersama sebelum memulai pembelajaran.

 Guru mengecek kehadiran siswa

 Guru memotivasi siswa dengan mengajak siswa menyanyikan lagu perjuangan, Halo-halo Bandung

 Guru menyinggung materi sebelumnya dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan yang terkait dengan hasil-hasil kebudayaan pada masa pra aksara.

 Guru menegaskan tentang topik dan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.

10 menit

Inti 1. Mengamati :

 Guru menayangkan gambar perapian di sebuah rumah.

2. Menanya :

 Guru memancing siswa untuk berfikir dan menanyakan hasil pengamatannya mengenai gambar tersebut dan kegunaannya bagi kehidupan manusia .

3. Menalar :

 Bersama pasangannya siswa dipersilahkan mengkaji referensi dari buku sejarah pegangannya serta mendiskusikan bersama materi dari guru tentang proses awal penemuan api pada masa praaksara, serta manfaat dan kerugian yang dapat ditimbulkannya sampai saat ini.

4. Mencoba :

 Siswa mendiskusikan hasil kajiannya tentang teori-teori yang

mendukung asal muasal ditemukannya api, kemudian membuat tulisan tentang pengalaman unik yang mereka pernah alami tentang api dalam bentuk bookraport.

5. Jejaring :

 Guru bertanya pada setiap kelompok mengenai laporan hasil mengkaji referensi yang sudah didiskusikan dengan pasangannya, dan

menambahkan materi yang belum terungkap oleh para siswa dengan menampilkan penjelasan secara keseluruhan.

60 menit

Penutup  Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi mengenai sejarah penemuan api serta manfaat dan kerugian yang dapat ditimbulkannya sampai zaman modern

 Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

 Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran

 Siswa mengumpulkan tugas kelompok dalam bentuk book raport.

Mengucapkan salam

20 menit

Mengetahui, Cirebon, Juni 2022

Kepala SMKN 1 Jamblang, Guru Mapel,

CHRISTANA, S.ST.Par,M.M T. Sy. SORAYA TARTILA, SE, M.Pd

NIP. 19731108 199503 1 001 NIP. 19770129 200604 2 009

(3)

Lampiran-lampiran Assessment PENILAIAN HASIL BELAJAR

Penilaian Sikap (boleh salah satu)

MATA PELAJARAN : ………..

TOPIK : ………..

TANGGAL PELAKSANAAN : ………..

Bubuhkan tanda √pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No Nama Siswa

Sikap

NILAI SIKAP

(ANGKA)

Aktif Bekerjasama Toleran KET KB B SB KB B SB KB B SB

1

2

Keterangan:

KB : Kurang baik (60 <KB< 75) B : Baik (75 ≤ B< 90) SB : Sangat baik (90 ≤ SB ≤ 100)

HASIL PENGAMATAN SIKAP SISWA KESELURUHAN AKTIF :

BEKERJASAMA : TOLERANSI :

No

. Nama

Siswa Perilaku Nilai Ket

Jujur Berinisiatif Perhatian Komitmen Tugas Jumlah Skor 1 Ruri

2. Tono

Kriteria Penskoran Kriteria Penilaian

1. Baik Sekali 4 12 – 16 A

2. Baik 3 8 – 11 B

3. Cukup 2 4 – 7 C

4. Kurang 1 ≤ 3 D

Penilaian Pengetahuan

a. Tes, Uraian (terlampir)

1. Sebutkan nilai-nilai apa saja yang bisa dilihat dari keberadaan api sebagai hasil kebudayaan masyarakat sejak zaman praaksara!

2. Jelaskan proses awal penemuan api bagi manusia zaman praaksara!

3. Untuk apa api bagi kehidupan manusia praaksara?

4. Manfaat apa saja yang bisa kita rasakan dari api terhadap kehidupan kita saat ini?

5. Bagaimana cara menghindari kerusakan yang bisa ditimbulkan akibat kekuatan yang ditimbulkan oleh api?

(4)

b. Non Tes

FORMAT PENILAIAN BOOK RAPORT

Membuat book raport tentang proses awal penemuan api pada masa pra aksara, serta manfaat dan kerugian yang dapat ditimbulkannya sampai saat ini

Indikator Skor (60 -100)

Mendeskripsikan proses terciptanya api pada masa pra aksara dan manfaat serta kerugian yang ditimbulkannya

Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif

Struktur/logika penulisan disusun dengan jelas sesuai metode yang dipakai

Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan JUMLAH SKOR

Nilai = jumlah skor yang diperoleh X100 Skor maksimal (400)

Kriteria Nilai :

80 – 100 = A --Baik sekali 70 - 79 = B -- Baik 60 - 69 = C – Cukup

< 60 = D -- Kurang

Format Penilaian Autentik (yang bisa dipilih pada saat proses belajar berlangsung, catatan untuk nilai keterampilan)

1. Lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir) RUBRIK KEGIATAN DISKUSI No. Nama

Siswa

A s p e k P e n g a m a t a n

Jumlah

Skor Nilai Ket Kerja

sama

Mengkomunika

sikan pendapat Toleransi Keaktifan Menghargai pendapat teman

2. Lembar pengamatan presentasi (terlampir).

RUBRIK PENILAIAN PRESENTASI No Nama Siswa

A s p e k P e n i l a i a n Jumlah

Skor Nilai Ket Komunikasi Sistematika

penyampaian Wawasan Keberanian Gesture dan penampilan

Keterangan Skor :

Masing-masing kolom diisi dengan kriteria 4 = Baik Sekali

3 = Baik

2 = Cukup

1 = Kurang

Kriteria Nilai

A = 80 – 100 : Baik Sekali B = 70 – 79 : Baik C = 60 – 69 : Cukup D = ‹ 60 : Kurang

∑ Skor perolehan

Nilai = X 100 Skor Maksimal (20)

(5)

Modul Belajar SEJARAH API

I. PENDAHULUAN

Perapian

Salah satu cara paling awal untuk menghangatkan rumah, perapian menjadi populer hingga hari ini.

Perapian zaman kuno pada umumnya bagian tengahnya berlubang galian kecil dalam rumah juga bertindak sebagai cerobong, sumber cahaya, dan perlindungan dari binatang buas. Perapian modern pada umumnya perapian batu terbuka, kadang-kadang lebih dihargai untuk penampilan mereka dibanding kapasitas pemanasan nyata. Tanpa disadari perapian dianggap sebagai alat pemanasan yang ideal semata sebab mereka menyebarkan panas secara langsung, sehingga ruangan mengalami perbedaan tidak panas.

Corbis

II. AWAL MULA PENGGUNAAN API

Awal penggunaan api oleh manusia mungkin telah terjadi sejak dulu 1,4 juta tahun yang lalu. Bukti ini ditemukan di Kenya- sebuah gundukan tanah dari tanah liat yang terbakar dekat tulang binatang dan perkakas batu kasar,menandakan kemungkinan adanya suatu perkampungan manusia. Bagaimanapun, api ini sudah bisa dihasilkan dari alam. Homo Erectus, satu jenis manusia hidup sekitar 1,8 juta sampai 30,000 tahun yang lalu, adalah yang pertama yang secara reguler menggunakan api. Bukti adanya api cenderung terlihat secara terus-menerus oleh banyak generasi dari Homo erectus, sekitar 460,000 tahun yang lalu, telah ditemukan di negeri China.

(6)

Sementara itu, di Indonesia sendiri ditemukan 3 jenis manusia purba, yaitu : Meganthropus (Von Koenigswald, desa Sangiran di lembah Bengawan Solo), Pithecantropus Erectus (Eugene Dubois, Trinil Jawa Timur), Homo (Von Koenigswald dkk, di berbagai tempat di pulau Jawa). http://www.kompas.com

Baru-baru ini,tahun 2020 lalu telah ditemukan fosil Homo Erectus tertua Indonesia di daerah Bumiayu Jawa Tengah setelah temuan sebelumnya di daerah Sangiran.

http://www.goodnewsfromindonesia.id

Para ilmuwan juga telah menemukan bukti tentang perapian yang bertanggal sebanyak 400,000 tahun di beberapa Negara di berbagai bagian belahan dunia termasuk di Indonesia.

Homo Erectus adalah jenis manusia yang pertama meninggalkan daerah katulistiwa Afrika dalam jumlah besar dan menyebar ke benua lain. Banyak ilmuwan percaya bahwa penggunaan api memungkinkan Homoseksual erectus untuk menyesuaikan diri ke lingkungan baru dengan menyediakan cahaya, panas, dan perlindungan dari binatang berbahaya. Api memiliki kemungkinan membantu perkembangan perilaku sosial dengan membawa manusia pada masa awal bersama-sama ke dalam suatu area kecil. Api juga telah mempererat kerjasama kelompok sebagai kumpulan keluarga di sekitar suatu api untuk melindungi yang muda. Homo Erectus mungkin telah menggunakan api untuk memasak makanan.

Penggunaan api menjadi tersebar luas ke seluruh Asia dan Afrika kira-kira 100,000 tahun yang lalu. Selama waktu ini yang menurut anatomi manusia modern, homo Sapiens, telah terjadi peningkatkan dan hidup di sepanjang keluarga dekat mereka, Neandertals (homo Neanderthalensis). Terindikasi telah ditemukannya perapian di Israel dalam Neandertal sejak hari 60,000 tahun yang lalu. Neandertals hilang lenyap sekitar 28.000 tahun yang lalu

III. TEKNIK AWAL PENEMUAN API

Memproduksi Api

Orang sudah menggunakan berbagai perkakas dan metoda untuk membuat api. Sedangkan hasil metoda

memanaskan melalui friksi, sementara sebagian yang lain

menghasilkan percikan. Percikan atau panas membakar suatu unsur yang sangat mudah terbakar, seperti kayu yang menyalakan. Orang yang kemudian menggunakan api untuk menghasilkan api yang lebih substansiil

(7)

Dua tongkat

Salah satu cara yang paling tua dari metoda pembuatan api yaitu dengan menjiplakan dua tongkat bersama-sama.

Jiplakan itu menciptakan friksi antara daerahnya, dan menghasilkan panas. Panas ini yang menyebabkan kayu kayu untuk menyala.

Metoda ini sering kali memerlukan banyak waktu dan banyak energi.

Bor Tangan

Bor tangan bor adalah suatu metoda yang lebih efisien dari jiplakan dua potongan kayu bersama sama. Dengan cepat

memutar suatu tongkat kayu melawan terhadap potongan kayu yang lain dapat

menghasilkan cukup friksi dan panas menjadikan kayu menyala.

Bor Haluan /busur

Sebagai orang yang

mengembangkan perkakas,

mereka beradaptasi dengan sebagian dari perkakas ini, seperti

haluan/busur dan bor untuk

membuat.api.

Menarik haluan/busur bolak balik memutar tongkat dengan cepat melawan potongan kayu, akan

menghasilkan sejumlah besar friksi. Friksi antara tongkat dan potongan kayu dapat memanaskan kayu sampai menyala.

Bor Busur Canggih

Bor busur canggih menghasilkan lebih banyak friksi dibanding bor busur dengan menekan tongkat yang kayu.

Pembuatannya mendorong dengan lebih kuat melawan

potongan kayu yang lain.

Gerakkan bor mondar-mandir menciptakan panas geseran antara tongkat dan potongan kayu, yang dapat menyalakan kayu.

Membentur batu api

\geretan

Metoda lain pada permulaan zaman kuno yaitu membentur batu api\geretan untuk

menghasilkan percikan.

Kemudian, orang juga

menggunakan batu api\geretan dan metal untuk menghasilkan percikan.

Percikan dapat menyalakan sumbu untuk mulai membuat api. Sumbu pada umumnya terdiri dari unsur yang mudah terbakar seperti kayu atau tatal metal.

Suryakanta/

kaca pembesar

Orang

menggunakan suryakanta/kaca pembesar dan cahaya matahari untuk

menyalakan api sejak penemuan lensa beberapa ribu tahun yang lalu. Suryakanta/

kaca pembesar memusatkan cahaya matahari diatas sumbu, dan energi dari cahaya matahari akan

memanaskan sumbu hingga menyala.

IV. API DAN TINGKAT PERADABAN MANUSIA

Ketika awal orang mulai untuk tinggal dalam komuninitas masyarakat yang lebih besar dan mengembangkan lebih banyak teknologi, api menjadi suatu bagian dari hidup mereka.

Api menjadi lebih penting bagi manusia saat ini, walaupun kehadirannya mungkin tersembunyi dalam tungku perapian dan tabung gas namun lebih sedikit nyata dibanding sebelumnya.

Kegunaan api pada masa praaksara

Beribu-ribu tahun yang lalu hunter-gatherers (orang yang hidup dari berburu dan mengumpulkan makanan liar) yang mengembangkan sejumlah penggunaan berharga dari api. Dengan api mereka bisa tinggal lebih nyaman setelah matahari terbenam, melindungi diri mereka dari binatang pemangsa, menghangatkan diri mereka, memasak, dan memperbaiki perkakas.

Orang mulai menggunakan api sebagai sumber cahaya dengan cara menyangkutkan kayu api untuk melakukan aktivitas mereka dalam gelap dan di dalam tempat tinggal mereka,

(8)

yang pada umumnya di gua alami. Dengan cepat mereka belajar untuk mencelupkan cabang ke dalam api untuk menjadi obor. Mereka menciptakan lampu kasar dengan pengisian/tambalan potongan batu yang dilubangi dengan lumut menyerap lemak atau minyak (suatu unsur memperoleh dari gemuk hewan).

Memasak dengan api, masyarakat pra aksara membuat daging binatang yang mereka bunuh dapat lebih dicerna dan enak. Mereka belajar untuk menyajikan daging dengan cara menyulutnya di atas api, sehingga mengurangi bahaya kelaparan. Dalam memasak juga memungkinkan mereka untuk menambahkan beberapa tumbuhan yang dapat dimakan sebagai persediaan makanan mereka.

Api memungkinkan orang untuk memperbaiki perkakas dan senjata. Dalam masa pra aksara, pemburu membuat tombak dari cabang pohon dengan membakar ujung dari cabang dan kemudian kikisan akhirnya ke dalam suatu titik. Mereka menggunakan api untuk meluruskan dan mengeraskan perkakas dibuat dari kayu hijau. Selanjutnya mereka dengan cepatnya mempelajari cara untuk mengendalikan api yang tersebar dengan memukul/meniupnya sampai alang alang pipa. Mereka kemudian menggunakan teknik ini untuk membakar cekungan di dalam batang kayu untuk menciptakan ayunan, mangkuk/pasu, dan perahu lesung.

Api di awal peradaban manusia

Manakala orang pra aksara mengembangkan kemampuan untuk menanam tanaman panenan dan mengendarai binatang, mereka mulai untuk membentuk masyarakat permanen. Masyarakat ini menimbun surplus makanan, memungkinkan sebagian dari mereka menjadi montir trampil. Montir yang pertama menggunakan api untuk membuat barang tembikar dan batu bata. Pembuat barang tembikar yang pertama bekerja di sekitar 6500 SM di Mesopotamia, salah satu dari pusat peradaban yang paling awal, yang terletak di modern Iraq dan Syria dari timur. Mereka menempatkan kapal tanah liat mulai menyerang untuk mengeraskan dan tahan air. Dengan 3000 SM, orang Mesir membuat barang tembikar menggunakan api di dalam dapur kapur/tempat pengerinngan terbuat dari tanah liat, atau tungku, untuk membakar kue, batu bata disusun dengan suatu campuran jerami dan lumpur. Kemudian, pembuat barang tembikar di Babylonia dan Assyria, kalau dalam area sekarang dikenal sebagai Iraq, api digunakan di dapur kapur/tempat pengeringan batu untuk menciptakan temperatur tinggi yang memproduksi barang tembikar yang awet dan tahan lama.

Masyarakat zaman kuno mengembangkan peralatan yang menggunakan api untuk menyediakan cahaya. Pada 2000 SM mereka mulai menggunakan lilin yang terbuat dari benang yang dicelupkan dalam lemak hewan yang dikeringkan. Masyarakat Mesir dan Greeks memperkenalkan lampu minyak gantung, dengan mengisi kulit/kerang atau mengukir batu dengan minyak nabati yang menggunakan sumbu yang mengapung. Mereka kemudian mulai menggunakan barang tembikar atau hidangan/pinggan metal dengan satu cerek. Lampu menjadi sumber utama cahaya, dengan minyak tanah dan gas yang

(9)

kemudian digunakan sebagai bahan bakar, sampai pengembangan dari bohlam/gelembung elektris di abad 19th.

Api menjadi penting dalam pabrik logam, yang dikembangkan setelah 4000 SM. Pada waktu itu para pekerja Sumerian, yang melalui Babylonians, melelehkan bijih tembaga untuk senjata dan perkakas yang dituangan ke dalam suatu api di atas perapian yang terbuat dari tanah liat. Perapian berisi satu lubang untuk mengumpulkan, cairan metal panas. Kemudian, para pekerja melapisi perapian melubangi dengan batu, menciptakan tungku perapian yang pertama itu. Untuk meningkatkan panas, mereka menggunakan embusan untuk memasukkan udara ke dalam api dan mengembangkan ledakan tungku perapian yang pertama. Orang juga bisa menciptakan api yang lebih panas dengan pembakaran carbonized (secara parsial dibakar) dengan ranting dan tongkat. Mereka memproduksi arang, suatu bahan bakar ringkas, yang efisien, dengan pelan-pelan membakar kayu di dalam suatu tungku dengan sedikit udara.

Sejarah tentang penggunaan api dalam kehidupan masyarakat menemui berbagai kesulitan yang dihadapi dalam pengendalian api. Awalnya kota besar yang dibinasakan oleh api pada zaman kuno, kota Troy, yang terletak di Kalkun sekarang ini, dibinasakan beberapa kali oleh api, mungkin kaitannya dengan peperangan, ataupun kecelakaan. Salah satu kerugian terbesar dunia disebabkan oleh api di perpustakaan agung Alexandria, Mesir, pada 48 SM. Api ini membinasakan koleksi dunia terlengkap tentang tulisan bangsa Roma dan Yunani kuno.

Kegunaan api pada masa modern

Api berlanjut menjadi suatu kebutuhan mendasar, unsur paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Berbagai peralatan rumah yang menggunakan metana (gas), sejenis metan, atau minyak bergantung pada api beroperasi. Peralatan ini meliputi kompor gas (tetapi tidak secara elektris mengoperasikan), alat pemanas air, ketel uap, tungku perapian, alat pengering pakaian, melobangi, dan tungku. Banyak orang menggunakan kayu atau, kadang-kadang, batubara di perapian atau membuat lobang untuk melengkapi sistem pemanasan yang utama di dalam rumah mereka. Di desa, orang menghancurkan daun-daun dan sikat dengan membakarnya. Mereka juga membuat api di luar untuk memasak makanan dalam pesta daging panggang dan di perkemahan api unggun. Saat ini, banyak orang terasa menikmati perkemahan api unggun itu, cerita yang penuh kehangatan, sama halnya dengan orang ribuan tahun yang lalu.

Industri manufaktur menggunakan api untuk membuat produk dan membuang limbah.

Pabrik-pabrik menggunakan pemanas dan mengeringkan peralatannya yang sama dengan peralatan rumah tangga, tetapi dalam katagori yang lebih besar. Industri besar tempat pembakaran menghancurkan sampah rumah tangga, medis, dan barang sisa industri. Api dapat mengamankan barang sisa beracun saat membakarnya di dalam tempat pembakaran khusus. Barang sisa ini sering tidak bisa dibinasakan dengan cara lain. Api juga memanaskan ketel uap besar untuk menghasilkan uap air, yang kemudian menghasilkan kekuatan turbin yang besar. Turbin ini menghasilkan listrik yang

(10)

menyediakan kekuatan dan panas ke rumah dan industri. Pembangkit tenaga listrik besar bisa menghasilkan listrik yang menggunakan bahan bakar seperti batubara, gas, dan bahkan sampah atau kayu untuk menciptakan api.

Di beberapa belahan dunia, orang menggunakan api untuk menyiapkan lahan untuk tanaman pertaniann. Petani di negara maju dapat membakar material tumbuhan setelah panen untuk membersihkan bidang dan kesuburan lahan itu. Petani kecil di daerah tropis kadang-kadang praktek potong dan bakar lahan pertanian, di mana pohon dantumbuhan liar dibakar untuk membersihkan daratan untuk penanaman kembali dan memperkaya nutrisi lahan tropis dengan cepat. Dalam dekade terakhir penerapan potong dan bakar lahan pertanian yang tersebar luas telah menyebabkan kerusakan pada hutan-hujan dunia.

Orang menggunakan api sebagai senjata dalam peperangan. Angkatan perang menggunakan napalm, suatu unsur yang sangat mudah terbakar, untuk menyebar api. Api dapat secara langsung membunuh tentara musuh atau menghancurkan daun-daunan, membuat tentara musuh lebih mudah untuk temukan.

V. KERUSAKAN AKIBAT API

Praktek Rumah Api

Api memerlukan panas, oksigen, dan bahan bakar untuk menyala dan menyebar. Di sini, anggota pemadam api praktek memadamkan api suatu rumah. Sementara api merupakan suatu yang bagian penting dalam kehidupan kita untuk kehangatan, memasak, dan proses industri tertentu jika tidak terkendali bisa menjadi suatu kekuatan yang bersifat merusak.

Vince Streano/Corbis

(11)

Referensi literasi :

Conway, W. Fred. Firefighting Lore: Strange but True Stories from Firefighting History. Fire Buff House, 1994. Account of famous fires in history, including the great Chicago fire of 1871.

Pyne, Stephen J. World Fire: The Culture of Fire on Earth. Holt, 1995. Reprint, University of Washington Press, 1997. A scientific and cultural history of fire.

Gunawan,Restu, etc. Sejarah Indonesia.2016. kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Referensi

Dokumen terkait

Siswa aktif, kreatif, mau berfikir, konsentrasi, mampu menjawab soal, dan bertanggung jawab.. Dari penemuan metode rolling question ini penulis dapat membuat kajian teori

Taman Teras Cikapundung dan Taman Lansia merupakan dua dari beberapa taman di Kota Bandung yang terdapat perilaku vandalisme, di lokasi tersebut dapat

107 Instrumennya adalah izin lingkungan sebagaimana ditetapkan Pasal 36 Undang-undang Nomor 32 gtahun 2009 dan dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang izin

Pedoman Pembuatan Tanaman Rehabilitasi Hutan Mangrove bertujuan untuk memberikan panduan kepada pelaksana di lapangan, agar kegiatan pembuatan tanaman rehabilitasi hutan

[r]

Tetapi belajar dari pengalaman di negara lain, seperti di China, India, Brazil, Malaysia dan Vietnam, bahwa SEZ faktanya ditemukan efek negatip bagi pekerja/buruh

Angka Pori () dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori () dengan volume butiran padat () dalam tanah tersebut yang dinyatakan dalam satuan

Dari pernyataan tersebut berarti bahwa Ho diterima Ha ditolak, sehingga hipotesis III yang menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh pemberian intervensi long axis