Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas kehendak-Nya Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Lhokseumawe (RPJM 2017-2022) dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. KLHS adalah proses formal yang menyeluruh dan sistematis, sebagai pelaksanaan amanat dari UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP No.
46/2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS. Ia juga merupakan instrumen untuk memastikan bahwa berbagai potensi dampak/risiko dari serangkaian kebijakan/rencana/program pembangunan terhadap lingkungan hidup dan prinsip- prinsip pembangunan berkelanjutan telah diperhitungkan dan dielaborasi jauh lebih awal dalam proses-proses pembuatan keputusan, bersamaan dengan berbagai pertimbangan aspek sosial, ekonomi dan politik. Dengan implementasi KLHS terhadap Ranwal RPJM, selain mengikuti peraturan dan perundangan pemerintah, juga diharapkan akan membantu terwujud pembangunan berkelanjutan di Kota Lhokseumawe.
Dengan selesainya implementasi KLHS terhadap RPJM ini, diharapkan dokumen RPJM memiliki kekuatan dari sisi substansi dalam mewujudkan prinsip pembangunan berkelanjutan yang menempatkan aspek sosial-ekonomi dan lingkungan secara berimbang. Selain itu juga menunjukkan bahwa keterlibatan pemangku kepentingan, utamanya non pemerintah, menjadi bagian penting dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa penyusunan RPJM 2017-2022 memiliki akuntabilitas tinggi. Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa dokumen ini masih belum sempurna, sehingga masukan konstruktif dari para pihak sangat diharapkan.
Akhirnya diucapkan terima kasih kepada Kelompok Kerja Pengelolan Lingkungan (Pokja PL) KLHS RPJM 2017-2022 dan semua pihak yang telah berkontribusi aktif dalam penyelesaian dokumen ini.
Lhokseumawe, November 2017 KEPALA BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
MULYANTO, S. Sos NIP. 19630708 198708 1 001
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi BAB I PENDAHULUAN ... I-1 1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Tujuan KLHS ... I-2 1.3 Waktu Pelaksanaan KLHS ... I-3 1.4 Kendala Pelaksanaan KLHS ... I-4 BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN ... II-1 2. 1 Tata Letak, Fisiografi, Ekonomi Dan Sosial Budaya ... II-1 2.1.3 Ekonomi ... II-10 2.1.4 Keuangan Daerah ... II-16 2.1.5 Sosial ... II-43 2.2 Ringkasan RPJM ... II-44 2.2.1 Visi Misi ... II-45 2.2.2 Tujuan Sasaran ... II-48 2.2.3 Strategi dan Arah Kebijakan ... II-52 2.2.4 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah ... II-60 BAB III PROSES, LINGKUP KEGIATAN, METODE, DAN HASIL
PELAKSANAAN KLHS ... III-1 3.1 Tahap Persiapan ... III-2 3.2 Tahap Pra Pelingkupan ... III-6 3.2.1 Identifikasi Pemangku Kepentingan ... III-6 3.2.2 Identifikasi Isu Strategis ... III-7 3.3 Tahap Pelingkupan ... III-35 3.4 Tahap Identifikasi dan Analisis Data ... III-43 3.5 Tahap Pengkajian ... III-61 3.6 Tahap Perumusan Mitigasi/Adaptasi dan/atau Alternatif ... III-62 3.7 Tahap Rekomendasi ... III-70
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe iii BAB IV PENGINTEGRASIAN REKOMENDASI KLHS
KE DALAM RANCANGAN AWAL RPJM ... IV-1 4. 1 Maksud dan Tujuan ... IV-1 4.1.1 Umum ... IV-1 4.1.2 KLHS dan RPJMD Kota Lhokseumawe ... IV-2 4. 2 Proses Dan Mekanisme Pengintegrasian ... IV-7 BAB V HASIL PENGAWASAN MUTU ... V-1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT ... VI-1 6.1 Kesimpulan ... VI-1 6.2 Saran Tindak Lanjut ... VI-3
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Luas Lahan Menurut Ketinggian ... II-4 Tabel 2.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Lhokseumawe Tahun 2015 .. II-9 Tabel 2.3 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha dengan Migas & tanpa Migas
Kota Lhokseumawe 2012 s.d 2016 ... II-11 Tabel 2.4 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha dengan Migas & tanpa Migas
Kota Lhokseumawe Tahun 2012 s.d 2016 ... II-12 Tabel 2.5 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Asli Kota Lhokseumawe
Tahun 2012-2016 ... II-16 Tabel 2.6 Skala Interval Efektivitas Keuangan Daerah ... II-17 Tabel 2.7 Anggaran dan Realisasi Pajak Daerah Tahun 2012-2016 ... II-18 Tabel 2.8 Anggaran dan Realisasi Retribusi Daerah Tahun 2012-2016 ... II-19 Tabel 2.9 Anggaran dan Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang dipisahkan Tahun 2012-2016 ... II-19 Tabel 2.10 Anggaran dan Realisasi Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS)
Tahun 2012-2016 ... II-20 Tabel 2.11 Anggaran dan Realisasi Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Tahun 2012-2016 ... II-20 Tabel 2.12 Anggaran dan Realisasi Dana Perimbangan Tahun 2012-2016 ... II-21 Tabel 2.13 Anggaran dan Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
Kota Lhokseumawe Tahun 2012-2016 ... II-22 Tabel 2.14 Anggaran dan Realisasi Dana Alokasi Umum (DAU)
Tahun 2012-2016 ... II-23 Tabel 2.15 Anggaran dan Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK)
Tahun 2012-2016 ... II-24 Tabel 2.16 Anggaran dan Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Tahun 2012-2016 ... II-24 Tabel 2.17 Realisasi Belanja Kota Lhokseumawe Tahun 2012-2016 ... II-25 Tabel 2.18 Total Anggaran dan Realisasi Belanja Tidak Langsung Kota Lhokseumawe
Tahun 2012-2016 ... II-26 Tabel 2.19 Total Anggaran dan Realisasi Belanja Langsung Kota Lhokseumawe
Tahun 2012-2016 ... II-29 Tabel 2.20 Anggaran dan Realisasi Pembiayaan Kota Lhokseumawe
Tahun 2012-2016 ... II-31 Tabel 2.21 Anggaran dan Realisasi Penerimaan Pembiayaan Kota Lhokseumawe
Tahun 2012-2016 ... II-31
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe v Tabel 2.22 Anggaran dan Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Kota Lhokseumawe
Tahun 2012-2016 ... II-32 Tabel 2.23 Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kota Lhokseumawe
Tahun 2012-2016 ... II-34 Tabel 2.24 Balance Sheet Ratio Kota Lhokseumawe Tahun 2012-2016 ... II-36 Tabel 2.25 Proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota Lhokseumawe
Tahun 2018-2022 ... II-39 Tabel 2.26 Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai
Pembangunan Kota LhokseumaweTahun 2018-2022 ... II-41 Tabel 2.27 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah
Kota Lhokseumawe Tahun 2018-2022 ... II-43 Tabel 2.28 Hubungan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran ... II-48 Tabel 2.29 Strategi dan Arah Kebijakan Pemerintahan Kota Lhokseumawe
Tahun 2018-2022 ... II-53 Tabel 2.30 Program Pembangunan Daerah Kota Lhokseumawe 2018-2022 ... II-62 Tabel 3.1 Lingkup Kegiatan Pelaksanaan KLHS ... III-2 Tabel 3.2 Deskripsi Isu Karakter dan Identitas Kota Lhokseumawe ... III-10 Tabel 3.3 Deskripsi Isu Pencemaran Lingkungan ... III-12 Tabel 3.4 Deskripsi Isu Pengelolaan Sampah ... III-13 Tabel 3.5 Deskripsi Isu Tata Ruang ... III-16 Tabel 3.6 Penskoran Bidang Lingkungan ... III-19 Tabel 3.7 Deskripsi Isu Perikanan dan Pertanian ... III-21 Tabel 3.8 Penskoran Bidang Perikanan dan Pertanian ... III-23 Tabel 3.9 Deskripsi Isu Pengembangan Pariwisata ... III-24 Tabel 3.10 Penskoran Bidang Pengembangan Pariwisata ... III-26 Tabel 3.11 Deskripsi Isu Penurunan Kontribusi Sektor dalam PDRB ... III-27 Tabel 3.12 Penskoran Sektor PDRB ... III-29 Tabel 3.13 Deskripsi Isu Pendidikan ... III-30 Tabel 3.14 Penskoran Bidang Pendidikan ... III-32 Tabel 3.15 Deskripsi Isu Kesehatan Masyarakat ... III-33 Tabel 3.16 Penskoran Bidang Kesehatan Masyarakat ... III-34 Tabel 3.17 Penskoran Daftar Isu Panjang Masing-Masing Bidang ... III-37 Tabel 3.18 Perumusan Mitigasi Kelompok 2 ... III-63 Tabel 3.19 Perumusan Mitigasi Kelompok 3 ... III-66 Tabel 3.20 Deskripsi Pengaruh dan Mitigasi Dampak Indikasi Program ... III-70 Tabel 5.1 Instrumen Pengawasan Mutu Pelaksanaan KLHS Dalam
Penyusunan RPJMD ... V-2
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Peta Lokasi Kota Lhokseumawe ... II-1 Gambar 2.2. Letak Geografis Kota Lhokseumawe ... II-2 Gambar 2.3. Peta Kemiringan Lereng Kota Lhokseumawe ... II-3 Gambar 2.4. Peta Geologi Kota Lhokseumawe ... II-5 Gambar 2.5. Peta Hidrologi Kota Lhokseumawe ... II-5 Gambar 2.6. Klimatologi Kota Lhokseumawe Tahun 2012-2016 ... II-6 Gambar 2.7. Lokasi Waduk Penampungan Air ... II-7 Gambar 2.8. Lokasi Sungai Loskala ... II-8 Gambar 2.9. Peta Rawan Bencana Kota Lhokseumawe ... II-8 Gambar 2.10. Kepadatan Penduduk Kota Lhokseumawe ... II-9 Gambar 2.11. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Lhokseumawe Tahun 2012-2015 II-10 Gambar 2.12. Produk Domestik Regional Bruto Atas DasarHarga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha dengan Migas & tanpa Migas
Kota Lhokseumawe 2012 s.d 2016 ... II-12 Gambar 2.13. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha dengan Migas & tanpa Migas
Kota Lhokseumawe Tahun 2012 s.d 2016 ... II-13 Gambar 2.14. Perbandingan Laju Inflasi Kota Lhokseumawe dengan Kota Banda Aceh,
Provinsi Aceh dan Nasional Tahun 2012 s.d 2016 ... II-14 Gambar 2.15. Nilai PDRB Perkapita (Migas dan Non Migas) Kota Lhokseumawe
Tahun 2012 s.d 2016 ... II-15 Gambar 2.16. Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Asli Kota Lhokseumawe
Tahun 2012-2016 ... II-18 Gambar 2.17. Pertumbuhan Realisasi Dana Perimbangan Kota Lhokseumawe
Tahun 2012-2016 ... II-22 Gambar 2.18. Pertumbuhan Aset Lhokseumawe Tahun 2012-2016 ... II-35 Gambar 2.19. Kapasitas Riil Keuangan Daerah Tahun 2018-2022 ... II-42
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe I - 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pegelolaan Lingkungan Hidup mendefinisikan KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program”. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau program.
Kota Lhokseumawe saat ini sedang menyusun RPJM Kota Lhokseumawe 2017- 2022, menyusul dilantiknya Walikota dan Wakil Walikota yang baru terpilih. Karenanya, KLHS pun dilakukan dalam penyusunan RPJM. Kebijakan Rencana Program (KRP) dalam RPJM yang hendak dikaji oleh KLHS adalah visi dan misi, tujuan dan sasaran, strategi dan arah kebijakan, kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah daerah. Dimana KLHS merupakan bagian yang terpenting ataupun bagian yang tidak terpisahkan dari RPJM, dimana keterkaitan RPJM dengan KLHS harus terintegrasi.
Ketika penyusunan KLHS dilakukan berbarengan dengan penyusunan RPJM maka akan lebih mudah untuk mengintegrasikan hasil KLHS ke dalam dokumen RPJM.
Salah satu keunggulan dari KLHS yang dilaksanakan pada saat penyusunan RPJM, dibanding dilakukan pada saat evaluasi yaitu ketika dokumen RPJM telah selesai disusun, adalah kesempatan yang lebih besar untuk mengintegrasikan hasil KLHS ke dalam dokumen. Bagaimanapun, mengintegrasikan hasil kajian ke dalam dokumen yang sedang disusun akan jauh lebih mudah ketimbang melakukannya pada dokumen yang sudah selesai tersusun.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah (untuk selanjutnya disebut Permendagri 67 Tahun 2012), KLHS ini dilakukan dengan
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe I - 2 menggunakan tiga pilar pembangunan berkelanjutan yaitu lingkungan, sosial-budaya, dan ekonomi. Penggunaan tiga pilar ini dilakukan pada saat identifikasi daftar panjang isu-isu strategis.
Melalui pelaksanaan KLHS dalam penyusunan RPJM Kota Lhokseumawe, diharapkan bahwa pembangunan berkelanjutan dapat benar-benar terealisasi di kota ini.
Apalagi, baik secara sejarah maupun kondisi eksistingnya, Kota Lhokseumawe dikenal dengan Kota Pantai, sebuah kondisi yang perlu dipertahankan melalui KRP yang yang menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan hidup.
Melalui instrumen KLHS ini, maka “menjadikan Lhokseumawe Bersyariat, Sehat, Cerdas Dan Sejahtera. Sebagaimana visi kota dicanangkan, akan dapat semakin dekat untuk diwujudkan.
Banyaknya persoalan kerusakan lingkungan yang bersumber dari kebijakan rencana program yang tidak berwawasan lingkungan diharapkan dapat segera teratasi serta mendapatkan solusi yang tepat agar pembangunan berkelanjutan di Kota Lhokseumawe dapat tercapai maka pelaksanaan KLHS dalam penyusunan RPJM Kota Lhokseumawe sangatlah penting.
1.2. Tujuan KLHS
Tujuan dari Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan rencana pembangunan Kota Lhokseumawe atas dasar keterkaitan, Keseimbangan dan Keadilan agar menjadi kebijakan rencana pembangunan yang berwawasan lingkungan. Adapun sasaran dari pelaksanaan kegiatan penyusunan KLHS berdasarkan Permendagri Nomor 67 Tahun 2012 adalah sebagai berikut:
a. Memastikan bahwa prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam penyusunan RPJP, RPJM dan Renstra SKPD;
b. Meningkatkan kualitas RPJP, RPJM dan Renstra SKPD sebagai upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe I - 3 1.3. Waktu Pelaksanaan KLHS
Pelaksanaan KLHS untuk RPJM Kota Lhokseumawe 2017-2022 dilaksanakan semenjak bulan Juli sampai Oktober 2017 dengan tahapan proses sebagai berikut:
Tabel 1
Jadwal Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan RPJM Kota Lhokseumawe 2017-2022
No Kegiatan Juli Agustus Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan
- Rapat Pembentukan Tim Penyusunan KLHS - Pengumpulan Data Dasar - Koordinasi dengan Pokja 2 Pra Pelingkupan
- Penyusunan baseline data - GD 1
- Updating baseline data 3 Pelingkupan
- Penyiapan FGD Pelingkupan - FGD II
- Updating Baseline data 4 Penyampaian hasil pelingkupan
kepada Tim Penyusun RPJM 5 Penyiapan FGD KRP
6 Menerima draft rancangan awal KRP dari Tim Penyusun RPJM 7 Pelaksanaan FGD KRP
- Pengkajian KRP
- Perumusan Alternatif KRP - Perumusan Rekomendasi
penyempurnaan KRP
8 - Penyusunan Dokumen KLHS 9 - Penyampaian dokumen KLHS
kepada Tim Penyusun RPJM
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe I - 4 1.4. Kendala Pelaksanaan KLHS
Kendala-kendala yang dihadapi dalam penyusunan KLHS ini adalah tidak sinkronnya antara Kebijakan Rencana Program satu dengan lainnya dalam proses perencanaan, seharusnya KLHS tetap fokus pada masalah lingkungan hidup dan sosial yang tentunya tanpa mengesampingkan masalah ekonomi. Kurangnya data dari SKPD juga menjadi kendala dalam penyusunan KLHS ini, selain itu dikarenakan penyusunan KLHS dilakukan secara berbarengan dengan penyusunan RPJM, kelancaran penyusunan RPJM juga berpengaruh terhadap pelaksanaan KLHS.
Berdasarkan jadwal pelaksanaan KLHS terlihat bahwa untuk Tahap persiapan, Pra Pelingkupan, dan pelingkupan hingga penyampaian hasil pelingkupan kepada Tim Penyusun RPJM berjalan dengan lancar, namun pada saat akan melakukan FGD KRP baru bisa dilaksanakan setelah selesainya penyusunan draft rancangan awal KRP oleh Tim Penyusun RPJM.
Perlu diketahui bahwa penyusunan RPJM juga mengalami kendala tersendiri seperti minimnya usulan program dari SKPD akan berdampak pada pembangunan lima tahun kedepan, sehingga butuh waktu tambahan untuk mendapatkan usulan program dari SKPD, begitu juga dengan jadwal pembahasan yang tidak sesuai dengan jadwal yang direncanakan.
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 1
BAB II
PROFIL WILAYAH KAJIAN
2.1. Tata Letak, Fisiografi, Ekonomi dan Sosial Budaya 2.1.1. Tata Letak
Kota Lhokseumawe merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Utara dan terletak di pesisir Timur Pulau Sumatra. Posisi Kota Lhokseumawe berada di antara Kota Banda Aceh dan Medan, menjadikan kota ini sangat strategis sebagai jalur distribusi dan perdagangan di Aceh. Secara geografis Kota Lhokseumawe menempati bagian tengah wilayah Kabupaten Aceh Utara, tepatnya pada posisi 040 54’ – 050 18’ Lintang Utara (LU) dan 960 20’–970 21’ Bujur Timur (BT). Wilayah administrasi Kota Lhokseumawe berbatasan dengan wilayah :
sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka ;
sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Syamtalira Bayu Kab. Aceh Utara;
sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuta Makmur Kab. Aceh Utara ;
sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dewantara Kab. Aceh Utara.
Hal ini menjadi potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata. Pada Gambar 1 menunjukkan peta lokasi Kota Lhokseumawe.
Gambar 2.1. Peta Lokasi Kota Lhokseumawe
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 2 Kota Lhokseumawe terletak diantara 040 54’ – 050 18’ Lintang Utara dan 960 20’ – 970 21’ Bujur Timur dengan batas – batas sebagai berikut :
Utara : Selat Malaka
Barat : Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Selatan : Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara Timur : Kecamatan Syamtalira Bayu Kabupaten Aceh Utara
Kota Lhokseumawe berada pada ketinggian 2-24 meter diatas permukaan laut dimana memiliki luas wilayah 181,06 Km² atau 18.106,00 Ha yang dibagi dalam 4 (empat) Kecamatan yaitu Kecamatan Muara Dua dengan luas wilayah 57,80 Km², Banda Sakti dengan luas wilayah 11,24 Km², Kecamatan Blang Mangat dengan luas wilayah 56,12 Km², dan Kecamatan Muara Satu dengan luas wilayah 55,90 Km². Dari Keempat Kecamatan tersebut terdapat 9 (Sembilan) Kemukiman dan 68 (enam puluh delapan) Gampong.
Gambar 2.2. Letak Geografis Kota Lhokseumawe
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 3 2.1.2. Fisiografi
a. Topografi
Kondisi ketinggian lahan menunjukan bahwa Kota Lhokseumawe berada di antara ketinggian 0 – 100 m dpl. Daerah pesisir di sebelah utara dan daerah di sebelah timur berada pada ketinggian antara 0 – 5 m dpl. Sedangkan pada daerah di sebelah selatan memiliki kondisi yang relatif berbukit-bukit dengan ketinggian antara 5 – 100 m dpl.
Wilayah Kota Lhokseumawe yang berada di daerah pesisir dan daerah sebelah timur merupakan daerah dataran dengan kemiringan antara 0 – 8 %. Sedangkan pada daerah yang menjauhi pesisir merupakan daerah yang berbukit-bukit dengan kemiringan antara 8–15%. Dengan kondisi kemiringan lahan seperti ini masih memungkinkan untuk pengembangan kegiatan perkotaan. Lebih jelas mengenai kondisi ketinggian lahan Kota Lhokseumawe Penggunaan lahan di Kota Lhokseumawe antara lain untuk permukiman, perdagangan dan jasa terpusat pada Kecamatan Banda Sakti, sementara kegiatan industri terpusat pada Kecamatan Muara Satu. Penggunaan lahan untuk budidaya perikanan darat menempati lahan yang cukup luas di sepanjang pesisir Kota Lhokseumawe. Sedangkan daerah pedalamannya di dominasi oleh alang-alang dan belukar, ladang, sawah, serta perkebunan kelapa sawit yang terutama terpusat di Kecamatan Blang Mangat. Kondisi Topografi di Kota Lhokseumawe sebagian besar (76,33%) merupakan lahan datar, dengan kemiringan lahan antara 0-2%. Sedangkan sekitar 23,67% merupakan lahan bergelombang.
Gambar 2.3. Peta Kemiringan Lereng Kota Lhokseumawe
Sumber : Qanun RTRW Kota Lhokseumawe Tahun 2012-2032
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 4 Tabel 2.1 Luas Lahan Menurut Ketinggian
No. Kecamatan
Luas Kemiringan Lahan (Ha) Datar
(0-2%)
Bergelombang (2-15%) 1.
2.
3.
4.
Banda Sakti Muara Dua Blang Mangat Muara Satu
1.124 4.275 4.209 4.212
0 1.505 1.403 1.378 Jumlah
( % )
13.820 (76,33)
4.286 (23,67) Sumber : Dokumen PPSP Kota Lhokseumawe
Pada tabel diatas terlihat bahwa lahan datar dapat ditemukan di kecamatan Banda Sakti dengan luas 1.124 Ha, lahan dengan kategori bergelombang ditemui di Kecamatan Muara Dua, Blang Mangat dan Muara Satu dengan persentase yang hampir sama. Daerah Aliran Sungai (DAS) terdapat di Krueng Cunda, wilayah pantai berada disebelah timur Kecamatan Muara Dua, yang mempunyai ketinggian antara 0-5 m diatas permukaan laut.
Kawasan pantai yang memilki potensi wisata bahari adalah muara Krueng Cunda dan pesisir Gampong Meunasah Mee, Blang Crum, dan Cut Mamplam. Selama ini, wilayah pantai dimanfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai media perairan marikultur komoditi perikanan seperti tambak ikan.
b. Geologi
Kondisi geologi Kota Lhokseumawe terbentuk oleh batuan Alluvium Muda, Formasi Idi, Formasi Julurayeu dan Formasi Seureula.Sebaran batuan Aluvium Muda berupa endapan pesisir dan fluviatill berada pada daerah di sebelah utara dan selatan Kota Lhokseumawe. Sebaran Formasi Idi berupa kerikil, pasir, gamping dan lempung berada pada daerah sebelah barat yaitu sebagian wilayah Kecamatan Muara Satu dan Muara Dua dan sebelah timur yaitu sebagian Kecamatan Muara Dua dan Blang Mangat.
Sebaran Formasi Julurayeu berupa endapan sungai batu pasir tufaan, lempung berlignit, dan batu lumpur berada pada daerah sebelah.
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 5 Gambar 2.4. Peta Geologi Kota Lhokseumawe
Sumber : Qanun RTRW Kota LhokseumaweTahun 2012-2032 c. Hidrologi
Kondisi air tanah dalam dicirikan dengan adanya akuifer cukup produktif meliputi sebagian besar wilayah Kota Lhokseumawe. Sedangkan akuifer tinggi berada pada daerah barat hingga selatan Kota Lhokseumawe. Kondisi air permukaan dicirikan dengan keberadaan Krueng (Sungai) Cunda yang terletak di bagian Barat. Namun keadaan air sungai tersebut merupakan air payau sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh penduduk sebagai air bersih. Untuk keperluan air bersih, pada umumnya penduduk memanfaatkan air sumur dan air PDAM.
Gambar 2.5. Peta Hidrologi Kota Lhokseumawe
Sumber : Qanun RTRW Kota LhokseumaweTahun 2012-2032
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 6 d. Klimatologi
Rata-rata Curah Hujan, Hari Hujan dan Penyinaran Matahari setiap bulan dari tahun 2012, 2013, 2014, 2015, dan 2016 di Kota Lhokseumawe dapat dilihat pada Grafik dibawah ini.
Gambar 2.6. Klimatologi Kota Lhokseumawe Tahun 2012-2016
Sumber : Lhokseumawe Dalam Angka (2013-2016)
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Pencemaran air saat ini semakin memprihatinkan. Pencemaran air dapat diartikan sebagai suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Pencemaran air, baik sungai, laut, danau maupun air bawah tanah, semakin hari semakin menjadi permasalahan di Lhokseumawe sebagaimana pencemaran udara dan pencemaran tanah. Mendapatkan air bersih yang tidak tercemar bukan hal yang mudah lagi, bahkan pada sungai-sungai.
Air sungai di Kota Lhokseumawe terdapat di Waduk Penampungan Air, Sungai Krueng Cunda, Sungai Loskala. Pada masing-masing kondisi air sungai, diantaranya, Kondisi Air Tenang. Kondisi Air Pasang, Kondisi Air Surut. Sebahagian besar sungai- sungai di Kota Lhokseumawe sudah tercemar akibat adanya aktifitas kegiatan perikanan,
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 7 industri, pemukiman dan lain-lain, baik di lakukan oleh masyarakat setempat maupun pendatang. Pencemaran yang terjadi di sungai-sungai tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi ekosistem dan dapat membahayakan kesehatan penduduk, apabila memanfaatkan air sungai tersebut untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Dari hasil pengujian sampel air sungai di laboratorium didapatkan bahwa rata-rata kualitas air sungai di Kota Lhokseumawe termasuk dalam Kelas II, dimana air tersebut dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Dari hasil pengujian sampel air sungai di laboratorium terhadap parameter uji: BOD-5, COD, TOC, TSS, TDS dan bakteri Coliform (pada lokasi Waduk Penampungan Air dan Sungai Krueng Cunda pada kondisi air surut) tinggi dan melampaui Baku Mutu yang telah ditetapkan.
Peningkatan bakteri coliform (pada lokasi Waduk Penampungan Air dan Sungai Krueng Cunda pada kondisi air surut), karena akibat buangan kotoran manusia, hewan-hewan ternak dan laundry dari rumah tangga yang merembes dari sungai-sungai dan juga disebabkan oleh pencemaran mata air atau air baku, lemahnya system filterisasi.
Gambar 2.7. Lokasi Waduk Penampungan Air
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 8 Gambar 2.8. Lokasi Sungai Loskala
Wilayah Rawan Bencana, Kota Lhokseumawe merupakan kawasan yang berpotensi terjadinya bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir, abrasi dan gelombang pasang. Wilayah rawan bencana Kota Lhokseumawe didominasi pada kawasan lindung dan sebagian kawasan budidaya, sehingga diperlukan pengelolaan intensif terutama yang berada pada kawasan budidaya. Dengan adanya resiko kerawanan terhadap bencana pada kawasan budidaya ini tidak berarti bahwa pada kawasan tersebut tidak dapat dibangun, akan tetapi selain itu, Kota Lhokseumawe juga merupakan kawasan yang rawan akan bencana abrasi, gelombang pasang seperti Pantai Ujong Blang, Rancung, dan Meuraksa. Sedangkan kawasan yang rawan akan bencana banjir terdapat di Kecamatan Banda Sakti, meliputi Gampong Jawa, Gampong Jawa Lama, Lancang Garam, dan Tumpok Teungoh. Berikut Peta Rawan Bencana Kota Lhokseumawe.
Gambar 2.9 Peta Rawan Bencana Kota Lhokseumawe
Sumber : Qanun RTRW Kota LhokseumaweTahun 2012-2032
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 9 e. Kondisi Demografi
Tahun 2015 jumlah penduduk Kota Lhokseumawe adalah 191.407 jiwa. Jumlah penduduk tersebut terdiri dari 95.271 jiwa laki- laki dan 96.136 jiwa perempuan. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Banda Sakti sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Blang Mangat. Konsentrasi jumlah penduduk di Kecamatan Banda Sakti ini dikarenakan Kecamatan ini merupakan pusat Kota Lhokseumawe dengan berbagai kegiatan utama yaitu pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan.
Lebih jelas mengenai jumlah dan kepadatan penduduk Kota Lhokseumawe dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Lhokseumawe Tahun 2015 Nama Kecamatan Luas
(Km2)
Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) Pria Wanita Total
1 2 3 4 3+4 3+4/2
2012 Blang Mangat 56,12 11.386 11.464 22.850 407
Muara Dua 57,80 23.172 23.474 46.646 807
Muara Satu 55,90 16.437 16.538 32.975 590
Banda Sakti 11,24 38.606 38.730 77.336 6.880 Jumlah 181,06 89.601 90.206 179.807
2015 Blang Mangat 56,12 12.955 13.045 26.000 463
Muara Dua 57,80 25.814 26.370 52.184 903
Muara Satu 55,90 16.487 16.675 33.162 593
Banda Sakti 11,24 40.015 40.046 80.061 7.123 Jumlah 181,06 95.271 96.136 191.407
Sumber: Lhokseumawe Dalam Angka Tahun 2016 (BPS)
Gambar 2.10 Kepadatan Penduduk Kota Lhokseumawe
Sumber : Data Diolah
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 10 Pertumbuhan penduduk Kota Lhokseumawe dari tahun 2012 hingga tahun 2015 mengalami peningkatan.Laju pertumbuhan rata- rata penduduk Kota Lhokseumawe tersebut adalah sebesar 10 %. Demikian pula pada beberapa wilayah Kecamatan secara umum mengalami peningkatan setiap tahun begitu juga angka rata-rata laju pertumbuhan penduduk pada tiap kecamatan mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Berikut grafik laju pertumbuhan penduduk Kota Lhokseumawe.
Gambar 2.11 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Lhokseumawe Tahun 2012-2015
Sumber : Data Diolah (Lhokseumawe Dalam Angka), 2016
2.1.3. Ekonomi
Kinerja Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi diindikasikan dengan melihat indikator Pertumbuhan PDRB, Laju Inflasi dan Pertumbuhan Perkapita.
a. Pertumbuhan PDRB
Produk Domestik Bruto disajikan dalam2 (dua) versi penilaian, yaitu atas dasar
“harga berlaku” dan atas dasar “harga konstan”. Harga berlaku berarti bahwa seluruh agregat dinilai dengan menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan harga konstan penilaiannya didasarkan kepada harga satu tahun dasar tertentu. Laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto diperoleh dari perhitunganPDB atas dasar harga konstan dengan cara mengurangi nilai PDB pada tahun ke-n terhadap nilai pada tahun ke
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 11 n-1 (tahun sebelumnya), dibagi dengan nilai pada tahun ke n-1, dikalikan dengan 100 persen. Laju pertumbuhan menunjukkan perkembangan agregat pendapatan dari satu waktu tertentu terhadap waktu sebelumnya.
Tabel 2.3 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha dengan Migas & tanpa Migas
Kota Lhokseumawe 2012 s.d 2016
No Uraian Tahun(Juta Rupiah)
2012 2013 2014 2015 2016
1 Pertanian/Agriculture 526 152 556 263 585 237 627 308 663 788
2 Pertambangan dan Penggalian 28 011 29 785 31 916 33 096 34 346
3 Industri Pengolahan 4 418 055.1 4 380 548.9 3 672 013.0 1 512 049.4 1 412 864.0
4 Pengadaan Listrik dan Gas 7 203.2 7 371.4 8 035.5 8 804.2 11 658.0
5 Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 426.3 455.2 591.0 761.6 904.6
6 Konstruksi 867 711.4 900 260.2 1 055 271.0 1 273 495.9 1 229 442.5
7 Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1 469 479.2 1 548 649.6 1 662 981.1 1 726 605.5 1 791 550.1 8 Transportasi dan Pergudangan 838 132.0 894 891.0 927 598.3 942 195.1 919 307.7 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 56 452.9 62 064.6 70 462.2 80 582.0 95 149.1
10 Informasi dan Komunikasi 221 784.3 233 889.8 247 459.1 255 998.1 264 954.8 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 126 074.1 144 181.5 160 021.5 178 528.7 202 623.4
12 Real Estate 212 190.8 229 929.6 253 958.3 279 709.3 317 347.2
13 Jasa 49 295.2 52 992.9 59 073.3 65 885.6 71 312.5
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 215 794.3 229 846.4 252 867.2 279 188.6 305 594.6
15 Jasa Pendidikan / Education 62 598.9 68 192.9 74 785.6 85 824.3 95 294.2 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 159 283.6 171 508.3 185 836.5 205 683.5 224 546.9
17 Jasa Lainnya 62 596.3 67 838.6 72 931.3 79 267.2 88 510.0
PDRB/ GDRP 9.321.240,7 9 321 240.7 9 578 669.3 9 321 037.7 7 634 983.3
PDRB Tanpa Migas 5.018.961,1 5 018 961.1 5 323 321.7 5 786 148.6 6 270 202.3
Sumber : Lhokseumawe dalam Angka 2017.
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Lhokseumawe atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha dengan Migas pada tahun 2012 sebesar Rp.
9.321.240,7, angka ini mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar Rp.9.578.669,3.
Namun pada tahun 2016,Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Lhokseumawe atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha dengan Migas mengalami penuruhan hingga menjadi Rp. 7.634.983.3. Sebaliknya Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Lhokseumawe atas dasar harga berlaku menurut lapangan
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 12 usaha tanpa Migas terus mengalami peningkatan tiap tahunnya, terlihat dari tahun 2012 sebesar Rp 5.018.961,1 menjadi Rp 6.270.202,3 pada tahun 2016.
Gambar 2.12 Produk Domestik Regional Bruto Atas DasarHarga Berlaku Menurut Lapangan Usaha dengan Migas & tanpa Migas
Kota Lhokseumawe 2012 s.d 2016
Sumber : Data diolah 2017.
Bila dilihat berdasarkan harga konstan, PDRB Kota Lhokseumawe dengan Migas setiap tahunnya terus menurun. Penurunan angka ini disebabkan berkurangnyanilai produksi migas pada Kota Lhokseumawe. Sedangkan nilai PDRB Kota Lhokseumawe tanpa Migas berdasarkan harga konstan setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Untuk lebihjelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini:
Tabel 2.4 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha dengan Migas & tanpa Migas
Kota Lhokseumawe Tahun 2012 s.d 2016
No Uraian Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Pertanian/Agriculture 487,026.8 502,308.1 506,299.0 516,413.7 529,845.9 2 Pertambangan dan Penggalian 26,624.9 27,930.9 28,967.1 29,320.9 29,922.2 3 Industri Pengolahan 4,360,337.4 4,096,402.8 3,240,474.8 1,301,452.3 1,154,726.1
4 Pengadaan Listrik dan Gas 7,801.0 8,127.6 8,639.2 9,223.7 11,926.1
5 Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 387.3 399.0 475.1 577.3 634.3
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 13
No Uraian Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
6 Konstruksi 799,080.9 817,661.0 906,263.3 1,042,918.8 994,918.8
7 Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1,386,989.8 1,438,586.7 1,473,637.3 1,508,861.4 1,515,851.6 8 Transportasi dan Pergudangan 800,874.0 819,782.3 827,306.6 840,006.4 833,390.6 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum
52,483.8 54,845.1 58,896.9 63,638.1 70,828.6 10 Informasi dan Komunikasi 214,100.9 224,636.4 236,182.7 242,641.0 249,796.2 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 109,660.5 119,204.3 125,536.1 132,688.1 144,563.9
12 Real Estate 202,881.2 214,310.2 227,468.8 242,647.0 262,646.5
13 Jasa 47,587.4 49,937.1 53,138.1 57,146.9 60,521.4
14 Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 206,337.3 212,894.5 221,857.4 233,876.9 248,964.7 15 Jasa Pendidikan / Education 62,191.0 65,040.2 68,329.0 72,951.9 77,781.1 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 157,056.5 164,206.1 173,410.9 187,051.7 201,196.6
17 Jasa Lainnya 58,956.3 61,952.1 65,446.2 68,819.6 74,877.3
PDRB/ GDRP 8 878 224.4 8 222 328.4 6 550 236.0 6 462 392.0
PDRB Tanpa Migas 4 893 015 5 096 270 5 367 767.4 5 431 204
Sumber: Lhokseumawe Dalam Angka 2017.
Gambar 2.13 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha dengan Migas & tanpa Migas
Kota Lhokseumawe Tahun 2012 s.d 2016
Sumber : Data diolah 2017.
b. Laju Inflasi
Inflasi merupakan peningkatan nilai harga (barang/jasa) umum yang terjadi secara terus menurus. Peningkatan Inflasi akan berdampak pada penurunan perkembangan
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 14 ekonomi, dan secara umum akan menurunkandaya saing ekonomi Negara. Dampak lain dari peningkatan inflasi ialah bertambanhnya jumlah pengangguran, menurunnya pendapatan riil masyarakat, mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang dan memperburuk pembagian kekayaan.
Secara umum laju inflasi dapat ditekan pada kisaran dibawah 10%. Berikut angka laju inflasi berdasarkan data BPS Kota Lhokseumawe Tahun 2017 untuk Kota Lhokseumawe, Banda Aceh, Provinsi dan Nasional pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.14 Perbandingan Laju Inflasi Kota Lhokseumawe dengan Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh dan Nasional
Tahun 2012 s.d 2016
Sumber: Lhokseumawe Dalam Angka, 2017.
c. Pertumbuhan Perkapita
PDRB Perkapita dapat diperoleh dari hasil pembagian antara nilai PDRB dengan jumlah pendudukselama satu tahun disuatu wilayah atau daerah. Nilai PDRB per Kapita akan mencerminkan kemampuan daya beli masyarakat, dimana semakin tinggi nilai PDRB per Kapita maka semakin tinggi pula cerminan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, perkembangan PDRB Perkapita Lhokseumawe dengan migas terlihat semakin menurun dalam kurun waktu lima
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 15 tahun terakhir. Tahun 2012 sampai tahun 2016, PDRB Per Kapita ADHB menunjukkan nilai 52,20 juta rupiah dan terus mengalami penurunan hingga 39,60 juta rupiah pada 2016.
Sedangkan PDRB Lhokseumawe per kapita ADHB non migas meskipun terlihat tidak setinggi PDRB ADHB migas namun tumbuhsetiap tahunnya. Tahun 2016, nilai PDRB perkapita ADHK mencapai 33,17 juta rupiah meningkat sebesar 5,06 juta rupiah sejak tahun 2012.
Untuk nilai PDRB per kapita harga konstan dengan migas mengalami penurunan setiap tahunnya. Sedangkan untuk PDRB per kapita harga konstan tanpa migas nilainya tumbuh positif namun sangat kecil. Tahun 2012 PDRB per kapita ADHK dengan migas sebesar 50,29 juta rupiah dan terus menurun mencapai angka 33,11 juta rupiah di tahun 2016. Kemudian jika PDRB per kapita ADHK ditinjau tanpa migas, nilai PDRB per kapita tahun 2012 sebesar 26,48 juta rupiah dan berturut-turut tahun 2013-2015 bernilai 26,89 juta rupiah, 27,19 juta rupiah, dan 28,04 juta rupiah. Pada tahun 2016 PDRB per kapita ADHK mencapai sebesar 27,83 triliun rupiah.
Gambar 2.15 Nilai PDRB Perkapita (Migas dan Non Migas) Kota Lhokseumawe Tahun 2012 s.d 2016
52.20 52.64 49.72
39.89 39.60
28.11 29.25 30.87
32.76 33.17
50.29 48.79 43.86
34.22 33.11
26.48 26.89 27.19
28.04 27.83
2012 2013 2014 2015 2016
PDRB ADHB Migas PDRB ADHB Non Migas
PDRB ADHK Migas PDRB ADHK Non Migas
Sumber : PDRB Kota Lhokseumawe, 2017.
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 16 2.1.4. Keuangan Daerah
Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Sedangkan, keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaran pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 6 ayat (1) dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 pasal 22 ayat (1), ada 4 (empat) sumber Pendapatan Asli Daerah yang memegang peranan penting dalam pengelolaan keuangan daerah, yaitu: (i) Pajak Daerah; (ii) Retribusi Daerah; (iii) Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan (iv) Lain-lain PAD yang sah.
Pendapatan Asli Kota Lhokseumawe merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang digunakan oleh daerah untuk melaksanakan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat. Rata-rata anggaran PAKL dari tahun 2012-2016 berjumlah sebesar Rp. 57.455.581.440,- dengan realisasi sebesar Rp. 51.365.138.872,- atau setara 88,03 persen. Selama periode 2012-2016, persentase realisasi PAKL cenderung tidak mencapai target yang telah ditetapkan (dibawah 100 persen). Selengkapnya disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.5 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Asli Kota Lhokseumawe Tahun 2012-2016
Rp. % Pertumbuhan (%)
2012 35,100,405,000 28,230,886,878 94.43% -1.30%
2013 38,350,390,000 36,213,933,082 98.83% 28.28%
2014 49,305,773,500 48,730,219,320 84.02% 34.56%
2015 67,314,758,015 56,560,454,282 84.41% 16.07%
2016 66,754,367,843 56,348,631,473 84.41% -0.37%
Rata-Rata 51,365,138,872 45,216,825,007 88.03% 14.82%
Realisasi Tahun Anggaran (Rp .)
Sumber : Pertanggungjawaban APBK Tahun 2012-2016 (audited), BPKD Lhokseumawe, (diolah)
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 17 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3.4 diatas dapat juga dilihat rasio efektivitas kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Perhitungan rasio efektivitas PAD dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
Kemampuan daerah dalam menjalankan tugasnya dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal 100 persen. Semakin tinggi tingkat rasio efektivitas keuangan suatu daerah, menggambarkan pengelolaan keuangan keuangan daerah semakin baik.
Tabel 2.6 Skala Interval Efektivitas Keuangan Daerah Efektivitas Keuangan Daerah Kriteria
Lebih dari 100 Sangan Efektif
90-100 Efektif
80-90 Cukup Efektif
60-80 Kurang Efektif
Kurang dari 60,00 Tidak Efektif
Sumber: Kepmendagri, 1996
Dari hasil perhitungan tabel di atas dan skala interval efektivitas keuangan daerah (Tabel 3.5) diatas, secara keseluruhan rasio efektivitas pengelolaan keuangan daerah selama periode 2012-2016 adalah dibawah 100 persen. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas pengelolaan keuangan daerah Kota Lhokseumawe berjalan cukup efektif.
Selanjutnya bila dilihat dari segi pertumbuhan, rata-rata PAKL selama periode 2012-2016 tumbuh sebesar 14,82 persen. Pertumbuhan PAKL tertinggi adalah pada tahun 2014 sebesar 34,56 persen. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan realisasi yang signifikan dari komponen PAKL yang bersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah.
Secara keseluruhan, realisasi pertumbuhan PAKL mengalami fluktuasi dan cenderung menurun. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut.
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 18 Gambar 2.16 Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Asli Kota Lhokseumawe
Tahun 2012-2016
Selama periode tahun 2012-2016, hanya pada tahun 2013 dan 2014 anggaran pajak daerah yang terealisasi melebihi 100 persen. Selebihnya tidak mencapai anggaran yang telah ditetapkan, dimana dari rata-rata anggaran sebesar Rp. 21.050.116.000,- terealisasi sebesar Rp. 18.865.919.435,-. atau setara dengan 90,10 persen. Rata-rata pertumbuhan realisasi pajak daerah adalah sebesar 15,83 persen, dengan pertumbuhan tertinggi terdapat pada tahun 2013 yang mencapai 37,15 persen. Secara keseluruhan, pertumbuhan realisasi pajak daerah mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan kurangnya kemampuan Kota Lhokseumawe untuk mengoptimalkan penerimaan dari sumber pendapatan pajak daerah.
Tabel 2.7 Anggaran dan Realisasi Pajak Daerah Tahun 2012-2016
Rp. % Pertumbuhan (%)
2012 16,361,380,000 11,762,121,580 71.89% -31.29%
2013 15,421,250,000 16,132,259,567 104.61% 37.15%
2014 20,326,750,000 20,547,131,047 101.08% 27.37%
2015 26,943,250,000 21,368,637,314 79.31% 4.00%
2016 26,197,950,000 24,519,447,669 93.59% 14.75%
Rata-Rata 21,050,116,000 18,865,919,435 90.10% 15.83%
Tahun Anggaran (Rp .) Realisasi
Sumber : Pertanggungjawaban APBK Tahun 2012-2016 (audited), BPKD Lhokseumawe, (diolah)
Selain pajak daerah, komponen pembentuk PAKL adalah retribusi daerah.
Realisasi retribusi daerah tahun 2012-2016 tidak mencapai anggaran yang telah
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 19 ditetapkan, dimana dari rata-rata anggaran sebesar Rp. 8.453.410.700,- terealisasi sebesar Rp. 6.496.207.344,-. atau setara dengan 76,85 persen. Lebih jelas disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.8 Anggaran dan Realisasi Retribusi Daerah Tahun 2012-2016
Rp. % Pertumbuhan (%)
2012 7,317,290,000 5,658,172,920 77.33% 108.19%
2013 9,664,140,000 6,795,080,768 70.31% 20.09%
2014 15,639,023,500 12,617,519,534 80.68% 85.69%
2015 4,826,800,000 3,593,498,911 74.45% -71.52%
2016 4,819,800,000 3,816,764,587 79.19% 6.21%
Rata-Rata 8,453,410,700 6,496,207,344 76.85% -7.57%
Tahun Anggaran (Rp .) Realisasi
Sumber : Pertanggungjawaban APBK Tahun 2012-2016 (audited), BPKD Lhokseumawe, (diolah)
Selanjutnya, pendapatan asli Kota Lhokseumawe dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Secara keseluruhan realisasinya cenderung meningkat. Pada tahun 2016 realisasi meningkat melebihi dari target yang telah ditetapkan (diatas 100%) yaitu sebesar 105,28 persen. Rata-rata realisasi anggaran sebesar Rp.3.047.597.181,- dari rata-rata target sebesar Rp.3.305.000.000,- atau setara dengan 92,21 persen.
Dari segi pertumbuhan, rata-rata pertumbuhan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan adalah adalah sebesar 18,29 persen. Dengan rata-rata pertumbuhan tertinggi pada tahun 2015 sebesar 49,59 persen dan terendah sebesar 6,02 persen.
Tabel 2.9 Anggaran dan Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Tahun 2012-2016
Rp. % Pertumbuhan (%)
2012 2,540,000,000 1,836,563,817 72.31% 13.91%
2013 2,865,000,000 2,454,417,855 85.67% 33.64%
2014 3,040,000,000 2,681,787,314 88.22% 9.26%
2015 4,040,000,000 4,011,810,914 99.30% 49.59%
2016 4,040,000,000 4,253,406,003 105.28% 6.02%
Rata-Rata 3,305,000,000 3,047,597,181 92.21% 18.29%
Tahun Anggaran (Rp .) Realisasi
Sumber : Pertanggungjawaban APBK Tahun 2012-2016 (audited), BPKD Lhokseumawe, (diolah)
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 20 Komponen pembentuk PAKL selanjutnya adalah Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS).
ZIS merupakan salah satu instrument dalam pengentasan kemiskinan yang dalam pengelolaannya dikelola oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe. Berdasarkan Tabel 3.9, diketahui rata-rata realisasi ZIS melebihi dari target yang telah ditetapkan, dari rata-rata anggaran sebesar Rp. 6.425.000.000,- terealisasi sebesar Rp. 7.430.343.643,- atau setara dengan 115,65 persen. Dari segi pertumbuhan, selama 2012-2016 rata-rata pertumbuhan ZIS sebesar 14,65 persen. Secara keseluruhan tren anggaran dan realisasi ZIS cenderung meningkat. Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2.10 Anggaran dan Realisasi Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) Tahun 2012-2016
Rp. % Pertumbuhan (%)
2012 3,926,735,000 4,437,902,992 113.02% 16.96%
2013 4,700,000,000 6,144,135,760 130.73% 38.45%
2014 5,200,000,000 6,140,715,538 118.09% -0.06%
2015 7,200,000,000 8,646,484,339 120.09% 40.81%
2016 8,600,000,000 8,790,038,934 102.21% 1.66%
Rata-Rata 6,425,000,000 7,430,343,643 115.65% 14.65%
Tahun Anggaran (Rp .) Realisasi
Sumber : Pertanggungjawaban APBK Tahun 2012-2016 (audited), BPKD Lhokseumawe, (diolah)
Lebih lanjut, komponen pembentuk PAKL adalah Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Berdasarkan Tabel 3.10, dapat diketahui bahwa rata-rata realisasi lain- Lain PAD yang Sah tidak mencapai target yang telah ditetapkan, dari rata-rata anggaran sebesar Rp. 12.631.265.172,- terealisasi sebesar Rp. 9.975.245.535,- atau sebesar 78,97 persen. Dari segi pertumbuhan, selama periode 2012-2016 rata-rata pertumbuhan Lain- Lain PAD yang sah tumbuh sebesar 26,97 persen. Lebih dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 2.11 Anggaran dan Realisasi Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Tahun 2012-2016
Rp. % Pertumbuhan (%)
2012 4,955,000,000 4,536,125,569 91.55% 35.07%
2013 5,700,000,000 4,688,039,132 82.25% 3.35%
2014 5,100,000,000 6,743,065,887 132.22% 43.84%
2015 24,304,708,015 18,940,022,805 77.93% 180.88%
2016 23,096,617,843 14,968,974,280 64.81% -20.97%
Rata-Rata 12,631,265,172 9,975,245,535 78.97% 26.97%
Tahun Anggaran (Rp .) Realisasi
Sumber : Pertanggungjawaban APBK Tahun 2012-2016 (audited), BPKD Lhokseumawe, (diolah)
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 21 2. Dana Perimbangan
Dalam penjelasan UU Nomor 33 Tahun 2004 disebutkan bahwa Dana Perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Perimbangan ini merupakan sistem transfer keuangan dari Pemerintah kepada pemerintah daerah untuk membantu pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahannya.
Selama tahun anggaran 2012-2016, rata-rata realisasi Dana Perimbangan cenderung mengalami fluktuasi. Hanya pada tahun 2012, 2013 dan 2014 realisasinya melebihi 100 persen. Selama periode 2012-2016, dari rata-rata anggaran sebesar Rp.
632.385.882.649,- terealisasi sebesar Rp. 582.538.857.988,- atau sebesar 92,12 persen.
Lebih jelas disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.12 Anggaran dan Realisasi Dana Perimbangan Tahun 2012-2016
Rp. % Pertumbuhan (%)
2012 491,341,984,413 496,724,974,727 101.10% 16.16%
2013 546,231,869,121 550,942,083,884 100.86% 10.91%
2014 550,191,532,702 565,796,575,395 102.84% 2.70%
2015 646,139,246,041 610,875,498,509 94.54% 7.97%
2016 928,024,780,966 688,355,157,426 74.17% 12.68%
Rata-Rata 632,385,882,649 582,538,857,988 92.12% 6.74%
Tahun Anggaran (Rp .) Realisasi
Sumber : Pertanggungjawaban APBK Tahun 2012-2016 (audited), BPKD Lhokseumawe, (diolah)
Berdasarkan Gambar 2.15 diketahui pertumbuhan realisasi Dana Perimbangan tahun 2012 adalah sebesar 16,16 persen. Kemudian menurun pada tahun 2013 menjadi 10,91 persen. Penurunan disebabkan karena adanya penurunan realisasi dari Dana bagi hasil pajak/bukan pajak yang diterima Kota Lhokseumawe.
Pada tahun 2014, pertumbuhan realisasi Dana Perimbangan tumbuh sebesar 2,70 persen, kemudian meningkat pada tahun 2015 menjadi 7,97 persen. Peningkatan ini disebabkan adanya kenaikan dari Dana Alokasi Khusus dari realisasi anggaran tahun 2014 sebesar Rp. 33,752,780,000,- menjadi Rp. 79,336,830,000,- pada tahun 2015.
Sedangkan pada tahun 2016, meningkat lagi menjadi 12,68 persen. Peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan realisasi dari Dana Alokasi Khusus. Dana alokasi
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 22 khusus pada tahun 2015 sebesar Rp. 79,336,830,000,- meningkat menjadi Rp.
177,543,384,827,- pada tahun 2016.
Gambar 2.17 Pertumbuhan Realisasi Dana Perimbangan Kota Lhokseumawe Tahun 2012-2016
Menurut komponen Dana Perimbangan, realisasi Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak tidak mencapai anggaran yang telah ditetapkan. Hanya pada tahun 2012, 2013 dan 2014 yang anggarannya melebihi target (100 persen). Rata-rata realisasi dana bagi hasil pajak/bukan pajak adalah sebesar 65,91 persen dari anggaran sebesar Rp.98.976.559.249,- yang terealisasi hanya sebesar Rp. 65.238.386.623,-. Dari segi pertumbuhan realisasi, selama periode 2013-2016 rata-rata tumbuh sebesar minus 10,89 persen. Tahun 2013 pertumbuhan realisasi mencapai 7,60 persen kemudian menurun menjadi minus 24,52 persen pada tahun 2014, kemudian meningkat menjadi 0,55 persen pada tahun 2015. Pada tahun 2016 pertumbuhan kembali menurun menjadi minus 31,18 persen.
Tabel 2.13 Anggaran dan Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak Kota Lhokseumawe Tahun 2012-2016
Rp. % Pertumbuhan (%)
2012 71,067,316,413 76,450,306,727 107.57% 10.25%
2013 77,547,679,121 82,257,893,884 106.07% 7.60%
2014 46,482,164,702 62,087,207,395 133.57% -24.52%
2015 89,695,097,041 62,431,349,509 69.60% 0.55%
2016 210,090,538,966 42,965,175,599 20.45% -31.18%
Rata-Rata 98,976,559,249 65,238,386,623 65.91% -10.89%
Tahun Anggaran (Rp .) Realisasi
Sumber : Pertanggungjawaban APBK Tahun 2012-2016 (audited), BPKD Lhokseumawe, (diolah)
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 23 Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan salah satu transfer dana pemerintah kepada pemerintah daerah yang bersumber dari APBN. DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam mendanai urusan pemerintahannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
DAU Kota Lhokseumawe selama periode 2012-2016 rata-rata anggaran berjumlah sebesar Rp. 447.792.870.400,- dengan tingkat realisasi mencapai 100 persen. Secara keseluruhan, realisasi DAU Kota Lhokseumawe setiap tahun cenderung berfluktuasi.
Selengkapnya disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.14 Anggaran dan Realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) Tahun 2012-2016
Rp. % Pertumbuhan (%)
2012 394,259,998,000 394,259,998,000 100.00% 17.10%
2013 437,793,850,000 437,793,850,000 100.00% 11.04%
2014 469,956,588,000 469,956,588,000 100.00% 7.35%
2015 469,107,319,000 469,107,319,000 100.00% -0.18%
2016 467,846,597,000 467,846,597,000 100.00% -0.27%
Rata-Rata 447,792,870,400 447,792,870,400 100.00% 3.48%
Tahun Anggaran (Rp .) Realisasi
Sumber : Pertanggungjawaban APBK Tahun 2012-2016 (audited), BPKD Lhokseumawe, (diolah)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah disebutkan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK) dialokasikan kepada pemerintah daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional yang ditetapkan dalam APBN.
Selama periode 2012-2016, rata-rata anggaran DAK Kota Lhokseumaweberjumlah sebesar Rp. 85.616.453.000,- terealisasi sebesar Rp.
69.507.600.965,- atau setara dengan 81,18 persen. Realisasi mencapai 100 persen terjadi pada tahun 2012-2014, sementara pada tahun 2015-2016 realisasi DAK Kota Lhokseumawe tidak mencapai 100 persen.
Dari segi pertumbuhan, selama periode 2012-2016 DAK bertumbuh rata-rata sebesar 46,83 persen. Pertumbuhan DAK tertinggi terjadi pada tahun 2015 yang mencapai 135,05 persen sedangkan pertumbuhan terendah sebesar 9,27 persen pada tahun 2014.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Laporan Final
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM Kota Lhokseumawe II - 24 Tabel 2.15 Anggaran dan Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK)
Tahun 2012-2016
Rp. % Pertumbuhan (%)
2012 26,014,670,000 26,014,670,000 100.00% 20.41%
2013 30,890,340,000 30,890,340,000 100.00% 18.74%
2014 33,752,780,000 33,752,780,000 100.00% 9.27%
2015 87,336,830,000 79,336,830,000 90.84% 135.05%
2016 250,087,645,000 177,543,384,827 70.99% 123.78%
Rata-Rata 85,616,453,000 69,507,600,965 81.18% 46.83%
Tahun Anggaran (Rp .) Realisasi
Sumber : Pertanggungjawaban APBK Tahun 2012-2016 (audited), BPKD Lhokseumawe, (diolah)
3. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Komponen pembentuk Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah adalah hibah, dana darurat, dana bagi hasil pajak dari Provinsi atau pemerintah lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus, bantuan keuangan dari Provinsi atau pemerintah daerah lainnya dan pendapatan yang sah lainnya.
Rata-rata realisasi Pendapatan Kota Lhokseumawe dari pos Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah adalah sebesar Rp. 120.035.798.147,- atau sebesar 75,16 persen dari rata-rata anggaran sebesar Rp. 159.711.204.927,-. Dari segi pertumbuhannya, selama periode 2012-2016 rata-rata bertumbuh sebesar 23,28 persen. Dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2014 sebesar 173,48 persen dan terendah pada tahun 2012 sebesar minus 10,59 persen. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan realisasi pada tahun 2012 sebesar Rp.6.829.937.726,-. Selengkapnya disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.16 Anggaran dan Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Tahun 2012-2016
Rp. % Pertumbuhan (%)
2012 84,702,841,540 57,659,721,651 68.07% -10.59%
2013 80,596,254,040 56,217,348,052 69.75% -2.50%
2014 196,352,970,115 153,743,476,668 78.30% 173.48%
2015 251,037,803,940 168,373,843,640 67.07% 9.52%
2016 185,866,155,000 164,184,600,724 88.33% -2.49%
Rata-Rata 159,711,204,927 120,035,798,147 75.16% 23.28%
Tahun Anggaran (Rp .) Realisasi
Sumber : Pertanggungjawaban APBK Tahun 2012-2016 (audited), BPKD Lhokseumawe, (diolah)