• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJUAN PUSTAKA. terbagi menjadi dua, yakni sistem dan pemerintahan. Kedua hal tersebut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJUAN PUSTAKA. terbagi menjadi dua, yakni sistem dan pemerintahan. Kedua hal tersebut"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

17 BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Sistem Presidensial

1. Makna Sistem Pemerintahan

Pandangan Dasril Radjab menyatakan bahwa sistem pemerintahan terbagi menjadi dua, yakni sistem dan pemerintahan. Kedua hal tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Jika kita menggabungkan, dua kata diatas maka akan membentuk suatu pengertian yang berhubungan dengan sistem ketatanegaraan kita.1 Jika merujuk secara etimologi maka sistem merupakan satuan satuan yang tidak terpisahkan dan saling terhubung untuk mencapai tujuan tertentu. Ini menunjukan bahwa maksud dari kata pemerintahan adalah perbuatan (urusan, hal, dan lain lainya) yang dimaknai memerintahh.

Sedangkan pandangan Fatahullah Jurdi,2 pemerintahan diartikan secara luas merupakan segala bentuk urusan yang dilaksanakan oleh negara dalam mewujudkan kesejahteraan warga negara dan untuk menjaga kepentingan negara itu sendiri, sehingga tidak diartikan sebagai pemerintahan yang hanya menjalankan tugas eksekutif, tetapi juga termasuk tugas lain termasuk perundangan dan kehakiman.

1 Dasril Radjab. 1994. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Cet. Ke- 1. Hal.

57

2 Fatahullah Jurdi. 2014. Ilmu Politik Ideologi dan Hegemoni Negara. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Cet. Ke- 1. Hal. 74

(2)

18 Dua pendapat diatas memiliki karateristik yang saling terhubung berkaitan makna system dan pemerintahan. Secara sedarhana dapat kita pahami bahwa system pemerintahan merupakan sekumpulan organ (instansi) yang dimaknai tidak hanya dalam arti sempit maupun luas yang mana mereka bersama-sama memiliki tujuan yang baik berdasarkan consensus terdahulu.

Indonesia sendiri memiliki tujuan yang termaktub dalam alenia ke empat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (UUD NRI 1945). Menurut Titik Triwulan Tutik, apabila berbicara mengenai sistem pemerintahan kita dapat melihat bahwa kekuasaan itu berbicara bagaimana kemudian kekuasaan serta hubungan antara lembaga-lembaga negara dapat menjalankan kekuasaan untuk mengatur jalanya bernegara, guna mencapai terselenggaranya kepentingan rakyat.3

Sunarso memisahkan pemaknaan mengenai sistem pemerintahan, yang terbagi dari tiga sudut pandang yang berbeda. Pengertian pertama, menunukan pemaknaan dalam makna yang sempit yang menunjukan bahwa sistem pemerintahan merupakan bentuk pengkajian yang melihat hubungan diantara eksekutif dan legislatif disuatu negara. Berdasarkan kajian ini terhasil dua model kerajaan iaitu sistem parlimen dan sistem presiden. Dalam erti kata kedua, sistem pemerintahan dalam erti kata yang luas ialah kajian tentang kerajaan negeri yang bermula daripada hubungan antara semua organ

3 Titik Triwulan Tutik. 2010. Konstruksi Hukum Tata Negara Pasca Amandemen UUD 1945.

Jakarta. Kencana. Cet. Ke- 2. Hal. 148

(3)

19 negeri termasuk hubungan antara kerajaan pusat dan kerajaan bagian-bagian yang wujud dalam negara.

Berdasarkan pandangan ini, sistem kerajaan negeri dibahagikan kepada negeri kesatuan, negeri persekutuan, dan negeri gabung Manakala pengertian ketiga, sistem pemerintahan dalam erti kata yang sangat luas, iaitu kajian yang memfokuskan kepada hubungan antara negara dan rakyatnya.

Berdasarkan kajian ini, dapat dibezakan antara sistem kerajaan beraja, kerajaan bangsawan dan kerajaan demokrasi. Manakala menurut Efriza, pengertian sistem kerajaan dalam erti kata sempit ialah sistem pentadbiran kerajaan eksekutif. Dalam erti kata yang luas, sistem pemerintahan boleh dibahagikan mengikut pembahagian kuasa kepada garis mendatar dan menegak. Secara mendatar, carta organisasi negeri dibahagikan kepada fungsi berdasarkan sifat kerja atau tugas yang berbeza, sekali gus memerlukan bentuk organisasi negeri yang berbeza. Manakala, pembahagian menegak organisasi negeri mewujudkan garis hubungan antara pusat dan wilayah atau negeri yang menggunakan prinsip desentralisasi dan dekonsentrasi.

2. Sistem Pemerintahan Presidensial

Jika sistem pemerintahan parlimen dikaitkan dengan perkembangan sistem parlimen British, sistem pemerintahan presiden tidak boleh dipisahkan dari Amerika Syarikat. Jika melihat literatur disebutkan, Amerika Syarikat bukan sahaja tempat lahirnya sistem presidensial, tetapi merupakan contoh yang ideal disebabkan memenuhi hampir semua kriteria dalam sistem

(4)

20 pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan presiden dilaksanakan semata-mata di Amerika Syarikat.

Jika melihat dengan dengan sejarah sistem parlementer, sistem presidensial tidak diwujudkan dan dibangun menggunakan proses evolusi yang lama dan panjang. Lahirnya sistem pemerintahan berpresiden tidak dapat dipisahkan daripada perjuangan Amerika Syarikat menentang dan melepaskan diri daripada penjajahan British. Menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, latar belakang Amerika Syarikat yang berpegang kepada sistem pemerintahan presidensial ialah kebencian rakyat Amerika terhadap kerajaan Raja George III, sehingga tidak mahu kerajaan beraja dan merealisasikan kemerdekaannya daripada pengaruh British, mereka lebih suka mengikut jejak Montesquieu dengan mengadakan pengasingan kuasa, supaya tidak menutup kemungkinan satu kuasa akan melebihi kuasa yang lain, kerana dalam Trias Politica terdapat sistem semak dan imbang.

Douglas V. Verney menyatakan tentang latar belakang mucnulnya sistem presidensial Amerika Serikat tidak dapat dipisahkan dengan s perkembangan sistem pemerintahan parlementer.4 Verney menganalisa dan menyatakan mengenai sistem presidensial dalam konstitusi yang tertulis di Amerika Serikat merupakan perwujudan nyata dari Revolusi Amerika yang sukses menghambat dan memperlambat peralihan secara alami pengasingan sistem kuasa (fasa kedua) kepada sistem penyatuan kuasa (fasa ketiga). Kuasa

4 Efriza. 2009. Ilmu Politik dari Ilmu Politik sampai Sistem Pemerintahan. Bandung. Alfabeta.

Cet. Ke- 2. Hal. 266

(5)

21 perundangan dan kuasa kehakiman masih dipisahkan oleh bidang kuasa daripada kuasa eksekutif yang dipegang oleh seorang presiden sebagai pengganti raja/permaisuri (raja) dan kerajaannya

Sistem pemerintahan presidensial adalah suatu pemerintahan dimana kedudukan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat, dengan kata lain kekuasaan eksekutif berada di luar pengawasan (langsung) parlemen.5

Badan legislatif dan eksekutif boleh dikatakan tidak terdapat hubungan seperti sistem pemerintahan parlementer. Menurut Ahmad Sukardja, sistem presidensial merupakan sistem pemerintahan yang terpusat pada keekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara. Dalam sistem ini, badan eksekutif tidak bergantung kepada badan legislatif. Kedudukan badan eksekutif lebih kuat dalam menghadapi badan legislatif.6

Adapun dasar hukum dari kekuasaan eksekutif dikembalikan kepada pemilihan rakyat. Dalam sistem kabinet presidensial, lembaga legislatif, dan eksekutif memiliki kedudukam yang independen, sedangkan pemegang kewenangan dipilih oleh rakyat secara terpisah.7 Jadi ada kemungkinan presiden dari partai A, tetapi parlemen didominasi oleh partai B. Karena itu presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen. Sebaliknya presiden pun tidak dapat membubarkan parlemen. Masa jabatannya keduanya pun sesuai dengan masa jabatan yang diatur oleh konstitusi.8 Ada kemungkinan seorang presiden dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya tetapi sebabnya

5 Jimly Asshiddiqie. 2011. Hukum Tata Negara dan Pilar-pilar Demokrasi. Jakarta. Sinar Grafika.

Cet. Ke- 1. Hal. 98

6 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim.1981. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta. Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Hal. 177

7Susilo Suharto. 1945. Kekuasaan Presiden Republik Indonesia dalam Periode Berlakunya Undang-Undang Dasar 1945. Yogyakarta. Graha Ilmu. Hal. 61

8 M. Kusnardy. 1993. Pengantar Hukum Tata Negara. Jakarta. Sinar Bakti. Hal 20

(6)

22 adalah karena perbuatan tidak senonoh atau tercela. Di Amerika Serikat, misalnya presiden dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya melalui Impeachment (pengadilan oleh DPR).9

Lembaga legislatif maupun eksekutif mempunyai kewenangan membuat undang-undang, tetapi yang satu harus medapatkan persetujuan dari yang lain sehingga setiap undang-undang merupakan hasil kesepakatan kedua pihak. Kebebasan badan eksekutif terhadap badan legislatif mengakibatkan kedudukan badan eksekutif lebih kuat dalam menghadapi legislatif. Lagi pula menteri-menteri dalam kabinet presidensial dapat dipilih menurut kebijaksanaan presiden sendiri tanpa menghiraukan tuntutan-tuntutan partai politik. Dengan demikian polhan presiden dapat didasarkan atas keahlian serta faktor-faktor lain yang dianggap penting.10

Karena pembentukan kabinet itu tidak tergantung dari badan perwakilan rakyat dan tidak memerlukan dukungan kepercayaan dari badan perwakilan rakyat itu maka menteri pun tidak bisa diberhentkan olehnya.11Agar para menteri tidak berlindung dibawah kekuasaan presiden apabila melakukan kesalahan, maka antara badan legislatif (parlemen) dan eksekutif (presiden dan menterinya) harus saling mengawasi secara ketat (checking power with power).12 Seperti halnya dalam kabinet parlementer, ikatan partai dapat mendorong timbulnya kerja sama antara pemegang kewenang legislatif dan eksekutif. Namun, ikatan partai lebih longgar pada kabinet presidensial karena masing-masing pihak khususnya para anggota badan legislatif sangat bergantung pada konstituennya. Dengan kata lain,

9 Pamudji. 1995. Perbandingan Pemerintahan. Jakarta. Bina Aksara. Hal. 2

10 Sjachran Basah. 1996. Hukum Tata Negara Perbandingan. Bandung. Alumni. Hal. 7

11 Sarundjang. 2005. Babak Baru Sistem Pemerintahan Daerah. Jakarta. Kata Hasta Pustaka. Hal.

2

12 Bagir Mana. 1999. Lembaga Kepresidenan. Yogkyakarta. Gama Media. Hal. 1

(7)

23 dalam pemerintahan presidensial, ikatan partai sama pentingnya dengan hubungan baik terhadap para pemilihnya.

Menurut Ramlan Surbakti ada empat ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial, yaitu:13

1) Kepemimpinan dalam melaksanakan kebijakan (administrasi) lebih jelas pada sistem presidensial, yakni ditangan presiden, daripada dalam kabinet parlementer, tetapi siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan kebijakan lebih jelas pada kabinet parlementer dibandingkan dengan kabinet presidensial.

2) Kebijakan yang bersifat komprehensif jarang dapat dibuat karena legislatif dan eksekutif mempunyai kedudukan yang terpisah (seseorang tidak dapat mempunyai fungsi ganda), ikatan partai yang longgar, dan kemungkinan kedua badan ini didominasikan oleh partai yang berbeda.

3) Jabatan kepala pemerintahan dan kepala negara berada pada satu tangan.

4) Legislatif bukan tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif, yang dapat diisi dari berbagai sumber termasuk legislatif.

Sama halnya dengan sistem pemerintahan parlemeneter, sistem pemerintahan presidensial juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim keuntungan dari diterapkannya sistem pemerintahan presidensial adalah pemerintahan untuk jangka waktu tertentu itu stabil.

Sedangkan kelemahannya adalah pertama, kemungkinan terjadi bahwa apa yang ditetapkan sebagai tujuan negara menurut eksekutif bisa berbeda dari pendapat legislatif. Kedua, untuk memilih presiden dilakukan untuk

13 Ansori, L. 2017. Telaah Terhadap Presidential Threshold Dalam Pemilu Serentak 2019.

Bandung. Jurnal Yuridis Vol 4 No. 15. Hal. 20

(8)

24 masa jabatan yang tidak sama, sehingga perbedaan yang timbul para pemilih dapat mempengaruhi sikap dan keadaan lembaga itu menjadi berlainan.14

Untuk lebih memudahkan perbandingan antara sistem Presidensiil dan Parlementer bisa melihat tabel 1.1

Tabel 1.1

Perbandingan Sistem Presidensial dan Sistem Parlementer

No Aspek Presidensial Parlementer

1. Bentuk Negara Republik Monarkhi/Republik

2. Kepala Negara Presiden Raja/Ratu atau

Presiden 3. Kepala

Pemerintahan

Presiden Mentri Perdana

4. Sistem Pemilu Presiden dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum

Presiden dipilih langsung oleh rakyat, sedangkan Mentri Perdana dipilih oleh Parleme

5. Masa Jabatan Kepala

Pemerintahan

Ditentukan oleh waktu yang telah diatur dalam konstitusi

Tidak ditentukan

6. Posisi Eksekutif

Dipegang oleh partai politik memenangkan pemilu dan dapat diisi oleh orang-orang profesional non partai

Dipegang oleh partai politik yang mendapat suara mayoritas dari pemilu

7. Pemberhentian terhadap kepala

pemerintahan

Melalui

mekanisme impeachment yaitu pemakzulan presiden apabila ada indikasi presiden melakukan pelanggaran berat.

Mentri dapat

diberhentikan

sewaktu-waktu oleh parlemen, apabila parlemen

mengeluarkan mosi tidak percaya terhadap kinerja Mentri Perdana

14 Ibid Hal 21

(9)

25 B. Demokrasi dan Negara Hukum

1. Konsep Demokrasi

Istilah demokrasi berasal dari dua asal kata bahasa Yunani, yaitu

“demos” dan “kratos” atau “kratein”. Menurut artinya secara harfiah yang dimaksud dengan demokrasi, yaitu “demos” yang berarti rakyat dan “kratos”

yang berarti pemerintahan, sehingga kata demokrasi berarti suatu pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat. Demokrasi menyiratkan arti kekuasaan itu pada hakikatnya yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sekalipun sejelas itu arti istilah demokrasi menurut bunyi kata- kata asalnya, akan tetapi dalam praktek demokrasi itu dipahami dan dijalankan secara berbeda-beda, bahkan perkembangannya sangat tidak terkontrol.

Menurut Munir Fuady15 dalam Konsep Negara Demokrasi, sebenarnya yang dimaksud demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dalam suatu negara dimana warga negara secara memiliki hak, kewajiban, kedudukan, dan kekuasaan yang baik dalam menjalankan kehidupannya maupun dalam berpartisipasi terhadap kekuasaan negara, dimana rakyat berhak untuk ikut serta dalam menjalankan negara atau mengawasi jalannya kekuasaan baik secara langsung misalnya melalui ruang ruang public (public sphere) maupun melalui wakil-wakilnya yang telah dipilih secara adil dan jujur dengan pemerintahan yang dijalankan semata-mata untuk kepentingan rakyat, sehingga sistem pemerintahan dalam negara tersebut berasal dari rakyat, dijalankan oleh rakyat, untuk kepentingan rakyat (from the people by the people to the people).

Menurut Sartori, demokrasi merupakan istilah yang bersifat umum ataupun universal dan tidak ada sistem demokrasi yang berlaku untuk semua

15 Soehino. 2005. Ilmu Negara. Yogyakarta. Liberty Yogyakarta. Hal 146

(10)

26 bangsa.16 Konsep demokrasi semula berawal dari pemikiran mengenai hubungan negara dan hukum di Yunani kuno dan dipraktekkan dalam hidup bernegara antara abad ke 4 sebelum Masehi sampai abad ke 6 Masehi. Saat itu pelaksanaan demokrasi dipraktikan secara langsung (direct democrazy) artinya rakyat menentukan sendiri secara langsung terhadap setiap putusan yang menyangkut dengan kepentingan publik berdasarkan prosedur mayoritas.

Kemudian, dalam perkembangannya mengalami dua kali bentuk transformasi demokrasi yakni transformasi demokrasi negara kota di Yunani dan Romawi kuno pada abad ke 5 sebelum Masehi serta beberapa negara kota di Italia pada masa abad pertengahan dan transformasi yang terjadi dari demokrasi negara kota menjadi demokrasi kawasan bangsa negara atau negara nasional yang luas.17

Akibat transformasi demokrasi tersebut, terjadi perubahan tatanan secara mendasar bentuk demokrasi sebagai akibat terjadinya perpindahan dari negara kota ke negara bangsa. Robert A. Dahl mengemukakan delapan akibat yang ditimbulkan dari adanya penerapan demokrasi pada wilayah negara bangsa yang luas, yaitu perwakilan; perluasan yang tidak terbatas; batas-batas demokrasi partisipatif; keanekaragaman; konflik; poliarkhi; pluralisme sosial dan organisasional; dan perluasan hak-hak pribadi.18 Dari sini terlihat bahwa bentuk dan susunan negara demokrasi pada masa Yunani kuno sangat berbeda dengan bentuk dan susunan negara demokrasi pada masa sekarang.

16 Hans Kelsen. 2006. Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara. Bandung. Penerbit Nusa Media dan Nuansa. Hal 402

17 Jimly Asshddiqie. 2009. Menuju Negara Hukum Yang Demokratis. Jakarta. PT Bhuana Ilmu Populer. Hal 398

18 Ibid Hal 390

(11)

27 Indonesia adalah negara yang sangat luas dengan beribu pulau yang terpisah oleh lautan yang tidak kalah luasnya juga. Dari situlah dengan negara beribu pulau ini memerlukan suatu sistem untuk tetap bersatu meski tempat pulau terpisah antara pulau yang satu dengan yang lainya. Seperti symbol yang tertera pada lambang negara yakni burung garuda pancasila “Bhienika Tunggal Ika” yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu jua, satu jua yakni atas nama Indonesia. Indonesia sebagai negara, negara wadah bangsa untuk mencapai cita-cita atau tujuan bangsanya.19 Negara Indonesia dalam usaha mewujudkan cita cita itu salah satunya adalah menggunakan resep demokrasi.

Perkembangan demokrasi dari demokrasi kuno hingga demokrasi modern ini terjadi sekitar abad ke XVII dan abad ke XVIII, yang dalam hal ini nantinya erat hubunganya dengan ajaran-ajaran para sarjana hukum alam.20

Demokrasi sendiri menurut Hans Kelsen berarti bahwa “kehendak”

yang dinyatakan dalam tatanan hukum negara identik dengan kehendak dari para subyek hukum.21 Demokrasi langsung adalah demokrasi dengan derajat relatif paling tinggi dan ditandai oleh fakta bahwa pembuatan undang-undang dan juga fungsi eksekutif dan yudikatif yang utama dilaksanakan oleh rakyat di dalam pertemuan akbar atau rapat umum utnuk mekanisme sistem pemerintahan negara sebagia upaya mewujudkan kedaulatan rakyat

19Jimly Asshidiqie. 2005. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi. Jakarta. Konstitusi Press. Jakarta Hal 241

20 Sigit Pamungkas. 2012. Pemilu Perilaku Pemilih dan Kepartaian. Yogyakarta. IDW Press. Hal 3

21 Miriam Budiarjo.1990. Hak Asasi Manusia Dalam Dimensi Global. Jakarta. Jurnal Ilmu Politik.

No. 10. Hal 37

(12)

28 (kekuasaan warganegara) atas negara yang dijalankan pemerintah negara tersebut.22

Seperti ajaran para pakar terkenal terdahulu seperti Montesquieu, yaitu dengan ajaran tentang pemisahan kekuasaan, yang kemudian terkenal dengan nama Trias Politika, karena ajaran ini akan menentukan tipe daripada demokrasi modern, dan ajaran Rousseau.

Dari ajaran Trias Politika oleh Montasquieu diatas kemudian muncul sistem-sistem yang berhubungan dengan demokrasi modern, seperti berikut:23

1. Demokrasi, atau pemerintahan perwakilan rakyat yang presentative, dengan sistem pemisahan kekuasaan secara tegas, atau sistem presidensiil

2. Demokrasi, atau pemerintahan perwakilan rakyat yang representatif, dengan sistem pemisahan kekuasaan, tetapi di antara badan legislative dengan badan eksekutif, ada hubungan yang bersifat timbal balik, dapat saling mempengaruhi, atau sistem parlementer.

3. Demokrasi, atau pemerintahan perwakilan rakyat yang reprsentatif, dengan sistem pemisahan kekuasaan, dan dengan control secara langsung dari rakyat, yang disebut sistem referdum atau sistem badan pekerja.

William Andrews mengatakan, negara demokrasi moderen berdiri di atas basis kesepakatan umum mayoritas rakyat tentang bangunan negara yang di idealkan, organisasi negara diperlukan agar kepentingan mereka dapat

22 Dahlan Thaib. 1993.Implementasi Sistem Ketatanegaraan Menurut UUD 1945. Yogyakarta.

Liberty. Hal 94

23 Munir Fuady. 2010. Konsep Negara Demokrasi. Bandung. PT. Refika Aditama, Hal. 2

(13)

29 dilindungi atau dipromosikan melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme negara.24

Seperti yang sering kita dengar adegium “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” yang dikemukakan oleh Abraham Lincoln begitulah demokrasi diterjemahkan. Penjelasan Abraham terdapat ciri demokrasi yakni dalam kekuasaan berada di tangan rakyat, rakyatlah sebenar- benarnya penguasa, yang dimana pemerintahan yang didapat dari rakyat dan dipersembahkan untuk rakyat juga, disini akhirnya menemukan bahwa adanya ruang politik (polical space) yang memungkinkan rakyat untuk bisa berkembang dan ikut serta dengan politik yang terbuka. Selain itu demokrasi memberikan kondisi terhadap rakyat dimana rakyat menjadi aktor utama dalam proses politik, yang tidak hanya sekedar menjadi penyumbang suara dalam pemilu.

Maurice Duverger dalam bukunya yang berjudul I’Es Regimes Des Politiques menyatakan sebagai berikut: “Cara pengisian jabatan demokratis dibagi menjadi dua, yakni demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan yang dimaksud demokrasi langsung merupakan cara pengisian jabatan dengan rakyat secara langsung memilih seseorang untuk menduduki jabatan- jabatan tertentu dalam pemerintahan, sedangkan demokrasi perwakilan merupakan cara pengisian jabatan dengan rakyat memilih seseorang atau partai politik untuk memilih seseorang menduduki jabatan tertentu guna menyelenggarakan tugastugas (kelembagaan) negara seperti kekuasaan legislatif, eksekutif, dan kekuasaan yudikatif.25

24 Robert A. Dahl. 1998. USA. On Democrazy USA, Yale University Press, Hal. 120. Dikutip dari Kusnu Goesniadhie S. 2009. Keterikatan Janji Politik dalam Hukum Pencerminan Kodrat Manusiawi. Malang. Jurnal Konstitusi Pusat Studi Konstitusi. Vol. I No. 1. Fakultas Hukum.

Universitas Wisnuwardhana. Hal. 29-30

25 Ni‟matul Huda. 2015. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta PT Raja Grafindo Persada. Hal.

259

(14)

30 Begitulah kemudian yang akan mempengaruhi sistem di Indonesia.

William Andrewsmengatakan, negara demokrasi modern berdiri berdiri di atas basis kesepakatan umum mayoritas rakyat tentang bangunan negara yang di idealkan.26 Bahwa wlilliam mengemukakan dalam perkembangan demokrasi modern memberikan segala keputusan pada rakyat dalam pembangunan negara ataupaun tentang kebijakan-kebijakan negara yang bersangkutan.

2. Konsep Negara Hukum

Teori negara berdasarkan hukum secara esensi bermakna bahwa hukum adalah supreme dan kewajiban bagi setiap penyelenggara negara atau pemerintahan untuk tunduk pada hukum (subject to the law). Tidak ada kekuasaan di atas hukum (above the law). Dengan kedudukan ini tidak boleh ada kekuasaan yang sewenang-wenang (arbitrary power) atau penyalahgunaan kekuasaan (misuse of power).27

Demokrasi dan negara hukum adalah dua konsepsi mekanisme kekuasan dalam menjalankan roda pemerintahan negara. Kedua konsepsi tersebut saling berkaitan yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan, karena pada satu sisi demokrasi memberikan landasan dan mekanisme kekuasaan berdasarkan prinsip persamaan dan kesederajatan manusia, pada sisi yang lain negara hukum memberikan patokan bahwa yang memerintah dalam suatu negara bukanlah manusia, tetapi hokum.28

26 Moh. Kusnadi dan Bintan R. Siragih. 2000. Ilmu Negara Edisi Revisi. Jakarta. Gaya Media Tama. Hal. 254-259.

27 Tim ICCE UIN Jakarta. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta. Prenada Media. Hal. 113 dalam. Erwin Muhammad. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia. Bandung. PT Refika Aditama. Hal. 131-132

28 Afan Gaffar. 2005. Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Hal. 15

(15)

31 Konsepsi demokrasi, di dalamnya terkandung prinsip-prinsip kedaulatan rakyat (democratie) sedangkan di dalam konsepsi negara hukum terkandung prinsip-prinsip negara hukum (nomocratie), yang masing-masing prinsip dari kedua konsepsi tersebut dijalankan secara beriringan sebagai 2 (dua) sisi dari 1 (satu) mata uang. Paham negara hukum yang demikian dikenal dengan sebutan “negara hukum yang demokratis” (democratische rechtsstaat) atau dalam bentuk konstitusional disebut constitutional

democracy.

Demikian pula yang dikatakan oleh Mahfud MD bahwa satu asas yang merupakan pasangan logis dari asas demokrasi adalah asas negara hukum, artinya bagi satu negara demokrasi pastilah menjadikan pula hukum sebagai salah satu asasnya yang lain. Alasannya, jika satu negara diselenggarakan dari, oleh dan untuk rakyat, maka untuk menghindari hak rakyat dari kesewenang-wenangan dan untuk melaksanakan kehendak rakyat bagi pemegang kekuasaan negara haruslah segala tindakannya dibatasi atau dikontrol oleh hukum, pemegang kekuasaan yang sebenarnya tak lain hanyalah memegang kekuasaan rakyat, sehingga tidak boleh sewenang- wenang.

Disebutkan bahwa negara hukum menentukan alat-alat perlengkapannya yang bertindak menurut dan terikat kepada peraturan- peraturan yang ditetapkan terlebih dahulu yang dikuasakan untuk mengadakan peraturanperaturan itu36, seperti tercantum di dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa: “Negara

(16)

32 Indonesia adalah negara hukum”. Disebut sebagai “negara hukum yang demokratis”, karena di dalamnya memuat prinsip-prinsip negara hukum dan prinsip-prinsip demokrasi, menurut Jimly Asshiddiqie, gagasan demokrasi yang berdasarkan atas hukum (constitutional democracy) mengandung 4 (empat) prinsip pokok, yaitu:29

1. Adanya jaminan persamaan dan kesetaraan dalam kehidupan bersama;

2. Pengakuan dan penghormatan terhadap perbedaan atau pluralitas;

3. Adanya aturan yang mengikat dan dijadikan sumber rujukan bersama;

4. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa berdasarkan mekanisme aturan yang ditaati bersama dalam konteks kehidupan bernegara, di mana terkait pula dimensi-dimensi kekuasaan yang bersifat vertikal antar institusi negara dengan warga negara.

Jimly Asshiddiqie, menambahkan bahwa ke 4 (empat) prinsip-prinsip pokok dari demokrasi tersebut lazimnya dilembagakan dengan menambahkan prinsip-prinsip negara hukum (nomokrasi), yaitu: 30

1. Pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia;

2. Pembatasan kekuasaan melalui mekanisme kekuasaan dan pembagian kekuasaan disertai mekanisme penyelesaian sengketa ketatanegaraan antar lembaga negara, baik secara vertikal maupun horizontal;

3. Adanya peradilan yang bersifat independen dan tidak memihak (independent and impartial) dengan kewibawaan putusan yang tertinggi atas dasar keadilan dan kebenaran;

5. Dibentuknya lembaga peradilan yang khusus untuk menjamin keadilan warga negara yang dirugikan akibat putusan atau kebijakan pemerintahan (pejabat administrasi negara);

6. Adanya mekanisme judicial review oleh lembaga legislatif maupun lembaga eksekutif;

7. Dibuatnya konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang mengatur jaminan-jaminan pelaksana prinsip-prinsip tersebut;

29 Sumali. 2003. Reduksi Kekuasaan Eksekutif di Bidang Peraturan Pengganti Undang-Undang (PERPU). Malang. UMM Pres. Hal. 11

30 Ibid Hal. 12

(17)

33 8. Pengakuan terhadap asas legalitas atau due process of law dalam

keseluruhan sistem penyelenggaraan negara.

International Commision of Jurist pada konferensinya di Bangkok pada tahun 1965, memberikan rumusan tentang ciri-ciri pemerintahan yang demokratis sebagai berikut :31

1. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu, konstitusi harus pula menentukan cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin;

2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak;

3. Pemilihan umum yang bebas;

4. Kebebasan menyatakan pendapat;

5. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi;

6. Pendidikan kewarganegaraan.

Seperti yang telah dikatakan di atas, bahwa demokrasi dan negara hukum merupakan 2 (dua) sisi dari 1 (satu) mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Frans Magnis Suseno, demokrasi yang bukan negara hukum bukan demokrasi dalam arti yang sesungguhnya.

3. Konsep Pemilu

Pemilu adalah salah satu ciri yang harus ada pada negara demokrasi.Dengan demikian pemilu merupakan sarana yang penting untuk rakyat dalam kehidupan bernegara, yaitu dengan jalan memilihwakil- wakilnya yang pada gilirannya akan mengendalikan roda pemerintahan.Hasil pemilihan umum yang diselengarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan dengan cukup akurat mencerminkan aspirasi dan partisipasi masyarakat.32

31 Mahfud MD. 2001. Dasar & Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Jakarta. Rineka Cipta. Hal. 85

32 Frans Magnis Suseno. 1997. Mencari Sosok Demokrasi; Sebuah Telaah Filosofis. Jakarta.

Gramedia. Hal. 58.

(18)

34 Menurut Harris G.Warren, pemilu adalah kesempatan bagi para warga negara untuk memilih pejabat-pejabat pemerintah dan memutuskan apakah yang mereka inginkan untuk dikerjakan oleh pemerintah.

Dalam membuat keputusannya itu para warga negara menentukan apakah sebenarnyayang mereka inginkan untuk dimiliki. Sedangkan menurut A.Sudiharto, pemilu adalah sarana demokrasi yang penting dan merupakan perwujudan yang nyata untuk keikut sertaan rakyat dalam kehidupan kenegaraan.33 Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemilu merupakan dapat dikatakan pula semakin tinggi kadar demokrasi yang

terdapat dalam menyelenggarakan pemilu suatu cara menentukan wakil-wakil

yang akan menjalankan roda pemerintahan dimana pelaksanaan pemilu harus disertai dengan kebebasan dalam arti tidak mendapat pengaruh maupuntekanan dari pihak manapun juga. Semakin tinggi tingkat kebebasan dalam pelaksanaan pemilu maka semakin baik pula penyelenggaraan pemilu.

Demikian juga sebaliknya, semakin rendah tingkat kebebasan maka semakin buruk pula penyelenggaraan pemilu.

Sebagai sebuah aktivitas politik, pemilihan umum pastinya memiliki fungsi-fungsi yang saling berkaitan atau interdependensi. Adapun fungsi- fungsi dari pemilihan umum itu sendiri adalah :

a). Sebagai Sarana Legitimasi Politik

33 Muhammad Alim. 2001. Demokrasi dan HAM dalam Konstitusi Madinah dan UUD 1945.

Yogyakarta. UII Press. Hal. 50

(19)

35 Fungsi legitimasi ini terutama menjadi kebutuhan pemerintah dan sistem politik. Melalui pemilihan umum, keabsahan pemerintahan yang berkuasa dapat ditegakkan, begitu pula program dan kebijakan yang dihasilkannya. Dengan begitu, pemerintah berdasarkan hukum yang disepakati bersama tak hanya memiliki otoritas untuk berkuasa, melainkan juga memberikan sanksi berupa hukuman dan ganjaran bagi siapapun yang melanggarnya. Menurut Ginsberg" "fungsi legitimasi politik ini merupakan konsekuensi logis dari pemilihan umum. Paling tidak ada tiga alasan kenapa pemilihan umum dapat menjadi suatu legitimasi politik bagi pemerintahan yang berkuasa. Pertama, melalui pemilihan umum, pemerintah sebenarnya bisa meyakinkan atau setidaknya memperbaharui kesepakatan-kesepakatan politik dengan rakyat.

Kedua, melalui pemilihan umum pemerintahan dapat pula mempengaruhi perilaku rakyat atau kesepakatan dari rakyat ketimbang pemaksaan (coercion) untuk mempertahankan legitimasinya. Gramsci (1971) menunjukkan bahwa kesepakatan (Consent) yang diperoleh melalui hegemoni oleh penguasa ternyata lebih efektif dan bertahan lama sebagai sarana kontrol dan pelestarian legitimasi dari otoritasnya ketimbang penggunaan kekerasan dan dominasi

b). Fungsi Perwakilan Politik.

(20)

36 Fungsi ini terutama menjadi kebutuhan rakyat, baik untuk mengevaluasi maupun mengontrol perilaku pemerintahan dan program serta kebijakan yang dihasilkannya. Pemilihan umum dalam kaitan ini merupakan mekanisme demokratis bagi rakyat untuk menentukan wakil-wakil yang dapat dipercaya yang akan duduk dalam pemerintahan" .

c). Pemilihan Umum Sebagai Mekanisme Bagi Pergantian atau Sirkulasi Elit Penguasa.

Keterkaitan pemilihan umum dengan sirkulasi elit didasarkan pada asumsi bahwa elit berasal dari dan bertugas mewakili masyarakat luas atau rakyat. Secara teoritis, hubungan pemilihan umum dengan sirkulasi elit dapat dijelaskan dengan melihat proses mobilitas kaum elit atau non elit yang menggunakan jalur" "institusi politik, dan organisasi kemasyarakatan untuk menjadi anggota elit tingkat nasional, yakni sebagai anggota kabinet dan jabatan yang setara. Dalam kaitan itu, pemilihan umum merupakan saran dan jalur langsung untuk mencapai posisi elit penguasa. Dengan begitu maka melalui pemilihan umum diharapkan bisa berlangsung pergantian atau sirkulasi elit penguasa secara kompetitif dan demokratis

Referensi

Dokumen terkait

Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Akuntansi pada Gundoz Craft dengan Metode Rapid Application

Pada praktiknya, penerapan kafā’ah pada masyarakat ekonomi lemah di Desa Wonokerso ini terbagi menjadi dua metode yaitu kafā’ah berdasarkan agama dan akhlak, kafā’ah

S., 2016, “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Reformasi Perpajakan Terhadap Manajemen Laba Dan Manajemen Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang

Penguasaan buruh-buruh India dalam pekerjaan di ladang-ladang getah adalah disebabkan kaum-kaum lain iaitu orang Melayu dan Cina yang tidak berminat untuk bekerja di ladang-ladang

mengaktivasi data yang telah diisikan. Aktivasi dilakukan dengan cara mengklik di bagian “Link Aktivasi” yang ada di e-mail Anda. d) Setelah melakukan aktivasi, calon mahasiswa

Motivasi dari penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan persepsi moralitas individu, manajemen laba, salah saji, pengungkapan, biaya dan manfaat, serta tanggung jawab

Banyaknya responden yang memiliki kadar asam urat normal karena sebagian besar sudah menjaga pola makan, Selain itu, pada sebagian wanita postmenopause masih dapat

Bab ini membahas mengenai hasil percobaan yang telah dilakukan yaitu pengklasteran data latih dan selanjutnya akan dianalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap