• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFISIENSI LARUTAN ANTISEPTIK EKSTRAK DAUN CENGKEH (Syzygium aromatikum L) UNTUK MORTALITAS KECOA SEBAGAI HAMA PEMUKIMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFISIENSI LARUTAN ANTISEPTIK EKSTRAK DAUN CENGKEH (Syzygium aromatikum L) UNTUK MORTALITAS KECOA SEBAGAI HAMA PEMUKIMAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EFISIENSI LARUTAN ANTISEPTIK

EKSTRAK DAUN CENGKEH (Syzygium aromatikum L) UNTUK MORTALITAS KECOA SEBAGAI HAMA PEMUKIMAN

Oleh:

Anilia Ratnasari

FKIP Universitas Wiralodra, Jawa Barat

ABSTRAK

Kecoa merupakan salah satu masalah hama pemukiman karena menggangu kenyamanan dan kesehatan. Salah satu cara untuk pemberantasanya dengan mortalitas kecoa. Minyak atsiri daun cengkeh dengan kandungan eugenolnya memiliki kemungkinan dapat digunakan sebagai larutan antiseptik alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efesiensi larutan antiseptik ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) untuk mortalitas sebgai hama pemukiman. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan post testonly control group design. Sampel penelitian adalah kecoa sejumlah 150 ekor jenis Blattaria orientalis, sp sebagai kelompok eksperimen, dan diberikan perlakuan konsentrasi larutan antiseptik ekstrak daun cengkeh masing-masing kelompok adalah 100%, 75%, dan 50 %,.

Masing-masing kelompok berisi 50 ekor kecoa (kotak B,C,A dan dilakukan 4 kali ulangan.

Pengamatan dilakukan setelah 24 jam dan dihitung jumlah larva mortalitas kecoa. Hasil analisis data penelitian dengan menghitung persentase perbedaan mortalitas kecoa tertinggi pada konsentrasi 100% yaitu memiliki kemampuan untuk mortalitas kecoa sebesar 54 persen, dan mortalitas kecoa terendah yaitu pada konsentrasi 50% yaitu memiliki kemampuan untuk mortalitas kecoa sebesar 16 persen. Larutan antiseptik ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.)pada konsentrasi maksimum murni 100% memiliki efiensi terhadap mortalitas kecoa sebagai hama pemukiman. Efisensi juga dalam pembuatannya yaitu sederhana, mudah, murah, mengurangi dampak bahaya toksik atau racun, tidak mencemari lingkungan atau ramah lingkungan.

Kata kunci: Antiseptik cengkeh (Syzygium aromaticum L.), Mortalitas, Hama Pemukinan Kecoa

PENDAHULUAN

Kecoa sangat dekat kehidupannya dengan manusia, menyukai bangunan yang hangat, lembab, dan yang banyak terdapat makanan.Kecoa merupakan serangga yang hidup di dalam rumah, gedung, kantor, rumah sakit, hotel, restoran, perpustakaan, di tempat sampah, saluran- saluran air kotor, dan umumnya kehidupan kecoa berkelompok, memiliki kemampuan terbang,menghindari cahaya, oleh karena itu pada siang hari kecoa bersembunyi disela-sela atau tempat yang gelap, dan aktif bergerak pada malam hari. (http://www.depkes.go.id).

Serangga kecoa sudah ada dipermukaan bumi sejak 300 juta tahun silam.Diperkirakan jumlah kecoa yang ada dipermukaan bumi saat ini mencapai 5.000 species, termasuk diantaranya species kecoa raksasa yang ditemukan di hutan belantara Kalimantan Timurtahun 2004. Jenis kecoa raksasa dikategorikan terbesar di dunia, memiliki ukuran tubuh mencapai 8-10 cm.

(Prasetyowati dan Hendri. 2007).

Borror, et.al.1992 menyatakan bahwa ada beberapa species kecoa yang hidup dan sering ditemukan di permukiman adalah Periplaneta Americana (kecoa Amerika), Blattaria orientalis L, Blatella germanica, dan Suppella longipalpa. Kelompok Blattaria orientalis L memiliki ciri umum tubuhnya relatif besar panjangnya 25 mm/lebih, tubuhnya melebar bulat telur dengan sayap-sayap yang pendek, dan berwarna coklat tua. Kecoa dikatakan sebagai

(2)

serangga pengganggu dan merupakan hama pemukiman karena habitat hidupnya ditempat yang kotor, dan dalam keadaan terganggu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap (http://www.depkes.go.id).

Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit, diantarnya;

Pertama, kecoa sebagai vektor mekanik bagi beberapa mikro organism pathogen yaitu dapat memindahkan Streptococcus, Salmonella, sehingga kecoa menjadi penyebab penyebaran penyakit disentri, diare, cholera, virus hepatitis A, dan polio; Kedua, kecoa sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing, Ketiga kecoa menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan pembengkakan kelopak mata (http://www.depkes.go.id).

Penularan penyakit dapat terjadi melalui organisme sebagi bibit penyakit yang terdapat pada sisa makanan atau sampah, dimana organisme atau bibit penyakit tersebut terbawa oleh kaki-kaki atau bagian tubuh kecoa, kemudian secara langsung kecoa mengkontaminasi lingkungan sekitar yang dihinggapi kecoa. Oleh karena itu dilakukan pemberantasan kecoa dengan berbagai cara, salah satunya yang sudah popular dimasyarakat yaitu dengan menggunakan insektisida seperti yang sudah beredar dipasaran, tetapi memberikan dampak negatif bagi lingkungan dan manusia.

Salah satu jenis daun tanaman yang mengandung zat antiseptik adalah cengkeh (Syzygium aromatikum). Tanaman ini memiliki klasifikasi dari Fillum; Magnoliophyta, Classis: Maglionopsida, Ordo; Myrtales, Familly: Myrtaceae, Genus; Syzygium, Species;

Syzygium aromatikum. Morfologi dari tanaman cengkeh merupakan tumbuhan pohon, tingginya 20-30 m. Daunnya kaku, berwarna hijau atau hijau kemerahan, dan berbentuk eplips dengan kedua ujungnya runcing. Batang utama menjulang ke atas, tajuk umumnya berbentuk kerucut, piramida, dan memiliki banyak percabangan (Najiyati dan Danarti, 2003).

Kandungan daun cengkah yaitu bahan aktif kimia sebagai zat antiseptik (minyak cengkeh).Minyak atsiri cengkeh mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Komponen utama minyak cengkeh mengandung bahan aktif utama kadar zat eugenol (http://wikipedia.org/cengkeh). Serangga Kecoa dapat dikendalikan dengan insektisida dari cengkeh adalah dengan menggunakan zat eugenol yang mampu memberikan aroma khas.Eugenol digunakan diberbagai industri seperti industri farmasi.Eugenol dapat berfungsi sebagai insektisida (anti serangga), fungisida (anti jamur), bakterisida, dan nematisida (anti nematoda) (Kardinan, 2005).

Mengurangi dampak negatif dari berbagai macam insektisida pemberantas hama serangga yang beredar dimasyarakat umumnya memiliki kandungan racun (toksik) yang tinggi tidak ramah lingkungan, sehingga kurang nyaman dan ekonomis. Oleh karena itu sebagai alternatif dilakukannya penelitian tentang larutan daun cengkeh (Syzygium aromatikum)yang mengandung zat antiseptik yaitu suatu senyawa yang memiliki daya untuk mematikan (mortalitas) serangga, sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar larutan antiseptik alami yang dapat dibuat dengan metode sederhana, tidak memiliki efek samping, lebih ramah lingkungan, efisien, dan ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efisiensi larutan antiseptik ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromatikum) untuk mortalitas kecoa sebagai hama pemukiman.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian bersifat bersifat eksperimental laboratorik dengan desain penelitian posttest only control group design. Penelitian menggunkan subyek atau sampel penelitian kecoa jenis Blattaria orientalis, sp sebagai hama pemukiman sebanyak 150 ekor. Sampling menggunakan random untuk pemberian perlakuan dan pengulangan.

Analisis data menggunakan persentase jumlah mortalitas kecoa sebagai hama pemukiman.

(3)

Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan bahan utama sebagai antiseptik adalah daun cengkeh (Syzygium aromatikum) sebanyak 500 gram dan aqudes sebagai campuran larutan. Alat-alat yang digunakan dalam membuat konsentrasi larutan ekstrak daun cengkeh sebagai berikut; 1).

Satu buah baskom palstik volume 1 liter; 2).Satu buah panci volume 1 liter; 3). Kompor gas/listrik; 4). Kain saring (kain kassa); 5). Pengaduk, 6).Gelas ukur volume 100-1000 ml; 7) Beker glas volume 1000ml; 8).Timbangan; dan 9). Botol semprot.

Metode

1. Pembuatan konsentrasi larutan antiseptik ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromatikum) sebagai berikut:

a. Menyiapkan daun cengkeh sebanyak 500 gram, kemudian dicuci sampai bersih.

b. Rebus dengan 1000ml aquades selama 30 menit dengan suhu 600.

c. Hasil rebusan disaring, dibagi menjadi tiga konsentrasi larutan antiseptik ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromatikum)yaitu murni (larutan murni 100%), konsentrasi 75%

(campuran 75% larutan murni+25% aquades) , dan konsentrasi 50% (campuran 50%

larutan murni+50% aguades).

2. Mortalitas hama pemukiman (Kecoa)

a. Pemberantasan (mortalitas) kecoa dilakukan di pemukiman (rumah), dengan mengumpulkan kecoa kemudian masukkan kedalam 3 kotak (B,C, dan D), masing- masing kotak diisi kecoa sebanyak 50 ekor kecoa.

b. Mortalitas kecoa dengan berbagai konsentasi larutan antiseptik ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromatikum) sebagai berikut: (1). Dilakukan penyemprotan dengan 4 kali pengulangan pada masing-masing kotak (B, C dan A) dengan ketiga larutan konsentrasi larutan antiseptik ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromatikum)yaitu murni (larutan murni 100%), konsentrasi 75% (campuran 75% larutan murni+25%

aquades) , dan konsentrasi 50% (campuran 50% larutan murni+50% aguades), dan (2).

Dilakukan pengamatan selama 24 jam dengan 4 kali pengualang yaitu setiap 24 jam dilakukan satu kali penyemprotan konsentrasi larutan antiseptik ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromatikum), dan menghitung jumlah kecoa yang mengalami kematian (mortalitas)pada masing-masing kotak (B, C dan A).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Selama penelitian dilakukan pengamatan selama 24 jam dengan 4 kali pengualang yaitu setiap 24 jam dilakukan satu kali penyemprotan konsentrasi larutan antiseptik ekstrak cengkeh, dan menghitung data jumlah kecoa sebagai hama pemukiman yang mengalami kematian (mortalitas) pada masing-masing kotak (B, C dan A) disajikan pada tabel 1 sebagai berikut:

(4)

Tabel 1. Data Pengamatan Mortalitas Kecoa sebagai Hama Pemukiman

Berdasarkan hasil pengamatan jumlah mortalitas kecoa sebagai hama pemukiman dengan menggunakan konsentrasi larutan antiseptik ekstrak daun cengken maksimum 100%, 75% dan 50%, memiliki perbedaan yaitu pada kotak B dengan konsentrasi 100% jumlah mortalitas kecoa sebanyak 27 ekor, pada kotak C dengan konsentrasi 75% jumlah mortalitas kecoa sebanyak 16 ekor, dan pada kotak A dengan konsentrasi 50% jumlah mortalitas kecoa sebanyak 8 ekor. Dari pengamatan sebagai hasil penelitian yaitu mortalitas kecoa sebagai hama tanaman tertinggi pada kotak B, dan mortalitas kecoa sebagai hama pemukiman terendah pada kotak A.

Dari data jumlah mortalitas yang diperoleh kemudian dilanjutkan analisis data dengan menggunakan persentase jumlah mortalitas kecoa sebagai hama pemukiman pada masing perlakuan kotak B,C,dan,A). Persentase tersebut disajikan dalam diagram sebagai berikut:

Hasil analisis persentase jumlah mortalitas kecoa sebagai hama pemukiman pada masing-masing perlakuan kotak B,C, dan A memiliki perbedaan persentase yaitu persentase mortalitas kecoa tertinggi pada kotak B dengan perlakuan konsentrasi 100% memiliki kemampuan untuk mortalitas kecoa sebesar 54%, dan persentase mortalitas kecoa terendah pada kotak A dengan konsentrasi 50% memiliki kemampuan untuk mortalitas kecoa sebesar 16%.

54%

32%

16%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Jumlah mortalitas kecoa

Perlakuan dan pengulangan

Gambar diagram 1. Persenatse mortalitas kecoa sebagai hama pemukiman

Kotak B konsentrasi 100%

Kotak C konsentrasi 75%

kotak A konsentrasi 50%

Kelompok Perlakuan

penyemprotan konsentrasi larutan antiseptik ekstrak daun cengkeh

(Syzygium aromatikum)

Pengamatan selama 24 jam dengan 4 kali pengulangan

Jumlah mortalitas kecoa sebagai hama pemukiman Ke- 1 Ke-2 Ke-3 Ke-4

Konsentrasi 100% (kotak B berisi 50 ekor kecoa)

2 5 8 12 27

Konsentrasi 75% (kotak C berisi 50 ekor kecoa)

1 3 5 7 16

Konsentrasi 50% (kotak A berisi 50 ekor kecoa)

0 1 3 4 8

(5)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah disajikan dalam tabel dan gambar diagram maka jumlah mortalitas kecoa sebagai hama pemukiman dengan menggunakan konsentrasi maksimum 100% larutan antiseptik ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromatikum). Hal tersebut disebabkan karena semakin kuat kadar zat antiseptik maka semakin banyak yang masuk kedalam tubuh serangga kecoa tersebut, sehingga semakin cepat pula kinerja zat antiseptiknya yang menyebabkan terjadinya kekurangan cairan (desikasi) dan mengganggu metabolisme tubuh seranga, perlahan serangga itu akan lemah sampai mengalami kematian.

Zat antiseptik juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kecoa pada stadium muda sehinggamengalami pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan yang normal.Serangga kecoa yang pertumbuhannya terganggu oleh zat antiseptik atau antibiotik tidak dapat menghadapi faktor lingkungan yang menekannya.

Sejalandengan Thompson et al (dalam Nurcahyani, 2010)yang melaporkanbahwa eugenol mempunyai sifat neurotoksik.Eugenol dapat mempengaruhi susunan saraf yang khas dipunyai oleh serangga dan tidak terdapat pada hewan berdarah panas (dalam Nurcahyani, 2010). Neurotoksik bekerja dalam proses penekanan terhadap sistem saraf serangga, paralisis, selanjutnya terjadi kematian, ditandai dengan tubuh yang apabila disentuh terasa lunak dan lemas (dalam Nurcahyani, 2010).

Sebagai tanaman herbal cengkeh juga mengandung saponin yaitu merupakan glikosida dalam tanaman. Pengaruh saponin terlihat pada gangguan fisik serangga bagian luar (kutikula), yakni mencuci lapisan lilin yang melindungi tubuh serangga dan menyebabkan kematian karena kehilangan banyak cairan tubuh.Saponin juga dapat masuk melalui organ pernapasan dan menyebabkan membran sel rusak atau prosesmetabolisme terganggu (dalam Indriantoro, 210).

Flavonoid juga adalah salah jenis senyawa dari tanaman cengkeh, yaitu merupakan persenyawaan dari gula yang terikat dengan flavon.Flavonoid mempunyai sifat khas yaitu bau yang sangat tajam, rasanya pahit, dapat larut dalam air dan pelarut organik, serta mudah 8terurai pada temperatur tinggi (dalam indrintoro, 2010).Flavonoid digunakan sebagai senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat yang bersifat racun/aleopati yang dapat menjadi toksik untuk serangga dan dapat menghambat makan serangga.

Minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromatisum L.) mempunyai aktivitas larvasida yang lebih tinggi dibandingkan minyak atsiri serai wangi, ekstrak selasih, ekstrak daun kecubung , ekstrak buah tomat, dan ekstrak daun pandan wangi. Hal tersebut karena pada tanaman cengkeh (Syzygium aromatikum), terdapat berbagai macam kandungan senyawa aktif, sehingga digunakan bahan dasar insektisida alami yang salah satunya adalah konsentrasi larutan antiseptik ekstak daun cengkeh yang efisein digunakan sebagai alternatif permberantas kecoa karena dapat menyebabkan mortalitas kecoa sebagai hama pemukiman.

KESIMPULAN

Larutan antiseptik ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.)pada konsentrasi maksimum murni 100% memiliki efiensi terhadap mortalitas kecoa sebagai hama pemukiman.

Efisensi juga dalam pembuatannya yaitu sederhana, mudah, murah, mengurangi dampak bahaya toksik atauracun, tidak mencemari lingkungan atau ramah lingkungan.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Borror, DJ, et al.1992.Pengenalan pelajaran Serangga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Indriantoro.H. 2010.Efek Larvasida Ekstrak Daun Cengkeh (SyzygiumAromaticumL.) terhadapAedes aegypti L. Skripsi Fakultas Kedokteran Sebelas Maret: Surakarta

Kardinan. A. 2003. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Kardinan. A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Komoditas Wangi. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Najiyati.S. dan Danarti. 2003. Budi Daya dan Penanganan Pasca Panen Cengkeh. Jakarta:

Penebar Swadaya

Nurcahyati.O.H .2010. Efek Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap Mortalitas Larva Anopheles aconitus.

Prasetyowati dan Hendri .2007.Kecoa, Serangga Purba Penebar Penyakit.Bandung: Pikiran Rakyat

Sudarnadi . 1983.Tumbuhan Monokotil. Jakarta: Penebar Swadaya

Gambar

Tabel 1. Data Pengamatan Mortalitas Kecoa sebagai Hama Pemukiman

Referensi

Dokumen terkait

Pemahaman yang demikian ini, nampaknya dipengaruhi oleh pemikiran Qâsim Amîn, yang menurutnya penutupan wajah dengan cadar dan pengucilan perempuan (hijâb) dari

Apabila terjadi ketidaksepahaman pada pelaksanaan perjanjian mengenai ruang lingkup klausula force majeure dalam suatu force majeure atau bukan mengenai contoh

Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis mengembangkan sebuah chatbot yang dapat digunakan oleh pengguna melalui aplikasi chatting yang dimiliki oleh LINE

Secara keseluruhannya, antara jenis kesalahan bahasa yang telah dikesan ialah penggunaan loghat setempat iaitu dialek Terengganu yang mempunyai penekanan terhadap huruf ‘G’ dan

Penekanan kelestarian alam sekitar menerusi kesedaran dalam projek pembinaan boleh mengurangkan impak alam sekitar terhadap tapak projek, mengoptimakan penggunaan

 Dalam penelitian sedimentasi, hendaknya menggunakan citra dengan tingkat resolusinya yang sama dan algoritma yang berbeda sehingga dapat membandingkan antara algoritma yang

Cerita yang ada pada wayang beber pada masa itu adalah cerita tentang kejayaan dan kemenangan atas perang yang telah dilakukan oleh pasukan kerajaan Majapahit, cerita ini

Perum Perhutani maka dalam rangka mitigasi risiko hubungan antara perum perhutani dengan Propinsi Jawa Tengah maka perlu dipertimbangkan untuk memberhentkan pungutan SP3 dan merubah