Article history: ©2022 at http://jfmr.ub.ac.id Diterima / Received 21 April 2022
Disetujui / Accepted 26 April 2022 Diterbitkan / Published 12 May 2022
Yanida Azhari Julianinda1, Citra Satrya Utama Dewi1,2,*, Rarasrum Dyah Kasitowati1, Fery Kurniawan3,4
1 Program Studi Ilmu Kelautan, FPIK – Universitas Brawijaya
2Pusat Studi Pesisir dan Kelautan, LPPM – Universitas Brawijaya
3Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK – IPB University
4Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, LPPM – IPB University
*Koresponden penulis : satryacitra@ub.ac.id Abstrak
Sebagai ekosistem, fungsi ekologis yang unik dari padang lamun memberikan banyak manfaat bagi organisme yang tinggal di wilayah pesisir. Namun saat ini telah terjadi perubahan ekosistem dan keanekaragaman hayati yang terjadi pada skala lokal dan global. Penelitian ini, bertujuan untuk menggambarkan wilayah distribusi lamun di Indonesia dan Jawa Timur yang dapat menjadi acuan mengenai sebaran, tipe substrat dan habitat dari lamun. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data 5 tahun terakhir (2016-2021). Hasil penelitian ini pada wilayah Jawa Timur ditemukan sebanyak 11 jenis lamun di 8 lokasi penelitian diantaranya Lamongan, Gresik, Situbondo, Banyuwangi, Malang, Pacitan, Bangkalan, dan Sumenep. Jenis lamun yang ditemukan di Jawa Timur diantaranya Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Haludole pinifolia, Halodule uninervis, Halophila decipiens, Halophila ovalis, Halophila minor, Syringodium iseotifolium, dan Thalassodendron ciliatum. Kondisi lamun di Jawa Timur juga tergolong cukup baik dengan nilai kerapatan tertinggi sebesar 2524-5592 ind/m2 pada Perairan Situbondo dan kerapatan jenis terendah sebesar 4,42-13,05 ind/m2 pada Perairan Banyuwangi. Nilai persentase tutupan lamun tertinggi sebesar 37-62% di Perairan Situbondo dan nilai tutupan terendah sebesar 3,56-16,44% di Perairan Malang.
Kata kunci: Distribusi, Lamun, Indonesia, Jawa Timur Abstract
As an ecosystem, the unique ecological function of seagrass beds provides many benefits to organisms living in coastal areas, such as feeding ground, spawning ground, nursery ground, and shelter for various types of marine biota. This study aims to describe the distribution area of seagrass in Indonesia and East Java, which can be used as a reference of distribution, substrate type, and habitat of seagrass. The data used in this study is data for the last five years (2016-2021). For the East Java region there are 11 types of seagrass were found in 8 research area such as Lamongan, Gresik, Situbondo, Banyuwangi, Malang, Pacitan, Bangkalan, and Sumenep. The types of seagrasses were founded in East Java: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Haludole pinifolia, Halodule uninervis, Halophila decipiens, Halophila ovalis, Halophila minor, Syringodium iseotifolium, and Thalassodendron ciliatum. Seagrass conditions in East Java are also quite good, with the highest density value of 2524-5592 ind/m2 in Situbondo and the lowest density of 4.42-13.05 ind/m2 in Banyuwangi. The highest percentage value of seagrass cover was 37-62% in Situbondo, and the lowest percentage was 3.56- 16.44% in Malang.
Keywords: Distribution, Seagrass, Indonesia, East Java
PENDAHULUAN
Adanya berbagai aktifitas manusia di sekitar wilayah pesisir dapat merusak ekosistem di wilayah tersebut dan mempengaruhi distribusinya. Salah satu jenis
ekosistem yang akan berdampak dengan kegiatan manusia tersebut adalah ekosistem lamun [1].
Ekosistem padang lamun umumnya menghadapi beberapa ancaman, baik ancaman alami maupun antropogenik. Ancaman-ancaman yang sering muncul dan dihadapi oleh padang
©2022 at http://jfmr.ub.ac.id 121
lamun antara lain jalur lintas dan jangkar kapal, arus kencang, abrasi, kompetitor makroalga, serta masukan limbah dari daratan [2].
Ekosistem lamun mempunyai fungsi ekologis yang sangat penting, yaitu sebagai sumber perikanan [3][4], ketahanan pangan [5][6], penyimpanan karbon dan mitigasi perubahan iklim [7], pariwisata [8], rekreasi pancing [9], fungsi habitat dan wilayah konservasi [10][11]. Padang lamun mempunyai peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di perairan laut.
Namun, saat ini telah terjadi perubahan ekosistem dan keanekaragaman hayati yang terjadi pada skala lokal dan global. Oleh karena itu penting untuk mengetahui bagaimana distribusi serta sebaran lamun secara berkala [12].
Distribusi dan sebaran lamun dapat diketahui dengan melakukan pengambilan data langsung maupun melakukan kajian pustaka. Disribusi lamun sendiri terbagi menjadi tiga bagian di wilayah pesisir yaitu estuari, pantai dangkal dan pantai dalam.
Namun, tidak semua jenis lamun dapat tumbuh dan berkembang pada semua tipe habitat. Distribusi lamun di Perairan Indonesia secara geografis masuk pada kelompok distribusi lamun Tropik Indo-Pasifik [13].
Namun informasi tentang distribusi dan data sebaran lamun sendiri sebagian besar hanya terdapat di instansi-instansi tertentu.
Sementara informasi yang disampaikan oleh walidata lamun Indonesia menunjukkan data sebaran jenis lamun yang masih cukup terbatas.
Berdasarkan pada [14], menunjukkan bahwa lamun tersebar di beberapa kota/kabupaten di Indonesia, namun di wilayah Jawa Timur hanya ditemukan di wilayah Sumenep. Sedangkan, pada penelitian lain menunjukkan lamun juga tumbuh di beberapa wilayah di Jawa Timur. Maka dari itu, perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai distribusi dan sebaran lamun di Indonesia serta Jawa Timur melalui review artikel. Penelitian ini nantinya akan berguna untuk mempermudah pengorganisasian dan integrasi data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, supaya lebih mudah dalam mengetahui distribusi dan sebaran lamun yang ada di Indonesia khususnya Jawa Timur.
TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi jenis lamun yang ada di Indonesia.
2. Memetakan distribusi lamun di Indonesia.
3. Memetakan distribusi dan kondisi lamun di Jawa Timur.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian berbasis kajian literatur dengan menggunakan metode systematic review. Systematic review adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi, menilai, dan menjelaskan berbagai penelitian yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian tertentu [15].
Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan dalam penyusunan kajian literatur (Gambar 1). Tahapan penyusunan kajian literatur diawali dengan menentukan topik yang akan dibahas. Setelah memastikan topik yang akan digunakan, pencarian pustaka dilakukan pada makalah yang terbit lima tahun terakhir (2016-2021). Makalah dipilih sesuai dengan topik yang akan dibahas, dan kemudian dilakukan analisis. Tahap yang terakhir adalah penyusunan tinjauan.
Gambar 1. Tahapan Kajian Literatur HASIL DAN PEMBAHASAN
Definisi Lamun
Lamun merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan dengan salinitas yang cukup tinggi serta hidup terbenam di dalam air. Lamun memiliki rizhoma, daun, dan akar sejati seperti halnya tumbuhan di darat. Lamun dapat hidup membentuk hamparan, atau yang dikenal dengan
Penentuan Topik Pencarian Pustaka Pemilihan Pustaka Analisis Pustaka Penyusunan Laporan
©2022 at http://jfmr.ub.ac.id 122
padang lamun (seagrass bed), yang hidup di daerah tropis dan subtropis. Komunitas lamun memegang peranan penting baik secara ekologis, maupun biologis di daerah pantai dan estuaria. Disamping itu, padang lamun juga dapat mendukung aktifitas perikanan, komunitas kerang-kerangan dan biota avertebrata lainnya [16].
Jenis Lamun di Indonesia
Berdasarkan hasil tabulasi data komposisi jenis lamun di Indonesia memiliki tipe vegetasi campuran (mixed vegetation).
Terdapat 16 jenis lamun di Indonesia dari sekitar 60 jenis yang ada di dunia. Beberapa di antaranya sangat umum ditemukan di Perairan Indonesia, seperti Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Haludole pinifolia, Halodule uninervis, Halophila decipiens, Halophila ovalis, Halophila minor, Halophila spinulosa, Syringodium iseotifolium, dan Thalassodendron ciliatum. Dua jenis lainnya, Halophila sulawesii merupakan jenis lamun baru yang ditemukan oleh [17] dan Halophila major yang ditemukan dibeberapa lokasi di Indonesia oleh [18]. Sedangkan untuk Ruppia maritima dan Halophila becarii hanya ditemukan dalam bentuk herbarium di Ancol dan Pasir Putih.
Distribusi Lamun di Indonesia Berdasarkan Garis Wallace
Distribusi dan sebaran lamun di Indonesia terbagi menjadi dua wilayah, distribusi di
wilayah barat dan distribusi di wilayah timur.
Pembagian wilayah ini merujuk pada hipotesis Wallace tentang garis imajiner yang dikenal sebagai Garis Wallace. Garis vertikal memanjang melalui Selat Makasar (antara pulau Kalimantan dan Sulawesi) sampai antara Bali dan Lombok [36]. Pembagian wilayah ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan jenis lamun di Perairan Barat Indonesia dengan Perairan Timur Indonesia.
Distribusi Lamun Indonesia Bagian Barat Di wilayah Indonesia bagian barat ditemukan setidaknya 12 jenis lamun (Gambar 2). Dari 12 jenis lamun tersebut jenis T. hemprichii ditemukan di 30 kota/kabupaten dari total 34 kota/kabupaten lokasi penelitian. Serta jenis H.
spinulosa yang paling sedikit ditemukan, yakni hanya ditemukan di 3 kota/kabupaten dan jenis Halophila decipiens ditemukan di 4 kota/kabupaten dari 34 kota/kabupaten di wilayah barat. Menurut [19], jumlah jenis lamun yang ditemukan di setiap lokasi penelitian tidak selalu sama, karena karakteristik substrat yang berbeda antar stasiun, sebaran pertumbuhan lamun yang tidak tersebar secara merata dan beberapa faktor lingkungan lainnya, seperti parameter kondisi lingkungan yang berbeda.
Selain itu pada penelitian ini tidak berfokus pada nilai kelimpahan, kerapatan, tegakan serta tutupan lamun. Hal ini dikarenakan tidak semua artikel menyampaikan kelimpahan, kerapatan, tegakan lamun, sehingga pada penelitian ini hanya bisa ditampilkan data kehadiran jenis lamun di setiap lokasinya saja.
©2022 at http://jfmr.ub.ac.id 123
Gambar 2. Distribusi dan Sebaran Lamun di Indonesia Bagian Barat
Distribusi Lamun Indonesia Bagian Timur Di wilayah Indonesia bagian timur ditemukan setidaknya 14 jenis lamun dengan distribusi yang cukup merata (Gambar 3). Dari ke-14 jenis lamun tersebut jenis E. acoroides ditemukan di 54 kota/kabupaten dari 58 kota/kabupaten penelitian di wilayah. Hal ini berdasarkan penelitian [20], E. acoroides mampu beradaptasi untuk hidup pada berbagai jenis substrat dan tersebar cukup merata, E. acoroides tumbuh dengan baik pada substrat berpasir maupun berlumpur. Selain itu E.
acoroides juga merupakan jenis lamun yang
memiliki pertumbuhan yang lebih cepat jika dibandingkan dengan jenis lain. Sedangkan jenis H. sulawesii hanya ditemukan di 1 kota/kabupaten dari 58 kota/kabupaten lokasi penelitian di wilayah timur. Berdasarkan penelitian [17], H. sulawesi tumbuh sebagai padang lamun tunggal yang hanya ditemukan dibeberapa pulau karang antara lain Barang Lompo, Bone Tambung, Barang Kapoposang, Kudingareng Keke, Kudingareng Lompo, Langkai, Pulau Samalona di kepulauan Spermonde, Sulawesi Barat Daya.
©2022 at http://jfmr.ub.ac.id 124
Gambar 3. Distribusi dan Sebaran Lamun di Indonesia Bagian Timur
Jenis, Distribusi dan Kondisi Lamun di Jawa Timur
Wilayah Jawa Timur memiliki tipe vegetasi campuran (mixed vegetation) dengan tingkat kekayaan jenis yang cukup tinggi, dapat dijumpai 11 dari 16 jenis lamun di Indonesia (Gambar 4).
Jenis lamun tersebut diantaranya E. acoroides, T.
hemprichii, C.modocea rotundata, C. serrulata, H. pinifolia, H. uninervis, H. decipiens, H. ovalis, H. minor, S. iseotifolium, dan T. ciliatum.
Perairan Situbondo ditemukan sebanyak 10 jenis
lamun dan di Perairan Bangkalan hanya ditemukan 1 jenis lamun. Jenis yang mendominasi diwilayah Jawa Timur adalah jenis T. hemprichii, yang mana jenis ini ditemukan di 8 lokasi penelitian dengan kata lain hampir semua lokasi penelitian di Jawa Timur terdapat jenis tersebut. Sedangkan, dominasi terendah ada pada jenis H. minor dan T. ciliatum yang hanya ditemukan di Perairan Situbondo. Serta H.
decipiens yang hanya ditemukan di Perairan Gresik.
©2022 at http://jfmr.ub.ac.id 125
Gambar 4. Distribusi dan Sebaran Lamun di Jawa Timur Lamun memiliki hubungan yang erat dengan kondisi perairan, dimana parameter perairan akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, kerapatan, tutupan dan sebaran jenis lamun disuatu perairan (Tabel 2). Pada penelitian ini dilakukan pendataan terhadap 5 parameter perairan diantaranya suhu, pH, DO, salinitas, dan kecerahan.
Tabel 1. Baku Mutu Perairan
Parameter Kisaran Baku Mutu
Suhu 25-35oC
pH 6-8,5
DO > 5 mg/L
Salinitas 33-34‰
Kecerahan >75%
Sumber : [21]
©2022 at http://jfmr.ub.ac.id 126
Tabel 2. Tabel Kondisi Lamun di Jawa Timur
N o
Kota / Kabup aten
Je nis La mu n
Lu as (H a)
Kera pata n (ind.
m2) Kate gori Kond isi(*)
Tutu pan (%)
Kategori Kondisi(**)
Parameter Perairan
Gambaran Umum Lokasi
Dafta r Pusta Suhu DO pH Salin ka
itas Kece raha n
1 Lamong an
Ea Th
3,8 -12
160- 185
Rapat - Sang
at Rapat
15,1-83,7 Miski
n- Sehat
30-32 6,76- 7,62
8,00-
8,49 31-33 -
Dekat dengan lokasi reklamasi pelabuhan dan lokasi pariwisata dengan sedimen Lumpur Berpasir -
Pasir
[22] ; [23]
2 Gresik Cr Cs Ea Hp Ho Hd Th
- 152-
182 Rapat
- Sang
at Rapat
49,66-57,5 Kura
ng Sehat
28,3- 29,5
7,18- 8,42
7,14-
7,70 30-31 100%
Pantai berbukit, perairan jerdih dengan substrat
berpasir
[24] ; [2] ; [25]
3 Situbon do
Cr Cs Ea Hu Hp Ho H m Si Th Tc
- 2524- 5592
Sang at Rapat
37-62 Kura
ng Sehat
- Sehat
30-32 6,0- 6,3
7,1-
7,4 32-34 -
Banyak aktivitas manusia (nelayan,
pencemaran dan kegiatan wisata) dengan sedimen Pasir, Pasir Karang,
Lumpur
[26] ; [27]
4 Banyuw angi
Cr Hp Th
- 4,42- 13,05
Sang at Jaran
g
- - - - - - -
Pantai landai memiliki tebing
terjal yang bersandingan dengan
tipe substrat pasir berkarang
[28]
5 Malang Hp Ho Si Th
- 12,33
- 65,70
Sang at Jaran
g- Jaran
g
3,56-16,44 Miski n
23,8- 25,5
10,16 - 10,36
- 36 100%
Dekat dengan tempat sandar kapal
nelayan dengan sedimen Pasir Kasar
dan Rubble
[29] ; [22]
6 Pacitan Cr Ho Th
- 229,1
7- 590,6
3 Sang
at Rapat
28-66,3 Miski
n- Sehat
31,1- 33,35
7,50- 7,77
8,43- 8,61
31,5-
32 -
Pantai berbatu yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, ombak kuat
dengan sedimen pasir, pecahan karang dan batuan
[30] ; [31]
7 Bangkal
an Th - 923
Sang at Rapat
28,21 Miski
n 28,6 7,38 8,15 33,54 -
Pantai berbatu yang menghadap langsung Laut Jawa, ombak relatif kecil dengan jenis sedimen kerikil
pasir dan lanau
[31]
8 Sumene p
Cr Cs Ea Hu Hp Ho Si Th
- 42-
414 Jaran
g- Sang
at Rapat
50-55 Kura
ng Sehat
30-32 6,0- 6,3
7,1-
7,4 32-34 100%
Lamun tumbuh pada jarak 50 hingga
200 m dari garis pantai
dengan jenis sedimen pasir
berlumpur
[2] ; [32] ; [33] ; [34]
*)[23]
**)[21]
©2022 at http://jfmr.ub.ac.id 127
Secara keseluruhan perairan Jawa Timur memiliki potensi yang cukup baik untuk pertumbuhan lamun karena memiliki perairan yang cukup jernih serta suplai nutrient yang baik.
Beberapa wilayah di Jawa Timur memiliki jenis lamun yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh struktur pantai dan tipe substrat yang cocok sebagai habitat dari lamun. Jenis-jenis substrat yang cocok sebagai habitat dari lamun diantaranya substrat pasir, pasir kasar, pasir karang, pecahan karang, berlumpur, serta lanau.
Selain itu lokasi pantai juga akan mempengaruhi sebaran jenisnya. Seperti di wilayah pantai utara akan lebih banyak ditemukan variasi jenisnya.
Berbeda dengan wilayah pantai selatan yang hanya ditemukan sedikit. Hal ini karena wilayah pantai selatan memiliki ombak yang kuat dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Sebaliknya wilayah pantai utara yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa cenderung memiliki perairan yang lebih tenang, sehingga lamun dapat bertahan hidup dengan baik.
Namun pertumbuhan lamun tidak hanya berdasarkan pada kondisi perairan [37] dan topografi pantai saja, keanekaragaman jenis lamun juga sangat dipengaruhi oleh faktor antropogenik seperti kegiatan manusia di wilayah pesisir, aktivitas nelayan, kegiatan perkapalan (pelabuhan dan wilayah sandar kapal) [38] serta kegiatan pariwisata di pesisir yang dapat mengancam habitat dan menghambat pertumbuhan dari lamun.
Perairan Jawa Timur memiliki potensi yang baik untuk habitat lamun. Menurut [2], padang lamun di Jawa Timur memiliki peluang sebagai habitat pakan dugong. Wilayah dengan peluang sebagai habitat pakan dugong berdasarkan pada hasil tabulasi diantaranya Perairan Gresik, Situbondo dan Sumenep, dimana ketiga kabupaten memiliki jenis lamun yang umum dijadikan pakan oleh dugong diantaranya C.
rotundata, C. serrulata, E. acoroides, H.
pinifolia, H. uninervis, H. ovalis, dan T.
hemprichii [35].
KESIMPULAN
Terdapat 16 jenis lamun di Indonesia diantaranya E. acoroides, T. hemprichii, C.
rotundata, C. serrulata, H. pinifolia, H.
uninervis, H. decipiens, H. ovalis, H. minor, H.
spinulosa, S. iseotifolium, dan T. ciliatum dengan dua jenis lamun yang baru ditemukan, yaitu H.
sulawesii pada tahun 2007 dan H. major tahun
2020, sedangkan untuk Ruppia maritima dan Halophila becarii hanya ditemukan dalam bentuk herbarium.
Lamun tersebar di 92 kota/kabupaten di Indonesia. Jenis yang sering ditemukan adalah jenis T. hemprichii dan E. acoroides. Wilayah Indonesia bagian barat ditemukan sebanyak 12 jenis lamun. Sedangkan, di wilayah Indonesia bagian timur ditemukan sebanyak 14 jenis lamun.
Terdapat 11 jenis lamun yang dapat ditemukan di 8 lokasi penelitian di Jawa Timur.
Kondisi lamun di Jawa Timur juga tergolong cukup baik dengan nilai kerapatan tertinggi sebesar 2524-5592 ind/m2 dan kerapatan jenis terendah sebesar 4,42-13,05 ind/m2. Nilai persentase tutupan lamun tertinggi sebesar 37- 62% dan persentase tutupan terendah sebesar 3,56-16,44%.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis ucapkan untuk pihak- pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penelitian ini. Masukan serta kritik dan saran yang membangun sangat membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
[1] Tishmawati, R. N. C., Suryanti, & Ain, C.
(2014). Hubungan Kerapatan Lamun (Seagrass) Dengan Kelimpahan Syngnathidae Di Pulau Panggang Kepulauan Seribu. 3, 7.
[2] Dewi, Citra Satrya Utama., Beginer Subhan, Dondy Arafat, Sukandar. (2018). Distribusi Habitat Pakan Dugong dan Ancamannya di Pulau - Pulau Kecil Indonesia. Journal of Fisheries and Marine Science. Vol 2 (2) [3] M.N. Arkham, L. Adrianto, Y. Wardiatno.
(2016). Social-Ecological System of Seagrass and Small-Scale Fisheries Connectivity in Malang Rapat and Berakit Villages, Bintan District, Riau Islands, Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 7(2) : 433-451.
[4] M. Wawo. (2017). Social-Ecological System in Seagrass Ecosystem Management at Kotania Bay Waters, Western Seram, Indonesia, IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 89. 012023.
©2022 at http://jfmr.ub.ac.id 128
[5] S. Baker, J. Paddock, A.M. Smith, R.K.F.
Unsworth, L.C. Cullen-Unsworth, H.
Hertler. (2015). An ecosystems perspective for food security in the Caribbean: Seagrass meadows in the Turks and Caicos Islands, Ecosystem Services 11: 12-21.
[6] L.C. Cullen-Unsworth, L.M. Nordlund, J.
Paddock, S. Baker, L.J. McKenzie, R.K.
(2014). Unsworth, Seagrass meadows globally as a coupled social-ecological system: implications for human wellbeing, Marine pollution bulletin 83(2) : 387-97.
[7] I. Mazarrasa, J. Samper-Villarreal, O. Serrano, P.S. Lavery, C.E. Lovelock, N. Marba, C.M.
Duarte, J. Cortes. (2018). Habitat characteristics provide insights of carbon storage in seagrass meadows, Marine pollution bulletin 134 : 106- 117.
[8] D. Daby (2003). Effects of seagrass bed removal for tourism purposes in a Mauritian bay, Environmental Pollution 125(3) : 313- 324.
[9] Y. Wahyudin, T. Kusumastanto, L. Adrianto, Y.
Wardiatno (2018). A Social Ecological System of Recreational Fishing in the Seagrass Meadow Conservation Area on the East Coast of Bintan Island, Indonesia, Ecological Economics 148 : 22-35.
[10] R. M. McCloskey, R.K. Unsworth.
(2015). Decreasing seagrass density negatively influences associated fauna, PeerJ 3, 1053
[11] L.C. Cullen-Unsworth, B.L. Jones, R.
Seary, R. Newman, R.K.F. Unsworth.
(2018). Reasons for seagrass optimism:
Local ecological knowledge confirms presence of dugongs, Marine pollution bulletin 134 : 118-122.
[12] Riniatsih, Ita. (2016). Distribusi Jenis Lamun Dihubungkan dengan Sebaran Nutrien Perairan di Padang Lamun Teluk Awur Jepara. Jurnal Kelautan Tropis. Vol.
19(2):101–107
[13] Syukur, A. (2015). Distribusi, Keragaman Jenis Lamun (Seagrass) dan Status Konservasinya di Pulau Lombok.
Jurnal Biologi Tropis, 15(2).
https://doi.org/10.29303/jbt.v15i2.205 [14] Hernawan, U. E., Sjafrie, N. D. M.,
Supriyadi, I. H., Suyarso, Iswari, M. Y., Anggraini, K., Rahmat. (2017). Status Padang Lamun Indonesia 2017. Jakarta : Puslit Oseanografi - LIPI
[15] Yusril, A. N., Larasati, I., Zukri, P. A.
(2021). Systematic Literature Review Analisis Metode Agiledalam Pengembangan Aplikasi Mobile. Jurnal Sistem Informasi. Vol 10 (2) : 369-380 [16] Bastyan, G. R., & Cambridge, M. L.
(2008). Transplantation as a method for restoring the seagrass Posidonia australis.
Estuarine, Coastal and Shelf Science, 79(2), 289–299.
https://doi.org/10.1016/j.ecss.2008.04.012 [17] Kuo, J. (2007). New monoecious
seagrass of Halophila sulawesii (Hydrocharitaceae) from Indonesia. Aquatic
Botany, 87(2), 171–175.
https://doi.org/10.1016/j.aquabot.2007.04.0 06
[18] Kurniawan, F., Imran, Z., Darus, R. F., Anggraeni, F., Damar, A., Sunuddin, A., Kamal, M. M., Murti Pratiwi, N. T., Ayu, I.
P., & Iswantari, A. (2020). Rediscovering Halophila major (Zollinger) Miquel (1855) in Indonesia. Aquatic Botany, 161, 103171.
https://doi.org/10.1016/j.aquabot.2019.103 171
[19] Feryatun, F., Hendrarto, B., dan Widyorini, N. (2012). Jawab Kerapatan Dan Distribusi Lamun (Seagrass) Berdasarkan Zona Kegiatan Yang Berbeda Di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Journal of Management of Aquatic Resources.
[20] Parawansa, B. S., Ningsih, I. F., Omar, S. B. A. (2020). Biodiversitas Lamun di Perairan Kepulauan Tonyaman, Kabupaten Polewali Mandar. Prosiding Simposium Nasional VII Kelautan dan Perikanan 2020. ISBN 978-602-71759-7-6 [21] KepMenLH, N. 200. (2004). Kriteria
Baku Kerusakan Dan Pedoman Penentuan
©2022 at http://jfmr.ub.ac.id 129
Status Padang Lamun. Menteri Negara Lingkungan Hidup.
[22] Dewi, Citra Satrya Utama., Defri Yona, Pratama Diffi Samuel, Rizqi Aimmatul Maulidiyah, Ahdiya Syahrir, Yandini Eka Putri, Hilal Rakhmawan, and Maulana Fikri.
(2020). Distribution and healthy status of seagrass bed in Lamongan coastal area [23] Ndaria, E. F., Sartimbul, A., Citra, S. U. D.
(2019). Analisis Karbon Tersimpan Pada Lamun Enhalus Acoroides Di Perairan Paciran, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan [24] Aisyah, Syaidah dan Romadhon, Agus.
2020. Hubungan Persen Penutupan Lamun Dengan Kepadatan Echinodermata Di Pulau Bawean Kabupaten Gresik Jawa Timur.
Juvenile. Vol 1 (1) : 132-140
[25] Bestari, T. B., Munir, M., dan Maisaroh, D. S. (2020). Relationship Between Seagrass Density and Macrozoobenthos Abundance at Hijau Daun Beach, Gresik.
Journal of Marine Resources And Coastal Management. Vol 1 (1)
[26] Sutadi, Sulistyowati, L., & Sriwiyono, E.
(2021). Analisis Hubungan Atribut Ekologi Lamun Dengan Kualitas Perairan Di Taman Nasional Baluran Kabupaten Situbondo.
Scientific Journal Of Reflection : Economic, Accounting, Management and Business, 4(2), 391–401.
[27] Hidayatullah, A., Sudarmadij, Ulum, F.
B., Sulistyowati, H., Setiawan, R. (2018).
Distribusi Lamun di Zona Intertidal Tanjung Bilik Taman Nasional Baluran Menggunakan Metode GIS (Geographic Information System). Berkala Saintek. Vol 6 (1) : 22-27
[28] Prasetyo, Heru. 2014. Struktur Komunitas, Kepadatan Dan Pola Distribusi Populasi Lamun (Seagrass) Di Pantai Plengkung Taman Nasional Alas Purwo Kabupaten Banyuwangi. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA. JemberDewi, Citra Satrya Utama., dan Sukandar. (2017). Important Value Index and Biomass (Estimation) of Seagrass on Talango Island, Sumenep, Madura. AIP Conference Proceedings
[29] Saragih, Fikerman Loderico. (2017).
Analisis Struktur Komunitas Lamun di Pantai Timur Sendang Biru Malang, Jawa Timur. Skripsi. FPIK Universitas Brawijaya. Malang
[30] Aulia, Elsa Dianita., Farid Kamal Muzaki, Dian Saptarini, Edwin Setiawan, Davin Setiamarga, Iswatul Diah Lutvianti, Saniah Kusnatur Rosyidah, Nur Ali Muhammad. 2021. Diversity Of Sea Cucumber From Intertidal Area Of Pacitan And Bangkalan, East Java, Indonesia.
Biodiversitas. Vol 22 (4) : 2136-2141
[31] Dewi, Nurul Kusuma., dan Sigit Ari Prabowo. (2015). Status Padang Lamun Pantai-Pantai Wisata di Pacitan. Biogenesis.
Vol 3(1) : 53-59
[32] Dewi, Citra Satrya Utama., dan Sukandar. (2017). Important Value Index and Biomass (Estimation) of Seagrass on Talango Island, Sumenep, Madura. AIP Conference Proceedings
[33] Sukandar dan Citra Satrya Utama Dewi. 2017.
Status Lamun di Pulau Talango, Madura dan Potensinya Sebagai Bahan Baku Bioaktif. Depik : Jurnal Ilmu -Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan. Vol 6 (2) : 138-144
[34] Rhomadhoni, A., Romadhon, A. (2020).
Estimasi Stok Karbon Pada Ekosistem Lamun Di Pulau Raas Kabupaten Sumenep [35] Dewi, C.S.U., Sukandar, dan Chuldyah,
J.H. 2018. Karang dan Ikan Terumbu Pulau Bawean. UB Press : Malang
[36] Kusumaningrum, E. N. dan Prasetyo, Budi. (2019). Ulasan Kritis Tentang Teori Biogeografi Pulau. CORE. Universitas Terbuka Repository.
[37] Hidayat, Moh., Ruswahyuni, Niniek Widyorini.
(2014). Analisis Laju Sedimentasi Di Daerah Padang Lamun Dengan Tingkat Kerapatan Berbeda Di Pulau Panjang, Jepara. Diponegoro Journal of Maquares. Vol 3 (3) : 73-79
[38] Fahrudin, Muh., F. Yulianda, dan I.
Setyobudiandi. (2017). Kerapatan Dan Penututupan Ekosistem Lamun Di Pesisir Desa Bahoi, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Vol. 9 (1) : 375- 383