• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

13 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Auditing

Menurut Arens et al (2012:24) definisi auditing adalah sebagai berikut:

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidance about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and extablished criteria. Auditing should be done by a competent, inedpendent person”

Maksud dari kutipan diatas, audit didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan criteria yang telah ditetapkan.

Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen

Definisi auditing menurut Agoes (2012:4) adalah:

“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan – catatan pembukuan dan bukti – bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.

Definisi auditing menurut Mulyadi (2014:9) adalah:

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara

(2)

pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapk'an, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”

Dari definisi diatas memberikan pernyataan bahwa auditor memeriksa laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan – catatan pembukuan dan bukti – bukti pendukungnya. Dalam pemeriksaannya, seorang auditor melakukan audit berbasiskan pada International Standards on Auditing (ISA). Selanjutnya pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu akuntan publik berasal dari luar perusahaan dan tidak memiliki kepentingan tertentu di dalam perusahaan. Tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa

2.1.2 Jenis - Jenis Auditing

Menurut Arens, A. Alvin, Randal J. Elder, Mark S. Beasley (2010) ada tiga jenis utama audit, yaitu:

“Jenis audit:

1. Audit Operasional 2. Audit Ketaatan

3. Audit Laporan Keuangan”

1. Audit Operasional

Audit operasional dilakukan untuk mengevaluasi efesiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran – saran untuk memperbaiki operasi.

(3)

2. Audit Ketaatan

Audit ketaatan dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh otoritas tertentu.

3. Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu, kriteria yang berlaku adalah prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2.1.3 Kantor Akuntan Publik

2.1.3.1 Pengertian Kantor Akuntan Publik

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 2001) mendefinisikan kantor akuntan publik (KAP) adalah sebagai suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.

Arens et al (2012:20) mengelompokan empat kategori ukuran yang digunakan untuk menggambarkan KAP, yaitu:

1. Kantor internasional empat besar, terletak di Amerika Serikat dan memiliki cabang di seluruh dunia. KAP empat besar mengaudit hampir semua perusahaan besar baik di Amerika Serikat dan seluruh dunia serta juga banyak perusahaan yang lebih kecil juga. Keempat

(4)

KAP tersebut adalah Deloitte & Touche, Ernst & Young, PricewaterhouseCooper, dan KPMG.

2. Kantor nasional, memberikan jasa yang sama seperti KAP empat besar dan bersaing secara langsung untuk mendapatkan klien. Setiap kantor nasional berafiliasi dengan kantor di negara lain sehingga memiliki kemampuan bertaraf internasional.

3. Kantor regional dan kantor lokal yang besar, memiliki staf profesional lebih dari 50 orang. Diantaranya KAP tersebut ada yang hanya memiliki satu kantor maupun memiliki cabang, beberapa diantaranya berafiliasi dengan asosiasi KAP guna berbagai sumber daya untuk hal–hal seperti informasi teknis dan pendidikan berkelanjutan.

4. Kantor lokal kecil, dimana hanya mempunyai kurang dari 25 tenaga profesional pada kantor yang hanya memiliki satu cabang. KAP ini melakukan audit dan jasa – jasa terutama untuk usaha kecil dan usaha nirlaba.

2.1.3.2 Jasa Akuntan Publik

Menurut Arens et al (2012:32) jasa akuntan publik dapat terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Jasa Assurance

Jasa profesional independen yang menyediakan informasi laporan keuangan historis guna meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Salah satu kategori jenis jasa yang diberikan oleh akuntan publik adalah jasa

(5)

atestasi dimana KAP mengeluarkan laporan tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain. Jasa atestasi dibagi menjadi lima kategori, yaitu audit atas laporan keuangan historis, atestasi mengenai pengendalian internal atas laporan keuangan, review laporan keuangan historis, jasa atestasi mengenai teknologi informasi, dan jasa atestasi lain yang dapat diterapkan pada berbagai permasalah.

2. Jasa Assurance Lainnya

Jasa ini berbeda dengan jasa atestasi lainnya karena akuntan publik tidak harus mengeluarkan laporan tertulis, dan kepastian itu tidak harus mengenai reabilitas asersi pihak lain tentang ketaatan pada kriteria tertentu.

3. Jasa Nonssurance

KAP melakukan berbagai jasa lain yang umumnya berada di luar lingkup assurance. Tiga contoh diantaranya adalah jasa akuntan dan pembukuan, jasa pajak, dan jada konsultasi manajemen.

2.1.4 Standar Auditing

Standar audit merupakan hal yang krusial dalam mewujudkan audit yang berkualitas unggul. Arens (2010) menyatakan bahwa standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggungjawab profesionalnya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah kodofikasi berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi Akuntan Publik di Indonesia, SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesai (DSAP IAPI). (Rachmianty, 2015).

(6)

Standar Profesional merupakan standar teknis yang bertujuan untuk mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia.

Adopsi Internation Standard on Auditing (ISA) mengakibatkan adanya perubahan struktur dan standar pada SPAP yang berlaku saat ini. SPAP terdahulu terdiri dari lima tipe yaitu Standar Auditing, Standar Atestasi, Standar Jasa Akuntan dan Review, Standar Jasa Konsultasi dan Standar Pengendalian Mutu. Berikut ini penjelasan perbedaan struktur SPAP lama dengan yang baru:

Gambar 2.1 Struktur SPAP Lama

Perikatan

Perikatan Atestasi Perikatan Non Atestasi

Audit atas Laporan Keuangan

Historis

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Prospektif

Tipe Perikatan Atestasi Lain

Standar Auditing

Standar untuk Prakiraan dan

Proyeksi Keuangan

1. Standar untuk Pelaporan Pengendalian

Intern 2. Perikatan Prosedur yang

disepakati Bersama

1. Standar untuk Pelaporan Pengendalian

Intern 2. Perikatan Prosedur yang

disepakati Bersama

(7)

Gambar 2.2 Struktur SPAP Baru

Perbedaan Struktur SPAP lama dengan Struktur SPAP Baru (IAPI, 2016)

 SPAP 2011 didasarkan US Professional Standars tahun 1998 dan tidak diupdate secara kontinyu dengan perubahan di US Professional Standards

 masih banyak terdapat gaps.

 SPAP 2013 didasarkan pada Handbook of International Quality Control, Auditing, Review, Other Assurance and Related Services Pronouncement tahun 2010.

o Menekankan terhadap aspek peniliain risiko (auditing berbasis risiko).

o Standar berbasi prinsip (principle-based standard).

o Menekankan pengunaan pertimbangan profesional (Professional Judgement) dan skeptisme profesional.

Kode Etik

SPM 1

Kerangka Untuk Perikatan Assurance

Standar Perikatan

Reviu (“SPR”)

Standar Perikatan Assurance Lain

(“SPA”)

Standar Jasa Terkait (“SJT”) Standar Audit

(“SA”)

(8)

 Mengurangi pendekatan model matematis.

 Perluna keterlibatan auditor yang berpengalam, memiliki pendidikan dan pelatihan memadai dan ciri kepribadian tertentu (seperti sikap skeptisme profesional).

 Penerimaan klien (Client Acceptence) dalam SPAP baru lebih jelas dengan adanya syarat “Prakondisi”. SA memerlukan pemahaman memadai tentang kerangka pelaporan keuangan apa yang digunakan entitas. Berbeda kerangka dapat berakibat pada penggunaan SA yang berbeda

 Risk Based yang sifatnya”top down approach”, pada SPAP lama Risk Based namun bersifat “Cylical”. SPAP baru sangat memperhatikan atau concern pada kecurangan (fraud) dan kepatuhan terhadap regulasi (compliance to regulation).

 Materialitas menggunakan konsep “buffer”, selisih antara Materialitas dengan Materialitas pelaksanaan.

 Respon terhadap risiko (risk response yang lebih sistematis dan lugas pada prosedur yang memungkinkan memperoleh bukti yang cukup dan tepat.

 Grup audit, auditor tidak boleh melakukan splitting responbility.

 Konsep going concern yang lebih tegas sebagai tanggung jawab manajemen dampak pada opini yang berbeda.

 Sangat concern kepada fair value accounting related party transaction, dan management estimation.

 Format dan struktur opini yang lebih jelas dan tegas. Prosedur ecaluasi sala saji dan kecukupan disclosure laporan yang lebih sistematis.

(9)

 Diskusi tim perikatan: startegi dan audit plan, termasuk risiko fraud.

 Quality contorl yang semakin ketat, perlunya EQCR yang independen dari tim perikatan untuk klien tertentu. Peran dan tanggung jawab rekan perikatan yang lebih jelas dna tegas.

 Struktur SA yang lebih sistematis:

o Pendahuluan

o Tujuan (dicapai melalui pelaksanaan serangkaian prosedur)

o Ketentuan (umumnya merupakan serangkaian prosedur yang harus dilakukan auditor)

o Materi penjelasan (penjelasan atas ketentuan)

 SA concern kepada aspek komunikasi dua arah auditor dengan TCWG.

 Sangat jelas membuat beda antara assurance dan non assurance. Dalam SPAP baru terdapat kerangka perikatan assurance yang tidak ada pada SPAP lama.

Standar auditng ISA mulai diterapkan pada tahun 2013 untuk emiten dan tahun 2014 non – emiten. Standar Auditing tersebut wajib diterapkan doleh akuntan publik dalam proses audit laporan keuangan historis entitas pada semua ukuran dan kompleksitas. Tercapainya konvergensi terhadap standar pelaporan internasional akan memudahkan penerapan standar audit secara konsisten yang akan mangaruh pada comparability laporan keuangan.

Struktur Standar Auditing berbasis ISA terdiri dari pendahuluan, tujuan, definisi dan ketentuan. Audiitor harus mematuhi seluruh standar auditing yang

(10)

relevan dengan audit. ISA mewajibkan auditor untuk memiliki pemahaman tenang keselurahan isi suatu standar auditing, termasuk materi dan penjelasan lain.

Auditor tidak dapay menyatakan kepatuhannya terhadap standar auditing pada laporan auditor kerika auditor tidak memenuhi ketentuan SPA dan SA lain yang tidak relevan.

2.1.5 Sistem Pengendalian Mutu

2.1.5.1 Pengertian Sistem Pengendalian Mutu

Menurut Arens et al (2012:28), bahwa konsep pengendalian mutu bagi suatu KAP dapat dijelaskan sebagai berikut:

“For a CPA firm, quality control comprises the methods used to ensure that the firm meets its professional responsibilities to client and others, these methods include the organizational structure of the CPA firm and procedures the firm established”

Maksud dari kutipan diatas, untuk sebuah kantor akuntan publik (KAP).

Pengendalian mutu terdiri dari metode yang digunakan untuk memastikan bahwa KAP memenuhi tanggung jawab profesional untuk klien. Metode ini meliputi struktur organisasi KAP dan prosedur pengendalian mutu yang telah dibuat.

ISQC1 (International Standard on Quality No.1) dan ISA 220 menyebutkan tujuan sistem pengendalian mutu pada KAP ialah untuk memberikan keyakinan bahwa:

Dalam ISQC1:

(11)

 KAP dan personalianya mematuhi standar profesional serta kewajiban hukum/ketentuan perundang –undangan yang berlaku dan kewajiban yang ditetapkan regulator.

 Laporan yang diterbitkan KAP atau partnernya, sudah tepat sesuai situasi yang dihadapi.

Dalam ISA 220:

 Auditnya mematuhi standar profesional serta kewajiban hukum ketentuan perundang – undangan yang berlaku dan kewajiban yang ditetapkan regulator.

 Laporan auditor yang diterbitkan, sudah tepat dalam sitauasi yang dihadapi.

(Tuanakotta, 2013:108)

2.1.5.2 Unsur – Unsur Sistem Pengendalian Mutu

Pengendlian mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) harus diterapkan oleh setiap KAP pada semua jasa audit, atestasi, akuntansi, review, dan konsultasi yang standarnya telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Sistem pengendalian mutu mencakup kebijakan dan prosedur pengendalian mutu, penetapan tanggung jawab, komunikasi dan pemantauan (SPAP,2013, IAPI, SA :220)

Maka, dalam memenuhi ketentuan yang berlaku, unsur – unsur tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

(12)

1. Independensi

Menurut SPAP, 2013, IAPI. SA 220.5, rekan perikatan harus menarik kesimpulan atas kepatuhan terhadap ketentuan independensi yang berlaku dalam perikatan audit. Dalam melakukan hal tersebut, rekan perikatan harus:

 Memperoleh informasi yang relevan dari KAP dan jika relevan, KAP jejaring, untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi dan hubungan yang menciptakan ancaman terhadap independensi.

 Mengevaluasi informasi tentang pelanggaran yang teridentifikasi, jika ada, terhadap kebijakan dan prosedur independensi KAP untuk menentukan apakah pelanggaran tersebut menciptakan ancaman terhadap independensi bagi perikatan audit

 Melakukan tindakan yang tepat untuk menghilangkan ancaman atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima dengan menerapkan pencegahan, atau apabila dipandang tepat, menarik diri dari perikatan audit, ketika penarikan diri tersebut dimungkinkan oleh peraturan perundang – undangan yang berlaku. Rekan perikatan harus melaporkan dengan segera kepada KAP setiap ketidakmampuan dalam menyelsaikan hal tersebut agar dapat dilakukan tindakan yang tepat.

(13)

2. Penerimaan dan Keberlanjutan Hubungan dengan Klien dan Perikatan Audit

Rekan perikatan harus dapat diyakinkan bahwa prosedur yang tepat atas penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan audit telah diikuti, dan harus menentukan bahwa kesimpulan yang ditarik dalam hal ini sudah tepat. Jika rekan perikatan memperoleh informasi yang dapat menyebabkan KAP untuk menolak perikatan audit seandainya informasi tersebut tersedia lebih awal, maka rekan perikatan harus mengkomunikasikan informasi tersebut dengan segera kepada KAP, sehingga KAP dan rekan perikatan dapat melakukan tindakan yang diperlukan (SPAP, 2013, IAPI. SA 220.5 – 220.6)

3. Penugasan Personel

KAP harus merumuskan kebijkan dan prosedur pengendalian mutu mengenai penugasn personel untuk memberikan keyakinan memadai bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan tersebut. Dalam proses penugasan personel, sifat dan lingkup supervisi harus dipertimbangkan.

Menurut (SPAP, 2013, IAPI. SA 220.6) rekan perikatan harus dapat diyakinkan bahwa tim perikatan, dans etiap pakar auditor yang bukan merupakan bagian tim perikatan, secara kolektif memiliki kompetensi dan kemampuan yang sesuai untuk:

(14)

 Melaksanakan perikatan audit sesuai dengan standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.

 Memungkinkan diterbitkannya laporan auditor yang sesuai dengan kondisinya.

4. Konsultasi

KAP harus merumuskan kebijakan dan prosedut pengendalian mutu mengenai konsultasi untuk memberikan keyakinan memadai bahwa personel akan memperoleh informasi memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan, dan wewenang memadai. Sifat konsultasi akan tergantung atas beberapa faktor tertentu, antara lain ukutan KAP dan tingkat pengetahuan, kompetensi dan pertimbangan yang memiliki oleh staf pelaksana perikatan. Dalam (SPAP, 2013, IAPI. SA 220.7) Rekan perikatan harus:

 Bertanggung jawab atas dilakukannya konsultasi yang tepat oleh tim perikatan atas hal yang sulit atau kontroversial.

 Dapat diyakinkan bahwa anggota tim perikatan telah melakukan konsultasi yang tepat selama pelaksanaan perikatan, baik di antara sesama anggota tim perikatan maupun antara tim perikatan dengan pihak lain pada tingkatan yang tepat dalam KAP atau di luar KAP.

(15)

 Dapat diyakinkan bahwa sifat dan ruang lingkup, serta kesimpulan yang dihasilkan dari konsultasi tersebut disetujui oleh pihak yang dimintai konsultasi.

 Menentukan bahwa kesimpulan sebagai hasil dari konsultasi tersebut telah diimplementasikan.

5. Supervisi

KAP harus merumuskan kebijakan dan prosedut pengendalian mutu mengenai pelaksanaan dan supervisi perikatan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh KAP. Lingkup supervisi dan review yang sesuai pada suatu kondisi tertentu tergantung atas beberapa faktor, antara lain kerumitan masalah, kualifikasi staf pelaksana perikatan, dan lingkkup konsultasi yang tersedia dan yang telah digunakan. Sistem pengendalian mutu yang efektif mencakup proses pemantauan yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai bagi KAP bahwa kebijakan dan prosedur yang berhubungan dengan sistem pengendalian mutu adalah relevan, memadai dan beroperasi secara efektif. Rekan perikatan harus mempertimbangkan hasil proses pemantauan KAP sebagaimana dibuktikan dalam informasi yang terkini yang disirkulasi oleh KAP dan, jika relevan, KAP jejaring lain dan apakah defisiensi yang diidentifikasi dalam informasi tersebut dapat mempengaruhi perikatan audit (SPAP, 2013, IAPI. SA 220.8 – 220.9)

(16)

6. Pemekerjaan (Hiring)

KAP harus merumuskan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu mengenai pemekerjaan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa semua orang yang dipekerjakan memiliki karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan secara kompeten. Mutu pekerjaan KAP akhirnya tergantung atas integritas, kompetensi dan motivasi personel yang melaksanakan dan melakukan supervisi pekerjaan. Oleh karen itu, program pemekerjaan KAP menjadi salah satu unsur penentu untuk mempertahankan mutu pekerjaan KAP.

7. Pengembangan Profesional

KAP harus merumuskan kebijakan dan prosedur pengendalian muru profesional untuk memberikan keyakinan memadai bahwa personel memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya.

8. Promosi (Advancemern)

KAP harus merumuskan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu profesional untuk memberikan keyakinan memadai bahwa personel yang terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang diisyaratkan untuk tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi. Praktik promosi personel akan berimpilikasi terhadap mutu pekerjaan KAP.

Kulifikasi personel terseleksi untuk promosi harus mencakup pada karakter, intelejensi, pertimbangan dan motivasi.

(17)

9. Inspeksi

KAP harus merumuskan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu mengenai inspeksi untuk memberikan keyakinan memadai bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur – unsur lain pengendalian mutu telah ditetapkan dengan efektif. Prosedur inspeksi dapat dirancang dan dilaksanakan oleh individu yang bertindak mewakili kepentingan manajemen KAP (SPAP,IAPI, 2013)

10. Dokumentasi Audit

Menurut (SPAP, 2013, IAPI. SA 220.9) Auditor harus memasukan hal– hal berikut dalam dokumentasi audit:

 Isu yang diidentifikasi yang berkaitan dengan kepatuhan terhadap ketentuan etika yang relevan dan bagaimana isu tersebut diselesaikan.

 Kesimpulan tentang kepatuhan terhadap ketentuan independensi yang berlaku bagi perikatan audit, dan setiap diskusi dengan KAP yang relevan untuk mendukung kesimpulan tersebut.

 Sifat dan ruang lingkup, serta kesimpulan yang ditarik dari konsultasi yang dilakukan selama pelaksanaan perikatan audit.

Untuk perikatan audit yang ditelaah, penelaah pengendalian mutu perikatan harus mendokumentasikan bahwa:

(18)

 Prosedur yang diharuskan oleh kebijakan KAP dalam penelaahan pengendalian mutu perikatan telah dilaksanakan.

 Penelahaan pengendalian kutu perikatan telah diselsaikan pada atau sebelum tanggal laporan auditor

 Penelahaan tidak menemukan adanya hal – hal yang tidak terselsaikan yang dapat menyebabkan penelaah percaya bahwa pertimbangkan signifikan yang dibuat oleh tim perikatan dan kesimpulan yang ditarik tidak tepat.

2.1.6 Fee Audit

Fee audit adalah besaran biaya yang diterima oleh auditor dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian dan lain – lain. Menurut Agoes (2012) mendefinisikan Fee audit sebagai berikut:

“Besarnya biaya tergantung antara lain risiko penugasan kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.”

Fee audit dapat diartikan sebagai besar imbal jasa yang diterima oleh auditor atas pelaksanaan jasa audit. Fee audit ditetapkan sebagai dasar level keahlian dan pengalaman auditor. Selain itu derajat asosiasi responsibilitas terhadap perikatan audit juga merupakan penentu besarnya fee audit (Zhang dan Myrteza, 1996).

(19)

DeAngelo (1981) menyatakan bahwa fee audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung pada beberapa faktor dalam penugasan audit seperti ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit yang ditangani oleh auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien serta nama Kantor Akuntan Publik yang melaksanakan Jasa Audit. Aanggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat berakibat pada kualitas audit yang akan dihasilkan (Agoes, 2012).

2.1.6.1 Indikator Fee Audit

Menurut Agoes (2012) indikator dari fee audit dapat diukur dari:

1. Risiko penugasan

2. Kompeksitas jasa yang diberikan

3. Struktur biaya kantor akuntan publik yang bersangkutan dan pertimbangan profesi lainnya.

4. Ukuran KAP

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah menerbitkan Surat Keputusan No.KEP.024/IAPI/VII/2008. Surat Keputusan ini diterbitkan pada tanggal 2 Juli 2008 yang mana Surat Keputusan ini berisi tentang Kebijakan Penentuan besa fee audit (Biaya audit). Pada Surat Keputusan tersebut dalam bagian lampiran 1 Disebutkan bahwa panduan tersebut dikeluarkan sebagai 19 panduan bagi seluruh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia yang menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam menentukan besar imbalan yang sesuai dan wajar atas jada profesional yang diberikan oleh akuntan publik.

(20)

Pada surat keputusan tersebut juga menyebutkan bahwa penentuan fee audit selain terkait dengan perikatan audit, sebaiknya juga mempertimbangkan faktor – faktor berikut:

1. Kebutuhan Klien

2. Tugas dan Tanggung jawab menurut hukum 3. Independensi

4. Tingkat Keahlian

5. Tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan 6. Tingkat kompleksitas pekerjaan

7. Banyaknya waktu yang diperlukian dan secara efektif digunakan oleh akuntan publik dan sifatnya untuk menyelsaikan pekerjaan

8. Basis penetapan fee yang disepakati

2.1.7 Kualitas Audit

Istiliah kualitas audit mempunyai arti yang berbeda – beda bagi setiap orang. Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material atau kecurangan dalam laporan keuangan audit. Auditor sendiri memandang kualiatas audit terjadi apabila mereka bekerja sesuai standar profesional yang ada, dpat menilai risiko bisnis klien dengan tujuan untuk meminimalisasi risiko litigasi, dpat meminimalisasi ketidakpuasan klien dan menjaga reputasi KAP.

(21)

DeAngelo (1981:186) mendefinisikan kualitas audit sebagai berikut:

“Audit quality as the market – assessed joint probability that a given auditor will both detect material misstatement in the client’s financial statement and report the material misstatement”

Berdasarkan kutipan diatas, kualitas audit didefinisikan sebagai kemungkinan dimana seorang auditor akan menemukan salah saji material dalam laporan keuangan klien dan melaporkan tentang salah saji material tersebut.

Kuliatas audit ini timbul atas tuntutan dari pihak – pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan. Sebab, auditor memiliki kualifikasi untuk mengevaluasi dan menilai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Audit yang dilaksanakan auditor dapat berkualitas jika memenuhi standar auditng. Standar auditing mencakup mutu profesional (professional qualities), auditor independen, serta pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor (SPAP,2013).

2.1.7.1 Unsur – unsur Kualitas Audit

Kualiras audit dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Wooten (2003) dan SPAP (2013), faktor – faktor tersebut antara lain:

1. Deteksi salah saji

“Detecting material misstatement is influenced by how well the audit team performs the audit, which in turn is influenced by the quality control system and management resources of the audit firm, many studies have used firm size as a surrogate for these audit firm and audit team factors, and their findings have been conroversial” (Wooten, 2003).

(22)

Audit yang berkualitas adalah audit yang dapat menemukan salah saji yang material pada laporan keuangan. Mendeteksi salah saji material dipengaruhi oleh seberapa baik tim audit melakukan audit, yang dipengaruhi oleh sistem pengendalian kualitas dan sumber daya manajemen KAP.

2. Berpedoman pada standar

Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review, kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan datau jasa profesional lainnya wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang telah ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia).

3. Komitmen yang kuat terhadap jasa audit yang diberikan kepada klien Klien membutuhkan jasa audit dari auditor, sebagai auditor maka harus mampu dan dapat memenuhi kebutuhan jasa untuk klien. Komitmen yang kuat dari auditor terhadap jasa audit yang diberikan direspon dengan baik oleh klien.

4. Prinsip Kehati – hatian

Para ahli mengindikasikan integritas individual yang ditugaskan dalam perikatan sebagai faktor dalam mendeteksi salah saji material. Auditor sebaikanya memberikan perhatian dan berhati – hati kepada semua aspek dari audit, termasuk evaluasi risiko audit, formulasi dan tujuan audit.

Menetapkan scope atau luas dan tanggung jawab audit, seleksi uji audit, dan evaluasi hasil audit. Sehingga auditor perlu bersikap hati – hati dan

(23)

mengacu pada standar profesional. Apabila auditor menerapkan prinsip kehati – hatian dalan semua aspek audit maka hal ini akan meningkatkan hasil audit.

5. Review dan pengendalian oleh supervisor

“Panels of expert also associate high quality with a firm that has strong controls in place over its audit process. GAAS requires a firm to maintain a quality control system and requires auditors to adequately plan their audits. Theree is match leeway, however, in determining how formal and perspective these systems need to be. Firms with a more rigorous quality conbtrol system and a more systematic audit methodology process are less likely to have material misstatement go undetected by their audit procedures” (Wooten, 2003)

Para ahli juga mengaitkan kualitas tinggi dengan perusahaan yang memiliki kontrol yang kuat di tempat selama proses audit. SPAP mensyaratkan perusahaan untuk mempertahankan kualitas sistem pengendalian dan membutuhkan auditor untuk merencanakan audit yang memadai. Perusahaan dengan kualitas sistem pengendalian yang lebih baik dan proses metodelogi audit yang lebih sistematis cenderung memiliki salah saji material yang tidak terdeteksi oleh prosedur audit mereka.

6. Perhatian yang diberikan oleh manajer dan partner

“The expert reported that partner and manager attention to the engangement is associated with audit quality. GAAS requires that audits be properly supervised and assigned. The availibility during filedwork of the seasoned judgement of an experienced auditor provides authoritative responses to technical and procedural questions” (Wooten, 2003).

Para ahli melaporakan bahwa perhatian manajer dan partner untuk keterlibatan yang terkait dengan kualitas audit. SPAP mensyaratkan bahwa audit harus disupervisi dengan cukup. Perhatian manajer dan partner yang

(24)

memadai mulai saat perencanaan audit sampai dengan pelaporan audit akan memberikan jaminan bahwa semua aspek – aspek harus dilakukan dalam mencapai audit yang berkualitas akan dipenuhi oleh auditor.

7. Teknologi Informasi

Menurut Mulyadi (2010), pemanfaatan komputer dalam bisnis telah mengalami perkembangan yang pesat. Pada tingkat perkembangannya sekarang, teknologi informasi telah dimanfaatkan untuk membangun jejaring sehingga memungkinkan dilaksanakannya distribusi pengetahuan di seluruh dunia secara cepat. Auditor perlu memahami perubahan radikal karakterisitik sistem informasi akuntansi sebagai akibat dimanfaatkannya teknologi informasi dalam pengolahan data transaksi bisni dan rekayasa informasi untuk pengambilan keputusan. Kesadaran tentang dan pemahaman atas perbedaan karakterisitik manual system dengan karakterisitik sistem informasi komputer memperluas cakrawala auditor tentang dampak sistem tersebut terhadap pengendalian intern dan prosedur audit yang tepat.

2.1.7.2 Kerangka Kualitas Audit

The International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB) telah membangun sebuah kerangka untuk kualitas audit. Kerangka tersebut terdiri atas unsur- unsur berikut ini: (1) inpunt, (2) Process (3)Output. Dengan membangun sebuah kerangka audit, IASB memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran terhadap elemen kunci dari kualitas audit di lingkungan mereka, serta memfasilitasi dialog yang lebih besar antara stakeholder terhadap topik terkait.

(25)

Tujuan dari sebuah audit laporan keuangan adalah agar auditor dapat menyatakan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan bukti audit yang cukup dan tepat yang telah diperoleh tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material dan melaporkan sesuai dengan temuan auditor. Kualitas audit dapat dicapai oleh tim audit yang tercermin dari hal dibawah ini:

 Menunjukan nilai – nilai, etika dan sikap yang sesuai

 Berpengetahuan yang cukup, terampil, berpengalaman dan memiliki waktu yang cukup untuk melakukan pekerjaan audit.

 Melakukan prosed audit secara teliti serta prosedur pengendalian mutu yang sesuai dengan hukum, peraturan dan standar yang berlaku.

 Memberikan laporan yang berguna dan tepat waktu

 Berinteraksi secara tepat dengan pemangku kepentingan terkait.

2.1.7.3 Input

Input dikelompokan kedalam faktor berikut:

 Nilai – nilai, etika dan sikap auditor yang pada gilirannya dipengaruhi oleh budaya yang berlaku dalam perusahaan audit.

 Pengetahuan, keterampilan dan pengalaman auditor serta waktu dialokasikan bagi mereka untuk melakukan audit.

 Efektivitas dari proses audit dan prosedur quality control.

(26)

Dalam kategori diatas, atribut kualitas lebih teroganisir antara pihak yang terlibat secara langsung pada tingkat audit engagement, tingkat sebuah perusahaan audit dan tingkat nasional (atau yuridikasi), oleh karena itu secara tidak langsung kepada seluruh perusahaan audit yang beroperasi dalam Negara tersebut dan audit yang mereka lakukan.

Input terhadap kualitas audit akan dipengaruhi oleh konteks dimana audit akan dilakukan, interaski dengan stakeholder, dan ouput. Misalnya, hukum dan peraturan (konteks) mungkin memerlukan laporan spesifik (output), hal ini dipengaruhi oleh keterampilan auditor untuk bekerja sengan standar terbaru (Input).

2.1.7.4 Proccess

Kualitas audit termasuk penerpan proses audit yang ketat oleh auditor dan prosedur pengendalian mutu yang mematuhi hukum, peraturan dan standar yang berlaku. Auditor pada hal ini harus bersikap pro aktif dan mencari ataupun mengikuti kebijakan – kebijakan terbaru, agar dalam hal pengauditan dapat menghasilkan laporan audit yang wajar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Kemudian auditor perlu mengerti dan mampu menggunakan teknologi menjadi satu hal yang paling utama dan patut di prioritaskan. Selain karena dapat mengefektifkan waktu, teknologi juga memiliki nilai akurasi yang sangat tinggi.

Oleh karena itu auditor harus turut serta melakukan pelatihan – pelatihan pengguna teknologi informasi. Serta mampu menemukan kesalagan material dalam proses pengauditan. (IAASB, 2014).

(27)

2.1.7.5 Output

Output dari audit sering ditemuka oleh konteks, termasuk persyaratan legislative. Beberapa stakeholder dapat mempengaruhi sifat output, sedangkan yang lain memiliki sedikit pengaruh. Memang untuk beberapa stakeholder, seperti inestor di perusahaan yang terdaftar, laporan auditor adalah output utama dan saat ini relative standar. Namun dalam hal ini auditor harus mampu untuk melaporkan kesalahan material secara independen tanpa dipengaruhi stakeholder agar tetap independen, agar tercapai tujuan audit akuntan publik yang baik dalam artian dengan kualitas audit yang tinggi. (IAASB, 2014).

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Sistem Pengendalian Mutu Terhadap Kualitas Audit

Hasil audit atas laporan keuangan akan berguna jika akuntan publik mampu mengendalikan mutu pemeriksaan, bertindak profesional, kantor akuntan publik (KAP) betanggung jawab untuk memenugi berbagai Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Salah satu standar yang berisi panduan bagi KAP dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya adalah standar pengendalian mutu (SPAP,2013). Oleh sebab itu, adanya suaru keharusan bagi setiap KAP untuk memiliki sistem pengendalian mutu, sistem pengendalian mutu mencakup struktur organisasi, kebijakan dan prosedut yang ditetapkan KAP untuk

(28)

memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan profesional dengan SPAP sehingga harus komprehensif dan selaras dengan struktur organisasi, kebijkan, dan sifat praktik KAP (SPAP,2013).

Kantor akuntan publik (KAP) wajib mempertimbangkan setiap unsur pengendalian mutu (SPAP,2013). Pemekerjaan menjadi salah satu unsur penentu dalam pengendalian mutu untuk mempertahankan kualitas audit yang dihasilkan.

Hal ini disebabkan karena pemekerjaan memberikan keyakinan bahwa semua staf profesionalnya memiliki karakteristik yang tepat untuk memungkinkan mereka melakukan perikatan secara kompeten. Kualitas audit yang dihasilkan akan bergantung kepada integritas, kompetensi, dan motivasi personel yang melakukan supervisi atas pekerjaan (SPAP,2013).

2.2.2 Pengaruh Fee Audit Terhadap Kualitas Audit

Menurut Agoes (2012) menyatakan bahwa fee audit berpengaruh terhadap kualitas audit yaitu sebagai berikut:

“Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat berakibat pada kualiatas audit yang akan dihasilkan”.

Menurut Hartadi (2009) fee audit berpangaruh terhadap kualitas audit yaitu sebagai berikut:

“Fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualiatas audit, sementara rotasi dan reputasi audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualiatas audit”

(29)
(30)

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran dan uraian penelitian ini, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

Ha1 : Terdapat pengaruh antara sistem pengendalian mutu terhadap kualitas audit

Ha2 : Terdapat pengaruh antara fee audit terhadap kualitas audit

Ha3 : Terdapat pengaruh antara sistem pengendalian mutu dan fee audit secara simultan terhadap kualitas audit.

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi stabil yaitu suhu udara lebih rendah dari lingkungan, yang artinya pencemar tidak dapat naik namun tetap barada di atmosfer dan akan terakumulasi, sehingga

Melalui identi- fikasi awal hambatan melaluipembelajaran bersama dengan guru PAUD Gugus 11 Arjowinangun untuk menemukenali faktor kegagalan pemahaman pada K13 PAUD dari

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

O trabalho de Hack faz parte de uma série de perfis biográficos que os mestrandos e doutorandos da Universidade Metodista de São Paulo estão elaborando sobre os cientistas

Arikunto mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber

sosialisasi mulai dari mekanisme pemutakhiran dan penyusunan data pemilih, dan peran serta masyarakat dalam Pilkada. Sosialisasi dilakukan juga melalui

Dalam kegiatan proses pembelajaran ini guru dan siswa melaksanakan kegiatan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Menjelaskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK),

Produsen dalam kegiatan ekspor kopi arabika di Sumatera Utara yaitu pada tingkat eksportir dan konsumen dalam kegiatan ekspor kopi arabika di Sumatera Utara adalah