• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERENCANAAN DAN GAMBAR

3.1 Diagram Proses Pembuatan BMX OTO UNS

Pembuatan BMX OTO UNS diperlukan tahapan-tahapan proses secara garis besar ada 6 tahapan, antara lain:

1. Perancangan

Sebelum membuat alat, dalam hal ini adalah BMX OTO UNS terlebih dahulu membuat DR&O (Design Requirement and Objective) untuk menjadi dasar untuk merancang. Setelah itu membuat sketsa alat dan mendesain dengan solidworks.

2. Pembelian part.

Setelah melakukan perancangan maka dapat diketahui part apa saja yang akan digunakan, dan pembelian part dilakukan secara bertahap sesuai proiritas bagian BMX OTO UNS.

3. Proses produksi.

Setelah part terkumpul dilanjutkan dengan proses pembuatan menggunakan alat-alat perkakas.

4. Perakitan part.

Setelah part-part yang dibutuhkan telah selesai dikerjakan dilanjutkan dengan perakitan (assembly) part sehingga BMX OTO UNS

5. Pengujian kinerja alat yang telah dibuat.

Setelah BMX OTO UNS telah selesai dirakit, kemudian dilanjutan dengan pengujian kinerja alat.

6. Penyempurnaan

Apabila terdapat kompokjjjhjjhbj buuunen (part) yang rusak (troubleshooting) maka dilakukan perbaikan pada part tersebut.

(2)

Diagram proses pembuatan BMX OTO UNS seperti terlihat pada Gambar 3.1.

Gagal

Berhasil

Gambar 3.1 Diagram Proses Pernbutan BMX OTO UNS Survey

Perhitungan Daya

Kesimpulan Mulai

Sketsa

Pembuatan

Pengujian

Selesai Perakitan

Analisa dan Perbaikan Menggabar Teknik 3D dan 2D

(3)

3.2 Prinsip Kerja Alat

Prinsip kerja dari BMX OTO UNS adalah memutar roda melalui transmisi rantai dan sprocket. Ditengah-tengah bagian rangka terdapat engine yang berguna menggerakkan sprocket depan secara langsung. Bagian-bagian BMX OTO UNS dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Keterangan:

1. Handle grip 2. Sprocket 3. Rangka 4. Rantai

5. Tanki

6. Engine 7. Rem

Gambar 3.2 BMX OTO UNS

3.3 Perancangan Daya Motor

Perancangan daya motor ada beberapa tahap salah satunya menghitung gaya total. Lihat Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Gaya saat Benda pada Bidang Miring

(4)

Rumus menghitung gaya total:

Berikut beberapa tahap dalam menghitung daya motor:

1. Menghitung massa total untuk mengetahui gaya total. Massa total dapat dihitung pada rumus sebagai berikut:

mr = 10 kg mm= 10 kg mo= 44 kg

V = 30 km/jam = 8,3 m/s mt = mr + mm + mo

= 10 + 10 + 44 = 64 kg

Vt = Vo + a. t

8,3 m/s = 0 + a. 10 s a = 0,83 m/s2

Jadi massa total berdasarkan perhitungan di atas adalah 64 kg dan percepatan adalah 0,83 m/s2

2. Menghitung gaya aerodinamis untuk mengetahui gaya total. Gaya aerodinamis dapat dihitung pada rumus sebagai berikut:

Faero + Fhill + Face + Froll

=( 12 × ρ × A × Cd × V2) +( mt × g × sin α) + (mt × a) + (mt × g × Cr)

(5)

Gambar 3.4 Koefisien Hambatan Udara

Cd= 0,42 (lihat Gambar 3.4) ρ= 1,12 kg

/

m

3

1) Menghitung luas penampang untuk mengetahui gaya aerodinamis. Luas penampang dapat dihitung pada rumus sebagai berikut:

a= 370 mm t= 1200 mm A= 12 × a × t = 1

2 × 370 × 1200 = 222000 mm2 = 0,222 m2

Jadi luas penampang (A) berdasarkan perhitungan di atas adalah 0,222 m2. 2) Menghitung gaya aerodinamis untuk mengetahui gaya total. Gaya

aerodinamis dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Faero= 1

2 × ρ × A × Cd × V2

= 12 × 1,12 × 0,222 × 0,42 × 302 = 46,99 N

(6)

Jadi gaya aerodinamis (Faero) pada perhitungan di atas adalah 46,99 N

.

3. Menghitung gaya hill untuk mengetahui gaya total. Gaya hill dapat dihitung pada rumus sebagai berikut:

mt= 64 kg α= 7°

g= 9,81 m

/

s 2

Fhill= mt × g × sin α

= 64 × 9,81 × sin 7°

= 76,51 N

Jadi gaya hill (Fhill) pada perhitungan di atas adalah 76,51 N

.

4. Menghitung gaya akselerasi untuk mengetahui gaya total. Gaya akselerasi dapat dihitung pada rumus sebagai berikut:

mt= 64 kg g= 9,81 m

/

s2

a= 0,8 m

/

s 2

Menghitung gaya akselerasi (Face) Face= mt × a

= 64 kg × 0,8 m

/

s2

= 51,2 N

Jadi gaya akselerasi (Face) pada perhitungan di atas adalah 51,2 N

.

5. Menghitung gaya rolling untuk mengetahui gaya total. Gaya rolling dapat dihitung pada rumus sebagai berikut:

(7)

Tabel 3.1 Koefisien Hambatan Gelinding

mt= 64 kg

Cr= 0,004 (lihat tabel 3.1) g= 9,81 m

/

s

2

Froll= mt × g × Cr

= 64 × 9,81 × 0,004

= 2,51 N

Jadi gaya rolling (Froll) pada perhitungan di atas adalah 2,51 N

.

6. Menghitung gaya total untuk mengetahui daya motor saat jalan datar.

Gaya total dapat dihitung pada rumus sebagai berikut:

Ftotal= Faero + Fhill + Face + Froll

= 31,52 + 76,51 + 76,16 + 2,51 = 186,7 N

Jadi gaya total (Ftotal) pada perhitungan di atas adalah 186,7 N

.

Koefisien hambatan gelinding

C c1 (mm)

0,001-0,002 0,5 Rel baja kereta api 0,001 0,5 Ban sepeda di jalur kayu 0,002-0,005 0,5 Daya tahan rendah ban tubeless

0,002 0,5 Ban sepeda pada jalan beton 0,004 0,5 Ban sepeda pada jalan aspal

0,005 0,5 Rel yang buruk

0,006-0,01 0,5 Truk di jalur aspal

0,008 0,5 Ban sepeda pada jalan beraspal kasar 0,01-0,015 0,5 Ban mobil biasa pada jalan beton

0,03 0,5 Ban mobil pada aspal

0,04-0,08 0,5 Ban mobil pada pasir padat 0,2-0,4 0,5 Ban mobil pada pasir gembur

(8)

7. Daya Motor

Daya motor yang diinginkan diperoleh dengan mengalikan gaya total (Ftotal) dengan kecepatan (V). Kecepatan BMX OTO UNS di jalan aspal dirancang sebesar 30 km

/

jam.

Service factor:

a. Beban (k1)= 1 untuk beban konstan.

= 1,25 untuk beban variable dengan guncangan ringan.

= 1.5 untuk beban guncangan berat.

b. Pelumasan (k2)= 0,8 untuk pelumasan terus menerus.

= 1 untuk pelumasan menurun.

= 1.5 untuk pelumasan berkala.

c. Pemakaian (k3)= 1 untuk pemakaian selama 8 jam per hari.

= 1,25 selama 16 jam per hari.

= 1.5 untuk pemakaian terus menerus.

Sepeda BMX OTO UNS dirancang untuk digunakan pada beban variable dengan guncangan ringan serta pelumasan pada mesin secara berkala dan pemakaian selama 8 jam per hari. Sehingga service factor sebagai berikut:

Ks = k1 x k2 x k3

= 1,25 x 0,8 x 1

= 1

Daya motor yang diinginkan dapat dihitung dengan rumus seperti berikut:

P= Ftotal × V

= 186,7 N × 30 km

/

jam

=

186,7 N × 3 1 36

m

/

s

(9)

= 186,7 N × 8,33 m

/

s

= 1500 watt

Daya penggerak yang diinginkan dapat dihitung dengan rumus seperti berikut:

Pp= P x k1 x k2 x k3 = 1500 watt x 1 = 1500 watt

Jadi daya motor yang diinginkan berdasarkan perhitungan di atas adalah 1500 watt dan daya penggerak adalah 1500 watt

Sehingga di dapat spesifikasi dari perhitungan diatas (lihat Tabel 3.2) sebagai berikut:

Tabel 3.2 Spesifikasi Perhitungan

.

8. Penggerak Pedal

Pada pengerak pedal di hitung gaya yang mampu mendorong sepeda sehingga bisa jalan. Lihat Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Gaya Dorong Sepeda

Parameter Besar

Desain Power 1500 watt

Putaran 1500 rpm

Massa 64 kg

(10)

R1 = 150 mm R2= 88,5 mm R3= 48 mm R4= 215 mm Np= 60 rpm Pp= 2812,5 watt

Gaya dorong sepeda dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

FP . R2 = 2

Fp. 88,5 x 10-3 m = 2812 5 2 6 Fp = 2812 5

2 6 88 5 1

Fp= 84,29 N

Jadi gaya dorong berdasarkan perhitungan di atas adalah 84,29 N.

3.4 Perbandingan Transmisi BMX OTO UNS

Perbandingan transmisi pada BMX OTO UNS ada 2 yaitu perbandingan transmisi pada mesin dan perbangdingan transmisi pada pedal

1. Perbandingan transmisi pada mesin

Gambar 3.6 Sistem Transmisi Mesin

(11)

a. Menghitung velocity ratio (N2) untuk rantai.

Kecepatan Putar (N2) pada sprocket besar (1), V= 8,3 m/s dan R2= 88,5 x 10-3 m

Velocity Ratio rantai (N2) dapat dihitung dengan rumus seperti berikut:

V= 2π.N2. R2

8,3 m/s= 2π. N2. 88,5 x 10-3 m 8,3 m/s= 1,35 m. N4

N4= 14,9 putaran/s = 894 rpm

Jadi kecepatan putar (N2) berdasarkan perhitungan di atas adalah 894 rpm.

b. Menghitung velocity ratio roda (N4) untuk rantai.

Kecepatan putar roda (N4) pada sprocket besar (2), V= 8,3 m/s dan R4= 215 x 10-3 mm

Velocity Ratio rantai (N4) dapat dihitung dengan rumus seperti berikut:

V= 2π.N4. R4

8,3 m/s= 2π. N4. 215 x 10-3 m 8,3 m/s= 1,35 m. N4

N4= 6,14 putaran/s = 368,4 rpm

Jadi kecepatan putar roda (N4) berdasarkan perhitungan di atas adalah 368,4 rpm.

c. Menghitung perbandingan transmisi pada mesin sebagai berikut:

i=

= 15 368 4

= 4,07 atau 1:4

Jadi perbandingan transmisi pada mesin adalah 1:4

(12)

2. Perbandingan transmisi pada pedal

Gambar 3.7 Sistem Transmisi pada Sepeda BMX OTO UNS

Sepeda BMX bermesin ini memiliki 2 sprocket, yaitu sprocket penggerak, dan sprocket pengerak roda. Maka didapat data sebagai berikut:

Jumlah sprocket kecil rantai (T1)= 22 Jumlah sprocket besar rantai (T2)= 42 Pitch (p)= 12.70 mm

Jarak antara poros pedal dan poros roda (x)= 370 mm Kecepatan putar pedal dirancang (N2)= 60 rpm

a. Menghitung velocity ratio (N1)

Kecepatan putar (N1) pada sproket kecil, T1=22. Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

N1= 2 2 1 = 42 6

22 = 114,54 rpm

Jadi kecepatan putar (N1) dari perhitungan di atas adalah 114,54 rpm.

(13)

b. Menghitung perbandingan transmisi pada pedal sebagai berikut:

i=

= 6 114 54 = 0,5 atau 2:1

Jadi perbandingan transmisi pada pedal adalah 2:1 3.5 Perhitungan Rangka Sepeda

FBD rangka Sepeda BMX OTO UNS dapat dilihan pada Gambar 3.8 Diketahui:

1. Beban penumpang pada titik D sebesar 44 kg x 10 m/s2 = 440 N 2. Beban mesin pada titik A sebesar 10 kg x 10 m/s2 = 100 N 3. Beban tangki pada titik E sebesar 2 kg x 10 m/s2 = 20 N

Gambar 3.8 Rangka BMX

1. Menghitung Besar Gaya Tiap Batang pada Rangka

Gaya pada titik D digunakan untuk mencari gaya tiap batang pada rangka.

Perhitungan rangka batang menggunakan metode rangka batang tertentu dengan titik buhul.dapat dilihat pada Gambar 3.9

E D

A

B C

(14)

Gambar 3.9 Gaya pada Rangka

Menghitung persamaan penumpu digunakan untuk menentukan besar gaya tiap batang. Persamaan penumpu dapat dihitung pada rumus (2.4) sebagai berikut:

b + r = 2j → 6 + r = 2x5 Keterangan:

→ r = 4 b = jumlah batang

r = jumlah reaksi penumpu j = jumlah titik kumpul

Menghitung reaksi penumpu harus memenuhi syarat dari kesetimbangan dapat dilihat pada rumus (2.1), (2.2) dan (2.3) yaitu jumlah gaya di sumbu horizontal sama dengan 0, jumlah gaya di sumbu vertical sama 0 dan momen puntir sama dengan 0

∑Fx = 0 → RCH = 0

∑Fy= 0 → RAV + RCV = 560 N

∑MA = 0

REV . CE – F3 . CE – F2 . AC – F1 . DC + RCH . BD = 0

REV . 930 mm - 20 N . 930 mm - 100 N . 740 mm - 440 N . 390 mm + 0 .210 mm = 0

(15)

REV = 2 93 : 1 74 :44 93 ; 21

93

= 284,09 N

∑ME = 0

RCV . CE – F1 . DE – F2 . AE + RCH . 210 . BD = 0

RCV . 930 mm - 440 N . 540 mm - 100 N . 190 mm + 0 . 210 mm = 0

RCV =

44 54 : 1 19 : 21

93

= 275,91 N

Titik E

Menghitung besar gaya pada batang E dapat dilihat pada Gambar 3.10

Gambar 3.10 Titik Kumpul E

∑Fy= 0

- F3 + REV – R6 = 0 -20 N + 284,09 N = R6 R6 = 264 9 45 = 373,48 N (Tarik)

(16)

∑Fx = 0

R5 + R6 = 0

R5 = - 373.48 N . sin 45° = - 264, 09 N ( Desak)

Titik A

Menghitung besar gaya pada batang A dapat dilihan pada Gambar 3.11

Gambar 3.11 Titik Kumpul A

∑Fx= 0

R1 – R6 = 0 R1 = R6

R1 = 373, 48

R1 = 264,09 N (Tarik)

∑ Fy = 0

R6 - F2 = 0 R6 = 100 N R6 =

1 45

R6 = 141,42 N (Tarik)

(17)

Titik D

Menghitung besar gaya pada batang D dapat dilihan pada Gambar 3.12

Gambar 3.12 Titik Kumpul D

∑Fx = 0

R3 sin 50° - R5 = 0 R3 sin 50° = R5 R3 =

;264 9 5

= - 344, 74 N (Desak)

∑Fy= 0

- F1- R4 – R3 cos 50° = 0 - F1 – R3 cos 50° = R4

- 440 – (- 344,74 cos 50°) = R4 R4 = - 218,41 N (Desak)

(18)

Titik B

Menghitung besar gaya pada batang B dapat dilihan pada Gambar 3.13

Gambar 3.13 Titik Kumpul B

∑Fx = 0

R2 - R1 = 0

R2 = R1 = 264, 09 N

∑Fy= 0

∑Fy= R4

= - 218,41 N (Desak)

(19)

Titik C

Menghitung besar gaya pada batang C dapat dilihan pada Gambar 3.14

Gambar 3.14 Titik Kumpul C

∑Fx = 0

- RCH – R2 – R3 cos 40° = 0 - 0 – 264,09 = R3 cos 40°

R3 =

;264 9 4

= - 344, 74 N (Desak)

∑Fy= 0

R3 sin 40° + Rcv = 0 R3 sin 40° = - Rcv R3 =

;275 91 4

R3 = - 423,02 N (Desak)

(20)

Jadi R1 = 264,09 N (Tarik) R2 = 264,09 N (Tarik) R3 = 423,02 N (Desak) R4 = 218,41 N (Desak) R5 = 264,09 N (Desak) R6 = 373,48 N (Tarik)

2.Menentukan jenis material, safety factor dan tegangan ijin

Jenis Material : AISI 1045 sehingga besar adalah 530 Mpa Safety Factor :

1. sf = 1,25 – 1,5 : kondisi terkontrol dan tegangan yang bekerja dapat ditentukan dengan pasti

2. sf = 1,5 – 2,0 : bahan yang sudah diketahui, kondisi lingkungan beban dan tegangan yang tetap dan dapat ditentukan dengan mudah.

3. sf = 2,0 – 2,5 : bahan yang beroperasi secara rata-rata dengan batasan beban yang diketahui.

4. sf = 2,5 – 3,0 : bahan yang diketahui tanpa mengalami tes. Pada kondisi beban dan tegangan rata-rata.

5. sf = 3,0 – 4,5 : bahan yang sudah diketahui. Kondisi beban, tegangan dan lingkungan yang tidak pasti.

Sepeda BMX OTO UNS dirancang dengan bahan yang sudah diketahui.

Kondisi beban, tegangan dan lingkungan yang tidak pasti. Sehingga safety factor sebagai berikut: 3,0 – 4,5

Setelah diketahui jenis material dan safety factor, menghitung τ ijin dengan rumus (2.6) yaitu (didapat dari jenis material) di bagi dengan sf (safety factor)

τ ijin =

= 53 4 5 = 117,7 Mpa

(21)

3 . Menghitung dimensi masing-masing batang dengan rumus (2.7) yaitu di bagi dengan gaya perbatang (F)

Batang 1

Rangka terbuat dari persegi panjang. Panjang dan lebar persegi panjang tersebut dapat dicari dengan perssamaan:

= A =

= 264 9

117 7 = 2,24 mm2

Dalam perakitanya BMX OTO UNS ini terbuat dari persegi panjang yang berongga dengan panjang luar = 12,5 mm dan lebar luar = 6,5 mm sedangkan panjang dalam = 10,5 mm dan lebar dalam = 4,5 mm

Luas persegi panjang berongga batang 1 adalah A1 = luardalam

= (12,5 mm x 6,5 mm) – (10,5 mm – 4,5 mm)

= (300 - 224)mm2

= 76 mm2

Karena persegi panjang pejal (A) lebih kecil dari pada luas persegi panjang berongga (A1) maka aman

Batang 2

Rangka terbuat dari silinder. Diameter luar dan dalam silinder tersebut dapat dicari dengan perssamaan:

= A =

= 117 7 264 9 = 2,24 mm2

(22)

Dalam perakitanya BMX OTO UNS ini terbuat dari silinder yang berongga dengan diameter luar (do) = 23 mm dan diameter dalam (di) = 22 mm

Luas silinder berongga batang 2 adalah A2 =

4 (do2 – di2)

= 4 (232 – 222)

= 4 (529 – 4842)

= 35,3 mm2

Karena luas silinder pejal (A) lebih kecil dari pada luas silinder berongga (A2) maka aman

Batang 3

Rangka terbuat dari silinder. Diameter luar dan dalam silinder tersebut dapat dicari dengan perssamaan:

= A =

= 117 7 423 2 = 3,59 mm2

Dalam perakitanya BMX OTO UNS ini terbuat dari silinder yang berongga dengan diameter luar (do) = 21 mm dan diameter dalam (di) = 20 mm

Luas silinder berongga batang 3 adalah A3 = 4 (do2 – di2)

= 4 (212 – 202)

= 4 (441 – 400)

= 32,18 mm2

Karena luas silinder pejal (A) lebih kecil dari pada luas silinder berongga (A3) maka aman

(23)

Batang 4

Rangka terbuat dari silinder. Diameter luar dan dalam silinder tersebut dapat dicari dengan perssamaan:

= A =

= 117 7 218 41 = 1,85 mm2

Dalam perakitanya BMX OTO UNS ini terbuat dari silinder yang berongga dengan diameter luar (do) = 22 mm dan diameter dalam (di) = 21 mm

Luas silinder berongga batang 4 adalah A4 = 4 (do2 – di2)

= 4 (222 – 212)

= 4 (484 – 441)

= 33,75 mm2

Karena luas silinder pejal (A) lebih kecil dari pada luas silinder berongga (A4) maka aman

Batang 5

Rangka terbuat dari silinder. Diameter luar dan dalam silinder tersebut dapat dicari dengan perssamaan:

= A =

= 117 7 264 9 = 2,24 mm2

Dalam perakitanya BMX OTO UNS ini terbuat dari silinder yang berongga dengan diameter luar (do) = 36 mm dan diameter dalam (di) = 34 mm

Luas silinder berongga batang 5 adalah

(24)

A5 =

4 (do2 – di2)

= 4 (362 – 342)

= 4 (1296 – 1156)

= 109,9 mm2

Karena luas silinder pejal (A) lebih kecil dari pada luas silinder berongga (A5) maka aman

Batang 6

Rangka terbuat dari persegi panjang. Diameter luar dan dalam persegi panjang tersebut dapat dicari dengan perssamaan:

= A =

= 117 7 373 48 = 2,86 mm2

Dalam perakitanya BMX OTO UNS ini terbuat dari persegi panjang yang berongga dengan panjang luar = 30 mm dan lebar luar = 10 mm sedangkan panjang dalam = 28 mm dan lebar dalam = 8 mm

Luas persegi panjang berongga batang 6 adalah A6 = luardalam

= (30 mm x 10 mm) – (28 mm – 8 mm)

= (300 - 224)mm2

= 76 mm2

3.6 Perhitungan Kekuatan Las

Perhitungan pengelasan ditinjau dari bagian yang paling kritis menerima beban.

Batang pada rangka belakang adalah batang yang paling kritis karena menerima beban dari penumpang sebesar 440 N. Gambar 3.14 menunjukan skema pembebanan pada batang kritis yang dilas

(25)

Gambar 3.15 Skema Pembebanan pada Batang Kritis yang Dilas

Jenis sambungan pada pengelasan rangka Sepeda rmesin menggunakan circular fillet weld joints dengan elektroda las jenis E 6013. Berikut adalah perhitungan kekuatan las berdasarkan ketebalan las:

1. Tebal las (s) dibuat 3 mm

2. Beban yang diterima sebesar (F) 220 N, beban penumpang dibagi dua karena rangka belakang memiliki dua batang.

3. Tegangan geser minimum elektroda (σmax) 411.8 N/mm2 4. Diameter pipa (d) 22 mm

5. Jarak beban (e) 390 mm

Luas area lasan A = π × D × t

= π × D mm × 0.707 s

= π × 22 mm × 0.707. 3 mm

= 146,51 mm2

Jadi luas area lasan pada batang kritis rangka land sailing adalah 146,51 mm2

Tegangan geser

Tegangan geser adalah tegangan yang diakibatkan oleh gaya yang arahnya sejajar dengan luasan permukaan, maka:

(26)

τ =

= 146 51 22

= 1,5 N/mm2

Jadi tegangan geser lasan pada batang kritis rangka land sailing adalah sebesar 1,5 N/mm2

Bending stress

Tegangan bending adalah tegangan normal yang yang diinduksikan pada batang sehingga menyebabkan kebengkokan. Tegangan bending merupakan hasil bagi dari momen (M) dan section modulus (Z).

Momen Lentur M = F × e

= 220 N × 390 mm

= 85.800 Nmm Section Modulus (Z) Z = π 4

= π 2 121 22 4

= 805,85 mm3

Jadi, tegangan lentur (σb):

σb =

= 858 8 5 85

= 106, 47 N/mm2

Jadi teganan bending lasan pada batang kritis rangka BMX OTO UNS adalah sebesar 106, 47 N/mm2

(27)

Kampuh las

Kampuh las merupakan bagian dari logam induk yang akan diisi oleh logam las, kampuh las awalnya adalah berupa kubungan las yang kemudian diisi dengan logam las.

τmax = 1

22 2

= 122 2 = 53, 43 N/mm2

Dengan hasil perhitungan τmax menunjukkan tegangan maksimum sebesar 53,43 N/mm2, dengan tegangan geser minimum yang diberikan elektroda sebesar 411.8 N/mm2 maka hasil lasan pada rangka dalam kategori aman.

3.7 Simulasi Rangka Menggunakan Program Solidword

Simulasi rangka BMX OTO UNS dilakukan secara statik dengan mengaplikasikan tumpuan sendi pada salah satu titik tumpu. Material yang digunakan AISI 1045. Hasil simulasi Stress dapat dilihat pada Gambar 3.16. Hasil simulasi Displacement dapat dilihat pada Gambar 3.17. Hasil simulasi Strain dapat dilihat pada Gambar 3.18. Hasil Simulasi Factor Of Safety dapat dilihat pada Gambar 3.19

Hasil simulasi Stress dapat dilihat pada Gambar 3.16

Name Type Min Max

Stress1 VON: von Mises

Stress

135.712 N/m^2 Node: 6799

7913.53 N/m^2 Node: 492

(28)

Name Type Min Max

Gambar 3.16 Hasil simulasi Stress

Hasil simulasi Displacement dapat dilihat pada Gambar 3.17

Name Type Min Max

Displacement1 URES: Resultant

Displacement

0 mm Node: 389

1.75165e-006 mm Node: 2118

Gambar 3.17 Hasil simulasi Displacemen

(29)

Hasil simulasi Strain dapat dilihat pada Gambar 3.18

Name Type Min Max

Strain1 ESTRN: Equivalent Strain 1.3812e-009

Element: 6908

2.84569e-008 Element: 5206

Gambar 3.18 Hasil Simulasi Strain Hasil simulasi Factor of Safety dapat dilihat pada Gambar 3.19

Name Type Min Max

Factor of Safety1 Automatic 66973.9

Node: 492

3.90533e+006 Node: 6799

Gambar 3.19 Hasil Simulasi Factor Of Safety

Referensi

Dokumen terkait

2015 LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF.. Periode 1 Januari - 31

Menurut Sumarsono dalam laporan penelitiannya mengenai pemertahanan penggunaan bahasa Melayu Loloan di desa Loloan yang termasuk dalam wilayah kota Nagara, Bali

mushalli. 2) Bagi calon pendidik, penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan terhadap pelaksanaan pendidikan dalam membentuk

Harus dijelaskan maksud penyelidikan yang dilakukan: hanya untuk memperoleh data yang terbatas, yang akan digunakan dalam penyelidikan yang sifatnya taksiran, atau

Indonesia dapat mendayagunakan simpul-simpul hubungan bilateral komprehensif dan strategis yang telah dimilikinya dalam memastikan negosiasi Treaty Indo-Pacific yang bersifat

Laba adalah selisih lebih antara pendapatan dan biaya yang timbul dalam kegiatan utama atau sampingan di perusahaan selama satu periode, karena laba pada suatu

Sebagai bagian dari kata pengantar ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah memberi dukungan dan membantu penulis

Hasil analisis menunjukkan pada tahun 2007 determinan utama stunting anak balita dengan riwayat BBLR adalah wilayah tempat tinggal yaitu responden yang tinggal di wilayah