• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOCert STANDAR PERTANIAN ORGANIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BIOCert STANDAR PERTANIAN ORGANIK"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

BIOCert

STANDAR PERTANIAN ORGANIK

Versi 1 – Juli 2014 [Versi Bahasa Indonesia]

Disetujui oleh DE BIOCert pada tanggal 31 Juli 2014, berlaku sejak 1 Januari 2015

PT BIOCert Indonesia

Jl. Perdana Raya Budi Agung Cimanggu Residence Ruko A1 Bogor-16165 INDONESIA Tel: +62 251 5680496 – 755 1811 | Fax: +62 2517551811

Email: [email protected] | www.biocert.or.id

(2)

Revisi 0 . Maret 2014 Revisi 1 [Versi 1] . Juli 2014

(3)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ... 5

DEFINISI ... 6

1. TUJUAN DAN PRINSIP-PRINSIP DALAM PRODUKSI ORGANIK ... 8

1.1. Tujuan produksi organik ... 8

1.2. Prinsip-prinsip produksi organik ... 8

1.3. Prinsip-prinsip spesifik dari produksi organik ... 9

1.4. Standar organisme hasil rekayasa genetika (GMOs) ... 9

1.5. Penggunaan radiasi ion... 10

2. PRODUKSI TANAMAN ORGANIK ... 11

2.1. Aturan umum dan pengelolaan produksi pertanian ... 11

2.2. Periode Konversi ... 12

2.3. Aturan produksi tanaman ... 14

2.3.1. Tipe dan Varietas Tanaman ... 14

2.3.2. Keragaman Tanaman dalam Pertanian Organik ... 14

2.3.3. Produksi paralel ... 15

2.3.4. Tanah, air, dan pengelolaan pupuk... 16

3. PENGOLAHAN DAN PENGELOLAAN... 22

3.1. Prinsip-prinsip spesifik dalam pengolahan dan pengelolaan organik ... 22

3.2. Aturan produksi makanan olahan dan pakan ... 22

3.3. Operator ... 23

3.4. Sub kontraktor ... 24

3.5. Bahan baku, bahan, dan bahan aditif ... 24

3.6. Metode pemrosesan ... 25

3.7. Penyimpanan produk pangan dan produk ... 27

3.8. Pengepakan dan transportasi produk ke unit operator lain ... 28

3.8.1. Pengepakan ... 28

3.8.2. Transportasi ... 29

4. PRODUK YANG TUMBUH LIAR ... 32

5. JAMUR ... 34

6. PETERNAKAN LEBAH (APIARIES) ... 39

6.1. Prinsip Umum ... 39

6.2. Pengelolaan Umum... 34

6.3. Periode konversi ... 35

6.4. Peternakan dan hasil peternakan ... 35

6.5. Perawatan kesehatan ... 35

6.6. Mutilasi ... 36

6.7. Pemanenan dan Pengolahan ... 36

(4)

7. INPUT KOMERSIAL ... 38

8. KEPEDULIAN SOSIAL ... 39

9. PELABELAN DAN PENGGUNAAN SEGEL ORGANIK ... 40

10. PENGAWASAN ... 44

10.1. SISTEM PENGAWASAN ... 44

10.2. KETAATAN TERHADAP SISTEM PENGAWASAN ... 44

11. BUKTI DOKUMEN ... 45

12. TINDAKAN DALAM KASUS PELANGGARAN DAN PENYIMPANGAN ... 45

13. PERSYARATAN PENGAWASAN MINIMUM ... 45

14. CATATAN TERDOKUMENTASI ... 49

15. AKSES TERHADAP FASILITAS ... 49

16. BUKTI DOKUMENTASI ... 49

17. DEKLARASI PENJUAL ... 49

LAMPIRAN ... 51

Lampiran 1: Daftar penggunaan input yang diperbolehkan dalam produksi organik ... 51

Bagian 1.1: Penggunaan input dalam pupuk dan pemantap [conditioner] tanah ... 51

Bagian 1.2: Penggunaan Produk dan Metode untuk mengendalikan hama, penyakit, gulma dan zat pengatur tumbuh ... 53

Bagian 1.3: Penggunaan Produk dan Metode untuk mengendalikan hama di ruang pengolahan dan penyimpanan ... 56

Bagian 1.4: Produk-produk yang digunakan sebagai pembersih dan disinfektan ... 56

Bagian 1.5: Penggunaan bahan aditif dalam produk-produk untuk mengendalikan hama ... 57

Lampiran 2: Daftar bahan aditif dan bantuan pengolahan yang diperbolehkan dalam pengolahan pangan ... 58

Bagian 2.1: Daftar produk-produk yang digunakan untuk bahan aditif dan pengangkut ... 58

Bagian 2.2. Daftar produk-produk yang digunakan untuk bantuan pengolahan ... 59

Bagian 2.3. Bahan pertanian yang tidak diproduksi secara organik ... 61

Lampiran 3: Pedoman evaluasi input tambahan untuk pertanian organik... 62

Lampiran 4: Pedoman evaluasi bahan aditif dan bantuan pengolahan untuk pengolahan organik 63 Lampiran 5: Pedoman pertimbangan penggunaan logam berat dalam pupuk organik ... 64

Lampiran 6: Inspeksi kelompok petani kecil (untuk pertanian organik) ... 65

Lampiran 7: Logo organik Uni Eropa dan Nomer Kode... 67

Lampiran 8: Prosedur untuk merevisi standar ... 69

Komentar untuk Revisi Standar BIOCert ... 71

(5)

PENDAHULUAN

Standar Pertanian Organik BIOCert

Standar organik BIOCert dibuat untuk pasar Indonesia dan untuk produsen/operator dari negara- negara di luar Uni-Eropa (UE). Standar tersebut wajib digunakan untuk semua operator yang tersertifikasi oleh BIOCert. Standar Pertanian Organik BIOCert berada sejajar dengan standar dasar IFOAM, Sistem Pangan Organik SNI [SNI6729-2013], Standar Aliansi Organik Indonesia dan Regulasi Uni Eropa. Standar Organik BIOCert merefleksikan kegiatan produksi di Indonesia dan negara dunia ketiga saat ini dimana sertifikasi BIOCert ditawarkan. Standar ini tidak dilihat sebagai hasil akhir, melainkan sebagai pekerjaan yang terus berlangsung untuk berkontribusi terhadap perkembangan dan mengadopsi praktek organik di Asia dan negara dunia ketiga berdasarkan standar ini.

Ruang lingkup

Standar BIOCert sekarang mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Produksi pangan, pengumpulan produk liar, peternakan lebah [apiaries], produksi jamur 2. Penanganan dan pengolahan dari produk yang dihasilkan dalam butir 1

3. Input produksi organik

yang memungkinkan bagi BIOCert untuk memberikan layanan dalam mensertifikasikan produk organik yang dihasilkan dari lahan pertanian hingga menghasilkan produk olahan.

Standar Pertanian Organik BIOCert meliputi komponen-komponen berikut:

1. Definisi adalah arti dari kata-kata yang digunakan dalam standar yang ditujukan kepada produsen/operator untuk memahami dan memiliki pemahaman yang sama.

2. Prinsip dan sasaran dari pertanian organik dan pengolahan adalah tujuan dari produksi organik dimana produsen/operator diharapkan mampu memahami dan menggunakannya sebagai pedoman.

3. Praktek yang direkomendasikan oleh BIOCert adalah pedoman yang bermanfaat dalam produksi organik namun tidak dipaksakan.

4. Standar adalah kondisi-kondisi umum yang harus dipenuhi produsen/operator agar dapat disertifikasikan oleh BIOCert.

5. Lampiran adalah penjelasan tambahan.

Revisi

Standar Pertanian Organik BIOCert telah dikembangkan dan disertujui oleh BIOCert. Standar Pertanian Organik BIOCert akan di revisi sesuai kebutuhan. Komentar dan usulan untuk dilakukannya amandemen oleh operator yang tersertifikasi terbuka lebar kapan saja dan harus dikirimkan ke kantor BIOCert. Silakan menggunakan Komentar untuk Revisi Standar BIOCert [halaman 55].

Pengecualian

Pengecualian dapat diterima seperti ditunjukan dalam Standar Organik BIOCert.

(6)

Definisi

Area konservasi yang bernilai tinggi [HCV]

Suatu area yang teridentifikasi memiliki nilai-nilai tinggi dan kritis mengenai aspek lingkungan, sosial ekonomi, keanekaragaman hayati atau nilai bentang alam.

Bahan tambahan makanan

Bahan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas hasil produk atau bahan yang ditambahkan ke dalam produk sehingga mempengaruhi kondisi

penyimpanan, rasa, warna, rasa, campuran atau faktor kualitas lainnya sehingga mempengaruhi hasil produk.

Bahan Bantu Pengolahan Zat atau bahan, tidak digunakan untuk konsumsi sebagai bahan makanan, secara sengaja digunakan dalam pengolahan bahan baku, makanan atau bahan-bahan, untuk memenuhi tujuan teknis tertentu dan sisa bahan makanan tersebut mungkin tanpa disengaja dan tak terhindarkan hadir dalam produk jadi.

Bahan makanan [ingredien]

Bahan apa saja yang termasuk dalam bahan baku, dan bahan aditif yang digunakan dalam pengolahan dan masih bisa ditemukan dalam produk- produk hasil walaupun adanya perubahan dalam penampakan bentuknya.

Bahan baku Bahan utama yang digunakan untuk mengolah produk yang bukan merupakan bahan aditif.

Grosir Sesorang atau lembaga yang membeli produk organk dalam jumlah yang banyak dari berbagai produsen yang mensertifikasi produk, menyimpan produk dalam gudang, dan menjual produk ke pengecer.

Hidroponik Sistem produksi pangan dalam kondisi media inert dan/atau larutan air menggunakan nutrisi yang telah dipisahkan (dalam larutan atau suspensi) sebagai sumber utama dari kebutuhan nutrisi tanaman. Penanaman tanaman dalam larutan air saja tidak termasuk dalam sistem hidroponik.

[Standar IFOAM 2014]

Input Produk-produk yang digunakan dalam produksi dan pengolahan organik seperti pupuk, pemantap tanah, pelindung tanaman, termasuk bahan aditif dan bantuan pengolahan yang digunakan di produk olahan organik.

Komisi sertifikasi Komisi sertifikasi BIOCert yang mengkaji laporan inspeksi dan membuat keputusan sertifikasi.

Keadilan sosial Hak-hak dasar sosial pekerja dan kehidupan yang layak di pertanian organik termasuk perdagangan yang adil seperti produsen/operator berhak

mendapatkan harga yang adil dan sesuai dari pembeli atau pedagang mereka.

LSM Lembaga swadaya masyarakat

Lahan Sebidang lahan untuk budidaya pertanian dengan letak yang saling berdampingan. Kadang-kadang juga disebut “petak”.

Organisme hasil rekayasa genetika (GMO)

Organisme hidup, tanaman, hewan atau mikroorganisme hasil dari rekayasa genetika.

Operator Seseorang yang memilki usaha dalam bidan pengolahan dan penjualan produk organik. Hal ini mencakup grosir, pengecer, distributor, dan eksportir.

Penanganan Contoh: pengeringan menggunakan angin, pembersihan, pemotongan, pemilahan, pengepakan, penyimpanan, dan pengangkutan produk.

Pertanian Konvensional Sistem pertanian yang tidak tersertifikasi organik atau masih menggunakan input kimia [agrokimia].

(7)

Periode konversi Awal pelaksanaan sistem pertanian organik berdasarkan standar BIOCert hingga produk disertifikasi sebagai produk organik [masa konversi].

Pertanian organik Sistem pertanian tanpa penggunaan pupuk buatan dan pestisida sintetis dan sesuai dengan Standar Pertanian Organik BIOCert.

Pelabelan Istilah-istilah, kata-kata, keterangan-keterangan, merek dagang, nama merek, gambar-gambar, atau simbol apa saja yang berhubungan dan digunakan dalam kemasan, dokumen, pengumuman, label, papan, cincin, atau rantai yang menyertai atau mengacu ke suatu produk.

Pengolahan Contoh: perebusan, pengeringan menggunakan panas, pengeringan menggunakan oven, pencampuran, penggilingan, pengepresan,

penumbukan, pengenceran, pengawetan, fermentasi, perendaman sirup, evaporasi, pengadukan, penggorengan.

Produksi paralel Produksi, penanganan dan pengolahan tanaman/produk non organik [termasuk dalam periode konversi, klaim sendiri produk alami dan organik tetapi tidak tersertifikasi] yang sama dengan tanaman/produk yang disertifikasi organik dan sebaliknya.

Produk Hasil yang telah diolah.

Produsen/Petani Seseorang yang bertanggung jawab dalam kegiatan bercocok tanam hingga panen dan penjualan.

Pengecer Sebuah lembaga bisnis atau seseoran yang menjual produk organik ke konsumen.

Pemasok Pihak yang menyediakan produk-produk organik.

Produksi terpisah Manajemen yang sama mengelola produksi secara konvensional, dalam periode konversi, dan/atau produksi organik [produksi, pembiakan, penanganan atau pengolahan].

Pengangkut Seseorang atau sesuatu yang mengangkut produk organik.

Sub kontraktor Seseorang yang dilibatkan untuk ber tanggung jawab terhadap suatu proses dalam kegiatan produksi atau penanganan dan pengolahan produk-produk organik.

Tanaman tahunan Tanaman yang memiliki umur produksi lebih dari 1 tahun dan dapat dipanen secara berkelanjutan lebih dari 1 musim.

Tanaman hasil Tanaman hasil budidaya atau pemanenan produk liar dan /atau pernah ditanam.

Tanaman Semusim Tanaman dengan siklus hidup yang pendek dan dipanen dalam satu musim penanaman.

Teknik rekayasa genetika Teknik bio-molekuler dimana materi genetik dari tanaman, hewan, mikroorganisme, sel dan unit biologis lainnya diatur sedemikian rupa sehingga tidak dapat dihasilkan dari pembiakan alami, seleksi atau mutasi.

Teknik rekayasa genetika terdiri atas rekombinasi DAN, fusi sel, injeksi mikro dan makro, enkapsulasi, penghilangan gen, dan duplikasi gen. Teknik

rekayasa genetik tidak terdiri atas konjugasi, transduksi dan hibridisasi alami.

Usaha tani Semua penguasaan lahan pertanian (ditujukan untuk pemeliharaan tanaman dan ternak) dibawah pengelolaan orang yang sama. Hal ini juga termasuk juga lahan dimana petani tidak bertindak sebagai pemilik lahan melainkan pengguna/penyewa dan digunakan untuk praktek pertanian.

(8)

Ref Ref

Indonesia Ref UE 1 TUJUAN DAN PRINSIP-PRINSIP DALAM PRODUKSI ORGANIK SNI6729-

2013: Intro 6 & 7

834- Art.3

1.1 Tujuan dalam produksi organik 834 Art-

4 Pertanian organik mencakup sistem usaha tani yang bersifat alamiah

dan ekologis yang terdiri atas prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Memelihara sistem ekologi di kebun dan ekologi yang berkelanjutan.

Untuk menciptakan dan memelihara agroekosistem yang berkelanjutan, diversifikasi produksi tanaman pertanian dan peternakan harus diatur dengan cara tertentu agar ada interaksi saling mempengaruhi antara semua unsur yang termasuk dalam ruang lingkup pengelolaan pertanian.

b. Penggunaan sumberdaya alam dan energi yang berkelanjutan.

Meningkatkan dan memelihara sumber daya alam dengan cara menggunakan sumberdaya terbarukan dalam sistem usaha tani.

c. Memastikan adanya standar kesejahteraan bagi hewan ternak dan hewan ternak harus bisa melaksanakan kegiatan sesuai dengan kebutuhan keseharian mereka.

d. Kepastian produksi dari produk yang berkualitas tinggi yang memungkinkan untuk memenuhi permintaan konsumen dengan memproduksi beragam produk-produk pertanian dengan

menggunakan sistem produksi yang berkelanjutan sehingga tidak menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan hidup, kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia/tanaman/hewan.

Prinsip-prinsip yang melekat dalam penanganan dan pengolahan organik harus berdasarkan metode alamiah, konservasi energi, dan hanya memiliki dampak minimum terhadap lingkungan.

SNI6729- 2013: Intro

6 & 7

1.2 Prinsip-prinsip Produksi Organik 834 Art-

4 1.2.1 Untuk memastikan agar:

i. Perencanaan dan pengelolaan proses biologis dibuat dengan cara agar semua bahan baku tersedia digunakan dengan cara yang berkelanjutan

ii. Organisme hidup dan metode mekanis digunakan.

iii. Penggunaan sistem produksi pangan dan ternak yang berkelanjutan.

iv. GMO tidak digunakan dalam produksi organik kecuali untuk pengobatan hewan-hewan ternak.

v. Penilaian risiko, tindakan kehati-hatian dan pencegahan dilakukan.

SNI6729- 2013: Intro

6 & 7

1.2.2 Input yang dapat terurai yang tersedia secara eksternal dapat

digunakan hanya jika bahan tersebut sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi tertentu atau dalam pencegahan

hama/penyakit/gulma. Penggunaan bahan-bahan tersebut tidak menyebabkan atau berkontribusi terhadap efek yang tidak diinginkan, kontaminasi lingkungan hidup, termasuk organisme tanah. Selain hal tersebut, penggunaannya tidak boleh bersifat merugikan terhadap kualitas dan keamanan produk akhir.

SNI6729- 2013:

Annex A.1.8

1.2.3 Input yang dibuat secara kimiawi tidak diperbolehkan.

1.2.4 Bila dibutuhkan, diperbolehkan melakukan perubahan tanpa melanggar aturan-aturan produksi organik, mempertimbangkan adanya perbedaan regional dalam lokasi, cuaca, tahapan perkembangan dan kegiatan peternakan yang spesifik.

1.3. Prinsip spesifik dalam sistem pertanian organik 834 Art- 5

(9)

1.3.1 a. Mempertahankan dan meningkatkan kesuburan alami tanah, stabilitas tanah dan biodiversitas tanah serta mencegah pemadatan tanah, erosi tanah dan lainnya.

b. Sebisa mungkin menggunakan sumber daya energi dan input pertanian yang terbarukan.

c. Input pertanian menggunakan hasil daur ulang, produk samping hasil tanaman dan hewan dan lainnya.

d. Metode produksi organik harus menggunakan cara tertentu agar keseimbangan ekologis lokal dan regional dapat dipertahankan.

e. Memastikan kesehatan ternak dengan penggunaan varietas dan penerapan kegiatan pemeliharaan ternak yang sesuai serta menggunaan metode yang alami.

f. Memastikan kesehatan tanaman dengan metode sebagai berikut:

 Pemilihan spesies dan varietas yang sesuai (varietas yang resisten terhadap hama dan penyakit)

 Rotasi tanaman

 Metode fisik dan mekanis

 Proteksi musuh alami dari hama dan lainnya.

g. Memastikan kesehatan dan kelangsungan hidup hewan dengan mempertimbangkan kebutuhan berdasarkan spesies.

h. Hewan/burung harus dikelola secara organik dari awal lahir/menetas hingga akhir.

i. Seleksi galur lokal yang memiliki sifat adaptasi baik terhadap kondisi lokal dan resisten terhadap penyakit dan masalah kesehatan lainnya.

j. Pakan ternak harus dibuat dengan bahan baku organik dan bahan alami dari bahan baku non-pertanian.

k. Tersedianya ketentuan wilayah untuk beraktivitas, akses terhadap wilayah udara terbuka dan padang rumput agar mampu

meningkatkan sistem imunitas dan memperkuat ketahanan diri terhadap penyakit.

l. Teknik pembiakan buatan seperti teknik menginduksi poliploid tidak diperbolehkan.

m. Pengelolaan biodiversitas ekosistem alami perairan serta kualitas dan kesehatan dari komponen sistem produksi perairan dan lingkungan sekitar.

n. Pakan untuk organisme perairan harus pakan organik yang terbuat dari bahan-bahan organik atau substansi non-pertanian alami atau pakan hasil ekploitasi berkelanjutan sektor perikanan.

1.4 Standar organisme hasil rekayasa genetika (GMOs)

SNI6729- 2013: 1.5 BPOM HK.00.06.5 2.0100:9

834 Art- 4.a.iii.

834 Art- 9 1.4.1 Penggunaan organisme dan produk hasil rekayasa genetika dilarang

dalam produksi dan pengolahan organik.

1.4.2 Input, bahan aditif, bantuan pengolahan, dan semua bahan dalam produk hasil organik akan dilacak setiap tahapan dalam proses produksi agar dapat diverifikasi dan dipastikan tidak terbuat dari tanaman, hewan, atau mikroorganisme hasil rekayasa genetika secara langsung dan tidak langsung.

1.4.3 BIOCert tidak akan melakukan sertifikasi terhadap produk dan sistem usaha tani organik jika ditemukan melalui pengujian terdapat

kontraminasi produk GMO walaupun secara tidak senggaja dan tidak dapat dikelola oleh produsen.

1.4.4 GMO apapun tidak dapat digunakan dalam produksi konvensional dalam kasus produsen tidak dapat mengkonversi seluruh sistem usaha tani menjadi organik.

(10)

1.5 Penggunaan radiasi pengionisasi

SNI6729- 2013: A.6.1 BPOM HK.00.06.5 2.0100:9

834 Art- 10

Dilarang penggunaan radiasi ionisasi dalam perlakuan pangan, pakan atau bahan baku.

(11)

Ref Ref Indonesia

Ref UE 2. Produksi Pangan Organik

2.1. Aturan umum dalam produksi dan pengelolaan sistem

usaha tani 834 Art-

11 2.1.1 Dilarang menggunakan seluruh input berbahan kimia sintetis,

termasuk pupuk, pestisida, dan hormon buatan.

SNI6729- 2013: Table

B.1.C 2.1.2 Seluruh lahan pertanian yang dimiliki harus dikelola sesuai

dengan persyaratan yang berlaku untuk produksi organik sebagaimana dimaksud dalam standar ini. Jika produsen tidak mengkonversi semua lahan ke pertanian organik, lahan tersebut dan lahan konvensional harus dipisahkan secara jelas dan harus diperiksa oleh BIOCert.

Ketentuan untuk bagian konversi:

i. Manajemen yang terpisah (orang yang berbeda yang memiliki tujuan kerja khusus untuk bagian organik) ii. Penyimpanan yang sesuai harus ada untuk memastikan

penanganan yang terpisah (tidak ada input yang tidak diperbolehkan disimpan dalam wilayah pertanian organik termasuk dalam bangunan);

iii. Dokumentasi mengenai produksi harus dikelola dengan baik dan adanya perbedaan yang jelas antara produksi yang tersertifikasi dan yang tidak tersertifikasi [konvensional dan produksi dalam konversi];

iv. Perkiraan produksi yang akurat harus tersedia. Tanaman harus dipanen sedemikian rupa agar terdapat metode yang dapat diandalkan untuk memverifikasi panen aktual dari masing-masing jenis tanaman (yaitu: inspeksi antar waktu panen, inspeksi tambahan selama waktu panen)

v. Produksi konvensional, dalam periode konversi dan / atau tanaman atau produk hewan organik secara bersamaan tidak dapat dibedakan dengan jelas satu sama lain tidak diperbolehkan.

vi. Untuk memastikan pemisahan yang jelas antara organik dan produksi konvensional, BIOCert akan melakukan

pemeriksaan di saat-saat kritis.

SNI6729- 2013: A.1.3

834- Art.17

2.1.3 Kebun yang telah tersertifikasi organik tidak boleh dikonversi secara bolak-balik antara produksi organik dan non organik [produksi konvensional]. BIOCert tidak akan mensertifikasi lahan baru bila pertanian organik pada lahan yang telah tersertifikasi tersebut dihentikan tanpa alasan yang jelas.

SNI6729- 2013: A.1.5

2.1.4 Dilarang melakukan pembersihan atau penghancuran Area dengan Nilai Konservasi Tinggi [NKT] untuk praktek pertanian organik.

BIOCert tidak akan mensertifikasi lahan pertanian yang telah dibuat pada lahan yang diperoleh dengan mengosongkan area NKT dalam 5 tahun terakhir

2.1.5 Dilarang melakukan produksi menggunakan sistem hidroponik. SNI6729- 2013: A.7

889-Art.4 2.1.6 Jika ada perubahan produksi di lahan pertanian, seperti

perluasan atau penurunan lahan pertanian, perubahan jenis tanaman, dan lainnya, produsen diwajibkan untuk segera melapor kepada BIOCert.

SNI6729- 2013: C.2.3

(12)

2.1.7 Produsen harus melatih dan menginformasikan kepada

karyawan, orang yang bertanggung jawab atau subkontrak yang bertanggung jawab terhadap produksi organik untuk

memastikan kesamaan pemahaman dan ketaatan mereka terhadap Standar Organik BIOCert dan persyaratan dalam proses sertifikasi.

SNI6729- 2013:

Annex C.2.4

2.1.8 Produsen harus memiliki catatan-catatan berikut sehingga jelas dan tersedia ketika diperiksa oleh BIOCert:

a. Rekaman semua tahapan produksi dari penanaman, pemeliharaan, panen, pasca panen,

b. Catatan dan / atau dokumen pembelian yang menentukan asal-usul, jenis dan jumlah input yang dibeli

c. Rekaman penjualan produk organik

SNI6729- 2013:

Annex C.2.4

2.1.9 Produsen / operator harus menyimpan daftar pengaduan yang diterima dan tindakan penyelesaian yang telah dilakukan sehingga dapat diperiksa oleh BIOCert.

Pedoman KAN901:20

06_15 2.2 Konversi

2.2.1 Konversi: Persyaratan Umum

a. Semua lahan yang diterapan untuk kegiatan sertifikasi organik harus dimasukkan ke dalam periode konversi. Dalam jangka waktu tersebut, produsen harus mengikuti ketentuan standar organik BIOCert dan diperiksa dan disertifikasi oleh BIOCert tapi hasil produksi yang telah dihasilkan dalam periode konversi tidak dapat dijual sebagai produk organik.

b. Tanggal aplikasi adalah tanggal pertama konversi ke pertanian organik dan tanggal pertama dimulainya periode konversi. Produsen akan mulai mengikuti standar organik BIOCert Standar dari tanggal tersebut.

c. Jika seluruh lahan tidak dikonversi seluruhnya harus mengikuti standar 2.1.2.

SNI6729- 2013:Anne x A.1.2

834- Art.17

2.2.2 Konversi: Produksi tanaman dan produk 889-

Art.36 2.2.2.1 Untuk produksi tanaman organik, periode konversi untuk

tanaman semusim adalah 24 bulan. Hasil panen yang ditanam setelah periode konversi dapat dinyatakan sebagai “produk organik” dengan segel BIOCert.

Untuk tanaman tahunan, periode konversi selama 36 bulan.

Produk dapat dipanen setelah periode konversi dapat dijual sebagai “produk organik” dengan segel BIOCert.

SNI6729- 2013:

Annex A.1.2

2.2.2.2 BIOCert dapat memperpanjang periode konversi dengan mempertimbangkan sejarah penggunaan bahan kimia dalam lahan pertanian, masalah kontaminasi pada lahan tersebut dan tindakan yang dilakukan untuk mengelola kontaminasi agrokimia dan polusi di kebun.

Inspektor akan menilai situasi tersebut dan tunduk kepada Komisi Sertifikasi dari BIOCert untuk disetujui.

SNI6729- 2013:

Annex A.1.2

2.2.2.3 Operator boleh mengajukan pengurangan periode konversi di formulir aplikasi atau selama inspeksi pertama. Jika

pengurangan periode konversi diminta kemudian waktu, hanya dapat dipertimbangkan untuk keputusan inspeksi / sertifikasi berikutnya. Untuk sertifikasi, inspeksi harus mencakup manajemen organik dari tanaman yang bersangkutan.

BIOCert dapat memberikan pengurangan periode konversi

(13)

[konversi retroaktif] jika lahan telah digunakan sesuai dengan prinsip standar ini selama beberapa tahun.

Pengurangan periode konversi hanya mungkin dalam kasus berikut:

1. Pertanian tradisional di daerah yang bebas dari penggunaan agrokimia. Hal ini perlu diverifikasi di tempat.

2. Manajemen organik sebelumnya (termasuk kebijakan yang telah diambil untuk mempertahankan atau meningkatkan kesuburan tanah) paling sedikit 3 tahun, dibuktikan oleh sumber independen secara tertulis.

3. Lahan bera (tidak ditanami setidaknya paling sedikit 3 tahun), dibuktikan oleh sumber independen secara tertulis.

4. Untuk budidaya mina padi, jika budidaya padi dalam periode konversi, produksi mina padi berikutnya dapat sejak awal dipertimbangkan sebagai produksi organik jika semua persyaratan sertifikasi lainnya telah terpenuhi.

Analisis sampel dari sistem tertentu di atas akan lebih disarankan sesuai dengan situasi lapangan.

Kasus-kasus seperti ini harus diverifikasi melalui bukti yang dikirimkan ke BIOCert, contohnya: catatan input, catatan produksi tanaman, tanah yang secara alami telah diperbaiki, artikel dalam publikasi independen, dan deklarasi pihak ketiga yang menunjukkan bahwa tidak ada bahan kimia yang telah digunakan dalam waktu yang lama.

Deklarasi pihak ketiga harus dari sumber independen yang berkompeten dan tidak memiliki hubungan pribadi dengan operator, seperti pejabat pemerintah yang masih dalam masa aktif ataupun pensiun (setara dengan petugas pertanian atau kelas yang lebih tinggi) yang terlibat dalam pertanian ATAU Seorang petani organik yang menjadi panutan di wilayah tersebut ATAU

Sebuah LSM terkemuka di bidang pertanian / pelestarian / sosial pembangunan.

BIOCert akan memverifikasi bukti-bukti tersebut dan melakukan evaluasi selama inspeksi lapangan dan berhak untuk

mempertimbangkannya kasus per kasus.

Komite sertifikasi BIOCert adalah pihak yang akan mengambil keputusan akhir. BIOCert menyerahkan dokumen kepada otoritas yang berkompeten.

2.2.2.4 Berkenaan dengan lahan yang telah dikonversi ke organik atau dalam proses konversi ke pertanian organik, dan yang dikelola dengan produk yang tidak diperkenankan dalam pertanian organik, pengurangan periode konversi akan diberikan hanya jika perlakuan tersebut dibutuhkan dalam pengendalian hama dan penyakit yang disarankan oleh pihak yang berkompeten.

Dalam kasus tersebut operator harus mengajukan permintaan tertulis dengan bukti dokumen.

Dalam situasi seperti yang telah disebutkan di atas, lamanya periode konversi akan ditetapkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Pada akhir periode konversi, tidak boleh ada residu dalam tanah dan dalam kasus tanaman tahunan tidak boleh terkandung residu dalam tanaman.

b. Hasil produksi yang dipanen segera setelah perlakuan tidak

(14)

dapat dijual sesuai dengan acuan metode produksi organik Komite Sertifikasi BIOCert adalah pihak yang akan mengambil keputusan terakhir. BIOCert menyerahkan dokumen sesuai permintaan kepada otoritas yang berkompeten.

2.3. Aturan Produksi Tanaman SNI6729/20

13: A.1 a. Dalam kasus monokultur, langkah-langkah khusus harus

dilaksanakan oleh petani untuk meningkatkan landskap dan keanekaragaman hayati (contoh: antar tanaman atau tanaman penutup, menanam pohon atau tanaman pagar dan lainnya).

b. Untuk tanaman semusim, rotasi tanaman diwajibkan:

tanaman semusim yang sama tidak akan tumbuh di lahan yang sama secara berurutan lebih dari dua kali. Pengecualian (contoh: budidaya beras) dapat diperbolehkan bila ada alasan jelas.

c. Hanya produk yang disebutkan dalam Lampiran I dalam standar ini yang diperbolehkan, untuk produk-produk yang tidak tercantum dalam Lampiran I dapat digunakan dalam pertanian organik bila operator mendapatkan izin tertulis dari BIOCert sebelum menggunakannya pada lahan organik.

d. Semua persiapan biodinamik boleh digunakan dalam produksi tanaman organik.

e. Di samping itu, pupuk dan pemadat tanah hanya dapat digunakan jika telah mendapatkan izin untuk digunakan dalam produksi organik seperti yang terlampir pada Lampiran 1 dari standar ini.

f. BIOCert memeriksa persyaratan-persyaratan tersebut selama inspeksi dan memberikan hasil inspeksi kepada Komisi

Sertifikasi BIOCert yang akan memberikan persetujuan terhadap hasil.

2.3.1 Tipe dan Varietas Tanaman Pangan

Praktek yang direkomendasikan: Mencoba menseleksi varietas yang sesuai dengan ekologi lokal dan resisten terhadap hama dan penyakit.

a. Hanya benih dan tanaman hasil pembiakan organik yang diperbolehkan untuk digunakan

SNI6729- 2013:Anne

x A.1.9 b. Bila benih dan hasil perbanyakan tanaman tidak dapat diperoleh

dari pertanian organik, penggunaan benih konvensional diperbolehkan asal tidak diperlakukan dengan bahan kimia.

Pengecualian dapat diajukan ketika pertanian organik pada tahap awal pengembangan atau ada kecelakaan yang tidak terduga; oleh karena itu, benih dan perbanyakan tanaman yang dibeli dan diperlakuan dengan zat kimia dapat digunakan. Tetapi pada tahun ke-3 program sertifikasi, produsen harus

mengembangkan produksi benih dan perbanyakan tanaman secara mandiri atau bertukar dengan produsen organik lainnya.

Produsen harus melakukan perlakuan dengan merendam benih dalam air hangat selama beberapa menit sebelum

menggunakan benih yang dibeli yang mendapatkan perlakuan zat kimia.

c. Untuk tanaman tahunan, perbanyakan tanaman yang tumbuh dari tanaman non-organik di pertanian organik diperbolehkan tetapi hasil yang didapatkan dalam jangka waktu 12 bulan pertama tidak dapat dijual sebagai produk organik dengan segel

(15)

BIOCert.

d. Varietas tanaman dan polen dari organisme hasil rekayasa genetik (GMOs) juga transgen tidak boleh dipergunakan.

2.3.2 Keragaman Tanaman dalam Pertanian Organik

a. Dalam produksi tanaman semusim, produsen harus menetapkan keragaman tanaman di lahan pertanian menggunakan rotasi tanaman untuk mengurangi penyakit, serangga dan gulma, termasuk rotasi tanaman kacang-kacangan untuk meningkatkan bahan organik dan kesuburan tanah. Pengecualian dapat dipertimbangkan jika produsen dapat menunjukkan keanekaragaman tumbuhan dengan cara lain.

b. Dalam produksi tanaman tahunan, produsen harus menetapkan keragaman tanaman di lahan setidaknya dengan menanam tanaman penutup lahan dan / atau beragam spesies tanaman lainya.

2.3.3 Produksi Paralel 889-

Art.40 a. Operator dapat menjalankan unit produksi organik dan non-

organik di area yang sama.

BIOCert memastikan bahwa bagian-bagian wilayah organik dan non-organik terpisah, berbeda dan mudah untuk dilakukan pemeriksaan.

Tanaman yang tumbuh di lahan konvensional dan di lahan konversi tidak boleh sama seperti yang di lahan organik dan yang dijual sebagai produk organik yang disertifikasi oleh BIOCert. Kecuali jika ada perbedaan varietas dan mudah untuk dibedakan contoh: bentuk, warna dan lainnya atau memiliki waktu panen yang berbeda.

Kebijakan BIOCert pada produksi paralel mengikuti standar 2.1.2

b. BIOCert memperbolehkan produksi paralel hanya bila hasil produk organik dan tanaman pangan dalam periode konversi dan ketika produsen telah memberitahukan rencana produksi dan langkah-langkah berikut untuk mencegah percampuran tanaman ke BIOCert sebelum melakukan kegiatan produksi:

i. Tanaman yang disertifikasi BIOCert dan dalam periode konversi akan dipanen pada tanggal yang berbeda dan ii. Penanganan tanaman setelah panen harus terpisah dengan jelas sehingga hasil yang akan dijual sebagai produk

bersertifikat BIOCert tidak akan tercampur dengan produk konversi dan

iii. Catatan produksi dan penjualan organik serta unit konvensional harus dipelihara secara terpisah.

BIOCert dapat menambahkan persyaratan-persyaratan tambahan bagi produsen dan akan melakukan pemeriksaan tambahan, dan BIOCert berhak untuk memberikan sertifikasi berdasarkan kasus per kasus.

c. Dalam kasus produsen menerima sewa lahan sebagai tanaman yang sama dengan tanaman yang disertifikasi oleh BIOCert, produsen juga harus mengikuti standar 2.3.3.b dan BIOCert dapat mengenakan persyaratan tambahan kepada produsen.

(16)

2.3.4 Pengelolaan Tanah, Air, dan Pupuk Praktek yang direkomendasikan

 Harus ada pengambilan contoh tanah setiap tahun untuk mengevaluasi ketersediaan nutrisi untuk perbaikan tanah, perencanaan dan program pemupukan, serta untuk

 Menjaga kondisi pH tanah yang sesuai dengan jenis tanah melalui penambahan kapur, dolomit, napal [kalsium karbonat atau kapur kaya lumpur atau batu lumpur yang mengandung sejumlah tanah liat dan lumpur] dan atau abu serbuk gergaji.

 Permukaan tanah tidak dibiarkan tidak terlindungi. Tanaman polongan [legum] harus ditanam.

 Penanaman tanaman kacang-kacangan sebagai pupuk hijau dianjurkan. Hal ini dapat dilakukan sebelum atau setelah tanaman utama atau sebagai tanaman rotasi.

 Menghindari atau mengurangi penggunaan mesin-mesin berat karena akan menyebabkan pemadatan tanah.

 Dianjurkan melakukan pengukuran konservasi air di lahan.

 Harus dilakukan pengukuran terhadap salinitas tanah contoh: dengan menanam tanaman penutup lahan, pengelolaan air yang sesuai.

2.3.4.1 Pengelolaan Tanah dan Pemupukan 889-

Art.3 a. Produsen harus mencoba untuk menggunakan bahan organik

dari tumbuhan dan hewan yang diproduksi dari lahan pertanian untuk perbaikan tanah dan mencoba untuk mengurangi

penggunaan bahan organik yang dibawa dari luar.

BIOCert akan memperbolehkan kasus per kasus untuk jumlah maksimum bahan organik yang dibawa dari luar untuk

digunakan dalam lahan pertanian, dengan mempertimbangkan kondisi lokal dan sifat khusus dari tanaman.

b. Harus ada rencana pemupukan organik dari penggunaan pupuk organik yang terpadu. Pupuk organik harus digunakan

seperlunya dan dalam jumlah yang sesuai dengan keseimbangan hara di dalam tanah dan kebutuhan hara tanaman tersebut.

c. Ketika kebutuhan nutrisi tanaman tidak dapat dicapai dengan langkah-langkah yang disebutkan dalam 2.3.4.1.a di dokumen ini, hanya pupuk dan pemantap tanah yang tercantum dalam Lampiran1 (bagian 1) yang diperbolehkan.

Operator harus menjaga bukti yang terdokumentasi mengenai kebutuhan penggunaan produk. BIOCert memeriksa kesesuaian terhadap persyaratan tersebut selama inspeksi dan memberikan hasil kepada Komisi Sertifikasi BIOCert yang akan memberikan persetujuan.

d. Pupuk dan pemantap tanah yang tidak tercantum dalam Appendix1 (bagian 1) dapat diijinkan setelah dilakukan pemeriksaan oleh BIOCert berdasarkan Pedoman Evaluasi Penambahan Input pada Lampiran 4.

e. Pupuk kandang segar tanpa dibiarkan dengan waktu yang lama tidak diperbolehkan untuk digunakan secara langsung pada tanaman, kecuali yang sudah diberi perlakuan panas dan benar- benar kering atau digunakan saat persiapan lahan dengan mencampurkannya ke dalam tanah setidaknya 1 bulan sebelum penanaman.

f. Aplikasi pupuk kandang tidak boleh melebihi 170 kg nitrogen per tahun/hektar areal pertanian. Hal tersebut ditetapkan untuk mencegah pencemaran air yang disebabkan oleh nitrat dari sumber pertanian. Batasan tersebut hanya berlaku terhadap penggunaan pupuk kandang, pupuk kandang kering, pupuk

(17)

kandang unggas terdehidrasi, kotoran hewan yang

dikomposkan, urin ternak. BIOCert akan memeriksa kesesuaian terhadap persyaratan tersebut selama inspeksi dan memberikan hasilnya kepada Komisi Sertifikasi BIOCert yang akan

memberikan persetujuan.

g. Bilamana ada kelebihan pupuk kandang organik yang tersedia di unit operator dapat dibuat kesepakatan tertulis dengan pemilik lahan organik lainnya sehingga mematuhi aturan produksi organik. Batas maksimum 170 kg nitrogen per tahun / hektar dihitung berdasarkan semua unit produksi organik yang terlibat dalam perjanjian tersebut.

h. Dilarang menggunakan bahan organik dari kotoran manusia.

i. Dilarang menggunakan bahan organik dari kotoran babi untuk pembuatan kompos.

SNI6729- 2013:Anne

x B table B1.C j. Sampah kota tidak boleh digunakan untuk membuat kompos

karena adanya risiko kontaminan berupa logam berat.

k. Dalam kasus menggunakan kotoran unggas yang dibawa dari luar atau produk sampingan hewan ternak, kotoran tersebut berasal dari ternak yang dibesarkan dalam area pengembalaan terbuka. Pemeliharaan ternak di area yang terbatas

menyebabkan ternak berkembang dalam lingkungan yang tidak alami. Produsen wajib memberitahukan BIOCert sumber pupuk yang digunakan.

l. Baik kompos yang dihasilkan dari dalam maupun dari luar lahan diperbolehkan untuk digunakan hanya jika bahan organik yang digunakan tercantum dalam Lampiran 1 (bagian 1) yang harus digunakan sebagai bahan dalam pengomposan. Produsen harus menginformasikan BIOCert mengenai bahan baku organik yang digunakan dalam kompos dan sumber kompos.

m. Dalam produksi kompos, pupuk mineral dapat digunakan untuk meningkatkan hara yang terkandung dalam kompos, seperti tanah batuan fosfat sebagai sumber fosfor, atau grafit debu sebagai sumber kalium.

n. Limbah industri organik dapat digunakan untuk pengomposan tetapi produsen wajib memberitahukan sumbernya kepada BIOCert.

o. Dalam kasus risiko kontaminasi logam berat atau residu lainnya yang tidak diinginkan dari pupuk organik luar atau pemantap tanah seperti kompos, pupuk mineral, hasil produk samping industri, dan lainnya, BIOCert mengharuskan produsen menguji sampel sebelum digunakan untuk memastikan ada atau tidak adanya logam berat, jika ada, harus berada di bawah tingkat maksimum yang sudah ditetapkan dalam Lampiran 5.

p. Pupuk mineral diperbolehkan digunakan sebagai tambahan untuk mempertahankan kesuburan jangka panjang bersamaan dengan teknik lainnya seperti penggunaan daur ulang nutrisi, tanaman kacang-kacangan, rotasi tanaman dan bahan organik.

q. Nutrisi mikro (tercantum dalam Lampiran 1, bagian 1) dapat digunakan untuk tanaman jika secara jelas kekurangan nutrisi- nutrisi tersebut. Namun, produsen harus memberitahukan masalah dan upaya untuk memecahkannya dengan cara lain dan / atau hasil uji tanah dan jaringan kepada BIOCert.

(18)

r. Penggunaan mikroorganisme untuk perbaikan tanah, kompos, pengelolaan air dan pengelolaan limbah di kandang ternak diperbolehkan tetapi bukan mikroorganisme dari hasil rekayasa genetika.

Jumlah yang cukup dari preparasi mikroba dapat digunakan untuk meningkatkan atau setidaknya mempertahankan kesuburan tanah dan aktivitas biologis di dalamnya.

Penggunaan preparasi mikroba yang tepat dengan

mempertimbangkan kondisi lokal dan sifat khusus dari tanaman.

s. Melarang penggunaan nitrat Chili dan semua pupuk nitrogen buatan, termasuk urea.

t. Input dan teknik yang diperbolehkan dalam pertanian organik tidak boleh memberikan kontribusi terhadap pencemaran

lingkungan, perawatan akan dilakukan untuk meminimalkan atau mencegah risiko tersebut.

2.3.4.2 Konservasi Tanah dan Air a.

Tidak ada pembakaran sisa tanaman yang diperbolehkan karena bisa menghancurkan bahan organik dan mikroorganisme tanah. Pengecualian diberikan dalam kasus:

i. Suatu kondisi yang diperlukan untuk mengendalikan serangga ganas atau serangan penyakit

ii. Lahan berpindah di dataran tinggi. Namun, pembakaran harus dilakukan hanya pada lahan yang diperlukan.

b. Jika lahan pertanian memiliki risiko erosi tanah, produsen harus memiliki aturan tindakan untuk mencegah erosi tanah seperti menumbuhkan tanaman pencegah erosi tanah, tanaman di garis kontur dan lainnya.

c. Produsen harus memiliki aturan untuk mencegah eksploitasi air berlebihan dan pelestarian kualitas air, daur ulang air, serta extraksi.

d. Bila diperlukan, produsen harus memiliki aturan untuk mencegah salinasi tanah.

e. Dalam kasus produsen tanaman bersertifikat memiliki ternak (termasuk unggas) dari daerah yang bersertifikat, harus diatur tindakan pengelolaan penggembalaan sehingga tidak

menyebabkan degradasi lahan atau mencemari sumber daya air.

2.3.4.3 Hama, Penyakit, dan Pengelolaan Gulma

SNI6729/20 13: A.1.7 Permentan 67-2013:

Annex1.5

889- Art.5

Pratek yang direkomendasikan:

 Mendukung penyebaran manfaat hewan-hewan yang menguntungkan dan musuh alami hama (predator, parasit), contohnya dengan menumbuhkan bunga sebagai tanaman pendamping, menumbuhkan tanaman untuk habitat atau membangun sarang burung.

 Menanam tanaman pengusir serangga sebagai tanaman sisipan yang dapat membantu mengurangi hama seperti bawang bombay dengan kol, dan tanaman sereh [sitronela] dengan kubis.

 Hindari menanam tanaman berulang pada pot yang sama untuk mengurangi meningkatnya populasi hama dan penyakit. Dianjurkan melakukan rotasi tanaman.

 Penggunaan praktek budaya yang baik untuk mengontrol gulma seperti membajak, rotasi,

(19)

tumpangsari, mulsa tanaman, dan mulsa dari bahan-bahan alami.

a. Sistem produksi harus mendukung keseimbangan antar makhluk alam dalam mengurangi permasalahan serangga, hama, dan gulma.

b. Hanya metode, produk, dan bahan aditif yang tercantum dalam Lampiran 1 (bagian 2 dan bagian 5) untuk pengendalian hama produk yang diperbolehkan.

BIOCert akan memeriksa kesesuaian terhadap persyaratan tersebut selama inspeksi dan memberikan hasil kepada Komisi Sertifikasi BIOCert yang akan memberikan persetujuan.

c. Metode dan produk yang digunakan untuk perlindungan tanaman yang tidak terdaftar dalam Lampiran 1 (bagian 2 dan bagian 5) dapat digunakan setelah inspeksi oleh BIOCert sesuai dengan Pedoman Evaluasi Input Tambahan pada Lampiran 3.

d. “Tuba" (Derris elliptica (Roxb.) Benth.) boleh digunakan. Tapi ketika digunakan pada sayuran berdaun, tidak boleh digunakan minimal 7 hari sebelum panen dan penggunaannya harus hari- hati karena dapat meracuni hewan berdarah dingin seperti ikan.

e. Dilarang menggunaan deterjen atau bahan perekat sintetis.

f. Pengendalian fisik dan biologis dalam mengendalikan jumlah hama diperbolehkan tetapi harus dijaga agar tidak

mempengaruhi keseimbangan hama dan serangga yang bermanfaat dengan organisme di lahan pertanian.

g. Sterilisasi menggunakan panas untuk membunuh hama dan penyakit dalam tanah diperbolehkan hanya di lahan pembibitan dan untuk benih atau bibit yang mudah diserang hama dan penyakit.

h. Diperbolehkan menggunakan jerami padi sebagai mulsa untuk mencegah gulma dan menjaga kelembaban tanah. Disarankan menggunakan jerami dari lahan pertanian organik. Tetapi jika tidak tersedia, penggunaan jerami dari pertanian konvensional diperbolehkan.

i. Penggunaan plastik dengan bahan polietilen dan polypropylene atau polikarbonat lainnya untuk mulsa, pembungkus buah, jaring serangga diperbolehkan. Namun plastik yang digunakan harus dikeluarkan dari lahan pertanian setelah tidak digunakan dan tidak boleh dibakar di lahan pertanian.

j. Untuk bahan yang diperbolehkan untuk digunakan dalam perangkap dan dispenser [alat atau wadah otomatis yang dibuat untuk mengeluarkan bahan tertentu], produsen harus

mengambil tindakan pencegahan selama dan setelah penggunaan bahan tersebut untuk mencegah adanya kontak dengan tanaman dan terbuang ke lingkungan.

2.3.4.4 Zat Pengatur Tumbuh dan Lainnya

a. Zat sintetis pemacu pertumbuhan tidak boleh digunakan, contohnya menggunakan IBA (Asam Indolebutyric) dan NAA (Asam Naftalen Asetat) untuk perbanyakan tanaman.

b. Pewarna sintetis tidak diperbolehkan untuk pewarnaan buah.

c. Hanya hormon pertumbuhan dan zat lain yang tercantum dalam Lampiran 1 (bagian 2) yang diperbolehkan. Zat-zat lain yang tidak tercantum dapat diperbolehkan penggunaannya setelah diinspeksi oleh BIOCert sesuai dengan Pedoman Evaluasi Input

(20)

Tambahan pada Lampiran 4.

2.3.4.5 Perlindungan terhadap Kontaminasi a.

Ketika ada kemungkinan lahan pertanian organik terkena kontaminasi bahan kimia dari lahan konvensional yang bersebelahan atau sumber-sumber kontaminasi dan polusi lainnya, produsen harus membuat daerah penyangga agar lahan tidak terkena kontaminasi oleh bahan kimia.

Daerah penyangga harus memiliki lebar minimal 1 meter dan:

i. Jika terdapat kontaminasi dari udara (air drift), maka harus menanam tanaman penyangga agar tidak terkontaminasi.

Tanaman peyangga yang digunakan tidak boleh dijual sebagai produk organik; oleh karena itu, tanaman peyangga yang harus terdiri atas varietas yang berbeda sehingga mudah dibedakan dari tanaman yang disertifikasi.

ii. Jika sumber kontaminasi adalah air, pematang tanah atau drainase harus dibuat untuk mencegah kontak dengan sumber kontaminasi tersebut. Jika risiko kontaminasi dari lingkungan eksternal tinggi, BIOCert akan mempertimbangkan agar produsen memperluas daerah penyangga tersebut.

b. Ketika ada risiko kontaminasi tinggi dari logam berat dan kimia, baik dari faktor eksternal dan sejarah penggunaan bahan kimia atau input di lahan, produsen harus mengijinkan pihak BIOCert untuk menguji sampel air, tanah atau produk dan memverifikasi kontaminasi tersebut. Produsen menanggung biaya pengujian.

c.

Jika lahan pertanian organik berisiko tinggi terkontaminasi hasil rekayasa genetika akibat input atau lahan pertanian

konvensional yang berdekatan, produsen harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

i. Memiliki surat pernyataan sebagai bukti bahwa input tidak memiliki risiko kontaminasi.

ii. Mencari informasi bahwa lahan pertanian organik atau lahan sekitar tidak pernah memiliki sejarah adanya kontaminasi.

iii. Jika ada risiko tinggi, produsen memperkenankan BIOCert mengambil sampel tanaman untuk melakukan analisis di laboratorium untuk memverifikasi kontaminasi tersebut.

iv. Alat semprot yang digunakan pada lahan pertanian konvensional tidak boleh digunakan pada lahan pertanian organik.

v. Mesin pertanian, contohnya mesin panen, mesin perontok dan lainnya jika digunakan di lahan pertanian konvensional dan lahan pertanian organik, produsen harus membersihkan mesin sebelum digunakan dalam lahan pertanian organik.

Input yang dilarang tidak boleh disimpan di lahan pertanian organik. Tempat penyimpanan bahan input organik dan input kimia harus dipisahkan dengan jelas.

(21)

Ref Indonesia Ref EU Ref 3 Pengolahan dan Penanganan

Praktek yang direkomendasikan:

 Prosedur pengelolaan dan pengolahan produk organik harus berdasarkan Cara Produksi yang Baik (CPB) dan standar kebersihan yang tinggi dengan mendahulukan keselamatan konsumen.

 Prosedur manajemen dan manufaktur yang terbaik dalam mempertahankan nilai gizi makanan organik, menghemat energi dan meminimalkan dampak lingkungan harus lebih diutamakan.

3.1. Prinsip-prinsip khusus pengolahan dan penanganan organik

834 Art- 6

a. Makanan organik harus diproduksi dari bahan pertanian yang memiliki sertifikat organik, kecuali dalam kasus tidak tersedia produk berkualitas organik di pasaran

b. Penggunaan zat aditif pada makanan yang terbuat dari bahan-bahan non-organik, mikronutrien, bahan bantuan pengolahan dan lainnya harus diminimalkan. Zat tersebut hanya dapat digunakan jika penting untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi tertentu.

c. Bahan dan metode pengolahan yang tidak dapat dipastikan secara jelas mengenai sifat asalnya tidak diperbolehkan untuk digunakan dalam pengolahan produk organik.

d. Memprioritaskan penggunaan metode

pengolahan makanan secara biologis, mekanik dan fisik.

SNI6729/

2013: A.6.2

3.2 Aturan Produksi Pangan dan Pakan Olahan 889 Art- 26 3.2.1 Zat aditif, bantuan pengolahan, zat dan bahan yang

digunakan untuk pengolahan makanan / pakan dan praktek pengolahan yang diterapkan, seperti pengasapan, harus mengikuti prinsip-prinsip cara produksi yang baik.

Operator yang memproduksi makanan olahan harus menetapkan dan memperbarui prosedur yang sesuai berdasarkan identifikasi sistematis mengenai

langkah-langkah pengolahan yang kritis dan dapat selalu menjamin produk yang diproses sesuai dengan aturan produksi organik.

Agar aturan produksi organik terpenuhi, prosesor harus mengikuti semua langkah yang diperlukan sebagai berikut:

i. Mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari risiko kontaminasi oleh zat atau produk yang tidak diijinkan.

ii. Memastikan adanya tindakan sanitasi yang tepat dan efektivitasnya dapat dimonitoring dan didokumentasikan.

iii. Menjamin bahwa produk non-organik tidak dipasarkan dengan petunjuk yang mengacu pada metode produksi organik.

(22)

BIOCert akan memeriksa kesesuaian terhadap persyaratan tersebut selama inspeksi dan

memberikan hasil inspeksi kepada Komisi Sertifikasi BIOCert yang akan memperoleh persetujuan.

3.2.2 Dalam situasi dimana, produk non-organik disiapkan atau disimpan di unit pengolahan organik, langkah- langkah berikut harus dilakukan:

i. Harus ada tempat atau waktu pemisahan antara produksi organik dan non organik ii. Operasional organik harus dilakukan secara

terus menerus sampai seluruh tahapan telah dicapai.

iii. Penyimpanan terpisah dari produk organik dari non-organik, sebelum dan sesudah operasional, berdasarkan tempat atau waktu iv. Menginformasikan ke BIOCert sebelum

memulai produksi organik dan memastikan selalu ada daftar terbaru dari seluruh operasional dan jumlah hasil produksi.

v. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan mengidentifikasi dan menghindari campuran atau pertukaran antar lot produk-produk non-organik

vi. Produksi organik dapat dilakukan hanya setelah dilakukan sanitasi yang sesuai.

BIOCert akan menginspeksi kesesuaian terhadap persyaratan tersebut selama pemeriksaan dan memberikan hasil inspeksi kepada Komisi Sertifikasi BIOCert yang akan memperoleh persetujuan.

3.2.3 Semua langkah pengolahan dan pengelolaan harus diinspeksi dan disertifikasi oleh BIOCert.

3.2.4 Dalam kasus produsen mengemas produk organiknya sendiri dan / atau mengolah bahan mentahnya sendiri sebagai seorang prosesor (produk tidak kurang dari 95% bahan organik), penanganan dan pengolahan ini harus diinspeksi dan disertifikasi secara bersamaan dengan inspeksi dan sertifikasi kebun. Produsen harus memberitahukan ke BIOCert jika harus melakukan atau tidak melakukan

penanganan dan /atau pengolahan sendiri.

3.2.5 Jika ada perubahan tempat produksi atau proses manufaktur, operator harus memberitahukan ke BIOCert dengan rinci dan mendapatkan persetujuan sebelum produk dapat dijual sebagai produk berlabel organik.

3.2.6 Operator yang menggunakan produk yang telah dikemas sebagai produk organik tanpa membuka dan pengepak ulang untuk dijual kembali, dibebaskan dari sertifikasi BIOCert.

3.3 Operator

3.3.1 Operator harus melatih dan memberitahukan mengenai persyaratan Standar Organik BIOCert ke karyawan atau orang yang bertanggung jawab.

(23)

3.3.2 Operator harus menyimpan catatan berikut ini setiap saat dan tersedia pada saat inspeksi oleh BIOCert t:

a. Catatan pembeliaan bahan baku yang

menjelaskan jumlah, tanggal dan nama pemasok b. Catatan produksi yang mencantumkan tanggal,

waktu, jenis dan jumlah bahan baku yang

digunakan dan jumlah hasil produk, dan nomor lot untuk pempermudah penelusuran

c. Catatan penjualan yang menunjukkan jumlah produk yang dijual dan pendapatan dari hasil penjualan

b. Persediaan bahan baku dan hasil produk 3.3.3 Operator harus memiliki nomor lot untuk produk

organik sehingga dapat ditelusuri kembali ke catatan produksi dan asal-usul bahan baku

3.3.4 Melalui dokumentasi harus secara jelas membuktikan adanya pemisahkan produk organik dari non organik pada semua tahapan produksi.

Status organik harus dapat diidentifikasi dengan menggunakan tanda "ORGANIK" dalam semua catatan produksi organik.

3.3.5 Operator harus menyimpan dokumen yang menyatakan bahwa bahan baku organik yang digunakan dalam penanganan/ pengolahan telah disertifikasi oleh BIOCert atau setara.

3.3.6 Operator harus menyimpan catatan (termasuk yang terkait dengan sub-kontraktor) selama setidaknya 5 tahun.

3.4 Sub-kontraktor

Sub-kontraktor tidak perlu mengajukan permohonan sertifikasi BIOCert tapi sebuah kesepakatan harus dibuat dengan operator yang mengontraknya. Sub- kontraktor harus memenuhi Standar Penanganan dan Pengolahan BIOCert dan menyediakan akses ke fasilitas, informasi dan kerjasama untuk inspeksi.

Operator yang yang mengontrak sub kontraktor sebagai pemilik produk harus mengajukan sertifikasi dan bertanggung jawab untuk membayar biaya inspeksi serta bertanggung jawab untuk memastikan bahwa sub-kontraktor telah memenuhi Standar Organik BIOCert dan persyaratan sertifikasi BIOCert.

3.5 Bahan baku, bahan, dan bahan aditif 889-Art.27 &

28 3.5.1 Bahan baku harus berupa produk organik

bersertifikat.

3.5.2 Dalam kasus bahan baku organik tidak tersedia, BIOCert memperbolehkan penggunaan bahan baku dari sumber konvensional sebagai bahan dasar.

Namun operator harus menginformasikan ke BIOCert untuk pengujian.

3.5.3 Dalam setiap produk olahan, bahan baku organik, dalam masa konversi dan konvensional yang sama tidak boleh dicampurkan

SKBPOM HK.00.06.

52.0100:7

(24)

3.5.4 Hasil produksi organik yang tidak terbuat dari bahan baku yang diproduksi secara organik seluruhnya bisa disertifikasi dengan ketentuan sebagai berikut:

Produk organik harus tidak kurang dari 95%

berdasarkan berat, tidak termasuk air dan garam dan bahan-bahan lainnya yang diperbolehkan tidak lebih dari 5%.

SKBPOM HK.00.06.

52.0100:6

3.5.5 Penggunaan bahan aditif dan bahan penolong harus seminimal mungkin. Bila diperlukan, hanya bahan aditif dan bahan penolong terdaftar pada Lampiran 2 yang diperbolehkan. Bahan aditif dan bahan

penolong yang tidak tercantum dalam Lampiran 2 dapat diperbolehkan jika operator melaporkan ke BIOCert untuk pengujian dan persetujuan sesuai dengan Pedoman Evaluasi Bahan Aditif dan Bahan Penolong pada Lampiran 4.

SKBPOM HK.00.06.

52.0100:8

3.5.6 Bahan berikut ini tidak diperbolehkan untuk digunakan dalam pengolahan makanan: sakarin, boraks, monosodium glutamat, antioksidan sintetik, pengawet sintetis, zat perasa sintetis, zat pemutih (belerang dioksida). Vitamin dan mineral tidak boleh digunakan dalam pengolahan organik.

3.5.7 Bahan baku dari sumber konvensional, bahan aditif, bahan penolong, mikroorganisme dan enzim yang digunakan dalam pengolahan tidak boleh GMO.

SKBPOM HK.00.06.

52.0100:9 3.5.8 Mikroorganisme dan enzim yang digunakan dalam

pengolahan harus dibudidayakan atau dipersiapkan dari bahan-bahan organik. Hal ini juga berlaku untuk hasil produksi rumah tangga. Hanya boleh digunakan bahan aditif dan bahan penolong yang tercantum dalam Lampiran 2.

Ragi dan produk ragi dimasukan sebagai bahan asal pertanian sejak tanggal 31 Desember 2013.

3.5.9 Air yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam pengolahan atau yang kontak langsung dengan produk-produk organik harus memenuhi standar air minum; alat dan bahan yang digunakan dalam penyaringan air tidak boleh mengandung asbes.

SKBPOM HK.00.06.

52.0100:

Annex3.1

3.5.10 Bahan-bahan pertanian non-organik dapat digunakan hanya jika telah resmi diperbolehkan dalam produksi organik oleh BIOCert. Otorisasi tersebut hanya diberikan jika bahan yang dimaksud tidak tersedia dalam bentuk organik dan harus ditinjau setiap tahunnya. Hanya bahan-bahan pertanian non-organik yang tercantum dalam Lampiran 2 [bagian 2.3]

standar ini yang boleh digunakan dalam pengolahan.

889- Art.27

3.6 Metode Pengolahan

3.6.1 Proses pengolahan yang diperbolehkan adalah sebagai berikut:

 Proses fisik seperti menggiling, menekan (ekstraksi cair), ekstraksi minyak;

 Proses biologis seperti fermentasi tetapi tidak menggunakan GMO

(25)

 Pengeringan menggunakan angin dan panas matahari, pemanasan, menggoreng, menumis, penguapan, pengasapan.

 Ekstraksi menggunakan air, etanol, minyak nabati dan hewani, cuka, karbon dioksida, dan nitrogen

 Pengendapan

 Filtrasi

 Distilasi

3.6.2 Penggunaan microwave dan radiasi ionisasi pada bahan baku, bahan tambahan, dan bahan aditif tidak diperbolehkan.

SNI6729/

2013:A.6.1

3.6.3 Penggunaan bahan dan teknik untuk mengganti hilangnya nutrisi karena pengolahan dan

penyimpanan makanan organik tidak diperbolehkan.

3.6.4 Produk pangan organik dan produk organik tidak boleh diradiasi.

SKBPOM HK.00.06.

52.0100:6 3.6.5 Hanya teknik filtrasi yang tidak bereaksi secara kimia

atau memodifikasi makanan secara molekuler yang boleh digunakan. Zat filtrasi tidak boleh terbuat dari asbes atau zat yang memberikan pengaruh negatif terhadap produk.

3.6.6 Penggunaan etilena sebagai stimulan pematangan boleh digunakan.

3.6.7 Limbah dari pengolahan harus dikelola secara tepat untuk memiliki efek minimal terhadap lingkungan. Bila sesuai, limbah harus digunakan kembali.

3.6.8 Semua peralatan, wadah [kontainer], dan metode pengolahan harus bersih dan higienis dan harus ada tindakan untuk mencegah kontaminan (misal

mikroorganisme, hama, dan bahan kimia).

3.6.9 Wadah aluminium tidak diperbolehkan untuk pengolahan makanan alkali.

3.6.10 Jika peralatan pengolahan, mesin, dan area yang digunakan untuk produk konvensional, dalam masa konversi dan organik, operator harus:

i. Tidak memproses produk konvensional, dalam masa konversi dan organik pada saat yang bersamaan

ii. Setelah pengolahan produk konvensional, dilakukan pembersihan area, wadah, peralatan dan mesin dengan bahan pembersih dan bilas dengan air atau dibiarkan menguap. Operator harus memeriksa dan memastikan bahwa tidak ada residu yang tertinggal sebelum memulai pengolahan organik. Catatan kegiatan

pembersihan harus disimpan dan tersedia saat diinspeksi oleh BIOCert.

3.6.11 Boleh menggunkan bahan pembersih yang terdaftar dalam Lampiran 1 (bagian 4) untuk membersihkan wadah pembersih, peralatan, dan area pengolahan.

3.7 Penyimpananan Hasil Produksi dan Produk SNI6729/

2013: A.6.4

889-Art.30

(26)

3.7.1 Semua fasilitas penyimpanan hasil produksi dan produk harus diinspeksi oleh BIOCert. Jika tempat penyimpanan terletak di luar lahan pertanian atau unit pengolahan, produsen / operator wajib

memberitahukan ke BIOCert.

3.7.2 Hasil produksi dan produk harus disimpan terpisah dari hasil produksi dan produk konvensional atau non-bersertifikat, kecuali jika dikemas dalam kemasan dengan warna yang berbeda atau label yang jelas.

Pemisahan dan identifikasi tersebut harus dilakukan selama transportasi hingga mencapai konsumen.

Tindakan-tindakan tersebut harus dilakukan untuk mencegah hasil produksi dan produk organik yang disimpan terkontaminasi oleh bahan-bahan yang dilarang setiap saat.

Operator mendokumentasikan informasi yang berkaitan dengan hari, jam, tanggal dan jumlah penerimaan produk.

3.7.8 Pengendalian hama dalam penyimpanan harus diprioritaskan sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

i. Operator harus mencoba untuk menggunakan metode pencegahan seperti membersihkan tempat penyimpanan, membersihkan habitat hama di tempat penyimpanan, dan lainnya.

ii. Hanya diperbolehkan menggunakan metode biologis, fisik, mekanik dan produk yang tercantum dalam Lampiran 1 (bagian 3).

iii. Produk yang tidak tercantum dalam Lampiran 1 (bagian 3) dapat digunakan setelah dilakukan pengujian oleh BIOCert menurut Pedoman Evaluasi Input pada Lampiran 3. Produsen / operator wajib melapor kepada BIOCert sebelum menggunakan produk-produk tersebut.

iv. Jika pengendalian hama menggunakan metode kimia di daerah pengolahan atau penyimpanan, operator harus memberitahukan ke BIOCert mengenai rencana dan jenis pestisida kimia yang akan digunakan untuk memperoleh persetujuan terlebih dahulu.

Untuk menggunakan bahan kimia sintetik untuk pengendalian hama yang telah disetujui, bahan kimia tersebut tidak boleh bersifat persisten dan semua produk organik harus dipindahkan terlebih dahulu dari ruang penyimpanan sebelum penyemprotan, dan sebelum produk organik tersebut dipindahkan kembali, operator harus memeriksa dan memastikan bahwa tidak ada residu yang tersisa yang akan mengkontaminasi produk organik. Kegiatan penyemprotan pestisida di tempat penyimpanan harus tercatat.

Dalam hal ada kecurigaan terhadap kontaminasi, BIOCert dapat melakukan pengujian residu dalam produk dan biaya pengujian dibebankan ke operator.

SNI6729/

2013:A.6.1.1

(27)

3.8 Pengepakan dan transportasi produk ke unit operator lain

889- Art.31

3.8.1 Pengepakan SNI6729/

2013: A.6.3 Praktek yang direkomendasikan:

Produsen / operator harus menerapkan aturan untuk mengurangi limbah dari pengepakan.

3.8.1.1 Operator harus memastikan bahwa produk organik diangkut ke unit lain, termasuk ke pedagang besar dan pengecer, hanya dalam kemasan, wadah atau kendaraan tertutup yang sesuai hingga sedemikian rupa tidak dapat mengubah isi tanpa mengubah atau merusak segel, dan dilengkapi dengan label, tanpa mengurangi petunjuk lain yang diperlukan sesuai hukum:

 nama dan alamat operator dan bila ada nama pemilik atau penjual produk;

 nama produk atau penjelasan dari jenis pakan yang digunakan disertai dengan referensi metode produksi organik;

 nama dan / atau nomor kode dari BIOCert; dan

 bila relevan, tanda identifikasi berdasarkan sistem penanda yang disetujui pada tingkat nasional atau disepakati oleh BIOCert dan yang memungkinkan untuk menghubungkan lot dengan dokumen lainnya.

Informasi yang dimaksud dalam butir dari subparagraf pertama dapat juga disajikan pada dokumen yang menyertainya sehingga berhubungan dengan kemasan, wadah atau kendaraan yang mengangkut produk. Dokumen yang menyertai ini harus

mencakup informasi mengenai pemasok dan / atau pengangkut.

3.8.1.2 Bahan yang digunakan untuk pengemasan hasil produksi organik dari kebun tidak boleh digunakan untuk pengemasan bahan kimia, pupuk atau bahan- bahan yang mungkin merugikan bagi kesehatan konsumen.

3.8.1.3 Bahan kemasan tidak boleh menggunakan bahan kimia atau fungisida.

3.8.1.4 Bahan kemasan yang diganakan untuk produk jadi harus bersih, tidak pernah digunakan untuk kemasan makanan lain kecuali wadah yang terbuat dari kaca.

3.8.1.5 Penggunaan bahan pengemasan harus memiliki pengaruh sesedikit mungkin mengotori lingkungan.

Disarankan menggunakan bahan kemasan yang dapat didaur ulang.

3.8.1.6 Kemasan berlapis tidak dianjurkan.

3.8.1.7 Styrofoam tidak diperbolehkan untuk digunakan sebagai kemasan.

3.8.1.8 Penutup kemasan, wadah atau kendaraan tidak diperlukan dalam situasi sebagai berikut:

Pengiriman barang langsung antara satu operator

(28)

bersertifikat organik dan operator yang bersertifikat organik lainnya harus disertakan dengan dokumen pengiriman barang dan kedua pihak harus

menyimpan catatanan kegiatan pengiriman tersebut.

3.8.2 Transportasi SNI6729/

2013: A.6.4 3.8.2.1 Operator harus memastikan bahwa produk organik

diangkut ke unit lain, termasuk ke pedagang besar dan pengecer, hanya dalam kemasan, wadah atau kendaraan tertutup yang sesuai hingga sedemikian rupa tidak dapat mengubah isi tanpa mengubah atau merusak segel, dan dilengkapi dengan label, tanpa mengurangi petunjuk lain yang diperlukan sesuai hukum:

a. nama dan alamat operator dan bila ada nama pemilik atau penjual produk;

b. nama produk atau penjelasan dari jenis pakan yang digunakan disertai dengan referensi metode produksi organik;

c. nama dan / atau nomor kode dari BIOCert;

dan

d. bila relevan, tanda identifikasi lot menurut sistem penandaan yang disetujui di tingkat nasional atau yang disetujui oleh BIOCert dan terbukanya akses terhadap lot tersebut sesuai pada ayat 14.

Informasi yang dimaksud pada poin (a) sampai (d) juga dapat disajikan pada dokumen yang

menyertainya sehingga berhubungan dengan kemasan, wadah atau kendaraan yang mengangkut produk. Dokumen yang menyertai ini harus

mencakup informasi mengenai pemasok dan / atau pengangkut.

3.8.2.2 Penutupan kemasan, wadah atau kendaraan tidak diperlukan jika:

(a) pengiriman langsung dari operator ke operator lain yang sama-sama mengikuti sistem pengawasan organik, dan

(b) produk disertai dengan dokumen-dokumen yang mencantumkan informasi persyaratan pada poin 3.8.2.2, dan

(c) kedua pihak operator pengirim dan penerima harus menyimpan catatan dokumentasi pengiriman barang tersebut sehingga tersedia bagi BIOCert atau otoritas yang mengawasi operasional pengiriman barang.

(29)

Ref. Indonesia Ref EU Ref

4 Produk Liar SNI6729-2013:

A.4

834-Art.12.2

4.1 Produk yang tumbuh liar yang berasal dari tumbuhan dan hewan (misalnya jamur, herbal, madu, dll) yang dipanen dari alam liar atau alam terbuka tanpa budidaya apapun.

4.2 Pemanenan produk liar tidak boleh menyebabkan dampak buruk terhadap lingkungan dan sistem ekologi di daerah tersebut, termasuk mengancam punahnya spesies-spesies tanaman dan hewan.

Jenis spesies yang digunakan tidak boleh yang terdaftar sebagai spesies yang terancam punah.

4.3 Tanaman yang dikumpulkan harus tumbuh dan beregenerasi secara alami tanpa melakukan budidaya pertanian.

4.4 Hasil panen harus dikumpulkan dari daerah yang sudah ditentukan dengan jelas. Harus dicatat bahwa hanya tanaman yang dikumpulkan dari area yang ditetapkan, disetujui dan disertifikasi oleh BIOCert sebagai daerah tempat pengumpulan yang boleh digunakan. Wilayah (lahan) itu sendiri tidak harus disertifikasi.

4.5 Di area pemanenan tidak boleh menggunakan bahan kimia yang dilarang dalam pertanian organik.

4.6 Bebas dari kemungkinan adanya kontaminasi dari sumber apapun. Jika area pemanenan memiliki risiko kontaminasi dari lahan pertanian konvensional, harus dibuatkan zona penyangga dengan lebar minimal 25 meter dari lahan pertanian konvensional.

4.7 Orang yang mengajukan sertifikasi produk liar harus merupakan anggota masyarakat atau telah

mendapatkan ijin dari masyarakat lokal yang mengurus area pemanenan sehinga mereka dapat melakukan pemanenan secara berkelanjutan.

4.8 Produsen harus memelihara semua catatan kegiatan operasional termasuk rincian pengumpulan,

pembelian, pengolahan, pelatihan dan persediaan bahan baku dan produk, dokumen penjualan dengan data pendukung seperti tagihan / voucher / laporan / waktu. Status produk liar harus diidentifikasi dalam dokumen penjualan, misalnya catatan penerimaan dan pengiriman, sebagai "organik" atau "disetujui oleh BIOCert".

Rekaman tersebut harus tersedia agar dapat dilakukan pengawasan oleh BIOCert.

4.9 Operator harus melatih dan menginformasikan pekerja, pengumpul, orang yang bertanggung jawab atau berwenang sehingga mereka memahami dan mematuhi Standar Organik dan persyaratan sertifikasi BIOCert.

4.10 Operator harus mendapatkan ijin tertulis dari otoritas.

(30)

Ref. Indonesia Ref. UE Ref.

5 Jamur Permentan

64/2013:

article 5.3

889-Art.6 5.1. Dalam produksi jamur diperbolehkan menggunakan

zat atau bahan yang terdiri atas komponen- komponen sebagai berikut:

1. Manur asal pertanian atau kotoran hewan dari:

 baik dari lahan organik milik sendiri

 atau yang dimaksud dalam Lampiran I pada standar ini hanya jika tidak tersedia di lahan organik milik sendiri. Bahan tersebut tidak boleh melebihi 25% dari berat total

komponen substrat. Ini tidak termasuk bahan penutup dan tambahan air sebelum

pengomposan;

2. Kayu yang tidak diberi perlakuan kimia setelah penebangan

3. Produk mineral sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I dari standar ini, air dan tanah.

4. Gambut yang tidak diberi perlakuan kimia.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2011, rasio pajak daerah dan retribusi daerah per PDrB Provinsi sulawesi Barat memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan rasio secara nasional.. Kondisi

Kesimpulan yang di peroleh dalam penelitian ini adalah Penerapan Sanksi Pidana terhadap pelaku Tindak pidana Pemalsuan Surat Putusan Nomor 100/Pid.B/2015/PN.MTR adalah

Aspek kognitif ranah pengetahuan yang meliputi prosedur terbesar terdapat dalam buku karangan Sukino yang berjudul “Matematika untuk SMA/MA Kelas X semester 1”

Hasil belajar siswa kelas V SDN Kalibalik 02 setelah mendapat perlakuan dari guru dengan model pembelajaran STAD menjadi lebih baik. Persebaran nilai terjadi

Pilih kategori(diisi) Nama layanan(diisi) Harga layanan(diisi) Deskripsi (kosong) Gambar (kosong) Featured (kosong) Show/hide(koso ng) Sistem akan menolak akses dan

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik

Pada umumnya setelah perusahaan merekrut tenaga kerja baru dilakukan proses orientasi, penempatan dan pelatihan (training) kepada calon tenaga kerja. Uraian jumlah dan

Perumnas Griya Sagulung Permai Blok G No 68 Sagulung Kota Sagulung Bergejala Baru RSKI SEMBUH 13779. 42 14106 Delisa Juniarisman P 8