• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSATAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSATAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

KAJIAN PUSATAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Aprilia et al. (2018) meneliti perhitungan harga jual produk berdasarkan harga pokok pesanan dengan metode full costing yang dilakukan pada UD.

Kube Mawar Putih. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif.

Teknik perolehan data dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan perusahaan belum mencerminkan pembebanan atas BOP sesungguhnya sebesar 50% dari biaya bahan baku yang didapatkan dari asumsi praktis saja dan masih terdapat biaya – biaya yang belum tercantumkan sehingga mengakibatkan perbedaan perhitungan antara perusahaan dengan metode full costing.

Rahayu et al. (2019) meneliti perbandingan harga pokok produksi dengan metode variable costing dan full costing pada CJH Catering Purwakarta.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Teknik perolehan data yang digunakan adalah wawancara dan studi literatur. Hasil dari penelitiannya terdapat perbedaan hasil perhitungan dari kedua metode tersebut.

Hasil harga pokok produksi yang berbeda akan dapat mempengaruhi kegiatan produksi dan juga harga jual dengan berbeda pula.

Efendi (2018) meneliti strategi penetapan harga jual ditinjau dari harga pokok produksi. Metode Penelitian dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Teknik perolehan data menggunakan wawancara semi terstruktur

(2)

dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan Penetapan harga pokok produksi pada perusahaan Aliff Catering harus dibenahi dengan melakukan pencatatan secara detail apa saja biaya dan bahan baku yang digunakan dan juga menggunakan metode variable costing agar mendapatkan harga pokok produksi yang sesuai.

Ardiansyah (2019) meneliti tentang penetapan harga pokok produksi dalam menentukan harga jual. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Teknik perolehan datanya dengan wawancara, studi Pustaka, dan juga dokumentasi.

Hasil penelitiannya menunjukkan perbandingan perhitungan harga pokok produksi perusahaan dengan perhitungan harga pokok produksi metode full costing menunjukkan HPP perusahaan lebih rendah. selain itu harga jual perusahaan dengan mark up 40% hasilnya Rp. 18.900. sedangkan harga jual dengan cost plus pricing dengan mark up yang sama 40% hasilnya Rp. 22.735.

Rachman (2020) meneliti perhitungan harga pokok produksi. Jenis penelitiannya deskriptif kuantitatif. Teknik perolehan datanya dengan wawancara. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan antara perhitungan harga pokok produksi dengan penggunaan metode variable costing dengan perhitungan yang dilakukan oleh rumah makan Bakso Lestari

di Kukusan Depok. Hal tersebut disebabkan Rumah Makan Bakso Lestari memasukkan seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi termasuk biaya sewa Gedung.

Ikawati (2017) melakukan penelitian penetapan harga jual dengan menggunakan perhitungan harga pokok produksinya menggunakan metode

(3)

full costing dan juga variable costing. Metode penelitiannya kualitatif dan kuantitatif. Teknik perolehan datanya wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan penetapan harga pokok produksi dan juga harga jual yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh pemilik Warung Sederhana 2 memiliki perbedaan dengan hasil perhitungan yang dilakukan oleh peneliti. Harga jual yang ditetapkan pemilik jauh lebih rendah dibanding dengan harga jual yang ditetapkan oleh peneliti berdasarkan metode cost plus pricing. Hal tersebut disebabkan pemilik enggan menambah mark up yang

sesuai karena beranggapan bahwa jika harga jualnya tinggi nantinya akan berimbas pada pelanggan tidak mau berkunjung kembali.

Afriani dan Khodijah (2019) meneliti tentang harga pokok produksi sebagai dasaran penetapan harga jual dengan judul. Metode penelitiannya dengan kuantitatif dan kualitatif deskriptif. Teknik perolehan data dengan observasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan antara penetapan harga jual yang sudah ditetapkan pemilik dengan harga jual berdasarkan metode perhitungan full costing dan juga variable costing tidak terlalu signifikan. Harga jual menurut pemilik yaitu Rp. 6.000,- dengan capaian mark up 25% yang sudah hampir memenuhi target harapan yaitu sebesar 30%.

Penetapan harga produksi juga hanya memiliki selisih sebesar Rp. 200,- antara pencatatan pemilik dengan perhitungan secara variable costing.

Wauran (2016) meneliti tentang penentuan harga pokok produk dan penetapan harga jual. Jenis penelitiannya deskriptif kualitatif. Teknik perolehan datanya wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian terdapat

(4)

perbedaan antara harga jual berdasarkan perhitungan sendiri dengan harga jual yang dihitung dengan menggunakan cost plus pricing. Harga pokok produksi dihitung berdasarkan metode variable costing dan full costing. Harga jual berdasarkan perhitungan variable costing lebih tinggi dari pada dengan pendekatan full costing. Namun dari harga pokok produksi, perhitungan variable costing lebih rendah dibandingkan pendekatan full costing.

2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Biaya

Biaya adalah sebuah nilai tukar, pengeluaran, atau pengorbanan yang harus dilakukan untuk memperoleh manfaat (Carter, 2006). Biaya (cost) berbeda dengan beban (expense). Biaya adalah pengorbanan dari sumber ekonomi yang dilakukan guna memperoleh barang atau jasa yang manfaatnya dapat dirasakan sekarang atau pada masa yang akan datang.

Sedangkan beban (expense) diartikan sebagai pengorbanan dari sumber ekonomi guna memperoleh pendapatan (Massie et al., 2018).

2.2.2 Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya merupakan suatu proses pencatatan, pengelompokan, dan meringkas transaksi – transaksi keuangan yang memiliki hubungan dengan biaya dan melaporkannya ke dalam bentuk suatu laporan biaya kepada manajemen (Anwar et al., 2010). Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat yang dibutuhkan untuk keperluan aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikan kualitas dan juga efisiensi, serta

(5)

keperluan untuk mengambil keputusan yang memiliki sifat rutin maupun sifat strategik (Carter, 2009:11)

2.2.3 Klasifikasi Biaya

Menurut (Siregar et al., 2013) klasifikasi biaya berdasarkan dari hubungan biaya dengan produk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Biaya Langsung dan Biaya tidak langsung. Biaya Langsung (Direct Cost) adalah biaya yang penelusurannya dapat ditelusuri ke produk. Contoh biaya langsung adalah biaya bahan baku. Biaya bahan baku yang telah dikeluarkan perusahaan dapat dengan mudah untuk ditelusuri ke dalam poduk. Biaya Tidak Langsung (Indirect cost) adalah biaya yang penelusurannya tidak dapat secara langsung ditelusuri ke produk. Contoh biaya tidak langsung misalnya biaya sewa peralatan pabrik. Perusahaan akan mengalami kesulitian untuk menghubungkan biaya sewa peralatan pabrik dengan jumlah produk yang dihasilkan.

2.2.4 Perilaku Biaya

Perilaku biaya dibagi menjadi tiga, diantaranya biaya variabel (variable cost), biaya tetap (fixed cost), dan biaya semivariabel (mixed cost).

Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya meningkat dan menurun secara proporsional tergantung dengan aktivitas perusahaan (Carter, 2009:69). Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan harga pokok penjualan. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlah totalnya tidak berubah ketika aktivitas perusahaan

(6)

meningkat atau menurun. Contoh dari biaya tetap adalah biaya asuransi, biaya sewa, biaya iklan, biaya gaji tenaga kerja tidak langsung bagian administrasi. Biaya semivariabel (mixed cost) yaitu biaya yang karakteristiknya terdiri dari dua elemen biaya tetap mapun biaya variabel (Carter, 2009:69). Contoh biaya semivariabel diantaranya biaya listrik, biaya air, biaya jaringan Wi-Fi, dan lain – lain.

2.2.5 Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membuat bahan menjadi produk jadi. Biaya produksi dibagi menjadi 3, diantaranya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

a) Biaya Bahan Baku

Menurut Sarwanti et al. (2017) biaya bahan baku didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan perusahaan guna mendapatkan bahan – bahan yang digunakan perusahaan untuk membuat atau menambah nilai guna bahan baku yang diperoleh dari alam maupun juga dari pemasok.

Biaya tersebut meliputi harga bahan baku, potongan harga yang diperoleh perusahaan, dan juga ongkos angkut pembelian bahan baku. Biaya bahan baku merupakan bagian dari biaya variabel.

Menurut Riwayadi (2014:48) klasifikasi biaya bahan baku dibagi menjadi dua, diantaranya biaya bahan baku langsung dan juga biaya bahan baku tak langsung. Biaya bahan baku langsung adalah biaya bahan baku

(7)

yang dapat dengan mudah ditelusuri ke produk. Sedangkan bahan baku tak langsung adalah bahan baku yang tidak scara mudah dan akurat dapat ditelusuri langsung ke produk.

b) Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengubah bahan baku hingga menjadi produk jadi (Komara &

Sudarma, 2016). Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang langsung terhubung dengan proses produksi perusahaan. Menurut Kholmi dan Yuningsih (2009) biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya tenaga kerja yang mengkonversi bahan baku langsung hingga menjadi produk barang jadi atau nantinya menjadikan sebuah jasa kepada konsumen.

Biaya tenaga kerja langsung bisa ditelusuri langsung dengan barang maupun jasa yang sedang diproduksi. Contoh dari biaya tenaga kerja langsung adalah biaya upah buruh bagian produksi (yang mengerjakan langsung pembuatan produk).

c) Biaya Overhead Pabrik

Kholmi dan Yuningsih (2009:46) Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan diluar biaya bahan baku langsung dan juga biaya tenaga kerja langsung, atau seluruh biaya produksi tidak langsung yang memiliki sifat variabel maupun tetap. Contoh dari biaya overhead pabrik misalnya biaya sewa gedung pabrik, biaya listrik pabrik, biaya air pabrik.

(8)

Terdapat beberapa penggolongan dalam biaya overhead pabrik, diantaranya :

1) Biaya Overhead Pabrik Menurut Sifatnya

Diantaranya adalah biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tak langsung, biaya reparasi dan pemeliharaan, biaya yang timbul akibat penilaian aktiva pabrik, biaya yang timbul akibat dari berlalunya waktu.

2) Biaya Overhead Pabrik Menurut Perilakunya dengan Volume Produksi Diantaranya biaya overhead pabrik tetap, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik semivariabel.

2.2.6 Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2012:16) Harga pokok produksi didefinisikan sebagai jumlah dari biaya yang digunakan untuk mengolah bahan baku hingga menjadi produk jadi yang sudah siap untuk dijual dan juga dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan harga jual dari produk.

Perhitungan harga pokok produksi umumnya penjumlahan dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambahkan jumlah persediaan produk dalam proses awal dan juga dikurangkan dengan persediaan produk dalam proses akhir.

2.2.7 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2012:17) metode penentuan harga poko produksi adalah metode untuk memperhitungkan semua unsur – unsur dari biaya yang termasuk dalam harga pokok produksi.

(9)

a) Metode Full Costing

Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi dimana didalam perhitungannya memasukkan semua unsur biaya produksi kedalam perhitungan harga pokok produksi. Unsur biaya tersebut adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik baik yang variabel maupun yang tetap dan juga ditambah biaya non produksi seperti biaya administrasi dan umum serta biaya pemasaran.

Biaya overhead tetap dianggap sebagai biaya produk dan bukan merupakan biaya periodik. Biaya overhead pabrik tetap akan tetap melekat pada harga pokok persediaan barang dalam proses maupun persediaan barang jadi yang masih belum terjual dan akan dianggap sebagai biaya yang merupakan unsur dari harga pokok penjualan jika barang atau produk tersebut telah dijual (Mulyadi, 2015:122). Pembebanan biaya overhead tetap dilakukan dengan menggunakan tarif overhead tetap yang sudah ditentukan sebelumnya di awal pada kapasitas normal dan nantinya tidak akan dibebankan sampai produk terjual.

Penentuan tarif biaya overhead pabrik ini ditentukan di awal pada kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode biaya overhead pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan. Atas hal tersebut maka nantinya akan dapat terjadi pembebanan biaya overhead lebih atau juga dapat terjadi pembebanan biaya overhead kurang (Mulyadi, 2015:122). Jika produk – produk yang diolah pada periode tersebut belum terjual maka pembebanan atas biaya overhead yang kurang ataupun lebih tersebut dapat

(10)

mengurangi atau juga menambah harga pokok produk yang masih ada dalam persediaan.

Dengan demikian perhitungan dengan metode full costing akan sebagai berikut :

Biaya Bahan Baku XXX

Biaya Tenaga Kerja Langsung XXX Biaya Overhead Pabrik Tetap XXX Biaya Overhead Pabrik Variabel XXX

Harga Pokok Produksi XXX

b) Metode Variable Costing

Metode variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi dimana didalam perhitungannya memasukkan biaya produksi yang berperilaku variabel saja ke dalam perhitungan harga pokok produksi.

Biaya – biaya tersebut diantaranya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dalam metode Variable Costing, pembebanan biaya produksi hanya yang merupakan biaya variabel

saja. Biaya – biaya tersebut diantaranya Biaya Bahan Baku Langsung, Biaya Tenaga kerja Langsung, dan Biaya Overhead variabel. Biaya overhead tetap tidak dimasukkan ke dalam produk karena diperlakukan sebagai biaya periodik (Mulyadi , 2015:123).

Biaya periodik ini merupakan biaya yang dibebankan dalam periode terjadinya. Dalam metode variable costing, biaya periodik merupakan biaya

(11)

untuk mempertahankan tingkat kapasitas tertentu untuk memproduksi dan juga menjual produk. Biaya periodik menurut variable costing terdiri dari seluruh biaya tetap atau biaya kapasitas. Maka dari itu, biaya periodik menurut variable costing adalah biaya yang tidak berubah dalam jangka pendek di dalam hubungannya dengan peubahan kegiatan yang terdiri dari:

biaya overhead pabrik tetap, biaya administrasi dan umum tetap, dan juga biaya pemasaran tetap.

Dengan demikian perhitungan dengan metode variable costing akan sebagai berikut :

Biaya Bahan Baku XXX

Biaya Tenaga Kerja Langsung XXX Biaya Overhead Pabrik Variabel XXX

Harga Pokok Produksi XXX

2.2.8 Harga Pokok Pesanan

Pada sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing), akumulasi biaya produksi dilakukan untuk setiap pesanan yang

terpisah. Dalam hal ini, suatu pesanan merupakan output untuk diidentifikasi dalam memenuhi pesanan tertentu dari pelanggan dan juga untuk pengisian kembali suatu item persediaan (Carter, 2009:144).

Sedangkan menurut Samryn (2017:90) Harga pokok pesanan merupakan suatu sistem penetapan harga pokok produk yang digunakan pada indutri

(12)

yang beroperasi berdasarkan pesanan guna menetapkan harga pokok produknya.

2.2.9 Harga Jual

Dari Kotler dan Keller dalam Sujarweni (2016:172) Harga jual didefinisikan sebagai sejumlah uang yang pembebanan atau penetapannya berdasarkan dari suatu produk maupun jasa, atau dari jumlah nilai yang ditukar oleh konsumen atas manfaat yang diperoleh dari menggunakan produk atau jasa tersebut. Untuk menetapkan harga jual terdapat tiga metode diantaranya: Berdasarkan Biaya (Cost Plus Pricing, Mark Up Pricing, Break Even Point), Berdasarkan harga pesaing, dan juga Berdasarkan permintaan (Sujarweni, 2016).

Cost Plus Pricing adalah salah satu cara yang digunakan untuk

penentuan harga jual dengan menambahkan laba atau mark up terhadap jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan pemasaran di masa yang akan datang (Mulyadi, 2001:349). Taksiran biaya dapat diketahui dengan pendekatan full costing maupun variable costing. Berikut rumus perhitungan harga jual dengan metode cost plus pricing :

• Harga jual = Taksiran biaya penuh + Laba yang diharapkan

• Persentase Mark Up = Laba yang diharapkan/ Biaya Produksi x 100 Persentase Mark Up

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan CFD, kita dapat mensimulasikan aliran batu bara pada saat melewati V Flow, sehingga kita dapat mengetahui bentuk konstruksi yang paling optimal

Judul Penelitian : Pengaruh Perbedaan Lama Pemberian Diet Kolesterol Terhadap Perlemakan Hati ( Fatty Liver ) Pada Tikus Putih ( Rattus norvegicus )1. Menyatakan

Proses pembentukan kelembagaan Badan Usaha Milik Desa di Desa Selensen dimulai dari Kebijakan Program Pemberdayaan Desa (PPD) yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Berdasarkan simpulan tersebut, maka dapat disarankan kepada (1) para guru untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbasis penilaian kinerja dalam

Namun kami menyadari bahwa rumusan Pasal 45 telah mencerminkan langkah-langkah yang perlu diambil oleh Pemerintah untuk menjelaskan apa~yang dimaksud dengan

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasanganya dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah. 6) Dual Carrier, yaitu suami istri atau keduanya

Dugaan potensi biomassa pada semua jenis tutupan lahan baik secara total maupun pada seluruh tingkat vegetasi yang dihitung menggunakan persamaan W4, menunjukkan hasil

Karena aspek tersebut menyangkut bagaimana cara kegiatan produksi akan dilaksanakan B?. Karena aspek tersebut menyangkut berapa banyak dukungan modal yang harus