• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori

a. Tinjauan Tentang Hukum Islam 1) Pengertian Hukum Islam

Istilah hukum Islam berasal dari dua kata dasar yaitu hukum dan Islam. Secara sederhana hukum dapat dipahami sebagai peraturan-peraturan atau norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. (Muhammad Daud Ali, 2014:43)

Perkataan hukum yang kita pergunakan sekarang dalam bahasa Indonesia berasal dari kata hukm (tanpa u antara huruf k dan m) dalam bahasa Arab. Artinya, norma atau kaidah yakni ukuran, tolak ukur, patokan, pedoman yang dipergunakan untuk menilai tingkah-laku atau perbuatan manusia dan benda.

(Muhammad Daud Ali, 2014:44)

Dinul Islam adalah suatu sistem hidup komprehensif yang Allah SWT turunkan melalui Rasul-Nya Muhammad shallalahu alaihi wa sallam, yang meliputi aqidah, ubudiah, mu’amalah, muasyarah dan akhlak yang memandu manusia sehingga hidup penuh dengan kemuliaaan (Lukman Hakim, 2012:2)

Berdasarkan Pengertian Hukum dan Islam di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Hukum Islam adalah norma atau kaidah yang bersumber dari Allah SWT dan disampaikan oleh Rasul- Nya, Muhammad shallalahu alaihi wa sallam.

2) Sumber Hukum Islam

a. Al-Qur’an commit to user

(2)

Al-Qur’an adalah sumber hukum Islam yang pertama dan utama yang memuat kaidah-kaidah hukum fundamental (asasi) yang perlu dikaji dengan teliti dan dikembangkan lebih lanjut. Menurut keyakinan umat Islam yang dibenarkan oleh penelitian ilmiah terakhir. (Muhammad Daud Ali, 2014:78)

Al-Qur’an adalah kitab suci yang memuat wahyu (firman) Allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi Wa Sallam sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Makkah kemudian di Madinah. Tujuannya, untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan di Dunia ini dan kebahagiaan di Akhirat kelak.

(Muhammad Daud Ali, 2014:79)

Al-Qur’an adalah kitab yang paling banyak dibaca bahkan dihafal oleh manusia. Menurut para ahli pada garis besarnya Al-Qur’an memuat soal-soal yang berkenaan dengan:

1. Aqidah 2. Syariah baik

3. Akhlaq dalam semua ruang lingkupnya Ibadah maupun Muammalah

4. Kisah-kisah ummat manusia masa lalu

5. Berita-berita tentang zaman yang akan datang

6. Benih atau prinsip ilmu pengetahuan. (Muhammad Daud Ali, 2014:83)

b. As-sunnah atau al-hadist

As-Sunnah atau Al hadist adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an berupa perkataan, perbuatan, dan sikap diam Rasulullah yang sekarang tercatat dalam kitab-

commit to user

(3)

kitab hadist. Ia merupakan penafsiran serta penjelasan otentik tentang Al Quran (Mohammad Daud Ali, 2014:97).

c. Akal Pikiran (al-Ra’yu) atau Ijtihad

Sumber hukum Islam ketiga adalah akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk berusaha, berikhtiar dengan seluruh kemampuan yang ada padanya memahami kaidah- kaidah hukum yang fundamental yang terdapat dalam Al- Qur’an, kaidah-kaidah hukum yang bersifat umum yang terdapat dalam Sunnah Nabi dan merumuskannya menjadi garis-garis hukum yang dapat diterapakan pada suatu kasus tertentu. Atau berusaha merumuskan garis-garis atau kaidah- kaidah hukum yang pengaturanya tidak terdapat di dalam kedua sumber utama hukum Islam itu. (Muhammad Daud Ali, 2014:83)

Perkataan ijtihad (dalam bahasa Arab) berasal dari kata jahada artinya bersungguh-sungguh atau mencurahkan segala daya dalam berusaha. Dalam hubungannya dengan hukum, ijtihad adalah usaha atau ikhtiar yang sungguh- sungguh dengan mempergunakan segenap kemampuan yang ada dilakukan oleh orang (ahli hukum) yang memenuhi syarat untuk merumuskan garis hukum yang belum jelas atau tidak ada ketentuanya di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasullulah. (Muhammad Daud Ali, 2014:116)

Adapun metode dalam melakukan ijtihad adalah sebagai berikut:

a. Ijma’ adalah kesesuaian atau persetujuan pendapat antar para ahli mengenai suatu masalah pada suatu tempat disuatu masa.

b. Qiyas adalah menyamakan, karena mengukur sesuatu dengan benda lain yang dapat menyamainya berarti menyamakan diantara dua benda tersebut. Sedangkan commit to user

(4)

menurut Ulama Ushul, qiyas ialah menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada nashnya dalam hukum yang telah ditetapkan oleh nash karena adanya kesamaan dua kejadian tersebut dalam illat hukumnya.

c. Istidlal adalah menarik kesimpulan dari dua hal yang berlainan. Misal menarik kesimpulan dari adat istiadat dan hukum agama yang diwahyukan sebelum Islam. Adat yang telah lazim dalam masyarakat dan tidak bertentangan dengan hukum Islam dan hukum agama yang diwahyukan sebelum Islam tetapi tidak dihapuskan oleh syariat Islam dapat ditarik garis-garis hukumnya untuk dijadikan hukum Islam.

d. Mashalih al-mursalah disebut juga maslahat mursalah adalah cara menemukan hukum sesuatu hal yang tidak terdapat ketentuannya baik di dalam Al-Qur’an maupun dalam kitab-kitab hadist, berdasarkan pertimbangan kemaslahatan masyarakat atau kepentingan umum.

e. Istihsan adalah cara menentukan hukum dengan jalan menyimpangdari ketentuan yang sudah ada demi keadilan dan kepentingan sosial. Istihsan merupakan cara untuk mengambil keputusan yang tepat menurut keadaan.

f. Istishab yaitu menetapkan sesuatu menurut keadaan sebelumnya menurut keadaan yang terjadi sebelumnya, sampai ada dalil yang mengubahnya.

g. Adat-istiadat atau Urf yaitu Adat-istiadat atau Urf yang tidak bertentangan dengan hukum Islamdapat dikukuhkan tetap terus berlaku bagi masyarakat yang bersangkutan.

Adat-istiadat ini tentunya berhubungan dengan soal muamalah. (Mohammad Daud Ali, 2014:123).

3) Tujuan Hukum Islam (Maqashid syariah) Pengertian Maqashid Syariah commit to user

(5)

Menurut Satria Efendi, maqashid al-syari'ah mengandung pengertian umum dan pengertian khusus. Pengertian yang bersifat umum mengacu pada apa yang dimaksud oleh ayat-ayat hukum atau hadits-hadits hukum, baik yang ditunjukkan oleh pengertian kebahasaannya atau tujuan yang terkandung di dalamnya. Pengertian yang bersifat umum itu identik dengan pengertian istilah maqashid al-syari' (maksud Allah dalam menurunkan ayat hukum, atau maksud Rasulullah dalam mengeluarkan hadits hukum). Sedangkan pengertian yang bersifat khusus adalah substansi atau tujuan yang hendak dicapai oleh suatu rumusan hukum. (Ghofar Shidiq, 2009 : 120).

Al-Syathibi dalam uraiannya tentang maqashid al-syari'ah membagi tujuan syari'ah itu secara umum ke dalam dua kelompok, yaitu tujuan syari'at menurut perumusnya (syari') dan tujuan syari'at menurut pelakunya (mukallaf). Maqashid al- syari'ah dalam konteks maqashid al-syari' meliputi empat hal, yaitu :

1. Tujuan utama syari'at adalah kemaslahatan manusia di Dunia dan di Akhirat.

2. Syari'at sebagai sesuatu yang harus dipahami.

3. Syari'at sebagai hukum taklifi yang harus dijalankan.

4. Tujuan syari'at membawa manusia selalu di bawah naungan Hukum.

Keempat aspek di atas saling terkait dan berhubungan dengan Allah sebagai pembuat syari'at (syari'). Allah tidak mungkin menetapkan syari'at-Nya kecuali dengan tujuan untuk kemaslahatan hamba-Nya, baik di Dunia maupun di Akhirat kelak. Tujuan ini akan terwujud bila ada taklif hukum, dan taklif hukum itu baru dapat dilaksanakan apabila sebelumnya dimengerti dan dipahami oleh manusia. Oleh karena itu semua tujuan akan tercapai bila manusia dalam commit to user

(6)

perilakunya sehari-hari selalu ada di jalur hukum dan tidak berbuat sesuatu menurut hawa nafsunya sendiri.

Maslahat sebagai substansi dari maqashid al-syari'ah dapat dibagi sesuai dengan tinjauannya. Bila dilihat dari aspek pengaruhnya dalam kehidupan manusia, maslahat dapat dibagi menjadi tiga tingkatan :

1. Dharuriyat, yaitu maslahat yang bersifat primer, di mana kehidupan manusia sangat tergantung padanya, baik aspek diniyah (agama) maupun aspek duniawi. Maka ini merupakan sesuatu yang tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan manusia. Jika itu tidak ada, kehidupan manusia di Dunia menjadi hancur dan kehidupan akhirat menjadi rusak (mendapat siksa). Ini merupakan tingkatan maslahat yang paling tinggi. Di dalam Islam, maslahat dharuriyat ini dijaga dari dua sisi yaitu:

realisasi dan perwujudannya, dan kedua, memelihara kelestariannya. Contohnya, yang pertama menjaga agama dengan merealisasikan dan melaksanakan segala kewajiban agama, serta yang kedua menjaga kelestarian agama dengan berjuang dan berjihad terhadap musuh- musuh Islam.

2. Hajiyat, yaitu maslahat yang bersifat sekunder, yang diperlukan oleh manusia untuk mempermudah dalam kehidupan dan menghilangkan kesulitan maupun kesempitan. Jika ia tidak ada, akan terjadi kesulitan dan kesempitan yang implikasinya tidak sampai merusak kehidupan.

3. Tahsiniyat, yaitu maslahat yang merupakan tuntutan muru'ah (moral), dan itu dimaksudkan untuk kebaikan dan kemuliaan. Jika Ia tidak ada, maka tidak sampai merusak ataupun menyulitkan kehidupan manusia. commit to user

(7)

Maslahat tahsiniyat ini diperlukan sebagai kebutuhan tersier untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia (Ghofar Shidiq, 2009 : 121).

4) Ruang Lingkup Hukum Islam

Ruang Lingkup Hukum Islam menurut Zainuddin Ali, sebagai berikut :

1. Ibadah sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam.

Ibadah adalah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT (ritual) yang terdiri atas :

a. Rukun Islam Yaitu mengucapkan syahadatin, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, melaksanakan puasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji bila mempunyai kemampuan (mampu fisik dan nonfisik).

b. Ibadah yang berhubungan dengan rukun islam dan ibadah lainnya, yaitu badani dan mali. Badani (bersifat fisik), yaitu bersuci, azan, iqamat, itikad, doa, shalawat, umrah dan lain-lain. Mali (bersifat harta) yaitu zakat, infak, sedekah, kurban dan lain-lain.

2. Muamalah sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam.

Muamalah adalah peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lainnya dalam hal tukar-menukar harta (termasuk jual beli), di antaranya : dagang, pinjam- meminjam, sewa-menyewa, kerja sama dagang, simpanan barang atau uang, penemuan, pengupahan, warisan, wasiat dan lain-lain.

3. Jinayah sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam.

commit to user

(8)

Jinayah ialah peraturan yang menyangkup pidana islam, diantaranya: qishash, diyat, kifarat, pembunuhan, zina, minuman memabukkan, murtad dan lain-lain.

4. Siyasah sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam.

Siyasah yaitu menyangkut masalah-masalah masyarakat diantaranya: persaudaraan, tanggung jawab sosial, kepemimpinan, pemerintahan dan lain-lain.

5. Akhlak sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam.

Akhlak yaitu sebagai pengatur sikap hidup pribadi, diantaranya: syukur, sabar, rendah hati, pemaaf, tawakal, berbuat baik kepada ayah dan ibu dan lain-lain.

6. Peraturan lainnya diantaranya: makanan, minuman, sembelihan, berbutu, nazar, pemeliharaan anak yatim, mesjid, dakwah, perang dan lain-lain.

(https://www.academia.edu/17175577/Syariah_Pengertia n_dan_Ruang_Lingkupnya).

5) Asas-Asas Hukum Islam Asas-Asas Umum

a. Asas Keadilan

Asas keadilan merupakan asas yang sangat penting dalam hukum Islam. Demikian pentingnya, sehingga Ia dapat disebut sebagai asas semua asas hukum Islam. Di dalam Al-Qur’an karena pentingnya kedudukan dan fungsi kata itu, keadilan disebut lebih dari 1000 kali, terbanyak setelah Allah dan Ilmu pengetahuan.

b. Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum,antara lain disebut secara umum kalimat terakhir surat Bani Israil (17) ayat 15 yang terjemahanya lebih kurang sebagai berikut: dan tidaklah kami menjatuhkan hukuman, kecuali seteah kami mengutus seorang Rasul untuk menjelaskan (aturan dan commit to user

(9)

ancaman) hukuman itu. Selanjutnya di dalam surat Al- maidah (5) ayat 95 terdapat penegasan Ilahi yang menyatakan bahwa Allah memaafkan apa yang terjadi dimasa yang lalu. Dari kedua bagian ayat-ayat tersebut disimpulkan asas kepastian hukum yang menyatakan bahwa tidak ada suatu perbuatanpun dapat dihukum kecuali atas kekuatan ketentuan hukum atau peraturan perundang-undangan yang ada dan berlaku untuk perbuatan itu.

c. Asas Kemanfaatan

Asas kemanfaatan adalah asas yang mengiringi asas keadilan dan kepastian hukum tersebut diatas. Dalam melaksanakan asas keadilan dan keapstian hukum, seyogianya dipertimbakan asas kemanfaatanya,baik bagi yang bersangkutan sendiri maupun bagi kepentingan masyarakat.

d. Asas kebolehan atau mubah

Asas ini menunjukan kebolehan melakukan semua hubungan perdata (sebagian dari hubungan muamalah) sepanjang hubungan itu tidak dilarang oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan kata lain ,pada dasarnya segala bentuk hubungan perdata adalah boleh dilakukan, kecuali kalau telah ditentukan lain dalam Al-Qur’an dan As- Sunnah.

e. Asas kemaslahatan hidup

Kemaslahatan hidup adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan.

f. Asas kebebasan dan kesukarelaan

Asas ini mengandung makna bahwa setiap hubungan perdata harus dilakukan secara bebas dan sukarela. Asas ini bersumber dari Al-Qur’an surat Al-Nisa’ (4) ayat 29 commit to user

(10)

g. Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat.

Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat adalah asas hubungan perdata yang disandarkan pada hormat menghormati,kasih mengasihi serta tolong- menolong dalam mencapai tujuan bersama. Asas ini dialirkan dari bagian ayat 2 surat Al-Maidah (5) dan hadist yang menyatakan bahwa umat manusia berasal dari satu keluarga.

h. Asas mendahulukan kewajiban dari hak

Asas ini mengandung arti bahwa dalam pelaksanaan hubungan perdata, para pihak harus mengutamakan penunaian kewajibanya lebih dahulu dari menuntut hak i. Asas perlindungan hak

Asas ini mengandung arti bahwa semua hak yang diperoleh seseorang dengan jalan halal dan sah, harus dilindungi. Bila hak itu dilangggar oleh salah-satu pihak dalam hubungan perdata, pihak yang dirugikan berhak untuk menuntut pengembalian hak itu atau menuntut kerugian pada pihak yang merugikannya.

b. Tinjauan Tentang Hukum Ekonomi Islam 1) Pengertian Ekonomi Islam

Berbagai definisi mencoba memberikan nama dan arti ekonomi Islam. Beberapa ekonom muslim berusaha mendefinisikan, tetapi hal itu tidak lepas dari konteks permasalahan ekonomi yang mereka hadapi, sehingga terkesan terdapat perbedaan dalam mendefinisikan ekonomi Islam. Beberapa pendefinisian lebih diartikan oleh para ahli ekonomi Muslim bagaimana mereka menangkap pesan Al- Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi Wa Sallam terhadap permasalahan ekonomi dan bisnis. Adapun definisi-definisi tersebur antara lain : commit to user

(11)

a. Muhammad bin Abdulah Al Arabi, menurutnya ekonomi Islam adalah kumpulan prinsip-prinsip umum tentang ekonomi yang kita ambil dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi Wa Sallam dan pondasi ekonomi yang kita bangun atas dasar pokok- pokok itu dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dan waktu.

b. Muhammad Abdul Manan mendefiniskan ekonomi Islam sebagai ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.

c. Metwally, menurutnya ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku muslim (yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad shallalahu alaihi wa sallam, ijma, dan qiyas.

d. Muhammad Syauki Al fanjari, bahwa ekonomi Islam adalah segala sesuatu yang mengendalikan dan mengatur aktivitas ekonomi sesuai dengan pokok-pokok Islam dan politik ekonominya

e. Abdullah Abdul Husain, mendefiniskan ekonomi Islam sebagai ilmu tentang hukum-hukum syariat aplikatif yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci tentang persoalan yang terkait dengan mencari,membelanjakan, dan cara-cara mengembangkan harta. (Lukman Hakim, 2012:5)

2) Prinsip Dasar Ekonomi Islam

Menurut Abdul Manan landasan ekonomi Islam didasarkan pada tiga konsep fundamental, yaitu: Keimanan kepada Allah (tauhid), kepemimpinan (khalifah) dan keadilan (A’dalah). Tauhid adalah konsep yang paling commit to user

(12)

penting dan mendasar, sebab konsep yang pertama adalah dasar pelaksanaan segala aktivitas baik yang menyangkut ubudiah/ ibadah mahdah (berkait sholat,zikir,shiam, tilawat- Al-Qur’an, dsb), mu’amalah (termasuk ekonomi), muasyarah, hingga akhlak. Tauhid mengandung implikasi bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah Yanag Maha Kuasa, Yang Esa, yang sekaligus pemilik mutlak alam semesta ini. Segala sesuatu yang Dia ciptakan mempunyai satu tujuan. Tujuan inilah yang memberikan makna dari setiap eksistensi alam semesta di mana manusia merupakan salah satu bagian didalamnya. Kalau demikian halnya, manusia yang dibekali dengan kehendak bebas, rasionalitas, kesadaran moral yang dikombinasikan dengan kesadaran ketuhanan yang inheren dituntut untuk hidup dalam kepatuhan dan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dengan demikian, konsep tauhid bukanlah sekedar pengakuan realitas,tetapi juga respons aktif terhadapnya.

(Lukman Hakim, 2012:6)

c. Tinjauan Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas UU No.9 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama telah membawa perubahan besar terhadap kedudukan dan eksistensi Peradilan Agama di Indonesia. Di samping kewenangan yang telah diberikan dalam bidang hukum keluarga Islam, peradilan agama juga diberi wewenang menyelesaikan perkara dalam bidang ekonomi syariah yang meliputi perbankan syariah, lembaga keuangan mikro syariah, asuransi syariah, reasuransi syariah, resakdana syariah, obligasi syariah, dan surat berharga berjangka menengah syariah, sekuritas syariah.. pembiayaan

commit to user

(13)

syariah, pegadaian syariah, dana pensiun lembaga keuangan syariah, dan bisnis syariah.

Setelah peradilan agama diperluas kewenanganya untuk menyelesaikan perkara ekonomi syariah diprediksi akan banyak terjadi banyak terjadi di kemudian hari sengketa bisnis syariah. Oleh karena itu Mahkamah Agung RI dalam merealisasikan kewenangan baru peradilan agama tersebut telah menetapkan beberapa kebijakan antara lain :

1. Memperbaiki sarana dan prasarana lembaga peradilan agama hal-hal yang menyangkut fisik gedung maupun hal-hal yang menyangkut peralatan .

2. Meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia (SDM) peradilan agama dengan mengadakan kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi untuk mendidik para aparat peradilan agama, terutama para hakim dalam, bidang ekonomi syariah.

3. Membentuk hukum formil danmateriilagar menjadi pedoman bagi aparat peradilan agama dalam memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara ekonomi syariah.

4. Memenuhi sistem dan prosedur agar perkara yang menyangkut ekonomi syariah dapat dilaksanakan secara sederhana, mudah dan biaya ringan.

Keempat kebijakan Mahkamah Agung di atas merupakan pilar soko guru kekuasaan hakiman dalam melaksanakan fungsi peradilan yang diamanatkan pasal 24 UUD 1945 jo. UU No.4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Dengan lahirnya KHES berarti memositifkan dan mengunifikasikan hukum ekonomi syariah di Indonesia.

KHES diterbitkan dalam bentuk Peraturan Mahkamah Agung (Perma). No. 2 Tahun 2008 tentang commit to user

(14)

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. KHES ini sudah mengalami penyesuaian-penyesuaian ketentuan syariah yang sudah ada, semisal fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional). (Mardani, 2011:88).

d. Tinjauan Tentang Akad a. Pengertian Akad

Akad adalah pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan), dan kabul (pernyataan menerima ikatan), sesuai dengan kehendak syari’at yang berpegangan pada obyek perikatan. Demikian dijelaskan dalam Ensiklopedi Hukum Islam. ( Ali Hasan, 2003: 101)

b. Rukun Akad

Menurut Jumhur (mayoritas) Fukuha, rukun akad terdiri dari:

1. Pernyataan untuk mengikatkan diri (sighah al-aqd) 2. Pihak-pihak yang berakad

3. Obyek akad

Ulama Mazhab Hanafi berpendapat, bahwa rukun akad itu hanya satu yaitu sighah al-aqd, sedangkan pihak-pihak yang berakad dan obyek akad, tidak termasuk rukun akad, tetapi syarat akad. Sigh al-aqd merupakan rukun akad yang terpenting, karena melalui akad inilah diketahui maksut setiap pihak yang melakukan akad (transaksi). Sighah al-aqd dinyatakan melalui ijab dan kabul, dengan suatu ketentuan:

1. Tujuan akad itu harus jelas dan dapat dipahami 2. Antara ijab dan kabul harus dapat kesesuaian

3. Pernyataan ijab dan kabul itu harus sesuai dengan kehendak masing-masing, dan tidak boleh ada yang merugikan.

c. Syarat umum suatu akad commit to user

(15)

Para ulama fiqih menetapkan,ada beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam suatu akad, disamping setiap akad juga mempunyai syarat-syarat khusus.

Syarat-syarat umum suatu akad adalah :

1. Pihak yang melakukan akad telah dipandang mampu bertindak menurut hukum (mukallaf). Apabila belum mampu harus dilakukan oleh walinya.

2. Obyek akad itu, diakui oleh syara’. Obyek akad ini harus memenuhi syarat :

a. Berbentuk harta b. Dimiliki seseorang

c. Bernilai harta menurut syara’

3. Akad itu tidak dilarang oeleh nash syara’

4. Akad yang dilakukan itu memenuhi syarat-syarat khusus dengan akad yang bersangkutan, disamping harus memenuhi syarat-syarat umum. Syarat-syarat khusus, umpamanya syarat jual-beli berbeda dengan syarat sewa- menyewa

5. Akad itu bermanfaat.

6. Ijab tetap utuh sampai terjadi kabul.

7. Ijab dan kabul dilakukan dalam satu majelis, yaitu suatu keadaan yang menggambarkan proses suatu transaksi.

8. Tujuan akad itu harus jelas dan diakui oleh syara’. ( Ali Hasan, 2003: 105-108)

e. Tinjauan Tentang Jual-Beli ( Al Bai’) 1) Pengertian Jual-Beli

Pengertian jual beli dari segi etimologis adalah menukar harta dengan harta. Sedangkan pengertian dari istilah adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara tertentu (akad). (Lukman Hakim, 2012:110). Jual Beli artinya menjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan commit to user

(16)

sesuatu yang lain. Secara terminologi terdapat beberapa definisi diantaranya :

1. Oleh Ulama Hanafiyah didefinisikan dengan saling menukarkan harta dengan harta melalui cara tertentu”, atau tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.

2. Oleh Imam An-Nawawi didefinisikan dengan Saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik. ( Ali Hasan,2003: 114)

2) Dasar Hukum Jual-Beli

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :

“Padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba” (Qs Al-Baqarah:275)

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan dari Tuhanmu”(Qs Al-Baqarah:198)

“Kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu”(An-Nisa’:29)

Dalam Sabda Rasullulah disebutkan:

“Nabi Muhammad shallalahu alaihi wa sallam. Pernah ditanya: Apakah profesi yang paling baik? Rasullulah menjawab: “Usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual- beli yang diberkati”.(HR. Al-Barzaar dan Al-Hakim) Sabda Rasullulah :

“Pedagang yang jujur dan terpercaya sejajar (tempatnya di Surga dengan para Nabi, Siddiqin dan Syuhada.” (HR.

Tirmidzi)

3) Rukun Jual-Beli

Menurut Jumhur Ulama rukun jual-beli itu ada empat:

1. Orang yang berakad (penjual dan pembeli).

2. Sighat (Lafal ijab dan kabul).

3. Ada barang yang dibeli. commit to user

(17)

4. Ada nilai tukar pengganti barang. ( Ali Hasan,2003: 118) 4) Syarat Jual-Beli

1. Penjual dan Pembeli, baik penjual dan pembeli mempunyai syarat-syarat. Syarat-syaratnya adalah:

2. Berakal, agar dia tidak tertipu, orang yang gila termasuk tidak sah jual belinya

3. Dengan kehendak sendiri,bukan dipaksa (suka sama suka) 4. Tidak mubazir

5. Baligh

5) Uang dan benda yang dibeli, syaratnya yaitu : 1. Suci, barang najis tidak sah dijual .

2. Ada manfaatnya, tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada manfaatnya sebagaimana firman Allah SWT:

“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu saudara- saudara setan dan setan adalah sangat ingkar terhadap Tuhanya”

3. Barang itu dapat diserahkan. Tidak sah menjual suatu barang yang tidak dapat diserahkan kepada yang membeli.

4. Barang tersebut merupakan kepunyaan sipenjual, kepunyaan yang diwakilinya, atau yang mengusahakan.

Sebagaimana sabda Rasullulah Muhammad Shallalahu Alaihi Wa Sallam yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tarmizi,”Tidak sah jual beli selain mengenai barang yang dimiliki”

5. Barang tersebut diketahui oleh si penjual dan si pembeli zat, bentuk, kadar, (ukuran), dan sifat-sifat nya jelas sehingga antara keduanya tidak terajadi saling mengecoh. (Gemala, Wirdyaningsih dan Yeni , 2005:100).

6) Jual-beli yang batil menurut 3 Madzhab commit to user

(18)

Adapun yang termasuk dalam jual beli yang batil menurut ke tiga imam madzab adalah sebagai berikut :

a. Imam Syafi’i

1. Jual beli yang tidak ada barangnya.

2. Jual beli sesuatu yang tidak mungkin diadakan.

3. Jual beli gharar, yaitu jual beli yang mengandung unsur ketidak jelasan yang terjadi pada salah satu dari penjual ataupun pembeli.

4. jual beli sesuatu yang najis dan menajiskan.

b. Imam Abû Hanîfah

1. Jual beli sesuatu yang tidak diketahui (bay‘ al- majhûl)

2. Ketidaktahuan dalam hal barang, harga, waktu penyerahan (wasâ’il al-tawthîq).

3. Jual beli dengan syarat, misalnya seorang penjual berkata:“aku menjual rumah ini kepadamu, dengan syarat engkau tidak boleh menjual rumah ini kepada orang lain”

4. Jual beli sesuatu yang belum dilihat, diperbolehkan jika ada gambar, akan tetapi Imam Abû Hanîfah mensyaratkan adanya khiyâr (penentuan pembelian atau pembatalan) ketika barang telah ada. Imam Mâlik menyatakan bahwa ketika ciri-ciri barang yang dipesan ada pada barang tersebut, maka jual beli harus berlangsung. Akan tetapi jika barang yang ada tidak sesuai dengan gambar barang atau ciri- cirinya pada saat akad, maka pembeli mempunyai pilihan untuk melanjutkan jual beli atau membatalkannya.

commit to user

(19)

5. Jual beli aynah, yaitu menurut bahasa berarti meminjam atau berhutang.

c. Mâlikî adalah mencakup lima aspek

1. Berkaitan dengan dua belah pihak yang melakukan akad (âqidayn).

2. Berkaitan dengan harga.

3. Berkaitan dengan gharar.

4. Berkaitan dengan pembahasan tentang ribâ.

5. Berkaitan dengan jual beli yang dilarang, dan secara keseluruhan mencakup macam praktik jual beli, misalnya adalah jual beli makanan sebelum dimiliki, jual beli aynah, jual beli urbûn, jual beli hâdir li al- bâdy, jual beli barang yang telah diperjual belikan, jual beli pada masa salat Jumat, jual beli dengan syarat (bay‘ al-thanâyâ), dan lain sebagainya (Ika Yunia, 334:2015).

f. Tinjauan Tentang Bai’ As-Salam 1) Pengertian Bai’ As Salam

As salam atau disebut juga dengan as Salaf merupakan pembelian barang yang diserahkan kemudian hari sementara pembayaran dimuka. Jadi bai’ as salam merupakan jual beli utang dari pihak penjual, dan kontan dari pihak pembeli karena uangnya telah dibayarkan sewaktu akad.

a. Dasar Hukum.

Hadist :

Ibnu Abbas meriwayatkan, bahwa Rasullulah Muhammad Shallalahu Alaihi Wa sallam datang ke Madinah dimana penduduknya melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan (untuk jangka waktu) satu, dua, dan tiga tahun. Beliau berkata “Barang siapa yang melakukan salaf (salam), hendaklah ia melakukan dengan takaran yang jelas dan commit to user

(20)

timbangan yang jealas pula, untuk jangka waktu yang diketahui. (Gemala Dewi dan Yeni Salma, 2005:112)

Berdasarkan hadist yang diriwayatkan ‘Abdullah bin Abi Aufa berkata bahwa kami mempratekan salaf dengan orang-orang blasteran bangsa Syam pada biji gandum, beras dan kismis dengan takaran yang pasti sampai waktu yang pasti pula”. Aku tanyakan: Kepada siapa asalnya diserahkan?. Dia berkata: ”Kami tidak pernah menanyakan hal ini kepada mereka apakah mereka memiliki pertanian atau tidak.

b. Syarat Bai’ As Salam

Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah Pasal 101-102 Menentukan Syarat As salam adalah:

1. Jual-beli salam dapat dilakukan dengan syarat kuantitas dan kualitas barang sudah jelas.

2. Kuantitas barang dapat diukur dengan takaran atau timbangan dan atau meteran.

3. Spesifikasi barang yang dipesan harus diketahui secara sempurna oleh para pihak.

4. Bai’ as salam harus memenuhi syarat bahwa barang yang dijual, waktu, dan tempat penyerahan dinyatakan dengan jelas.

g. Tinjauan Tentang Wakalah 1) Pengertian wakalah

Menurut para fuqaha, wakalah berarti: “Pemberian kewenangan/kuasa kepada pihak lain tentang apa yang harus dilakukanya dan ia penerima kuasa kepada pihak lain tentang apa yang harus dilakukanya dan Ia (penerima kuasa) secara syar’i menjadi pengganti pemberi kuasa selama batas waktu yang ditentukan.

2) Dasar hukum

commit to user

(21)

Hadist.

Dalam kehidupan sehari-hari Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi Wa Sallam pernah mewakilkan kepada para sahabat untuk berbagai urusan. Di antaranya untuk membayarkan utangnya, menetapkan hukuman-hukuman, dan lain-lain. (Gemala Dewi dan Yeni Salma , 2005:209) Kemudian Berdasarkan Hadist yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah Ia berkata,”Aku hendak pergi menuju Khaibar lalu aku mendatangi Rasullulah Muhammad shallalahu ;alaihi wa sallam, aku mengucapkan kepada beliau, aku berkata,” aku ingin pergi ke Khaibar”. Maka Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Bila engkau mendatangi wakilku di Khaibar ambillah darinya 15 wasq kurma! Bila dia meminta bukti (bahwa engkau adalah wakilku) maka letakkanlah tanganmu diatas tulang bawah lehernya” (HR. Abu Daud. Menurut Ibnu Hajar sanad hadist ini hasan).

3) Rukun dan syarat wakalah

Dalam KHES rukun dan syarat wakalah terdapat dalam pasal 457 dan 462 yaitu :

1. Rukun wakalah terdiri atas : a. wakil;

b. muwakkil;

c. akad.

2. Syarat wakalah :

a) Orang yang menjadi penerima kuasa harus cakap bertindak hukum.

b) Orang yang belum cakap melakukan perbuatan hukum tidak berhak mengangkat penerima kuasa.

c) Seorang anak yang telah cakap melakukan perbuatan hukum yang berada dalam commit to user

(22)

pengampuan, tidak boleh mengangkat penerima kuasa untuk melakukan perbuatan yang merugikannya.

d) Seorang anak yang telah cakap melakukan perbuatan hukum yang berada dalam pengampuan, boleh mengangkat penerima kuasa untuk melakukan perbuatan yang menguntungkanya.

e) Seorang anak yang telah cakap melakukan perbuatan hukum yang berada dalam pengampuan, boleh mengangkat penerima kuasa untuk melakukan perbuatan yang mungkin untung dan mungkin rugi dengan seizin walinya.

h. Tinjauan Tentang Khiyar 1) Pengertian Khiyar

Secara etimologis, khiyar artinya memilih, menyisihkan, dan menyaring. Secara terminologis, dalam ilmu fiqh, khiyar artinya hak yang dimiliki orang yang melakukan kontrak untuk memilih yang terbaik di antara dua hal, yaitu meneruskan akad atau membatalkanya.

2) Macam Khiyar

1. Hak Pilih dilokasi perjanjian (Khiyarul Majlis/Option of Session).

Hak pilih ini merupakan hak pilih bagi pihak-pihak yang melakukan kontrak untuk membatalkan atau melanjutkanya sebelum beranjak dari lokasi kontrak.

Hak pilih dalam persyaratan (Khiyar Asy- Syarth/Option of condition). Hak pilih ini merupakan hak yang diminta oleh salah satu dari pihak-pihak yang terkait dalam kontrak, atau diminta setiap pihak untuk dirinya sendiri atau untuk pihak lain, untuk commit to user

(23)

menggagalkan perjanjian dalam jangka waktu tertentu.

2. Hak Pilih Melihat (Khiyar Al-Ru’yah/Option of Ibspection)

Hak pilih melihat adalah hak orang yang terikat dengan suatu kontrak yang belum melihat barang yang dijadikan obyek kontrak untuk menggagalkan kontrak itu jika ia melihatnya dan ternyata tidak sesuai dengan kehendaknya. Syarat berlakunya khiyar ini ada dua hal :

a. Sesuatu yang menjadi obyek kontrak harus didefinisikan secara jelas dan tertentu.

b. Karakteristik sesuatu yang dideskripsikan itu betul ada saat inspeksi dilakukan dan benda itu belum dilihat saat akad.

3. Hak pilih karena cacat (Khiyar ‘Aib/Option of Defect)

Hak pilih ini dimiliki oleh pihak-pihak yang terikat kontrak untuk menggagalkan kontrak tersebut apabila tersingkap adanya cacat pada objek kontrak yang sebelumnya tidak diketahui.

Syarat khiyar a’ib adalah objek cacat pada objek itu sudah ada sebelum ijab kabul kontrak, dan orang yang melakukan kontrak tidak mengetahui adanya cacat itu serta cacat itu menyebabkan berkurangnya nilai objek kontrak dipasaran umum. (Juhaya, 2012:122-124).

i. Tinjauan Tentang E-Commerce 1) Pengertian E-commerce

Dalam transaksi E-commerce yang saat ini dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan istilah commit to user

(24)

“Perniagaan Elektronik”. E-commerce merupakan perjanjian melalui online contract yang pada perinsipnya sama dengan perjanjian pada umumnya perbedaanya hanya terletak pada media dalam membuat perjanjian tersebut. Dalam E- commerce seorang penjual memberikan penawaran terhadap barang yang dimilikinya untuk dijual melalui media elektronik, yaitu Internet dengan memasukan penawaran tersebut dalam situs, baik yang Ia kelola sendiri untuk melakukan perdagangan atau memasukanya dalam situs lain.

(Gemala Dewi, 2005: 101) Penggolongan E-Commerce

Penggolongan e-commerce yang lazim dilakukan orang ialah berdasarkan sifat transaksinya .:

a. Business to business (B2B), adalah model e-commerce dimana pelaku bisnisnya adalah perusahaan, sehingga proses transaksi dan interaksinya adalah antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Contoh model e- commerce ini adalah beberapa situs e-banking yang melayani transaksi antar perusahaan.

b. Business to Consumer (B2C), adalah model e-commerce dimana pelaku bisnisnya melibatkan langsung antara penjual (penyedia jasa e-commerce) dengan individual buyers atau pembeli. Contoh model e-commerce ini adalah airasia.com.

c. Consumer to Consumer (C2C), adalah model e- commerce dimana perorangan atau individu sebagai penjual berinteraksi dan bertransaksi langsung dengan individu lain sebagai pembeli. Konsep e-commerce jenis ini banyak digunakan dalam situs online auction atau lelang secara online. Contoh portal ecommerce yang menerapkan konsep C2C adalah e-bay.com commit to user

(25)

d. Consumer to Business (C2B), adalah model e-commerce dimana pelaku bisnis perorangan atau individual melakukan transaksi atau interaksi dengan suatu atau beberapa perusahaan. Jenis e-commerce seperti ini sangat jarang dilakukan di Indonesia. Contoh portal e- commerce yang menerapkan model bisnis seperti ini adalah priceline.com. (Suyanto, 2003:45).

j. Tinjauan Tentang Dropshipping 1) Pengertian Dropshipping

Serguei Netessine dan Nils Rudi mengatakan bahwa dropshipping adalah a practice where the wholesaler stocks and owns the inventory and ships products directly to customers at retailers’ request. Artinya, sebuah praktik dimana pedagang grosir (supplier) menyediakan dan memiliki persediaan barang dan mengirim barang secara langsung kepada pembeli atas permintaan pengecer (dropshipper). (Serguei Netessine dan Nils Rudi,2006:844).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diketahui bahwa dropshipping Adalah suatu skema jual beli yang melibatkan tiga pihak utama, yaitu dropshipper, supplier danpPembeli.

Dropshipper menurut Black’s Law Dictionary, adalah a wholesaler who arranges to have goods shipped directly from a manufacturer to a customer. Dapat diartikan bahwa dropshipper ialah pedagang yang mengorganisasi supaya barang dikirim langsung dari produsen (supplier) kepada pembeli. Hal ini menunjukkan bahwa bukan dropshipper yang mengirim barang kepada pembeli, melainkan supplier.

Dropshipper hanyalah pihak yang mengiklankan dan menjual produk melalui toko online miliknya meskipun tidak memiliki barang tersebut. Supplier, menurut Black’s Law Dictionary, adalah:A person engaged, directly or indirectly, commit to user

(26)

in the bussiness of making a product available to consumers.

“The supplier may be the seller, the manufacturer, or any one else in the chain who makes the product available to the consumer.” 1 Julian B. McDonnel & Elizabeth J.Coleman, Commercial and Consumer Warranties 6.06[2], at 6-33 (1991). Artinya, seseorang yang terlibat langsung maupun tidak langsung, Dalam bisnis membuat produk tersedia untuk konsumen. Supplier bisa jadi adalah penjual, produsen, atau siapapun di dalam rangkaian alur transaksi yang membuat produk tersedia untuk konsumen. Dalam konteks dropshipping online, supplier adalah pemilik barang yang mengirimkan barang langsung kepada pembeli. Sehingga supplier itu tidak terbatas hanya produsen (manufacturer) saja, namun pedagang grosir bahkan pedagang eceran sangat dimungkinkan untuk menjadi supplier. Sedangkan pembeli adalah pihak yang membeli barang dengan melakukan transaksi lewat toko online milik dropshipper.

(etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99530).

2) Skema Dropshipping

Gambar 1.1 (Ery Agus, 2016: 6)

a. Dropshipper mengiklankan produk supplier ke berbagai media sosial atau toko online yang telah dibuat. Gambar commit to user

(27)

– gambar dan keterangan yang berkaitan dengan produk di iklankan didapat dari pihak supplier.

b. Pembeli (konsumen) kemudian melihat iklan penjualan barang dari dropshipper di berbagai media sosial.

c. Konsumen yang tertarik untuk membeli kemudian melakukan order (pesan) ke pihak dropshipper. Setelah melakukan pemesanan barang pihak dropshipper menanyakan ketersediaan barang yang dipesan konsumen kepada supplier. Setelah pihak konsumen dan dropshipper sepakat melakukan transaksi kemudian konsumen mentransfer sejumlah uang yang telah disepakati kepada dropshipper

d. Setelah menerima pembayaran dari pihak konsumen, dropshipper kemudian meneruskan pesanan barang ke pihak supplier dan mentransfer sejumlah harga barang yang dipesan konsumen ditambah dengan harga pengiriman barang.

e. Setelah supplier menerima pembayaran dan pesanan barang dari pihak dropshipper, maka pihak supplier kemudian memproses pesanan tersebut dengan melakukan pengepakan dan mengirimkan barang tersebut ke alamat konsumen dengan menggunakan jasa pengiriman. Di dalam paket pengiriman barang tersebut.

(Ery Agus, 2016: 6) k. Tinjauan Tentang Wanprestasi

1) Pengertian Wanprestasi

Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang artinya prestasi buruk. Wanprestasi adalah suatu sikap dimana seseorang tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur. R. Subekti commit to user

(28)

mengemukakan bahwa “wanprestasi” itu adalah kelalaian atau kealpaan yang dapat berupa 4 macam yaitu:

a) Tidak melakukan apa yang telah disanggupi akan dilakukanya.

b) Melaksanakan apa yang telah diperjanjikanya, tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan

c) Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat d) Melakukan suatu perbuatan yang menurut perjanjian

Adapun bentuk – bentuk dari wanprestasi yaitu:

a) Tidak memenuhi prestasi sama sekali. Sehubungan dengan debitur yang tidak memenuhi prestasinya maka dikatakan debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.

b) Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya. Apabila prestasi debitur masih dapat diharapkan pemenuhannya, maka debitur dianggap memenuhi prestasi tetap tidak tepat waktunya.

c) Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru.

Debitur yang memenuhi prestasi Tapi keliru, apabila prestasi yang keliru tersebut tidak dapat diperbaiki lagi maka debitur dikatakan tidak memenuhi prestasi sama sekali.( J. Satrio,1999,:84)

2) Wanprestasi Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pengetian Wanprestasi dalam KHES terdapat dalam buku II pasal 36 Yaitu :

“Pihak dapat dianggap melakukan ingkar janji, apabila karena kesalahannya:

a. tidak melakukan apa yang dijanjikan untuk melakukannya;

b. melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;

c. melakukan apa yang dijanjikannya, tetapi terlambat;

atau

d. melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

commit to user

(29)

Sanksi bagi pihak yang melakukan Wanprestasi terdapat dalam KHES pasal 38 dan 39 yaitu :

Pihak dalam akad yang melakukan ingkar janji dapat dijatuhi sanksi:

a. membayar ganti rugi;

b. pembatalan akad;

c. peralihan risiko;

d. denda; dan/atau

e. membayar biaya perkara Pasal 39

Sanksi pembayaran ganti rugi dapat dijatuhkan apabila : a. pihak yang melakukan ingkar janji setelah dinyatakan

ingkar janji, tetap melakukan ingkar janji;

b. sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya;

c. pihak yang melakukan ingkar janji tidak dapat membuktikan bahwa perbuatan ingkar janji yang dilakukannya tidak dibawah paksaan.

l. Tinjauan Tentang Ganti Rugi Menurut Hukum Islam

Ganti rugi sendiri dalam Islam dikenal dengan istilah daman. dalam menetapkan ganti rugi unsur-unsur yang paling penting adalah darar atau kerugian pada subyeknya.

Darar dapat terjadi pada fisik, harta atau barang, jasa dan juga kerusakan yang bersifat moral dan perasaan atau disebut dengan darar adabi termasuk didalamnya pencemaran nama baik. Tolak ukur ganti rugi baik kualitas maupun kuantitas sepadan dengan darar yang diderita pihak korban, walaupun dalam kasus-kasus tertentu pelipat gandaan ganti rugi dapat dilakukan sesuai dengan kondisi pelaku.

(repository.unpas.ac.id/33120/2/H.%20BAB%203.pdf diakses tanggal 22 April Pukul 14.00). Dan dalam Kompilasi Hukum Ekonomi syariah dalam Ketentuan Umum Pasal 20 dikatakan Ta’widh/ganti rugi adalah penggantian atas kerugian riil yang dibayarkan oleh pihak yang melakukan wanprestasi. commit to user

(30)

Sanksi pembayaran ganti rugi dapat dijatuhkan apabila : a. Pihak yang melakukan ingkar janji setelah dinyatakan

ingkar janji, tetap melakukan ingkar janji;

b. Sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya.

c. Pihak yang melakukan ingkar janji tidak dapat membuktikan bahwa perbuatan ingkar janji yang dilakukannya tidak dibawah paksaan. (Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah Pasal 20).

commit to user

(31)

B. Kerangka Pemikiran

Muamalah Islam

Ibadah

Hukum Islam

Legalitas Hukum

Dropship

-Keabsahan Dropship -Tanggung Jawab

Dropshipper Hukum Ekonomi

Islam

KHES FIQH

Fatwa DSN

wanprestasi

commit to user

(32)

Keterangan :

Kerangka berfikir di atas akan mencoba menjelaskan alur penulisan dalam menganalisis, menjabarkan serta menjawab rumusan permasalahan hukum yang akan dikaji. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif dan syariah Islam terbagi dua, yaitu ibadah dan muamalah yang dimana dalam hubungan muamalah ini syariah mengatur mengenai aktivitas ekonomi yang biasa disebut dengan hukum ekonomi Islam. Di sini Penulis akan menganalisis transaksi dropship ini berkaitan tentang legalitas transaksi dropship serta apabila dropshipper melakukan wanprestasi ditinjau dari hukum ekonomi Islam. Dan instrumen-instrumen yang digunakan untuk menganalisis transaksi dropship ini adalah KHES, fatwa DSN serta tinjauan FIQH. Sehingga kita akan mengetahui bagaimanakah keabsahan dari transaksi dropship ini serta bagaimanakah tanggung jawab dropshipper jika terjadi wanprestasi ditinjau dari hukum ekonomi Islam.

commit to user

Referensi

Dokumen terkait

Di sisi lain, modul evaluasi pada sistem pembelajaran cerdas dengan domain materi pembelajaran bahasa pemrograman, harus mampu mengevaluasi jawaban siswa atas pertanyaan

Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS., A.F.K selaku pembimbing utama, atas segala bimbingan, pengarahan, perhatian, dukungan moril, kesabaran dan waktu yang telah disediakan

system calls Local Remote UNIX file system NFS client NFS server UNIX file system Application program Application program NFS UNIX UNIX kernel. Virtual file system Virtual

Penelitian ini mempunyai tujuan antara lain untuk mengembangkan media pocket book yang layak digunakan pada pelajaran geografi kelas X dengan materi dinamika hidrosfer

Teknik pengendalian hama tungau yang ramah lingkungan sangat dibutuhkan pada masa-masa mendatang, terutama untuk mengatasi serangannya yang kemungkinan semakin

: Bahwa untuk melaksanakan Peraturan Gubernur Banten Nomor 17 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Sekolah Menengah Atas Negeri, Sekolah Menengah

1) Pengukuran kinerja meningkatkan mutu pengembalian keputusan. Pemerintah sering kali mengambil keputusan dengan keterbatasan data yang dan berbagai kepentingan politik

Menurut Engkos Kosasih (1985: 112) menyatakan bahwa mengoper bola dengan tangan dari bawah selain berguna untuk mengoper bola juga dapat digunakan untuk menerima bola