• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERKAIT PROTOKOL KESEHATAN PENCEGAHAN INFEKSI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERKAIT PROTOKOL KESEHATAN PENCEGAHAN INFEKSI COVID-19"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

MAZAYA ADANI AQITA 180100112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

MAZAYA ADANI AQITA 180100112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)

i

(4)

ii

Subhanahu wa ta’ala Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang mana karena karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tidak lupa pula penulis haturkan shalawat dan salam kepada junjungan kita nabi besar, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang-benderang..

Dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan, dukungan, motivasi, dan bimbingan serta arahan yang penulis dapatkan dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. dr. Muara Panusunan Lubis M.Ked(OG)., Sp.OG(K), selaku Dosen Pembimbing yang selalu bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, masukan, semangat, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. dr. M. Surya Husada M.Ked., Sp.KJ, selaku Ketua Penguji dan Dr. dr.

Melvin Nova Gunawanto Barus, M.Ked(OG)., Sp.OG(K)-KFM, selaku Anggota Penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. dr. Yoan Carolina Panggabean, MKT., selaku Dosen Penasehat Akademik penulis selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh dosen dan staff pengajar yang telah banyak mengajarkan dan memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(5)

iii skripsi ini dengan baik

7. Prof. dr. Aznan Lelo, Ph.D, Sp.FK yang telah memberikan saran dan motivasi kepada penulis hingga penulisan skripsi ini selesai dan kepada Ibu Rahmayanti Yusran, dr. Ega Ferara, dr. Trisna Dwi Lestari, dan dr. Leli Muyasaroh Marpaung yang tergabung ke dalam “Geng Praktik Buya Prof.

dr. Aznan Lelo, Ph.D, Sp.FK” yang terus memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

8. Teman-teman penulis, Indira Ulfa Dunand, Amelia Rizkika, Aisyah Aminy Lubis, Noor Sabrina Hidayat, Nurul Fitriyah Harahap, Sofie Arkania Avany, Audrey Fabianisa Mirza, Anggun Castika, Sabila Thoyibah Nasution, Erlina Yanti, Nurul Laili, dan yang lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan, semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Sejawat-sejawat saya, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2018, 2019, dan 2020 yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan sebagai masukan agar kedepannya menjadi lebih baik lagi.

Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat.

Medan, 2021 Hormat Saya,

Mazaya Adani Aqita 180100112

(6)

iv

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi... iv

Daftar Gambar ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Singkatan... viii

Abstrak ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Bagi Peneliti ... 5

1.4.2 Bagi Masyarakat ... 5

1.4.3 Bagi Ilmu Pengetahuan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 COVID-19 ... 6

2.1.1 Definisi ... 6

2.1.2 Etiologi ... 6

2.1.3 Epidemiologi ... 6

2.1.4 Faktor Risiko ... 7

2.1.5 Manifestasi Klinis ... 8

2.1.6 Patogenesis ... 10

2.1.7 Transmisi SARS-CoV-2 ... 10

2.1.8 Protokol Kesehatan Pencegahan Infeksi COVID-19 ... 11

2.2 Pengetahuan ... 13

2.2.1 Definisi ... 13

2.2.2 Tingkatan Pengetahuan ... 13

2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan ... 15

(7)

v

2.4 Kerangka Teori ... 18

2.5 Kerangka Konsep ... 19

BAB III METODOLOGI ... 20

3.1 Rancangan Penelitian ... 20

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 20

3.3 Populasi Dan Sampel ... 20

3.3.1 Populasi ... 20

3.3.2 Sampel ... 21

3.4 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi ... 21

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 21

3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 22

3.5 Teknik Pengambilan Sampel ... 22

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.6.1 Data primer ... 22

3.6.2 Data Sekunder ... 23

3.6.3 Instrumen Penelitian ... 23

3.7 Metode Analisis Data ... 23

3.8 Definisi Operasional ... 24

3.9 Alur Penelitian ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Distribusi Frekuensi Responden ... 27

4.2 Tingkat Pengetahuan ... 28

4.3 Tingkat Sikap ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

5.1 Kesimpulan ... 38

5.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 45

(8)

vi

2.1. Kerangka teori. ... 18 2.2. Kerangka konsep. ... 19 3.1. Alur penelitian. ... 26

(9)

vii

3.1 Data jumlah mahasiswa FK USU tahun 2020/2021. ... 20

3.2 Pembagian Jumlah Sampel Mahasiswa FK USU ... 22

3.3 Definisi operasional. ... 24

4.1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia. ... 27

4.2 Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. ... 28

4.3 Distribusi karakteristik responden berdasarkan angkatan. ... 28

4.4 Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan. ... 29

4.5 Rata-rata tingkat pengetahuan berdasarkan usia... 30

4.6 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan usia. ... 30

4.7 Rata-rata tingkat pengetahuan berdasarkan angkatan. ... 31

4.8 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan angkatan ... 31

4.9 Rata-rata tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin. ... 32

4.10 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin. ... 32

4.11 Distribusi responden berdasarkan tingkat sikap. ... 33

4.12 Rata-rata tingkat sikap berdasarkan usia. ... 34

4.13 Distribusi tingkat sikap responden berdasarkan usia ... 35

4.14 Rata-rata tingkat sikap berdasarkan angkatan. ... 35

4.15 Distribusi tingkat sikap responden berdasarkan angkatan. ... 36

4.16 Rata-rata tingkat sikap berdasarkan jenis kelamin. ... 36

4.17 Distribusi tingkat sikap responden berdasarkan jenis kelamin. ... 37

(10)

viii ARB : Angiotensin II Receptor Blockers

CDC : Centers for Disease Control and Prevention CFR : Case Fatality Rate

COVID-19 : Coronavirus Disease 2019 FK : Fakultas Kedokteran

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

KPCPEN : Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional PPOK : Penyakit Paru Obstruktif Kronis

RNA : Ribonucleic Acid

SARS-CoV-2 : Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 SPSS : Statistical Product and Service Solution

USU : Universitas Sumatera Utara WHO : World Health Organization

(11)

ix

mengurangi risiko penularan COVID-19 maka diterapkanlah protokol kesehatan yang saat ini sudah menjadi 5M. Masyarakat memiliki peran penting dalam mencegah penularan COVID-19.

Jika masyarakat, termasuk mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terkait protokol kesehatan maka risiko penularan COVID-19 akan berkurang.

Tujuan. Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terkait protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner online berupa google form. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala Guttman untuk tingkat pengetahuan dan skala Likert untuk sikap. Hasil. Dari penelitian ini didapatkan 15,6% mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 57,8% memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 26,7% memiliki tingkat pengetahuan kurang. Untuk tingkat sikap didapatkan 91,1% mahasiswa memiliki sikap yang baik, 7,8% memiliki sikap yang cukup, dan 1,1%

memiliki sikap yang kurang. Kesimpulan. Mayoritas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara memiliki tingkat pengetahuan yang cukup dan sikap yang baik terkait protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19.

Kata Kunci : COVID-19, Tingkat pengetahuan, Tingkat sikap, Protokol kesehatan

(12)

x

of COVID-19. If the community, including students as a part of community have good knowledge and attitudes regarding health protocols, the risk of COVID-19 transmission will be reduced.

Objective. To know the level of knowledge and attitudes of students at the Faculty of Medicine, University of North Sumatera regarding health protocols to prevent COVID-19 infection. Method.

This study is a descriptive study with a cross sectional approach. The sampling technique used is stratified random sampling. The data was collected using an online questionnaire by google form.

The assessment was carried out using the Guttman scale for the level of knowledge and the Likert scale for attitudes. Result. From this study, 15,6% students have a good level of knowledge, 57,8%

have a sufficient level of knowledge, and 26,7% have a low level of knowledge. For the attitude level, 91,1% students have a good attitude, 7,8% have a sufficient level of attitude, and 1,1% have a low level of attitude. Conclusion. Most students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatera have a sufficient level of knowledge and a good attitude toward COVID-19 prevention.

Keywords : COVID-19, Knowledge level, Attitude level, Health protocols

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Coronavirus Disease 2019 atau yang dikenal sebagai COVID-19 adalah penyakit pernafasan yang disebabkan oleh coronavirus yang baru diidentifikasi, SARS-CoV-2. Gejala COVID-19 bervariasi tergantung kasus tetapi biasanya meliputi demam, batuk kering dan kelelahan yang menyerupai gejala flu. Selain itu, beberapa pasien mungkin mengalami gejala seperti hidung tersumbat, sakit tenggorokan dan/atau diare . Berdasarkan penelitian diketahui bahwa COVID-19 terutama ditularkan melalui droplets di udara dan permukaan (ElBagoury et al., 2021).

Kasus COVID-19 pertama kali teridentifikasi di Kota Wuhan pada akhir Desember 2019 dan menjadi wabah pada Januari 2020 (Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, 2020) . World Health Organization (WHO) menyatakan wabah COVID-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020. Sejak pertama kali teridentifikasi pada akhir tahun 2019 hingga saat ini, kasus COVID-19 di dunia terus bertambah. Hingga 17 November 2021 sudah ada 254.256.432 kasus konfirmasi COVID-19 dari seluruh dunia yang dilaporkan ke WHO (WHO, 2021).

Indonesia melaporkan kasus konfirmasi COVID-19 pertama kali pada tanggal 2 Maret 2020. Hingga tanggal 29 April 2020 Indonesia sudah melakukan tes terhadap 67.784 kasus terduga, yang mana itu hanya 0,02% dari total populasi.

Dalam rentang waktu hampir 8 minggu sejak kasus pertama dilaporkan, angka tersebut setara dengan 247 tes per 1 juta penduduk. Hal ini membuat Indonesia menempati posisi kedua terbawah jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Sebagai pembanding, Singapura dan Malaysia masing masing memiliki hampir 20.000 dan 4.700 tes per 1 juta penduduk. Indonesia yang merupakan negara terbesar ke empat di dunia melaporkan angka kasus konfirmasi COVID-19 yang relatif kecil dibandingkan negara lain. Per 29 April 2020, data resmi menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 9.771 kasus konfirmasi dan 784

(14)

kasus kematian akibat infeksi COVID-19 dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 8%. Angka ini menyebabkan Indonesia menjadi yang tertinggi dibandingkan negara tetangga, dan menjadi nomor 9 di dunia (Empel et al., 2020)

Hingga tanggal 17 November 2021 kasus konfirmasi COVID-19 di Indonesia sudah mencapai total 4.251.945 kasus. Sebaran kasus terbanyak yaitu di DKI Jakarta dengan total 863.034 kasus (Data KPCPEN, 2021). Angka ini terus bertambah setiap harinya akibat transmisi secara langsung antar manusia melalui individu yang terinfeksi saat batuk, bersin, atau droplet saluran nafas atau aerosol.

Aerosol bisa memasuki paru-paru melalui inhalasi via hidung atau mulut. Transmisi secara tidak langsung juga dapat terjadi akibat menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi virus kemudian menyentuh wajah seperti mata, hidung, ataupun mulut (Yunara, 2021).

Untuk menekan laju pertambahan kasus COVID-19 di Indonesia maka diterapkanlah protokol kesehatan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 (Satgas COVID-19) menunjukkan bahwa risiko penularan COVID-19 bisa mencapai 100% jika protokol 3M tidak diterapkan. Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Prof. Wiku Adisasmito, mengatakan bahwa beberapa jurnal internasional menyatakan jika mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan risiko penularan sebesar 35%, sedangkan memakai masker kain dapat menurunkan risiko penularan sebesar 45%, memakai masker bedah dapat menurunkan risiko penularan sebesar 70%, dan menjaga jarak minimal 1 meter dapat menurunkan risiko penularan penularan sampai dengan 85%. Oleh karena itu pemerintah selalu menghimbau agar masyarakat mentaati 3M karena masyarakat juga memiliki peranan penting dalam upaya menekan angka penularan COVID-19. Bapak Wiku Adisasmito juga mengatakan bahwa kepatuhan terhadap protokol kesehatan akan lebih efektif dalam mencegah penularan COVID-19 jika dilakukan secara bersama (KPCPEN, 2021).

Pada 1 Februari 2021 Kementerian Kesehatan mengeluarkan update terbaru terkait protokol kesehatan melalui website resminya, yaitu perubahan protokol kesehatan dari 3M menjadi 5M yang terdiri dari memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Protokol

(15)

Kesehatan 5M ini bertujuan untuk mendukung 3M dalam mencegah penularan dan penyebaran COVID-19 di masyarakat (Kemenkes, 2021). Pada 30 Maret 2021 pemerintah juga telah mengeluarkan keputusan pelarangan mudik lebaran tahun 2021 bagi ASN, TNI, Polri, pegawai BUMN, dan pegawai swasta yang berlaku mulai 6-17 Mei 2021. Juru bicara Satgas penanganan COVID-19, Prof. Wiku Adisasmito, mengatakan keputusan ini diambil demi mencegah terjadinya lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia dan juga meningkatnya angka kematian akibat infeksi COVID-19 (KPCPEN, 2021).

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa peran masyarakat sangat penting dalam mencegah penularan infeksi COVID-19 ini terutama di Indonesia.

Edukasi yang baik kepada masyarakat juga diperlukan untuk memberikan informasi mengenai protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19, apa yang harus dilakukan dan apa manfaat yang akan diperoleh agar masyarakat memiliki tingkat pengetahuan dan sikap yang baik terhadap protokol kesehatan. Edukasi ini juga diperlukan karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui perubahan protokol kesehatan dari 3M menjadi 5M. Edukasi ini bisa dilakukan oleh siapa saja terutama oleh orang yang berlatar belakang di bidang kesehatan, contohnya seperti mahasiswa kedokteran. Mahasiswa kedokteran juga bisa berperan dalam edukasi mengenai protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19, mulai dari lingkungan keluarga sendiri, teman, dan bahkan masyarakat. Selain itu, hasil penelitian Afrianti dan Rahmiati (2021) menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat dengan tingkat pengetahuan tinggi, lebih patuh terhadap protokol kesehatan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap gambaran tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa kedokteran terutama mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19.

(16)

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terkait protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19?”

TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terkait protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai COVID-19 dan mengenai protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19 berdasarkan usia

2. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa berdasarkan angkatan

3. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa berdasarkan jenis kelamin

4. Mengetahui gambaran tingkat sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap penerapan protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19 berdasarkan usia 5. Mengetahui gambaran tingkat sikap mahasiswa berdasarkan

angkatan

6. Mengetahui gambaran tingkat sikap mahasiswa berdasarkan jenis kelamin

(17)

MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai COVID-19 dan protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19 serta menambah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian ilmiah.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bacaan mengenai COVID-19 dan protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19.

1.4.3 Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data ilmiah mengenai gambaran tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa kedokteran terkait protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19 dan menjadi gambaran apakah edukasi mengenai protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19 sudah efektif terutama di kalangan mahasiswa.

(18)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 COVID-19

2.1.1 Definisi

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh novel coronavirus yang disebut Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-2-CoV-2). SARS-CoV-2 yang sebelumnya disebut 2019-nCoV pertama kali diidentifikasi di tengah wabah penyakit pernafasan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Nama tersebut dipilih untuk menghindari stigmatisasi terhadap asal-usul virus dalam hal populasi, geografi, ataupun hubungannya dengan hewan (Cennimo, 2021).

2.1.2 Etiologi

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang tergolong ke dalam kelas beta-coronavirus bersama dengan Middle East Respiratory Syndrome coronavirus dan Severe Acute Respiratory Syndrome coronavirus. Coronavirus adalah salah satu organisme patogen utama yang memengaruhi system pernafasan manusia. Coronavirus merupakan virus Ribonucleic Acid (RNA) untai tunggal (single strand) positif dengan diameter sekitar 80-120 nm, selain itu coronavirus juga merupakan virus yang memiliki envelope. Sebelumnya diketahui ada 6 coronavirus yang menyebabkan infeksi pada manusia, namun sejak adanya SARS-CoV-2 maka ada 7 coronavirus yang menyebabkan infeksi pada manusia (Rauf et al., 2020)

2.1.3 Epidemiologi

Wabah COVID-19 awalnya hanya terjadi di Wuhan dan sekitarnya yaitu di Provinsi Hubei, lalu pada 19 Januari 2020 kasus impor pertama kali dilaporkan di Provinsi Guangdong. Pada 30 Januari 2020, COVID-19 telah menyebar ke seluruh

(19)

31 provinsi di China dan hingga 11 Februari 2020 dilaporkan ada 44.672 kasus (Jin et al., 2020).

Negara pertama di luar China yang melaporkan adanya kasus COVID-19 adalah Thailand, lalu diikuti oleh Jepang dan Korea Selatan yang kemudian berkembang ke negara-negara lain. Hingga tanggal 30 Juni 2020, WHO melaporkan ada 10.185.374 kasus konfirmasi di seluruh dunia. Negara yang paling banyak melaporkan kasus konfirmasi adalah Amerika Serikat, Brazil, Rusia, India, dan United Kingdom (Kemenkes, 2020).

Indonesia pertama kali melaporkan kasus COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020 dan jumlahnya masih terus bertambah hingga sekarang. Kementerian Kesehatan melaporkan ada 56.385 kasus konfirmasi COVID-19 sampai dengan tanggal 30 Juni 2020. Kasus konfirmasi COVID-19 lebih banyak ditemukan pada laki-laki dengan persentase sebesar 51,5%. Jika dilihat dari usia, kasus konfirmasi COVID-19 paling banyak terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia 0-5 tahun (Kemenkes, 2020).

2.1.4 Faktor Risiko

Berdasarkan data yang sudah ada, diketahui ada beberapa faktor risiko yang memengaruhi infeksi COVID-19 yaitu jenis kelamin laki-laki, perokok aktif, orang- orang yang memiliki penyakit komorbid seperti hipertensi dan diabetes mellitus.

Jenis kelamin laki-laki menjadi faktor risiko diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi pada laki-laki. Pada perokok, pasien dengan hipertensi dan diabetes mellitus, diduga ada peningkatan ekspresi reseptor ACE-2 (Susilo et al., 2020).

Berdasarkan jurnal literature review, diketahui faktor risiko infeksi COVID- 19 yaitu pasien dengan usia lanjut, jenis kelamin laki-laki, orang dengan penyakit komorbid hipertensi, kardiovaskuler, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan juga orang-orang dengan riwayat merokok. Faktor usia erat kaitannya dengan COVID-19 karena pada orang dengan usia lanjut terjadi proses degenerative anatomi dan fisiologi tubuh sehingga rentan terhadap penyakit,

(20)

imunitas menurun, ditambah lagi jika seseorang itu sudah mengidap penyakit penyerta sehingga kondisi tubuhnya akan lemah dan mudah terinfeksi COVID-19.

Selain itu orang dengan usia lanjut cenderung lalai dalam menerapkan protokol kesehatan COVID-19.

Untuk jenis kelamin, Chen (2020) menyatakan laki-laki lebih berisiko terinfeksi COVID-19 daripada perempuan karena faktor kromosom dan hormon.

Perempuan memiliki kromosom X dan hormone seks seperti progesterone yang berperan penting dalam imunitas bawaan dan adaptif. Selain itu laki-laki lebih sering keluar rumah karena bekerja daripada perempuan sehingga lebih rentan tertular COVID-19. Penyakit-penyakit komorbid seperti hipertensi, kardiovaskuler, dan PPOK menjadi faktor risiko akibat penggunaan ACE (Angiotensin-converting Enzyme) dan ARB (Angiotensin II Receptor Blockers) untuk pengobatan penyakit komorbidnya yang mana obat tersebut akan memicu masuknya SARS-CoV-2.

Selain itu, merokok juga menjadi faktor risiko karena meningkatkan reseptor ACE- 2 di tubuh yang juga merupkan reseptor SARS-CoV-2 (Hidayani, 2020).

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga menetapkan beberapa faktor risiko lain yaitu kontak erat, termasuk tinggal satu rumah dengan pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit. Tenaga medis juga merupakan salah satu populasi yang berisiko tinggi tertular COVID-19 (Susilo et al., 2020).

2.1.5 Manifestasi Klinis

Infeksi COVID-19 memiliki gejala yang berbeda dan bervariasi antar pasien. Beberapa orang memiliki gejala yang sangat berat, namun di sisi lain ada yang memiliki gejala sangat ringan bahkan tidak bergejala (Machhi et al., 2020).

Gejala biasanya muncul 2-14 hari setelah terpapar virus. CDC menyebutkan beberapa gejala COVID-19 yang bisa dijumpai pada pasien, diantaranya adalah demam, batuk, kesulitan bernafas, kelelahan, nyeri otot ataupun badan, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, flu, mual muntah, dan diare (CDC, 2021)

(21)

WHO (2020) membagi gejala COVID-19 ke dalam beberapa kelompok, yaitu : a. Gejala yang paling sering dijumpai

- Demam - Batuk kering - Kelelahan

b. Gejala yang lebih jarang dijumpai dan bisa mengenai beberapa pasien - Hilangnya kemampuan merasa dan mencium

- Hidung tersumbat

- Konjungtivitis (mata merah) - Nyeri tenggorokan

- Sakit kepala

- Nyeri otot atau sendi

- Ruam kulit dengan tipe yang berbeda - Mual atau muntah

- Diare - Pusing c. Gejala berat

- Sesak nafas

- Kehilangan nafsu makan - Kebingungan

- Nyeri atau tekanan di dada yang menetap - Demam (>38°C)

d. Gejala berat yang lebih jarang dijumpai - Cepat marah

- Kebingungan

- Kesadaran berkurang (kadang-kadang berhubungan dengan kejang) - Kecemasan

- Depresi

- Gangguan tidur

- Komplikasi neurologis yang lebih berat dan jarang seperti stroke, inflamasi otak, delirium, dan kerusakan saraf

(22)

2.1.6 Patogenesis

SARS-CoV-2 merupakan virus yang hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Dia tidak bisa hidup tanpa sel host. Proses masuk dan menempelnya virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada di permukaan virus. Pada studi SARS-CoV, protein S berikatan dengan reseptor ACE-2 di sel host (Yuliana, 2020). Protein S pada SARS-CoV memiliki afinitas ikatan yang kuat dengan ACE- 2 pada manusia. Pada analisis lebih lanjut, ditemukan bahwa SARS-CoV-2 memiliki pengenalan yang lebih baik terhadap ACE-2 pada manusia dibandingkan dengan SARS-CoV (Zhang et al., 2020).

Ketika SARS-CoV-2 sudah memasuki tubuh manusia maka dia akan berinteraksi dengan reseptor ACE-2 dan melepaskan RNA-nya ke dalam sel-sel epitel. Di dalam sel-sel epitel tersebut dia akan bereplikasi dan dilepaskan untuk menyebabkan infeksi yang lebih jauh ke sel-sel tetangga (neighboring cells) dan menyebar dari jalur hidung ke area alveolar di paru. Selanjutnya virus dari saluran pernafasan akan masuk ke dalam darah melalui sel-sel epitel yang terinfeksi dan akan beredar di sepanjang bagian-bagian tubuh yang lain termasuk otak, saluran pencernaan, jantung, ginjal dan hati yang kemudian bisa menyebabkan cerebral hemorrhage, gangguan saraf, stroke iskemik, koma, paralisis dan bahkan kematian.

Virus Sars-CoV-2 menginfeksi sel-sel epitel melalui ikatan dengan ACE-2 dan menginisiasi inflamasi lokal, aktivasi endotel, kerusakan jaringan, dan gangguan pelepasan sitokin (Singh et al., 2020).

2.1.7 Transmisi SARS-CoV-2

Menurut WHO (2020), ada beberapa kemungkinan cara transmisi SARS- CoV-2 yaitu melalui kontak, droplet (percikan), udara (airborne), fomit, fekal-oral, melalui darah, ibu ke anak, dan juga dari binatang ke manusia.

a. Tranmisi Kontak dan Droplet

Transmisi melalui kontak bisa terjadi baik melalui kontak langsung, tidak langsung, ataupun kontak erat (berada dalam jarak 1 meter) dengan

(23)

orang yang terinfeksi melalui sekresi seperti air liur atau melalui droplet saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau menyanyi.

b. Tansmisi melalui Udara

Transmisi melalui udara terjadi akibat penyebaran droplet nuclei (aerosol) yang tetap infeksius saat melayang di udara dan bergerak hingga jarak yang jauh. Selain itu transmisi melalui udara juga dapat terjadi selama pelaksanaan prosedur medis yang menghasilkan aerosol. Sebenarnya masih banyak hipotesis terkait penularan secara aerosol ini, apakah memang dapat ditularkan melalui aerosol, berapa banyak SARS-CoV-2 hidup yang diperlukan dari aerosol ini untuk menyebabkan infeksi pada orang lain, berapa lama RNA virus SARS-CoV-2 bertahan di udara, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu WHO bersama dengan para ilmuwan terus secara aktif mendiskusikan dan mengevaluasi apakah SARS-CoV-2 juga dapat menyebar melalui aerosol.

c. Transmisi Fomit

Droplet yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi dapat mengontaminasi permukaan dan benda, sehingga terbentuk fomit (permukaan yang terkontaminasi). SARS-CoV-2 di permukaan dan benda dapat bertahan selama berjam-jam hingga berhari-hari, tergantung lingkungan sekitarnya (termasuk suhu dan kelembapan) dan jenis permukaan. Transmisi dapat terjadi secara tidak langsung melalui lingkungan sekitar atau menyentuh benda-benda yang terkontaminasi virus dari orang yang terinfeksi lalu kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata.

2.1.8 Protokol Kesehatan Pencegahan Infeksi COVID-19

Pencegahan kasus infeksi COVID-19 sudah dilakukan dengan berbagai cara, baik secara global, nasional maupun wilayah. Pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Kementerian Dalam Negeri RI (2020) untuk mewajibkan masyarakat melakukan isolasi diri guna memutus mata rantai penyebaran virus ini.

Selain itu pemerintah juga mengeluarkan kebijakan penerapan karantina negara,

(24)

karantina wilayah dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) bagi wilayah- wilayah yang berstatus zona merah. Namun mengingat besarnya dampak terhadap perekonomian akibat diberlakukannya PSBB maka pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yaitu New Normal dengan memperhatikan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 (Afrianti dan Rahmiati, 2021).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19 demi mencegah penularan COVID-19 dan melonjaknya kasus COVID-19 di Indonesia. Protokol kesehatan yang dikeluarkan pada tanggal 18 November 2020 adalah 3M, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan pakai sabun, dan menjaga jarak. (Kemenkes, 2020). Pada 1 Februari 2021 protokol kesehatan 3M dilengkapi menjadi 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumuman, dan mengurangi mobilitas (Kemenkes, 2021).

Pemakaian masker pada komunitas secara substansial mengurangi penularan SARS-CoV-2 dengan 2 cara. Pertama, masker mencegah orang yang terinfeksi agar tidak memaparkan SARS-CoV-2 kepada orang lain dengan menghalangi ekshalasi droplets yang mengandung virus ke udara. Cara ini disebut source control (kontrol sumber). Kedua, masker melindungi pemakai yang tidak terinfeksi yaitu dengan cara membentuk penghalang terhadap droplets pernafasan yang besar yang bisa mendarat di membran mukosa yang terbuka dari mata, hidung, dan mulut. Masker juga bisa menyaring sebagian dari droplets dan partikel-partikel kecil dari udara yang dihirup. Serupa dengan prinsip herd immunity, semakin banyak masyarakat yang memakai masker maka akan semakin besar manfaatnya bagi setiap individu. Jika penggunaan masker dikombinasikan dengan tindakan pencegahan lainnya yang direkomendasikan maka itu akan melindungi tidak hanya pemakainya tetapi juga melindungi komunitas yang lebih luas (Brooks and Buttler, 2021).

(25)

2.2 PENGETAHUAN

2.2.1 Definisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, berhubungan dengan kepandaian. Menurut Notoatmodjo (2014), pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

2.2.2 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan tiap orang akan berbeda-beda tergantung bagaimana penginderaannya masing-masing terhadap objek atau sesuatu. Secara garis besar terdapat 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :

a. Tahu (know)

Pengetahuan yang dimiliki hanya sebatas mengingat kembali apa yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kemampuan pengetahuan pada tingkatan ini adalah seperti menguraikan, menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan. Contoh tahapan ini antara lain : menyebutkan definisi pengetahuan, menyebutkan definisi rekam medis, atau menguraikan tanda dan gejala suatu penyakit b. Memahami (comprehension)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan tentang objek atau sesuatu dengan benar.

Seseorang yang telah faham tentang pelajaran atau materi yang telah diberikan maka akan dapat menjelaskan, menyimpulkan, dan menginterpretasikan objek atau sesuatu yang telah dipelajarinya tersebut.

(26)

Contohnya ialah dapat menjelaskan tentang pentingnya dokumen rekam medis.

c. Aplikasi (application)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini yaitu dapat mengaplikasikan atau menerapkan materi yang telah dipelajarinya pada situasi kondisi nyata atau sebenarnya. Misalnya melakukan assembling (merakit) dokumen rekam medis atau melakukan kegiatan pelayanan pendaftaran

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen yang ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis yang dimiliki seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), memisahkan dan mengelompokkan, membedakan atau membandingkan. Contoh tahap ini adalah menganalisis dan membandingkan kelengkapan dokumen rekam medis menurut metode Huffman dan metode Hatta.

e. Sintesis (synthesis)

Pengetahuan yang dimiliki adalah kemampuan seseorang dalam mengaitkan berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang ada menjadi suatu pola baru yang lebih menyeluruh. Kemampuan sintesis ini seperti menyusun, merencanakan, mengategorikan, mendesain, dan menciptakan.

Contohnya membuat desain form rekam medis dan menyusun alur rawat jalan atau rawat inap

f. Evaluasi (evaluation)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini berupa kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Evaluasi dapat digambarkan sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif keputusan.

Tahapan pengetahuan tersebut menggambarkan tingkatan pengetahuan yang dimiliki seseorang setelah melalui berbagai proses seperti mencari, bertanya, mempelajari atau berdasarkan pengalaman.

(27)

2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) ada beberapa faktor yang memnegaruhi pengetahuan, yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan seseorang yang berlangsung seumur hidup baik di dalam sekolah (formal) maupun di luar sekolah (non formal). Pendidikan juga merupakan sebuah proses pengubahan sikap, tata laku dan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

b. Informasi/media massa

Ada beberapa definisi yang berbeda mengenai informasi karena pada hakikatnya informasi tidak dapat diuraikan. Ada kamus yang menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, tapi ada pula yang menyatakan bahwa informasi adalah transfer pengetahuan. Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal ataupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menyebabkan perubahan atau peningkatan pengetahuan

c. Sosial, budaya, dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan itu baik atau buruk.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu di sekitar individu, baik lingungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap masuknya pengetahuan ke dalam individu dalam lingkungan tersebut.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu.

(28)

f. Usia

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2.3 SIKAP

2.3.1 Definisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sikap adalah perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian, keyakinan. Sikap juga diartikan sebagai suatu respons yang muncul dari seorang individu terhadap suatu objek yang kemudian memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut dengan cara- cara tertentu (Azwar, 2010). Sikap digunakan sebagai prediktor dari perilaku yang merupakan respons seseorang ketika menerima stimulus dari lingkungannya (Nurmala et al., 2018).

2.3.2 Tingkatan Sikap

Sikap lebih bersifat sebagai reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Sikap dibagi dalam beberapa tingkatan, yaitu :

a. Menerima (receiving)

Terjadi jika individu tersebut memiliki kemauan untuk memperhatikan stimulus yang diterima.

b. Merespons (responding)

Terjadi jika individu telah memberikan reaksi yang tampak pada perilakunya terhadap stimulus yang diterima.

c. Menghargai (valuing)

Terjadi jika individu mulai memberikan penghargaan pada stimulus yang diterima dan meneruskan stimulus tersebut pada orang yang lainnya.

(29)

d. Bertanggung jawab (responsible)

Terjadi jika individu telah menerima segala konsekuensi dari pilihannya dan bersedia untuk bertanggung jawab (Nurmala et al., 2018).

2.3.3 Faktor-faktor yang memengaruhi sikap

Menurut Azwar (2013) faktor- faktor yang memengaruhi sikap terhadap objek sikap antara lain :

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap. Oleh karena itu pengalaman pribadi yang melibatkan faktor emosional akan lebih mudah membentuk sikap.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting dikarenakan keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang tersebut.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan juga tanpa disadari ikut memengaruhi sikap individu terhadap berbagai masalah karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakatnya.

d. Media massa

Dalam pemberitaan melalui media massa berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan agama sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga tidak mengherankan jika konsep tersebut memengaruhi sikap.

(30)

f. Faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.4 KERANGKA TEORI

Faktor yang memengaruhi pengetahuan : a. Pendidikan b. Informasi/media

massa

c. Sosial, budaya, dan ekonomi d. Lingkungan e. Pengalaman f. Usia

Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan

Faktor yang

memengaruhi sikap : a. Pengalaman

pribadi

b. Pengaruh orang lain yang

dianggap penting c. Pengaruh

kebudayaan d. Media massa e. Lembaga

pendidikan dan lembaga agama f. Faktor emosional Sikap

Tingkat Sikap Protokol

Kesehatan Pencegahan Infeksi COVID-19

Gambar 2.1. Kerangka teori.

(31)

2.5 KERANGKA KONSEP

Pengetahuan Mahasiswa

Sikap Mahasiswa Protokol Kesehatan

Pencegahan Infeksi COVID-19

Gambar 2.2. Kerangka konsep.

(32)

20 BAB III METODE

3.1 RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional untuk menggambarkan tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terkait protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19.

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada bulan Maret 2021 hingga November 2021. Waktu pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2021 hingga jumlah sampel terpenuhi.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2018, 2019, dan 2020 yang berjumlah 760 orang.

Tabel 3.1. Data jumlah mahasiswa FK USU tahun 2020/2021.

Angkatan Jumlah Mahasiswa (orang)

2018 254

2019 243

2020 263

Jumlah 760

(33)

3.3.2 Sampel

Pada penelitian ini besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin digunakan untuk menghitung besar sampel dari populasi yang jumlahnya sudah diketahui secara pasti. Populasi pada penelitian ini berjumlah 760 orang.

Rumus Slovin sebagai berikut :

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁𝑒2 Keterangan :

n = Besar sampel N = Jumlah populasi

e = Batas toleransi kesalahan (Margin of error)

Berdasarkan rumus Slovin maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah

𝑛 = 760

1 + 760 (0,1)2

= 760 8,6

= 88,37 dibulatkan menjadi 90

Maka berdasarkan perhitungan rumus di atas, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini berjumlah 90 orang yang terdiri dari mahasiswa FK USU angkatan 2018, 2019, dan 2020.

3.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

3.4.1 Kriteria Inklusi

 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2018, 2019, dan 2020 yang aktif kuliah dan tidak sedang mengambil cuti akademik.

(34)

 Bersedia menjadi responden.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

 Tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

3.5 TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified random sampling yaitu proses pengambilan sampel dimana populasi dibagi terlebih dahulu ke dalam strata lalu dipilih sampel acak sederhana dari setiap strata dan digabungkan untuk menjadi sampel (Masturoh dan Anggita, 2018).

Berdasarkan rumus Slovin di atas maka jumlah sampel minimal yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah 90 orang dan untuk jumlah minimal sampel dari setiap strata akan disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.2. Pembagian Jumlah Sampel Mahasiswa FK USU.

No Angkatan Jumlah Populasi Mahasiswa

Sampel Minimal

1. 2018 254 30

2. 2019 243 30

3. 2020 263 30

Jumlah 760 90

3.6 METODE PENGUMPULAN DATA 3.6.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber datanya, bisa dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, diskusi kelompok terarah, dan penyebaran kuesioner (Masturoh dan Anggita, 2018). Dalam penelitian ini data primer digunakan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa FK USU terkait protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19.

(35)

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah ada seperti jurnal, lembaga, laporan, dan lain-lain. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari pihak fakultas mengenai jumlah mahasiswa FK USU angkatan 2018, 2019, dan 2020 yang masih aktif kuliah.

3.6.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner gambaran tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terkait protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19.

Kuesioner ini terdiri dari 12 pertanyaan untuk tingkat pengetahuan dan 12 pertanyaan untuk sikap yang sudah valid dan reliable.

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada 30 responden yang memiliki karakter yang mirip dengan sampel lalu dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS). Suatu pertanyaan atau pernyataan di dalam kuesioner dikatakan valid jika nilai p < 0,05 atau r hitung > r tabel. Sedangkan untuk uji reliabilitas, suatu kuesioner dikatakan reliable jika nilai alpha > 0,6.

3.7 METODE ANALISIS DATA

Pada penelitian ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan sistem komputerisasi menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing

Tahapan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

2. Coding

Peneliti memberi kode secara manual terhadap data yang telah terkumpul dan sudah diperiksa ketepatan dan kelengkapannya sebelum diolah ke dalam komputer.

(36)

3. Entry

Data yang telah diperiksa kemudian dimasukkan ke dalam program perangkat lunak statistik.

4. Cleaning

Pemeriksaan kembali semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

Penyimpanan data untuk dianalisis 3.8 DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.3. Definisi operasional.

No. Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Operasional

Cara Pengukuran

Hasil Pengukuran

Skala Data 1. Jenis

Kelamin

Tanda fisik yang

teridentifikasi pada

responden yang dibawa sejak lahir

Kuesioner - 1. Laki-laki

2. Perempuan

Nominal

2. Umur Lama waktu

hidup responden sejak dilahirkan hingga ulang tahun terakhir

Kuesioner - Umur dalam

tahun

Rasio

(37)

3. Angkatan Tahun masuk responden untuk berkuliah di FK USU

Kuesioner - 1. Angkatan

2018 2. Angkatan 2019 3. Angkatan 2020

Ordinal

4. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui responden terkait protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19

Kuesioner Skala Guttman Benar : 1 Salah : 0

1. Pengetahuan baik (76% - 100%)

2. Pengetahuan cukup (56% - 75%)

3.Pengetahuan kurang (<56%) (Arikunto, 2010)

Ordinal

5. Sikap Tanggapan responden terhadap protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19

Kuesioner Skala Likert Pernyataan positif SS : 4 S : 3 TS : 2 STS : 1 Pernyataan negatif STS : 4 TS : 3 S : 2 SS : 1

1. Sikap baik (76% - 100%) 2. Sikap cukup (56% - 75%) 3. Sikap kurang (<56%)

(Budiman, 2013)

Ordinal

(38)

3.9 ALUR PENELITIAN

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Sampel Penelitian Kriteria

Inklusi

Kriteria Eksklusi

Penyebaran kuesioner secara

online

Pengisian kuesioner oleh responden

Analisis Hasil Data

Gambar 3.1. Alur penelitian.

(39)

27 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan secara online di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan cara menyebarkan kuesioner melalui media sosial. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 90 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang terbagi menjadi 30 orang angkatan 2018, 30 orang angkatan 2019, dan 30 orang angkatan 2020.

4.1 DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN

Gambaran karakteristik responden yang diamati adalah umur, jenis kelamin, dan angkatan. Distribusi frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1, tabel 4.2, dan tabel 4.3.

Tabel 4.1. Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia.

Usia Frekuensi Persentase (%)

18 14 15,6

19 17 18,9

20 32 35,6

21 23 25,6

22 3 3,3

23 1 1,1

Total 90 100

Pada tabel 4.1 terlihat bahwa mayoritas responden berusia 20 tahun yaitu sebanyak 32 orang (35,6%), diikuti usia 21 tahun sebanyak 23 orang (25,6%) kemudian usia 19 tahun sebanyak 17 orang (18,9%), usia 18 tahun sebanyak 14 orang (15,6%), usia 22 tahun sebanyak 3 orang (3,3%), dan yang paling sedikit adalah usia 23 tahun yaitu hanya 1 orang (1,1%).

(40)

Tabel 4.2. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 45 50

Perempuan 45 50

Total 90 100

Pada tabel 4.2 terlihat bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin laki- laki sama banyak dengan jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu 45 orang (50%) masing-masing.

Tabel 4.3. Distribusi karakteristik responden berdasarkan angkatan.

Angkatan Frekuensi Persentase (%)

2018 30 33,3

2019 30 33,3

2020 30 33,3

Total 90 100

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa jumlah responden tiap angkatan adalah sama banyak, yaitu 30 orang angkatan 2018 (33,3%), 30 orang angkatan 2019 (33,3%), dan 30 orang angkatan 2020 (33,3%).

4.2 TINGKAT PENGETAHUAN

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang (Arikunto, 2010).

a. Baik

Tingkat pengetahuan dikatakan baik jika persentase jawaban benar responden sebesar 76% - 100%

b. Cukup

Tingkat pengetahuan dikatakan cukup jika persentase jawaban benar responden sebesar 56% - 75%.

(41)

c. Kurang

Tingkat pengetahuan dikatakan kurang jika persentase jawaban benar responden lebih kecil dari 56%.

Tabel 4.4. Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan.

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 16 17,8

Cukup 59 65,6

Kurang 15 16,7

Total 90 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 59 orang (65,6%) kemudiaan diikuti dengan tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 16 orang (17,8%), dan minoritas responden memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 15 orang (16,7%).

Hal ini sejalan dengan penelitian Pratywi (2021) yang menyatakan bahwa mayoritas mahasiswa Universitas Sumatera Utara memiliki tingkat pengetahuan cukup dan juga penelitian Baloran (2020) terhadap mahasiswa di Filipina Selatan yang menyatakan bahwa mayoritas mahasiswa memiliki pengetahuan yang cukup.

Penelitian Sitorus & Perangin-angin (2020) terhadap orang dewasa yang mayoritas berlatar belakang kesehatan juga menunjukkan hasil yang sejalan yaitu mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup mengenai COVID-19. Menurut saya tingkat pengetahuan cukup pada mahasiswa FK USU ini disebabkan banyak sekali informasi mengenai COVID-19 yang beredar terutama di media sosial, akan tetapi tidak semua informasi itu berasal dari sumber terpercaya sehingga banyak orang yang tanpa sadar mendapatkan informasi yang salah. Penelitian di Saudi Arabia menunjukkan hasil yang tidak terlalu sesuai dimana hampir seluruh mahasiswa kedokteran memiliki tingkat pengetahuan yang baik (Alsoghair et al., 2021).

(42)

Tabel 4.5. Rata-rata tingkat pengetahuan berdasarkan usia.

Usia Pengetahuan

n Mean SD

18 14 67,36 8,949

19 17 65,35 16,930

20 32 70,34 16,798

21 23 68,48 11,069

22 3 61 12,767

23 1 58 -

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa rata-rata pengetahuan tertinggi dimiliki oleh responden berusia 20 tahun (70,34%) dan rata-rata pengetahuan terendah dimiliki oleh responden berusia 19 tahun (65,35%). Hal ini sejalan dengan penelitian Ferdous et al., (2020) yang menyatakan bahwa pengetahuan yang lebih akurat secara signifikan terhadap COVID-19 lebih mungkin terjadi pada responden yang lebih muda yaitu yang berusia 12-20 tahun daripada yang berusia 21-30 tahun.

Responden usia 23 tahun tidak bisa dikatakan memiliki rata-rata tingkat pengetahuan yang paling rendah karena hanya terdiri dari 1 orang sehingga tidak dapat menggambarkan populasi yang berusia 23 tahun secara keseluruhan.

Tabel 4.6. Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan usia.

Usia

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

18 0 0 12 85,7 2 14,3 14 100

19 4 23,5 7 41,2 6 35,3 17 100

20 9 28,1 18 56,3 5 15,6 32 100

21 3 13 19 82,6 1 4,3 23 100

22 0 0 2 66,7 1 33,3 3 100

23 0 0 1 100 0 0 1 100

(43)

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa kelompok usia dengan proporsi tingkat pengetahuan baik yang paling tinggi adalah usia 20 tahun (28,1%), untuk tingkat pengetahuan cukup adalah usia 18 tahun (85,7%) dan untuk tingkat pengetahuan kurang adalah usia 19 tahun (35,3%). Kelompok usia 23 tahun tidak bisa dianggap memiliki proporsi tingkat pengetahuan cukup yang paling tinggi dikarenakan sampelnya yang terlalu sedikit sehingga tidak dapat merepresentasikan kelompok usia 23 tahun secara keseluruhan.

Tabel 4.7. Rata-rata tingkat pengetahuan berdasarkan angkatan.

Angkatan

Pengetahuan

n Mean SD

2018 30 68,60 12,159

2019 30 70,60 17,369

2020 30 64,83 12,315

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa angkatan 2019 memiliki rata rata tingkat pengetahuan yang lebih tinggi (70,60%) dibandingkan angkatan 2018 (68,60%), sedangkan angkatan 2020 memiliki rata-rata tingkat pengetahuan yang paling rendah (64,83%).

Tabel 4.8. Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan angkatan

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan bahwa angkatan dengan proporsi tingkat pengetahuan baik yang paling tinggi adalah angkatan 2019 (33,3%), untuk tingkat

Angkatan

Tingkat Pengetahuan

Total Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

2018 5 16,7 22 73,3 3 10 30 100 2019 10 33,3 15 50 5 16,7 30 100 2020 1 3,3 22 73,3 7 23,3 30 100

(44)

pengetahuan cukup adalah angkatan 2018 dan 2020 yang memiliki proporsi yang sama (73,3%) dan untuk tingkat pengetahuan kurang adalah angkatan 2020 (23,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian Noreen et al., (2020) yang menunjukkan bahwa mahasiswa tahun ke-2 memiliki pengetahuan yang tidak adekuat dibandingkan dengan mahasiswa tahun ke-3 dan ke-4. Penelitian Albaqawi et al.

(2020) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa meningkat seiring mereka naik ke kelas yang lebih tinggi pada tingkatan akademik, hal ini kurang sesuai dengan hasil yang didapatkan pada penelitian ini.

Tabel 4.9. Rata-rata tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin.

Jenis Kelamin

Pengetahuan

n Mean SD

Laki-laki 45 63,53 13,920

Perempuan 45 72,49 13,159

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan bahwa rata-rata pengetahuan perempuan (72,49%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (63,53%).

Tabel 4.10. Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin.

Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan

Total Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

Laki-laki 5 11,1 29 64,4 11 24,4 45 100 Perempuan 11 24,4 30 66,7 4 8,9 45 100

Berdasarkan tabel 4.10 didapatkan bahwa jenis kelamin dengan proporsi tingkat pengetahuan baik yang paling tinggi adalah perempuan (24,4%), untuk tingkat pengetahuan cukup juga perempuan (66,7%), sedangkan untuk tingkat pengetahuan kurang adalah laki-laki (24,4%). Hal ini menunjukkan tingkat pengetahuan perempuan lebih baik dari laki-laki. Penelitian Noreen et al. (2020) pada mahasiswa kedokteran di Pakistan menunjukkan hasil yang sesuai dimana perempuan memiliki pengetahuan yang adekuat dibandingkan laki-laki dan

(45)

penelitian Azlan et al. (2020) juga menunjukkan bahwa perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik.

4.3 TINGKAT SIKAP

Tingkat sikap dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang (Budiman, 2013).

a. Baik

Sikap dikatakan baik jika persentase jawaban benar responden sebesar 76%

- 100%.

b. Cukup

Sikap dikatakan cukup jika persentase jawaban benar responden sebesar 56% - 75%.

c. Kurang

Sikap dikatakan kurang jika persentase jawaban benar responden lebih kecil dari 56%.

Tabel 4.11. Distribusi responden berdasarkan tingkat sikap.

Tingkat Sikap Frekuensi Persentase (%)

Baik 82 91,1

Cukup 7 7,8

Kurang 1 1,1

Total 90 100

Berdasarkan tabel 4.11 didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki sikap yang baik terkait protokol kesehatan pencegahan infeksi COVID-19 yaitu sebanyak 82 orang (91,1%), sedangkan untuk sikap yang cukup ada 7 orang (7,8%) dan untuk sikap yang kurang hanya ada 1 orang (1,1%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rasyid (2021) yang menyatakan bahwa mayoritas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara memiliki tingkat sikap yang positif. Penelitian yang dilakukan Alzoubi et al., (2020) di Jordan juga menyatakan secara keseluruhan mahasiswa kedokteran dan bukan kedokteran memiliki tingkat sikap yang tinggi terkait pencegahan infeksi COVID-19. Hasil penelitian ini kurang

(46)

sesuai dengan penelitian Pratywi (2021) yang menyatakan mayoritas mahasiswa Universitas Sumatera Utara memiliki tingkat sikap yang sedang atau cukup.

Tabel 4.12. Rata-rata tingkat sikap berdasarkan usia.

Usia Sikap

n Mean SD

18 14 88,71 6,799

19 17 85,06 11,621

20 32 87,84 13,306

21 23 89,57 7,121

22 3 79 20,075

23 1 98 -

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa rata-rata tingkat sikap tertinggi dimiliki oleh responden berusia 21 tahun (89,57%) dan rata-rata tingkat sikap terendah dimiliki oleh responden berusia 19 tahun (85,06%). Responden usia 23 tahun tidak bisa dianggap memiliki rata-rata tingkat sikap paling tinggi karena respondennya hanya 1 orang sehingga tidak dapat menggambarkan populasi yang berusia 23 tahun secara keseluruhan, begitu pula usia 22 tahun tidak bisa dianggap memiliki rata-rata pengetahuan paling rendah. Untuk rata-rata tingkat sikap usia 18 dan 20 tahun tidak terlalu jauh berbeda. Penelitian Maheshwari et al. (2020) menyatakan responden usia 21-23 tahun memiliki skor sikap yang lebih tinggi dari kelompok usia lainnya.

(47)

Tabel 4.13. Distribusi tingkat sikap responden berdasarkan usia

Usia

Tingkat Sikap

Total Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

18 13 92,9 1 7,1 0 0 14 100

19 14 82,4 3 17,6 0 0 17 100

20 29 90,6 2 6,3 1 3,1 32 100

21 23 100 0 0 0 0 23 100

22 2 66,7 1 33,3 0 0 3 100

23 1 100 0 0 0 0 1 100

Berdasarkan tabel 4.13 didapatkan bahwa kelompok usia dengan proporsi tingkat sikap baik yang paling tinggi adalah usia 21 tahun (100%), untuk tingkat sikap cukup adalah usia 18 tahun (64,3%) dan untuk tingkat sikap kurang adalah usia 20 tahun (3,1%). Hasil penelitian ini cukup sejalan dengan penelitian Olaimat et al. (2020) terhadap mahasiswa di Jordan yang menyatakan sikap yang baik terkait pencegahan infeksi COVID-19 lebih banyak dimiliki oleh mahasiswa berusia 20- 24,9 tahun daripada mahasiswa berusia 18-19,9 tahun. Penelitian Saefi et al., (2020) menunjukkan hasil yang kurang sesuai yaitu lebih banyak mahasiswa berusia ≤20 tahun yang memiliki sikap yang baik terkait pencegahan infeksi COVID-19 daripada mahasiswa yang berusia >20 tahun.

Tabel 4.14. Rata-rata tingkat sikap berdasarkan angkatan.

Angkatan

Sikap

n Mean SD

2018 30 87,17 14,617

2019 30 88,47 7,464

2020 30 87,50 9,965

Berdasarkan tabel 4.14 didapatkan bahwa angkatan 2019 memiliki rata rata tingkat sikap yang paling tinggi (88,47%) dari ketiga angkatan. Rata-rata tingkat

(48)

sikap angkatan 2018 dan 2020 tidak jauh berbeda dimana angkatan 2020 lebih tinggi (87,50%) daripada angkatan 2018 (87,17%).

Tabel 4.15. Distribusi tingkat sikap responden berdasarkan angkatan.

Angkatan

Tingkat Sikap

Total Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

2018 26 86,7 3 10 1 3,3 30 100

2019 30 100 0 0 0 0 30 100

2020 26 86,7 4 13,3 0 0 30 100

Berdasarkan tabel 4.15 didapatkan bahwa angkatan dengan proporsi tingkat sikap baik yang paling tinggi adalah angkatan 2019(100%), untuk tingkat sikap cukup adalah angkatan 2020 (13,3%) dan untuk tingkat sikap kurang adalah angkatan 2018 (3,3%). Hal ini kurang sesuai dengan penelitian Saefi et al., (2020) yang menyatakan bahwa lebih banyak mahasiswa tahun ke-2 yang memiliki sikap yang baik dibandingkan mahasiswa tahun ke-3 dan ke-4.

Tabel 4.16. Rata-rata tingkat sikap berdasarkan jenis kelamin.

Jenis Kelamin

Sikap

n Mean

Laki-laki 45 85,11

Perempuan 45 90,31

Berdasarkan tabel 4.16 didapatkan bahwa rata-rata sikap perempuan (90,31%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (85,11%).

(49)

Tabel 4.17. Distribusi tingkat sikap responden berdasarkan jenis kelamin.

Jenis Kelamin

Sikap

Total Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

Laki-laki 39 86,7 5 11,1 1 2,2 45 100

Perempuan 43 95,6 2 4,4 0 0 45 100

Berdasarkan tabel 4.17 didapatkan bahwa jenis kelamin dengan proporsi tingkat sikap baik yang paling tinggi adalah perempuan (95,6%), tingkat sikap cukup adalah laki-laki (11,1%) dan untuk tingkat sikap kurang juga laki-laki (2,2%). Hal ini sejalan dengan penelitian Saefi et al. (2020) dan penelitian Olaimat et al. (2020) yang menyatakan jumlah perempuan yang memiliki sikap yang baik terkait pencegahan infeksi COVID-19 lebih banyak daripada laki-laki. Penelitian Peng et al. (2020) terhadap mahasiswa di China juga menunjukkan bahwa ada perbedaan nilai sikap yang signifikan antara laki-laki dan perempuan, dimana perempuan memiliki nilai yang lebih tinggi.

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka teori.
Gambar 2.2. Kerangka konsep.
Tabel 3.3. Definisi operasional.
Gambar 3.1. Alur penelitian.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kekerasan verbal yang dialami anak akan berdampak secara holistik yaitu dampak psikis yang dirasakan oleh korban antara lain berkeringat, jantung berdetak

pemeras kelapa otomatis dengan pemarut dan pemeras kelapa tradisional dapat disimpulkan bahwa dari jenis kelapa muda, sedang, setengah tua dan tua yang diperas

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran, mengetahui dan mendapatkan kajian tentang pengaruh Penempatan Kerja, Komitmen Organisasi dan lingkungan

penelitian menunjukkan bahwa Orientasi pasar, inovasi, orientasi kewirausahaan, dan pengalaman mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap strategi keunggulan

0064/LS-BJ/2017 Belanja Pembayaran Honorarium Tenaga Kerja Non Pegawai /Tidak tetap (Jasa Tenaga Petugas Jalan Lintasan) Bagian Bulan Pebruari 2017, Kegiatan, Pengendalian

Atau dapat dipilih alternatif lain yang koefisiennya lebih tinggi dari yang telah dipakai dalam simulasi tersebut, terutama dengan memperhatikan pada kelompok

To Steven and Sara, he said: ‘Get behind it!’ As they moved to obey, the Doctor stooped and set his arms about the Time Destructor.. The device was surprisingly light as he lifted

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Total Quality Management terhadap inovasi dan