• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengendalian Intern

1. Pengertian Pengendalian Intern

Institut Akuntan Publik Indonesia (2011) menyatakan pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan sebagai berikut ini:

a. Keandalan laporan keuangan.

b. Efektivitas dan efisiensi operasi.

c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Institut Akuntan Publik Indonesia (2011) dalam Standar Lapangan

diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingku

2. Keterbatasan Pengendalian Intern Suatu Entitas

Mulyadi (2009) menyatakan keterbatasan pengendalian intern antara lain:

(2)

a. Kesalahan dalam pertimbangan

Manajemen dan personel lain salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu atau tekanan lain.

b. Gangguan

Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena adanya kelalaian, tidak adanya perhatian atau kelelahan.

c. Kolusi

Tindakan beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi (collusion) dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang.

d. Pengabaian oleh manajemen

Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan atau kepatuhan semu.

(3)

e. Biaya lawan manfaat

Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut.

3. Unsur Pengendalian intern

a. Lingkungan Pengendalian (Control Enviroment)

Lingkungan pengendalian menciptakan suatu pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian intern, yang membentuk disiplin dan struktur. Faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas antara lain: nilai integritas dan etika, komitmen terhadap kompetensi, dewan komisaris dan komite audit, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab, kebijakan, dan praktik sumber daya manusia (Mulyadi, 2009).

b. Penaksiran Risiko

Risiko dapat timbul atau berubah karena berbagai keadaan, antara lain perubahan dalam lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki, teknologi baru, lini produk, produk atau aktivitas baru, restrukturisasi korporasi,

(4)

operasi luar negeri, dan standar akuntansi baru. Penaksiaran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) di Indonesia. Penaksiran risiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalah penaksiran risiko yang terkandung dalam asersi tertentu dalam laporan keuangan, desain, dan implementasi aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mengurangi risiko tersebut dalam tingkat minimum, dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat (Agoes, 2012; Mulyadi, 2009)

c. Informasi dan Komunikasi

Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit, menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi pada suatu entitas, serta penyelenggarakan pertanggungjawaban kekayaan dan utang entitas tersebut. Komunikasi mencangkup menyampaian informasi kepada semua personel yang terlibat dalam pelaporan keuangan (Mulyadi, 2009).

d. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa petunjuk manajemen dilaksanakan.

Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang

(5)

diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat dan fungsi organisasi (Mulyadi, 2009).

e. Pemantauan

Agoes (2012) mengartikan pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.

Pemantauan ini mencangkup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.

Aktivitas pemantauan dapat mencangkup penggunaan informasi dari komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan custemers dan komentar dari badan pengatur yang memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan. AICIPA Professional Standards, mendefinisikan lima komponen internal

control yaitu: control environment, risk assessment, information and communication, control activities dan monitoring. Konrath

dalam Agoes (2012) menyatakan komponen pertama, control environment merupakan pondasi dari keempat komponen lainnya, seperti yang digambarkan pada Gambar 2.1.

(6)

Gambar 2.1 Komponen Pengendalian Internal

Diadopsi dari: Agoes, Sukrisno (2012). Auditing. Salemba Empat: Jakarta.

4. Pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern

Agoes (2012) menyatakan auditor harus mendokumentasikan pemahamannya tentang komponen pengendalian intern entitas yang diperoleh untuk merencanakan audit. Bentuk dan isi dokumentasi dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas entitas, serta sifat pengendalian intern entitas. Sebagai contoh, dapat mencangkup bagan air atau flow chart, kuesioner atau tabel keputusan, namun untuk entitas yang kecil, dokumentasi dalam bentuk memorandum sudah memadai. Umumnya, semakin kompleks pengendalian intern dan

MONITORING (going on)

infrastructure

(7)

semakin luas prosedur yang dilaksanakan, seharusnya semakin luas dokumentasi yang dilakukan oleh auditor.

Setelah auditor mendokumentasikan pemahaman tersebut, kemudian dibuktikan lebih lanjut dengan menggunakan tes ketaatan (Compliance test). Hal yang perlu diperhatikan adalah hal-hal sebagai

berikut:

a. Apakah setiap transaksi didukung dokumen pendukung yang lengkap.

b. Apakah setiap transaksi diotorisasi pejabat perusahaan yang berwenang.

c. Apakah perhitungan matematis dalam dokumen pembukuan sudah benar.

d. Apakah pendebitan dan pengkreditan transaksi masing-masing perkiraan atau akun sudah benar. Selanjutnya, dari hal-hal diatas auditor dapat memberi kesimpulan dari tes ketaatan.

B. Pengujian Pengendalian

Mulyadi (2009) mengartikan pengujian pngendalian yaitu pengujian prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan efektivitas desain dan operasi pengendalian intern. Hubungannya dengan desain pengendalian intern, pengujian pengendalian yang dilakukan oleh auditor berkaitan dengan apakah kebijakan dan prosedur telah didesain memadai untuk mencegah atau mendeteksi salah saji material dalam asersi tertentu

(8)

laporan keuangan. Hubungannya dengan operasi suatu pengendalian intern, pengujian pengendalian yang dilakukan oleh auditor berkaitan dengan apakah kebijakan dan prosedur sesungguhnya berjalan dengan baik. Kebijakan dan prosedur akan efektif bila diterapkan semestinya secara konsisten oleh orang yang berwenang, pengujian pengendalian yang berkaitan dengan efektivitas operasi difokuskan ke tiga hal, yaitu bagaimana pengendalian tersebut diterapkan, apakah pengendalian tersebut diterapkan, dan oleh siapa pengendalian tersebut diterapkan.

Pengujian pengendalian dapat diterapkan terhadap pengendalian golongan besar transaksi dan atau suatu saldo akun. Pengujian pengendalian yang dilakukan oleh auditor hanya diterapkan terhadap pengendalian yang dipandang relevan dengan pencegahan atau pendeteksian salah saji material dalam laporan keuangan. Pengujian pengendalian dapat juga diterapkan dalam dua strategi audit yaitu pendekatan terutama subtantif dan pendekatan risiko pengendalian rendah.

(9)

Tabel 2.1 Tahap Melakukan Pemahaman dan Evaluasi Pengendalian Intern

1. Mendapatkan gambaran mengenai ICQ yang ada di perusahaan (secara teoristis)

1. Mempelajari Accounting & Operation Manual 2. Mempelajari Bagan Organisasi & Job Discription 3. Melakukan tanya jawab dengan petugas klien MENDOKUMENTASIKAN DALAM BENTUK:

A. Internal Control Questionnaries B. Flow chart

C. Narrative

MELAKUKAN WALK THROUGH:

Mengambil dua atau tiga dokumen, periksa apakah prosesnya sesuai dengan yang dijelaskan dalam A,B,C. Jika diperlukan sesuaikan A,B dan C

Membuat kesimpulan sementara terhadap Internal Control klien:

Baik Sedang Lemah

Jika kesimpulan sementara menyatakan Internal Control lemah, langsung lakukan Subtantive Test yang diperluas. Jika I/C baik atau sedang, buktikan dengan Compliance Test.

2. Melakukan Compliance Test

Untuk membuktikan:

1. Apakah Internal Control yang ada betul seperti apa yang digambarkan dalam A,B dan C

2. Sistem & Prosedur yang digambarkan dalam A, B dan C betul-betul diterapkan perusahaan.

TES DILAKUKAN TERHADAP:

1.Transaksi Penjualan, Piutang dan Penerimaan Kas

2. Transaksi Pembelian, Utang dan Pengeluaran Kas 3. Pembayaran Gaji

4. Journal Voucher

Sebelumnya perlu ditentukan Cara Pemilihan Sempel:

a. Random Sampling b. Block Sampling c. Stastical Sampling 3. Membuat

Kesimpulan Akhir Terhadap Internal Control klien

Jika Internal Control baik, ruang lingkup pemeriksaan (Subtantive Test) bisa dipersempit.

Jika Internal Control lemah, ruang lingkup pemeriksaan (Subtantive Test) bisa diperluas.

4. Melakukan Subtantive Test

Menarik kesimpulan mengenai Kewajaran Pos-Pos Laporan Posisi Keuangan (neraca) dan Laba Rugi Komprhenship, kemudian Buat:

1. Daftar Audit Adjusment 2. (Draft) Audit Report 3. Management Letter Minta:

Client Representation Letter

Diadopsi dari: Agoes, Sukisno (2012). Auditing. Salemba Empat: Jakarta.

(10)

C. Unsur Pengendalian Intern Pengeluaran Kas

Mulyadi (2010) menyebutkan adapun unsur pengendalian intern dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dirancang dengan merinci unsur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, dan unsur praktik yang sehat sebagai berikut:

1. Organisasi, terdiri:

a. Fungsi penyimpanan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.

b. Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan sendiri oleh bagian kasa sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan dari fungsi yang lain.

2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, terdiri:

a. Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang.

b. Pembukaan dan penutupan rekening bank harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang.

c. Pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas (atau dalam metode pencatatan tertentu dalam register cek) harus didasarkan bukti kas keluar yang telah mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang dan yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.

(11)

3. Praktik yang sehat, terdiri:

a. Saldo kas yang ada di tangan harus dilindungi dari kemungkinan pencurian atau penggunaan yang tidak semestinya.

b. Dokumen dasar dan dokumen pendukung transaksi pengeluaran

pengeluaran kas dilakukan.

c. Penggunaan rekening koran bank, yang merupakan informasi dari pihak ketiga, untuk mengecek ketelitian catatan kas oleh fungsi pemeriksa intern, yang merupakan fungsi yang tidak terlibat dalam pencatatan dan penyimpanan kas.

d. Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas nama perusahaan penerima pembayaran atau dengan pemindahbukuan.

e. Jika pengeluaran kas hanya jumlah kecil, pengeluaran ini dilakukan sistem akuntansi pengeluaran kas melalui dana kas kecil, yang akuntansinya diselenggarakan dengan imprest system.

f. Secara periodik diadakan pencocokan jumlah fisik kas yang ada di tangan dengan jumlah kas menurut catatan akuntansi.

g. Kas yang ada di tangan dan kas yang ada di perjalanan diasuransikan dari kerugian.

h. Kasir diasuransikan.

i. Kasir dilengkapi dengan alat-alat yang mencegah terjadinya pencurian terhadap kas yang ada di tangan.

j. Semua nomor cek harus dipertanggungjawabkan oleh Bagian Kasa.

(12)

Gambar 2.2 Model Perancangan Program Audit Transaksi Pengeluaran Kas Diadopsi dari: Mulyadi (2009). Auditing. Salemba Empat: Jakarta.

(1)

Pemahaman sistem informasi akuntansi untuk pelaksanaan

transaksi pengeluaran kas

(3)

Penentuan aktivitas pengendalian yang diperlukan untuk mendeteksi dan mencegah

salah saji dalam setiap tahap pelaksanaan transaksi

pengeluaran kas (2)

Penentuan kemungkinan salah saji dalam setiap tahap

pelaksanaan transaksi pengeluaran kas

(5)

Penyusunan program audit untuk pengujian pengendalian terhadap transaksi pengeluaran

kas (4)

Penentuan prosedur audit untuk mendeteksi efektivitas aktivitas

pengendalian

(13)

Tahap Transaksi

Salah Saji Potensial Aktivitas Pengendalian yang

Diperlukan

Pengujian Pengendalian yang Dapat Dilaksanakan

Pembayaran Utang

Cek dikeluarkan untuk pembelian yang tidak di otorisasi.

Bukti kas keluar dibayar lebih dari satu kali.

Cek dikeluarkan dengan jumlah yang salah.

Penandatanganan cek harus meriview bukti kas keluar dan kelengkapan dokumen pendukungnya.

terhadap bukti kas keluar yang telah dibayar beserta dokumen pendukungnya.

Pengecekan

independen antara cek dengan bukti kas keluar.

Lakukan pengamatan terhadap prosedur.

tercantum dalam bukti kas keluar yang telah dibayar beserta dokumen pendukungnya.

Pelaksanaan kembali pengecekan independen.

Pencatatan Cek yang dikeluarkan tidak dicatat.

Kesalahan dalam pencatatan cek.

Cek tidak dicatat segera.

Pertanggungjawaban semua nomor urut cek.

Pengecekan secara independen posting ke dalam jurnal dengan akun kontrol kas dalam buku besar.

Rekonsiliasi bank secara periodik oleh pihak yang independen.

Pengecekan independen terhadap tanggal yang tercantum dalam bonggol cek (cheque stub) dengan tanggal pencatatannya.

Periksa pertanggungjawaban semua nomor cek.

Review bukti adanya pengecekan independen.

Periksa rekonsiliasi bank.

Lakukan pengamatan terhadap prosedur, pelaksanaan kembali.

Gambar 2.3 Salah Saji Potensial, Aktivitas Pengendalian, dan Prosedur Audit Pengujian Pengendalian Transaksi Pengeluaran Kas

Diadopsi dari: Mulyadi (2009). Auditing. Salemba Empat: Jakarta.

(14)

D. Program Audit Pengujian Pengendalian Transaksi Pengeluaran Kas

Mulyadi (2009) menyebutkan program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu. Program audit berfungsi sebagai suatu alat yang bermanfaat untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan audit. Program audit dapat digunakan untuk merencanakan jumlah orang yang diperlukan untuk melaksanakan audit beserta komposisinya, jumlah asisten, dan auditor junior yang akan ditugasi, taksiran jam yang akan dikonsumsi, serta untuk memungkinkan auditor berperan sebagai supervisor dapat mengikuti kemajuan audit yang sedang berlangsung. Program audit untuk pengujian pengendalian terhadap transaksi pengeluaran kas, antaralain:

1. Melakukan pengamatan terhadap prosedur pembuatan cek dan pencatatan cek ke dalam register cek.

2. Mengambil sampel transaksi pengeluaran kas dari register cek dan lakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung.

3. Memeriksa bukti digunakannya untuk formulir bernomor urut tercetak dan pertanggungjawaban pemakaian formulir tersebut.

4. Mengambil sempel bukti kas keluar yang telah dibayar dan lakukan pengusutan ke dokumen dan catatan akuntansi yang bersangkutan.

5. Memeriksa adanya pengecekan independen terhadap posting ke buku pembantu dan jurnal.

(15)

E. Standar Auditing

Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2011) standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Standar Publik Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Standar Umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2. Standar Pekerjaan Lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

(16)

3. Standar Pelaporan

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjuakan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat suatu peryataan pendapat mengenai laporan keuangan keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasanya harus dinyatakan. Mengenai hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. Beberapa poin diatas merupakan standar pelaporan yang dipatuhi seorang auditor.

F. Management Letter

Agoes (2013) mengartikan Management Letter merupakan suatu surat komentar terhadap pengendalian intern, yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dan ditujukan kepada manajemen perusahaan yang diaudit

(17)

laporan keuangannya (auditee), yang isinya memberitahukan kelemahan dari pengendalian intern perusahaan (baik material maupun immaterial weaknesses) yang ditemukan selama pelaksanaan pemeriksaan, disertai

dengan saran-saran dan perbaikan dari KAP.

Management letter adalah suatu laporan kepada manajemen yang

berisi rekomendasi untuk perbaikan kelemahan-kelemahan yang diungkapkan akuntan publik setelah mempelajari dan mengevaluasi pengendalian intern perusahaan (Whittington, O. Ray dan Kurt Paniy dalam Agoes 2013). Selain untuk menyampaikan informasi-informasi yang bermanfaat kapada manajemen, management letter juga membantu membatasi tanggung jawab akuntan publik seandainya dikemudian hari kelemahan pengendalian intern mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

Auditor menggunakan Internal Control Questionnaries, Flowchart, dan Narrative untuk mempelajari dan mengevaluasi pengendalian intern, suatu

entitas. Temuan kelemahan-kelemahan pengendalian dalam pengujian pengendalian suatu entitas menjadi acuan auditor dalam membuat management letter. Management Letter mempunyai manfaat beberapa

pihak, antara lain untuk:

1. Klien

a. Dapat mengetahui kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam pengendalian intern perusahaanya.

b. Dalam mengambil tindakan-tindakan perbaikan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, berdasarkan saran-saran yang

(18)

diberikan dalam management letter, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan didalam perusahaan.

2. KAP

a. Menjadikan nama KAP menjadi bertambah baik, karena disamping laporan pemeriksaan akuntan, juga memberikan management letter yang bermanfaat bagi perusahaan.

b. Jika manajemen perusahaan auditee puas, tentunya akan menyarankan kepada rekan bisnisnya untuk memakai jasa KAP tersebut.

c. Jika rekan-rekan bisnis tersebut tertarik, tentunya akan menambah jumlah klien KAP tersebut.

3. Staff Kantor Akuntan Publik (anggota tim pemeriksa)

a. Jika klien kantor akuntan publik bertambah, tentu kesejahteraan pegawai meningkat.

b. Mendapat kesempatan untuk mempelajari pengendalian intern diberbagai macam atau jenis perusahaan.

c. Mendapat kesempatan untuk mempelajari bagaimana membuat management letter yang baik.

(19)

G. Kompensasi

Kompensasi merupakan salah satu bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan dan timbul dari dipekerjakannya karyawan tersebut (Dessler, 1997).

Kompensasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu kompensasi langsung, dan kompensasi tidak langsung (Simamora, 2004).

1. Kompensasi Langsung

Kompensasi langsung merupakan penghargaan yang diterima karyawan dalam bentuk uang. Kompensasi langsung dapat berupa upah, gaji, insentif, dan tunjangan-tunjangan lain. Kompensasi langsung yang terdiri dari:

a. Gaji

secara periodik kepada karyawan yang tetap serta mempunyai

b. Upah Insentif

Upah insentif adalah penghargaan yang diberikan untuk memotivasi para pekerja agar produktivitas kerjanya tinggi, sifatnya tidak tetap atau sewaku-waktu (Nawawi, 1997).

c. Bonus

Jenis kompensasi lain yang ditetapkan perusahaan adalah berupa pemberian bonus. Pemberian bonus kepada karyawan ini

(20)

dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan semangat kerja karyawan. Simamora (2004) mengartikan bonus

bonus adalah :

1) Uang dibayar sebagai balas atas hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan apabila melebihi target.

2) Diberikan secara sekali terima tanpa sesuatu ikatan di masa yang akan datang.

3) Beberapa persen dari laba yang kemudian dibagikan kepada yang berhak menerima bonus.

Bonus diberikan apabila karyawan mempunyai profitabilitas atau keuntungan dari seluruh penjualan tahun lalu. Penentuan besarnya pemberian bonus adalah berdasarkan kebijakan perusahan, tidak ada ketetapan yang pasti mengenai bonus yang diberikan. Tidak ada aturan yang pasti mengenai sistem perhitungan bonus dan beberapa perusahaan tidak memiliki formula untuk mengembangkan dana bonus (Dessler, 1997).

2. Kompensasi Tidak Langsung

Handoko (2001) mengartikan kompensasi tidak langsung adalah jasa pelengkap atau tunjangan yang diberikan pada karyawan

(21)

merupakan balas jasa yang diberikan dalam bentuk pelayanan karyawan, karena diperlakukan sebagai upaya penciptaan kondisi dan lingkungan kerja yang menyenangkan.

Selanjutnya, Handoko (2001) menggolongkan kompensasi tidak langsung menjadi beberapa bagian yaitu:

a. Pembayaran upah untuk waktu tidak bekerja (time-off benefit).

b. Perlindungan ekonomis terhadap bahaya.

c. Program pelayanan karyawan, meliputi: rekreasi, kafetaria, perumahan, beasiswa pendidikan, fasilitas pembelian, konseling finansial dan legal serta aneka ragam pelayanan lain.

d. Pembayaran kompensasi yang ditetapkan secara legal.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam upaya pembinaan dan perlindungan hukum terhadap anak yang dilakukan oleh pemerintah, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa, pemerintah banyak

diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) kompetensi profesional guru mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di tingkat SMP SeKecamatan Paloh

(2005) yang melakukan penelitian dengan judul “Dampak Pembangunan Perkebunan Karet Rakyat Terhadap Kehidupan Petani di Riau” menyatakan bahwa sejauh ini strategi

Penelitian hukum ini bertujuan untuk mengetahui proses-proses perlindungan hukum yang diberikan pada istri sebagai korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di

Dari hasil pengamatan apabila petambak ingin mengganti atau menambahkan air maka saat yang tepat adalah sekitar pukul 21.00 WIB atau pasang kedua untuk nilai tertinggi

al., (2102), menunjukan bahwa interaksi antara perlakuan varietas dengan jenis pupuk tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun dikarenakan perbedaan

In the problem based approach, complex, real-world problems are used to motivate students to identify and research the concepts and principles they need to know to work

Dalam rangka mewujudkan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di sekitar bandar udara internasional di Kwala Namu yang dimaksudkan untuk menjamin keamanan