ANALISIS KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK
TUNARUNGU DITINJAU DARI PERAN ORANG TUA
( Penelitian Deskriptif terhadap anak tunarungu Kelas 1 SDLB
Di SLB Prima Bhakti Mulia Cimahi )
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Khusus
Oleh :
AMILIA WAHYUNI
0900869
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
ANALISIS KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK
TUNARUNGU DITINJAU DARI PERAN ORANG TUA
( Penelitian Deskriptif terhadap anak tunarungu Kelas 1 SDLB
Di SLB Prima Bhakti Mulia Cimahi )
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Khusus
Oleh :
AMILIA WAHYUNI
0900869
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
ANALISIS KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI PERAN ORANG TUA
( Penelitian deskriptif terhadap anak tunarungu Kelas 1 SDLB
di SLB Prima Bhakti Mulia Cimahi )
Oleh
Amilia Wahyuni
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Amilia Wahyuni 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
ANALISIS KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI PERAN ORANG TUA
(
Penelitian Deskriptif terhadap anak tunarungu Kelas 1 SDLB Di SLB Prima Bhakti Mulia Cimahi )Anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam mendengar sehingga memiliki pengaruh terhadap berbagai aspek dalam dirinya. Salah satunya adalah pada kemampuan bahasanya. Akibat dari ketidakberfungsian organ pendengaran, sehingga individu tunarungu tidak dapat mengakses bunyi bahasa dengan kata lain sulit bagi anak tunarungu memperoleh pengalaman bahasa. Akan tetapi, masalah serta keterbatasan itu dapat diupayakan dengan diberikan pelayanan berupa intervensi dini, program layanan di sekolah dan peran terpenting adalah keluarga khususnya orang tua dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Sebagaimana anak normal lain pada umumnya, anak tunarungu juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan fase perkembangannya. Namun, dalam perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri anak dan faktor ekternal yang berasal dari luar diri anak yaitu keluarga khususnya orang tua. Faktor yang berasal dari luar diri anak inilah yang juga memiliki peran penting dalam mengembangkan kemampuan berbahasa. Melalui studi pendahuluan dan tes yang diberikan kepada anak dan rekomendai dari guru kelas, kemudian dilakukan pengamatan terhadap kemampuan berbahasa pada tiga anak dari siswa kelas I SDLB SLB-B Prima Bhakti Mulia Cimahi yang memiliki tingkat kemampuan berbahasa yang berbeda diantara ketiganya. Dari masalah tersebut, melalui penelitian ini peneliti ingin mengungkap mengenai peran orang tua dalam mengembangankan kemampuan berbahasa pada masing-masing anak tersebut. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa anak akan memiliki kemampuan berbahasa yang baik jika didukung oleh peran orang tua yang baik pula dalam mengupayakan perkembangan bahasa anak, begitu pula sebaliknya. Peran orang tua yang kurang akan mempengaruhi kemampuan bahasa anak pun menjadi kurang. Rekomendasi dari penelitian ini khususnya kepada orang tua yaitu agar hasil penelitian ini menjadi sumber bahan evaluasi dan masukan tentang bagaimana upaya yang seharusnya dilakukan untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak tunarungu.
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Abstract
analysis ability tunarungu review of the speaking roles parents
( research descriptive against children tunarungu 1st class in sdlb slb prima bhakti mulia cimahi )
Deaf children have hearing limitations in so it has an impact on various aspects of himself. One of them is on the ability of its language. The result of the auditory organ malfunctions, allowing deaf individuals cannot access the sound language in other words difficult for deaf children language gain experience. However, problems and limitations that can be supported by a given form of early intervention services, school services program and the most important is the role of the family in particular parents in developing children's language proficiency. As other normal children in General, deaf children also experienced growth and development according to the phases of its development. However, in its development is influenced by several factors, namely the internal factors that come from deep within the child and ekternal factors from outside the family, especially the children themselves parents. Factors that are coming from outside this child self and also have an important role in developing the ability to speak. Through the introduction and study of the test given to children and the rekomendai of the classroom teacher, then conducted observation of language proficiency on three children from Grade I SDLB SLB-B Prima Mulia Bhakti Cimahi which has different levels of language proficiency among the three. Of the issue, through this research researchers want to reveal about the role of parents in the cultivate our language proficiency on each child. The approach used was qualitative research with a descriptive method. This research resulted in the conclusion that the child will have a good language proficiency if supported by good parents role in seeking child's language development, and vice versa. The role of the old man who less will affect language child has become less.Recommendations of the research was particularly to parents namely to this research result be a source of materials evaluation and input about how the efforts should be done to develop the ability of language deaf children.
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Masalah Penelitian ... 7
C. Pertanyaan Penelitian ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Struktur Penulisan ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
A. Kajian Tentang Anak Tunarungu ... 10
1. Pengertian Anak Tunarungu ... 10
2. Karakteristik Anak Tunarungu ... 12
3. Klasifikasi Anak Tunarungu ... 15
B. Konsep Dasar Bahasa ... 17
1. Pengertian Bahasa ... 18
2. Ragam dan Perkembangan Bahasa ... 18
C. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Tunarungu ... 26
1. Pengertian Peran Orang Tua ... 26
2. Fungsi Orang Tua sebagai Pendidik Dalam Keluarga ... 27
3. Peran Orang Tua dalam pendidikan Anak Tunarungu ... 29
4. Pentingnya Pengembangan Bahasa Sejak Dini ... 31
5. Masalah yang dihadapi orang tua anak tunarungu ... 33
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Pengertian Analisis ... 34
2. Teknik menganalisis kemampuan berbahasa ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Metode Penelitian ... 37
B. Subjek dan Tempat Penelitian ... 38
1. Subjek Penelitian ... 38
2. Tempat Penelitian ... 38
C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 40
1. Teknik Pengumpulan Data ... 40
2. Instrumen Penelitian ... 42
D. Prosedur Penelitian ... 44
1. Tahap Pra Lapangan ... 44
2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 45
3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data ... 47
4. Tahap Analisis dan Penafsiran Data ... 47
E. Pengujian Keabsahan Data ... 47
1. Perpanjangan Pengamatan ... 47
2. Triangulasi ... 48
3. Member Check ... 48
F. Pengolahan dan Teknik Analisis Data ... 49
1. Reduksi Data ... 49
2. Penyajian Data ... 50
3. Penarikan Kesimpulan ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Hasil Penelitian ... 51
1. Hasil tes ... 51
2. Hasil wawancara ... 71
B. Pembahasan ... 80
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 88
1. Bagi Orang Tua ... 88
2. Bagi Guru ... 88
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 90
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keterampilan Bahasa ... 18
Tabel 3.1 Data Subjek Siswa ... 39
Tabel 3.2 Data Subjek Orang Tua Siswa ... 39
Tabel 3.3 Data Subjek Guru ... 39
Tabel 3.4 Kisi-kisi instrumen penelitian ... 43
Tabel 4.1 Kemampuan TY menunjukkan ... ... 51
Tabel 4.2 Kemampuan TY mengucapkan ... 53
Tabel 4.3 Kemampuan TY menuliskan ... 55
Tabel 4.4 Matriks Kemampuan berbahasa TY ... 57
Tabel 45 Kemampuan DN menunjukkan ... ... 58
Tabel 4.6 Kemampuan DN mengucapkan ... 60
Tabel 4.7 Kemampuan DN menuliskan ... 62
Tabel 4.8 Matriks Kemampuan berbahasa DN ... 63
Tabel 4.9 Kemampuan AZ menunjukkan ... ... 64
Tabel 4.10 Kemampuan AZ mengucapkan ... 66
Tabel 4.11 Kemampuan AZ menuliskan ... 68
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia yang berpendengaran normal memiliki latar belakang
kemampuan mempersepsi bunyi-bunyian. Dimana bunyi-bunyian
memberikan arti yang amat penting bagi manusia untuk terus menerus
berinteraksi dengan orang lain di sekelilingnya. Peristiwa interaksi
tersebut dapat terjadi karena masing-masing mendapatkan akses melalui
pendengarannya serta saling mengerti dan memahami makna yang
dikomunikasikan dalam interaksi tersebut.
Seperti yang kita ketahui, bahwa keterampilan berbahasa seringkali
ditentukan oleh seberapa sering seseorang mendengar orang lain
berbicara. Manusia belajar bahasa/bicara dengan cara meniru kata-kata
sebagai hasil dari kemampuan mendengar dari lingkungannya. Karena,
pemerolehan dan perkembangan kemampuan berbahasa dalam prosesnya
banyak dipengaruhi oleh sedikit banyaknya akses bunyi dari lingkungan,
khusus nya akses bunyi bahasa yang diperoleh dan berkembang di
lingkungannya. Namun lain hal nya dengan anak tunarungu, dimana anak
tunarungu mengalami gangguan pada fungsi pendengaran yang
memberikan dampak kepada individu yang mengalaminya.
Anak tunarungu mengalami kesulitan dalam mengakses bunyi bahasa
yang terjadi di lingkungannya. Akibat dari ketidakmampuan menggunakan
fungsi pendengaran dengan baik maka berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa anak tunarungu menjadi sangat minim dan juga
keterampilan berbicaranya menjadi terhambat. Hal tersebut disebabkan
oleh bunyi-bunyi di lingkungannya tidak memberi pengaruh kepadanya
dan modalitas utama untuk melakukan peniruan pola-pola bunyi bahasa
tidak dimilikinya, artinya kemampuan pendengarannya tidak cukup untuk
2
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ketunarunguan juga memberi pengaruh terhadap bidang
perkembangan kemampuan komunikasi seseorang yang mengalaminya.
Adapun masalah yang dihadapi anak tunarungu adalah terhambatnya
komunikasi dengan lingkungan. Hal ini disebabkan karena masyarakat
kurang mengerti komunikasi anak tunarungu. Komunikasi mengandung
makna yang luas, melalui komunikasi manusia mampu menciptakan
interaksi dua arah dengan sesamanya. Sedangkan untuk menciptakan
interaksi digunakan bahasa untuk memperlancar komunikasi, dengan
menggunakan bahasa anatar pemberi pesan dan penerima pesan akan
saling memahami apa yang di maksud. Seperti yang dikatakan Henry Guntur Tarigan (1994:78), bahwa: “ ... adalah suatu kenyataan bahwa manusia menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital. Bahasa
adalah suatu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya di dunia ini“.
Uraian tersebut mengandung makna bahwa bagaimana keterlibatan
antara kedua manusia untuk berkomunikasi. Dapat kita menduga apa yang
terjadi seandainya salah satu diantara pelaku komunikasi mengalami
hambatan, atau penerima pesan kurang/tidak dapat menangkap pesan.
Maka yang terjadi adalah penyampai dan penerima pesan mengalami
hambatan dalam berkomunikasi. Dengan memperhatikan kondisi anak
tunarungu yang mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan
bicaranya sebagai akibat ketidakberfungsian sebagian atau seluruh alat
pendengarannya, maka diperlukan perhatian dan pelayanan dalam
pemanfaatan sisa pendengarannya. Sisa pendengaran yang ada dilatih
untuk terbiasa mengenal bunyi bahasa bagi kepentingan perkembangan
kemampuan berbahasa nya. Untuk dapat berbahasa, baik secara resepstif
(menerima bahasa orang lain) maupun ekspresif (yang bersifat
menyatakan/menyampaikan) tidak luput dari proses belajar, begitu pula
bagi anak tunarungu. Seperti dikemukakan Edja Sadja’ah (2008:39)
3
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
... Agar anak yang mengalami gangguan pendengaran dapat berbahasa lisan mendekati kemampuan orang yang mendengar, mereka perlu dilatih kemampuan sisa-sisa pendengarannya sehingga dapat dioptimalkan untuk mengakses bunyi bahasa dan perlu diberikan pengalaman-pengalaman atau latihan-latihan cara pengucapannya, dan apabila ini sulit dilakukan maka orang yang mengalami gangguan pendengaran akan mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa lisannya.
Perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya faktor internal yaitu faktor dalam diri anak sendiri juga faktor
eksternal yaitu faktor di luar diri anak dalam hal ini keluarga/orang tua.
Lingkungan keluarga terutama orang tua merupakan faktor yang
mempunyai peran penting dalam memberikan pengaruh terhadap
perkembangan anak. Orang tua merupakan lingkungan pertama bagi anak
dimana anak belajar segala hal sebelum anak mendapatkan pembelajaran
formal. Orang tua berperan memelihara anak-anaknya dengan cara
mendidik, menanamkan budi pekerti yang baik, mengajarinya
akhlak-akhlak yang mulia melalui keteladanan dari orang tuanya, dan juga
berusaha memenuhi kebutuhan anak baik lahir maupun batin secara
proporsional sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi anak.
Mendidik dan memberikan tuntunan merupakan sebaik-baik hadiah
dan perhiasan paling indah yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya.
Sudah menjadi keharusan bagi orang tua memberikan kontribusi secara
aktif dan positif dalam membentuk kualitas anak baik secara intelektual,
emosional, maupun spiritualnya. Sama halnya dengan orang tua yang
memiliki anak berkebutuhan khusus, bagi orang tua yang memiliki anak
berkebutuhan khusus, merawat, mendidik, dan mengasuh anak ini
memiliki tantangan tersendiri, dan tidak dapat disamakan dengan orang tua
lainnya. Tantangan ini dapat diartikan bahwa tidaklah ada orang tua yang
dipersiapkan menjadi orang tua anak berkebutuhan khusus. Dalam
mendidik, mengasuh, dan merawat anak, ada hal yang perlu diperhatikan
orang tua yaitu mengenai tahap perkembangan anak. Setiap anak memiliki
4
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
orang tua agar bisa mencapai tahap perkembangan yang optimal, terutama
di periode emas kehidupan anak. Adapun perkembangan bahasa atau
komunikasi pada anak, hal ini merupakan salah satu aspek dari tahapan
perkembangan anak yang seharusnya tidak luput juga dari perhatian orang
tua. Oleh sebab itu adanya peran orang tua dalam perkembangan
kemampuan berbahasa pada anak tunarungu memiliki pengaruh yang
sangat besar.
Peran serta orang tua dalam pemerolehan dan perkembangan
kemampuan berbahasa pada anak tunarungu menjadi faktor yang sangat
penting. Karena orang tua adalah pengelola dini juga sebagai orang yang
pertama dan utama bagi anak dirumah, yang paling dekat dan sering
berada dalam kebersamaan dengan anak. Selain itu, pemerolehan bahasa
pertama pun di dapat anak dilingkungan keluarga, oleh karena itu peran
aktif orang tua dalam pemberian stimulus dapat mendorong anak untuk
lebih meningkatkan baik secara kualitas maupun kuantitas kemampuan
bicara dan bahasanya. Selain itu, pengembangan kemampuan berbahasa
pada anak tunarungu dengan orang tua tidak akan berlangsung efektif
tanpa didukung pengetahuan, keterampilan, serta kesiapan dari orang tua.
Hal ini penting karena dalam mengenali anak tunarungu dibutuhkan
keterampilan dalam memberikan stimulasi serta keteliitian dalam
mengamati respon yang diberikan anak. Jika berbicara tentang
komunikasi, seperti yang kita ketahui bahwa komunikasi anak tunarungu
sangat tergantung pada komunikasi non-verbal yaitu gerak tubuh dan
ekspresi wajah. Gerak tubuh dan ekspresi wajah sangat membantu mereka
untuk mengerti apa yang disampaikan. Dalam kaitannya dengan interaksi
komunikasi bersama anak tunarungu, orang tua dituntut untuk mampu
memahami bentuk komunikasi anak tunarungu. Meskipun komunikasi
yang dilakukan anak tunarungu tidak berbentuk bahasa verbal, sangat
penting untuk orang tua dapat memahami apa yang dimaksudnya bahkan
5
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pemberian bahasa oleh orang tua di rumah sejak dini/sejak anak diketahui
mengalami hambatan fungsi pendengaran menjadi hal yang dapat
memberikan kemajuan berarti pada perkembangan bahasa anak
selanjutnya.
Sikap orang tua juga menjadi tolak utama dalam menjalankan peran
sebagai pendidik anak tunarungu. Setiap orang tua pasti tidak pernah
membayangkan bahwa anaknya akan menyandang predikat anak luar biasa
atau berkelainan. Masa-masa yang paling kritis dalam kehidupan orang tua
adalah ketika mereka harus mengakui bahwa anaknya berkelainan dalam
hal ini ketunarunguan. Keadaan tersebut akan menimbulkan berbagai
macam reaksi. Beberapa diantaranya akan berusaha menghindari dari
kenyataan ini, seperti dengan menyembunyikan anak tersebut. Tetapi ada
juga yang berhati mulia menghadapi kenyataan bahkan sekaligus
memikirkan masa depan anak tersebut.
Penting untuk disadari bahwa penerimaan yang secepatnya dari orang
tua terhadap kelainan anaknya serta membuat rencana untuk masa depan
anaknya adalah merupakan suatu kebijakan yang paling besar. Baik untuk
kebahagiaan anak itu sendiri maupun untuk orang tua atau keluarganya.
Sikap positif yang dituntut dari orang tua adalah sikap menerima
sebagaimana adanya yaitu sikap yang bijaksana yang mencerminkan
ketulusan terhadap kehendak ilahi, sehingga dapat mengasuh dan
mendidik anak tunarungu. Sikap menerima tidak berarti menyerah kepada
nasib dirinya maupun anaknya tanpa memikirkan dan merencanakan
prospek kehidupan masa depan anaknya. Sikap menerimajustru
mendorong motivasi untuk merencanakan kesejahteraan kehidupan lahir
dan batin yang layak sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya sebagai
individu, sebagai anggota keluarga, maupun sebagai anggota masyarakat.
Ada persepsi lain bahwa pada awalnya banyak orang tua yang
bersikap kurang bisa menerima ketika anaknya divonis mengalami
6
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah sikap menolak dan tidak mau menerima terhadap kekurangan
anaknya. Bahkan kadangkala orang tua atau keluarga saling menyalahkan
dan saling tuding sehingga akan menimbulkan kekacauan baru berupa
keretakan rumah tangga. Adapula sikap orang tua terhadap anak yaitu
sikap terlalu melindungi (over protection) dan semua gerak anak selalu
diawasi.Seiring dengan berkembangnya anak, maka kesulitan lainnya yang
muncul adalah masalah penciptaan bahasa bagi anak.
Selanjutnya, diadaptasi dari kutipan Sagap Korompot (2002:2) yang
mengemukakan bahwa,
Secara umum masalah yang dihadapi orang tua yang memiliki anak tunarungu adalah kebanyakan orang tua ketika awal mengetahui anak nya mengalami gangguan pada fungsi pendengaran adalah sulit mengenali gangguan pendengaran yang dialami anak dan orang tua pun akan merasa bingung apa yang harus dilakukan terhadap kondisi anak.
Hal ini menyebabkan orang tua tidak menyadari perkembangan
bahasa yang dilalui oleh anak, karena kurangnya pemahaman tentang
tahapan-tahapan perkembangan bahasa. Sehingga orang tua tidak
menyadari hambatan perkembangan bahasa anak tunarungu.
Dari hasil studi pendahuluan terhadap 3 anak tunarungu A, B, dan C
dimana anak A memiliki kemampuan bahasa baik, anak B memiliki
kemampuan bahasa sedang, dan anak C memiliki kemampuan bahasa
kurang. Adapun pada anak yang memiliki kemampuan bahasa kurang, hal
tersebut disebabkan oleh kurangnya pemahaman orang tua tentang
perannya dalam mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak
tunarungu. Akibat dari kurangnya pemahaman tersebut, orang tua
terkadang merasa kebingungan untuk menciptakan situasi komunikasi
efektif bersama anak sehingga antara orang tua dan anak pun tidak saling
mengerti maksud dari apa yang diungkapkan anak. Oleh karena itu,
apabila masalah itu tidak ditangani sedini mungkin maka hal tersebut akan
7
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
secara Reseptif maupun Ekspresif menjadi kurang optimal. Sehingga, anak
akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Berpijak pada permasalahan tersebut, melalui studi ini peneliti
terdorong untuk mencoba menggali dan menganalisis dengan
membandingkan peran orang tua dalam pemerolehan dan pengembangan
kemampuan berbahasa pada anak tunarungu.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah “Bagaimana peran orang tua dalam pengembangan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu”.
C. Pertanyaan Penelitian
Dari fokus penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
merincinya menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan berbahasa anak tunarungu ?
2. Apa hambatan yang dihadapi orang tua dalam mengembangkan
kemampuan berbahasa pada anak tunarungu ?
3. Bagaimana upaya orang tua dalam mengembangkan kemampuan
berbahasa pada anak tunarungu ?
D. Tujuan
Melalui penelitian ini penulis merumuskan tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan berbahasa anak
tunarungu dikaitkan dengan peran orang tua dalam pemerolehan dan
pengembangan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan berbahasa anak
8
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Untuk mengidentifikasi hambatan yang di hadapi orang tua dalam
mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu.
c. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan orang tua dalam
mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu.
E. Manfaat
1 Manfaat Praktis
a. Bagi Orang tua
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan,
informasi, inspirasi dan masukan bagi orang tua khususnya dalam upaya
mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu.
b. Bagi Sekolah
Sebagai bahan kajian, masukan dan pertimbangan bagi sekolah dalam
hal ini khususnya guru-guru untuk memberikan pengetahuan kepada orang
tua siswa tunarungu dalam proses mengembangkan kemampuan
berbahasa, sehingga apa yang diajarkan di sekolah dapat di lanjutkan oleh
orang tua dirumah.
2 Manfaat Teoritis
Penelitian ini akan memberi manfaat yang sangat berharga khusunya
bagi peneliti berupa pengetahuan dan pengalaman praktis dalam penelitian
ilmiah. Sekaligus dapat dijadikan referensi ketika mengamalkan ilmu di
lapangan.
F. Struktur Penulisan
Dalam struktur organisasi skripsi ini berisi rincian tentang urutan
penulisan skripsi dari setiap bab dan bagian bab, yaitu:
9
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah dalam
penelitian ini, fokus dari penelitian ini, tujuan penelitian dari penelitian ini
yang di bagi dua menjadi tujuan umum dan tujuan khusus penelitian,
manfaat penelitian ini, dan struktur organisasi skripsi ini.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Dalam bab ini dijelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan
penelitian ini, yang terdiri dari landasan teori anak tunarungu seperti
pengertian anak tunarungu, klasifikasi anak tunarungu, dan karakteristik
anak tunarungu. Selain itu, landasan teori tentang pemerolehan dan
perkembangan bahasa anak tunarungu, kemampuan berbahasa anak
tunarungu. Dalam bab ini juga dijelaskan tentang peran orang tua dalam
mengembangkan kemampuan berbahasa anak tunarungu mulai dari upaya
apa saja yang dilakukan orang tua, hambatan yang dihadapi orang tua
sampai dengan cara orang tua menghadapi hambatan yang dihadapi dalam
pengembangan kemampuan berbahasa anak tunarungu.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan tentang metode yang di gunakan dalam
penelitian, termasuk pendekatan yang digunakan, subjek dan tempat
penelitian, teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, teknik
pemeriksaan keabsahan data, serta pengolahan dan analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dijelaskan hasil dari penelitian yang dilakukan, serta
pembahasannya berupa analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu
dan upaya yang dilakukan orang tua dalam mengembangkan kemampuan
10
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini dijelaskan kesimpulan dari penelitian, serta saran bagi
peneliti, pihak sekolah, dan orang tua pada khususnya dan pembaca pada
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif dengan pertimbangan bahwa masalah yang
diteliti adalah gejala sosial yang nampak, hal tersebut sesuai dengan
pendapat Nana Sudjana (2001:64) bahwa,
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan fakta-fakta dari hasil pengamatan empiris di lapangan dan mengkaji secara mendalam berdasar teori-teori yang mendukung maupun berdasarkan pengalaman-pengalaman.
Gejala sosial yang nampak dan yang akan ditemui oleh penulis
merupakan sumber penelitian seperti Peran Orang Tua dalam
perkembangan kemampuan berbahasa anak tunarungu merupakan satu hal
yang hasilnya tidak dapat di hitung oleh angka-angka namun hanya dapat
dideskripsikan melalui kata-kata.
Sedangkan pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2009:1) :
Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang biasa disebut juga dengan penelitian naturalistik karena penelitian dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), digunakan untuk mendapatkan data yang mendlam dan mengandung makna. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif juga tidak dipandu oleh teori namun dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan dan kemudian di deskripsikan oleh peneliti. Oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat induktfberdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat dikontruksikan menjadi hipotesis dan teori.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Meneliti subjek yang bersifat alamiah tanpa ada perlakuan (sebagai
38
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Data bersifat deskriptif yaitu data yang dikumpulkan lebih banyak dalam
bentuk kata-kata (deskripsi) dan /atau gambar dibandingkan angka-angka
3. Peneliti bertindak sebagai instrumen utama atau instrumen kunci
4. Hasil penelitian lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi
B. Subjek dan Tempat Penelitian
1. Subjek Penelitian
Penentuan subjek dilakukan dengan teknik Purposive Sampling.
Sugiyono (2009;54) menjelaskan makna dari teknik Purposive Sampling,
yaitu,
Pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau orang tersebut sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.
Melalui teknik Purposive Sampling ini peneliti menjadikan guru lebih
tepat nya wali kelas 1 SDLB B di SLB B Prima Bhakti Mulia Cimahi
sebagai orang yang paling tahu siapa saja anak tunarungu yang memiliki
kemampuan berbahasa bagus, sedang, dan kurang. Sehingga, didapatkan 3
anak dengan inisial TY, DN, AZ sebagai nominasi dari wali kelas maka
kemudian peneliti mengadakan pengamatan langsung dan memberikan tes
untuk memastikan nominasi tersebut sesuai atau tidak untuk dijadikan
subjek penelitian. Melalui hasil pengamatan dan tes ternyata didapat hasil
bahwasanya ke 3 nominasi tersebut memenuhi kriteria yang akan di
jadikan subjek penelitian. Kemudian orang tua dari ke 3 nominasi tadi
yang akan juga dimintai keterangan/ dwawancarai secara mendalam
mengenai peran mereka dalam mengembangkan kemampuan berbahasa
anak tunarungu.
Selain itu, karena dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
triangulasi sumber untuk mengecek keabsahan data maka peneliti mencoba
pula mewawancarai wali kelas dari 3 nominasi tadi dengan tujuan untuk
39
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun data subjek penelitian, orang tua subjek penelitian, dan guru kelas
adalah sebagain berikut :
Tabel 3.1
Data Subjek Siswa
No Nama Inisial Jenis Kelamin Kelas Keterangan
1 TY Perempuan 1
2 DN Laki-laki 1
3 AZ Laki-laki 1
Tabel 3.2
Data Subjek Orang Tua Siswa
No Nama Inisial Jenis Kelamin Keterangan
1 DT Perempuan
2 NR Perempuan
3 DA Perempuan
Tabel 3.3
Data Subjek Guru
No Nama
Inisial
Jenis
Kelamin Status
Lama Mengajar
Pendidikan Terakhir
1 SR Perempuan Guru/
wali kelas 1
40
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SLB Prima Bhakti Mulia
Cimahi. yang beralamat di Jl. Budi 123 Rt 006/13 Pasirkaliki, Cimahi
Utara Kota Cimahi dan rumah subjek/responden.
C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1.Teknik Pengumpulan Data
Untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian maka digunakan
teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah dengan cara :
a.Observasi langsung
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap
keadaan atau prilaku obyek sasaran saat ini. Hal tersebut selaras dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Lexy J. Moleong (2007:174) bahwa,
“Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan
yang langsung diperoleh dari data.”
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
kemampuan berbahasa anak tunarungu. Observasi dilakukan peneliti
ketika proses kegiatan belajar mengajar di kelas juga di lingkungan
sekolah. Observasi peneliti lakukan dalam hal ini bertujuan untuk
memotret, melihat, dan memastikan perilaku subjek penelitian apakah
sesuai dengan rekomendasi guru. Selain itu, observasi ini juga dijadikan
catatan tersendiri bagi peneliti mengenai hal baru yang diperoleh yang
kemudian dikaitkan dengan masalah yang akan diteliti.
41
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Secara operasional tes dapat didefinisikan sejumlah tugas yang harus
dikerjakan oleh yang dites”. Moleong (2007:183).
Tes dilakukan untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek
kemampuan seseorang dengan menggunakan pengukuran yang
menghasilkan suatu deskriptif kuantitatif tentang aspek yang diteliti.
Dalam penelitian ini dilakukan tes kemampuan bahasa Reseptif dan
Ekspresif kepada 3 subjek penelitian yang dibagi ke dalam beberapa
indikator soal.
c.Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya
jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari
pihak peneliti sendiri sebagai instrumen dan diberikan terhadap responden.
Kedudukan kedua pihak secara berbeda ini terus berlangsung selama
proses tanya jawab, pada wawancara. Seperti yang dikemukakan oleh
Abdurrahmat Fathoni (dalam Moleong. 2007:105) bahwa, “Wawancara
adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan
berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang
mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai”.
Wawancara ini dilakukan dengan guru (pihak sekolah) dan orang tua
siswa khususnya sebagai responden dalam penelitian ini. Adapun aspek
yang ingin diungkap melalui wawancara ini yaitu dimensi atau aspek dari
peran orang tua dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak.
Dimensi-dimensi tersebut nantinya akan menggambarkan bagaimana
upaya yang dilakukan orang tua, adakah hambatan yang ditemui, dan
bagaimana upaya mengatasi hambatan tersebut. Adapun wawancara juga
dilakukan dengan guru kelas yang bertujuan untuk mengungkap
kemampuan bahasa pada ketiga subjek penelitian.
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara terstruktur.
42
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang pewawancaranya (interviewer) menetapkan sendiri masalah- masalah
dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan”.
Dalam hal ini peneliti membuat pedoman wawancara sesuai dengan
informasi data yang akan diungkap dari responden. Namun, jika terdapat
hal lain pada saat wawancara terdapat data yang perlu diungkap dari orang
yang diwawancarai maka peneliti langsung melakukan wawancara dengan
pertanyaan yang tidak terdapat dalam pedoman wawancara yang telah
dibuat (emergency).
d. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen
bisa berbentuk tulisan catatan peristiwa yang berbentuk tulisan, gambar
maupun rekaman audio visual dari sumber data. Seperti yang dikemukakan
oleh Sugiyono (2009;329) bahwa,
Dokumen sendiri terdiri dari tulisan seperti buku harian, surat surat dan dokumen resmi. Dalam studi dokumentasi ini peneliti memanfaatkan segala sumber data yang telah disebutkan di atas (jika ada) sebagai penambah dan penjelas data yang diperoleh peneliti lewat observasi dan wawancara.
2.Instrumen Penelitian
Pencapaian suatu kegiatan memerlukan berbagai penunjang. Salah
satu diantaranya adalah berupa alat/instrumen yang digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut. Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat
digunakan sebagai alat/instrumen penelitian. Hal ini sejalan dengan apa
yang dikemukakan oleh Lexy J. Moleong (2007:9) sebagai berikut:
43
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kutipan di atas menggambarkan fungsi peneliti sebagai alat
penelitian. Dengan demikian yang berfungsi sebagai instrumen penelitian
adalah diri peneliti sendiri dengan mempertimbangkan bahwa peneliti
sebagai instrumen mudah menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi yang
ada di lapangan. Untuk mempermudah dalam pelaksanaan pengumpulan
data, peneliti dilengkapi dengan perangkat pedoman observasi, pedoman
wawancara, studi dokumentasi.
Berikut adalah kisi-kisi umum instrumen penelitian yang peneliti buat
dengan tujuan agar dapat memudahkan pelaksanaan penelitian di lapangan
Tabel 3.4
Kisi-kisi umum instrumen penelitian
No. Fokus Penelitian Tujuan
44
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada anak tunarungu
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Moleong (2007:127-151)
bahwa, “secara garis besar tahapan penellitian dimulai dari tahap pra
lapangan, tahap pekerjaan lapangan sampai dengan tahap penganalisisan
45
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Tahap Pra Lapangan
a) Menyusun Rencana Penelitian
Kegiatan ini merupakan tahap awal dari serangkaian proses penelitian.
Masalah yang diajukan dalam sebuah proposal dengan urutan rancangan
penelitian ini dibuat untuk memenuhi syarat untuk melakukan penelitian
dengan melewati kegiatan seminar agar dapat diketahui kelayakan untuk
melakukan penelitian.
b) Memilih Lapangan Penelitian
Proses pemilihan masalah penelitian ini berawal dari ketertarikan
peneliti pada bagaimana peran orang tua dalam mengembangkan
kemampuan berbahasa anak tunarungu.
c) Mengurus Perizinan
Pengurusan perizinan yang bersifat administratif dilakukan dengan
memulai dari tingkat Jurusan, Fakultas, tingkat Universitas, Kesbangpol,
sampai dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, dan terakhir ke
SLB Prima Bhakti Mulia Cimahi sebagai tempat penelitian dilakukan.
d) Menyiapkan Peralatan Penelitian
Pada tahap ini peneliti berusaha menyiapkan segala perlengkapan
yang dibutuhkan selama berada di lapangan dengan maksud untuk
memperjelas dan mempermudah melakukan kegiatan pengumpulan data
yang berkaitan dengan penelitian. Adapun perlengkapan tersebut anatara
lain ialah instrumen penelitian yang terdiri atas pedoman wawancara,
pedoman observasi, pedoman tes dan media yang mendukung penelitian
seperti penyediaan kamera sebagai alat dokumentasi dan handphone
sebagai alat perekam wawancara.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
a) Memahami Latar Penelitian
46
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
efektif. Adapun latar penelitian ini dibatasi pada lokasi dimana kasus
berada.
Penampilan. Dalam melakukan penelitian, peneliti juga sangat memperhatikan penampilan. Karena penelitian ini dilakukan dan
berhubungan dengan pihak orang tua, maka peneliti berusaha untuk
tampil dengan sopan, formal dan senantiasa ramah.
Pengenalan hubungan peneliti di lapangan. Penelitian ini bersifat langsung tanpa berperan serta, maka peneliti berusaha agar hubungan
dengan lingkungan yang ada di lokasi penelitian tetap penuh keakraban,
tanpa mempengaruhi situasi dan perilaku alami yang ada di lokasi
penelitian.
Jumlah waktu studi. Peneliti mengalokasikan waktu di lapangan selama tiga minggu, diharapkan dengan jumlah waktu yang sangat terbatas ini
berbagai informasi juga data-data yang diperlukan dapat terkumpul dan
diperoleh dengan baik.
b) Memasuki lapangan
Keakraban hubungan. Keakraban hubungan peneliti dengan lingkungan sosial di lokasi penelitian selalu dijaga dengan baik oleh peneliti, agar
mempermudah peneliti dalam memperoleh berbagai informasi dan
data-data yang dibutuhkan .
Peranan peneliti. Peran peneliti dalam aktivitas yang ada di lokasi penelitian tidak besar. Karena penelitian ini dilakukan dengan
pengamatan langsung tanpa berperan serta, sehingga peneliti
menghindari peran serta langsung karena dikhawatirkan hal tersebut
akan mempengaruhi kondisi dan perilaku yang terjadi di lokasi
penelitian.
Berperan serta dan Mengumpulkan Data :
1) Pengarahan Batas Studi. Pengarahan batas studi dilakukan dengan
memperhatikan batasan masalah dan fokus penelitian yang diteliti,
47
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berbahasa pada anak tunarungu berikut dengan upaya yang dilakukan
orangtua, hambatan yang dihadapi orang tua, sampai kepada cara
menghadapi hambatan yang dihadapi. Pengarahan studi ini menjadi
penting, agar pada saat berada di lokasi penelitian, peneliti tidak
terjebak pada masalah-masalah yang berada di luar fokus masalah
penelitian.
2) Mencatat Data. Pencatatan data dilakukan pada saat di lapangan dan
sesudah pengumpulan data dari lapangan, baik pada saat kegiatan
wawancara, observasi atau pada saat pengumpulan
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.
3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data
Pada tahap pemeriksaan keabsahan data peneliti melakukan dengan
tiga teknik yaitu teknik Triangulasi, member check, dan perpanjangan
pengamatan.
4. Tahap Analisis dan Penafsiran Data
Pada tahap terakhir adalah analisis. Pada tahap ini peneliti melakukan
reduksi data, penyajian data dan terakhir adalah penarikan kesimpulan data
dan verifikasi.
E. Pengujian Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data digunakan untuk mengetahui dan mengukur
tingkat kepercayaan atau kredibilitas dari data yang diperoleh. Adapun
pengujian keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perpanjangan pengamatan, triangulasi sumber melalui teknik wawancara
kepada beberapa sumber dan member check.
1.Perpanjangan Pengamatan
48
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan sumber data yang pernah ditemui ataupun yang baru”.
(Sugiyono,2009:122)
Dengan perpanjangan pengamatan berarti diharapkan hubungan
peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk semakin akrab,
semakin terbuka, dan saling mempercayai sehingga tidak ada informasi
yang tersembunyikan. Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan,
peneliti masih merasa malu, belum terlalu terbuka, takut menyinggung,
dan menyita waktu subjek penelitian serta orang-orang yang akan
memberikan data. Dengan perpanjangan pengamatan inilah peneliti
nantinya akan mengecek data yang telah diperoleh, dan jika data yang
diperoleh tidak sesuai dengan data yang sebenarnya maka peneliti akan
terus melakukan penelitian secara luas dan mendalam sehingga data yang
diperoleh benar benar sama dengan data seharusnya yang ada di lapangan.
2.Triangulasi
“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. (Moleong,
2007:178)
Triangulasi yang peneliti gunakan disini adalah triangulasi sumber data,
yaitu didapat dari beberapa sumber melalui teknik wawancara seperti
wawancara yang dilakukan terhadap Ayah, Ibu, dan juga kepada wali kelas
subjek. Kemudian data tersebut dideskripsikan, dikategorisasikan antara
pandangan yang sama dan beda juga dilihat data mana yang lebih spesifik
dari ketiga sumber data tadi. Data kemudian dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan kesimpulan yang selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan
member check kepada ketiga sumber tadi.
49
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah melakukan Triangulasi melalui teknik wawancara, kemudian data
tersebut dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana
pandangan yang berbeda, dan mana spesifik dari ketiga sumber data tersebut.
Data kemudian dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan kesimpulan
yang selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga
sumber tersebut. Jika ketiga sumber tersebut tidak menerima atau tidak
menyepakati hasil penelitian karena dianggap jauh berbeda dengan kenyataan
yang sebenarnya maka peneliti mengadakan diskusi kesepakatan yang lebih
lanjut dengan ketiga pemberi sumber data tersebut. Hal ini sebagaimana yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2009:129) :
Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaan nya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data
F. Pengolahan dan Teknik Analisis Data
Analisa data yang dilakukan penulis adalah dimulai dari awal hingga
akhir penelitian. Nasution ( dalam Sugiyono, 2009:242) menyebutkan
bahwa
“analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,
sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian”.
Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen, (dalam Moleong, 2007:248)
mengemukakan bahwa,
50
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada
proses analisis data yaitu setelah data dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka
selanjutnya data direduksi, disajikan dan ditarik kesimpulan serta
verifikasinya.
Agar memudahkan dalam menganalisa dan mengolah maka penulis
memproses hasil daripada penelitian adalah sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Mereduksi data sangat diperlukan karena data yang sudah diperoleh
melalui observasi, tes, wawancara maupun studi dokumentasi begitu banyak
dan komplek, serta mungkin masih campur aduk, maka tidak mungkin
disajikan secara keseluruhan. Pada tahap ini data yang diperoleh kemudian
diseleksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan, dan dibuang
yang tidak perlu dengan tujuan untuk mengetahui data yang benar-benar
representatif yang sesuai dengan tujuan penelitian. Mereduksi data akan lebih
mudah dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu sehingga
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan
mencarinya jika diperlukan
Selain itu, agar mempermudah mereduksi data maka hasil penelitian yang
telah didapat dari lapangan diberikan kode/tanda sesuai dengan fokus
penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Bagian-bagian data hasil penelitian
yang diberi kode/tanda tersebut adalah data-data terpenting yang merupakan
jawaban-jawaban dari fokus penelitian.
2. Penyajian Data (Display Data)
Dari hasil mereduksi data perlu disajikan dalam laporan secara sistematik
yang mudah dipahami dan mudah dibaca, baik secara keseluruhan maupun
bagian-bagiannya. dengan cara mengelompokkan data. Dalam penelitian ini,
data hasil penelitian yang telah direduksi disajikan dalam bentuk data hasil
wawancara dari ketiga sumber wawancara atau informan.
51
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada kegiatan ini penulis melakukan verifikasi data yang diperoleh dari
responden dengan cara memeriksa data, mengecek dan meneliti ulang dari
kebenaran/keabsahan data tentang tujuan, materi, metode, proses, alat dan
evaluasi dalam pembelajaran, untuk kemudian ditarik kesimpulan.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten pada saat meneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data,
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kemampuan berbahasa anak tunarungu dapat berkembang dengan baik
atau sebaliknya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Khususnya faktor di
luar diri anak yaitu orang tua. Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama
memberikan pengaruh yang sangat besar terutama dalam mengembangkan
kemampuan bahasa anak tunarungu.
Orang tua dituntut untuk dapat menerima anaknya secara realistis, positif
serta mampu menjalankan peran dalam mengembangkan bahasa anak
tunarungu. Peran orang tua dalam hal ini yaitu mencakup pada penerimaan
terhadap anak, memahami perkembangan bahasa anak, serta terampil dalam
menciptakan dan memberikan kesempatan berbahasa kepada anak sejak dini.
Karena, keterampilan berbahasa didapat oleh anak dengan cara proses meniru,
peniruan terjadi apabila ada motivasi dari anak untuk mau berbahasa/bicara
dan motivasi tersebut akan muncul apabila orang tua dapat menjalankan
perannya dengan baik.
B. Saran
1.Bagi Orang Tua
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan kepada
orang tua yang memiliki anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan
berbahasa. Hasil penelitian ini diperoleh gambaran hambatan yang ditemui
sekaligus upaya yang dilakukan orang tua anak tunarungu dalam
mengembangkan kemampuan berbahasa. Adapun hal yang dapat dilakukan
orang tua adalah sebagai berikut :
1) Orang tua dapat dan mampu menerima kehadiran anak dan
keberadaan diri anak dengan penuh kasih sayang yang sama seperti
89
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Kesediaan dan kesabaran orang tua diharapkan untuk
memberi/membina bahasa dengan cara berulang-ulang,
menggunakan bahasa yang mudah dan contoh ucapan yang jelas.
3) Menyediakan waktu atau kesempatan memberi dan menerima
bahasa/bicara dimana saja dan dalam situasi apapun.
4) Kesempatan menerima bahasa dari anak, artinya apabila telah
memahami bahasa ia akan selalu bertanya, maka saat itu orang tua
sebaiknya membahasakan bahasa tersebut dan memberi makna dari
bahasa anak.
5) Perlu adanya peningkatan komunikasi/kerjasama orang tua dengan
ahli dan lembaga pendidikan sebagai sumber referensi orang tua
2.Bagi Guru
Tugas seorang guru bukan hanya menstransfer ilmu pengetahuan kepada
peserta didik namun lebih dari itu guru hendaknya juga mendorong,
membimbing, dan memotivasi agar anak didik nya mampu berkembang
seoptimal mungkin terutama dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak
dalam ruang lingkup pembelajaran di kelas. Guru juga sebaiknya memiliki
pengetahuan dan keterampilan khusus dalam memberikan pelayanan yang
sesuai untuk anak. Selain itu, untuk membantu berhasilnya proses
pengembangan kemampuan anak dalam pengembangan kemampuan
berbahasa, maka perlu adanya komunikasi juga kerjasama antara guru dan
orang tua
3.Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran
mengenai peran orang tua dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak
tunarungu yang didalamnya terdapat hambatan dan upaya yang dilakukan
90
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan lebih spesifik tentang pengaruh peran orang tua terhadap anak
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Bunawan, L. dan Yuwati S.C. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama
Busono, M. (1993). Pendidikan Anak Tunarungu. Yogyakarta: P3T IKIP Yogyakarta
Dwidjosumarto. A. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Depdikbud
Firman. (2010). Perkembangan Bahasa Reseptif dan Ekspresif (bagi anak tunarungu). Tersedia [ online ] : http://ryaneducationforall.blogspot.com/ [8 Agustus 2012 ]
Fatih. (2013). Pengertian Analisis Menurut Para Ahli. Tersedia [ online ] : http://fatih-io.biz/definisi_pengertian_analisis_menurut_para_ahli.html/ [4 Juli 2014]
Hasbullah, 1999. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Hernawati, T. et al. (2008). Artikulasi dan Optimalisasi Fungsi Pendengaran (Modul). Bandung : Jurusan Pendidikan Luar Biasa UPI Bandung
Korompot, S. (2002). Peran Orang Tua dalam Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu
Usia Dini. ( makalah). Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung
Moeliono, A. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat Jakarta:PT.Gramedia Pustaka.
Mohammad, E. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara
Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Rusyani, E. (2004). Bahasa dan Ketunarunguan (modul). Bandung: PLB FIP UPI.
Sadja’ah, E. (2005). Gangguan Bicara-Bahasa. Bandung: San Grafika
Sadja’ah, E. (2008). Layanan dan Artikulasi Anak Tunarungu. Bandung: San Grafika
Sadja’ah, E. (2013). Bina Bicara,Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: Refika Aditama
91
Amilia Wahyuni, 2014
Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Soejadi, E. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Departemen Pendidikan RI
Soelaiman, M.I. (1994). Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung: C.V Alfabeta
Soekanto, S. (1997). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada
Somad, P dan Hernawati, T. (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Somantri,S. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama
Sudjana, N. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: C.V Alfabeta
Tarigan, H.G. (1994). Membaca sebagai sesuatu keterampilan berbahasa. Bandung: ANGKASA
Tarmansyah, (1996). Gangguan Komunikasi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Winasrih, M. (2007). Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu Dalam pemerolehan Bahasa. Jakarta. Direktorat