Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh
Novi Adelina
0901320
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Oleh
Novi Adelina
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Novi Adelina 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA
(Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung, Tahun 2014)
Oleh:
Novi Adelina
Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
© Novi Adelina
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA”, sepenuhnya merupakan karya sendiri, tidak ada di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat.
Bandung, Agustus 2014
Yang membuat pernyataan,
Novi Adelina
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Novi Adelina (0901320). Hubungan Antara Gaya Kelekatan (Attachment
Style) Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja. Skripsi, Jurusan Psikologi FIP
UPI, Bandung (2014).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran attachment style pada siswa SMA
Pasundan 1 Bandung, gambaran perilaku seksual pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung,
dan hubungan antara attachment style dengan perilaku seksual pada siswa SMA
Pasundan 1 Bandung. Attachment style ikatan emosional yang terus menerus ditandai
dengan kecenderungan untuk mencari dan memantapkan kedekatan terhadap tokoh
tertentu, khususnya ketika sedang berada dalam kondisi yang menekan. Perilaku seksual
adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenis mulai
dari perasaan tertarik sampai dengan tingkah laku berkencan, bercumbu sampai dengan
bersenggama. Subjek dalam penelitian ini diambil secara simple random sampling, yaitu
200 siswa SMA Pasundan 1 Bandung. Data dikumpulkan dengan teknik penyebaran
kuesioner, serta divalidasi dan skoring menggunakan skala likert serta di analisis
menggunakan correlation Spearman Rho. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan
bahwa siswa SMA Pasundan 1 Bandung memiliki attachment style dengan insecure
attached avoidant attachment (Type A) sebanyak 4,5%, securely attached infant (Type B)
sebanyak 81%, insecurely attached resinstant infant (Type C) sebanyak 10,5% dan
disorganized / disoriented attached (Type D) sebanyak 4%. Sedangkan untuk gambaran
perilaku seksual yaitu 5 orang (2,5%) memiliki perilaku seksual yang tinggi dan 195
orang (97,5%) memiliki perilaku seksual yang rendah. Sementara itu hubungan antara
attachment style dengan perilaku seksual adalag signifikan namun lemah, artinya dari
setiap tipe attachment style dengan perilaku seksual memiliki hubungan yang rendah, hal
ini bisa dijelaskan bahwa attachment style bukan salah satu ha yang paling kuat
hubungannya dengan perilaku seksual pada remaja.
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Novi Adelina (0901320). Novi Adelina (0901320). The Relation Between
Attachment Style And Sexual Behavior In Teens. S1 Thesis, Department of
Psychology FIP UPI, Bandung (2014).
This research aims to know the description of attachment style on the high school
students of Pasundan Bandung 1, description of sexual behavior in high school students
of Pasundan 1 Bandung, and the relationship between attachment style and sexual
behavior in high school students of Pasundan 1 Bandung. Attachment style continuous
emotional bond is characterized by a tendency to seek and establish the proximity of
certain figures, particularly when the conditions are pressing. Sexual behaviour is any
behaviour by sexual desire with the opposite sex ranging from feeling interested up to
date, flirt behaviour up to sexual intercourse. The subject in this study is taken by simple
random sampling, namely 200 high school students of Pasundan 1 Bandung . The Data
collected with a questionnaire, as well as the spread of the technique is validated using
likert scale scoring and as well as in the analysis using the Spearman Rho correlation. The
results obtained showed that the high school students of Pasundan Bandung 1 have
insecure attachment style with attached avoidant attachment (Type A) as much as 4.5%,
securely attached infant (Type B) as much as 81%, insecurely attached infant resistant
(Type C) as much as 10.5% and disorganized/disoriented attached (Type D) as much as
4%. As for the depiction of sexual behavior that is 5 people (2.5%) and have a high
sexual behaviour and 195 people (97.5 percent) had low sexual behavior. Meanwhile the
relationship between attachment styles with sexual behaviour is significant but weak,
meaning any type of attachment style with sexual behavior have a low relation, it means
the attachment style is not one of the most powerful factor has to do with sexual behavior
in teens.
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL . ... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian...
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ...
C. Tujuan Penelitian…...
D. Manfaat Penelitian...
E. Struktur Organisasi Skripsi...
1
7
9
9
10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Remaja………
B. Attachment Style……….
C. Perilaku Seksual……….
D. Kerangka Pemikiran………...
11
16
24
34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian……….
B. Desain Penelitian………
C. Metode Penelitian………...
D. Definisi Operasional………...
E. Instrumen Penelitian………...
F. Proses Pengembangan Instrumen………...
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Teknik Analisis Data…….……….
H. Teknik Pengumpulan Data………...………...
I.Prosedur Pelaksanaan Penelitian………
58
64
65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………..
B. Pembahasan………
67
78
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ...
B. Rekomendasi...
87
88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin adolscere
yang artinya tumbuh ke arah kematangan (Muss, 1986). Beberapa penulis
Indonesia berpendapat bahwa remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke
dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan
agama (Latifah, 2008). Salah satu perkembangan yang dialami oleh remaja adalah
perkembangan fisik/biologis. Secara fisik masa remaja ditandai dengan
matangnya organ-organ seksual dimana remaja pria mengalami pertumbuhan pada
organ testis dan kelenjar prostart, matangnya organ-organ ini memungkinkan
remaja pria mengalami mimpi basah, sementara remaja wanita ditandai dengan
tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium yang bisa menghasilkan sel telur yang
membuat remaja putri mengalami haid.
Seiring dengan matangnya organ-organ seksual pada remaja, menjadi
salah satu pemicu remaja berperilaku seksual. Perilaku seksual menurut adalah
segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis
maupun sesama jenis (Sarwono, 2010:174). Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat
beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan,
bercumbu dan senggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam
khayalan atau diri sendiri.
Perilaku seksual adalah semua jenis aktifitas fisik yang menggunakan
tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotis atau perasaan afeksi (Amalia,
2007:28). Di Indonesia perilaku seksual pada remaja masih sangat tabu, baik dari
pendidikan maupun pengetahuan tentang seks. Hal ini karena negara Indonesia
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Di Indonesia terdapat perilau seksual nyata di daerah S yaitu tempat
tinggal peneliti dimana perilaku seksual pada remaja menjadi masalah yang sangat
penting saat ini, karena seiring negara berkembang informasi yang didapat para
remaja mengenai perilaku seksual semakin mudah sehingga para remaja tidak
sungkan lagi untuk berpegangan tangan dengan lawan jenis, berkencan,
berpelukan bahkan hingga melakukan intercourse diluar pernikahan menjadi hal
yang biasa. Orangtua dari remaja dengan perilaku seks pranikah hanya bisa
pasarah dan menikahkan anaknya setelah mengetahui hal tersebut. Meskipun hal
ini sudah jelas dianggap aib, namun tidak ada tindak lanjut atau tindak
pencegahan di daerah S ini baik itu dari pemerintah, ataupun dari warga
masyarakat sendiri.
Aspek seksualitas sangat rentan pada masa remaja saat ini, contoh kasus
yang lain terjadi di Kota Bandung salah satunya adalah kasus video porno yang
dilakukan oleh sepasang remaja berasal dari SMA Pasundan 1 pada tahun 2010.
Wakil Kepala Sekolah SMA Pasundan 1, Memo Maksun, Jumat 23 April 2010
mengatakan pihak sekolah telah mengetahui adanya video mesum itu sejak tiga
bulan setelah video tersebut tayang (Kurniawan, 2010). Kasus ini tidak ada tindak
lanjutnya, mengingat dalam wawancara yang dibuat oleh beberapa media
menghasilkan jawaban bahwa siswi yang ada dalam video memang mengenakan
batik SMA Pasundan 1 akan tetapi wajah sisiwi tersebut tidak ada dalam database
pihak sekolah.
Berdasarkan wawancara awal yang peneliti lakukan pada Guru Bimbingan
dan Konseling yaitu Dian Gaman di SMA Pasundan 1 Bandung menghasilkan
fenomena baru, teradapat kasus mengenai perilaku seksual tahun 2013 lalu. Kasus
tersebut dianalisa oleh Dian Gaman. Kasus yang terjadi ternyata bertentangan
dengan asumsi peneliti, Dian Gaman menjelaskan bahwa dalam kasus terbaru
mengenai perilaku seksual yang ada di sekolah tersebut hubungan antara kedua
remaja dengan orangtua termasuk dalam kategori secure. Akan tetapi menurut
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dimiliki remaja sangat terbatas, pergaulan bebas yang sulit dihindari, dan ada
kesempatan untuk melakukan perilaku seksual tersebut.
Selain kasus yang terjadi di SMA Pasundan 1, hasil penelitian Klinik
Mawar PKBI melalui data Collections Project Achievement (DCPA) dengan
sampel 100 Wanita Penjajak Seks (WPS) yang telah dijangkau di Kota Bandung,
49% merupakan remaja. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
(2011) Jawa Barat mencatat 57% remaja Kota Bandung telah melakukan
hubungan seksual di luar nikah (inilahkoran.com). Hasil penelitian tersebut
membuktikan bahwa perilaku seksual pada remaja sulit dicegah karena dalam
proses perkembangan yang dialami remaja salah satunya adalah perubahan fisik
dalam dirinya.
Seringkali terjadi masalah perilaku pada remaja seperti terlibat dalam
perkelahian, tawuran, penggunaan obat-obatan, perilaku seksual sampai pada
kenakalan remaja (Laursen, dalam Ciariano, Rabaglietti, Roggero, Bonino &
Beyers, 2007). Dalam hal ini gaya kelekatan (attachment style) dari tiap remaja
akan memiliki perbedaan yang tampak terhadap perilaku seksualnya
(Bartholomew dan Horowitz 1991).
Dewasa ini, remaja lebih bebas untuk mengekspresikan dirinya dan
mengembangkan kebudayaan khusus teman sebayanya, terlihat dalam sikap-sikap
mereka terhadap cara berpakaian, musik, film, makanan maupun seksualitas.
Remaja seringkali menerima informasi yang salah bahkan menyesatkan misalnya
dari cerita teman, melihat dari film atau video porno, tayangan televisi, membaca
buku, majalah yang lebih banyak menyajikan seks secara vulgar dibandingkan
pengetahuan pendidikan seksual yang benar. (Burgess et al, 2005).
Perilaku seksual telah menjadi bagian yang umum dalam hubungan
diantara remaja. Keterlibatan dengan kelompok teman sebaya dan ketertarikan
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tuntutan untuk membentuk hubungan baru dan lebih matang dengan lawan
jenisnya.
Pengaruh dari dalam diri individu itu berasal dari perubahan hormonal
yang terjadi secara alamiah dan berakibat pada peningkatan hasrat seksual
seseorang (Sarwono, 1991). Hal ini kemudian tidak dapat tersalurkan karena
adanya aturan hukum tentang batas usia tertentu untuk perkawinan. Kondisi
remaja yang mengalami masa puber pada hormon-hormon seksualnya juga akan
meningkatkan keinginan individu untuk melakukan aktivitas seksual
(Faturochman, 1992). Sementara pengalaman dari luar dirinya dapat diperoleh
melalui pengalaman kencan, informasi yang diperoleh dari teman, orangtua,
pengalaman masturbasi, tontonan porno, serta pacaran (Hurlock,1992).
Hubungan dengan lawan jenis yang sering kita ketahui dengan berkencan
mengarah pada perilaku seksual. Perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja saat
ini dipengaruhi banyak faktor menurut Sarwono (2000) faktor yang
mempengaruhi remaja berperilaku sekusal yaitu fisik, pola asuh orangtua,
attachment style dengan orangtua, pergaulan bebas, pergaulan teman sebaya,
media dan alat kontrasepsi.
Keluarga adalah tempat yang penting dimana anak memperoleh dasar
dalam membentuk kemampuannya agar kelak menjadi orang berhasil di
masyarakat. Dapat diketahui bahwa keluarga menjadi tempat yang paling penting
bagi remaja untuk pembentukkan sosial dan emosional remaja khususnya kondisi
remaja yang sedang memasuki masa perubahan atau transisi (Gunarsa & Gunarsa,
2004).
Remaja dalam keluarga tentu tidak akan lepas dari masalah, karena remaja
pasti akan berhubungan dengan anggota lain dalam keluarga yang tentunya
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masalah karena hubungan ayah-ibu, masalah dengan saudara, masalah dengan
sanak keluarga lain dan masalah-masalah sosiokultural seperti masalah keuangan.
Masalah dalam keluarga juga dipengaruhi faktor lain seperti masalah seksual,
penyalahgunaan obat dan alkohol serta kenakalan remaja (Sarwono, 2006).
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, dapat dilihat bahwa
disamping faktor hormon-hormon seksual yang meningkat terdapat beberapa
faktor yang paling mempengaruhi terbentuknya perilaku seksual, yaitu faktor
pengalaman dari luar dirinya yang diperoleh dari pengalaman berkencan,
informasi yang diperoleh dari teman, hubungan dengan orang tua, pengalaman
masturbasi, tontonan porno dan juga pacaran. Peneliti akan mengambil satu faktor
eksternal penyebab perilaku seksual yaitu hubungan dengan orang tua yang bisa
dilihat dari sisi kelekatan (attachment).
Attachment pada manusia pertama kali terbentuk dari hubungan antara
orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang
berinteraksi dengan bayinya. Teori attachment yang diformulasikan oleh John
Bowlby adalah teori yang paling berpengaruh pada zaman sekarang ini dalam
membahas hubungan antara orang tua dengan anak maupun hubungan dekat
lainnya. Menurut Shaffer (2005), Attachment adalah konstruk yang berlangsung
sepanjang rentang kehidupan, yaitu dari bayi, masa kanak-kanak, remaja
dan sampai dewasa, jadi attachment tidak hanya terjadi pada masa bayi
(Bowlby dalam Doyle, Moretti, Voss, & Margolese 2000) .
Intensitas dan frekuensi dari perilaku attachment berkurang sejalan dengan
bertambahnya usia, tapi kualitas terhadap ikatan attachment relatif stabil
(Bowlby dalam Anna, 2000). Terdapat banyak perubahan yang kompleks dalam
hubungan orangtua dan anak selama masa remaja. Beberapa studi menunjukkan
bahwa secure attachment terhadap kedua orang tua menurun selama masa
pubertas (Papini, Roggmann, & Anderson dalam Anna dkk, 2000). Hal ini
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menurun, sehingga dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi anak
berperilaku menyimpang atas dasar dorongan dan hasrat yang kuat dalam
mencoba suatu hal baru.
Kemampuan seorang remaja untuk menjaga keseimbangan antara
kebutuhan untuk memperoleh kemandirian dengan keinginan untuk tetap
berhubungan dengan orang tua merupakan perwujudan dari attachment security
(Alan, Moore, & Kuperminc dalam Doyle dkk 2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi Yunita di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Kutoarjo (2009) menunjukkan bahwa sebesar 27,3%,
artinya identitas diri remaja sebesar 27,3% ditentukan oleh kelekatan pada
orangtua dan 72,7% sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak
diungkap dalam penelitian ini dan diduga turut berperan dalam pencapaian
identitas diri remaja.
Kemudian attachment yang dialami oleh seseorang di masa
kecilnya akan berpengaruh kepada kepribadian di masa dewasanya.
Kepribadian anak yang insecure di masa depannya akan tidak mudah untuk
mengungkapkan kekurangan – kekurangan dalam dirinya (Cassidy, 1988 dalam
Cassidy, 1999 ).
Pembentukan attachment pada masa kecil mempengaruhi kemampuan
anak menjalin persahabatan pada masa dewasa (Jeremy Holmes 1996). Hasan dan
Shaver (1994) mengungkapkan tentang tipologi attachment hubungan orang tua
anak dan relasi interpersonal pada masa dewasa yang ditulis sebagai berikut:
“…the attachment typology of infant-parent relationship to explore
intimate relationships between adults. They see Bowlby’s key elements of secure
parenting – proximity and responsiveness – as equally applicable to successful
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Maka dapat dikatakan bahwa, kesuksesan menjalin relasi interpersonal
atau persahabatan pada masa dewasa seiring dengan pola relasi orang tua-anak
dari mulai masa anak tersebut masih bayi. Kemudian Allen & Kuperminc dkk
dalam Santrock, 2003) mengungkapkan kedekatan remaja dengan orangtua akan
mampu memfasilitasi remaja dalam kecakapan dan kesejahteraan spasial seperti
yang tercermin dalam beberapa ciri seperti harga diri, penyesuaian emosi, dan
kesehatan fisik. Kedekatan dengan orangtua mampu menghasilkan hubungan yang
baik dengan teman sebaya pacar atau kekasih dan juga lingkungan sosialnya.
Bagi remaja laki-laki maupun perempuan, teman seusia dan sejenis sangat
berarti. Persetujuan atau kesesuaian sikap sendiri dengan sikap kelompok sebaya
adalah sangat penting untuk menjaga status afiliasinya dengan teman-teman,
menjaga agar ia tidak dianggap “asing” dan menghindari agar tidak dikucilkan
oleh kelompok. Teman sebaya juga merupakan salah satu sumber informasi
tentang seks yang cukup signifikan dalam membentuk pengetahuan, sikap dan
perilaku remaja (BKKBN, 2002)
Penelitian lain yang dilakukan oleh Dewi Intan Puspitadesi dkk di SMAN
11 Yogyakarta (2012) mengungkap bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara figur kelekatan orangtua dan intimacy dengan perilaku seksual pada
remaja. Figur kelekatan orangtua sebanyak 15,5% berpengaruh sebagai faktor
remaja berperilaku seksual. Sedangkan 84,5% merupakan faktor lain yang
mempengaruhi remaja berperilaku seksual seperti media pornografi dan
pergaulan.
Dalam penelitian tersebut terdapat tiga variabel yaitu, kelekatan, intimacy
dan perilaku seksual. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
gaya kelekatan dan intimacy dengan perilaku seksual. Dari penelitian tersebut
peneliti ingin mengambil hal yang lebih spesifik yaitu mengenai salah satu faktor
pendukung remaja melakukan perilaku seksual yaitu gaya kelekatan dengan
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelekatan dengan perilaku seksual di SMA Pasundan 1 Bandung terkait dengan
norma-norma yang berbeda dengan Kota Yogyakarta.
Berdasarkan paparan diatas, gaya kelekatan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi anak melakukan perilaku seksual maka hal ini membuat
peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai perilaku seksual pada remaja,
dengan mengambil variabel lain yaitu gaya kelekatan dengan orangtua. Peneliti
memiliki asumsi bahwa perilaku remaja salah satunya perilaku seksual memiliki
hubungan dengan gaya kelekatan anak dengan orangtuanya.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian
Perilaku seksual remaja dapat disebabkan oleh rendahnya pengetahuan
remaja tentang seks dan karena kurangnya informasi. Menurut hasil penelitian
para dokter di Jakarta seperti yang dikutip oleh Dr. Boyke bahwa 10-12% remaja
dijakarta pengetahuan seksnya sangat kurang (Yudana, 2009). Bentuk – bentuk
berperilaku seksual umumnya bertahap di mulai dari tingkat yang kurang intim
sampai berhubungan seksual , tahap-tahap perilaku seksual dapat dirinci sebagai
berikut: berfantasi, masturbasi, meraba atau diraba daerah erogen (payudara, alat
kelamin), mencium atau bersentuh pipi dan pipi, pipi dengan bibir, bibir dengan
bibir, mencium leher, saling menempelkan alat kelamin dalam keadaan
berpakaian, saling menempelkan alat kelamin dalam keadaan tanpa pakaian,
hubungan seksual (Soetjiningsih, 2004).
Perilaku seksual ini merupakan salah satu dari perkembangan pada masa
remaja. Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seksual ini salah satunya
adalah hubungan dengan orangtua. Pola relasi antara orang tua-anak pada masa
bayi dan kanak-kanak sangat menentukan pola kepribadian dan relasi
antar-pribadi pada masa dewasa Jeremy Holmes (1996) . Seperti pendapat Arnold Gesel
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang mendalam juga akan menjadi benih pertumbuhan kepribadiannya di masa
dewasa. Salah satu unsur pola relasi yang penting antara orang tua-anak pada
masa bayi dan kanak-kanak disebut pola pertautan (attachment).
Berdasarkan hal ini, fokus penelitian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
penelitian, yaitu:
1. Bagaimana gambaran gaya kelekatan (attachment style) pada remaja
SMA Pasundan 1 Bandung ?
2. Bagaimana gambaran perilaku seksual yang muncul pada remaja SMA
Pasundan 1 Bandung?
3. Apakah terdapat hubungan antara gaya kelekatan (attachment style)
terhadap perilaku seksual pada remaja SMA Pasundan 1 Bandung?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara gaya kelekatan (attachment style) terhadap perilaku seksual pada
remaja.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
a. Gambaran gaya kelekatan (attachment style) pada remaja SMA
Pasundan 1 Bandung.
b. Gambaran Perilaku seksual pada SMA Pasundan 1 Bandung.
c. Terdapat hubungan antara gaya kelekatan (attachment style)
terhadap perilaku seksual pada remaja SMA Pasundan 1 Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada tataran teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan berupa informasi mengenai hubungan antara gaya
kelekatan (attachment style) terhadap perilaku seksual pada remaja
sehingga dapat menambah literatur penelitian tentang tema dalam ilmu
psikologi seperti kajian gaya kelekatan dan kajian tentang perilaku seksual
pada remaja.
2. Manfaat praktis
Pada tataran praktis, penelitian ini diharapkan memberikan
manfaat, yaitu:
a) Bagi sekolah, sebagai informasi dan penunjang untuk melakukan
pendidikan seks pada siwa.
b) Bagi lembaga (Jurusan Psikologi), sebagai informasi dan gambaran
mengenai gaya kelekatan (attachment style) pada remaja, dan
pemahaman atas perilaku seksual pada remaja.
c) Bagi peneliti-peneliti selanjutnya, agar penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai bahan informasi dan referensi dalam melakukan
setiap penelitiannya yang berkaitan dengan gaya kelekatan (attachment
style) dan perilaku seksual pada remaja.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Untuk memahami alur pikir dalam penulisan skripsi ini, maka perlu
adanya struktur organisasi yang berfungsi sebagai pedoman penyusunan
laporan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Skripsi ini terdiri atas lima bab. Bab I merupakan pendahuluan, yang
terdiri atas latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi. Bab II berisi
kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Bab III berisi
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik
pengumpulan data dan analisis data penelitian. Bab IV berisi hasil
penelitian dan pembahasan. Bab V merupakan penutup yang terdiri atas
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian
Lokasi pada penelitian ini adalah salah satu sekolah menengah akhir di
Kota Bandung yaitu SMA Pasundan 1 Bandung.
Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013: 118). Untuk mendapatkan
sampel representatif dan layak dijadikan sumber data dalam penelitian ini
menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:
(Umar, 2008: 65)
Keterangan:
: ukuran sampel
: ukuran populasi
: persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat ditoleransi, misalnya 10%.
Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel yang diambil dari SMA
Pasundan 1 Bandung sebanyak 200 responden. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah simple random sampling, yaitu pengambilan anggota
sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan peneitian yang digunakan merupakan
kuantitatif . Menurut Idrus (2009: 29-30), penelitian kuantitaif bersifat
terinci, luas, banyak menggunakan literatur yang terkait dengan tema
penelitian sebagai pendukung memiliki prosedur terinci yang jelas, hipotesis
telah sejak awal dirumuskan dan ditulis secara lengkap sebelum melakukan
peelitian di lapangan. Penelitian kuantitaif akan menggambarkan fenomena
teori yang dimilikinya. Data yang dihasilkan banyak di dominasi angka
sebagai hasil suatu pengukuran berdasarkan pada variabel yang telah di
operasionalkan. Data penelitian kuantitaif diperoleh dengan melakukan
pengukuran atas variabel yang sedang ditelitinya.
Penelitian ini menggunakan statistik inferensial. Statistik inferensial
adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan
hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2013: 148).
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif sehingga data
penelitiannya berupa angka-angka dan datanya dianalisis dengan
menggunakan statistika (Sugiyono, 2012: 7). Sedangkan jenis penelitiannya
adalah korelasional dengan metode Ex Post Facto. Penelitian dengan metode
Ex Post Facto ini merupakan penelitian yang menggunakan logika dasar yang
sama dengan penelitian eksperimen yaitu X dan Y, namun dalam penelitian
ini tidak ada manipulasi terhadap variabel independent (Sugiyono, 2007).
Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui perbedaan tanpa harus
memberikan treatment karena gaya kelekatan merupakan suatu perilaku yang
telah dialami setiap remaja dan peneliti hanya membandingkan perilaku
seksual yang ada pada remaja dengan gaya kelekatan yang dimiliki oleh tiap
remaja tersebut. Jadi, adakah perbedaan antara gaya kelekatan secure dan
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Definisi Operasional
1. Gaya kelekatan(Attachment Style)
Gaya kelekatan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah gaya
kelekatan menurut Ainsworth (dalam Collin, 1996).Gaya kelekatan
(attachment style) merupakan ikatan emosional yang terus menerus
ditandai dengan kecenderungan untuk mencari dan memantapkan
kedekatan terhadap tokoh tertentu, khususnya ketika sedang berada dalam
kondisi yang menekan.
Gaya kelekatan yang akan diukur dalam penelitian inidibagi
menjagi dua bagian utama yaitu secure dan insecure attachment.
Selanjutnya insecure attachment dibagi lagi menjadi tiga tipe,
yaituinsecure attached avoidant attachment (Type B), insecurely
attachedresinstant infant (Type C) dan disorganized / disoriented attached
(Type D) dan secure attchment dalam satu kelompok yaitusecurely
attached infant (Type A).
2. Perilaku Seksual
Perilaku seksual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala
aktivitas seksual yang dilakukan oleh remaja baik itu dilakukan sendiri
maupun dengan lawan jenis.
Aktivitas seksual yang dimaksud dalam penelitian ini berupa
perilaku autoerotic (dialami seorang diri) dan sosioseksual (melibatkan
orang lain/ lawan jenis). Perilaku autoretic diantaranya yaitu berfantasi
seksual dan masturbasi sedangkan perilaku sosioseksual diantaranya
yaitu berpegangan tangan, berciuman, necking, meraba anggota tubuh,
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Variabel Gaya Kelekatan
Instrumen yang digunakan untuk mengukur gaya kelekatan, disusun dari
4 macam gaya kelekatan yang dikemukakan oleh Ainsworth (dalam
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1
Kisi-kisi instrumen gaya kelekatan (attachment style)
Dimensi Indikator Jumlah Item
Favorable
1.Insecure Attached Avoidant
Attachment (Type A)
1.1 Remaja menilai orangtua menunjukkan tanda – tanda
menghindar
6
1.2 Remaja memandang orangtua mengabaikan dirinya sehingga
remaja kurang memiliki kemampuan penyesuaian diri terhadap suatu
tekanan
4
1.3 Remaja menilai orangtua menolak dirinya sehingga remaja
kurang mampu dalam mengekspresikan emosi negatif terhadap
orangtua
6
1.4 Remajamemandang kehadiran orangtua sebagai gangguan
sehingga remaja menghindar jika berada dekat dengan orangtua
3
2.Securely Attached Infant (Type B)
2.1 Remaja memandang orangtua sebagai orang yang paling berharga
bagi dirisnya sehingga remaja memiliki rasa percaya diri di hadapan
orangtua
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.2 Remaja menilai orangtua sebagai orang yang bersahabat, dapat
dipercaya dan responsif
3
2.3 Remaja merasa bahwa komunikasi dengan orangtua
menimbulkan perasaan aman dan nyaman
9
3.Insecurely Attached Resinstant Infant
(Type C)
3.1 Remaja menilai orangtua tidak konsisten memberikan perhatian
pada dirinya sehingga remaja merasatidak berdaya dan bertindak
sesuka hatinya
5
3.2 Remaja menilai orangtua sebagai sosok yang tidak dapat
diandalkan dan menimbulkan respon emosi negatif yang berlebihan
pada remaja
4
3.3 Remaja menilai orangtua sebagai sosok yang tidak akan
meninggalkan dirinya
2
4.Disorganized/ Disorieted Attached
(Type D)
4.1 Remaja menilai bahwa orangtua mersepon negatif terhadap
emosinya
2
4.2 Remaja menilai orangtua sebagai sosok yang tidak konsisten
dalam pengasuhan dirinya
3
4.3 Remaja menganggap bahwa orangtua sebagai sosok menakutkan 3
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skala yang digunakan dalam instrumen gaya kelekatan ini adalah skala
likert yaitu suatu skala yang dipergunakan untuk mengukur sikap pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial
(Sugiono, 2003; 107).
Pada skala tersebut subjek diminta untuk memberikan jawaban atas
pernyataan-pernyataan dengan memberikan tanda checklist (√) pada salah
satu alternatif jawaban yang dianggap paling sesuai dengan keadaan diri
subjek. Alterbatif jawabannya adalah Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak
Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Tabel 3.2
Skoring skala gaya kelekatan
Pilihan Jawaban Nilai
Favorable
SS (Sangat Sesuai) 4
S (Sesuai) 3
TS (Tidak Sesuai) 2
STS (Sangat Tidak Sesuai) 1
1. Instrumen Variabel Perilaku Seksual
Instrumen yang digunakan untuk mengukur perilaku seksual
disusun berdasarkan 9 aktivitas seksual yang dikemukakan oleh
Katchadourian (dalam Steinberg 1993). Adapun kisi-kisi
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Novi Adelina, 2014
[image:30.842.110.782.149.449.2]HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3
Kisi-kisi instrumen perilaku seksual
Dimensi Sub-Dimensi Jumlah Item
Favorable
1.Perilaku autoerotic (Katchadourian dalam Steinberg,
1993)
1.Berfantasi(Katchadourian dalam Steinberg, 1993) 2
2.Masturbasi (Katchadourian dalam Steinberg, 1993) 4
2. Perilaku Sosioseksual (Katchadourian dalam
Steinberg, 1993)
1. Berpegangan tangan dan memeluk (Katchadourian
dalam Steinberg, 1993)
2
2.Berciuman(Katchadourian dalam Steinberg, 1993) 7
3. Necking (Katchadourian dalam Steinberg, 1993) 1
4. Meraba anggota tubuh (Katchadourian dalam
Steinberg, 1993)
3
5. Petting (Katchadourian dalam Steinberg, 1993) 3
6. Intercourse(Katchadourian dalam Steinberg, 1993) 1
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skala yang digunakan dalam instrumen gaya kelekatan ini adalah skala
likert yaitu suatu skala yang dipergunakan untuk mengukur sikap pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial
(Sugiono, 2003; 107).
Pada skala tersebut subjek diminta untuk memberikan jawaban atas
pernyataan-pernyataan dengan memberikan tanda checklist (√) pada salah
satu alternatif jawaban yang dianggap paling sesuai dengan keadaan diri
subjek. Alterbatif jawabannya adalah Sangat Sering (SS), Selalu (S), Pernah
[image:31.595.180.448.362.501.2](P) dan Tidak Pernah (TP).
Tabel 3.4
Skoring skala perilaku seksual
Pilihan Jawaban Nilai
Favorable
SS (Sangat Sering) 4
S (Selalu) 3
P (Pernah) 2
TP(Tidak Pernah) 1
A. Kategorisasi Skala
Kategorisasi skala ini bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam
kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut
yang diukur (Azwar, 2012: 147). Kategorisasi skala ini bersifat relatif.
Pengkategorisasian tersebut dilakukan sesuai dengan hasil masing-masing
responden.
1. Kategorisasi Skala Attachment Style
Pada penelitian ini, peneliti mengelompokkan sampel ke dalam lima
kategori skala untuk instrumen Attachment Style dengan menggunakan rumus
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
[image:32.595.199.443.175.376.2]Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.5
Rumus lima kategori skala
Kategori Rentang
Sangat Tinggi T > + 1,5
Tinggi + 0,5 <T≤ + 1,5
Sedang – 0,5 <T≤ +0,5
Rendah – 1,5 <T≤ – 0,5
Sangat Rendah T ≤ – 1,5
(Ihsan, 2009:77)
Keterangan:
T = Skor total subjek μ = Rata-rata baku σ = Deviasi standar baku
2. Kategorisasi Skala Perilaku Seksual
Pada penelitian ini, peneliti mengelompokkan sampel ke dalam empat
kategori skala untuk instrumen perilaku seksualdengan menggunakan rumus
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
[image:33.595.220.466.194.357.2]Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.6
Rumusan empat kategori skala perilaku seksual
Kategori Rentang
Sangat Tinggi T μ + 1 σ
Tinggi μ T μ + 1 σ
Rendah μ –1 σ T μ
Sangat Rendah T μ –1 σ
(Ihsan, 2009:77)
Keterangan:
T = Skor total subjek μ = Rata-rata baku σ = Deviasi standar baku
F. Proses Pengembangan Instrumen
Pengujian instrumen dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari item
yang dipergunakan dalam penelitian. Dalam pengujian ini dihitung
validitas dann reliabilitas dari instrumen
1. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu tes atau instrumen dapat dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi
ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar,
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji
validitas isi (content validity). Validitas isi menunjukkan sejauh mana
item-item dalam instrumen mencakup keseluruhan kawasan yang
hendak diukur. Pengujian validitas ini dilakukan melalui analisis
rasional atau melalui judgement expert untuk memeriksa apakah
masing-masing item telah sesuai dengan indikator perilaku yang
hendak diungkapnya (Azwar, 2011:175).
Setelah instrumen attacchment style dan perilaku seksual,
kemudian dikonsultasikan pada para ahli (judgement expert). Dalam
penelitian ini, melibatkan 2 orang judgement expert, yaitu satu orang
dosen ahli dalam bidang Psikologi Perkembangan dan satu dosen ahli
dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi. Hasil konsultasi
dengan para doesen ahli tersebut, terdapat 54 item dalam instrumen
attachment style dan 23 item dalam instrumen perilaku seksual.
2. Analisis Item
Setelah dilakukan expert judgement, instrumen yang telah disusun
tersebut diuji cobakan kepada 100 orang responden. Hasil dari uji
coba intrumen tersebut digunakan untuk analisis item dengan
melakukan pengujian daya diskriminasi, untuk mengetahui item yang
layak. Menurut Azwar (2012: 80) daya beda atau daya diskriminasi
item adalah sejauh mana item mampu membedakan antara individu
atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut
yang diukur. Pengujian daya diskriminasi ini dilakukan dengan cara
menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan
distribusi skor skala itu sendiri dimana komputasinya akan
menghasilkan koefisien korelasi item total (Azwar, 2012: 80-81).
Menurut Ihsan (2009: 68), analisis item ini dapat dilakukan
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sekor item dengan sekor total dari sisa item yang lainnya (jadi sekor
item yang dikorelasikan tidak termasuk di dalam sekor total). Teknik
yang digunakan untuk menghitung corrected item-total correlation
tersebut adalah teknik korelasi Pearson Product Moment. Rumusnya
adalah sebagai berikut:
(Riduwan, 2009: 110)
Keterangan:
rhitung = Koefisien korelasi
∑X = Jumlah skor item
∑Y = Jumlah skor total (seluruh item)
= Jumlah responden
Menurut Riduwan (2009: 110), jika instrumen itu layak, maka dilihat
[image:35.595.168.458.613.744.2]kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:
Tabel 3.7
Kriteria penafsiran indeks korelasi
Indeks Korelasi Kriteria
0,800 – 1,000 Sangat Tinggi
0,600 – 0,799 Tinggi
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,200 – 0,399 Rendah
0,000 – 0,199 Sangat Rendah (Tidak Layak)
a) Analisis Item Instrumen Attachment Style
Setelah dilakukan perhitungan dengan bantuan program SPSS versi
19.0 terhadap 54 item pada instrumen Attachment Style, diperoleh 53 item
yang memiliki indeks daya diskriminasi item yang dianggap layak. Hasil
analisis item pada instrumen Attachment Style, dapat dilihat pada tabel di
[image:36.595.175.508.387.563.2]bawah ini.
Tabel 3.8
Hasil Analisis Item Instrumen Attachment Style
Item Layak Item Tidak Layak
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27,
28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35,
36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43,
44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51,
52, 54
53.
Berdasarkan hasil uji validitas tersebut, item-item yang layak
kemudian digunakan dalam instrumen penelitian yang sebenarnya,
sedangkan item-item yang tidak layak tersebut dihapus dan tidak
dipergunakan kembali karena tidak mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur. Adapun kisi-kisi instrumen Attachment Style setelah
Novi Adelina, 2014
[image:37.842.104.781.172.496.2]HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.9
Kisi-kisi instrumen attachment style setelah uji coba
Dimensi Indikator Jumlah Item
Favorable
1.Insecure Attached Avoidant
Attachment (Type A)
1.1 Remaja menilai orangtua menunjukkan tanda – tanda
menghindar
6
1.2 Remaja memandang orangtua mengabaikan dirinya sehingga
remaja kurang memiliki kemampuan penyesuaian diri terhadap suatu
tekanan
4
1.3 Remaja menilai orangtua menolak dirinya sehingga remaja
kurang mampu dalam mengekspresikan emosi negatif terhadap
orangtua
6
1.4 Remajamemandang kehadiran orangtua sebagai gangguan
sehingga remaja menghindar jika berada dekat dengan orangtua
3
2.Securely Attached Infant (Type B)
2.1 Remaja memandang orangtua sebagai orang yang paling berharga
bagi dirisnya sehingga remaja memiliki rasa percaya diri di hadapan
orangtua
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.2 Remaja menilai orangtua sebagai orang yang bersahabat, dapat
dipercaya dan responsif
3
2.3 Remaja merasa bahwa komunikasi dengan orangtua
menimbulkan perasaan aman dan nyaman
8
3.Insecurely Attached Resinstant Infant
(Type C)
3.1 Remaja menilai orangtua tidak konsisten memberikan perhatian
pada dirinya sehingga remaja merasatidak berdaya dan bertindak
sesuka hatinya
5
3.2 Remaja menilai orangtua sebagai sosok yang tidak dapat
diandalkan dan menimbulkan respon emosi negatif yang berlebihan
pada remaja
4
3.3 Remaja menilai orangtua sebagai sosok yang tidak akan
meninggalkan dirinya
2
4.Disorganized/ Disorieted Attached
(Type D)
4.1 Remaja menilai bahwa orangtua mersepon negatif terhadap
emosinya
2
4.2 Remaja menilai orangtua sebagai sosok yang tidak konsisten
dalam pengasuhan dirinya
3
4.3 Remaja menganggap bahwa orangtua sebagai sosok menakutkan 3
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Analisis Item Instrumen Perilaku Seksual
Setelah dilakukan perhitungan dengan bantuan program SPSS versi
19.0 terhadap 23item pada instrumen Perilaku Seksual, diperoleh 23 item
yang memiliki indeks daya diskriminasi item yang dianggap layak. Hasil
[image:39.595.240.415.320.432.2]analisis item tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.10
Hasil analisis item instrumen perilaku seksual
Item Layak
5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 16,
17, 18, 19, 20, 21, 23, 25, 26, 27,
28, 29, 30, 31
Berdasarkan hasil uji validitas di atas, item-item yang layak kemudian
digunakan dalam instrumen penelitian yang sebenarnya. Adapun kisi-kisi
instrumen Perilaku Seksual setelah diuji cobakan dapat dilihat pada tabel
Novi Adelina, 2014
[image:40.842.111.784.160.459.2]HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.11
Kisi-kisi instrumen perilaku seksual setelah uji coba
Dimensi Sub-Dimensi Jumlah Item
Favorable
1.Perilaku autoerotic (Katchadourian dalam Steinberg,
1993)
1.Berfantasi(Katchadourian dalam Steinberg, 1993) 2
2.Masturbasi (Katchadourian dalam Steinberg, 1993) 4
2. Perilaku Sosioseksual (Katchadourian dalam
Steinberg, 1993)
1. Berpegangan tangan dan memeluk (Katchadourian
dalam Steinberg, 1993)
2
2.Berciuman(Katchadourian dalam Steinberg, 1993) 7
3. Necking (Katchadourian dalam Steinberg, 1993) 1
4. Meraba anggota tubuh (Katchadourian dalam
Steinberg, 1993)
3
5. Petting (Katchadourian dalam Steinberg, 1993) 3
6. Intercourse(Katchadourian dalam Steinberg, 1993) 1
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya. Instrumen yang reliabel adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang
sama diperoleh hasil yang relatif sama, jika aspek yang diukur dalam diri
subjek memang belum berubah (Azwar, 2011:180).
Dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus
Alpha Cronbach yang dihitung dengan menggunakan bantuan software SPSS.
Berikut adalah rumusAlpha Cronbach yang digunakan.
(Riduwan, 2009 :125)
Keterangan:
= Nilai/Koefisien Reliabilitas
= Jumlah varians skor tiap-tiap item
= Varians skor total
= Jumlah item
Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach terbagi menjadi 5 kategori, yaitu
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
[image:42.595.205.483.171.370.2]Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.12
Koefisien reliabilitas alpha cronbach
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Sangat Reliabel >0,900
Reliabel 0,700 – 0,900
Cukup Reliabel 0,400 – 0,700
Kurang Reliabel 0,200 – 0,400
Tidak Reliabel <0,200
(Guilford dalam Sugiyono, 2007: 183)
a) Reliabilitas Instrumen Attachment Style
Berdasarkan perhitungan uji reliabilitas yang telah dilakukan terhadap
instrumen Attachment Styledengan menggunakan bantuan software SPSS
versi 19.0 diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,932. Koefisien
reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa instrumen Attachment
Styletermasuk dalam kriteria reliabel, sehingga dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data. Hasil yang diperoleh tersebut
dapat dilihat pada tabel 3.12 berikut ini.
Tabel 3.13
Hasil statistik reliabilitas instrumen attachment style
Alpha Cronbach 0,932
[image:42.595.224.442.630.696.2]Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Reliabilitas Instrumen Perilaku Seksual
Berdasarkan perhitungan uji reliabilitas yang telah dilakukan terhadap
instrumen Perilaku Seksualdengan menggunakan bantuan software SPSS
versi 19.0 diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,950. Koefisien
reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa instrumen Perilaku Seksual
termasuk dalam kriteria reliabel, sehingga dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data. Hasil yang diperoleh dapat dilihat
[image:43.595.211.433.367.431.2]sebagai berikut.
Tabel 3.14
Hasil statistik reliabilitas instrumen perilaku seksual
G. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, sebelumnya peneliti menguji
normalitas data untuk mengetahui dan menentukan teknik statistik yang
akan digunakan pada pengolahan selanjutnya.
Alpha Cronbach 0,950
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.15 Tabel Tes Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Kelekatan Tipe A ,077 200 ,005
Kelekatan Tipe B ,081 200 ,003
Kelekatan Tipe C ,101 200 ,000
Kelekatan Tipe D ,124 200 ,000
Berfantasi ,305 200 ,000
Masturbasi ,325 200 ,000
Berpegangan dan
Berpelukan ,196 200 ,000
Berciuman ,262 200 ,000
Necking ,512 200 ,000
Meraba ,467 200 ,000
Petting ,522 200 ,000
Intercourse ,534 200 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap variabel memiliki nila Sig.
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
variabel tersebut tidak berdistribusi normal. Akibatnya, uji-uji statistik yang
akan dilakukan selanjutnya tidak dapat menggunakan uji statistik parametrik
(dalam skripsi ini uji korelasi Pearson) sehingga untuk mengetahui hubungan
antara masing-masing tipe kelekatan dengan tiap-tiap subdimensi perilaku
seksual akan digunakan uji nonparametrik yaitu korelasi spearman rank.
Setelah melakukan uji normalitas, langkah selanjutnya yang peneliti
lakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Gambaran Attachment Style
Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang pertama dan kedua, yaitu
bagaimana gambaran attachment style siswa dengan orangtua di SMA
Pasundan 1 Bandung dilakukan perhitungan dengan menggunakan
teknik statitistik persentase. Rumus umum persentase adalah sebagai
berikut:
(Kuntjaraningrat dalam Efendi, 2007)
Keterangan :
X = presentase jumlah responden
n = jumlah responden
N = jumlah total responden
Diaplikasikan pada peneltian ini, maka rumus persentase yang
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Persentase attachment style type A
Keterangan:
Xa = persentase jumlah responden pada attachment style type A
n = jumlah responden yang memilih attachment style type A
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Persentase attachment style type B
Keterangan:
Xc = persentase jumlah responden pada attachment style type B
n = jumlah responden yang memilih attachment style type B
N = jumlah total responden
c. Presentase attachment style type C
Keterangan:
Xm= presentase jumlah reponden pada attachment style type C
n = jumlah responden yang memilih attachment style type C
N = jumlah total responden
d. Presentase attachment style type D
Keterangan:
Xm= presentase jumlah reponden pada attachment style type D
n = jumlah responden yang memilih attachment style type D
N = jumlah total responden
Kategori presentase dapat diinterpretasikan sesuai besar presentase
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
[image:47.595.212.421.235.408.2]Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.17
Interpretasi kategori presentase
Besar Presentase Interpretasi
0% Tidak ada
1%-25% Sebagian kecil
26%-49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51%-75% Sebagian besar
76%-99% Pada umumnya
100% Seluruhnya
2. Gambaran Perilaku Seksual
Untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua, yaitu bagaimana
gambaran perilaku seksual siswa SMA Pasundan 1 Bandung, maka
dilakukan perhitungan statistik dengan langkah sebagai berikut:
a. Menghitung jumlah skor total masing-masing responden
b. Menghitung skor rata-rata instrument perilaku seksual, dengan
rumus:
=
=
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Mengelompokkan responden ke dalam kategorisasi perilaku
seksual berdasarkan tinggi rendahnya perilaku seksual.
Kategorisasi perilaku seksual digolongkan pada kriteria sebagai
berikut:
Tabel 3.18
Rumusan dua kategori
Kriteria Kategori
Rendah
Tinggi
Keterangan:
X = skor total jawaban responden
= Besaran skor rata-rata instrument perilaku seksual
d. Menghitung persentase jumlah responden pada masing-masing
kategori, dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Xmo = presentase jumlah reponden pada perilaku seksual
n = jumlah responden yang memiliki perilaku seksual
tinggi/rendah
N = jumlah total responden
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang ketiga yaitu
apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan siswa
pada guru dengan perilaku seksual siswa di SMA Pasundan 1
Bandung, maka dilakukan uji korelasi.
Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik korelasi Pearson Product Moment. Teknik korelasi ini
digunakan karena data dalam penelitian ini berdistribusi normal dan
data yang dihubungkan berpola linear. Berikut adalah rumus
korelasi Pearson Product Moment:
(Riduwan,2009: 217)
Koefesien korelasi menunjukkan derajat hubungan antara
kedua variabel. Koefesien korelasi Pearson Product Moment
dilambangkan (r) dengan ketentuan (-1 r 1). Sedangkan harga
[image:49.595.236.448.348.403.2](r) akan diinterpretasikan sesuai dengan tabel 3.19 sebagai berikut:
Tabel 3.19
Interpretasi koefesien korelasi r
Interval Koefesien Tingkat Hubungan
0,00 – 0, 199 Sangat Lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Cukup
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner (angket). Menurut Sugiyono (2013: 199), Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila
jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.
Dalam penelitian ini, digunakan dua buah kuesioner (angket). Untuk
mengukur attachment style digunakan kuesioner yang disusun berdasarkan
teori attachment styledisusun oleh Mary S Ainsworth (Davies,
1999).Sedangkan untuk mengukur perilaku Seksualdigunakan kuesioner yang
diturunkan dari teroi perilaku seksualyang dikemukakan oleh Katchadourian
(Steinberg,1989)
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa tahap, sebagai
berikut:
1) Tahap Persiapan
a) Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan landasan teori serta
mencari informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
b) Membuat proposal penelitian berdasarkan pada landasan teori yang
diperoleh.
c) Melaksanakan seminar proposal penelitian pada mata kuliah seminar
Psikologi Perkembangan.
d) Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi
kepada Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.
e) Membuat surat izin penelitian dan menyerahkan surat tersebut kepada
Novi Adelina, 2014
HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung