DAFTAR ISI
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGUJI
PERNYATAAN KEASLIAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C.Tujuan Penelitian ... 4
D.Manfaat Penelitian ... 4
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A.Perilaku Asosiatif ... 6
1. Pengertian Perilaku Asosiatif ...6
2. Faktor yang Memengaruhi Perilaku Asosiatif ... 6
3. Syarat-syarat Perilaku Asosiatif ... 7
4. Bentuk-Bentuk Perilaku Asosiatif...8
B.Prestasi Belajar ... 13
1. Pengertian Prestasi Belajar...13
2. Faktor-faktor yang memengaruhi Prestasi Belajar... 14
3. Fungsi-fungsi Prestasi Belajar... 16
C.Mahasiswa... ...17
D.Profil UPI...18
E. Kerangka Berpikir...19
F. Hipotesis Penelitian...22
BAB III METODE PENELITIAN ...23
A.Desain Penelitian...23
B.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 23
C.Variabel Penelitian... 24
D.Instrumen Penelitian ... 25
E. Teknik Pengumpulan Data ...27
F. Teknik Analisis Data... 31
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 36
A.Gambaran Perilaku Asosiatif ...36
B.Gambaran Berdasarkan Aspek ...52
C.Gambaran Prestasi Belajar...42
D.Uji Korelasi Perilaku Asosiatif dan Prestasi Belajar...44
BAB V IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ...49
A.Implikasi ... 49
B. Rekomendasi ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ABSTRAK
Azhar Kharisma Muhammad (0907140). Hubungan antara Perilaku
Asosiatif dan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI). Skripsi. Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung (2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hubungan antara
perilaku asosiatif dengan prestasi belajar pada mahasiswa UPI yang mengikuti
organisasi dan memiliki hubungan percintaan dengan lawan jenis. Penelitian
menggunakan pendekatan kuantitatif probabilitas dengan metode korelasional.
Responden penelitian adalah mahasiswa di UPI sebanyak 165 orang.
Pengukuran data dilakukan dengan metode kuesioner menggunakan instrumen
perilaku asosiatif dan IPK terakhir dari responden. Hasil penelitian
menunjukkan : 1) sebagian besar mahasiswa UPI memiliki perilaku asosiatif
pada kategori tinggi yaitu sebesar 51,5 % ; 2) sebagian besar responden
mendapatkan prestasi belajar yang baik sebesar 52,2 % ; 3) terdapat hubungan
yang positif antara interaksi sosial dengan prestasi belajar, dengan nilai
korelasi Spearman rho sebesar 0,172 atau pada tahapan korelasi sangat rendah.
Saran yang diberikan adalah peneliti selanjutnya meneliti faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan prestasi belajar.
ABSTRACT
Relations between associative behavior and academic perfomance on students in UPI. Thesis Departement of Psychology Faculty Ilmu Pendidikan UPI, Bandung (2015).
The purpose of this research is to know the relations between associative behavior and academic performance on Students in UPI. Who participating in organization and romantic relationship reviewed from intracurricular, extracurricullar, and romantic relationship. This research is using quantitative probability approach with correlated methods research’respondents are 165 students in UPI.
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
A.Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk yang memiliki dua fungsi,
yakni sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai individu manusia
memiliki potensi dan keunikan masing-masing, sedangkan sebagai makhluk sosial
manusia memiliki kemampuan untuk bersosialiasi atau hidup bersama orang lain.
Semua kemampuan yang dimiliki manusia, baik kemampuan intelektual maupun
kemampuan bersosialisasi, perlu dikembangkan melalui proses belajar agar dapat
berperan sesuai dengan fungsinya (Effendy dan Malihah, 2011). Kemampuan
intelektual maupun kemampuan bersosialisasi ini dapat dikembangkan melalui
proses pendidikan. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003, pendidikan dimaknai
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga tinggi yang berperan
dalam pencapaian upaya pendidikan. Satu wujud pencapaian pendidikan adalah
prestasi belajar mahasiswa. Prestasi belajar adalah pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya dengan nilai tes atau angka
nilai yang diberikan pengajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:895). Sejalan
dengan pendapat di atas, Winkel (2009) menyatakan prestasi belajar adalah suatu
bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan
kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Dalam penyelenggaraan
2
kenyataannya dalam setiap proses belajar mengajar menunjukkan tidak semua
peserta didik memperoleh prestasi belajar yang memuaskan.
Menurut Slameto (2004: 51), pada prinsipnya faktor yang memengaruhi
hasil belajar peserta didik berasal dari internal maupun eksternal. Faktor internal
mencakup keadaan fisiologis dan psikologis, sedangkan faktor eksternal meliputi
faktor sosial dan non sosial. Salah satu faktor lingkungan sosial yang turut
berperan dalam proses belajar peserta didik adalah lingkungan institusi
pendidikan. Syah (2005:152-153) menyatakan bahwa lingkungan institusi
pendidikan adalah lingkungan yang banyak memengaruhi kegiatan belajar peserta
didik. Dikatakan oleh Sukmadinata (2003:28), lingkungan institusi pendidikan
adalah faktor utama yang memengaruhi pendidikan, sehingga faktor lingkungan
institusi pendidikan yang mencakup interaksi sosial, memiliki peranan yang cukup
penting terhadap tingkat pencapaian belajar.
Relasi peserta didik dalam lingkungan institusi pendidikan dapat terjadi
antara peserta didik dengan peserta didik yang lainnya, dengan pengajar atau
dengan karyawan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Slameto (2003:68) yaitu relasi
peserta didik dengan peserta didik yang lainnya merupakan salah satu yang
memengaruhi proses pembelajaran. Relasi tersebut terjadi dalam kegiatan
intrakurikuler, kegiatan ekstrakurikuler maupun hubungan percintaan. Peserta
didik di lingkungan institusi pendidikan perguruan tinggi adalah mahasiswa.
Bonner (dalam Gerungan, 2004) mengatakan perilaku dalam relasi atau
hubungan terdapat perilaku asosiatif . Perilaku asosiatif adalah perilaku individu
dengan individu lain dalam hubungan yang positif seperti kerjasama, akomodasi
dan asimilasi. S. J. Karau & Williams (2013) berpendapat bahwa kerjasama dalam
kelompok belajar dapat meningkatkan motivasi individu dan meningkatkan
kekompakan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Selain itu menurut Bonner
(dalam Gerungan,2004) mahasiswa juga akan menghadapi situasi ketika
teman-temannya sedang berkonflik di lingkungan pendidikannya, situasi tersebut
memungkinkan mahasiswa melakukan akomodasi atau perilaku meredakan
terjadi ini muncul pada saat melerai teman yang sedang debat kusir dalam kelas
maupun menjadi penggagas musyawarah dalam kegiatan berorganisasi saat terjadi
konflik. Schwarz dan Bless (2007) menyatakan bahwa asimilasi merupakan salah
satu bentuk perilaku yang dilakukan dalam membantu beradaptasi di lingkungan.
Perilaku asimilasi yaitu perilaku membaur dengan individu dari suku budaya lain.
Pada lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia terdapat mahasiswa dari suku
budaya yang berbeda, tentu memerlukan perilaku membaur dengan individu dari
budaya lain agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
Mahasiswa yang berperilaku asosiatif diprediksi sering melakukan kerja
sama dan membaur dengan individu dari budaya lain dalam kegiatan di
lingkungan institusi pendidikannya. Terdapat penelitian yang pernah dilakukan
oleh Mulyana dan Rohmat (2010) dengan judul “ Mengembangkan Perilaku
Asosiatif Siswa SD Melalui Penerapan Pendekatan Bermain dalam Konteks
Pembelajaran Penjas”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa mengembangkan
perilaku asosiatif dapat memengaruhi perkembangan afektif siswa SD.
Perkembangan afektif adalah perkembangan sikap sebagai salah satu aspek
penilaian dalam prestasi belajar mata pelajaran Penjas.
Penelitian yang dilakukan oleh Bankston (1998) menunjukkan kerjasama
antara mahasiswa keturunan Vietnam dengan saudara kandungnya berpengaruh
terhadap meningkatnya prestasi belajar mereka. Selain itu terdapat pula penelitian
Gevrek& Guvek (2015) di Jerman yang menyatakan bahwa kemampuan asimilasi
yang tinggi meningkatkan prestasi belajar siswa imigran asal amerika pada mata
pelajaran ekonomi.
Berdasarkan observasi dan wawancara pendahuluan terhadap beberapa
mahasiswa jurusan Psikologi UPI pada bulan Juni 2015, diketahui bahwa
mahasiswa yang senang melakukan kerjasama dalam bentuk belajar berkelompok
dan senang membaur dengan teman dari suku budaya lain dalam kegiatan
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler mendapatkan prestasi belajar yang lebih
baik dibandingkan mahasiswa yang tidak senang melakukan kerjasama dan
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya, masalah yang berusaha dipecahkan
melalui penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara perilaku asosiatif dengan prestasi belajar mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian , maka terdapat tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi apakah terdapat hubungan antara perilaku asosiatif
dengan prestasi belajar mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia?
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bersifat teoritis
dan manfaat yang bersifat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang dapat diberikan oleh penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memperkaya teori mengenai perilaku asosiatif dan prestasi belajar.
b. Memperkaya pengetahuan mengenai hubungan antara perilaku asosiatif
dengan prestasi belajar mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.
2. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa. Secara lebih
rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Bagi mahasiswa
Sebagai bahan pertimbangan untuk berperilaku asosiatif agar dapat
mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
b. Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi menjadi acuan bagi penelitian
selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan perilaku asosiatif dan prestasi
E. Struktur Organisasi Skripsi
Gambaran mengenai isi keseluruhan skripsi ini, dijelaskan dalam struktur
organisasi skripsi yang susunannya sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan, terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
2. Bab II Tinjauan Pustaka, terdiri atas kajian pustaka yang meliputi pengertian
perilaku asosiatif, faktor-faktor yang memengaruhi perilaku asosiatif,
syarat-syarat perilaku asosiatif, bentuk-bentuk perilaku asosiatif, pengertian prestasi
belajar, faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar, fungsi prestasi belajar,
pengertian mahasiswa, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
3. Bab III Metodologi Penelitian, terdiri atas lokasi dan subyek penelitian, desain
penelitian, variabel dan definisi operasional penelitian, instrumen penelitian,
proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
data.
4. Bab IV Temuan dan Pembahasan penelitian, berisi uraian tentang hasil
penelitian yang telah dilaksanakan serta pembahasannya.
5. Bab V Kesimpulan, Implikasi, dan Rekomendasi, menyajikan kesimpulan
peneliti terhadap hasil analisis temuan peneliti beserta saran berdasarkan hasil
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan desain penelitian, lokasi, populasi dan sampel
penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, dan prosedur penelitian.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan penelitian kuantitatif adalah penelitian dimana data
yang digunakan berwujud angka-angka (Riduwan, 2003: 32). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Menurut
Narbuko, dkk (2005: 48) penelitian korelasi adalah penelitian yang
menyelidiki sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan
variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien
korelasi.
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Universitas Pendidikan Indonesia
yang beralamat di JL. Dr.Setiabudhi No.229, Bandung. Penelitian ini
dilakukan di 12 himpunan jurusan yaitu Himpunan Pendidikan Bahasa
Inggris, Pendidikan Bahasa Sunda, Pendidikan Tata Boga, Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga, Pendidikan Ilmu Komputer, Biologi, BK,
Psikologi, Pendidikan Geografi, Ilmu Komunikasi, Manajemen, dan Ilmu
Keperawatan.
2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini ialah mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia yang mengikuti kegiatan intrakurikuler, mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler dan memiliki hubungan percintaan lawan jenis
dengan jumlah populasi yang tidak diketahui secara pasti. Populasi sendiri
obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik non-probability
sampling, yaitu metode pengambilan sampel dimana setiap anggota
populasi tidak memiliki peluang yang sama dijadikan sampel, dimana
representasi atau keterwakilan sampel tidak penting (Noor, 2011). Sampel
diambil dari orang-orang yang kebetulan bertemu dan dianggap cocok
dengan keinginan peneliti karena peneliti menggunakan teknik non
probability convenience sampling (Clark-Carter,2004). Sampel pada
penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang
berjumlah 165 orang.
Karakteristik dari mahasiswa UPI yang menjadi responden dalam
penelitian ini, diantaranya:
a. aktif mengikuti perkuliahan
b. mengikuti kegiatan himpunan jurusan
c. memiliki hubungan percintaan
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu perilaku asosiatif dan
prestasi belajar.
1. Definisi Operasional Perilaku Asosiatif .
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan perilaku asosiatif adalah
perilaku positif mahasiswa dalam sebuah hubungan pertemanan yang
meliputi:
a. Kerja Sama
Kemampuan mahasiswa untuk bekerja bersama-sama untuk mencapai
tujuan bersama.
b. Akomodasi
Kemampuan mahasiswa untuk meredakan masalah atau sengketa antara
25
c. Asimilasi
Kemampuan mahasiswa untuk membaur dengan teman berbeda budaya.
2. Definisi Operasional Prestasi Belajar
Dalam penelitian ini, prestasi belajar diartikan sebagai hasil belajar
yang diperoleh mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia. Prestasi
belajar diketahui dari nilai Indeks Prestasi Kumulatif yang didapat oleh setiap
mahasiswa.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011:
148). Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.
Menurut Sugiyono (2011: 133) pada penelitian kuantitatif, media yang
digunakan untuk mengumpulkan data ialah dengan instrumen penelitian.
Kedua instrumen menggunakan pendekatan skala Likert. Togerson
mengatakan bahwa skala Likert dianggap sebagai pendekatan yang terpusat
pada subjek karena hanya subjek (orang) yang menerima skor-skor itu (dalam
Ihsan, 2009: 10). Instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Instrumen Perilaku Asosiatif
Instrumen yang digunakan untuk mengukur perilaku asosiatif pada
ialah instrumen yang akan peneliti modifikasi sendiri berdasarkan teori
Bonner (dalam Gerungan, 2004). Instrumen berupa kuisioner terdiri atas
25 item penyataan yang terbagi ke dalam tiga bentuk dan tiga indikator.
Skala yang digunakan adalah skala Likert, yang terdiri dari lima pilihan
jawaban dengan skala 1 – 5.
Item-item yang disajikan berupa pernyataan yang bersifat favorable
dan unfavorable, serta penyusunan item dilakukan secara acak. Pernyataan
unfavorable adalah pernyataan yang mencerminkan perilaku yang tidak
menunjukkan kemampuan terhadap perilaku yang dimaksud. Sebaliknya,
pernyataan favorable adalah pernyataan yang mencerminkan perilaku yang
item unfavorable pada Tabel 3.1 ditandai dengan penulisan yang
ditebalkan untuk membedakan dengan no item favorable.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Intrumen Perilaku Asosiatif
Perilaku Bentuk Indikator No. Item
Asosiatif
Kerjasama
Aktif dalam kegiatan yang dilakukan bersama-sama
Senang berkelompok
1,2,3,9,10,13, 15,16,23,24,29,32
Akomodasi
Aktif dalam meredakan dan berperan sebagai penengah dalam konflik
4,5,6,11,12, 17,25,26,27,30
Asimilasi
Mampu membaur dengan individu yang berbeda budaya.
7,8,14,18, 19,20,21,22,28,31
Dari setiap pernyataan, responden harus memilih satu dari lima
alternatif jawaban yang telah disediakan, sesuai dengan kondisi responden.
Dalam pengisian jawaban, dilakukan dengan memberikan tanda ceklis (√)
pada kolom jawaban yang telah disediakan sesuai dengan jawaban yang
akan diberikan oleh responden. Pilihan jawaban yang peneliti sediakan,
yaitu Tidak Pernah, Jarang, Kadang-kadang, Sering, dan Selalu.
Pada Tabel 3.2 dijelaskan mengenai bobot nilai dari item favorable
dan unfavorable sebagai berikut:
Tabel 3.2
Skor Perilaku Asosiatif
Pilihan Jawaban Nilai Pernyataan
Favorable Unfavorable
Tidak Pernah 1 5
Jarang 2 4
Kadang-Kadang 3 3
Sering 4 2
Selalu 5 1
2. Instrumen Prestasi Belajar
27
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi.
Menurut Ridwan (2003) dokumentasi adalah pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen.
Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
variabel prestasi belajar yang diambil dari nilai Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK) mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang menjadi responden.
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah IPK dari KHS yang
kemudian di tulis ulang oleh responden ke dalam kuesioner peneliti.
Kemudian nilai-nilai tersebut dibagi ke dalam tiga kategori yaitu cum laude,
sangat memuaskan, dan memuaskan
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Validitas
a. Validitas Isi
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2011: 173). Secara teknis
pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi
instrumen, atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi itu
terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor
butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari
indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas
dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
Setelah instrumen perilaku asosiatif selesai disusun, maka
selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli dimintai
pendapat mengenai instrumen kuisioner yang telah disusun, baik
mengenai pondasi instrumen berupa aspek dan indikator, mengenai
penyataan-pernyataan yang telah disusun, serta mengenai skala yang
digunakan untuk skoring. Ahli yang diminta untuk melakukan
judgement pada penelitian ini berjumlah dua orang, yaitu dua orang
dosen psikologi sosial. Para ahli memberikan rekomendasi yang
berbeda-beda, secara umum para ahli memberikan masukan mengenai
konteks isi dari pernyataan yang akan diberikan kepada responden,
perbaikan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah
responden dalam memahami makna dari item pernyataan pada
kuisioner.
b. Analisis Item
Analisis item dilakukan melalui proses validitas isi dan juga
dengan pengujian diskriminasi item atau daya beda. Validitas isi
dilakukan sesuai dengan penjelasan di atas. Setelah validitas isi, maka
selanjutnya adalah dengan melakukan uji diskriminasi atau uji beda
item untuk memperoleh item yang layak. Item yang layak dan valid
adalah item yang memiliki daya beda atau daya diskriminasi item,
yaitu dengan kata lain item yang mampu membedakan antara individu
atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut
yang diukur.
Pengukuran uji diskriminasi item dilakukan dengan cara
mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Dari hasil
perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang
digunakan untuk mengukur tingkat daya beda suatu item dan untuk
menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Peneliti
menggunakan korelasi Bivariate Spearman Brown untuk melakukan
uji validitas. Spearman Brown digunakan untuk mengolah data
berjenis ordinal.
Dari hasil analisis didapat nilai korelasi antara skor item dengan
skor total. Menurut Azwar (2012: 148), item-item yang mencapai
koefisien korelasi rxy ≥ 0,30. Pada penelitian ini, batas koefisien
korelasi yang digunakan adalah 0,30.
c. Uji Reliabilitas
Setelah proses uji validitas dilakukan, maka proses yang
selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas pada
penelitian ini menggunakan konsistensi internal. Azwar (2009: 63)
29
memerlukan satu kali pengenaan sebuah tes kepada sekelompok
individu sebagai subjek (single trial administration). Oleh karena itu,
pendeketan ini mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi.
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2009: 4). Rentang koefisien
reliabilitas berada pada 0 – 1.00. semakin tinggi koefisien reliabilitas
mendekati angka 1.00 berarti semakin tinggi reliabilitas, dan
sebaliknya (Azwar, 2009: 10). Uji reliabilitas pada penelitian ini
menggunakan rumus Alpha Cronbach.
Menurut Guilford (Sugiyono, 2011: 172), kriteria koefisien
reliabilitas Alpha Cronbach dapat dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 3.3
Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach
Kriteria Koefisien
Sangat Reliabel > 0.900 Reliabel 0.700 – 0.900 Cukup Reliabel 0.400 – 0.700 Kurang Reliabel 0.200 – 0.400
Tidak Reliabel < 0.200
Berdasarkan hasil perhitungan dari 100 responden yang
mengerjakan item uji coba, diperoleh indeks reliabilitas instrumen
perilaku asosiatif adalah sebesar 0.896 indeks tersebut menunjukkan
bahwa instrumen tersebut berada pada kategori reliabel dan dapat
digunakan dalam penelitian.
Tabel 3.4
Nilai Reliabilitas Instrumen Perilaku Asosiatif
Cronbach's Alpha
N of Items
Tabel 3.5
Hasil Pengembangan Instrumen Perilaku Asosiatif
Perilaku Aspek Indikator No. Item
Layak No Item tidak layak Asosiatif Kerjasama
Aktif dalam kegiatan yang dilakukan bersama-sama Senang berkelompok.
1,2,3,10,13,
15,16,23,24, 9,29,32
Akomodasi
Aktif dalam meredakan dan berperan sebagai penengah dalam konflik.
4,5,6,12,
17,25,26,27, 11,30
Asimilasi
Mampu membaur dengan individu yang berbeda budaya.
7,8,14,18,
19,20,21,22 28,31
d. Teknik Skoring
1). Kategorisasi Norma Instrumen Perilaku Asosiatif
Norma adalah pengelompokkan sebuah kelompok skala ke dalam
beberapa level ( Azwar, 2012). Pada penelitian ini data dari variabel
perilaku asosiatif dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu tinggi dan
rendah. Kriteria perilaku asosiatif ini dikelompokkan berdasarkan nilai
rata-rata kelompok X yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya.
Pada tabel 3.6 terdapat rumus pembagian kategori untuk perilaku
asosiatif.
Tabel 3.6
Kategorisasi Skala Dua Level
(Azwar, 2012) Perhitungan Norma Norma Perilaku Asosiatif Kategorisasi
X ≥ μ X ≥ 92,02 Tinggi
31
Ket:
X = Skor masing-masing responden
μ = Rata-rata skor responden
2). Kriteria Nilai Prestasi Belajar
Berikut merupakan kategorisasi skor prestasi belajar berdasarkan
buku pedoman akademik Universitas Pendidikan Indonesia (2009).Tabel
kriteria nilai prestasi belajar dapat dilihat di tabel 3.7.
Tabel 3.7
Kriteria Nilai Prestasi Belajar
Kategorisasi Rentang IPK Skor Ordinal
Cum Laude 3,5- 4 3
Sangat
Memuaskan 2,8- 3,49
2
Memuaskan 2,5- 2,79 1
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data ditentukan berdasar pada bentuk data yang
dihasilkan serta jenis hipotesis. Hasil dari skala perilaku asosiatif berbentuk
data ideal dengan skala likert, dan pada prestasi belajar menghasilkan data
berbentuk skor data interval. Kemudian untuk kepentingan kategorisasi maka
skor pada variabel perilaku asosiatif diubah menjadi skor ordinal .
Setelah skor diperoleh, lalu dilakukan pengelompokkan. Pada
instrumen perilaku asosiatif dilakukan pengelompokkan menjadi tinggi dan
rendah. Sementara itu pada variabel prestasi belajar yang diperoleh adalah
data interval kemudian pengelompokkan dilanjutkan kepada kelompok cum
laude, sangat memuaskan dan memuaskan. Semua data yang didapatkan
diubah menjadi data ordinal. Hal ini diperbolehkan karena menurut Sugiarto
untuk kepentingan analisis data dapat diubah menjadi skala yang lebih rendah
yaitu skala nominal atau ordinal, namun tidak berlaku untuk kebalikannya.
Selanjutnya, dilakukan analisis data untuk memperoleh koefisien
korelasi. Pada penelitian ini, korelasi dilakukan terhadap perilaku asosiatif
dengan prestasi belajar. Teknik korelasi yang digunakan ialah dengan teknik
korelasi Spearman. Hipotesis pada penelitian ini berbentuk hipotesis asosiatif.
Penelitian ini menggunakan statistik inferensial. Statistik inferensial
adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan
hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2011: 209).
1. Uji Korelasi
Uji korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya suatu
hubungan antar variabel. Jika terdapat hubungan, seberapa eratnya
hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut (Arikunto, 2006:
0). Peneliti menggunakan uji korelasi koefisien Spearman. Syarat
digunakannya uji korelasi Spearman adalah kedua variabel merupakan
data ordinal. Peneliti menggunakan SPSS 15.0 untuk uji korelasi.
Setelah mengetahui nilai korelasinya, maka langkah selanjutnya ialah
menginterpretasikan koefisien korelasi tersebut sesuai pada tabel 3.8
(Sugiyono, 2011: 257):
Tabel 3.8
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,40 – 0,59 Sedang
0,60 – 0,79 Kuat
0,800 – 1,00 Sangat Kuat
Uji korelasi dilakukan pada perilaku asosiatif dengan prestasi
33
2. Uji Signifikansi
Signifikansi merupakan kemampuan untuk digeneralisasikan
dengan kesalahan tertentu (Sugiyono, 2011: 209). Uji signifikansi
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi yang signifikan
antara variabel pertama dan variabel kedua. Untuk menguji signifikansi
hubungan, yaitu apakah hubungan yang ditemukan dapat berlaku untuk
seluruh populasi, maka perlu diuji signifikansinya. Uji signifikansi
dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 20.0. dengan tingkat
kesalahan, yaitu (alpha) = 0.05. Jika nilai Sig.<0.05, maka koefisien
korelasi tersebut signifikan, sehingga hasilnya dapat berlaku pada
populasi tersebut. Tetapi jika Sig.>0.05, maka korelasi tersebut tidak
signifikan. Hal tersebut diartikan bahwa terdapat suatu kesamaan dalam
suatu populasi yang menyebabkan data tidak bervariasi. Berikut ini
adalah kriteria signifikansi variabel:
Tabel 3.9
Kriteria Signifikansi Variabel
Kriteria
Probabilitas > 0,05 H0 diterima
Probabilitas < 0,05 H0 ditolak
Tahap selanjutnya adalah mencari nilai koefisien determinasi.
Koefisien determinasi adalah proporsi untuk menentukan terjadinya
persentase variansi bersama antara dua variabel yang diteliti (Susetyo,
2010). Koefisien determinasi adalah angka untuk mengetahui kontibusi
yang diberikan oleh satu variabel terhadap variabel lainnya (
Siregar,2013). Rumus koefisien determinasi dapat dilihat pada gambar
3.1
KD= x 100%
(Siregar, 2013)
Gambar 3.1
Keterangan:
KD : koefisien determinasi
r : koefisien korelasi
G.Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian dibagi ke dalam beberapa tahapan sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Peneliti melakukan studi pustaka untuk memperoleh gambaran yang
lebih jelas mengenai variabel-variabel yang akan diteliti.
b. Menetapkan desain penelitian dan instrumen yang akan digunakan.
c. Peneliti melakukan studi pendahuluan untuk memantapkan penelitian
berkaitan dengan variabel-variabel yang akan digunakan.
d. Menetapkan populasi dan sampel penelitian, serta teknik sampling
yang akan digunakan.
e. Menyusun proposal penelitian sesuai dengan judul yang akan diteliti.
f. Mengajukan proposal penelitian kepada Dewan Pembimbing Skripsi
untuk mendapatkan pengesahan.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti mendatangi selaku pihak yang menjadi penghubung peneliti
dengan responden di lapangan.
b. Peneliti bersama perwakilan membagikan kuisioner/angket di UPI dan
membagikan via online.
c. Proses pengisian angket dilakukan dengan pemberian arahan
mengenai cara pengisiannya.
3.Tahap Pengolahan Data
a. Verifikasi Data
Verifikasi data dilakukan dengan tujuan untuk mengecek kelengkapan
35
kekeliruan dan kekurangan data yang dibutuhkan untuk melakukan
proses pengolahan data.
b. Tabulasi Data
Tabulasi data adalah langkah dimana peneliti merekap semua data
yang diperoleh untuk kemudian dilakukan perhitungan dengan
menggunaan bantuan software SPSS versi 15.
c. Penyekoran Data
Setiap jenis data yang diperoleh dikelompokan ke dalam dua
kelompok, yaitu interaksi sosial dan prestasi belajar.
4. Tahap Penjelasan
a. Menampilkan hasil analisis penelitian.
b. Membahas hasil analisis penelitian berdasarkan teori yang
dipergunakan.
c. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian serta mengajukan
rekomendasi untuk berbagai pihak yang terkait.
5. Bagan Rencana Penelitian
Tabel 3.10 merupakan uraian dari kegiatan-kegiatan dalam
penelitian ini disertai dengan keterangan waktu.
Tabel 3.10
Rencana Penelitian
No Waktu Kegiatan Keterangan
1 Maret 2014 Merumuskan permasalahan dan menentukan variabel penelitian
2 Maret – April 2014
Mengumpulkan materi-materi dan teori yang dapat mendukung fenomena dan variabel penelitian
3 Mei 2014 Melakukan studi pendahuluan kepada himpunan jurusan
4
21 Januari 2015 – 22 Februari 2015
5 Februari 2015 – Maret 2015
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rieneka Cipta.
Azwar, Saifuddin. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Baron, R.A. & Byrne, D.(2005). Psikologi Sosial. Jakarta:Erlangga
Bankston. (1998). “Sibling Cooperation and Scholastic Performance among Vietnamese Students: An Ethnic Social Relations Theory”. Journal of
Sociology. Vol 41 no 1.
Budiyono. (2003). Metode Penelitian Pendidikan. Solo: UNS Press.
Daswia. (2006). Hubungan Tingkat Kecemasan dengn Prestasi Belajar Siswa
Kelas VII Berdasarkan Jenis Kelaminnya. Skripsi. Bandung: UPI. Tidak
Diterbitkan.
De Genova, M.K, & Rice, P (2005). Intimate Relationships, Marriages, and
Families. New York: McGraw Hill.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Sistim Pendidikan Nasional. Jakarta :
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Djamarah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Dwi Siswoyo. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Effendy, R. dan Malihah, E. (2011). Panduan Kuliah Pendidikan Lingkungan
Sosial, Budaya dan Teknologi. Bandung: CV. Maulana Media Grafika.
Furqon. (2011). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Gevrek, Eylem & Guven, Cahit (2015). “Childhood Academic Performance and
Adult Outcomes among American Immigrants”. Journal of Eastern
Economic. Vol 6.
Grissom, Dick. (2005). “Physical Fitness and Academic Achievment”. Journal
of Exercise Physiology.8.(1), 67-68.
Gudykunst, William B & Bella Mody(eds). (2002). Handbook of
International Inter Cultural Communication 2 Edition. Sage Publication.
Thousands Oaks.
Gwynne, A (2010). “Organizational Identity and Learning: A Psychodynamic
Perspective”. Journal Group Organizational Management. Vol 38, 3-35.
Hall, S. C & Lindzey, Gardner. (1993). Teori-teori Psikodinamik. Yogyakarta:
Kanisius.
Han, K (2012). “ Academic Performance and Cultural Adaptation of South Koreaan Parachute Kids”. Journal Educational Psychology dapat diakses di temple.edu.
Harackiewicz & Sansone. (2011).”Intrinsic and Extrinsic Motivation”. Journal Educational Psychology,100(3):200-210.
Hurlock, E.B. (2000). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Ihsan, Helli. (2009). Metode Skala Psikologi. Bandung: Tidak diterbitkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2009). Jakarta: PT. Media Pustaka Phoenix
Mulyana, D & Rohmat, D. (2010). “Mengembangkan Perilaku Asosiatif Siswa SD Melalui Penerapan Pendekatan Bermain dalam Konteks Pembelajaran Penjas”. Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan, Vol 4 No.2.
Mulyono (2008). Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-ruz Media.
Narbuko, Cholid, dkk. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Nazsir, Nasrullah. (2008). Psikologi Sosial. Bandung: Widya Pajajaran.
Notoatmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta.
Novarida, Tegar. (2012). “Hubungan antara Regulasi Emosi dan Komunikasi Interpersonal dengan Kemampuan Bekerjasama pada Tim Basket SMA di
Surakarta yang Mengikuti Kompetisi Honda DBL (Development Basketball
League)”. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa, Vol 1 No.3
Riduwan. (2003). Dasar-Dasar Statistik. Bandung: Alfabeta.
Santoso,Slamet. (2010). Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Schwarz & Bless ( 2007). “Assimilation and Contrast in Social Psychology”.
Personality and Social Psychology Journal , Vol 18, 57-74.
Schubert & Hafner (2003). “Contrast from social stereotypes in automatic behavior”. Journal of experimental social psychology, Vol 39, 577-584.
Slameto. (2004). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:
Rieneka Cipta.
Snyder, Mark (2008). “Teaching Critical Thinking and Problem Solving Skills” Delta Pi Epsilon Journal, Vol 50 No 2, 90-99.
Soekanto, Soerjono. (2001). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajawali
Sugiarto. ( 2006). Metode Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
Gramedia Pustaka
Sugiyono. (2013). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Suryabrata, Sumadi. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Stauffer, Wayne. (2013). “The Effects of Cooperative Learning on the Academic Achievement, Social Interaction, Behavior, and Affect of Secondary English
and Social Studies Student.” Journal Educational Psychology
Syah, Muhibbin. (2005). Psikologi Pendidikan dalam Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Tim UPI. (2009). Pedoman Akademik. Tidak diterbitkan
Willis. (1989). Teori- Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.