• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUKURAN LAJU KOROSI BAJA GALVANIS PREMIUM DAN PERTAMAX DENGAN METODE AMERIKA STANDARD TESTING DAN MATERIAL D-130 DI SPBU PERTAMINA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGUKURAN LAJU KOROSI BAJA GALVANIS PREMIUM DAN PERTAMAX DENGAN METODE AMERIKA STANDARD TESTING DAN MATERIAL D-130 DI SPBU PERTAMINA SURABAYA."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

MATERIAL D-130

DI SPBU PERTAMINA SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

SETI YO WIBOWO

0832015006

J URUSAN TEKNIK I NDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(2)

SKRIPSI

PENGUKURAN LAJ U KOROSI BAJ A GALVANIS PREMIUM

DAN PERTAMAX

DENGAN METODE AMERIKA STANDARD TESTING DAN

MATERIAL D-130

DI SPBU PERTAMINA SURABAYA

oleh :

SETIYO WIBOWO NPM. 0832015006

Telah Diper tahankan Dihadapkan

Dan Diter ima Oleh Tim Penguji Skr ipsi

Pada Tanggal 25 Oktober 2012

Tim Penguji

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Ir. Sutiyono, MT. NIP.19600713 198703 1001 Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(3)

DENGAN METODE AMERIKA STANDARD TESTING DAN

MATERIAL D-130

DI SPBU PERTAMINA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

J ur usan Teknik Industri

Oleh :

SETIYO WIBOWO NPM. 0832015006

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

“VETERAN”J AWA TIMUR

2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan kerja praktek dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penyusunan laporan ini berdasarkan pengamatan selama PKL dengan kata-kata, informasi yang penyusun peroleh dari pembimbing lapangan dan dari para staf operasional dilapangan dan Dosen pembimbing kerja praktek, juga dari literature yang ada.

Atas terselesaikannya pelaksanaan kerja praktek dan terselesainya penyusunan laporan kerja praktek ini, maka penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN "Veteran" Jawa Timur.

2. Bapak DR.Ir. Minto Waluyo, MM, selaku sekretaris jurusan Teknik Industri UPN "Veteran" Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Pailan,M,pd , selaku dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini.

4. Bapak Hari Porwoadi, MM selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk menguji Laporan Kerja Praktek ini.

5. Bapak Wawan , selaku pembimbing Lapangan Kerja Praktek di UD. JESSLYNCOM.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(5)

ii

8. Terima kasih buat semua pihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung yang terlibat dalam pembuatan atau penyelesaian laporan ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari bahwa penulisan laporan Kerja Praktek Lapangan ini masih jauh dari sempurna, baik isi maupan penyajian. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun akan penyusun terima dengan senang hati.

Akhir kata semoga Laporan Kerja Praktek Lapangan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan berkat kepada semua yang telah memberikan bantuan kepada penyusun, Amin.

Surabaya, 17 april 2012

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PE NGESAHAN

KATA PENGANTAR ………...… i

DAFTAR ISI ……….. iv

DAFTAR LAMPIRAN………...… ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ……….………. 1

1.2.Tujuan dan Manfaat ………...………... 3

1.3.Ruang Lingkup ……….…... 4

1.4.Sistematika Penulisan ……….………….. 4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Perusahaan ……… 6

2.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ……….. 6

2.1.2.Struktur Organisasi Perusahaan ……… 6

2.1.3. Deskripsi Tugas ……… 7

2.1.4. Visi dan Misi Perusahaan ……… 7

2.1.5. Visi Perusahaan ……… 7

2.1.6. Misi Perusahaaan ……….. 7

2.2. Landasan Teori ……….. 7

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(7)

2.2.2.2. Fitur – fitur E-commerce ……….. 8

2.2.2.3. Manfaat E-Commerce ……… 8

2.2.2.4. Kekurangan E-commerce ……… 8

2.2.2.5. Jenis – jenis E-commerce ………. 8

2.2.3. Metode Pembayaran ……… 9

2.2.3.1. Pembayaran Offline ……… 9

2.2.3.2. Pembayaran Online (Pay pad) ……… 9

2.2.4. Internet ……… 9

BAB III SISTEM PRODUKSI 3.1.Bahan Baku ……….. 10

3.2.Mesin dan Peralatan ………...………….. 11

3.2.1. Pelayanan Terhadap Konsumen ……….. 11

3.2.2. Pelayanan Purna Jual ………... 11

3.2.3. Kelengkapa Barang ……… 11

3.2.4. Harga Yang Kopentitip ………. 11

3.2.5. Garansi………. 11

3.2. 6. Pengetahuan tentang Berbagai Produk ……….. 11

3.2.7. Kontak dan Custumer Servise ……… 11

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(8)

3.3. Tenaga Kerja ……….. 12

3.3.1. Jumlah Tenaga Kerja …... 12

3.4. Lingkungan Kerja ……… 13

3.4.1.Kebisingan ……….. 13

3.4.2.Suhu ………..…….……. 14

3.4.3.Pencahayaan ………..…..…… 14

3.4.4. LIstrik ……….. 15

3.4.5. Limbah ………. 15

3.5. Metode Kerja ……… 16

3.6. Proses Operasional ……….. 17

3.6.1. Proses Penyedian barang ……… 17

3.6.2. Proses Transaksi ………. 18

3.7. Produk ……….19

BAB IV MANAJEMEN PERGUDANGAN DI UD. JESSLYNCOM 4.1. Tujuan Pergudangan di UD. Jesslyncom ……… 20

4.2. Sasaran Manajemen Pergudangan ………. 20

4.3. Sistem Pengadaan Bahan ……… 21

4.4. Sistem Dan Prosedur Penyimpanan Barang ……… 22

4.5. Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Bahan baku ………. 22

4.6. Metode Penyimpanan ………. 23

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(9)

5.3. Manajemen Pergudangan ……… 26 BAB VI KE SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ………... 27 6.2 Saran ……….…………... 28 DAFTAR PUSTAKA

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Sistem Antrian di UD. Jesslyncom

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(11)

ix

kehidupan sehari-hari banyak faktor yang menyebabkan daya guna logam menurun salah satunya adalah korosi. Korosi adalah penurunan mutu logam akaibat reaksi kimia maupun elektrokimia. Logam Baja Galvanis sering digunakan untuk membuat tangki penampung BBM (Bahan Bakar Minyak) khususnya Premium dan Pertamax serta kasus yang terjadi di lapangan tangki tersebut mengalami korosi. Untuk itu, perlu dilakukan pengukuran laju korosi (mm/year) untuk mengetahui seberapa besar laju korosi yang terjadi pada baja galvanis di media Premium dan Pertamax.

Alat uji laju korosi yang dapat digunakan adalah copper strip corrosion yang menggunakan metode ASTM D-130. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen menggunakan variabel terikat laju korosi, berat spesimen, tabel warna tembaga standar ASTM D-130. Variabel bebas adalah media pengkorosi yaitu Premium dan Pertamax, variasi temperatur 40°C, 60°C, 80°C, dan 100°C, serta waktu pengujian 1 jam dan 2 jam. Ukuran baja Galvanis 50 mm x 15 mm x 2 mm, Data yang di analisis adalah selisih berat (Δ W), laju korosi, dan membandingkan warna tembaga indikator dengan tabel warna tembaga standar ASTM D -130.

Dari hasil pengujian didapatkan hasil sebagai berikut : besar laju korosi (mm/year) pada media Premium lebih besar dari pada di media Pertamax. Pada temperatur pengujian 100°C dan waktu 1 jam, laju korosi pada media Premium maksimal sebesar 0,2442 mm/year, korosi identifikasi warna tembaganya golongan 1b, pada media Pertamax maksimal sebesar 0,1832 mm/year, korosi identifikasi warna tembaganya golongan 1b. Sedangkan pada waktu 2 jam, laju korosi pada media Premium maksimal sebesar 0,2747 mm/year, korosi identifikasi warna tembaganya 2a, pada media Pertamax maksimal sebesar 0,2137 mm/year, korosi identifikasi warna tembaganya golongan 2a. Laju korosi di media premium lebih besar dari pada media pertamax. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah nilai RON (Research Octane Number), semakin tinggi nilai oktan dari bahan bakar maka kandungan Sulfur (S) dan Timbal (Pb) semakin rendah.

Kata kunci: premium, pertamax, laju korosi, temperatur

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(12)

x ABSTRAC

The use of metal in the industrial and technological development as one of the supporting material is very large role, but in everyday life are many factors that cause the metal to power down one of which is corrosion. Corrosion is the deterioration of metal akaibat chemical reactions and electrochemistry. Galvanized steel metal often used to make fuel tanks (fuel oil), especially Premium and Pertamax and cases that occurred in the field is experiencing tank corrosion. For it is necessary to measure the corrosion rate (mm / year) to find out how much the rate of corrosion occurring on galvanized steel in the media Premium and Pertamax.

Corrosion rate of test equipment that can be used is a copper strip corrosion using ASTM method D-130. Research is carried out experimental studies using a variable rate of corrosion, the weight of the specimen, the copper color chart standard ASTM D-130. The independent variable is the media pengkorosi the Premium and Pertamax, variations in temperature of 40 ° C, 60 ° C, 80 ° C and 100 ° C, as well as testing time 1 hour and 2 hours. Galvanized steel size 50 mm x 15 mm x 2 mm, data in the analysis is the weight difference (Δ W), the corrosion rate, and compare the indicator with a copper color copper color chart standard ASTM D -130.

From the test results obtained the following results: a large corrosion rate (mm / year) on the Premium media is greater than in the media Pertamax. At testing temperatures of 100 ° C and 1 hour, the rate of corrosion in the media at a maximum of 0.2442 mm Premium / year, the color of copper corrosion identification 1b group, at a maximum of media Pertamax 0.1832 mm / year, the color of copper corrosion identification of groups 1b . While at the time of 2 hours, the corrosion rate on Premium media at a maximum of 0.2747 mm / year, corrosion of the copper color identification 2a, the media Pertamax maximum of 0.2137 mm / year, corrosion of the copper color of the identification of class 2a. The rate of corrosion in the media premium is greater than the media pertamax. One of the factors that affect the value of RON (Research Octane Number), the higher the octane rating of fuel then the content of sulfur (S) and Lead (Pb) is getting low.

Key wor ds: premium, pertamax, corrosion rate, temperature

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri sebagai salah satu material penunjang sangat besar peranannya, akan tetapi dalam

kehidupan sehari-hari banyak faktor yang menyebabkan daya guna logam menurun. Salah satu penyebab hal tersebut adalah terjadinya korosi pada logam.

Korosi merupakan kerusakan material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungannya. Proses korosi yang terjadi disamping oleh reaksi kimia juga diakibatkan oleh proses elektrokimia. Lingkungan yang berpengaruh dapat berupa

lingkungan asam, embun, air tawar, air laut, air danau, air sungai, dan air tanah. Secara umum korosi merupakan proses dimana logam berubah bentuk

kimiawinya akibat bereaksi dengan zat kimia dilingkungan. Umumnya semua logam larut didalam air, biasanya daya larut lambat, logam besi waktu direndam dalam air melepaskan sebagian elemennya untuk larut dalam air. Berdasarkan

reaksi kimia secara langsung, dan reaksi elektrokimia. Korosi dapat terjadi didalam medium kering dan juga medium basah. Sebagai contoh korosi yang

berlangsung didalam medium kering adalah penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida (SO2) dan di dalam medium basah

contohnya adalah apabila besi terendam didalam larutan asam klorida (HCl).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(14)

2

Salah satu masalah yang banyak dihadapi oleh semua orang, khususnya orang-orang yang bergerak di bidang teknik khususnya bidang industri pembuatan

tangki motor penampung BBM (premium dan pertamax). Berbagai usaha untuk pengendalian korosi yang sekarang gencar dilakukan adalah untuk mengendalikan kerusakan material yang diakibatkannya, agar laju korosi yang terjadi dapat

ditekan serendah mungkin dan sehingga tidak dapat melampaui nilai ekonominya, atau jangan sampai logam menjadi rusak sebelum waktunya.

Berbagai macam korosi dapat terjadi dengan cepat apabila pengendalian lingkungan dan pencegahan tidak dilakukan dengan baik yang akan memperparah keadaan. Korosi yang terjadi pada lingkungan tersebut adalah korosi galvanis,

korosi batas butir, korosi intergranuler, korosi sumuran, dan korosi celah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah :

Berapa besar laju korosi (mm/year) logam baja galvanis premium dan

pertamax dengan suhu 40℃ , 60℃ , 80℃ dan 100℃ pada waktu 1 jam dan 2 jam?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variasi temperatur uji yang digunakan adalah 40 oC, 60 oC, 80 oC dan 100 oC. 2. Logam yang dipilih adalah Baja Galvanis dan Tembaga.

3. Media pengkorosi yaitu bahan bakar premium dan pertamax.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(15)

4. Ukuran spesimen baja galvanis, Panjang=50mm, Lebar=15mm, Tebal = 2 mm. 5. Tidak membahas struktur mikro baja galvanis sebelum dan sesudah diuji.

1.4 Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data yang digunakan dianggap valid.

2. Komposisi media pengkorosi premium dan pertamax dianggap seragam .

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui besarnya laju korosi (mm/year) baja galvanis premium dan pertamax dengan temperature uji 40 oC, 60 oC, 80 oC dan, 100 oC

pada waktu 1 jam dan 2 jam.

1.6 Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil drai penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan bagi masyarakat yang menggunakan baja galvanis sebagai material penunjang aktivitas ataupun bahan utama konstruksi agar memperhatikan masalah korosi.

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam proses belajar mengajar terutama pada mata kuliah teknik korosi bagi mahasiswa jurusan Teknik Industri Universitas

Pembangunan Nasional Surabaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(16)

4

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih bahan untuk membuat tangki penampung BBM pada kendaraan bermotor.

1.7 Sistematika Penelitian

Untuk pembahasan dan penyusunan laporan Skripsi ini, maka penyusun

akan menguraikan sistematika penulisan laporan, sehingga dengan demikian pembahasan tersebut diharapkan akan dapat dipahami secara menyeluruh dan

jelas. Adapun sistematika penulisan laporan Skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah,

tujuan masalah, asumsi, manfaat, sistematika penulisan.

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

Berisi tentang landasan teori yang menjadi refrensi atau acauan yang akan digunakan untuk melakukan pembahasan dan analisa masalah nantinya, yang mana landasan teori ini berisi teori-teori tentang sesuatu

metode ASTM D-130 pada media premium dan pertamax.

BAB III METODE PENELITIAN

Mencangkup lokasi pencarian data, metode pengumpulan data dan pengolahan data.

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

Berisi analisa dan pembahasn data yang didasarkan atas teori yang telah diuraikan di atas dengan menggunakan data-data yang telah didapat

selama penelitian.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(17)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dari hasil pembahasan dan analisa data yang telah

dikerjakan dan saran yang dianjurkan untuk pertimbangan perusahaan di masa akan datang.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(18)

6 BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Korosi

Kerusakan merupakan proses redoksi pada permukaan logam dan

lingkungannya. Korosi atau pengkaratan adalah kerusakan atau degradasi logam akibat bereaksi dengan lingkungan yang korosif. Penyelidikan tentang sistem

elektrokimia telah banyak membantu menjelaskan mengenai korosi ini, yaitu reaksi kimia antara logam dengan zat-zat yang ada di sekitarnya atau dengan partikel-partikel lain yang ada di dalam matrik logam itu sendiri. Jadi dilihat dari

sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan

beroksigen. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat.

Faktor yang berpengaruh dan mempercepat korosi yaitu : 1. Air dan kelembapan udara

Air merupakan salah satu faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air (lembab) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.

2. Elektrolit

Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk

melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(19)

untuk dapat diikat oleh oksigen di udara. Oleh karena itu, air hujan (asam) dan air laut (garam) merupakan penyebab korosi yang utama.

3. Adanya oksigen

Pada peristiwa korosi adanya oksigen mutlak diperlukan. 4. Permukaan logam

Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anoda dan katoda. Permukaan

logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anoda dan katoda. 5. Letak logam dalam deret potensial reduksi

Korosi akan sangat cepat terjadi pada logam yang potensialnya rendah, sedangkan logam yang potensialnya lebih tinggi justru lebih awet.

http://aakbetmen.wordpress.com/category/ilmu-korosi).

2.2 Laju korosi

Laju korosi merupakan ukuran untuk menentukan besarnya degradasi material akibat korosi dengan lingkungannya. Semakin besar nilainya maka,

material tersebut mengalami degradasi akibat korosi yang semakin besar. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode ASTM D-130 dengan mengunakan alat uji Copper Strip Corrosion.

Prinsip dasar pengujian ini yaitu dengan menghitung kehilangan berat pada sampel yang telah diuji. Kehilangan berat yang terjadi kemudian

dikonversikan menjadi suatu laju korosi dengan memperhitungkan kehilangan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(20)

8

berat (W), luas permukaan yang terendam (A), waktu perendaman (t), dan massa Jenis (d).

Persamaan laju korosi ditunjukkan oleh persamaan:

= .

. . ………(1)

Keterangan:

Corrosion Rate = Laju korosi (mm/year) W = Kehilangan berat (gram) d = Masa Jenis (gram / cm3)

A = Luas permukaan yang direndam (mm2) t = Waktu (Jam)

(Herbert H.Uhlig.1983.Corrosion and corrosion control.New York: Wiley)

2.3 Pengujian Laju Korosi dengan Copper Strip Corrosion ASTM D 130 Minyak bumi (crude petroleum) umumnya mengandung senyawa sulfur, sebagian senyawa ini akan terikut sampai ke produk akhir walaupun dalam

pengkilangan sudah ada proses pembersihannya. Senyawa sulfur dalam produk minyak bumi ada yang bersifat korosif, tingkat korosifnya harus dibatasi agar

konsumen tidak dirugikan.

ASTM D-130 mengatur cara untuk mendeteksi tingkat korosi pada tembaga (corrosiveness to copper) dari produk-produk minyak bumi. Produk

minyak bumi yang diatur oleh standard ini meliputi aviation gasoline, aviation

turbine fuel, automotive gasoline, natural gasoline atau produk lainnya yang

memiliki RVP (Reid Vapor Pressure) tidak lebih besar dari 18 psi (124 kPa),

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(21)

cleaners solvent, kerosene, diesel fuel, distillate fuel oil dan lubricating oil atau

produk sejenis lainnya.

Prinsip kerja sebuah tembaga (Polished copper strip) dimasukkan atau direndam dalam sampel yang akan diuji, kemudian dipanaskan pada suhu tertentu selama beberapa waktu sesuai karakteristik dari sampel. Selama direndam, copper

strip tersebut kemungkinan besar akan berubah warna sesuai dengan tingkat

korosi sampel. Setelah itu, copper strip diangkat, dikeringkan dan dibandingkan

warnanya dengan warna standard untuk mendapatkan tingkat korosif dari sampel yang ditest.

Tabel 2.1 Konfigurasi Peralatan yang Digunakan Sesuai ASTM D-130

No Nama Alat Fungsi

1 Test Tubes Sebagai wadah untuk sample atau spesimen yang akan di uji.

2 Test Bomb Sebagai alat pelindung tube yang akan direndam dalam fluida media

pengkorosi yang panas.

3 Test Bath Sebagai wadah yang berisi fluida media pengkorosi yang panas untuk merendam tube yang berisi sampel

4 Thermometers Untuk mengukur suhu test bath

Tabel Kelanjutam Konfigurasi Peralatan yang Digunakan Sesuai ASTM D-130

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(22)

10

No Nama Alat Fungsi

5 Polishing Vise Copper strip selama proses polishing

Untuk menahan

6 Identifikasi warna ASTM

Copper Strip Corrosion

Tabel pembanding warna

( http://asro.wordpress.com/2008/08/20/pengukuran-copper-corrosion-astm-d-130/

Tabel 2.2 Alat ukur Copper Corrosion ASTM D-130 dari beberapa vendor (distributor) / Manufacturer.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(23)

2.4 Pengertian material

Material adalah juga menjadi istilah atau kata lain dari kata bahan yang

merupakan sesuatu benda menjadi bahan baku dalam produksi. jadi Material adalah bahan mentah yang belum diproses, tetapi kadang kala telah diproses sebelum digunakan untuk proses produksi lebih lanjut. Umumnya, dalam

masyarakat teknologi maju, material adalah bahan konsumen yang belum selesai.

Beberapa contohnya adalah besi, tembaga, aluminium

(http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_bahan).

Secara umum material dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Logam

Umumnya unsur logam diberi nama akhiran ium. Umumnya logam ini memiliki titik didih tinggi, mengilap, dapat dibengkokan, dan dapat

menghantarkan panas atau arus listrik. 2. Non logam

Umumnya memiliki titik didih rendah, tidak mengkilap, kadang-kadang

rapuh tidak bisa dibengkokkan dan sukar menghantarkan panas dan listrik (http://syadiashare.com/pengertian-definisi-unsur-senyawa-dan-campuran).

2.5 Baja Galvanis

2.5.1 Pengertian Baja Galvanis

Baja merupakan paduan yang terdiri dari besi dan karbon serta unsur lainnya. Karbon merupakan salah satu unsur yang penting karena dapat

meningkatkan kekerasan dan keuletan baja. Pada industri baja merupakan logam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(24)

12

yang banyak digunakan baik dalam bentuk pelat, lembaran, pipa, batang, profil dan sebagainya. Proses pembuatan baja dapat dikakukan melalui proses Bessemer,

Thomas, Siemens Martin, dapur listrik. Secara garis besar baja dikelompokkan

menjadi : 1. Baja karbon

Baja karbon adalah paduan besi karbon dimana unsur karbonnya sangat menentukan sifatnya, sedang unsur paduan lainnya yang biasa

terkandung didalam baja karena proses pembuatannnya. 2. Baja paduan

Baja paduan adalah baja yang mengandung unsur-unsur tertentu

didalamnya agar didapatkan kualitas yang bagus dan unsur-unsur tersebut kadarnya lebih rendah. Biasanya ditambahkan unsur karbon sehingga dikenal

istilah baja karbon. Unsur yang terdapat pada baja rendah unsur paduannya dibawah 10 % dan baja paduan tinggi atau baja khusus unsur paduannya diatas 10 %. Baja paduan rendah mengandung unsur-unsur paduan sebagai elemen

tambahan pada besi dan karbon. Unsur-unsur paduan tersebut dapat berupa :

Alumunium (Al), Titanium (Ti), Iron (Fe), Zinc (Zn), dan lain-lain.

2.5,2 Str uktur Baja

Baja mempunyai banyak sifat, misalnya: kekuatan, kekerasan dan

regangan.Adanya perbedaan sifat-sifat tersebut terutama karena zat arang yang dikandung baja tidak terpadu. Hal ini tidak hanya disebabkan intensitas zat arang melainkan cara mengadakan ikatan dengan besi yang dapat mempengaruhi sifat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(25)

baja. Di dalam baja yang didinginkan secara lambat menuju suhu ruangan (keadaan baja pada waktu pengiriman dari pabrik baja) dibedakan menjadi tiga

bentuk utama Kristal (Schonmetz : 1985).

a. Ferrit yaitu kristal besi murni terletak rapat saling berdekatan tidak teratur, baik bentuk maupun besarnya. Ferrit merupakan bagian baja yang paling lunak.

Ferrit murni tidak akan cocok digunakan sebagai bahan untuk benda kerja yang menahan beban karena kekuatan kecil.

b. Karbida besi (Fe3C) suatu senyawa kimia antara besi dengan karbon sebagai

unsur struktur tersendiri dinamakan sementit dan mengandung 6,7% karbon. Rumus kimianya Fe3C. Terdapat tiga atom besi yang mengadakan ikatan

dengan sebuah karbon menjadi sebuah molekul karbida besi. Dengan meningkatkan kandungan karbon maka kadar sementit akan semakin besar

pula. Sementit dalam baja merupakan unsur yang paling keras (Fe3C lebih

keras 270 kali dari besi murni).

c. Perlit, merupakan campuran erat antara ferrit dan sementit dengan kandungan

zat arang sebesar 0,8%. Dalam struktur perlintis, semua kristal ferrit terdiri dari serpihan sementit halus yang memperoleh penempatan saling berdampingan

dalam lapisan tipis mirip lamel.

Bila kadar karbon baja melampaui 0,20%, suhu dimana sifat ferrit mulai terbentuk dan mengendap dari austenit turun. Baja yang berkarbon 0,80%

disebut baja eutektoid dan struktur terdiri dari 100% perlit. Titik eutektoid adalah suhu terendah dalam logam dimana terjadi perubahan dalam keadaan

larut padat dan merupakan suhu keseimbangan terendah dimana austenit terurai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(26)

14

menjadi ferrit dan sementit. Bila kadar karbon baja lebih besar dari pada eutektoid, perlu diamati garis pada diagram besi-karbida besi. Garis ini

menyatakan suhu dimana karbida besi mulai memisah dari austenit. Karbida besi ini dengan rumus Fe3C disebut sementit. Sementit sangat keras dan rapuh.

Baja yang mengandung kadar karbon kurang dari eutektoid (0,80%) disebut

baja hipoeutektoid dan baja yang mengandung kadar karbon lebih dari eutektoid disebut baja hipereutektoid (Amstead, 1989).

Gambar 2.1 Mikrofoto paduan besi – karbon yang memperlihatkan efek pertambahan karbon atas struktur logam. (Amstead, 1989)

Dalam penggunaan baja baik itu pada bidang konstruksi, permesinan dan kerajinan sebagai komponen permesinan dan konstruksi seringkali mengalami

kerusakan sebelum waktu yang diperhitungkan. Diantara sebab kerusakan logam tersebut adalah karena terkorosi.

2.5.3 Keunggulan dar i baja Galvanis adalah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(27)

Adapun keunggulan dari baja galvanis adalah:

a. ketahanan terhadap karat : Lapisan zinc mencegah korosi dengan cara

melepaskan anoda di sekitar permukaan di area terbuka untuk melindungi bagian yg terbuka itu.

b. Pola kemampuan yang baik : Lapisan zinc tidak akan mengelupas di bawah

metode bentuk yg normal.

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=4&ved=0CDAQFjAD&url=

http%3A%2F%2Fwww.knauf.co.id%2Fpdf%2Flsfbhs.pdf&rct=j&q=baja%20gal

vanis.

2.6 Tembaga (Cu) 2.6.1 Definisi tembaga

Cu (Tembaga) merupakan salah satu unsur logam transisi yang berwarna

cokelat kemerahan dan merupakan konduktor panas dan listrik yang sangat baik. Tembaga terdapat dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk senyawa-senyawa, dan terdapat dalam bentuk biji tembaga seperti (CuFeS2), cuprite (Cu2O),

chalcosite (Cu2S), dan malasite (Cu2(OH)2CO3). Tembaga dengan nama kimia

Cupprum dilambangkan dengan Cu, unsur logam ini berbentuk kristal dengan

warna kemerahan. Dalam tabel periodik unsur-unsur kimia tembaga menempati posisi dengan nomor atom (NA) 29 dan mempunyai bobot atom (BA) 63,546.

Gambar 2.2 tembaga (Sumber : http:// Wikipedia.com)

Gambar 2.2 Tembaga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(28)

16

Unsur tambahan di alam dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau dalam senyawa padat dalam bentuk mineral. Dalam badan perairan laut

tembaga dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan ion seperti CuCO3, CuOH,

dan sebagainya (Fribeg, 1977).

Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna

kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan. Unsur tembaga terdapat pada hampir 250

mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit

(Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama dalam

bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit (Cu2(OH)2CO3),

dan azurit (Cu3(OH)2(CO3) (http://butchibelog.blogspot.com).

2.6.2 Sejar ah tembaga

Pada zaman Yunani, logam ini dikenal dengan nama chalkos. Tembaga merupakan sumber penting bagi orang-orang Roma dan Yunani. Pada zaman

Roma, ia dikenal dengan nama aes Cyprium (aes merupakan istilah umum Latin bagi tembaga seperti gangsa dan logam-logam lain, dan Cyprium sendiri karena

dulunya tembaga banyak ditambang dari Cyprus). Dari dua kata itulah maka menjadi kata cuprum dan dalam Bahasa Melayu kuprum.

Tembaga dikaitkan dengan dewi Aphrodite/Venus dalam mitologi,

kerana wajahnya yang cantik bercahaya, berguna dalam pembuatan cermin, dan berkaitan dengan Cyprus sendiri merupakan tempat yang suci bagi dewi tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(29)

Dalam bidang kimia, simbol untuk tembaga adalah juga simbol yang digunakan untuk planet Venus.

Dalam sejarahnya, penggunaan tembaga oleh manusia tercatat dari kurang lebih 10.000 tahun lalu lamanya. Peleburan tembaga nampaknya telah berkembang secara baik di beberapa belahan dunia. Di samping berkembang di

Anatolia pada 5000 SM, tembaga juga dikembangkan di China sebelum 2800 SM, Amerika Tengah sekitar 600 TM, dan Afrika Barat sekitar 900 TM

(http://butchibelog.blogspot.com).

2.6.3 Macam-macam tembaga Bentuk Cu dalam batuan beku:

a. Sebagai butiran oksida agak kecil yang menempati antara lempeng silikat b. Sabagai ion atau garam terserat dalam selaput pada permukaan hablur silikat Cu dalam tanah terutama dalam bentuk Cu2+ terendapkan, sedangkan dalam

larutan dalam bentuk ion dan berbagai kompleks Cu. Pengendapan Cu oleh sistem tanah cukup kuat menjadikan Cu melebihi kapasitas Cu dalam larutan

rendah.

2.6.4 Peranan tembaga

Adapun peranan tenbaga adalah sebagai berikut: a. Kegunaan tembaga

1. Tembaga adalah suatu komponen dari berbagai enzim yangdiperlukan untuk

menghasilkan energi, anti oksidasi dan sintesa hormon adrenalin serta untuk pembentukan jaringan ikat.

2. Tembaga mempunyai beberapa fungsi dalam pembentukan klorofil, walau unsur ini tidak terkandung dalam klorofil.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(30)

18

3. Tembaga merupakan suatu unsur yang sangat penting dan berguna untuk metabolisme. Batas konsentrasi dari unsur ini yang mempengaruhi pada air

berkisar antara 1 – 5 mg/l merupakan konsentrasi tertinggi. Dalam industri, tembaga banyak digunakan dalam industri cat, industri fungisida serta dapat digunakan sebagai katalis, baterai elektroda, sebagai pencegah pertumbuhan

lumut, turunan senyawa-senyawa karbonat banyak digunakan sebagai pigmen dan pewarna kuningan.

4. Tembaga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dari komponen listrik, koin, alat rumah tangga, hingga komponen biomedik. Tembaga juga dapat dipadu dengan logam lain hingga terbentuk logam paduan seperti perunggu atau

monel.

5. Tembaga berperan khususnya dalam beberapa kegiatan seperti enzim

pernapasan sebagai tirosinase dan silokron oksidasi.

6. Tembaga juga diperlukan dalam proses pertumbuhan sel darah merah yang masih muda, bila kekurangan sel darah merah yang dihasilkan akan berkurang

(http://butchibelog.blogspot.com).

2.6.5 Kerugian tembaga

Tembaga bersifat racun. Ini dapat terjadi ketika tembaga menumpuk dalam tubuh akibat penggunaan alat masak tembaga. Unsur Cu yang berlebih dapat merusak hati dan memacu sirosis. (http://butchibelog.blogspot.com)

2.6.6 Daerah persebaran t embaga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(31)

Gambar 2. 3 Persebaran Logam Tembaga (http://digilib.unnes.ac.id).

2.7 Bahan bakar

2.7.1 Definisi bahan bakar

Bahan bakar adalah gabungan senyawa kimia terutama tersusun atas karbon (C) dan hidrogen (H) yang apabila direaksikan dengan oksigen (O) pada

tekanan dan temperatur tertentu akan menghasilkan produk berupa gas dan sejumlah energi panas (Tjokrowisastro,dkk, 1990 : 1).

Menurut kondisi fisiknya, bahan bakar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Padat, meliputi : batubara, kayu, arang, kokas

2. Cair, meliputi : minyak yang berasal dari mineral / tambang (premium, minyak solar, minyak diesel, minyak tanah, minyak residu), nabati (biosolar, biodiesel,

biopremium, bioethanol) dan hewan (lemak binatang).

3. Gas, meliputi : LNG (Liquified Natural Gas), LPG (Liquified Petroleum Gas), coolgas, dan biogas.

2.7.2 Pengertian Bahan Bakar Minyak (BBM) Pengertian bahan-bakar minyak (BBM) adalah:

a. Premium (Gasoline)Premium atau biasa disebut dengan bensin adalah bahan bakar minyak dengan distilasi, berwarna kekuningan jernih dan digunakan pada

kendaraan bermotor bermesin bensin.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(32)

20

b. Minyak Solar (Diesel Oil)

Minyak Solar adalah bahan bakar minyak dengan distilasi, berwarna kuning

kecoklatan yang jernih dan digunakan pada kendaraan bermotor bermesin diesel.

c. Minyak Diesel (Residual Fuel Oil)

Minyak Diesel adalah bahan bakar minyak dengan distilasi, berwarna hitam gelap tetapi tetap cair pada temperatur yang rendah dan digunakan pada

kendaraan bermotor bermesin diesel putaran rendah atau lambat (sekitar 300-1000 rpm) serta dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk pembakaran langsung dalam dapur industri tinggi.

d. Minyak Tanah (Kerosine)

Minyak Tanah adalah bahan bakar minyak dengan distilasi, tidak berwarna dan

jernih. Pada umumnya digunakan pada beberapa industri dan bahan bakar keperluan rumah tangga.

e. Minyak Bakar Residu (Marine Fuel Oil)

Minyak Bakar Residu adalah bahan bakar minyak yang berasal bukan dari jenis distilasi dan merupakan hasil dari sisa produk olahan minyak bumi lain. Minyak

bakar ini berwarna gelap dan lebih kental dari pada minyak diesel serta mempunyai titik tuang tinggi dari pada minyak diesel. Minyak bakar ini pada umumnya digunakan untuk bahan bakar pada pembakaran langsung dalam

dapur-dapur industri besar, pembangkit listrik tenaga uap dan lain-lain. (Pertamina, 1997 : 4).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(33)

2.7.3 Pengertian dan Spesifikasi Bahan Bakar Bensin (Premium)

Bensin atau bahan bakar kendaraan bermotor adalah cairan campuran yang berasal dari minyak bumi dan sebagaian besar tersusun hidrokarbon serta digunakan sebagai bahan bakar dalam mesin pembakaran dalam.(www.wikipedia.com)

Tabel 2.3 Spesifikasi Bensin Premium 88 Menurut Surat Keputusan Dirjen Migas 3674 K/24/DJM/2006

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(34)

22

2.7.4 Pengertian dan Spesifikasi Bahan Bakar Pertamax

Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi diatas

tahun 1990 terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic

fuel injection dan catalytic converters.

(http://www.bphmigas.go.id/p/bphmigaspages/bbm/jenis_bbm.html)

Tabel 2.4 Spesifikasi Bahan Bakar Pertamax

Tekanan Uap Reid pada 37,8 °C

Sumber: Bahan Bakar Minyak, Elpiji, dan BBG (Pertamina:Edisi Mei 2003)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(35)

2.8 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin tinggi temperatur uji (40

o

C, 60 oC, 80 oC, 100 oC) laju korosi baja galvanis di media premium dan pertamax dalam waktu 1 jam dan 2 jam maka, laju korosinya semakain besar (mm/year)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(36)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Produksi Pelumas

Surabaya (UPPS) pertamina. Pada bulan Juni 2012 sampai data tercukupi.

3.2 Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel terdiri dari :

1. Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel bebas, dalam hal

ini adalah laju korosi baja galvanis pada tangki premium dan pertamax. 1. Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel

bebas terdiri dari :

a. Kuat arus pengukuran laju korosi pada copper strip corrosion: 300A

b. Tegangan arus pengukuran laju korosi pada copper strip corrosion: 800 volt.

c. Volume media pengkorosi ± 35 ml

d. Material yang dipakai baja galvanis pada tangki kendaraan jenis tertentu

yang beredar di Indonesia.

e. Temperatur 40 °C, 60 °C, 80 °C, dan 100 °C

3.3 Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian merupakan uraian langkah-langkah kerja

kegiatan penelitian. Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(37)

Gambar 3.1 Langkah-langkah penelitian

Perumusan M asalah St udi Pust aka St udi lapangan

Tujuan Penelit ian

Pengum pulan Dat a :

- M edia : Premium dan Pert amax

- Wakt u : 1 jam dan 2 jam

- Kuat Arus :300

- Volt ase : 800V

- Volume Premium dan Pert amax: 35

- Temperat ur : 40℃ , 60℃ , 80℃ , 100℃

Persiapan Percobaan

M aterial at au Sperim en: Baja Galvanis dan Tembaga

M esin : Copper st rip corrosian

Alat Ukur : Vernier caliper , St opw at ch, Neraca

Pengolahan Dat a

- Laju Korosi

- Berat sebelum dan sesudah pengujian

Hasil dan Pem bahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(38)

26

3.4 Populasi dan sampel

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah baja galvanis yang ada di pasaran. Populasi dalam penelitian ini adalah laju korosi baja galvanis pada tangki kendaraan bermotor yang beredar di Indonesia.

3.4.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Sampel penelitian pada penelitian ini adalah laju korosi baja galvanis pada tangki kendaraan bermotor yang beredar di Indonesia pada media premium dan pertamax.

3.5 Instr umen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan uji yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Termometer

Termometer digunakan untuk mengukur suhu larutan pada laju korosi sehingga

diketahui temperatur dari larutan tersebut dan disesuaikan dengan suhu yang digunakan:

a. Bahan : Kaca

b. Skala : 100 °C

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(39)

Gambar 3.2 Termometer

2. Stopwatch

Stopwatch digunakan untuk menghitung waktu pengukuran laju korosi.

a. Merk : Casio

b. Penunjuk data : Digital c. Ketelitian : 0,01 detik

Gambar 3.3 Stopwatch

3. Vernier Caliper (Jangka Sorong)

Vernier caliper (jangka sorong) digunakan untuk mengukur ketebalan,

panjang, dan lebar material uji atau spesimen sebelum pengukuran laju korosi: a. Merk : Mitutoyo

b. Ketelitian : 0,02 m

Gambar 3.4 Vernier Caliper (Jangka Sorong)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(40)

28

4. Copper strip corrosion

Copper strip corrosion digunakan untuk mengukur laju korosi suatu

logam pada media bahan bakar.

Gambar 3.5 copper strip corrosion

3.6 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja galvanis pada

tangki kendaraan jenis tertentu.Dengan unsur-unsur :

Tabel 3.2 Unsur - unsur Baja Galvanis

No Komposisi Persentase %

1 Alumunium (Al) 24,16

2 Titanium (Ti) 0,00

3 Iron (Fe) 3,71

4 Zinc (Zn) 72,12

Uji bahan laboratorium pertamina

Dimensinya adalah Panjang 50 mm, Lebar 15 mm, dan Tebal 2 mm. 2 mm

50 mm

15 mm

Gambar 3.6 Bahan penelitian baja plat galvanis. Test bomb

Indikator suhu Pengatur suhu

Fluida panas

Test bath

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(41)

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik

eksperimen, yaitu mengukur atau menguji obyek yang diteliti dan mencatat data-data yang diperlukan. Data-data-data yang diperlukan tersebut adalah berat spesimen uji sebelum dan sesudah uji korosi beserta dengan pembanding laju korosi

terhadap warna tembaga.

3.8 Teknik Penyajian Data

Penyajian data berupa tabel dan untuk memperjelas tabel maka disajikan grafik dengan penjelasan secara distributif.

3.9 Teknik Pengujian Data

Teknik pengujian data yang digunakan adalah menghitung berat untuk spesimen uji sebelum uji korosi dan berat spesimen setelah uji korosi serta

mencocokan warna tembaga terhadap tabel warna yang sesuai dengan standar metode ASTM D-130 dapat dilihat pada gambar 10. Untuk menghitung penurunan berat dipakai persamaan sebagai berikut:

∆W = W1 – W2

Keterangan :

∆W = Selisih berat spesimen uji W1 = Berat awal spesimen uji

W2 = Berat akhir spesimen uji

Gambar 3.7 Warna Tembaga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(42)

30

(lavender, blue, silver, overlaid on claret red)

showing (peacock), but not grey

Corrosion

4a Transparent black, dark grey, gray or brown with peacock green

4b Graphite or lusterless black

4c Glossy or jet black

3.10 Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Sehingga analisis data dilakukan dengan cara menelaah data

yang diperoleh dari eksperimen, dimana hasilnya berupa data kuantitatif dalam bentuk tabel dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Langkah selanjutnya adalah

mendiskripsikan data tersebut dalam bentuk kalimat yang mudah dibaca, dipahami, dan dipresentasikan sehingga pada intinya adalah sebagai upaya memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(43)

3.11 Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian terdiri dari :

1. Mempersiapkan alat penelitian, yaitu bak pembersih, bak bilas, termometer, kertas gosok 250 mesh, stopwatch, vernier caliper, copper strip corrosion,

test bomb, test tube, tissue, pinset, jig saw, baja galvanis, dan tembaga murni

99,9%.

2. Membersihkan potongan logam baja galvanis dengan kertas gosok 250 mesh

dengan alur pembersihan yang searah.

3. Membersihkan tembaga yang akan di gunakan sebagai pembanding.

4. Penimbangan spesimen uji sebelum dilakukan uji laju korosi menggunakan

neraca digital.

5. Mempersiapkan bahan dan larutan premium dan pertamax yang dipakai selama

penelitian, kemudian larutan dimasukkan pada test tube bersama dengan potongan baja galvanis yang berfungsi untuk membersihkan dari kotoran yang masih menempel terlebih dahulu ± sebanyak 2 kali

6. Proses pengujian laju korosi pertama, potongan baja galvanis yang akan di uji dimasukkan dalam test tube bersama tembaga dengan posisi saling

berhadapan dan larutan premium dan pertamax masing-masing ± 35 ml , kemudian dimasukkan didalam test bomb, saklar dinyalakan kemudian spesimen dicelupkan ke dalam copper strip corrosion.

7. Proses pengukuran uji laju korosi dengan media larutan premium dan pertamax dilakukan dengan memvariasikan temperatur 40 °C, 60 °C, 80 °C dan 100 °C

dengan kuat arus 300A dan tegangan 800 V.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(44)

32

8. Proses pengukuran laju korosi dengan media larutan premium dan pertamax menggunakan waktu selama 1 jam (test boom terpisah).

9. proses pendinginan potongan baja galvanis kemudian dikeringkan dan dibersihkan dengan tissue hingga bersih.

10. Mempersiapkan tabel warna tembaga yang berfungsi untuk mengetahui

tingkatan korosi baja galvanis yang sesuai dengan standar ASTM D-130. 11. Mencocokan tembaga dengan tabel warna tembaga yang berfungsi untuk

mengetahui tingkatan korosi baja galvanis yang sesuai dengan standar ASTM D-130.

12. Penimbangan spesimen uji setelah dilakukan uji laju korosi menggunakan

neraca digital.

13. Proses pengujian laju korosi Kedua, besi plat galvanis yang akan di uji

dimasukkan dalam test tube bersama tembaga dengan posisi berhadapan dan larutan premium dan pertamax ± 35 ml, kemudian dimasukkan didalam test

bomb, kemudian spesimen dicelupkan ke dalam copper strip corrosion.

14. Proses pengukuran uji laju korosi dengan media larutan premium dan pertamax dilakukan dengan memvariasikan temperatur 40°C, 60°C, 80°C dan

100°C dengan kuat arus 300A,dan tegangan 800V

15. Proses pengukuran laju korosi dengan media larutan premium dan pertamax menggunakan waktu selama 2 jam.

16. Proses pendinginan potongan baja galvanis kemudian dikeringkan dan dibersihkan dengan tissue hingga bersih.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(45)

17. Mempersiapkan tabel warna tembaga yang berfungsi untuk mengetahui tingkatan korosi baja galvanis yang sesuai dengan standar ASTM D-130.

18. Mencocokan tembaga dengan tabel warna tembaga yang berfungsi untuk mengetahui tingkatan korosi baja galvanis yang sesuai dengan standar ASTM D-130.

19. Penimbangan spesimen uji setelah dilakukan uji laju korosi menggunakan neraca digital.

20. Pengolahan data hasil penelitian dimana nantinya data-data hasil penelitan tersebut akan dimasukkan kedalam tabel untuk selanjutnya di analisis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(46)

34 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

Data bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja galvanis pada

tangki kendaraan jenis tertentu, dengan unsur-unsur :

Tabel 4.1 Unsur - unsur Baja Galvanis

No Komposisi Persentase %

1 Alumunium (Al) 24,16

2 Titanium (Ti) 0,00

3 Iron (Fe) 3,71

4 Zinc (Zn) 72,12

Uji bahan laboratorium pertamina

Dimensinya adalah Panjang 50 mm, Lebar 15 mm, dan Tebal 2 mm. 2 mm

50 mm 15 mm

Gambar 4.1 Bahan penelitian baja plat galvanis.

4.2 Pengolaha Data

Setelah pengujian dilakukan selanjutnya data-data akan dianalisis lebih

lanjut. Data yang dianalisis adalah selisih berat spesimen sebelum dan sesudah proses, data perhitungan laju korosi baja galvanis dengan penggunakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(47)

persamaan 1, serta laju korosi baja galvanis dari hasil membandingkan warna tembaga indikator pada tabel warna tembaga standar ASTMD 130. Pada

penelitian ini spesimen uji adalah baja galvanis.

Baja galvanis ini dimanfaatkaan untuk keperluan tangki penampung

BBM pada tangki kendaraan bermotor.

Untuk mengetahui besar laju korosi logam baja galvanis, maka perlu dilakukan pengukuran laju korosi khususnya pada media Premium dan Pertamax.

Pengukuran besarnya laju korosi dilakukan di Laboratorium Unit Produksi dan Pelumas (UPPS) Pertamina Surabaya. Sebelum dilakukan pengukuran besarnya laju korosi, spesimen uji dibuat dengan bentuk seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 9. Sebelum dilakukan pengujian spesimen harus melalui tahapan seperti pembersihan secara mekanik (polishing) dan pembersihan secara kimia (pickling).

Untuk mengetahui besarnya laju korosi yang bervariasi, maka digunakan variasi temperatur uji (40°C, 60°C, 80°C, dan 100°C) dan menghitungnya dengan persamaan 1. Sedangkan untuk mengetahui tingkat laju korosinya didapat dengan

membandingkan warna tembaga dengan tabel warna tembaga metode ASTM D-130. Pengukuran laju korosi ini dilakukan pada waktu 1 jam dan 2 jam dengan

besar kuat arus yang sama sebesar 300 A serta pada media Premium dan Pertamax.

Secara lengkap data hasil pengujian besar laju korosi (mm/year) pada

logam baja galvanis di media Premium pada waktu 1 jam dan 2 jam dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(48)

36

Tabel 4.2 Bengukuran Besar Laju Korosi (mm/year) Baja Galvanis selama 1 dan 2 jam pada media Premium

Waktu 1 jam

Baja Galvanis

Media (ml) Temperatur O C

Media (ml) Temperatur O C

galvanis pada media Premium selama 1 dan 2 jam seperti diagram di bawah ini:

Gambar 4.2 Besar Laju Korosi (mm/year) Baja Galvanis Pada Media Premium pada waktu 1 jam dan 2 jam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(49)

Selain di media Premium, pengujian juga dilakukan di media Pertamax dengan memvariasikan temperatur uji (40°C, 60°C, 80°C, dan 100°C) pada waktu

1 jam dan 2 jam. Data hasil pengujian baja galvanis pada media Pertamax dapat dilihat di tabel 7 di bawah ini:

Tabel 4.3 Pengukuran Besar Laju Korosi (mm/year) Baja Galvanis selama 1 dan 2 jam pada media Pertamax

Waktu 1 jam

Baja Galvanis

Media (ml) Temperatur O C

Media (ml) Temperatur O C

galvanis pada media Pertamax selama 1 dan 2 jam seperti diagram di bawah ini:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(50)

38

Gambar 4.3 Besar Laju Korosi (mm/year) Baja Galvanis pada media Pertamax pada waktu 1 jam dan 2 jam.

perbandingan besarnya laju korosi (mm/year) baja galvanis pada media Premium dan Pertamax pada waktu 1 jam dan 2 jam dapat dilihat pada diagram di

bawah ini :

Gamabar 4.3 Perband ingan Besar Laju Korosi (mm/year) Baja

Galvanis Pada Media Premium dan Pertamax Pada Waktu 1 Jam.

0,0611 0,0611

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(51)

Gambar 4.4 Perbandingan Besar Laju Korosi (mm/year) Baja Galvanis Pada Media Premium dan Pertamax Pada Waktu 2 Jam

Dari hasil pengukuran besarnya laju korosi (mm/year), maka dilanjutkan

dengan mencocokkan warna tembaga yang berfungsi sebagai pembanding laju korosi dengan tabel warna tembaga metode ASTM D-130 yang dapat dilihat pada

tabel 10 dan tabel 11 di bawah ini :

Tabel 4.4 Warna Tembaga Sebelum Dan Sesudah Pengujian Sesuai Standar ASTM D-130 Pada Media Premium.

Temperatur 1 jam 2 jam

sebelum Sesudah sebelum Sesudah

40°C

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(52)

40

Tabel 4.5 Warna Tembaga Sebelum Dan Sesudah Pengujian Sesuai Standard ASTM D-130 Pada Media Pertamax.

Temperatur 1 jam 2 jam

sebelum Sesudah sebelum Sesudah

40°C

4.3.1 Pengaruh Media Pengkorosi Terhadap Laju Korosi.

Media pengkorosi dan temperatur (oC) sangat berpengaruh terhadap proses terjadi korosi, hal ini dapat dilihat pada gambar 13 dan 14 (halaman 43)

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa besarnya laju korosi (mm/year) di media pengkorosi Premium pada temperatur dan waktu yang sama semakin besar dibandingkan dengan laju korosi (mm/year) pada media Pertamax. Hal ini dapat

dilihat di gambar 13 (halaman 43) pada temperatur 40oC pada media Premium besar laju korosi sebesar 0,1221 mm/year. Sedangkan pada media Pertamax besar laju korosinya 0,0611 mm/year. Pada temperatur 100oC pada media Premium Besar laju korosi 0,2442 mm/year, sedangkan besar laju korosi pada media Pertamax 0,1832

mm/year. Begitu pula pada gambar 14 (halaman 43) pada temperatur 40oC pada media

premium terjadi laju korosi sebesar 0,1221 mm/year, sedangkan pada media pertamax

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(53)

terjadi korosi sebesar 0,0611 mm /year. Pada temperatur 100oC pada media premium

terjadi laju korosi sebesar 0,2747 mm/year, sedangkan pada media pretamax laju korosi

sebesar 0,2137 mm/year.

Proses terjadinya korosi akan semakin besar di media pengkorosi premium, hal ini dikarenakan media pengkorosi premium adalah berada pada

daerah asam yang bekisar pada PH 2,38.

Di daerah yang banyak mengandung asam akan menyebabkan benda

kerja bereaksi dengan elektrolit premium, logam akan mengalami pengikisan / pengeroposan yang berakibat terjadi pengurangan berat benda kerja. Sehingga semakin asam media pengkorosi yang berada di sekeliling logam Stainlees steel

akan mengakibatkan laju korosi semakin meningkat.

4.3.2 Pengaruh Temperatur Ter hadap Laju Korosi

Temperatur sangat berpengaruh terhadap proses terjadi korosi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 13 dan gambar 14 (halaman 43). Dari gambar 13 dapat

dilihat bahwa laju korosi di media Premium pada temperatur 100°C sebesar 0.2442 mm/year, sedangkan laju korosi pada temperatur 40°C yaitu sebesar

0,1221 mm/year. Pada media pertamax, besar laju korosi pada temperatur 100oC sebesar 0,1832 mm/year, sedangkan pada temperatur 40oC yaitu sebesar 0,0611 mm/year.

Begitu pula pada gambar 14. Dari gambar 14 (halaman 43) dapat dilihat bahwa laju korosi di media Premium pada temperatur 100°C sebesar 0,2747

mm/year, sedangkan laju korosi pada temperatur 40°C yaitu sebesar 0,1221 mm/year. Sedangkan pada media Pertamax, besar laju korosi pada temperatur

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(54)

42

100oC sebesar 0,2137 mm/year, sedangkan pada temperatur 40oC yaitu sebesar 0,0611 mm/year.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa logam mengalami laju korosi yang lebih besar pada temperatur 100°C apabila dibandingkan dengan temperatur 40°C.

Proses korosi akan terjadi semakin besar pada temperatur 100°C dan semakin kecil pada temperatur 40oC. Hal ini dikarenakan temperatur yang tinggi dapat mempercepat pergerakan atom logam sehingga menyebabkan lebih banyak tumbukan yang terjadi.

4.3.3 Pengaruh Waktu Terhadap Laju Korosi.

Selain media dan temperatur, waktu juga sangat berpengaruh terhadap

proses laju korosi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 11 (halaman 41). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa laju korosi pada waktu pengujian selama 2 jam mengalami laju korosi yang lebih besar daripada waktu pengujian selama 1

jam, baik pada media Premium dan Pertamax

Pada gambar 2 laju korosi pada temperatur 100 oC di media Premium dengan lama pengujian 1 jam mengalami laju korosi sebesar 0,2442 mm/year, sedangakan laju korosi logam dengan lama waktu pengujian 2 jam sebesar 0,2747 mm/year. Begitu pula pada gambar 14 (halaman 43) pada media Pertamax dengan

lama pengujian 1 jam mengalami laju korosi sebesar 0,1832 mm/year, sedangakan laju korosi logam dengan lama waktu pengujian 2 jam sebesar 0,2137 mm/year.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(55)

4.3.4 Berdasar kan warna tembaga indikator yang dibandingkan dengan

tabel war na standar ASTM D-130

Selain dari perhitungan munggunakan persamaan 1, laju korosi dapat diketahui dengan melihat warna tembaga indikator pada tabel 10 . dan tabel 11 (halaman 44) . Pada tabel 10, korosi bilah tembaga (copper strip corrosion) di

media Premium dengan lama waktu pengujian 1 jam yang terjadi pada temperatur pengujian 40oC dan 60oC termasuk pada golongan 1a (kuning pudar, sulfur rendah) sedangkan pada temperature 80oC dan 100°C termasuk pada golongan 1b (kuning coklat, sulfur rendah). Pada waktu pengujian 2 jam yang terjadi pada temperature 40oC termasuk pada golongan 1a (kuning pudar, sulfur rendah), pada temperatur 60oC dan 80oC termasuk pada golongan 1b (kuning coklat, sulfur rendah), sedangkan pada temperatur 100oC termasuk pada golongan 2a (kuning kemerahan, sulfur sedang).

Begitu pula pada tabel 11, korosi bilah tembaga (copper strip corrosion) di media Pertamax dengan lama waktu pengujian 1 jam yang terjadi pada

temperatur pengujian 40oC, 60oC, dan 80oC termasuk pada golongan 1a (kuning pudar, sulfur rendah) sedangkan pada temperatur dan 100°C termasuk pada

golongan 1b (kuning coklat, sulfur rendah). Pada waktu pengujian 2 jam yang terjadi pada temperatur 40oC dan 60oC termasuk pada golongan 1a (kuning pudar, sulfur rendah), pada temperatur 80oC termasuk pada golongan 1b (kuning coklat, sulfur rendah), sedangkan pada temperatur 100oC termasuk pada golongan 2a (kuning kemerahan, sulfur sedang).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(56)

44 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian pengukuran laju korosi baja galvanis

menggunakan metode ASTM D-130 untuk media premium dann pertamax yang telah dilakukan di PT pertamina maka dapat di tarik kesimpulan :

1. Laju korosi terbesar pada baja Galvanis dengan menggunakan metode ASTM D-130 di media Premium dan Pertamax terjadi pada suhu 100oC dengan waktu uji 2 jam. Laju korosi yang terjadi adalah di media premium sebesar 0,2747

mm/year dengan korosi bilah tembaga golongan 2a (kuning kemerahan, sulfur sedang), sedangkan di media Pertamax sebesar 0,2137 mm/year dengan korosi

bilah tembaga golongan 2a (kuning kemerahan, sulfur sedang).

2. Laju korosi di media Premium lebih besar dari pada di media Pertamax. Dimana pada media Premium laju korosi terbesar terjadi pada suhu 1000C dengan lama pengujian 2 jam yaitu sebesar 0,2747 mm/year, sedangkan pada media Pertamax dengan suhu dan pengujian yang sama laju korosi sebesar

0,2137 mm/year. Selisih laju korosi sebesar 0,0610 mm/year lebih besar di media Premium.

5.2 Sar an

Adapun saran yang dapat diberikan bagi perusahaan adalah:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(57)

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti mengharapkan dilakukannya pra-penelitian untuk mengetahui hasil laju korosi yang optimal

pada baja galvanis.

2. Perlu dilakukan penelitian yang sama, tetapi dengan media pengkorosi dari produk Shell atau Biogas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(58)

46

DAFTAR PUSTAKA

Aakbetmen.wordpress.com.7 Maret 2010.Korosi. Diambil pada tanggal 6 Januari 2011 dari: http://aakbetmen.wordpress.com/2010/03/07/korosi/

Alian, Helmy.2010. Laju Korosi pada Baja Karbon Menengah dalam Lingkungan

Air laut yang telah Mengalami Perlakuan Quenching dan Temper dengan Program Visual Basic 6.0. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional

Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) ke-9, di Palembang. . Anonim.(2001).Material. Diambil pada tanggal 23 Januari 2011 dari:

http://www.suppliersonline.com/propertypages/430.asp

Asro.wordpress.com. 20 Agustus 2008. Pengukuran Cooper Corrosion ASTM

D-130. Diambil pada tanggal 23 Januari 2011

dari:http://asro.wordpress.com/2008/08/20/Pengukuran Cooper Corrosion ASTM D-130/

Camberlain.1991.Korosi.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Chikayo.blogspot.com. 17 Januari 2010. Bauksit dan Tembaga. Diambil pada tanggal 16 Januari 2011 dari:

http://chikayo.blogspot.com/2010/01/bauksit-dan-tembaga.

Community.um.ac.id. 29 Januari 2010.Sifat Tembaga. Diambil pada tanggal 10 Desember 2010 dari: http://community.um.ac.id/showthread.php?75779-Beberapa-sifat-kimia-tembaga (I)&highlight=sifat+tembaga.

Febri, E.P. (2010). Pengukuran Laju Korosi Aluminium 7075 Menggunakan

Metode ASTMD 130 pada Media Premium dan Pertamax. Skripsi Srata 1,

tidak diterbitkan, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.

Herbert H.Uhlig.1983.Corrosion and corrosion control.New York: Wiley.

Murni Sugestyna, Isdiriayani Nurdin, Devi. 2009. Kajian Awal Korosi Baja Karbon Dan Baja Tahan Karat Oleh Biodiesel. Bandung. ITB.

Suherman, Wahid. 1999. Ilmu Bahan II. Surabaya: ITS.

Supadi. Dkk. 2010. Panduan Penulisan Skripsi. Surabaya: Jurusan Teknik Mesin UNESA.

Wahyu, R. 2010. Penggunaan Metode ASTMD-130 Untuk Menentukan Laju

Korosi Baja Stainless Steel 316 pada Media Premium dan Pertamax.

Skripsi Srata 1, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(59)

Wikipedia Indonesia. 20 Mei 2010. Tembaga. Diambil pada tanggal 10 Desember 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Tembaga.

Wikipedia Indonesia. Klasifikasi Bahan. Diambil pada tanggal 20 Januari 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_bahan

www.pertamina.com. 28 Oktober 2009 Keputusan Ditjen Migas 3674 K/24/DJM/2006 diambil pada tanggal 7 Desember 2010 dari

http://www.pertamina.com/KeputusanDitjenMigas 3674 K/24/DJM/2006

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Gambar

Tabel 2.1 Konfigurasi Peralatan yang Digunakan
Tabel pembanding warna
Gambar 2.1 Mikrofoto paduan besi – karbon yang memperlihatkan efek
Tabel 2.3 Spesifikasi Bensin Premium 88 Menurut Surat Keputusan Dirjen  Migas  3674 K/24/DJM/2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem informasi TK Aisyiyah I Tuban ini akan sangat membantu baik pihak TK Aisyiyah I Tuban sendiri maupun

Berdasarkan dari data-data di atas, maka tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh teknik relaksasi benson terhadap tekanan darah pada penderita Hipertensi di Wilayah

Beton adalah campuran semen portland atau hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tampa bahan tambahan yang membentuk masa padat. Adapun

Hasil: analisis penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas dari beberapa literatur mengacu pada teori Freedman yaitu faktor tidak langsung

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam melakukan solidifikasi dan/atau Stabilisasi

Permasalahan yang timbul sebelum pasien melakukan program terapi adalah pasien merasakam nyeri, oedem, spasme, keterbatasan LGS (Lingkup Gerak Sendi), penurunan

Dari hasil eksperimen yang telah dilakukan untuk menentukan mobilitas pembawa muatan untuk daerah saturasi maupun daerah linier pada OFET berstruktur bottom-contact

1) Pustaka purwa, memuat cerita sajak para dewa hingga lakon-lakon wayang seperti yang pokok-pokoknya dalam Mahabarata. 2) Kalatidha, yang terkenal dengan gambaran