• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lanjut usia di Panti Wredha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lanjut usia di Panti Wredha"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PRAMURUKTI DENGAN SUCCESSFUL

AGING WANITA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Putri Retno Kinanti

089114013

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PRAMURUKTI DENGAN

SUCCESSFUL AGING WANITA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Putri Retno Kinanti

089114013

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

(3)

ii

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PRAMURUKTI DENGAN

SUCCESSFUL AGING WANITA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Putri Retno Kinanti

NIM : 089114013

Telah dipertahankan di depan panitia Penguji pada tanggal 10 Desember 2012 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia

Nama Lengkap Tanda Tangan

Penguji 1 : Dra. L. Pratidarmanastiti, M.Si. ….………..

Penguji 2 : Aquilina Tanti Arini, S.Psi., M.Si. ..……….

Penguji 3 : Ratri Sunar Astuti, M.Si. .…….……….

Yogyakarta. Fakultas Psikologi

(4)
(5)

iv

"Each morning when I open my eyes I say to myself: I, not events, have the power to make me happy or unhappy today. I can choose which it shall be. Yesterday is dead, tomorrow hasn't arrived yet. I have just one day, today, and

I'm going to be happy in it." (Groucho Marx)

Karya ini KupersembahKan untuK;

Kedua orang tuaKu tersayang, KaKaKKu dan istrinya,

“someone special” yang telah memberiKan doa dan semangat

selama ini. tidaK lupa untuK sahabat-sahabat terbaiKKu.

Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah

jalan-Ku. (Yesaya 55:8)

(6)
(7)

vi

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PRAMURUKTI DENGAN SUCCESSFUL AGING WANITA LANJUT USIA

DI PANTI WREDHA

Putri Retno Kinanti

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lanjut usia di panti wredha. Hipotesis yang diajukan, yaitu ada hubungan positif antara dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lanjut usia di panti wredha. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 50 wanita lanjut usia, usia 60-75, tinggal di panti wredha, dapat berkomunikasi dengan baik. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan skala dukungan sosial pramurukti dan skala successful aging. Setelah dilakukan tryout terpakai pada skala dukungan sosial pramurukti diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,902, sedangkan pada skala successful aging diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,866. Selain itu, telah dilakukan juga uji normalitas dan linearitas dengan hasil data tersebut linear dan normal. Data penelitian ini dianalisis menggunakan teknik Pearson Product Moment Correlation karena distribusi data normal. Koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,665 dengan probabilitas 0,000 (p<0,01). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lanjut usia di panti wredha. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial pramurukti, maka semakin tinggi

successful aging wanita lanjut usia di panti wredha.

(8)

vii

THE RELATION OF SOCIAL SUPPORT FROM NURSE AND SUCCESSFUL AGING ELDERLY WOMEN

IN NURSING HOME

Putri Retno Kinanti

ABSTRACT

This research tends to know whether a relationship exist between social support from nurse and successful aging elderly women in nursing home. The hypothesis that proposed is, there are positive relationship between social support from nurse and successful aging elderly women in nursing home. Subjects in this research consist of 50 elderly women , age range 60—75 years old, who live in the nursing home, and seem to be able to communicate nicely. Data collection is using the spreading of social support from nurse scale and the successful aging scale. After tryout has been performed using the social support from nurse scale, reliability coefficient achieved for 0,902, while the successful aging scale obtained reliability coefficient for 0,866. Furthermore, normality test and linearity have been conducted with the result shows that the data outcome both linear and normal. Data of this research are analyzed with Pearson Product Moment Correlation technique because of data distribution that shows normal. Correlation Coefficient was obtained on the point 0,665 with probability 0,000 (p<0,01). The result of this research shows that there are positive relationship between social support from nurse and successful aging elderly women in nursing home. It can be concluded that the higher social support from nurse the higher successful aging elderly women in nursing home.

(9)
(10)

ix

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur kepada Allah Bapa di Surga atas kasih karunianya dan bimbingannya penulis mampu menyelesaikan penelitian ini. Melalui penelitian ini, penulis diberikan kesempatan untuk belajar lebih lagi dan mendapatkan pengalaman yang sebelumnya tidak pernah ditemui. Skripsi dengan judul “Hubungan Dukungan Sosial Pramurukti dengan Successful Aging wanita lanjut usia di panti wredha” ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan meraih gelar sarjana psikologi.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada orang-orang yang selama ini memberikan dukungan dan bantuan baik secara moril ataupun materi hingga terselesaikannya skripsi ini:

1. Dr. Christina Siwi, H., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Akademik.

(11)

x

3. Semua dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah mendidik dan membantu penulis selama menjalankan studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Kedua Orang tua saya Herry Supeno dan Dwi Retno Pramesti yang telah merawat saya, mendidik saya dan mengasihi saya. Terima kasih untuk kasih sayang, doa dan pengorbanan yang kalian berikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga pencapaian ini membuat kalian senang. 5. Kakak ku Yosia Nanda Widho Pramana dan Linda Wulandari untuk semangat

dan dukungannya.

6. Eyang-eyang putri di panti wredha yang berkenan menjadi subjek penelitian, selain itu berkenan membagi pengalaman, cerita hidup dan doa untuk penulis. 7. Sahabatku Prawita Ady yang selalu menjadi tempat keluh kesah, semangat,

dukungan dan selalu menemani penulis di saat apapun. Terima kasih untuk kebersamaannya.

8. Sahabat-sahabatku “mbokde” vita, tante Dewi, Nursih, Ayu, Sita, Bora terima kasih untuk kebersamaan, semangat, dan dukungannya. Tidak lupa untuk sahabatku Ni Ketut Mila Puspitasari, terima kasih banyak mbok sudah menemani, dan membantu segalanya untuk melewati proses ini.

(12)

xi

10.Khusnul Budiawan yang telah menemani penulis selama 6 tahun ini, menjadi teman dalam keadaan apapun. Terima kasih untuk kebersamaan dan proses yang luar biasa ini. Sukses untukmu juga.

11.Teman-teman kos wulandari, terima kasih untuk kebersamaan dan bantuan yang diberikan selama 4,5 tahun ini.

12.Semua pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini, Tuhan memberkati. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik sehingga dapat menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Yogyakarta, 12 Februari 2012 Penulis

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 7

1.Manfaat Teoretis ………. 7

(14)

xiii

BAB II. LANDASAN TEORI ... 8

A.Lanjut Usia ... 8

1. Pengertian Lanjut Usia.. ... 8

2. Wanita Lanjut Usia……… 9

3. Tugas Perkembangan Lanjut Usia……… 10

4. Teori-teori Penuaan……… 12

5. Masalah-masalah yang dihadapi Lanjut Usia……… 14

B.Successful Aging………... 16

1. Proses Menua……… 16

2. Pengertian Successful Aging ... 17

3. Faktor yang mempengaruhi Successful Aging…………. 18

a) Seleksi ...………... 18

b) Optimisasi ...……… 19

c) Kompensasi …...……… 19

4. Kriteria Successful Aging ... 19

C.Dukungan Sosial Pramurukti ……….. ... 21

1. Pengertian Dukungan Sosial Pramurukti ... 21

2. Efek Dukungan Sosial pada Kehidupan lansia …….. ... 22

3. Komponen Dukungan Sosial ...…………. 23

a) Guidance...………...………... 23

b) Reliable Allience ...………...………… 23

(15)

xiv

d) Opportunity for Nurturance ... 24

e) Attachment .... 24

f) Social Integration .... 24

3. Jenis-jenis Dukungan Sosial ... 25

D.Panti Wredha ... 26

1. Definisi Panti Wredha ………. 26

2. Pramurukti …..………... 27

a) Definisi Pramurukti ………. 27

b) Tugas Pramurukti ……… 27

c) Faktor yang mempengaruhi komitmen Pramurukti ……… 28

E. Hubungan Dukungan Sosial Pramurtukti dengan Successful Aging Wanita Lanjut Usia di Panti Wredha ... 28

F. Hipotesis ... 35

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A.Jenis Penelitian………. 36

B.Identifikasi Variabel ... 36

C.Definisi Operasional... 36

1. Dukungan Sosial Pramurukti ... 36

2. Successful Aging ... 37

D.Subjek Penelitian ... 38

(16)

xv

1. Skala Successful Aging ... 39

2. Skala Dukungan Sosial Pramurukti ... 41

F. Prosedur Penelitian……… 43

G.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 44

1. Validitas... 44

2. Seleksi Item Alat Ukur ... 44

a. Prosedur Seleksi Item ... 44

b. Hasil Seleksi Item ... 46

1) Skala Successful Aging ... 46

2) Skala Dukungan Sosial Pramurukti ... 47

3. Reliabilitas ... 48

a. Prosedur Pengujian Reliabilitas ... 48

b. Hasil Pengujian Reliabilitas ... 49

1) Skala Successful Aging ... 49

2) Skala Dukungan Sosial Pramurukti ... 49

H.Teknik Analisis Data ... 49

1. Uji Asumsi Analisis Data ... 49

a. Uji Normalitas ... 50

b. Uji Linearitas ... 50

2. Uji Hipotesis ... 51

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

(17)

xvi

B.Deskripsi Data Penelitian ... 52

C.Hasil Penelitian ... 54

1. Uji Asumsi ... 54

a. Uji Normalitas ... 54

b. Uji Linearitas ... 55

2. Uji Hipotesis ... 55

D.Pembahasan ... 56

BAB V. PENUTUP ... 62

A.Kesimpulan ... 62

B.Saran ... 63

1. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 63

2. Bagi Panti Wredha... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Blueprint Distribusi Sebaran Item Skala Successful Aging

Sebelum Seleksi Item ... 41

Tabel 2. Blueprint Distribusi Sebaran Item Skala Dukungan Sosial Pramurukti Sebelum Seleksi Item ... 42

Tabel 3. Distribusi Item-item Pernyataan Skala Successful Aging Setelah Seleksi Item ... 46

Tabel 4. Distribusi Item-item Pernyataan Skala Dukungan Sosial Pramurukti Setelah Seleksi Item ... 47

Tabel 5. Data Empiris dan Teoritis ... 53

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas ... 54

Tabel 7. Hasil Uji Linearitas... 55

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala ... 68

Lampiran 2. Reliabilitas Skala A dan B... 78

Lampiran 3. Uji Normalitas ... 83

Lampiran 4. Uji Linearitas ... 85

Lampiran 5. Uji Hipotesis ... 87

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap kehidupan manusia selalu melewati fase-fase perkembangan yang diawali dari masa kanak-kanak hingga masa dewasa akhir. Tahapan perkembangan masa dewasa akhir ini disebut dengan usia lanjut, sedangkan sebutan untuk individu yang berada di tahapan ini adalah lansia (Suardiman, 2011). Menurut UU No.13 pasal 1 ayat 2 Tahun 1998, lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas (Suardiman, 2011). Beberapa ahli lain memiliki pandangan sendiri mengenai batasan usia tersebut. Menurut Papalia, Olds, Feldman (2009), batasan memasuki usia lanjut itu dibagi menjadi beberapa bagian yaitu young old (65-74 tahun), old-old (75-84 tahun), dan oldest old

(>85 tahun).

(21)

rekreasi, dan religi. Kebutuhan–kebutuhan ini akan menjadi masalah ketika lansia mengalami kesulitan untuk memenuhinya.

Salah satunya adalah masalah ekonomi yang terjadi terjadi karena hilangnya pekerjaan, sehingga akan mempengaruhi pendapatan mereka sehari-hari. Lansia yang tidak bekerja memiliki peluang merasa kesepian lebih besar dibanding lansia yang bekerja. Masalah lain yang harus dihadapi adalah masalah kesehatan, yaitu penurunan atau degenerasi beberapa fungsi tubuh seperti menurunnya beberapa fungsi indra, motorik dan kognitif (Hurlock, 1980; Suardiman, 2011). Kesehatan yang semakin menurun dapat menyebabkan lansia menjadi sulit untuk berinteraksi dengan bebas dan memilih untuk menarik diri lingkungannya. Hal ini berarti perhatian dan kasih sayang yang didapat akan semakin berkurang (Hurlock, 1990).

Berbagai masalah tersebut dialami oleh lansia laki-laki dan wanita namun harapan hidup lansia laki-laki lebih rendah dibanding wanita sehingga jumlah wanita lansia lebih banyak. Oleh karena itu, penelitian ini memilih wanita lansia sebagai subjeknya. Harapan hidup wanita yang lebih panjang namun mereka cenderung mengalami kesepian dan depresi (Papalia, 2009; Lestari, Fakhrurrozi, 2008). Kesepian akan lebih dirasakan oleh lansia wanita yang tidak bekerja karena mereka lebih banyak ditinggalkan di rumah sendiri (Lestari, Fakhrurrozi, 2008).

(22)

wanita lansia menjadi tinggal sendiri atau dengan anak-anaknya dan terjadinya perubahan pada struktur pola keluarga dari nuclear family ke extended family

menyebabkan lansia semakin kesulitan dalam mengatasi masalahnya yang berhubungan dengan tempat tinggal dan perawatan (Suardiman, 2011). Hal inilah yang menjadi salah satu alasan untuk menempatkan lansia di panti wredha.

Wawancara yang dilakukan dengan wanita lansia di panti wredha, mereka menyatakan bahwa mereka berada di panti dengan harapan untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik, karena anggota keluarganya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Pemilihan tempat tinggal di panti wredha memberikan tuntutan baru untuk lansia yaitu menyesuaikan dengan kondisi tersebut. Sebagian besar lansia mengalami stress karena kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tempat tinggal di panti wredha (Indriana, Kristiana, Sonda, Intanirian, 2010).

(23)

berguna untuk orang-orang di sekitarnya serta keluarga (Suardiman, 2011; Robichaud, Durrand, Bedard, Ouellet, 2006).

Successful aging dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti pemberian aktivitas-aktivitas yang produktif maupun yang berguna untuk menjaga kesehatan mereka. Tingkat depresi lansia menurun setelah diberikan aktivitas senam bugar (Agustin, Aulia, 2008). Pemberian aktivitas-aktivitas keterampilan untuk memproduksi suatu barang yang dapat menghasilkan uang akan meningkatkan harga diri lansia (Tursilarini, Untung, 2003). Lansia yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan atau kondisi yang memicu stress dikatakan mengalami successful aging (Indriana, dkk, 2010). Faktor lain yang tidak kalah penting bagi lansia dalam mencapai successful aging adalah pemberian dukungan sosial. Dukungan sosial memiliki hubungan yang kuat antara dukungan sosial dengan kesehatan mental dan kematian (Cohen& Syme, 1985 dalam Bond, dkk, 1995).

(24)

dewasa akhir. Hal ini diwujudkan dengan cara menjalin hubungan yang baik kepada orangtua (Stuifbergen, Delden, Dykstra, 2008).

Keluarga dinilai sebagai bagian yang terdekat dari lansia dan menjadi tempat untuk mendapatkan kenyamanan tinggal (Suardiman, 2011). Lansia sebenarnya lebih menyukai untuk tinggal di rumah sendiri, karena dengan begitu mereka dapat bebas dan mandiri dalam melakukan kegiatannya sehari-hari (Schnall, Harber, Stefanucci, Proffit, 2008). Lansia juga akan sangat mempertahankan hubungan pertemanannya karena dapat membantu lansia untuk mengatasi kekhawatiran dan permasalahannya (Papalia, 2009). Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa interaksi dengan teman-teman sesama lansia dapat memberikan pengaruh positif pada mental lansia. (Mullin&dugan, 1991 dalam Afida, dkk, 2002).

(25)

Tidak mudah bagi lansia untuk menggantikan teman-teman lamanya dengan teman-teman yang mereka baru kenal di panti wredha. Seringkali yang terjadi mereka merasa kurang nyaman dengan teman-teman barunya di panti wredha. Maka, pramuruktilah yang dapat diharapkan untuk memberikan dukungan sosial pada wanita lansia di panti wredha. Pramurukti merupakan sumber utama dukungan dan perawatan bagi lansia yang tinggal di panti wredha terlebih bagi lansia yang menderita penyakit mental dan fisik (Bond, dkk, 1995).

Di sisi lain, perawatan yang diberikan pramurukti dengan tekanan mental dan emosi memiliki resiko kematian yang tinggi, sebaliknya lansia yang hidup tanpa perawatan dari pramurukti justru memiliki resiko kematian yang rendah (Schultz, Beach, 1999). Perawatan yang diberikan dengan positif akan berpengaruh positif bagi lansia. Pramurukti menjadi salah satu lapangan kerja, setiap individu memiliki komitmen kerja yang berbeda-beda satu sama lain.

(26)

dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lansia di panti wredha.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara dukungan sosial pramurukti dengan

successful aging wanita lansia di panti wredha?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara dukungan sosial pramurukti terhadap Successful aging wanita lansia di panti wredha.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian diharapkan dapat menyumbangkan bagi perkembangan psikogerontologi khususnya mengenai masa usia lanjut. Terlebih untuk mengetahui bagaimana hubungan mengenai successful aging dan dukungan sosial pramurukti wanita lansia di panti wredha.

2. Manfaat Praktis

(27)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut Usia

Setiap mahluk hidup yang memiliki harapan hidup yang panjang pasti akan melalui perkembangan masa dewasa akhir. Tahapan perkembangan masa dewasa akhir ini disebut dengan istilah usia lanjut. Sebutan untuk individu yang berada di tahapan ini adalah lansiab atau lansia (Suardiman, 2011). Salah satu pendekatan yang digunakan untuk memahami lansia adalah dengan menggunakan pendekatan biologis dan kronologis (Suardiman, 2011). Pendekatan biologis dapat diartikan sebagai usia fungsional yaitu melihat lansia berdasarkan kemampuannya dalam mengikuti setiap aktivitas bersama orang lain di lingkungan fisik dan sosialnya. Pendekatan kronologis yang dimaksud yaitu usia kronologis yaitu usia yang sebenarnya dari lansia. Kedua pendekatan ini berguna untuk memahami lansia mengenai perbedaan perubahan yang terjadi. Terkadang lansia yang memiliki usia kronologis yang sama namun secara fisik berbeda (Papalia, dkk, 2009; Suardiman, 2011).

(28)

menyatakan bahwa lansia atau tua itu dimulai ketika seseorang memasuki usia 60 tahun. Organisasi kesehatan dunia (WHO) membagi batasan umur lansia menjadi beberapa bagian yaitu : middle age (45-59 tahun), elderly (60-74 tahun), old (75-90 tahun) dan very old (<90 tahun) (Kushariyadi, 2010). Undang-Undang No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa batasan umur lansia di Indonesia dimulai dari usia 60 tahun (Suardiman, 2011).

Jadi, lansia adalah sebutan bagi individu yang berada di masa perkembangan dewasa akhir dengan batasan usia 60 tahun ke atas.

2. Wanita Lanjut Usia

(29)

3. Tugas Perkembangan Lanjut Usia

Tugas perkembangan masa usia lanjut adalah penyesuaian dengan segala perubahan yang terjadi. Menurut Erik Erikson, mengungkapkan tahapan perkembangan lansia yaitu integrity vs despair. Tahapan integrity yaitu ketika lansia dapat memaknai dan merasa puas dengan masa yang sudah dilaluinya, sedangkan despair

adalah pandangan negatif yang dimiliki oleh lansia tentang masa perkembangan sebelumnya sehingga memunculkan perasaan yang negatif (Santrock, 2002). Desmita (2009), mengungkapkan integritas adalah suatu keadaan dimana lansia telah mampu menyesuaikan diri dengan keberhasilan dan kegagalan yang telah dilaluinya.

Terdapat pandangan lain mengenai tugas perkembangan lansia yaitu (Hurlock dalam Suardiman, 2011) :

a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.

b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya pendapatan keluarga.

c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup. d. Membentuk hubungan dengan orang-orang seusia . e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuakan. f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial.

(30)

a. Diferensiasi vs Kesibukan dengan peran

Lansia diharapkan tetap dapat melakukan aktivitas yang berbeda dengan peran kerja sebelumnya. Hal ini dimaksudkan adalah untuk mengganti waktu yang telah habis karena digunakan untuk bekerja. Jadi, lansia mengisi aktivitasnya dengan kegiatan yang berarti dengan keluarga dan orang-orang di sekitarnya. b. Kekuatiran pada tubuh vs kesibukan dengan tubuh

Tahap perkembangan ini berhubungan dengan penurunan kesehatan pada lansia. Penurunan beberapa fungsi tubuh ini menjadi ancaman bagi lansia yang sangat memperhatikan kesehatan fisiknya. Berbanding terbalik dengan lansia yang tidak terlalu mengkhawatirkan masalah penurunan tersebut namun justru membangun relasi dengan orang lain.

c. Melampui ego vs kesibukan dengan ego

Tahapan perkembangan yang terkahir adalah menuntut lansia untuk menyadari dan menerima tentang kematian. Hal ini diiringi dengan perasaan nyaman, tenang, dan tentram karena dan berpengaruh pada cara seseorang dalam berkomunikasi dengan mereka telah memberikan sumbangan pada keluarga dan orang lain.

(31)

Setiap lansia yang melakukan dan melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dengan baik akan menimbulkan rasa bahagia dan kepuasan dalam hidup (Havighurst dalam Suardiman, 2011). Kepuasan hidup menjadi penanda bahwa lansia mengalami kesejahteraan psikologis atau successful aging.

4. Teori – teori Penuaan

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai penuaan lansia, yaitu :

a. Teori proses penuaan secara biologis dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Teori Pemprogaman Genetika : Menurut Papalia, dkk (2009), menyatakan bahwa tubuh mengalami penuaan sesuai dengan jadwal pertumbuhan yang ada dalam gen. Teori pemrogaman genetika ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu Teori senescence

terprogram, endokrin, dan evolusi.

2) Teori Tingkat variabel yaitu menjelaskan bahwa proses penuaan itu terjadi karena pengaruh dari lingkungan baik itu internal maupun eksternal. Teori tingkat variabel ini disebut juga dengan teori kesalahan. Teori ini dibagi lagi menjadi tiga kelompok yaitu teori wear and tear, teori radikal bebas dan teori autoimunitas.

(32)

perkembangan mereka dan lebih menghindari lingkungan sosial yang kurang mendukung. Lansia akan mempertahankan hubungan yang sudah terjalin erat dan dekat seperti dengan anak-anak, keluarga atau teman yang jelas sangat berpengaruh pada kebahagiaan lansia.

c. Teori Rekonstruksi gangguan sosial adalah teori yang menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena fungsi psikologis yang kurang baik karena dipengaruhi oleh pandangan-pandangan negatif mengenai masa usia lanjut ini. Rekonstruksi sosial adalah salah satu cara untuk mengubah pandangan-pandangan negatif mengenai dewasa akhir yang berpengaruh pada proses penuaan. Seseorang yang dapat merubah pandangan atau mengkonstruksi awal masyarakat terhadap lansia berarti akan merasakan kepuasan hidup (Santrock, 2002).

d. Teori aktivitas menjelaskan mengenai implikasi dari keaaktifan atau keterlibatan orang lansia terhadap proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang dapat terus aktif baik secara fisik, mental dapat lebih meningkatkan kepuasan hidup (Papalia, dkk, 2009; Suardiman,2011; Santrock,2002). Teori aktivitas ini dapat melatih penyesuaian diri lansia yang lebih baik dalam menghadapi masa tuanya(Suardiman, 2011).

(33)

kesinambungan antara masa lalu dan masa sekarang. Aktivitas juga berperan penting pada teori ini. Kesinambungan antara masa lalu dan masa sekarang dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan oleh seorang lansia sebelumnya. Seorang lansia yang sebelum memasuki masa tuanya banyak memiliki kegiatan maka alangkah lebih baik jika ia terus meneruskan kegiatan itu setelah memasuki masa tuanya. Meskipun aktivitas yang dilakukan akan berbeda (Papalia, dkk, 2009).

5. Masalah-masalah yang dihadapi Lanjut Usia

Peningkatan jumlah populasi lansia tidak lepas dengan masalah-masalah penuaan akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi. Masalah-masalah yang dihadapi oleh lansia adalah sebagai berikut:

a) Masalah Ekonomi

(34)

yang menyebabkan kebanyakan lansia menggantungkan hidup pada orang lain.

b) Masalah Sosial

Masalah sosial ini berhubungan dengan kontak sosial lansia dengan keluarganya dan perubahan struktur keluarga inti ke keluarga yang lebih luas. Perubahan struktur keluarga disebabkan karena anak-anak yang semakin tumbuh dewasa dan membentuk keluarga sendiri. Kesibukan anggota keluarga yang menyebabkan menurunnya frekuensi bertemu atau perhatian yang diberikan kepada lansia. Kondisi demikian dapat menimbulkan perasaan kesepian, tersisih atau tidak diperhatikan pada lansia.

c) Masalah Kesehatan

(35)

dan lain–lain. Kesehatan lansia juga dipengaruhi oleh gaya dan pola hidup.

d) Masalah Psikologis

Secara umum beberapa masalah psikologis yang dihadapi oleh lansia adalah perasaan kesepian, terasing dari lingkungan, ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri, post power syndrom, ketergantungan, dan lain–lain. Menurut Hurlock (1990:406-407), masalah psikologis yang dihadapi adalah mengenai pandangan masyarakat terhadap lansia kaitannya dengan kebudayaan. Pandangan yang menyatakan bahwa lansia adalah mahluk yang lemah dan tidak berdaya inilah yang membatasi lansia untuk menjadi lebih produktif dan optimis menjalani masa tuanya. Pandangan tersebut dapat mengakibatkan lansia menarik diri dari lingkungannya. Laki-laki dan perempuan lansia sama-sama dipengaruhi oleh pandangan tersebut.

B. Successful Aging

1. Proses Menua

(36)

perkembangan hingga masa akhir perkembangan dan tidak dapat dihalangi oleh apapun. Proses penuaan sekunder adalah penuaan yang diakibatkan karena penyakit yang diderita dan penggunaan obat-obat yang berbahaya bagi tubuh. Pada proses penuaan sekunder ini biasanya dapat dikontrol oleh orang lain selain yang bersangkutan (Papalia, dkk, 2009). Kemampuan dan sikap lansia berbeda satu sama lain dalam menjalani permasalahan pada proses penuaan.

2. Pengertian Successful Aging

Pengertian successful aging terbagi dua yaitu successful aging

dengan kriteria objektif dan subjektif. Successful aging menurut kriteria objektif adalah memiliki resiko rendah terkena penyakit atau mengalami cacat tubuh, sehat secara mental dan fisik, terlibat aktif dalam kegiatan lingkungan. Kriteria subyektif ini menjelaskan bahwa

successful aging adalah pencapaian lansia dalam masa hidupnya, yang jelas akan berbeda satu sama lain (Rowe & Khan dalam Pruchno, Genderson, Rose, Cartwright, 2010). Pandangan lain menyatakan

(37)

pernyataan dari Rowe&Khan (1990) mengenai lansia yang berhasil adalah yang sehat secara fisik dan mental. Lansia yang menderita suatu penyakit berarti gagal dalam penuaannya.

Konsep kepuasan hidup oleh Dreyer (1989) yang mengacu kepada Neurgaten, Havighurst, dan Tobin (1968) memiliki lima ciri yaitu (Suardiman, 2011) :

1. Semangat, memiliki energi untuk berpartisipasi dalam berbagai wilayah kehidupan, suka mengerjakan sesuatu, antusias.

2. Resolusi dan keteguhan menerima tanggung jawab sebagai milik kehidupan pribadinya

3. Congruence, keselarasan antara keinginan dan tujuan yang dicapai, perasaan bahwa sesuatu telah diselesaikan seperti yang diinginkan.

4. Konsep diri positif, berpikir tentang dirinya sebagai seseorang yang berharga.

5. Suasana hati, menunjukkan kebahagiaan, optimis, dan senang dengan hidupnya.

Jadi, Successful aging adalah kesuksesan proses penuaan lansia dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di masa akhir perkembangannya dan kesuksesan dalam mencapai tujuan hidup mereka.

3. Faktor yang mempengaruhi Successful Aging

Menurut Santrock (2002) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi Successful aging, yaitu

a) Seleksi

(38)

b) Optimisasi

Optimisasi adalah munculnya kemungkinan untuk mempertahankan kemampuan pada beberapa fungsi tubuh yang mengalami penurunan dengan latihan dan teknologi yang tersedia. c) Kompensasi

Kompensasi terjadi ketika tuntutan yang dihadapi lansia sudah melampaui kapasitas lansia di perkembangannya.

4. Kriteria Successful Aging

Beberapa hal yang dapat digunakan sebagai kriteria Successful Aging dalam proses penuaan (Rowe & Kahn, 1997 dalam Papalia, dkk, 2009) :

1. Terhindar dari penyakit atau keterbatasan yang berkaitan dengan penyakit.

2. Mempertahankan fungsi fisik dan kognitif dengan baik.

3. Mempertahankan keterlibatan sosial yang aktif dan aktivitas produktif (aktivitas, dibayar,atau tidak dibayar, yang memiliki nilai sosial).

(39)

a. Kriteria successful aging berdasarkan kesehatan lansia :

1) Berdasarkan penilaian dokter lansia tidak mengalami cacat fisik rata-rata di usia 75 tahun.

2) Kesehatan fisik subjektif yang baik (tidak ada masalah dengan kegiatan sehari-hari)

3) Kehidupan yang panjang tanpa kecacatan

b. Kriteria successful aging berdasarkan keterlibatan sosial dan kegiatan yang produktif :

1) Sehat mental

2) Terdapat 8 hal yang digunakan untuk menilai kepuasan hidup lansia yaitu pernikahan, pekerjaan yang memberikan penghasilan, memiliki keturunan, persahabatan dan kontak sosial, hobi, agama, kegiatan pelayanan masyarakat, dan rekreasi / olah raga.

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas maka, peneliti menyimpulkan beberapa hal yang dapat menjadi indikator successful aging lansia di masa tuanya yaitu :

1. Sehat secara fisik ( mampu mempertahankan fungsi fisik ) 2. Mempertahankan fungsi kognitif dengan baik.

3. Sehat Mental , menganggap dirinya positif, berharga, suasana hati yang positif

(40)

Dari uraian penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

successful aging adalah kesuksesan proses penuaan lansia dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di masa akhir perkembangannya. Kriteria successful aging lansia tidak hanya dilihat dari kesehatan fisik dan mental saja, namun juga berdasarkan penilaian atau pandangan lansia sendiri dalam pencapaian tujuan hidupnya. Lansia yang berhasil dalam penuaannya juga tidak menarik diri dari lingkungan sosialnya. Di balik semua kriteria di atas tetap perlu menekankan pentingnya menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang memang harus dilalui.

C. Dukungan Sosial Pramurukti

1. Pengertian Dukungan Sosial Pramurukti

(41)

merupakan informasi atau nasehat baik verbal atau non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan melalui hubungan yang erat dan memiliki ikatan emosional sehingga bermanfaat atau mempengaruhi perilaku individu (Gottlieb, 1983 dalam Smett 1994).

Sumber dukungan sosial dapat muncul dari orang tua, anak-anak, saudara sekandung, kerabat, pasangan hidup, rekan kerja dan sahabat, atau kelompok masyarakat seperti gereja, perkumpulan lansia, dan pramurukti (Taylor, 1995; Taylor, Peplau, Sears, 2009). Sumber-sumber pemberi dukungan sosial ini dapat meminimalisir perasaan keterputusasaan pada lansia.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dukungan sosial pramurukti menjadi salah satu sumber dukungan sosial bagi lansia wanita di panti wredha. Mengacu pada definisi di atas, dukungan sosial pramurukti adalah pemberian informasi verbal atau non verbal, nasehat dan bantuan nyata oleh pramurukti kepada lansia agar merasa disayangi, diperhatikan, dihargai, dihormati, dan mendorong lansia untuk mau terlibat dan dilibatkan dalam jaringan sosial masyarakat.

2. Efek Dukungan Sosial pada Kehidupan Lansia

(42)

tingkat depresi yang rendah. Hal ini dikarenakan sebagian besar lansia wanita masih menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga dan menjalin hubungan yang baik dengan teman-teman panti (Afida, dkk, 2003). Dukungan keluarga memiliki hubungan dengan keaktifan lansia dalam mengikuti senam lansia. Sebagian besar lansia memiliki keaktifan yang buruk dikarenakan tidak adanya dukungan keluarga (Novarina, Muhlisin, Zulaicha, 2012).

3. Komponen Dukungan Sosial

Menurut Weiss (dalam Cutrona dan Russel, 1987), terdapat 6 komponen dukungan sosial, yaitu :

a) Guidance

Guidance adalah bimbingan berupa saran atau informasi biasanya diberikan dari guru, tokoh, mentor, atau orang yang lebih tua. Komponen yang pertama ini biasanya digunakan untuk pemecahan masalah.

b) Reliable Alliance

(43)

c) Reassurance of Worth

Komponen yang ketiga reassurance of worth yang artinya adalah jaminan nilai yaitu pengakuan akan kemampuan seseorang, ketrampilan, dan penilaian oleh orang lain.

d) Opportunity for Nurturance

Yaitu kesempatan untuk merawat atau mengasuh orang lain. Kesempatan merawat ini biasanya diberikan dari keturunan atau pasangan hidup. Perawatan yang diberikan ini memunculkan hubungan interpersonal antara individu yang lebih erat sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan individu.

e) Attachment

Komponen yang kelima adalah kedekatan emosional yang berasal dari rasa aman. Hal ini dapat diberikan oleh orang-orang terdekat seperti pasangan hidup, teman dekat atau seseorang yang memiliki hubungan keluarga. Attachment ini dapat berupa kepedulian, perhatian, motivasi, empati, dan simpati pada orang yang bersangkutan.

f) Social Integration

(44)

4. Jenis-jenis Dukungan Sosial

Selain komponen dukungan sosial tersebut, dukungan sosial dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu (Winnubst, dkk, 1988 dalam Smett,1990):

a) Dukungan emosional: memberikan kepedulian, perhatian, motivasi, empati, dan simpati pada orang yang bersangkutan.

b) Dukungan penghargaan: dukungan ini berupa ungkapan yang positif pada orang yang bersangkutan, memberikan ungkapan perbandingan yang positif sehingga membuat individu lebih percaya diri untuk melangkah.

c) Dukungan Instrumental : berupa bantuan langsung yang sifatnya konkret dan langsung bisa dirasakan. Sebagai contoh pemberian hadiah, pinjaman finansial atau pemberian jasa (Laura,2009). d) Dukungan informatif : Seorang memberikan dukungan dengan

memberikan nasehat atau memberi petunjuk untuk langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pemecahan masalah(Smeet, 1990 ; Laura,2009).

(45)

Indikator dukungan sosial pramurukti yang diterima lansia adalah sebagai berikut:

1. Menerima kedekatan emosional seperti kepedulian, perhatian, motivasi, empati, dan simpati.

2. Menerima ungkapan dan penilaian positif terhadap orang yang bersangkutan.

3. Menerima bantuan yang langsung bisa dirasakan oleh orang yang bersangkutan.

4. Menerima informasi yang dibutuhkan lansia.

5. Menerima perawatan yang dibutuhkan agar dapat meningkatkan kesehatan lansia.

D. Panti Wredha

1. Definisi Panti Wredha

(46)

2. Pramurukti

a) Definisi Pramurukti

Pramurukti adalah seseorang yang memberikan perawatan bagi lansia yang tinggal di panti wredha. Pramurukti harus menjalin komunikasi langsung dengan lansia yang berada di panti wredha. Pramurukti merupakan sumber utama dukungan dan perawatan bagi lansia yang menderita penyakit mental dan fisik (Bond, dkk, 1995).

b) Tugas Pramurukti

Relasi yang terjalin antara lansia dengan perawat dan pengelola panti diartikan bahwa perawat atau pengelola pantilah yang membuat keputusan. Keputusan yang dimaksud misalnya untuk menentukan jenis makanan yang boleh dikonsumsi oleh lansia, jam makan, jam tidur dan memberikan obat untuk lansia yang mengalami sakit (Lidz&Arnold dalam Nordhus, 1991). Hubungan yang terbentuk ini menunjukkan bahwa lansia memang membutuhkan bantuan dan tergantung pada orang lain (Baltes dalam Nordhus, 1991).

(47)

berbagai bentuk yang berkaitan dengan kesehatan mental dan fisik lansia di panti wredha.

c) Faktor yang mempengaruhi komitmen Pramurukti

Komitmen kerja pramurukti dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah memiliki niat untuk pengabdian dan pelayanan sosial, memiliki sikap positif terhadap pekerjaan dan memiliki niat ibadah sehingga finansial bukan menjadi tujuan utama. Faktor eksternalnya adalah dukungan keluarga dari sisi pramuruktinya (Puspitasari, Asyanti, 2011). Komitmen yang dimiliki oleh pramurukti tersebut akan sangat bermanfaat bagi lansia yang tinggal di panti wredha karena mereka berarti akan menerima dukungan sosial yang positif dari pramurukti. Hal ini semakin diperkuat dengan suatu penelitan yang memperlihatkan adanya persepsi yang positif lansia terhadap pramurukti di panti wredha (Sitindaon, 2009).

E. Hubungan Dukungan Sosial Pramurukti dengan Successful Aging

Wanita Lanjut Usia di Panti Wredha

(48)

sering disebut dengan proses menua atau aging (Suardiman, 2011). Perubahan yang sering dialami oleh lansia menyangkut dengan perubahan berbagai fungsi indra, seperti penglihatan dan pendengaran, perubahan biologis dan motorik. Kemampuan motorik seorang lansia akan semakin menurun, meskipun tidak semua lansia mengalami penurunan yang sama. Penurunan gerak motorik lansia ini akan mempengaruhi mobilitas mereka dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Berbagai perubahan yang terjadi ini menimbulkan beberapa masalah bagi lansia, seperti masalah ekonomi, kesehatan, psikologis, dan sosial. Masalah ekonomi yang dialami lansia berhubungan dengan hilangnya pekerjaan sehingga tidak adanya penghasilan lagi karena makin berkurangnya kegiatan-kegiatan produktif lansia. Masalah kesehatan lansia ini berhbungan dengan semakin menurun karena terjadinya penurunan fungsi tubuh dan penuaan sel-sel. Penyakit lansia adalah penyakit degeneratif seperti penurunan fungsi indra baik penglihatan, penciuman, perasa, pendengaran, gangguan pencernaan, asam urat, jantung, dan diabetes.

Masalah lain yang harus dihadapi adalah masalah sosial yang berkaitan dengan hubungan lansia dengan orang lain, baik keluarga maupun teman-teman. Perubahan sistem keluarga dari nuclear ke extended

(49)

pandangan masyarakat bahwa lansia itu tidak berdaya dan lemah. Hal ini menyebabkan lansia menjadi tidak percaya diri untuk tetap mengembangkan diri di masa tuanya, sehingga menyebabkan perasaan kesepian dan menderita depresi (Papalia, 2009).

Berkaitan dengan segala permasalahan yang dihadapi lansia tersebut, perubahan sistem keluarga inti ke struktur keluarga yang lebih luas menghadapkan lansia pada permasalahan tempat tinggal. Perubahan sistem keluarga ini memaksa lansia untuk tinggal di panti wredha sehingga mereka harus tinggal berjauhan dengan keluarga dan teman-teman. Sebagiaan besar lansia yang tinggal di panti wredha kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di panti wredha. Hal ini berdampak buruk bagi lansia karena dapat meningkatkan tingkat stress (Indriana, dkk, 2010). Stress ini berdampak pada kesehatan fisik dan mental bagi lansia. Dibalik semua permasalahan ini lansia dituntut untuk dapat melakukan tugas perkembangannya dengan baik yaitu menyesuaikan dengan segala perubahan tersebut hingga dapat mencapai successful aging.

(50)

lansia laki-laki (Papalia, dkk, 2009). Hal ini berarti kebanyakan wanita lansia tidak mengalami successful aging di masa tuanya.

Salah satu hal yang penting dalam mendukung lansia untuk mencapai successful aging adalah dukungan sosial. Pemenuhan kebutuhan affiliasi wanita lansia di panti wredha dapat mengurangi tingkat depresi (Afida, dkk, 2003). Dukungan sosial bersumber dari siapa saja terlebih orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan lansia. Dukungan sosial yang bersumber dari keluarga menjadi faktor penting yang dapat mendorong lansia mencapai successful aging, namun akan sulit didapatkan dengan mereka tinggal di panti wredha. Lansia juga akan lebih mempertahankan hubungan baik dengan teman-teman dekat mereka. Bagi lansia, teman-teman juga menjadi tempat untuk mengurangi kecemasan dan membantu mereka menyelesaikan masalah yang dihadapi (Papalia, dkk, 2009). Perubahan tempat tinggal di panti wredha selain memisahkan mereka dari keluarga juga dari teman-teman dekat mereka.

(51)

mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tempat tinggal tersebut (Indriana, dkk, 2010). Oleh karena itu, pramurukti menjadi salah satu sumber dukungan sosial yang penting bagi wanita lansia. Pramurukti adalah seseorang yang ditugaskan untuk membantu lansia yang tinggal di panti wredha.

Dukungan pramurukti tersebut diberikan melalui kedekatan emosional (kepedulian, perhatian, motivasi, empati, dan simpati), memberikan ungkapan dan penilaian positif dapat dilakukan dengan memberikan pujian karena lansia selalu mengikuti kegiatan yang diselenggarakan panti. Dukungan pramurukti yang ketiga adalah memberikan bantuan langsung yang langsung bisa dirasakan misalnya menyucikan baju saat lansia sakit. Dukungan yang keempat dengan memberikan informasi yang dibutuhkan dan dukungan yang kelima memberika perawatan yang dibutuhkan agar dapat meningkatkan kesehatan lansia.

Dukungan sosial pramurukti diharapkan dapat mengurangi munculnya perasaan negatif pada wanita lansia di panti wredha seperti kesepian terasing, dan tidak berguna. Kriteria lansia yang mengalami

(52)

misalnya memberikan motivasi pada lansia untuk mengikuti kegiatan di panti, memuji lansia yang selalu aktif mengikuti kegiatan-kegiatan. Dukungan tersebut dapat membuat lansia merasa berharga dan diperhatikan.

(53)

SKEMA HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PRAMURUKTI DENGAN

SUCCESSFUL AGING WANITA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA

Bentuk Dukungan Sosial Pramurukti : 1. Menerima kedekatan emosional seperti

kepedulian, perhatian, motivasi, empati, dan simpati.

2. Menerima ungkapan dan penilaian positif terhadap orang yang bersangkutan. 3. Menerima bantuan yang langsung bisa

dirasakan oleh usia lanjut

4. Menerima informasi yang dibutuhkan usia lanjut.

Successful Aging :

1. Sehat secara fisik ( mampu mempertahankan fisik ). 2. Mampu mempertahankan fungsi kognitif

3.Sehat mental, menganggap dirinya positif, berharga dan memiliki suasana hati yang positif

(54)

F. Hipotesis

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis sementara yang diperoleh adalah terdapat hubungan positif dan signifikan antara dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lansia di panti wredha. Semakin tinggi dukungan sosial pramurukti semakin tinggi tingkat

successful aging wanita lansia. Begitu sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial pramurukti, semakin rendah pula tingkat successful aging

(55)

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional bertujuan untuk mengetahui dan melihat ada tidaknya hubungan atau kaitan antara satu variabel terhadap variabel lain. Jadi, penelitian ini terbatas hanya untuk melihat ada tidaknya hubungan pada variabel-variabel yang telah ditetapkan (Azwar, 2011).

B. Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, yaitu :

- Variabel Bebas : Dukungan Sosial Pramurukti - Variabel Terikat : Successful Aging

C. Definisi Operasional

1. Dukungan Sosial Pramurukti

(56)

sosial masyarakat. Terdapat 5 indikator dukungan sosial pramurukti yang diterima lansia, yaitu sebagai berikut :

1. Menerima kedekatan emosional seperti kepedulian, perhatian, motivasi, empati, dan simpati.

2. Menerima ungkapan dan penilaian positif terhadap orang yang bersangkutan.

3. Menerima bantuan yang langsung bisa dirasakan oleh lansia 4. Menerima informasi yang dibutuhkan lansia.

5. Menerima perawatan yang dibutuhkan agar dapat meningkatkan kesehatan lansia.

Tingkat tinggi rendahnya dukungan sosial pramurukti pada wanita lansia dapat dilihat dari hasil skor skala dukungan sosial pramurukti. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi dukungan sosial pramurukti yang diperoleh lansia. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah dukungan sosial yang diterima.

2. Successful Aging

Successful aging adalah kesuksesan proses penuaan lansia dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di masa akhir perkembangan dan kepuasan dalam mencapai tujuan hidup. Kriteria

(57)

1. Sehat secara fisik ( mampu mempertahankan fungsi fisik ) 2. Mampu mempertahankan fungsi kognitif dengan baik.

3. Sehat Mental , menganggap dirinya positif, berharga, memiliki suasana hati yang positif

4. Memiliki kemauan terlibat dengan kegiatan sehari-hari baik dalam lingkungan sosial dan kegiatan yang produktif

Tingkat Successful aging wanita lansia dapat dilihat dari hasil skor skala successful aging. Semakin tinggi skor yang dihasilkan maka semakin tinggi tingkat successful aging. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin rendah tingkat successful agingnya.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah wanita lansia yang tinggal di panti wredha. Batasan usia untuk subjek adalah 60–75 tahun. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive random sampling yaitu sampel yang diambil hanya yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2011).

Kriteria subjek yang telah ditetapkan untuk penelitian ini adalah : 1. Usia 60–75 tahun

2. Jenis kelamin perempuan

(58)

Jumlah subjek yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 50 lansia wanita yang tinggal di panti wredha. Subjek 50 orang diambil dari tiga panti wredha yang sesuai dengan karakteristik.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode pengambilan data melalui penyebaran skala dengan wawancara terstruktur. Peneliti hanya memberikan skala sesuai dengan kriteria subjek yang telah ditentukan. Peneliti membantu subjek untuk mengisi skala dengan membacakan item-item dalam skala. Metode ini disebut dengan wawancara terstruktur yang dilakukan dengan berpedoman pada alat ukur yang telah dibuat sebelumnya. Alat ukur yang digunakan adalah skala pengukuran Successful Aging dan skala pengukuran Dukungan Sosial Pramurukti. Alat ukur ini mengacu pada skala sikap model likert yang berguna untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang terhadap suatu fenomena sosial ( Sugiyono, 2011).

1. Skala Successful Aging

(59)

c. Sehat mental, menganggap dirinya positif, berharga, suasana hati yang positif.

d. Memiliki kemauan untuk terlibat dengan kegiatan-kegiatan sehari-hari baik dalam lingkungan sosial dan kegiatan produktif

Skala ini model skala sikap Likert dengan dua pernyataan yaitu setuju dan tidak setuju. Hal ini dilakukan sebagai pertimbangan dari usia lansia yang tinggal di panti wredha. Item skala dibuat menjadi 2 macam yaitu favourable dan unfavourable. Item favourable adalah item yang mendukung kriteria dari variabel successful aging, sedangkan item unfavourable adalah item-item yang tidak mendukung variabel successful aging. Skor item favourable untuk pernyataan setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberikan skor 0. Item

(60)

Tabel 1. Blueprint Distribusi Sebaran Item Skala Successful Aging Sebelum Seleksi Item

No Indikator Successful Aging

Komponen dan nomor item

Jumlah Bobot

4 Memiliki kemauan untuk terlibat

2. Skala Dukungan Sosial Pramurukti

Penyusunan skala dukungan sosial pramurukti dibuat oleh peneliti sendiri dengan mengacu pada komponen dukungan sosial dan jenis-jenis dukungan sosial pramurukti sehingga peneliti menyimpulkan terdapat 5 indikator dukungan sosial pramurukti yang diterima lansia:

a. Menerima kedekatan emosional seperti kepedulian, perhatian, motivasi, empati, dan simpati.

b. Menerima ungkapan dan penilaian positif dari orang lain.

c. Menerima bantuan yang langsung bisa dirasakan oleh usia lanjut. d. Menerima informasi yang dibutuhkan usia lanjut.

(61)

Skala Dukungan sosial pramurukti menggunakan skala sikap model Likert dengan 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju. Item-item dibagi menjadi favourable dan unfavourable. Pemberian skor pada item favourable adalah setuju diberikan skor 1 dan tidak setuju diberikan skor 0. Pada item unfavourable pernyataan setuju diberikan skor 0 dan tidak setuju diberikan skor 1.

Tabel 2. Blueprint Distribusi Sebaran Item Skala Dukungan Sosial Pramurukti Sebelum Seleksi Item

No Indikator Dukungan Sosial Pramurukti

1 Menerima kedekatan emosional seperti

3 Menerima bantuan yang langsung bisa

4 Menerima informasi atau saran yang dibutuhkan lansia

11, 15, 24,

40 6, 13, 17, 31 8 20 5 Menerima perawatan

(62)

F. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Membuat skala pengukuran Successful Aging dan Skala Dukungan Sosial Pramurukti dengan metode rating yang diberikan kepada subjek uji coba yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian.

2. Menentukan subjek penelitian sesuai kriteria yang telah ditentukan sebelumnya

3. Memberikan skala penelitian untuk uji coba dan juga sebagai data penelitian. Hal ini dilakukan karena penelitian ini menggunakan metode tryout terpakai.

4. Menganalisis item-item skala Successful Aging dan skala Dukungan Sosial Pramurukti sehingga mendapat item yang sahih dan skala yang reliabel.

5. Menganalisis data penelitian menggunakan Uji Pearson Product Moment Correlation untuk melihat ada tidaknya hubungan antara Dukungan Sosial Pramurukti dengan Successful Aging wanita lansia di panti wredha.

(63)

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan reliabilitas merupakan dua hal penting dalam pembuatan suatu alat ukur dikatakan baik atau buruk.

1. Validitas

Validitas berkaitan dengan ketepatan pemilihan indikator dalam menjelaskan konsep hubungan yang sedang diuji (Prasetyo, dkk, 2005). Menurut Azwar (2010), validitas digunakan untuk melihat ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Penelitian ini mengunakan validitas isi yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi dengan analisis rasional atau lewat professional judgment yang dilakukan oleh “ahli” (Azwar, 2010; Prasetyo, dkk, 2005). Dalam penelitian ini “ahli” yang dimaksudkan adalah dosen pembimbing skripsi. Validitas isi ini bertujuan untuk menekan kesalahan-kesalahan dalam penelitian sehingga dapat dilihat sejauh mana indikator yang digunakan dapat mengukur konsep penelitian yang sebenarnya (Sarwono, 2006).

2. Seleksi Item Alat Ukur

a) Prosedur Seleksi Item

(64)

berupa koefisien korelasi item total. Koefisien korelasi item total (rix) diperoleh melalui program SPSS for windows versi 16.0 dengan mengkorelasikan skor item dengan skor item total.

(65)

b) Hasil Seleksi Item

1) Skala Successful Aging

Tabel 3. Distribusi Item-item Pernyataan Skala Successful Aging setelah seleksi item

Koefisien korelasi item-total (rix) dari 32 item dalam skala

(66)

2) Skala Dukungan Sosial Pramurukti

Tabel 4. Distribusi Item-item Pernyataan Skala Dukungan Sosial Pramurukti Setelah Seleksi Item

No Indikator Dukungan Sosial Pramurukti

1 Menerima kedekatan emosional seperti

3 Menerima bantuan yang langsung bisa dirasakan oleh lansia

4 34, 37 3 11

4 Menerima informasi atau saran yang dibutuhkan lansia

11, 15, 24,

40 6, 13, 17, 31 8 29 5 Menerima perawatan

yang dibutuhkan

(67)

3. Reliabilitas

a) Prosedur Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana suatu alat ukur itu dapat dipercaya dan tidak berubah – ubah dan hasil yang diperoleh relatif sama setelah diujikan beberapa kali terhadap subjek yang sama (Azwar, 2010). Suatu alat ukur dikatakan valid maka harus reliabel dan suatu alat ukur yang tidak valid maka sudah pasti tidak reliabel. Validitas suatu alat ukur bisa saja semakin tinggi namun reliabilitasnya menurun. Hal ini bisa disebabkan karena indikator yang ada memberikan informasi yang tidak mudah diamati dan bersifat subjektif.

(68)

b) Hasil Pengujian Reliabilitas

1) Skala Successful Aging

Skala successful aging memiliki koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (rxx’) dari 32 item sebesar 0,854 setelah dilakukan seleksi item hanya tersisa 26 item. Koefisien reliabilitasnya menjadi 0,866.

2) Skala Dukungan Sosial Pramurukti

Pada skala dukungan sosial pramurukti koefisien reliabilitas Alpha Croncbach (rxx’) dari 40 item sebesar 0,874. Perhitungan koefisien reliabilitas setelah penyeleksian item sebesar 0,902 dan tersisa 28 item.

H. Teknik Analisis Data

Data yang sudah diperoleh akan dianalisis menggunakan teknik

Pearson Product Moment Correlation. Akan tetapi, perlu dilakukan uji asumsi analisis data terlebih dahulu.

1. Uji Asumsi Analisis Data

(69)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk melihat sebaran dari data variabel bebas (Dukungan Sosial Pramurukti) dan variabel terikatnya (Successful Aging) normal atau tidak. Penelitian ini menggunakan uji normalitas One sample Kolmogorov Smirnov Test (K-S). Apabila taraf signifikan lebih besar dari 0,05 (p≥ 0,05) maka data yang diperoleh berdistribusi normal. Sebaliknya, jika taraf signifikan lebih kecil dari 0,05 (p≤ 0,05) maka data yang diperoleh tidak dapat membentuk kurva distribusi normal.

b. Uji Linearitas

(70)

2. Uji Hipotesis

(71)

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan pengambilan data penelitian dimulai pda tanggal 25 Agustus–17 September 2012. Peneliti membagi skala penelitian kepada subjek sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Peneliti membantu subjek satu per satu untuk mengisi skala penelitian. Subjek pada penelitian ini sebanyak 50 orang yang diambil dari 3 panti wredha, yaitu Panti Wredha Abiyoso, Panti Wredha Budi Luhur dan Panti Wredha Hanna.

B. Deskripsi Data Penelitian

(72)

Perhitungan mean teoritik diperoleh dengan perhitungan manual, namun mean empiris diperoleh dengan bantuan spss for windows versi 16.0.

Tabel 5. Data Empiris dan Teoritik

Variabel Mean Empiris Mean Teoritik

Dukungan Sosial Pramurukti 16,66 14

Successful Aging 15,92 13

Dari hasil di atas, terlihat bahwa mean empiris variabel dukungan sosial pramurukti 16,66 lebih besar daripada mean teoritiknya yaitu 14. Hal ini didukung dengan hasil uji one-sample T-test dengan menggunakan SPSS windows 16.0, diperoleh signifikansi sebesar 0,008 (p<0,05). Hal ini mengindikasi ada perbedaan yang signifikan pada variabel dukungan sosial pramurukti. Maka, dapat disimpulkan tingkat dukungan sosial pramurukti yang diperoleh subjek tergolong tinggi. Pada variabel

successful aging mean empiris sebesar 15,92 dan mean teoritik sebesar 13. Hasil one-sample T-test diperoleh signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05). Hal ini juga mengindikasi adanya perbedaan yang signifikan pada variabel

successful aging. Nilai tersebut menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar daripada mean teoritik, berarti rata-rata subjek memiliki tingkat

(73)

C. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis perlu dilakukan uji normalitas dan uji linearitas terlebih dahulu.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat data setiap variabel membentuk kurva distribusi normal atau tidak (Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini dilakukan uji normalitas dengan model lilliefors (Kolmogorov-smirnov) dengan menggunakan program spss for windows versi 16.0.

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas

Dukungan Sosial

Keterangan Normal Normal

(74)

b. Uji Linearitas

Berdasarkan perhitungan dari dara penelitian diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Uji Linearitas

Dukungan

Between Groups (Combined) 5,473 0,000 Linearity 63,297 0,000 Deviation

from Linearity

2,581 0,011

Dari hasil perhitungan di atas, diketahui hubungan uji linearitas antara dukungan sosial pramurukti dengan successful aging adalah 0,000 (p<0,05) berarti variabel dukungan sosial pramurukti dengan successful aging merupakan hubungan yang linear.

2. Uji Hipotesis

Melalui perhitungan data penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis

(75)

Dari tabel di atas telah diperoleh nilai r sebesar 0,665 dengan nilai p sebesar 0,000 (p≤ 0,01), berarti kedua variabel tersebut berkorelasi. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial pramurukti dengan successful aging pada wanita lansia di panti wredha. Maka, dapat disimpulkan semakin tinggi tingkat dukungan sosial pramuruktinya maka semakin tinggi pula tingkat successful agingnya .

Dilakukan juga perhitungan koefisien determinasi (r²) yaitu 0, 665² sehingga diperoleh nilai koefisien determinasinya sebesar 44 %. Hal ini berarti sumbangan efektif dukungan sosial pramurukti terhadap

successful aging sebesar 44%.

D. Pembahasan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini terbukti, yaitu ada hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lansia di panti wredha. Hal ini ditunjukkan dari perhitungan koefisien korelasi Product Moment

(76)

0,008 ( ≤ 0,05), sedangkan variabel successful aging 15,92 ≥ 13 dengan nilai p sebesar 0,001(≤ 0,05).

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa terpenuhinya kebutuhan affiliasi pada wanita lansia di panti wredha menyebabkan rendahnya tingkat depresi (Afida, dkk, 2003). Penelitian lain menyatakan dukungan keluarga memiliki hubungan dengan keaktifan lansia dalam mengikuti senam lansia. Lansia yang tidak memiliki dukungan keluarga memiliki tingkat keaktifan yang buruk untuk mengikuti senam lansia (Novarina, dkk, 2012). Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa dukungan sosial yang diberikan dapat mempengaruhi lansia dalam menjalani kehidupannya di masa tuanya.

Dukungan sosial dapat berupa informasi dari orang lain yang menunjukkan bahwa seseorang itu dicintai, diperhatikan, dihargai, dihormati, merasa dilibatkan dan menjadi bagian dalam jaringan komunikasi lingkungan sosial (Taylor, 1995). Sumber dukungan sosial dapat diperoleh dari keluarga, teman dekat, kekasih atau pasangan hidup, kelompok masyarakat seperti gereja, dan orang-orang yang secara signifikan dekat dengan lansia. Dukungan sosial ini cukup penting bagi lansia untuk melaksanakan tugas perkembangan di masa dewasa akhir.

(77)

perkembangan hidup yang sebelumnya dapat menimbulkan perasaan negatif (Santrock, 2002). Lansia yang mampu melakukan tugas perkembangannya dengan baik dapat dikatakan mengalami successful aging.

Kriteria lansia yang mengalami successful aging yaitu sehat secara fisik (mampu mempertahankan fungsi fisik), mampu mempertahankan fungsi kognitif, sehat mental (menganggap dirinya positif, berharga, dan memiliki suasana hati yang positif), memiliki kemauan untuk terlibat dengan kegiatan-kegiatan sehari-hari baik dalam lingkungan sosial dan kegiatan produktif. Bukan suatu hal yang mudah bagi lansia untuk mencapai kriteria successful aging tersebut dengan berbagai perubahan yang harus dialami.

Salah satunya adalah perubahan tempat tinggal dari rumah sendiri atau rumah anak-anak menjadi tinggal di panti wredha. Perubahan tempat tinggal ini memaksa lansia harus tinggal terpisah dengan anggota keluarganya. Di sisi lain, lansia yang tinggal di panti wredha memiliki tingkat stress yang tinggi karena lansia mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru (Indriana, dkk, 2010). Oleh karena itu, bukan hal yang mudah bagi wanita lansia yang tinggal di panti wredha untuk tetap dapat mencapai successful aging tanpa adanya dukungan sosial.

(78)

dari perhitungan variabel dukungan sosial pramurukti yaitu mean empiris lebih besar daripada mean teroritik (16,66 ≥ 14). Jadi, rata-rata subjek pada penelitian ini memiliki tingkat dukungan sosial pramurukti yang tinggi. Hal ini semakin diperkuat dengan nilai signifikansi variabel dukungan sosial pramurukti sebesar 0,008 (p ≤ 0,05). Tingginya dukungan sosial pramurukti yang diperoleh lansia dikarenakan pramurukti melakukan tugas mereka dengan baik yaitu dengan memberikan dukungan dan perawatan bagi lansia (Bond, dkk, 1995).

Tidak dapat dipungkiri bahwa bekerja sebagai pramurukti bukan hal yang mudah karena harus menghadapi lansia dengan jumlah banyak dan berbeda-beda. Di sisi lain, dukungan sosial ini dapat berpengaruh pada kesehatan mental dan kematian (Cohen&Syme, 1995 dalam Bond,dkk 1995). Perawatan dari pramurukti dengan adanya tekanan mental dan emosi beresiko terhadap kematian lansia ( Schultz, Beach, 1999). Dibutuhkan komitmen yang baik dalam menjalankan tugas sebagai pramurukti, sehingga diharapkan dapat memberikan perawatan yang baik.

(79)

pramurukti untuk memberikan perawatan yang positif sehingga lansia di panti wredha dapat mencapai successful aging.

Hal-hal tersebut menjadi penting untuk diperhatikan baik dari pihak panti maupun dari pramuruktinya sendiri. Hal ini dimaksudkan agar pramurukti dapat menumbuhkan kesadaran untuk melakukan tugasnya dengan niat pengabdian dan pelayanan, memiliki sikap positif dapat melakukan perawatan terhadap lansia. Di sisi lain, perhatian dari pihak panti bagi kesejahteraan kehidupan pramurukti juga menjadi sumber dukungan bagi pramurukti untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Pramurukti memberikan dukungan positif bagi lansia dapat melalui motivasi pada wanita lansia untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh panti wredha, mendengarkan masalah-masalah yang diungkapkan oleh lansia, mengingatkan waktunya beribadah, dan memberikan penilaian positif bagi lansia yang melakukan tindakan-tindakan mandiri. Bukan hanya dukungan, bentuk bantuan nyata yang diberikan pramurukti seperti mengantarkan lansia ke klinik saat sakit, memberikan obat bagi lansia yang sakit, mencucikan baju saat lansia sakit dan masih banyak yang lain.

Hasil koefisien determinan (r²) sebesar 0,44. Hal ini berarti dukungan sosial pramurukti memberikan sumbangan efektif terhadap

(80)

dengan teman-teman, jenis aktivitas-aktivitas yang diberikan, dan fasilitas kesehatan.

Semua lansia pasti menginginkan untuk bisa mencapai successful aging dan melewati setiap perubahan yang dapat menimbulkan permasalahan di masa tuanya. Tidak dapat dipungkiri dukungan sosial memang penting bagi lansia dalam menjalani masa tuanya agar dapat mencapai successful aging. Sumber dukungan sosial keluarga memang sangat bermanfaat, namun jika keadaanya lansia berada di panti wredha kita tidak dapat hanya mengandalkan dukungan keluarga saja. Maka, dukungan sosial pramurukti dapat menjadi salah satu sumber dukungan sosial yang penting bagi wanita lansia di panti wredha untuk mencapai

successful aging. Dari penelitian ini terbukti bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan sosial pramurukti dengan

(81)

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terhadap lansia wanita di beberapa panti wredha Yogyakarta, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lansia di panti wredha, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,665 dan probabilitas sebesar 0,000 (p<0,01).

2. Hasil koefisien determinan (r²) sebesar 0,44. Ini menunjukkan bahwa dukungan sosial pramurukti memberikan sumbangan efektif terhadap

successful aging lansia wanita di panti wredha sebesar 44%.

3. Rata-rata subjek memiliki dukungan sosial pramurukti yang tinggi, terlihat dari mean empirik ≥ mean teoritiknya sebesar (16,66 ≥ 14) dengan nilai signifikansi 0,008 (p ≤ 0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara mean empirik dan teoritik.

Gambar

Tabel 2.  Blueprint Distribusi Sebaran Item Skala Dukungan Sosial
Tabel 1. Blueprint Distribusi Sebaran Item Skala Successful Aging Sebelum Seleksi Item
Tabel 2. Blueprint Distribusi Sebaran Item Skala Dukungan Sosial
Tabel 3. Distribusi Item-item Pernyataan Skala Successful Aging setelah seleksi item
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah

Studi Perbandingan Kemampuan Aransemen Musik Siswa Kelas X7 di SMA Negeri 4 Kota Sukabumi Melalui Pendekatan Scientific.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Tahap pertama adalah untuk mengevaluasi potensi hasil dan adaptasi beberapa varietas padi sawah di tanah salin berdasarkan tanggapkomponenvegetatif,generatif, fisiologi,

[r]

yang ditawarkan sehingga diharapkan penjual maupun pembeli akan lebih.. berskala luas daripada di Oto Bursa TVRI dengan target

Pokja Pengadaan Jasa Lainnya Unit Layanan Pengadaan SKPD-32 pada Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banjar akan melaksanakan Pelelangan Sederhana

A. Research Matrix ... Research Guide ... Interview Guide ... Documentation Guide ... The School Facilities ... The Names of the Research Respondents ... The Tabulation of

Lihat pada menu properties, kemudian rubah nilai yang ada pada menu “Caption” menjadi “ON” sehingga tampilan berubah seperti gambar berikut:. Klik componen “Shape” pada