• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEPUASAN KERJA DAN DISIPLIN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN PADA PT. POS INDONESIA CABANG SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEPUASAN KERJA DAN DISIPLIN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN PADA PT. POS INDONESIA CABANG SIDOARJO."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEPUASAN KERJ A DAN DISIPLIN TERHADAP

KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN PADA

PT. POS INDONESIA CABANG SIDOARJ O

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

ERFAN ARTA DIYANTO

0912010125/ EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(2)

ANALISIS KEPUASAN KERJ A DAN DISIPLIN TERHADAP

KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN PADA

PT. POS INDONESIA CABANG SIDOARJ O

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan

Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi

J ur usan Manajemen

Diajukan Oleh :

ERFAN ARTA DIYANTO

0912010125/ EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(3)

SKRIPSI

ANALISIS KEPUASAN KERJ A DAN DISIPLIN TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN PADA PT . POS INDONESIA CABANG SIDOARJ O

Disusun Oleh :

ERFAN ARTA DIYANTO 0912010125/ EM

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada tanggal : 31 J uli 2013

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dr a. Ec. Kustini. Msi Dr . Muhadjir Anwar , MM

Sekr etar is

Dr a. Ec. Kustini. Msi

Anggota

Dr a. Ec. Nur uni Ika Kw

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur

(4)

SKRIPSI

ANALISIS KEPUASAN KERJ A DAN DISPLIN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN

PT. POS INDONESIA CABANG SIDOARJ O

Yang diajukan

ERFAN ARTA DIYANTO

0912010125/ EM

Disetujui untuk ujian skripsi oleh

Pembimbing Utama

Dr a. Ec. Kustini, Msi Tanggal : …………...

NIP. 196304291991032001

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”

J awa Tiwur

Dr s. Ec.Ra. Suwaidi, Ms

(5)

SKRIPSI

ANALISIS KEPUASAN KERJ A DAN DISPLIN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN

PT. POS INDONESIA CABANG SIDOARJ O

Yang diajukan

ERFAN ARTA DIYANTO

0912010125/ EM

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Dr a. Ec. Kustini, Msi Tanggal : …………...

NIP. 196304291991032001

Mengetahui

Ketua Pr ogram Studi Ma najemen

Dr . Muhadjir Anwar , MM

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis ucapkan setinggi-tingginya kehadirat Allah SWT karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :

“ANALISIS KEPUASAN KERJ A DAN DISIPLIN TERHADAP KOMITMEN

ORGANISASI PT. POS INDONESIA CABANG SIDOARJ O”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran “ Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari

berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. R. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak DR. Muhadjir Anwar, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra. Ec. Kustini, Msi selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah sabar memberikan

waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan

kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

(7)

6. Bapak Muhammad Nasichin selaku kepala kantor dan bapak Heroe Soewondo selaku

manager SDM PT. POS INDONESIA CABANG SIDOARJO.

7. Segenap staf dan karyawan PT. POS INDONESIA CABANG SIDOARJO yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa, semangat dan dorongan moril.

9. Semua pihak yang ikut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Mengingat keterbatasan kemampuan yang ada pada penulis,maka skripsi ini tidak

lepas dari kesalahan-kesalahan. Karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan

guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi

ini dapat bermanfaat dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya

di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surabaya, Juli 2013

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

ABSTRAKSI... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... . 1

1.2. Rumusan masalah... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... . 8

1.4. Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian terdahulu ... . 10

2.2. Landasan Teori ... . 11

2.2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ... 11

2.2.1.1 Pengertian MSDM ... 11

2.2.1.2 Tujuan MSDM ... 13

2.2.2 Kepuasan Kerja ... 14

2.2.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja ... 14

2.2.2.2 Teori Kepuasan Kerja ... 15

2.2.2.3 Penyebab Kepuasan Kerja ... 18

2.2.2.4 Faktor Kepuasan Kerja ... 19

2.2.2.5 Indikator Kepuasan Kerja ... 20

(9)

2.2.3.2 Pendekatan Disiplin Kerja ... 25

2.2.4.1 Macam-macam Komitmen... 34

2.2.4.2 Proses Terjadinya Komitmen Organisasi ... 36

2.2.4.3 Bentuk Komitmen Organisasi ... 37

2.2.4.4 Faktor yang mempengaruhi komitmen ... 38

2.2.4.5. Indikator Komitmen Organisasi ... 39

2.3 Pengaruh Antar Variabel ... . 40

2.3.1 Antara Kepuasan kerja Terhadap Komitmen Organisasi ... 40

2.3.2 Antara Disiplin Terhadap Komitmen Organisasi ... 40

(10)

3.4. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 48

3.4.1 Asumsi Model (Partial Least Square) ... 49

3.4.2 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 49

3.4.3 Evaluasi Model ... 52

4.1.5 Deskripsi Tugas dan Tanggung Jawab... 61

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... . 64

4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 64

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 72

4.3.1 Model Pengukuran PLS ... 72

4.4. Pembahasan ... 81

4.4.1 Pengujian Hipotesis Pengaruh Kepuasan KerjaTerhadap Komitmen Karyawan ... 81

4.4.2 Pengujian Hipotesis Pengaruh DisiplinTerhadap Komitmen Karyawan ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Kesimpulan... 83

5.2. Saran... 84

(11)
(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Data Absensi (Alpha) Kryawan

Tabel 1.2 : Rekapitulasi Keterlambatan Karyawan

Tabel 3.1 : Kriteria Penilaian PLS

Tabel 4.1 : Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

Tabel 4.2 :Identitas Responden Menurut Umur

Tabel 4.3 : Identitas Responden Menurut Pendidikan

Tabel 4.4 :Frekwensi Hasil Jawaban Rsponden Kepuasan Kerja

Tabel 4.5 :Frekwensi Hasil Jawaban Rsponden Disiplin Kerja

Tabel 4.6 :Frekwensi Hasil Jawaban Rsponden Komitmen Organisasi Karyawan

Tabel 4.7 : Outer Loading

Tabel 4.8 : Average Variance Extracted (AVE)

Tabel 4.9 : Composite Reliability

Tabel 4.10 : R – squre

(13)

ANALISIS KEPUASAN KERJ A DAN DISIPLIN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN

(STUDI KASUS DI PT POS. INDONESIA CABANG SIDOARJ O)

ERFAN ARTA DIYANTO

ABSTRAKSI

Komitmen organisasional menggambarkan ketertarikan seseorang dalam suatu organisasi. Seorang mempunyai komitmen yang kuat terhadap organisasi maka menandakan orang itu telah puas terhadap pekerjaanya. Komitmen sendiri dapat merupakan tanggung jawab atau kemauan yang tinggi untuk menjalankan tugas atau pekerjaan. Setiap pimpinan pasti menginnginkan setiap anggotanya memiliki komitmen yang kuat terhadp organisasi, sebab komitmen yang tinggi, dapat menimbulakn kepatuhan atau kedisiplinan pada individu untuk mematuhi peraturan yang telah menjadi nilai atau budaya perusahaan. Selain komitmen, maka tinggi rendahnya kepatuhan karyawan untuk mentaati segala peraturan perusahaan, juga ditentukan oleh puas atau tidak puasnya perasaan individu yang bersangkutan selama bergabung dalam suatu organisasi.Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari jawaban responden (pekerja).

Populasi pada penelitian tersebut adalah sebesar 56 karyawan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai jumlah semua populasi sebesar 56 karyawan PT. POS INDONESIA Cabang Sidoarjo. Model yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS).

Berdasarkan analisis menggunakan PLS (Partial Least Square) dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan sebagai berikut, (1) Kepuasan kerja berpengaruh signifikan (positif) terhadap Komitmen organisasi dan (2) Disiplin berpengaruh signifikan (positif) terhadap Komitmen Organisasi.

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, berbagai kemajuan pesat yang terjadi di industri barang dan

jasa mau tidak mau mensyaratkan perusahaan untuk berkembang sejalan dengan

kemajuan tersebut, yang berarti operasional organisasi menjadi kian kompleks.

Perusahaan-perusahaan berlomba meningkatkan kinerja perusahaan agar unggul

dalam persaingan. Apalagi perkembangan bisnis di indonesia sedang mengalami

masa sulit. Krisis moneter yang mempengaruhi segala aspek kehidupan

masyarakat belum juga berakhir. Perusahaan yang tidak efektif dan efisien tidak

mungkin dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perusahaan disini

sebagai suatu organisasi bisnis merupakan lembaga yang menyediakan barang dan

jasa maka perusahaan mempunyai tujuan utama untuk memperoleh laba

sebesar-besarnya guna mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut, secara universal suatu

perusahaan memerlukan daya dukung yang kuat, yaitu sumber daya manusia yang

bermutu, system dan teknologi yang terpadu, strategis yang tepat, serta peluang

pasar yang potensial. Dalam konteks pengelolaan operasional perusahaan dalam

jangka panjang dan berkesinambungan, peran sumber daya manusia mempunyai

kedeudukan sentral yang lebih strategis. Hal tersebut dilandasi oleh suatu

(15)

2

lain merupakan faktor utama dalam menciptakan dan merealisasi peluang bisnis.

Selain itu perusahaan perlu memiliki kemampuan untuk melihat dan

memanfaatkan peluang, mengidentifikasi masalah dan menyeleksi serta

mengimplementasikannya secara tepat.

. Peranan sumber manusia daya dalam perusahaan sangatlah penting

kerena sebagai penggerak utama seluruh kegiatan atau aktivitas perusahaan dalam

mencapai tujuannya, baik untuk memperoleh keuntungan maupun untuk

mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Berhasil tidaknya suatu

perusahaan dalam mempertahankan eksistensi perusahaan dimulai dari manusia

itu sendiri dalam mempertahankan perusahaan. Dalam meningkatkan efektivitas

dan efisiensi secara maksimal, khususnya tenaga kerja yang dimiliki untuk masa

sekarang maupun masa yang akan datang perusahaan harus lebih kompetitif.

Masalah tenaga kerja merupakan salah satu masalah yang serius untuk

mendapatkan perhatian. Karena keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada

baik buruknya tenaga kerja dalam melakukan pekerjaanya. Pada hakekatnya

kegiatan perusahaan merupakan upaya bersama antar pelaku dalam usaha tersebut

yang diarahkan baik untuk pertumbuhan perusahaan maupun kesejahteraan

masyarakat termasuk karyawan. Seorang karyawan dalam menjalankan pekerjaan

pada suatu instansi atau organisasi mempunyai masalah yang sangat mendasar

dimana seorang karyawan yang satu dengan yang lain tidak akan sama tingkat

(16)

3

Suatu komitmen organisasional menggambarkan ketertarikan seseorang

dalam suatu organisasi. Seorang mempunyai komitmen yang kuat terhadap

organisasi maka menandakan orang itu telah puas terhadap pekerjaanya.

Komitmen sendiri dapat merupakan tanggung jawab atau kemauan yang tinggi

untuk menjalankan tugas atau pekerjaan. Setiap pimpinan pasti menginnginkan

setiap anggotanya memiliki komitmen yang kuat terhadp organisasi, sebab

komitmen yang tinggi, dapat menimbulakn kepatuhan atau kedisiplinan pada

individu untuk mematuhi peraturan yang telah menjadi nilai atau budaya

perusahaan. Selain komitmen, maka tinggi rendahnya kepatuhan karyawan untuk

mentaati segala peraturan perusahaan, juga ditentukan oleh puas atau tidak

puasnya perasaan individu yang bersangkutan selama bergabung dalam suatu

organisasi.

PT. Pos Indonesia (persero) cabang sidoarjo merupakan salah satu BUMN

di Indonesia yang mengelola jasa hantaran pos nasional dengan tujuan efisien,

cepat dan menghasilkan laba. PT. Pos Indonesia (Persero) Sidoarjo dihadapkan

pertumbuhan tingkat permintaan yang tinggi dan langsung berhadapan dengan

perusahaan global yang berperilaku lokal, dalam arti memiliki pertumbuhan

pangsa pasar yang berarti. Untuk mengembangkan visi misi perusahaan PT. Pos

Indonesia (Persero) mermpertahankan karyawannya. Salah satu aspek yang

penting dalam organisasi adalah mempertahankan keberadaan karyawan agar

dapat bekerja dengan baik. Tetapi kenyataannya masih banyak karyawan Kantor

(17)

4

terhadap perusahaan. Hal itu bisa dilihat dari data absensi masuk karyawan

sebagai berikut:

Data rekapitulai ketidak hadiran karyawan PT. Pos Indonesia cabang

Sidoarjo sepanjang tahun 2010-2012

Tabel 1.1

Tahun

Keterangan Ketidak

Hadir an Karyawan (Har i)

J umlah Ketidak

Hadir an

Karyawan (Hari)

Sakit Ijin Alpha

2010 11 66 35 112 hari

2011 15 88 24 127 hari

2012 9 75 66 150 hari

Sumber : PT. Pos Indonesia cabang Sidoarjo

Tabel diatas menunjukan jumlah surat absensi pada karyawan, pada tahun

2010 jumlah ketidak hadiran karyawan sebanyak 112 kali, sedangkan pada tahun

2011 mengalami peningkatan sejumlah 127 kali. Kemudian kenaikan drastis

sebanyak 150 kali pada tahun 2012. Ini menunjukan bahwa karyawan PT. Pos

Sidoarjo masih kurang disiplin dalam bekerja . Sehingga dapat dilihat tanggung

jawab karyawan disni masih kurang maksimal. Tidak hanya kurang disiplin, tetapi

komitmen karyawan juga masih kurang, ini bisa dilihat dari tabel berikut yang

(18)

5

Data keterlambatan karyawan PT. Pos Indonesia cab. Sidoarjo pada bulan

September sampai Desember tahun 2012

Tabel 2.2

Sumber: PT. Pos Indonesia Cabang Sidoarjo

Dari data diatas dapat dilihat pada bulan Sepetember presentase karyawan

yang terlambat sebesar 33,92% dari 56 karyawan. Kemudian pada bulan oktober

karyawan yang terlambat sebesar 25% dari 56 orang karyawan.Tetapi pada dua

bulan November karyawan yang terlambat lebih banyak dari pada bulan

sebelumnya, pada bulan november karyawan yang terlambat sebesar 50%

karyawan dan pada bulan Desember kembali menurun menjadi 30,35% dari 56

orang karyawan dari tabel tersebut berarti komitmen karyawan untuk datang lebih

awal masih belum diterapkan oleh karyawan yang diwajibkan oleh perusahaan.

Steers dan porter (1983) mengemukakan tiga tingkah laku yang diakibatkan oleh

adanya komitmen organisasi yaitu prestasi kerja, tidak adanya keterlambatan dan

rendahnya turnover. . Komitmen organisasional ditemukan berhubungan dengan

tingkat keterlambatan dan ketidakhadiran karyawan untuk datang bekerja tepat Bulan

Jumlah Karyaw an t etap Bagian

Jumlah Karyaw an yang

t erlambat Bagian ket erlambat an Present ase Supervisor Operasional Supervisor Operasional

Sepet ember 26 30 7 12 33.92

Oktober 26 30 8 6 25

Novem ber 26 30 13 15 50

(19)

6

pada waktunya. Sehingga disimpulkan bahwa tingkat kedisiplinan, khusunya yang

berhubungan dengan ketepatan waktu berkaitan dengan tinggi rendahnya tingkat

komitmen pegawai

Salah satu cara untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dan diharapkan

oleh karyawan adalah dengan mengetahui tingkat kepuasan kerja karyawan. Hal

ini di dukung oleh pernyataan dari Sutrisno (2009: 80) “Pada hakikatnya kepuasan

kerja merupakan perasaan senang pekerja dalam memandang dan menjalankan

pekerjaanya. Apabila seseorang senang terhadap pekerjaanya maka orang tersebut

puas terhadap pekerjaanya. Makin besar kebutuhan pegawai terpenuhi, makin

puas pula pegawai tersebut. Begitu pula sebaliknya makin sedikit kebutuhan

pegawai yang tidak terpenuhi, pegawai tersebut akan merasa tidak puas.” Seorang

yang tidak puas akan pekerjaannya atau yang kurang berkomitmen pada

organisasi akan terlihat menarik diri dari organisasi baik melalui ketidak hadiran

atau masuk keluar kerja. (Mathis dan Jackson, 2002:100). Kedisplinan

merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, menurut Steers dan

Rhodes (dalam Munandar) yang dikutip Sutrisno (2001:88) Mereka melihat

adanya dua faktor pada perilaku hadir, yaitu motivasi untuk hadir dan kemampuan

untuk hadir. Mereka percaya bahwa motivasi untuk hadir di pengaruhi oleh

kepuasan kerja dalam kombinasi dengan tekanan-tekanan internal dan eksternal

untuk datang pada pekerjaan. Artinya bagaimananpun kepuasan kerja yang

dirasakan pegawai tetap berhubungan dengan displin kerjanya. Komitmen

organisasional adalah tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap

(20)

7

tersebut. Orang-orang relatif puas dengan pekerjaanya akan lebih berkomitmen

terhadap organisasi lebih mungkin untuk mendapatkan kepuasan yang lebih besar.

(Mathis dan Jackson, 2001:99). Tinggi rendahnya komitmen organisasi seorang

pegawai tentu ada faktor yang mempengaruhinya seperti kesetiaan pegawai pada

organisasi, serta kemampuan pegawai dalam melakukan penyesuaian di

organisasi, serta dukungan dan pengorbanan pribadi yang diberikan pegawai

kepada organisasi. Komitmen organisasi didefinisikan sebagai keinginan kuat

untuk tetap sebagai anggota organisasi, keinginan untuk berusaha keras sesuai

keinginan organisasi, keyakinan tertentu dan penerimaan nilai dan tujuan

organisasi (Fred Luthans 1995:205).

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa tingkat displin dan

komitmen karyawan masih kurang sesuai dengan harapan perusahaan. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah

penurunan komitmen karyawan terhadap perusahaan. Sehingga penulis dapat

mengambil judul “ANALISIS KEPUASAN KERJA DAN DISIPLIN

TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN PT. POS INDONESIA

(21)

8

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perumusan masalah yang

akan ditelitidapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.

1. Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap di komitmen organisasi PT.

Pos Indonesia cabang Sidoarjo?

2. Apakah disiplin karyawan berpengaruh terhadap komitmen organisasi?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data dari

informasi tentang kepuasan kerja dan disiplin terhadap komitmen organisasi

karyawan PT. Pos Indonesia cabang Sidoarjo. Adapun tujuan khusus penelitian ini

adalah mengetahui :

1. Untuk menganalisis pengaruh antara kepuasan kerja terhadap komitmen

organisasi karyawan PT.Pos Indonesia cabang Sidoarjo?

2. Untuk menganalisis pengaruh disiplin kerja karyawan terhadap komitmen

organisasi?

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan atau sumber informasi

yang berhubungan dengan kepuasan, disiplin kerja dan komitmen

(22)

9

b. Bagi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

Sebagai tolak ukur, kemampuan mahasiswa dalam memecahkan persoalan

yang sama dalam dunia praktisi dan tambahan koleksi wacana ilmiah bagi

akademis, sehingga nantinya dapat dijadikan bahan rujukan bagi

rekan-rekan mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa

Timur.

c. Bagi Penulis

Diharapkan dapat mengembangkan dan menambah wawasan bagi penulis

serta masukan informasi mengenai kepuasan, disiplin kerja dan komitmen

(23)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu dilakukan oleh:

- Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Disiplin Ter hadap Komitmen

OrganisasiTerhadapPegawaiPerindustrian Kota Padang(Jurnal

Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 3 No. 1, Januari 2012 oleh Lenny

Hasan) Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah pegawai dinas

perindustrian, perdagangan pertambangan dan energi kota Padang, skala yang

digunakan adalah skala Likert, sangat Tinggi, Tinggi, Ragu-ragu, Rendah dan

Sangat rendah. Model analisis data adalah model metode analisa jalur (path

analysis).Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka

diketahui bahwa kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kerja, dan

bahwa kepuasan kerja dan displin kerja berpengaruh signifikan terhadap

komitmen organisasi.

- Pengaruh Komitmen Organisasional Dan Kepuasan Kerja Terhadap

Displin Karyawan PT. Citra Insulindo Abadi Cabang Pekanbar u(Jurnal

Adi Irawan Fakultas Ekonomi Universitas Riau) yang digunakan dalam

penelitian adalah seluruh karyawan PT. Citra Insulindo Abadi cabang

Pekanbaru. Teknik analisis data yang dipergunakan adalah analisis deskriptif

(24)

disimpulka komitmen organisasional dan kepuasan kerja berpengaruh

signifikan terhadap disiplin karyawan dan komitmen organisasional

berpengaruh paling kuat terhadap disiplinkaryawan.

2.2. Landasan teori

2.2.1 Sumber Daya Manusia

2.2.1.1. Pengertian Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan tenaga kerja pada perusahaan. Dalam

prakteknya sumber daya manusia sering disebut dengan istilah pegawai, karyawan

ataupun tenaga kerja. Manajemen sumber daya manusia adalah pendekatan yang

khas, terhadap manjemen tenaga kerja yang berusaha mencapai keunggulan

kompetitif melalui pengembangan strategi dari tenaga kerja yang mampu dan

memiliki komitmen tinggi dengan menggunakan tatanan kultur yang integrated,

struktural dan tehnik-tehnik personel. (Storey 1995 dalam Alwi 2001:06).

Sedangkan menurut Sofyandi (2008:06) sumber daya manusia adalah

segala potensi yang ada manusia baik berupa akal pikiran, tenaga, ketrampilan,

emosi dan sebagainya yang dapat digunakan untukdirinya sendiri maupun untuk

organisasi atau perusahaan.

Mengatur karyawan adalah suit dan kompleks, karena mereka mempunyai

pikiran, perasaan, status keinginan dan latar belakang yang heterogen yang

dibawa kedalam organisasi. Karyawan tidak dapat diatur dan dikuasai sepenuhnya

(25)

manusia perlu bagian khusus yang mempunyai wewenang spesifik berkaitan

dengan pengelolaan sumber daya manusia. Didalam suatu organisasi atau

perusahaan. Bagian yang mengelola sumber daya manusia adalah bagian

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM).

Menurut Dessler (2003) Manajemen sumber daya manusia merupakan

kebijakan dan praktik yang di butuhkan seseorang untuk menjalankan aspek orang

atau sumber daya manusia dari posisi seorang manajemen, meliputu perekrutan,

penyaringan, pelatihan, pengimbalan dan penilaian. Byars dan Leslie (2000)

dalam Sofyandi, (2008:05) menjelaskan bahwa sumber daya manusia merupakan

bidang strategis dari organisasi. MSDM harus dipandang sebagai perluasan dari

pandangan tradisional untuk mengelola orang secara efektif dan untuk itu

membutuhkan pengetahuan tentang perilaku manusia atau kemampuan untuk

mengelolanya.

Terdapat perbedaan yang mendasar antara manajemen sumber daya

manusia dengan manajemen personalia. Perbedaan tersebut menggambarkan

adanya peranan yang penting yang dimainkan oleh sumber daya manusia dalam

suatu organisasi yang menuntut pengelolaan sumber daya manusia yang semakin

efektif sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan profesionalisme

dalam bidang manajemen personalia dan manajemen sumber daya manusia.

Perbedaan istilah ini terletak pada lingkup pembahasan peneglolaan sumber daya

manusia. Manajemen sumber daya manusia dilihat sebagai suatu strategi untuk

mengelola orang-orang dalam suatu organisasi guna mencapai tujuan bisnis atau

(26)

dengan penerapanya dalam mengelola sumber daya manusia dan kaitanya dengan

strategi organisasi, sedangkan manjemen personalia lebih menekankan pada

manjamen sistem prosedur personalia. Administrasi personalia/administrasi

kepegawaian lebih menekankan pada implementasi sistem prosedur personalia

dalam organisasi. (Sofyandi, 2008:07)

2.2.1.2 Tujuan dan fungsi sumber daya manusia

Adapun tujuan dan fungsi sumber daya manusia menurut T. Hani

Handoko (1987:273) adalah :

a. Meningkatkan rasa kepuasanpengetahuan tentang perubahan

kebijaksanaan dan peraturan- peraturanyang sesuai dengan harapan

manajemen produktivitas melalui penyempurnaan ketrampilan

serta meningkatkan rasa tanggung jawab, kesetiaan dan jujur pada

perusahaan.

b. Pengurangan pemborosan, ketidakhadiran pegawai, biaya lembur,

pemeliharaan mesin, kecelakaan dan mengurangi ketrampilan,

teknologi dan pengurusan.

c. Mnimbulkan kerja yang baik.

d. Mmeperbaiki metode dan sistem kerja

e. Membina karyawan yang mudah untuk regenerasi dan pimpina

perusahaan.

f. Mengembangkan ketrampilan baru penegtahuan dan pengertian

(27)

Sedangkan bidang manajemen sumber daya manusia mempunyai

dua fugsi pokok, dimana fungsi pertama berkaitan dengan kedua.

a. Untuk menjalin kerjasama dalam pengembangan dan administrasi

berbagai kebijaksanaanyang mempengaruhi orang-orang

membentuk organisasi dan

b. Untuk membantu para manjer mengelola sumber daya manusia

Dengan adanya saling ketergantungan antara kepentingan pekerja

dan kepentingan pencapaian tujuan perusahaan, maka fungsi manajemen

sangat berperan dalam pengelolaan perusahaan.

2.2.2. Kepuasan kerja

2.2.2.1. Pengertian Kepuasan Kerja

Handoko (1987:193) dalam Lenny hasan menyebutkan bahwa kepuasan

kerja adalah keadaan emosional menyenangkan atau tidak menyenangkan

bagaimana para pegawai memandangpekerjaan mereka. Sikap senang dan tidak

senang terhadap pekerjaan danlingkungan pekerjaan akan tercermin dari

perilakunya dalam melaksanakanpekerjaan. Hasibuan (2008:202) kepuasan kerja

adalah sikap emosional yangmenyenangkan dan mencintai pekerjaanya. Sikap ini

akan berdampak padamoral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja.

Robbins (2003:91) dalam Lenny Hasan menyebutkan kepuasan kerja (job

satisfaction) merujuk pada sikap

umum seorang individu terhadap pekerjaanya. Kepuasan kerja nampak

dalamsikap positif pegawai terhadap pekerjaanya dan segala sesuatu yang

(28)

dilingkungan kerjanya. Sebaliknya karyawan yang tidak terpuaskan oleh

faktor-faktoryang berkaitan dengan pekerjaan nampak memiliki sifat negatif yang

mencerminkan kurangnya komitmen mereka terhadap organisasi seperti

mangkir, produktifitas rendah, kebosanan dalam bekerja.

Mathis and Jackson (2000) dalam Lenny Hasan, “Job satisfaction is a

positive emotional

state resulting one’s job experience”. (Kepuasan kerja merupakan pernyataan

emosional yang positif yang merupakan hasil evaluasi dari pengalaman kerja).

Tanggapan emosional bisa berupa perasaan puas (positif) atau tidak

puassebaliknya bila tidak maka berarti karyawan tidak puas. Kepuasan kerja juga

dipengaruhi oleh disiplin kerja, Hasibuan (2008:203) mengatakan kepuasan

kerja mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai, artinya jika kepuasandiperoleh

dari pekerjaan maka kedisiplinan karyawan baik. Sebaliknya jika

kepuasan kerja kurang tercapai dari pekerjaannya maka kedisiplinan pegawai

rendah.Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja

merupakan sikap puas pegawai terhadap beban kerja, kondisi kerja,

hubungandengan rekan kerja dan kebebasan dalam mengembangkan karir.

2.2.2.2. Teori kepuasan kerja

Ada sejumlah teori tentang kepuasan kerja yang dikutip Oleh Lenny Hasan ,

diantaranya adalah:

(29)

Teori ini dikembangkan oleh Porter (1961) yang menjelaskan

bahwakepuasan kerja merupakan selisih atau perbandingan antara harapan

dengankenyataan. Locke (1969) seorang karyawan akan puas bila kondisi

aktual atauvsesungguhnya sesuai dengan harapan atau yang diinginkanya.

2. Equite Theory

Teori ini dikemukakan oleh Adam (1963) karyawan atau individu

akanmerasa puas terhadap aspek-aspek khusus dari pekerjaan mereka.

Aspek-aspekpekerjaan yang dimaksud adalah gaji atau upah, rekan kerja

dan supervisi.Individu atau karyawan akan merasa puas bila jumlah aspek

yang sebenarnya diaterima sesuai dengan yang seharusnya ia terima.

3. Opponent- Process Theory

Teori ini dikemukakan oleh Landy (1978) yang menekankan pada

upayaseseorang dalam mempertahankan keseimbangan emosionalnya.

Maksudnyaperasaan puas atau tidak puas merupakan masalah emosional.

4. Teori Maslow

Teori ini dikembangkan oleh Maslow (1954) menurutnya, kebutuhan

manusia berjenjang atau bertingkat, mulai dari tingkatan yang paling

rendah sampai yang paling tinggi. Tingkatan yang dimaksud adalah: (1)

Kebutuhanfisiologis (physiological needs). (2) Kebutuhan keamanan dan

keselamatan (safety needs. (3) Kebutuhan akan rasa memiliki, social dan

kasih sayang (socialneeds),. (4) Kebutuhan untuk dihargai. (5) Kebutuhan

yang dirasakan olehseseorang dengan menggunakan kemampuan, keahlian

(30)

5. Teori ERG Alderfer

Dikembangkan oleh Alderfer (1972), Alderfer membagi

hierarkinkebutuhan manusia menjadi tiga tingkatan sebagai berikut: (1)

Eksistensi,kebutuhan-kebutuhan manusia akan makanan, udara, gaji, air,

kondisi kerja.(2) Keterkaitan kebutuhan-kebutuhan akan adanya

hubungan sosial daninterpersonal yang baik. (3) Pertumbuhan:

kebutuhan-kebutuhan individu untukmemberikan kontribusi pada orang

lain atau organisasi dengan memberdayakankreativitas, potensi dan

kemampuan yang dimilikinya.

6. Teori Dua Faktor Herzberg

Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg. Teori ini

memandangkepuasan kerja berasal dari motivator intrinsik (prestasi

kerja, pengakuan,tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri dan

pertumbuhan) Apabila kondisi intrinsic ini dipenuhi organisasi atau

perusahaan maka karyawan akanpuas dan bahwa ketidakpuasan kerja

berasal dari ketidak-adaan faktor-faktorekstrinsik (gaji atau upah,

keamanan kerja, kondisi pekerjaan, status, kebijakanorganisasi, supervisi

dan hubungan interpersonal). Apabila faktor ini tidak adamaka karyawan

akan merasa tidak puas.

7. Teori Mc Clelland

David Mc Clelland menyatakan bahwa seseorang dengan suatukebutuhan

yang kuat akan termotivasi untuk menggunakan tingkah laku yangsesuai

(31)

2.2.2.3. Penyebab Kepuasan Kerja

Menurut Kreitner dan Kinicki (2005), ada 5 (lima) model kepuasan kerja

yang menonjol akan menggolongkan pemyebabnya. Penyebabnya adalah:

1. Need Fulfillment. Model ini menjelaskan bahwa kepuasan ditentukan

oleh karakteristik dari sebuah pekerjaan memungkinkan seorang individu

untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Discrepancies. Model ini menjelaskan bahwa kepuasan adalah hasil dari

harapan yang terpenuhi. Harapan yang terpenuhi mewakili perbedaan

antara apaa yang diharapkan oleh seorang individu dari sebuah pekerjaan,

seperti upah dan kesempatan promosi yang baik dari apa yang pada

kenyataannya diterimanya.

3. Value attaiment gagasan yang melandasi pencapaian nilai adalah bahwa

kepuasan berasal dari nilai persepsi bahwa suatu pekerjaan

memungkinkan untuk pemenuhan nilai-nilai kerja yang penting dari

seorang individu.

4. Equity Dalam model ini, kepuasan adalah suatu fungsi dari bagaimana

seorang individu diperlakukan “ secara adil” di tempat kerja kepuasan

berasal dari persepsi seseorang bahwa output pekerjaan relatif sama

dengan inputnya perbandingan yang mendukung output input lain yang

significan.

5. Depositional Genetic Component secara khusus model ini didasarkan

pada keyakinan bahwa kepuasan kerja merupakan sebagian fungsi dari

(32)

menunjukkan bahwa perbedaan individu yang stabil adalah sama

pentingnya dalam menjelaskan kepuasan kerja dengan karakteristik

lingkungan kerja.

2.2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan ker ja

Menurut Hasibuan (2008:203) yang dikutip oleh Lenny Hasan kepuasan kerja

pegawai dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:

1. Balas jasa yang adil dan layak,

2. Penempatanyang tepat sesuai dengan keahlian,.

3. Berat ringannya pekerjaan.

4. Suasana dan lingkungan pekerjaan.

5. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan.

6. Sikap pimpinan dalam kepemimpinanya.

7. Sifat pekerjaan monoton atau tidak.

Sedangkan menurut Sopiah (2008:172) yang dikutip Lenny Hasan

aspek-aspek kerja yang

mempengaruhi kepuasan kerja adalah:

a. promosi.

b. Gaji.

c. pekerjaan itu sendiri.

d. Supervisi.

e. teman kerja.

(33)

g. kondisi kerja.

h. administrasi/kebijakan perusahaan.

i. Komunikasi.

j. tanggung jawab.

k. Pengakuan.

l. prestasi kerja dan m)kesempatan untuk berkembang.

Hasibuan (2008:202) kepuasan kerja adalah sikap emosional

yangmenyenangkan dan mencintai pekerjaanya. Sikap ini dicerminkan

olehkedisiplinan dan prestasi kerja, artinya bagaimanapun kepuasan kerja

yangdirasakan pegawai tetap berhubungan dengan disiplin kerjanya.

2.2.2.5. Indikator Kepuasan Kerja

Menurut Luthans (2006) dalam Wibowo (2008:100), menyebutkan bahwa

indikator kepuasan kerja adalah:

a. Tingkat Upah dan Gaji yang Diterima

Gaji diartikan sebagai imbalan keuangan yang diterima karyawan seperti

upah,premi, bonus, atau tunjangan-tunjangan keuangan lainnya. Dalam

menetapkantingkat upah atau gaji, perusahaan dapat membuat keputusan dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a) tingkat upah umum dalam masyarakat,

b) kebutuhan pokok tenaga kerja (karyawan) dan tingkat biaya hidup

fisik minimum

(34)

d) persaingan antar organisasi, dan

e) kemampuan perusahaan untuk membayar upah dan gaji yang

cukup untuk dapat

menarik dan mempertahankan karyawan yang dibutuhkan. Dalam

konteksproduktivitas, semakin tinggi gaji yang diterima bukanlah suatu jaminan

karyawantersebut untuk berprestasi lebih baik. Prinsip teori keadilan perlu

diperhatikandalam penilaian komponen ini. Seseorang bekerja dalam organisasi

mungkinmempunyai Perbedaan keterampilan, pengamalan, pendidikan dan

senioritas.

b. Pekerjaan Itu Sendir i

Komponen pekerjaan sangat berperan daam menentukan kepuasan kerja.

Ada duaaspek penting yang mempengaruhi kepuasan kerja yang berasal dari

pekerjaan itusendiri, yaitu : variasi pekerjaan, dan kontrol atas metode dan

langkah-langkahkerja. secara umum, pekerjaan dengan jumlah variasi yang

moderat akanmenghasilkan kepuasan kerja yang relatif besar. Pekerjaan yang

sangat kecilvariasinya akan menyebabkan pekerja merasa jenuh dan keletihan,

dan sebaliknyapekerjaan yang terlalu banyak variasinya dan terlalu cepat

menyebabkan karyawanmerasa tertekan secara psikologis. Pekerjaan yang

menyediakan kepada parakaryawan sejumlah otonomi akan memberikan kepuasan

kerja yang tinggi.Sebalikya, kontrol manajemen atas metode dan langkah-langkah

(35)

c. Rekan Kerja

Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga butuh interaksi sosial, oleh karena

itutidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan kerja yang ramah dan mendukung

kerja kita maka kepuasan kerja dapat kita capai (Soedjono, 2005). Untuk itu hal

inisangat berhubungan dengan kondisi kerja kita. Pengertian kondisi kerja disini

adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kerja karyawan yang

dapatmempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas. Dalam pengertian

sederhanakaryawan menginginkan kondisi di sekitar pekerjaannya baik, karena

kondisitersebut mengarah kepada kenikmatan atau kesenangan secara fisik.

DalamRobbins, (2006) menyebutkan bahwa ketidakpuasan kerja terjadi apabila

kondisikerja tidak harmonis sehingga timbul Perilaku menyimpang ditempat

kerja.Robbins (2006)menyebutkan bahwa kelompok kerja adalah kelompok yang

berinteraksi terutamauntuk berbagi informasi dan mengambil keputusan agar bisa

membantu tiapanggota berkinerja dalam bidang sesuai tanggung jawab

masing-mising.Kelompok kerja tidak perlu atau tidak punya kesempatan untuk terlibat

dalamkerja kolektif yang menuntut upaya gabungan.

d. Promosi Karir

Promosi adalah perencanaan karir seseorang pada pekerjaan yang lebih

baik dalambentuk tanggung jawab yang lebih besar, prestise atau status yang

lebih, skill yanglebih besar, dan khususnya meningkatnya upah atau gaji. Dalam

era manajemenmodern, promosi telah dianggap sebagai imbalan yang cukup

(36)

organisasi.Selain itu, promosi berfungsi sebagai perangsang bagi mereka yang

memilikiambisi dan prestasi kerja tinggi. Dengan demikian, usaha-usaha

menciptakankepuasan atau komponen promosi dapat mendorong mereka untuk

berprestasilebih baik di masa-masa yang akan datang.

e. Kepenyeliaan (Supervisi)

Supervisi mempunyai peran yang sangat penting dalam manajemen.

Supervisiberhubungan dengan karyawan secara langsung dan mempengaruhi

karyawandalam melakukan pekerjaannya. Umumnya karyawan lebih suka

mempunyaisupervisi yang adil terbuka dan mau bekerja sama dengan bawahan

(Soedjono,2005). Untuk itu perusahaan harus dapat melakukan pengawasan

terhadapkaryawan agar tejadi hubungan yang harmonis antara bawahan dan

atasan. Tugaspengawasan tidak dapat dipisahkan dengan tugas kepemimpinan,

yaitu usahamempengaruhi kegiatan pengikut melalui proses komunikasi untuk

tujuan tertentu.Supervisor secara langsung mempengaruhi kepuasan kerja

danprestasi mealuikecermatannya dalam mendisiplinkan dan menerapkan

peraturan-peraturan.

2.2.3. Disiplin kerja

2.2.3.1. Pengertian Disiplin kerja

Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan organisasi terutama untuk

memotivasi pegawai agar dapat mendisiplinkan diri dalam

melaksanakanpekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok. Disiplin juga

(37)

mendidik pegawai untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur maupun

kebijakan yang ada sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik.

Dilingkungan pegawai negeri dalam rangka menjamin tata tertib

dankelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan, telah dibuat suatu ketentuan

peraturandisiplin pegawai negeri sipil, sebagai suatu peraturan yang memuat

keharusan,larangan dan sanksi apabila keharusan tidak dilakukan atau larangan

dilanggar.Ketentuan tentang disiplin PNS diatur dalam peraturan pemerintah

no.30 tahun 1980 yang di perbaharui menjadi peraturan pemerintah no. 53 tahun

2010. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Poerwadarminta (1989:296)

yang dikutip Lenny Hasan disiplin adalah ketaatan pada aturan dan tata tertib.

Saydam (1996:167) dalam Lenny Hasan disiplin merupakan kemampuan untuk

menguasai diri sendiri dan melaksanakan normanormayang berlaku dalam

kehidupan, mentaati tata cara yang telah ditentukandalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawab yang telah diserahkan kepadasetiap orang sehingga dapat

dijalankan dengan penuh kesadaran.

Thoha (2008:76) dalam Lenny Hasan menyebutkan kedisiplinan pegawai

adalah kehadiran, kepulanganpegawai tepat waktu sesuai dengan jadwal yang

ditentukan danmenyelesaikantugas sesuai jadwal yang ditentukan. Siagian

(2008:305) dalam Lenny Hasan pendisiplinan pegawaiadalah suatu bentuk

pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentukpengetahuan, sikap dan

perilaku pegawai sehingga para pegawai tersebut secarasuka rela berusaha bekerja

(38)

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapatdiartikan bahwa disiplin kerja yaitu

kepatuhan pegawai dalam mentaati

peraturan organisasi.

2.2.3.2. Pendekatan disiplin Kerja

Menurut Velthzal dan Jaurani (2011:826) Terdapat tiga konsep dalam

pelaksanaan tindakan disipliner: aturan tungku panas (hot stove rule), tindakan

disiplin progresif, (progressive discipliner), dan tindakan disiplin positif (positive

discipliner). Pendekatan-pendekatan aturan tungku panas dan tindakan disiplin

progresif berfokus pada perilaku masa lalu. Sedangkan pendekatan disiplin positif

berorientasi ke masa yang akan datang dalam bekerja sama dengan para karyawan

untuk memecahkan masalah-masalah sehingga masalah itu tidak akan timbul lagi.

a. Atur an tungku panas

Pendekatan untuk melaksanakan tindakan disipliner disebut sebagai aturan tungku

panas (hot stove rule). Menurut pendekatan ini, tindakan disipliner haruslah

memiliki konsekuensi yang analog dengan menyentuh sebuah tungku panas:

1. Membakar dengan segera. Jika tindakan disipliner akan diambil,

tindakan itu harus dilaksanakan segera sehingga individu

memahami alas an tindakan tersebut. Dengan berlalunya waktu,

orang memiliki tendensi meyakinkan mereka sendiri bahwa

(39)

efek-2. Memberi peringatan. Hal ini penting untuk memberikan

peringatan sebelumnya bahwa hukuman akan mengikuti perilaku

yang tidak dapat diterima. Pada saat seseorang bergerak semakin

dekat dengan tungku panas, maka diperingatkan oleh panasnya

tungku tersebut bahwa mereka akan terbakar juka mereka

menyentuhnya, dan oleh karena itu ada kesempatan menghindari

terbakar jika mereka memilih demikian.

3. Memberikan hukuman yang konsisten. Tindakan disipliner

haruslah konsisten ketika setiap orang yang melakukan tindakan

yang sama akan dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.

Seperti pada tungku panas, dan pada periode waktu yang sama,

akan terbakar pada tingkat yang sama pula. Disiplin yang

konsisten berarti :

a. Setiap karyawan yang terkena hukuman disiplin harus

menerimanya/menjalaninya.

b. Setiap karyawan yang melakukan pelanggaran yang sama akan

mendapatkan ganjaran disiplin yang sama.

c. Disiplin diberlakukan dalam cara yang sepadan kepada

segenap karyawan.

4. Membakar tanpa membeda-bedakan. Tindakan disipliner

seharusnya tidak membeda-bedakan. Tungku panas akan

membakar setiap orang yang menyentuhnya, tanpa memilih-milih.

(40)

bukan pada karyawanya sebgai pribadi yang buruk. Cara paling

efektif mencapai tujuan ini adalah melakukan konseling korektif.

Penyelia lebih menekankan bagaimana masalah disiplin tersebut

dapat dipecahkan. Penyelia mengambil tindakan disiplin dalam

lingkungan yang suportif, memuaskan pada perbaikan kinerja

daripada penjatuhan hukuman.

b. Pendekatan Disipliner Pr ogresif

Untuk membantu para manajer dalam mengenali tindakan tingkat disipliner

yang tepat, beberapa perusahaan telah merumuskan prosedur disipliner. Satu

pendekatan adalah dengan menyusun pedoman-pedoman tindakan disipliner

progresif, seperti contoh berikut ini :

a. Kelalaian dalam pelaksanaan tugas-tugas.

b. Ketidakhadiran kerja tanpa izin.

c. Inefisiensi dalam pelaksanaan pekerjaan.

Pelanggaran-pelanggaran yang membutuhkan suatu peringatan tertulis dan

selanjutnya terminasi:

a. Tidak berada di tempat kerja.

b. Kegagalan melapor kerja satu atau dua hari berturut-turut tanpa adanya

pemberitahuan.

(41)

a. Pencurian di tempat kerja.

b. Perkelahian di tempat kerja.

c. Pemalsuan kartu jam hadir kerja.

d. Kegagalan melapor kerja tiga hari berturut-turut tanpa adanya

pemberitahuan.

C. Tindakan Disiplin Positif

Dlam banyak situasi, hukuman tidaklah memotivasi karyawan mengubah

suatu perilaku. Namun, hukuman hanya mengejar seseorang agar takut atau

membenci alikaso hukuman yang dijatuhkan penyelia. Penakanan pada hukuman

ini dapat mendorong para karyawan untuk menipu penyelia mereka daripada

mengoreksi tindakan-tindakannya. Tindakan disipliner positif dimaksudkan untuk

menutupi kelemahan tadi, yaitu mendorong karyawan memantau

perilaku-perilaku mereka sendiri dan memikul tanggung jawab atas

konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-tindakan mereka. Disiplin posirif bertumpukan pada

konsep bahwa para karyawan mesti memikul tanggung jawab atas tingkah laku

pribadi mereka dan persyaratan-persyaratan pekerjaan.

Prasyarat yang perlu bagi disiplin positif adalah pengkonsumsikan

persyaratan-persyaratan pekerjaan dan peraturan-peraturan kepada para karyawan.

Setiap orang mesti mengetahui, pada saat diangkat jadi pegawai dan seterusnya,

apa yang diharapkan oleh penyelia dan manajemen. Standar-standar kinerja

hendaklah wajar, dapat dicapi dengan upaya yang masuk akal, dan konsisten dari

(42)

jenis perilaku karyawan yang diharapkan daripada sekedar membeberkan daftar

larangan yang berlimpah.

Tindakan disiplin positif adalah serupa dengan disiplin progresif dalam hal

bahwa tindakan ini juga menggunakan serentetan langkah yang akan

meningkatkan urgensi dan kerasnya hukuman sampai langkah terakhir, yakni

pemecatan. Sungguhpun begitu, disiplin positif mengganti hokum yang digunakan

dalam disiplin progresif dengan sesi-sesi konseling antara karyawan dan penyelia.

Sesi-sesi ini dimaksudkan agar karyawan belajar dari kekeliruan-kekeliruan silam

dan memulai rencana untuk membuat suatu perubahan positif dalam perilakunya.

Alih-alih tergantung pada ancaman-ancaman dan hukuman-hukuman, penyelia

memakai keahlian-keahlian konseling untuk memotivasi para karyawan supaya

berubah. Alih-alih menimpakan kesalahan pada karyawan, penyelia menekankan

pemecahan masalah secara koboratif.

2.2.3.2. Macam- macam disiplin kerja

Ada dua macam disiplin kerja menurut Jasin (1989:89) yang dikutip oleh Lenny

Hasan yaitu disiplin diri

(self-dicipline) dan disiplin kelompok.

1. Disiplin diri

Jasin (1989:89) disiplin diri merupakan disiplin yang dikembangkan atau

(43)

keluarga dan masyarakat. Penanaman nilai-nilai yang menjunjung disiplin,

baikyang ditanamkan oleh orang tua, guru atau masyarakat secara terus

menerusmerupakan bekal positif bagi tumbuh dan berkembangnya disiplin

diri.

2. Disiplin kelompok

Jasin (1989:90) disiplin kelompok merupakan disiplin yang telah

ditetapkan standar ukurannya oleh organisasi. Disiplin kelompok akan

tercapaijika disiplin diri telah tumbuh dalam diri pegawai, artinya

kelompok akanmenghasilkan pekerjaan yang optimal jika masing-masing

anggota kelompokdapat memberikan andil yang sesuai dengan hak dan

tanggung jawabnya. Kaitanantara disiplin diri dan disiplin kelompok

saling melengkapi dan menunjang.

2.2.3.4. Bentuk-bentuk Disiplin Kerja

Menurut Velthzal (2008:825) Terdapat empat perspektif daftar yang menyangkut

disiplin kerja yaitu:

1. Disiplin Retributif (Retributive Discipline)

Yaitu berusaha menghukum orang yang berbuat salah.

2. Disiplin Korektif (Corrective Discipline)

Yaitu berusaha membantu karyawan mengoreksi perilakunya yang tidak

(44)

3. Perspektif Hak-hak individu (Individual Right Perspective)

Yaitu berusaha melindungi hak-hak dasar idividu selama

tindakan-tindakan kedisipliner.

4. Perspektive utilitarian (Utilitarian Perspective)

Yaitu berfokus pada penggunaan disiplin hanya pada saat

konsekuensi-konsekuensi tindakan disiplin melebihi dampak-dampak negatifnya.

2.2.4.4. Faktor- faktor yang mempengaruhi disiplin kerja

Dalam Lenny Hasan (2012) Faktor yang Mempengaruhi disiplin adalah

a. Faktor kepribadian

Nilai-nilai yang menjunjung disiplin yang diajarkan atau ditanamkan

orang tua, guru, dan masyarakat akan digunakan sebagai kerangka

acuan bagi penerapan disiplin di tempat kerja. Sistem nilai akan

terlihat dari sikap seseorang. Sikap diharapkan akan tercermin dalam

perilaku.

b. Faktor lingkungan

Disiplin kerja dari faktor lingkungan merupakan proses belajar yang

terus menerus agar dapat efektif, pimpinan yang merupakan agen

pengubah perlu memperhatikan prinsip konsisten, adil, bersikap

(45)

2.2.3.5 Indikator Disiplin Kerja

Indikator-indikator dari disiplin kerja menurut Bejo Siswanto Sastrohadiwiryo

(2002:291) dalam Riska Puji Lestari adalah :

1. Kehadiran

Kehadiran adalah kehadiran karyawan setiap harinya didalam perusahaan.

Kehadiran dapat diartikan pula dimana karyawan selalu datang dan pulang

tepat pada waktunya.

2. Mentaati peraturan yang berlaku

Mentaati peraturan yang berlaku adalah keadaan menghormati dan

melaksanakan peraturan yang berlaku.

3. Sanksi hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.

Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut

melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner

karyawan akan berkurang.

4. Tanggung jawab

Adanya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan

kepadanya.

5. Keteladanan pimpinan

Keteladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan

karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para

(46)

6. Ketegasan

Ketegasan dalam menegur dan menghukum setiap karyawan yang indisipliner

akan mewujudkan kedisiplinan yang baik pada perusahaan tersebut

7. Peraturan dan prosedur kerja

Peraturan dan prosedur kerja adalah keadaan menghormati dan melaksanakan

peraturan yang berlaku

2.2.5. Komitmen Or ganisasi

Pegawai merupakan sumber daya penting dalam keberhasilan

suatuorganisasi karena kegagalan seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

dantanggung jawabnya, akan mempengaruhi proses pencapaian tujuan yang

telahditetapkan organisasi. Sebagai salah satu komponen yang penting, pegawai

harusmemiliki komitmen yang kuat terhadap tugasnya karena pegawai harus

memilikikepedulian dan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas-tugas

yangdiberikan. Hal ini didasari atas pemikiran bahwa keberhasilan pegawai

untukmencapai tujuannya menggambarkan keberhasilan organisasi secara

keseluruhan.

Mowday (1989:155) dalam Lenny Hasan komitmen organisasi merupakan

dimensi perilakupenting yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan

karyawan untukbertahan sebagai anggota organisasi, identifikasi dan keterlibatan

seseorang yangrelatif kuat terhadap organisasi, serta keinginan anggota organisasi

untuk tetapmempertahankan keanggotaanya dalam organisasi dan bersedia

(47)

komitmenorganisasi adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima

tujuan organisasi.

Robbins (2003:92) dalam Lenny Hasan komitmen organisasi sebagai suatu

keadaan dimanakaryawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan

tujuan-tujuannya, sertaberniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Fred

Luthans (1995) dalam Lenny Hasan ,komitmen organisasi didefenisikan sebagai

keinginan kuat untuk tetap sebagaianggota organisasi, keinginan untuk berusaha

keras sesuai keinginan organisasi,keyakinan tertentu dan penerimaan nilai dan

tujuan organisasi.

Disimpulkan daripendapat para ahli di atas komitmen organisasi adalah

keyakinan dan keinginanindividu untuk menerima nilai-nilai dan tujuan

organisasi.

2.2.5.1. Macam-macam komitmen

a. Komitmen organisasi dari Mowday, Porter dan Steers (1989) dalam Lenny

Hasan mencakup:

1. Identifikasi dengan organisasi merupakan dasar komitmen organisasi.

Identifikasi pegawai tampak melalui sikap menyetujui kebijaksanaan

organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi, rasa

kebanggaan menjadi bagian dari organisasi.

2. Keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan diorganisasi

tersebut. Pegawai yang memiliki komitmen tinggi akanmenerima hampir

(48)

3. Loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi terhadapkomitmen,

Pegawai dengan komitmen tinggi merasakan adanyaloyalitas dan rasa

memiliki terhadap organisasi.

4. Kesediaan untuk menampilkan usaha. Kesediaan bekerja melebihiapa

yang diharapkan agar organisasi dapat maju. Pegawai dengankomitmen

tinggi, ikut memperhatikan nasib organisasi.

5. Keinginan tetap berada dalam organisasi. Pegawai yang

memilikikomitmen tinggi, hanya sedikit alasan untuk keluar dari

organisasidan berkeinginan untuk bergabung dengan organisasi yang

telahdipilihnya dalam waktu lama.

Jadi seseorang yang memiliki komitmen tinggi akan terlibat

sungguh-sungguhdalam organisasi, loyal terhadap organisasi, berusaha kearah

tujuanorganisasi dan keinginan untuk tetap bergabung dengan organisasi dalam

jangkawaktu lama.

b. Kanter (1986) dalam Lenny Hasan mengemukakan ada tiga bentuk

komitmen organisasi, yaitu:

1. Komitmen berkesinambungan (Continuance commitment), yaitukomitmen

yang berhubungan dengan dedikasi anggota dalammelangsungkan

kehidupan organisasi dan menghasilkan orang yang mauberkorban dan

berinvestasi pada organisasi.

2. Komitmen terpadu (Cohesion commitment), yaitu komitmen

anggotaterhadap organisasi sebagai akibat adanya hubungan sosial

(49)

percayabahwa norma yang dianut organisasi merupakan

norma-normayang bermanfaat.

3. Komitmen terkontrol (Control commitment), yaitu komitmen anggotapada

norma organisasi yang memberikan perilaku ke arah yangdiinginkannya.

Norma-norma yang dimiliki organisasi sesuai danmampu memberikan

sumbangan terhadap perilaku yang diinginkannya.

2.2.5.2. Proses Terjadinya Komitmen Or ganisasi

Bashaw dan Grant dalam Amstrong (1994) dalam Lenny Hasan komitmen

karyawan terhadaporganisasi merupakan sebuah proses berkesinabungan dan

yang bisa merupakansebuah pengalaman individu ketika bergabung dalam sebuah

organisasi.

Minner (1997) membagi proses terjadinya komitmen organisasi, dalamtiga bentuk

yaitu:

1. Initial Commitment (komitmen awal)

2. Commitment During Early Employment (komitmen selama bekerja)

3. Commitment During Later Career (komitmen selama perjalanan karir)

Menjelaskan bahwa proses terjadinya komitmen pegawai pada

organisasiberbeda. Pada fase awal (initial commitment), terjadi karena adanya

interaksiantara karakteristik personal (pendidikan, dorongan berprestasi, masa

kerja danusia) dan karakteristik pekerjaan (tantangan kerja, umpan balik, stres

kerja,identifikasi tugas, kejelasan peran, pengembangan diri, karir dan

(50)

tentangpekerjaanya. Harapan tentang pekerjaan inilah yang akan mempengaruhi

sikappegawai terhadap komitmennya pada organisasi.

Fase kedua disebut sebagai commitment during early employment. Padafase

ini pegawai sudah bekerja beberapa tahun. Faktor-faktor yang

berpengaruhterhadap komitmen pegawai pada organisasi adalah pengalaman kerja

yang iarasakan pada tahap awal dia bekerja, bagaimana pekerjaanya, bagaimana

sistempenggajianya, bagaimana gaya supervisinya, bagaimana hubungan dia

denganteman sejawat atau hubungan dia dengan pimpinannya. Semua faktor ini

akanmembentuk komitmen kerja pegawai tersebut pada organisasi.

Tahap yang ketiga yang diberi nama commitment during later career.Proses

terbentuknya komitmen pada tahap masa pengabdian terjadi selamakaryawan

meniti karir didalam organisasi. Dalam kurun waktu yang lamatersebut, karyawan

telah banyak melakukan berbagai tindakan, seperti hubungansosial yang tercipta

di organisasi dan pengalaman-pengalaman selama ia bekerja.

2.2.5.3.Bentuk Komitmen Or ganisasi

Kanter (1986) dalam Sopiah (2008: 158), yang dikutip oleh Resi

Yudhaningsih mengemukakan adanya tiga bentuk komitmen organisasional,

yaitu:

1. Komitmen berkesinambungan (continuance commitment), yaitu komitmen

yangberhubungan dengan dedikasi anggota dalam melangsungkan

kehidupan organisasidan menghasilkan orang yang mau berkorban dan

(51)

2. Komitmen terpadu (cohesion commitment), yaitu komitmen anggota

terhadap organisasi akibat adanya hubungan sosial dengan anggota lain di

dalam organisasi. Ini terjadi karena karyawan percaya bahwa

norma-norma yang dianut organisasi merupakan norma-norma-norma-norma yang bermanfaat.

3. Komitmen terkontrol (control commitment), yaitu komitmen anggota pada

normaanggota organisasi yang memberikan perilaku yang diinginkannya.

Norma yang dimilikiorganisasi mampu memberikan sumbangan terhadap

perilaku yang diinginkannya.

Menurut Meyer, Allen, dan Smith (1998) dalam Sopiah, (2008: 157) ada tiga

komponen komitmen organisasional, yaitu:

1. Affective commitment, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari

organisasi karena adanya ikatan emosional.

2. Continuance commitment, muncul apabila karyawan tetap bertahan pada

suatuorganisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan lain, atau

karena tidak menemukan pekerjaan lain.

3. $Normative commitment, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan.

Karyawan bertahanmenjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran

bahwa komitmen terhadaporganisasi merupakan hal yang seharusnya

dilakukan.

2.2.5.4 Faktor -faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi

Komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapimelalui

proses yang cukup panjang dan bertahap. Tinggi rendahnya komitmenorganisasi

(52)

(2008:164) mengemukakan ada 5 faktor yang mempengaruhiterhadap komitmen

organisasi:

1 Budaya keterbukaan, perusahaan dan karyawan harus salingmendukung

dan terbuka dalam urusan pekerjaan sehingga tidakterjadi kesalahpahaman

dalam bekerja.

2. Kepuasan, perusahaan harus dapat memenuhi segala kebutuhankaryawan

dalam bekerja agar karyawan dapat bekerja deng€an baik dan memberikan

hasil yang terbaik untuk perusahaan.

3. Kesempatan personal untuk berkembang, karyawan harus

mempunyaikeinginan dan kemauan untuk mengembangkan dirinya dengan

memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan karir

maupunpendidikan yang diberikan perusahaan.

4. Disiplin, karyawan harus disiplin pada dirinya, tugas-tugasnya agardapat

menghasilkan kinerja yang optimal.

5. Penghargaan kerja yang sesuai, perusahaan harus memberikanpenghargaan

yang sesuai terhadap kinerja yang dihasilkankaryawan, agar karyawan

mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.

2.2.5.5. Indikator Komitmen Or ganisasi

Menurut Mowday (1998) dalam Sopiah (2008: 165) yang dukutip Resi

Yudhaningsih indikator komitmen organisasiyaitu:

1. Penerimaan terhadap tujuan organisasi.

2. Keinginan untuk bekerja keras.

(53)

2.2.6. Pengaruh antar Var iabel

2.2.6.1. Pengaruh Antar a Kepuasan Kerja Dengan Komitmen Or ganisasi

Menurut Mathis dan Jackson (2006) komitmen organisasional adalah

tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta

berkeinginan untuk tinggal bersama organisasi tersebut. Berbagai studi penelitian

menunjukkan bahwa orang-orang yang relatif puas dengan pekerjaannya akan

sedikit lebih berkomitmen terhadap organisasi. Penelitian mengenai pengaruh

kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi dilakukan oleh Gede Dana Pramitha

(2008). Berdasarkan hasil analisis semakin tinggi tingakat kepuasan kerja yang

dirasakan maka semakin tinggi pula hasrat untuk bertahan di organisasi. Dengan

demikian disimpulkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap

komitmen organisasi.

2.2.6.2. Pengaruh Antar a Disiplin Kerja Terhadap Komitmen Or ganisasi

Steers dan porter (1983) mengemukakan tiga tingkah laku yang diakibatkan

oleh adanya komitmen organisasi yaitu prestasi kerja, tidak adanya keterlambatan

dan rendahnya turnover. Komitmen organisasional ditemukan berhubungan

dengan tingkat keterlambatan dan ketidakhadiran karyawan untuk datang bekerja

tepat pada waktunya. Sehingga disimpulkan bahwa tingkat kedisiplinan, khusunya

yang berhubungan dengan ketepatan waktu berkaitan dengan tinggi rendahnya

(54)

kesetiaan sesorang atau kelompok orang pada aturan-aturan, norma-norma,

instruksi yang dinyatakan berlaku untuk orang atau kelompok tertentu.

Penelitian mengenai pengaruh pengaruh disiplin kerja terhadap komitmen

dilakukan Adi irawan (2005). Berdasarkan Hasil analisis yang dilakukan dari

penelitian tersebut menyimpulkan bahwa disiplin yang tinggi cenderung diikuti

dengan tingkat komitmen yang tinggi, ditunjukan dengan rendahnya pelanggaran

yang dilakukan. Dengan demikian disimpulkan bahwa dispilin karyawan

(55)

2.2.7. Kerangka Teori

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat Kepuasan Kerja

Dan Disiplin Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan PT. Pos Indonesia

Cabang Sidoarjo. Secara grafis variabel-variabel tersebut digambarkan sebagai

berikut:

Kepuasan Kerja (X1)

Komit men organisasi(Y)

(56)

2.2.8. Hipotesis

Hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Diduga Kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap komitmen Organisasi

karyawan PT. Pos Indonesia Cabang sidoarjo

(57)
(58)

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Variabel beserta definisi operasional yang digunakan dalam pembahasan

penelitian ini adalah sebagai berikut.

A. Kepuasan Kerja (X1)

Kepuasan kerja adalah keadaan emosional menyenangkan atau tidak

menyenangkan bagaimana para pegawai memandangpekerjaan mereka.. Dalam

Penelitian Ini Menurut Luthans (2006) dalam Wibowo (2008:100), menyebutkan

bahwa indikator kepuasan kerja adalah:

a. Tingkat Upah dan Gaji yang Diterima (X1.1)

b. Pekerjaan Itu Sendiri (X1.2)

c. Rekan Kerja.(X1.3)

d. Promosi Karir (X1.4)

e. Kepenyeliaan/Atasan (X1.5)

B. Disiplin Kerja(X2)

Disiplin merupakan kemampuan untuk menguasai diri sendiri dan

melaksanakan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan, mentaati tata cara

(59)

45

diserahkan kepada setiap orang sehingga dapat dijalankan dengan penuh

kesadaran.Sedangkan Indikator-indikator dari disiplin kerja menurut Bejo

Siswanto Sastrohadiwiryo (2002:291) adalah :

1. Kehadiran (X2.1)

2. Mentaati peraturan yang berlaku (X2.2)

3. Sanksi hukuman (X2.3)

4. Tanggung jawab (X2.4)

5. Keteladanan pimpinan (X2.5)

6. Ketegasan (X2.6)

7. Peraturan dan prosedur kerja (X2.7)

C. Komitmen Or ganisasi (Y)

Komitmen organisasi merupakan dimensi perilaku penting yang dapat

digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai

anggota organisasi, identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat

terhadap organisasi, serta keinginan anggota organisasi untuk tetap

mempertahankan keanggotaanya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras

bagi pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan Menurut Mowday (1998) dalam

Sopiah (2008: 165) indikator komitmen organisasiyaitu:

1. Penerimaan terhadap tujuan organisasi. (Y1.1)

2. Keinginan untuk bekerja keras. (Y1.2)

(60)

46

3.1.2. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah interval,

yaitu suatu pengukuran yang melambangkan nilai relative dengan interval yang

bersifat homogen, besarnya bersifat kuantitatif sedangkan tehnik pengukuranya

menggunakan semantic diferential merupakan metode pengukuran sikap dengan

menggunakan skala penilaian tujuh butir yang menyatakan secarara verbal dua

kutub atau bipolar (Indriantoro dan supomo, 2002 :105). Dua kutub ekstrim yang

dinyatakan dalam metode ini dengan jawaban yang sangat positif terletak disbelah

kanan, jawaban sangat negatif terletak di sebelah kiri atau sebaliknya. Untuk

setiap pilihan responden diberi skor 1-7, dalam skor tersebut mempunyai

pengukuran interval.

Jika pernyataan sangat setuju nilai skor = 7 dan jika pernyataan sangat

tidak setuju maka nilai skor diberi nilai = 1, jawaban antara 1 sampai 3 cenderung

sangat tidak setuju, sedangkan jawaban dengan nilai 4 berarti nilai antara sangat

tidak setuju dan sangat setuju ( netral).

Cara pengukuran dengan menggunakan skor dalam klasifikasi:

1 7

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 2.2
Tabel 3.1. Kriteria Penilaian PLS
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

For a large class of equations that we shall study in detail in the present book, we will find a number of “independent” solutions equal to the order of the differential equation..

Menilai hasil penelitian atau hasil pemikiran dosen yang diterbitkan pada Majalah llmiah.. Nasional dan

The conclusion from this research is that the internet utilization has successfully improved the sector of entrepreneurship in Indonesia, using the case of Kampung

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hardiness dengan kualitas pelayanan pada Perawat Instalasi Rawat Inap Ruang Kelas III Tipe C di RSUD

Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui sejauh mana Iklan Layanan Masyarakat “ TIPS MELAWAN BERITA HOAX ” dapat memberikan informasi, sehingga masyarakat surabaya

Untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap pembahasan, serta agar analisis menjadi terarah dan sesuai dengan masalah yang ada, maka penulis membatasi ruang

“Setelah saya mewawancarai beb erapa subjek yang saya jumpai, mereka mengatakan bahwa mereka ikut kegiatan Rekat (Remaja Katolik) kalau ada yang ngajak saja dari teman

perkembangan yaitu tentang tentang bagaimana tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki seorang remaja perempuan akan kesehatan reproduksi memiliki keterkaitan dengan