• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Lap Akhir Tatralok TUAL (Kebijakan Strategi dan Upaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB IV Lap Akhir Tatralok TUAL (Kebijakan Strategi dan Upaya)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

BAB IV

KEBIJAKAN, STRATEGI DAN UPAYA

KEBIJAKAN, STRATEGI DAN UPAYA

4.1

UMUM

Kebijakan pengembangan tataran transportasi lokal di Kota Tual harus selaras, saling memperkuat, dan serasi dengan kebijakan pengembangan wilayah yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tual. Hal ini didasarkan pada hubungan yang erat antara kebijakan transportasi nasional dan kebijakan pengembangan wilayah nasional, dimana RTRWN merupakan salah satu prinsip dari pengembangan Tatranas. Dengan demikian perencanaan, pembangunan, dan penyelenggaraan tataran transportasi lokal Kota Tual harus selaras, saling memperkuat, dan serasi dengan RTRW Kota Tual.

4.2

KEBIJAKAN

Kebijakan pengembangan transportasi lokal di Kota Tual harus ditujukan terutama untuk meningkatkan kelancaran mobilisasi penumpang dan barang serta meningkatkan aksesibilitas pelayanan umum kepada masyarakat dalam rangka mengurangi berbagai keterisolasian di wilayah-wilayah terisolir, memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan meningkatkan daya saing Kota Tual secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan di atas, maka kebijakan pengembangan transportasi yang berdaya saing dibagi menjadi empat periode, yaitu :

(2)

b. Periode 2013-2017 sebagai fase peningkatan daya saing transportasi lokal : terwujudnya langkah-langkah perluasan jaringan prasarana dan sarana transportasi, pelayanan dan pengusahaan jasa transportasi, serta keselamatan dan keamanan transportasi, baik darat, laut, maupun udara.

c. Periode 2018-2022 sebagai fase peningkatan efektivitas dan efisiensi transportasi lokal : terwujudnya pemerataan jaringan dan aksesibilitas prasarana dan sarana transportasi, pelayanan dan pengusahaan jasa transportasi, maupun keselamatan dan keamanan transportasi.

d. Periode 2023-2027 sebagai fase mempertahankan daya saing transportasi lokal : tercapainya revitalisasi pengembangan prasarana dan sarana transportasi, pelayanan dan pengusahaan jasa transportasi, maupun keselamatan dan keamanan transportasi.

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada, maka kebijakan perencanaan, pembangunan, dan penyelenggaraan tataran transportasi lokal di Kota Tual dapat dipilah menjadi kebijakan transportasi darat, kebijakan transportasi laut, dan kebijakan transportasi udara. Adapun fokus kebijakan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang dari ketiga jenis transportasi ini adalah sebagai berikut :

1. Kebijakan transportasi darat :

a. Menyediakan dan meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi darat yang memenuhi standar nasional dan internasional, baik dalam bentuk jaringan jalan raya, jembatan, terminal, maupun dermaga/pelabuhan penyeberangan.

b. Memperluas rute perjalanan dan meningkatkan kapasitas pelayanan moda transportasi darat (angkutan kota dan angkutan desa), baik untuk barang maupun penumpang.

c. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat Kota Tual terhadap pelayanan dan pengusahaan jasa transportasi darat.

d. Meningkatkan keselamatan, keamanan, dan ketertiban administrasi dalam penyelenggaraan transportasi darat.

(3)

f. Meningkatkan peran transportasi darat dalam mempercepat laju pertumbuhan pembangunan di Kota Tual, terutama dalam hal distribusi dan koleksi barang dan penumpang.

g. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di bidang transportasi darat melalui penerapan standar kompetensi.

h. Meminimalisasi dampak penyelenggaraan transportasi darat (terutama emisi gas buang) terhadap kelestarian fungsi lingkungan.

i. Meningkatkan anggaran pembangunan untuk transportasi darat, baik yang bersumber dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

j. Merencanakan, membangun, dan menyelenggarakan transportasi darat yang terintegrasi dengan transportasi laut dan transportasi udara.

2. Kebijakan transportasi laut :

a. Menyediakan dan meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi laut yang berdaya saing, yakni handal, berkemampuan tinggi, serta memenuhi standar internasional (IMO), baik dalam bentuk jaringan rute pelayaran, fasilitas pelabuhan laut, jaringan komunikasi, terminal peti kemas, terminal penumpang, maupun pergudangan.

b. Memperluas rute pelayaran dan meningkatkan kapasitas pelayanan moda transportasi laut untuk barang dan penumpang, baik kapal perintis maupun kapal samudra.

c. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat Kota Tual terhadap pelayanan dan pengusahaan jasa transportasi laut.

d. Meningkatkan keselamatan, keamanan, dan ketertiban administrasi dalam penyelenggaraan transportasi laut.

e. Meningkatkan pembinaan terhadap pengusahaan transportasi laut. f. Meningkatkan peran transportasi laut dalam mempercepat laju

pertumbuhan pembangunan di Kota Tual, terutama dalam hal distribusi dan koleksi barang dan penumpang.

g. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di bidang transportasi laut melalui penerapan standar kompetensi.

(4)

i. Meningkatkan anggaran pembangunan untuk transportasi laut, baik yang bersumber dari pemerintah daerah, pemerintah pusat, maupun bantuan asing.

j. Merencanakan, membangun, dan menyelenggarakan transportasi laut yang terintegrasi dengan transportasi darat dan transportasi udara.

3. Kebijakan transportasi udara :

a. Untuk dapat melaksanakan perannya sebagai PKW, Kota Tual harus membangun bandar udara dalam rangka memberikan pelayanan transportasi udara, mulai dari permintaan dan penawaran jasa angkutan udara, jaringan dan rute penerbangan, hingga pengenaan tarif jasa angkutan udara, kebandarudaraan, dan navigasi penerbangan.

b. Menyediakan sarana transportasi udara yang handal dan memenuhi standar internasional, mulai dari bandar udara (tatanan kebandarudaraan, pengelolaan bandar udara, sertifikasi operasi bandar udara), navigasi penerbangan (manajemen lalu lintas udara, komunikasi, navigasi, pengamatan, sistem jasa informasi penerbangan, dan meteorologi penerbangan), pesawat perintis dan pesawat berbadan lebar, hingga pengoperasian dan perawatan pesawat.

c. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat Kota Tual terhadap pelayanan jasa transportasi udara dalam jangka menengah dan jangka panjang.

d. Meningkatkan peran transportasi udara dalam mempercepat laju pertumbuhan pembangunan di Kota Tual.

e. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di bidang transportasi udara melalui penerapan standar kompetensi.

f. Meminimalisasi dampak penyelenggaraan transportasi udara (terutama tingkat kebisingan) terhadap lingkungan sekitarnya.

g. Meningkatkan anggaran pembangunan untuk transportasi udara, baik yang bersumber dari pemerintah daerah, pemerintah pusat, maupun bantuan asing.

(5)

Karena secara geografis Kota Tual terdiri dari banyak pulau dan tersebar agak berjauhan, maka untuk mengimplementasikan kebijakan perencanaan, pembangunan, dan penyelenggaraan transportasi di Kota Tual tersebut di atas diperlukan strategi-strategi tertentu sesuai dengan jenis transportasinya. Strategi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Strategi penyelenggaraan transportasi darat :

a. Mengembangkan angkutan penyeberangan yang terpadu dengan jaringan transportasi jalan raya di masing-masing pulau, sehingga membentuk satu kesatuan jaringan transportasi darat.

b. Membangun jaringan transportasi jalan primer untuk menghubungkan pusat-pusat kegiatan wilayah perkotaan dan kawasan-kawasan yang berkembang cepat dengan pelabuhan penyeberangan yang dapat mengakomodasikan seluruh kebutuhan akan angkutan barang dan penumpang. c. Mengembangkan jaringan transportasi jalan sekunder secara terpadu

dengan moda transportasi darat lainnya sesuai dengan besaran kota, fungsi kota, dan hirarki fungsional kota.

d. Mengintegrasikan penyelenggaraan transportasi darat dengan penyelenggaraan transportasi laut dan transportasi udara di Kota Tual secara efektif dan efisien.

2. Strategi penyelenggaraan transportasi laut :

a. Menjadikan transportasi laut sebagai penggerak utama dalam pembangunan sektor transportasi dan mendukung pembangunan sektor-sektor ekonomi lainnya. Sebagai pertimbangan kenapa transportasi laut dijadikan sebagai prime mover adalah bahwa hingga saat ini Kota Tual sudah menjadi bagian dalam rute pelayaran kapal barang berskala nasional yang dioperasikan oleh beberapa perusahaan pelayaran. Rute-rute tersebut menyinggahi pelabuhan-pelabuhan berikut :

 Merauke, Tanjung Priok, Selayar, Donggala, Pantoloan, Kendari, Luwuk,

(6)

plywood, gencar, barang campuran, besi, hasil industri, hasil bumi, dan ternak.

 Tanjung Perak, Gresik, Kendari, Luwuk, Banggai, Sanana, Makassar,

Biringkasi, Toli-toli, Donggala, Bau-bau, Sorong, Fak-fak, Kupang, Waingapu, Jailolo, Kolonedale, Tual, Bitung, Tanjung Emas, Tanjung Priok, yang juga mengangkut semen, beras, gula, kopra, kayu, plywood, gencar, barang campuran, besi, hasil industri, hasil bumi, dan ternak.

 Pontianak, Kumai, Sampit, Tanjung Puting, Banjarmasin, Klanis, S.

Danau, Kintab, Batu Licin, Kota Baru, Serongga, Sepapah, Geronggang, Batu Besar, Balikpapan, Samarinda, Berau, Bontang, Tarakan, Palu, Makassar, Malili, Kendari, Bau-bau, Bula, Seram, Tual, Tanjung Buli, yang mengangkut batubara, alat berat, batu split, batu konstruksi, tiang pancang, pasir, klinker, dan semen.

 Lhokseumawe, Belawan, Kuala Tanjung, Dumai, Palembang, Pekanbaru,

Batam, Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun, Pulau Sambu, Natuna, Banjarmasin, Kota Baru, Balikpapan, Samarinda, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, Makassar, Palu, Ambon, Tual, Dobo untuk menunjang kegiatan pengangkutan BBM.

 Jambi, Palembang, Pekanbaru, Belawan, Batam, Tanjung Priok, Panjang,

Merak, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Cirebon, Pontianak, Samarinda, Pangkalan Bun, Bontang, Kumai, Melak, Palangkaraya, Batu Licin, Tanjung Uban, Ciwandan, Sampit, Berau, Tarakan, Makassar, Banjarmasin, Ambon, Tual untuk menarik tongkang yang mengangkut log, kayu chips, besi konstruksi, alat berat, ban, kaolin, kayu lapis, besi pelat, tiang pancang, kendaraan, batubara, batu split, dan pasir.

 Ternate, Sorong, Fak-fak, Biak, Ambon, Bitung, Larat, Tual, Merauke,

Tanjung Perak, Benoa, C. Bawang, Lombok, Banjarmasin, Batu Licin, Pontianak, Samarinda, Balikpapan, Kota Baru, Sanga-Sanga, Tarempa, Kintab, Muara Teweh, Tanjung Priok, Serui, Nabire, yang mengangkut gencar, beras, gula, semen, aspal, rotan, kopra, log, keramik, pulp, barang kelontong, dan minuman.

 Makassar, Banjarmasin, Ambon, Tual, Tanah Grogot, Belitung, S. Danau,

(7)

menarik tongkang yang mengangkut log, kayu chips, besi konstruksi, alat berat, ban, kaolin, kayu lapis, besi pelat, tiang pancang, kendaraan, batubara, batu split, dan pasir.

b. Membangun jaringan pelayaran transportasi laut berskala nasional dan internasional, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis di Kota Tual dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis di kawasan sekitarnya, terutama dalam konstelasi geografis Provinsi Maluku, belahan utara Kawasan Timur Indonesia, dan kawasan yang termasuk dalam KESR BIMP-EAGA dan AIDA.

c. Mengintegrasikan penyelenggaraan transportasi laut dengan penyelenggaraan transportasi darat dan transportasi udara secara efektif dan efisien, baik di level Kota Tual maupun lingkup wilayah yang lebih luas.

d. Membangun jaringan dan kerja sama di bidang transportasi laut dengan daerah-daerah lain di belahan utara KTI maupun kota-kota di negara tetangga yang berfungsi sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis.

3. Strategi penyelenggaraan transportasi udara :

a. Membangun jaringan transportasi udara yang menghubungkan Kota Tual dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis di kawasan sekitarnya, terutama dalam konstelasi geografis Provinsi Maluku, belahan utara Kawasan Timur Indonesia, dan kawasan KESR BIMP-EAGA dan AIDA, baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Mengintegrasikan penyelenggaraan transportasi udara dengan penyelenggaraan transportasi darat dan transportasi laut secara efektif dan efisien, baik di level Kota Tual maupun lingkup wilayah yang lebih luas.

c. Membangun jaringan dan kerja sama di bidang transportasi udara dengan daerah-daerah lain di belahan utara Kawasan Timur Indonesia maupun kota-kota di negara tetangga yang menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis.

(8)

Merujuk pada kebijakan dan strategi di atas, maka upaya pembangunan sektor transportasi di Kota Tual yang terintegrasi dengan sistem transportasi yang lebih luas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Upaya pembangunan transportasi darat antara lain :

 Optimasi pemeliharaan dan rehabilitasi jalan dan jembatan, terminal, dan

pelabuhan penyeberangan, terutama pada jalur-jalur strategis.

 Peningkatan dan pembangunan jalan dan jembatan baru di wilayah pulau-pulau

kecil, khususnya di Kecamatan Dullah Utara, Kecamatan Pulau-pulau Kur dan Kecamatan Tayando Tam.

 Pengembangan kapasitas dan pemulihan pelayanan angkutan umum perkotaan

dan perdesaan yang sesuai standar pelayanan minimal.

 Peningkatan aksesibilitas dan pengintegrasian angkutan darat ke dan dari pusat

produksi, pelabuhan laut, dan bandara.

 Pengembangan jaringan pelayanan penyeberangan dengan daerah-daerah lain

di Provinsi Maluku.

 Penyusunan dan penerapan standar keselamatan dan keamanan transportasi

darat (jalan, sungai, dan penyeberangan).

 Penyusunan dan penerapan standar kompetensi sumberdaya manusia di bidang

transportasi darat.

 Penyelenggaraan dan fasilitasi pendidikan dan pelatihan untuk peningkatan

kualitas sumberdaya manusia di sektor transportasi darat.

 Peningkatan pembiayaan pembangunan transportasi darat melalui APBN, APBD,

dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2003 tentang Percepatan Pembangunan Maluku dan Maluku Utara.

2. Upaya pembangunan transportasi laut antara lain :

 Penambahan dermaga/pelabuhan penyeberangan dan pembangunan

pelabuhan laut.

 Penambahan armada perintis dan angkutan penumpang kelas ekonomi

(9)

 Pemberian subsidi untuk armada perintis yang melayani pulau-pulau kecil di

wilayah Kota Tual dan sekitarnya.

 Peningkatan kapasitas prasarana transportasi laut seperti dermaga, gudang,

dan lapangan penumpukan peti kemas.

 Pengetatan pengecekan kelaikan laut, baik kapal maupun peralatan sarana

bantu navigasi pelayaran.

 Menambah jumlah stasiun radio pantai.

 Menyediakan kapal kenavigasian.

 Mendirikan stasiun vessel traffic services.

 Peningkatan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran laut sesuai

dengan standar IMO (International Maritime Organization) melalui penerapan

International Ships and Port facility Security (ISPS) Code.

 Pengembangan kerja sama di bidang transportasi laut dengan pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi dan bisnis dalam kerangka BIMP-EAGA dan AIDA.

 Penyusunan dan penerapan standar kompetensi sumberdaya manusia di

bidang transportasi laut.

 Penyelenggaraan dan fasilitasi pendidikan dan pelatihan untuk peningkatan

kualitas dan kompetensi sumberdaya manusia di sektor transportasi laut.

 Peningkatan pembiayaan pembangunan transportasi laut melalui APBN,

APBD, dana alokasi umum, dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2003 tentang Percepatan Pembangunan Maluku dan Maluku Utara, maupun bantuan atau kerja sama luar negeri.

3. Upaya pembangunan transportasi udara antara lain :

 Penambahan panjang landasan pacu (runway) bandara perintis Tual dari 800 meter menjadi 1.200 meter.

 Pengembangan rute penerbangan secara terjadwal ke berbagai pusat

pertumbuhan, baik secara langsung maupun melalui bandara-bandara lain di luar Kota Tual.

 Pengetatan pengecekan kelaikan udara baik pesawat maupun peralatan

(10)

 Peningkatan pengelolaan prasarana dan sarana transportasi udara di

bandara untuk mendapatkan sertifikat operasional bandara.

 Pengembangan kerja sama di bidang transportasi udara dengan pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi dan bisnis dalam kerangka BIMP-EAGA dan AIDA.

 Penyusunan dan penerapan standar kompetensi sumberdaya manusia di

bidang transportasi udara.

 Penyelenggaraan dan fasilitasi pendidikan dan pelatihan untuk peningkatan

kualitas dan kompetensi sumberdaya manusia di sektor transportasi udara.

 Peningkatan pembiayaan pembangunan transportasi laut melalui APBN,

Referensi

Dokumen terkait

Uji ANOVA dari masing-masing kelompok uji baik aktivitas dan kapasitas fagositosis dari variasi konsentrasi logaritma yang diberikan 0,1 – 1000 µg maupun terhadap kontrol (-)

Hal diatas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Pramudia (2006) dalam jurnal yang menyatakan bahwa, tujuan dari kegiatan orientasi peserta didik baru antara lain agar

Berdasarkan penjelasan di atas dan dengan melihat pentingnya pelanggan bagi kelangsungan usaha, maka yang menjadi msalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Mahzan Kusri selaku geuchik gampong Lam Ujong mengatakan bahwa kegiatan Simpan Pinjam Perempuan dibentuk pertama kali pada

• SDS init dikarang untuk membantu pembeli, pemproses atau mana-mana pihak ketiga yang mengendalikan kimia yang disebutkan di dalam SDS; malahannya, ia tidak

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas tersusunnya tulisan yang berjudul Pelaksanaan dan Pe- nerimaan Program Keluarga Berencana Pada Masyarakat

2.5.6 Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0-28 hari (KN Lengkap) Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan

Karena disana pun ada yang berdakwah kepada Allah dan menyeru kepada Aqidah ini, akan tetapi itu adalah perjuangan perorangan, berbeda dengan perjuangan disini