• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA PEMASARAN MELALUI KEUNGGULAN BERSAING DAN PERAN TRIPLE HELIX INDUSTRI PARIWISATA DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KINERJA PEMASARAN MELALUI KEUNGGULAN BERSAING DAN PERAN TRIPLE HELIX INDUSTRI PARIWISATA DI SURABAYA."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Untuk Menyusun S-1 Program Studi Manajemen

NOVAL SETIAWAN

0912015016/FE/EM

Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Jawa Timur

(2)

PARIWISATA DI SURABAYA

Yang diajukan

NOVAL SETIAWAN

0912015016/FE/EM

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

Dr s. Ec.Gendut Sukarno. Ms Tanggal :

NIP. 195907011987031001

Dosen Pendamping

Ugy Soebiantoro, SE.,MM

NIP. 367089600581

Mengetahui

Ketua Program StudiManajemen

Dr.Muhadjir Anwar,MM

(3)

PARIWISATA DI SURABAYA

Yang diajukan

NOVAL SETIAWAN

0912015016/FE/EM

Telah Diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi :

Pembimbing Utama

Dr s. Ec.Gendut Sukarno. Ms Tanggal :

NIP. 195907011987031001

Dosen Pendamping

Ugy Soebiantoro, SE.,MM

NIP. 367089600581

Mengetahui

Ketua Program StudiManajemen

(4)

Yang diajukan

NOVAL SETIAWAN

0912015016/FE/EM

Di setujui untuk Ujian Lisan Oleh

Pembimbing Utama

Dr s. Ec.Gendut Sukarno. Ms Tanggal :

NIP. 195907011987031001

Dosen Pendamping

Ugy Soebiantoro, SE.,MM

NIP. 367089600581

Mengetahui

WakilDekan I

Dr s. Rahman A. Suwaidi, MS

(5)

PARIWISATADI SURABAYA

Disusun Oleh :

NOVAL SETIAWAN

0912015016/FE/EM

Telah diper taha nkan dihada pan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi pr ogr am Study Ma najemen Fakultas Ekonomi Univer sitas Pembangunan

Nasiona l “Veteran” J awa Timur pada tanggal : 13 juni 2013

Pembimbing

Tim Penguji :

Ketua

Dr s. Ec. Gendut Sukar no, MS

Dr s. Ec. Gendut Sukar no, MS

Sekr etar is

Sugeng Pur wanto,SE.MM

Anggota

Dr . Ec. Her r y Pudjo P, MM

Mengeta hui, Dekan Fa kulta s Ekonomi

Univer sita s PembangunanNasional “Veter an” J a waTimur

(6)

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas berkat dan rahmatnya, penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul, “ Analisis Kinerja Pemasaran

Melalui Keunggulan Bersaing dan Peran Triple Helix Industri Pariwisata di

Surabaya”.Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dengan selesainya penulisan Skripsi ini, penulis

sangat berterima kasih atas segala bantuan dan fasilitas dari berbagai pihak yang

diberikan kepada penulis guna mendukung penyelesaian Skripsi ini. Maka

dikesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar - besarnya kepada

yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional“Veteran” Jawa Timur Surabaya.

2. Bapak DR. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional"Veteran" Jawa Timur Surabaya.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar,MM,selaku Ketua Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonmi Universitas Pembangunan Nasional"Veteran" Jawa

Timur Surabaya.

4. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno. Ms, selaku dosen pembimbing yang

(7)

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.

6. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan semangat agar segera

terselesaikan skripsi saya, mendoa kan saya agar saya menjadi manusia

yang berguna bagi bangsa dan Negara juga berguna dikalangan

masyrakat..

7. Untuk Sahabatku Sii-Byan dan semua teman-teman upn terima kasih telah

membantu jalannya skripsi, yang tulus menyediakan waktu,tenaga dan

pikiran untuk membantu saya.

Semoga Allah Melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah

nmemberikan bantuan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. Mengingat

keterbatasan akan pengetahuan dan kemampuan yang ada, penulis menyadarai

bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

sangat mengharapakan adanya kritik dan saran yang membangun guna

menyempurnakan penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga penelitian ini

bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan, terutama buat adik-adik ku di

Program Studi Manajemen

Wassalam,

Surabaya, Juni 2013

Penulis

(8)

Halaman Judul ... i

Pengesahan Skripsi ... ii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

Bab I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

Bab II TELAAH PUSTAKA 2.1.Penelitian Terdahulu ... 8

2.2.Landasn Teori ... 11

2.2.1 Kepariwisataan ... 11

(9)

2.3.Pengaruh keunggulan bersaing dan Triple Helix ... 42

2.4.Kerangka Konseptual ... 46

2.5.Hipotesis ... 46

Bab III METODE PENELITIAN 3.1.Definisi Operasional Variabel ... 47

3.2.Pengukuran Variabel ... 53

3.3.Teknik Penentuan Sampel ... 53

3.4.Teknik Penentuan Data ... 55

3.5.Teknik Pengumpulan Data ... 56

3.6.Teknik Analisis Data ... 56

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 61

4.1.1 Gambaran Umum Industri Pariwisata ... 61

4.2 Penyebaran Kuesioner ... 78

4.3 Deskripsi Karakteristik Responden ... 78

4.3.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 78

4.3.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... 79

(10)

4.4.3 Jawaban Responden Mengenai Kinerja Pemasaran ... 87

4.5 Analisis Model PLS ... 88

4.5.1 Evaluasi Outlier ... 89

4.5.2 Uji Validitas ... 91

4.5.2.1 Pengujian Model Pengukuran ... 91

4.5.2.2 Discriminant Validity ... 95

4.5.2.3 Uji Reliability ... 96

4,5,2,4 Evaluasi Pengujian Strutural Model ... 97

4.5.2.5 Uji Kausalitas ... 99

4.6 Pembahasan ... 100

4.6.1 Pengaruh Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja Pemasaran ... 100

4.6.2 Pengaruh Triple Helix Terhadap Kinerja Pemasaran ... 101

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN 5,1 Kesimpulan ... 103

5.2 Saran ... 103

(11)

Noval Setiawan

ABSTRAK

Penelitian ini berfokus pada Kinerja Pemasaran Industri Pariwisata di Surabaya. Alasan pemilihan Industri Pariwisata yang ada di Surabaya ini karena Surabaya Merupakan Kota kedua yang memiliki jumlah penduduk terbanyak setelah kota Jakarta dan Industri Pariwisata merupakan salah satu visit suatu daerah melalui wisatawan atau pengunjung, Industri Pariwisata juga memberikan peluang pada para usaha kecil yang berada di sekitar kawasan wisata. Pada Dasarnya penelitian ini mengkaitkan keunggulan bersaing dan peran Triple Helix di dalam meningkatkan kinerja pemasaran Industri Pariwisata yang bertujuan dapat meningkatkan kinerja Pemasaran Industri Pariwisata yang unggul serta dapat menarik para wisatawan berkunjung di Industri Pariwisata di Surabaya.

Kinerja Pemasaran Industri Pariwisata yang digunakan antara industri pariwisata satu dengan yang lain memang berbeda, Hal Ini dikarenakan pelaksanaan suatu kinerja pemasaran harus disesuaikan dengan kondisi dan tujuan yang ingin dicapai industri pariwisata tersebut. Di dalam kinerja pemasaran industri pariwisata berhubungan dengan keunggulan bersaing dan triple helix. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keunggulan bersaing dan Peran Triple Helix terhadap Kinerja Pemasaran Industri Pariwisata.

Populasi dalam penelitian ini adalah para pengelola dan pemilik Industri Pariwisata di Surabaya. Pengambilan sampel menggunakan teknik resampling dengan Bootestrapping dengan jumlah sampel sebesar 30 responden. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner hasil jawaban responden. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah Partial Least Square (PLS)

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa 1) Keunggulan Bersaing mempengaruhi Kinerja Pemasaran Industri Pariwisata di Surabaya .2) Peran Triple Helix tidak mempengaruhi Kinerja Pemasaran di Surabaya

Keywords:Keunggulan Bersaing , peran Triple Helix dan Kinerja Pemasaran

(12)

1.1.Latar belakang

Globalisasi yang berdampak pada perkembangan di bidang teknologi dan

sarana informasi komunikasi ini memengaruhi pola pikir masyarakat pada suatu

negara, sehingga dapat memicu terjadinya migrasi penduduk negara tersebut.

Hadirnya migrasi yang semakin berkembang pesat di era globalisasi ini

menunjukkan bahwa mobilitas penduduk yang terjadi pun kian berkembang pesat

pula. Mobilitas yang terjadi tidaklah selalu bersifat permanen mengingat

masyarakat melakukan perjalanannya tidak selalu bersifat permanen. Contoh dari

migrasi yang bersifat tidak permanen adalah perjalanan yang dilakukan oleh para

turis/wisatawan.(Saskia Sassen,1998, hlm. 5-30)

Salah satu produk jasa yang diproduksi untuk berorientasi ke pasar global

adalah pariwisata. Pariwisata memiliki porsi yang besar.Hal ini dikarenakan pada

dasarnya kinerja pemasaran industri pariwisata terjadi melalui keunggulan

bersaing dan peran Triple Helix dalam hal produk (barang dan jasa). Sedangkan

yang terjadi pada sektor pariwisata adalah hal yang tidak jauh berbeda.

Persaingan industri pariwisata yang begitu ketat, perkembangan teknologi

dan perubahan selera wisatawan dapat mengakibatkan wisatawan berpindah dari

satu pariwisata ke pariwisata lain. Pariwisata harus mempunyai kemampuan

dalam mengembangkan pilihan strategik supaya dapat beradaptasi dengan

(13)

Pariwisata merupakan praktek globalisasi (yang memiliki ciri menjangkau

wilayah lain, produk-produk dan informasi, mendorong terjadinya perdagangan

internasional, perjalanan dan komunikasi) pariwisata juga memiliki ciri khas

tersebut.

Tabel 1.1 Data Pengunjung Wisatawan tahun 2008 – 2011 di Surabaya

Tahun Jumlah Wisatawan

2008 48,417

2009 136,539

2010 116,829

2011 83,27

Sumber : Laporan Jumlah Wisatawan Mancanegara / Wisatawan Nusantara di Kota Surabaya tahun 2008 - 2010. Arsip Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surabaya

Berkenaan dengan fenomena data diatas terdapat penurunan jumlah

wisatawan mancanegara yang datang pada Kota Surabaya khususnya. Pada tahun

2008 terdapat 48,417 wisatawan mancanegara yang datang ke Surabaya.

Sedangkan pada tahun 2009 jumlah tersebut meningkat menjadi 136,539

wisatawan, 116,829 wisatawan pada tahun 2010 dan 83,247 pada tahun 2011.

Sebagai respon terhadap semakin menurunnya jumlah wisatawan ke Kota

Surabaya, pemerintah Surabaya kian mengembangkan potensi industri pariwisata

dalam bidangnya. Dengan Upaya memperbaiki kinerja pemasarannya melalui

keunggulan bersaing dan peran Triple Helix. Namun, beberapa obyek wisata

masih tampak kotor, tidak terawat dan melakukan kinerja pemasarannya

(14)

di jalan protokol di Kota Surabaya, seperti halnya yang terjadi di Bali atau

Jogjakarta.

Oleh sebab itu, kinerja pemasaran industri pariwisata harus dikelola secara

sistematis sehingga dapat menghasilkan yang benar-benar dapat dihargai oleh

para pelanggan atau wisatawan (Ferdinand, 2000, p.4-5).

Pada dasarnya setiap pariwisata yang bersaing dalam suatu lingkungan

industri mempunyai keinginan untuk dapat lebih unggul dibandingkan

pesaingnya. Umumnya pariwisata menerapkan strategi bersaing ini secara

eksplisit melalui kegiatan–kegiatan dari berbagai departemen fungsional

pariwisata. Pemikiran dasar dari penciptaan strategi bersaing berawal dari

pengembangan formula umum mengenai bagaimana bisnis akan dikembangkan,

apakah sebenarnya yang menjadi tujuannya dan kebijakan apa yang akan

diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Porter (1990, p.3) menjelaskan bahwa

keunggulan bersaing adalah jantung kinerja pemasaran untuk menghadapi

persaingan. Keunggulan bersaing diartikan sebagai strategi benefit dari

perusahaan yang melakukan kerjasama untuk menciptakan keunggulan bersaing

yang lebih efektif. Strategi ini harus didesain untuk mewujudkan keunggulan

bersaing yang terus menerus sehingga pariwisata dapat mendominasi baik dipasar

lama maupun pasar baru. Keunggulan bersaing pada dasarnya tumbuh dari nilai–

nilai atau manfaat yang diciptakan oleh pariwisata bagai para wisatawan.

Wisatawan umumnya lebih memilih membeli pariwisata yang memiliki nilai lebih

dari yang diinginkan atau diharapkannya. Namun demikian nilai tersebut juga

(15)

pariwisata akan terjadi jika pelanggan menganggap harga produk sesuai dengan

nilai yang ditawarkannya. Hal ini didukung oleh pendapat Styagraha ( 1994, p.14

) yang menyatakan bahwa keunggulan bersaing adalah kemampuan suatu badan

usaha untuk memberikan nilai lebih terhadap produknya dibandingkan para

pesaingnya dan nilai tersebut memang mendatangkan manfaat bagi pelanggan.

Di dalam pariwisata Triple Helix membawa dampak positif dalam

pengembangan kinerja pemasaran pariwisata Kota Surabaya di Indonesia. Triple

Helix melakukan pengembangan-pengembangan tertentu, terutama pada kinerja

pemasaran industri pariwisatanya. Dimana Triple Helix yang terdiri dari

Intellectuals (Intelektual), Business (Bisnis), dan Government (Pemerintah)

sebagai para aktor utama penggerak industri (Etzkowitz and Leydesdorff, 1995,

p.15). Intellectual, kaum intelektual yang berada pada institusi pendidikan formal,

informal dan non formal yang berperan sebagai pendorong lahirnya ilmu dan ide

yang merupakan sumber kreativitas dan lahirnya potensi kreativitas insan

Indonesia. Dalam hal ini, setiap usaha di suatu daerah memiliki satu konsultan

dari mahasiswa dan dua pendamping lapang yang juga berasal dari mahasiswa.

Sedangkan Triple Helix yang ke dua yaitu Business, pelaku usaha yang

mampu mentransformasi kreativitas menjadi bernilai ekonomis. berperan dalam

fungsi pelaksanaan dalam hal etika bisnis dan coorporate responbility. Dan Triple

Helix yang terakhir Government, pemerintah selaku fasilitator dan regulator agar

industri pariwisata dapat tumbuh dan berkembang. berperan dalam fungsi

pengembangan pemberdayaan masyarakat.

(16)

formulasi fungsional yang dapat dipergunakan oleh negara-negara berkembang

berhaluan demokratik, dalam menciptakan akses kepartisipasian lebih luas bagi

masyarakat luas agar bisa menciptakan pelbagai transformasi yang mereka

bersama inginkan. Meningkatkan fungsi demokrasi bagi dinamika ekonomi ini,

segala sesuatunya bermula dari penguatan relasi akademik/lembaga riset - bisnis -

dan pemerintah.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka diperlukan adanya perhatian khusus

dari berbagai pihak untuk pemberdayaan dan pengembangan pariwisata di

Surabaya. Keunggulan bersaing dan peran Triple Helix akan berpengaruh

terhadap kinerja pemasaran industri pariwisata di Surabaya. Hal ini dikarenakan

Surabaya sebagai daerah tujuan wisata semakin pesat dan meluas khususnya jenis

wisata belanja, kuliner, alam, seni, budaya dan sejarah. Tempat pariwisata di

Surabaya diantaranya adalah kebun binatang Surabaya, wisata mangrove,

jembatan suramadu, yaman bungkul, gedung grahadi, ciputra waterpark,

pelabuhan tanjung perak, masjid ampel, pantai ria kenjeran, pelabuhan kalimas,

monumen kapal selam, monumen tugu pahlawan, monumen bambu runcing,

monumrn jalesveva jayamahe, dan monumrn gubernur suryo. Dari data-data yang

peneliti dapatkan, mengenai penurunan wisatawan mancanegara terhadap industri

pariwisata.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa Kota Surabaya

mempunyai ciri khas dalam keungunggulan bersaing. Kota Surabaya tidak hanya

mengandalkan itu saja, namun peran Triple Helix juga untuk meningkatkan

(17)

akan meningkat hal ini sebagai wujud masuknya arus globalisasi, bahkan lebih

jauh Kota Surabaya melakukan reaksi dan strategi untuk mengembangkan sektor

industri pariwisata yang unggul.

1.2. Perumusan Masalah

Berpijak pada latar belakang diatas maka perumusan masalah yang

ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah keunggulan bersaing berpengaruh terhadap

kinerja pemasaran industri pariwisata kota Surabaya?

2. Apakah Triple Helix berpengaruh terhadap kinerja

pemasaran industri pariwisata kota Surabaya

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki

beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui keunggulan bersaing terhadap kinerja

pemasaran industri pariwisata kota Surabaya.

2. Untuk mengetahui pengaruh Triple Helix terhadap kinerja

(18)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

I. Bagi Universitas

Memberikan sumbangan informasi pihak lain untuk

melakukan penelitian lebih lanjut dan dapat menambah

kepustakaan sebagai informasi bahan pembanding bagi

penelitian lain serta sebagai wujud Darma Bakti kepada

perguruan tinggi UPN “Veteran” Jatim pada umumnya dan

Fakultas Ekonomi pada khususnya.

II. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi

pemerintah Kota Surabaya dalam melakukan pertumbuhan

pemasaran dan pengembangan industri pariwisata di

Surabaya.

III. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat dipergunakan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan atau perluasan pandangan tentang pelajaran

yang didapat dari bangku kuliah dan memperdalam

pengetahuan terutama dalam bidang yang dikaji serta

(19)

2.1Penelitihan Terdahulu

Dalam subbab ini dilakukan penelusuran terhadap beberapa pustaka,

seperti: buku-buku, jurnal-jurnal, dan hasil-hasil penelitian terdahulu. Hal ini

sangat penting dilakukan karena dari penelusuran pustaka tersebut dapat diperoleh

inspirasi yang dapat mempertajam konsep dan teori, serta dapat menambah

wawasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

Selain itu, penjelajahan pustaka juga dimaksudkan untuk menunjukkan perbedaan

substansial penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu sehingga dapat

dibuktikan originalitasnya, kemudian pada gilirannya penelitian ini signifikan.

untuk dilakukan. Selanjutnya, berkaitan dengan kajian pustaka, beberapa

pustaka yang telah ditelusuri dijelaskan di bawah ini.

• Ginanjar Suendro (2011). ”Analisis Inovasi dan Keunggulan Bersaing

Melalui Kinerja Pemasaran”

Penelitian ini menganalisis faktor‐faktor yang mempengaruhi

industri pariwisata sebagai upaya mempengaruhi kinerja pemasaran untuk

peningkatan keunggulan bersaing berkelanjutan. Permasalahan riset

bersumberpada 2 (dua) hal yaitu pertama adalah researchgap dari Baker

dan sinkula (1999)dengan han et al. (1998). Permasalahan kedua

bersumber dari researchproblem yaitu kurangnya inovasi produk (dari pra

(20)

ini, yaitu untuk mengetahui faktor‐faktor yang mempengaruhi inovasi

produk industri pariwisata yang nantinya mempengaruhi kinerja

pemasaran dan akhirnya pada terbentuknya keunggulan bersaing

berkelanjutan. Dalam penelitian ini dikembangkan suatu model teoritis

dengan mengajukan enam hipotesis yang akan diuji dengan menggunakan

Structural Equation Model (SEM) dengan menggunakan software AMOS

16. Responden yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari

responden pengusaha batik berjumlah 114 responden.Hasil dari

pengolahan data SEM untuk model penuh telah memenuhi kriteria

goodnessoffit sebagai berikut, nilai chisquare=170,190; probability =

0,067; GFI = 0,862; AGFI = 0,817; CFI = 0,979;TLI = 0,975; RMSEA=

0,040; CMIN/DF= 1,182.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model

ini layak untuk digunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

inovasi produk industri pariwisata dapat ditingkat kandengan

meningkatkan orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan koordinasi lintas

fungsi. Selanjutnya, keunggulan bersaing yang semakin tinggi akan

mempengaruhi kinerja pemasaran.

• Nunung Isnaini Dwi Ningsih (2012).”Analisis Triple Helix DalamModel

Penerapan Green IT di Perguruan Tinggi Islam”

Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan sebuah model

penerapan Green IT di perguruan tinggi Islam dengan berdasarkan pada

latar belakang adanya konsep sustainability menurut konsep Islam dan

(21)

kajian pustaka dengan langkah-langkah melakukan kajian literatur,

analisis framework dan model rujukan. Framework dan model rujukan

yang digunakan adalah framework Connection Research – RMIT Green

ICT dan model interaksi Triple Helix. Hasil analisis framework kemudian

dimodifikasi sehingga terbentuk sebuah model penerapan Green IT

khususnya untuk perguruan tinggi Islam. Model yang diusulkan

merupakan model awal yang masih perlu dikaji lebih lanjut. Pada dasarnya

model ini menginginkan pada setiap pelaksanaannya harus dikontrol

dengan nilai-nilai keislaman.Hasil penelitian : menunjukkan bahwa

mahasiswa berpengaruh positif dan signifikan terhadap Sustainability,

Green It, Triple Helix

• Puja Astawa (2010). “Pola Pengembang Kinerja Pemasran Pariwisata

Pada Model Triple Helix di Wilayah Bali Tengah”

Penelitian ini menyatakan bahwa berdasarkan profil wilayah Bali

Tengah yang pada dasarnya mencerminkan satu kesatuan sosial budaya

dan lingkungan agraris, maka ditetapkan “Pariwisata Subak” sebagai

model hipotetik bagi pengembangan pariwisata yang berbasiskan potensi

sosial budaya dan ekologi pertanian yang dalam pengelolaannya

mengutamakan peran serta masyarakat setempat sehingga mampu

memberikan manfaat kesejahteraan bagi masyarakat serta pelestarian

budaya dan lingkungan setempat. Jenis – jenis potensi yang dapat

dikembangkan sebagai daya tarik atau objek wisata meliputi : (1) potensi

(22)

mata air dan pegunungan; (2) potensi sosial budaya dari berbagai aspek

kehidupan budaya petani masyarakat pedesaan; (3) revitalisasi dan

konservasi kebudayaan lokal, yang ditandai dengan dibangkitkannya

kembali berbagai jenis tradisi yang belakangan ini semakin terancam

keadaannya, serta semakin mantap dan terpeliharanya keberadaan lembaga

subak yang sangat penting artinya bagi ketahanan pangan dan pelestarian

lingkungan setempat; (4) meningkatkan perhatian dan kepedulian

masyarakat terhadap pemeliharaan dan penyelamatan peninggalan budaya

masa lalu; (5) pengelolaan pariwisata subak dilakukan melalui

kerjasama terpadu antara masyarakat sebagai pemegang peran sentral,

pengusaha pariwisata sebagai mitra usaha dan pemerintah sebagai

fasilitator dan sekaligus sebagai control terhadap pengembangan

pariwisata setempat. Hasil penelitian : menunjukkan bahwa pemerintah

dan pengusaha ( Triple Helix) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja pemasaran industri pariwisata.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Kepariwisataan

2.2.1.1. Pengertian Kepariwisataan

Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

penyelenggaraan pariwisata (Yoeti, 1997, p.194). Wisata merupakan suatu

kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan

secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya

(23)

berwisata.

v Pengembangan Pariwisata

Suatau obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut

diminati pengunjung, yaitu:

a. Something to see adalah obyek wisata tersebut mempunyai sesuatu

yang bisa dilihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata.

Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik

khususnya yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk

berkunjung di obyek tersebut.

b. Something to do adalah agar wisatawan yang melalukan pariwwisata di

sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan

perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena

bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat

tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah tinggal di

sana

c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang

pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut,

sehingga bisa dijadikan sebagai olleh-oleh. (Yoeti,1985, p.1964)

Dalam pengembangan pariwisata perlu di tingkatkan langkah-langkah

yang terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja

dan perencanaan pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling

(24)

Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek

wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan

dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut. Karenasarana dan prasarana

juga sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata.

Menurut Yoeti dalam bukunya Pengantar Ilmu Pariwisata (1985, p.181),

mengatakan: “Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang

memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang

sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan

wisatawan yang beraneka ragam”. Prasarana tersebut antara lain :

1. Perhubungan : jalan raya, relkereta api, pelabuhanudara dan laut,

terminal.

2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

3. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televise, kantor

pos.

4. Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.

5. Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek wisata

maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar obyek

wisata.

6. Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor

pemandu wisata.

7. Pom bensin dan lain-lain. (Yoeti, 1984, p.183)

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan

(25)

hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan (Yoeti,

1984,p.184), Sarana kepariwisataan tersebut adalah :

1) Perusahaan akomodasi : hotel, losmen, bungalow.

2) Perusahaan transportasi : pengangkutan udara, laut atau kereta api

dan bus-bus yang melayani khusus pariwisata saja.

3) Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada

di sekitar obyek wisata dan memang mencari mata pencaharian

berdasarkan pengunjung dari obyek wisata tersebut.

4) Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata tersebut

yang notabenemen dapat penghasilan hanya dari penjualan

barang-barang cinderamata khas obyek tersebut. Dan lain-lain. (Yoeti,

1985, p.185-186)

Dalam pengembangan sebuah obyek wisata sarana dan prasarana

tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu obyek

wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk

melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak pengunjung yang

kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas

di sekitar obyek wisata tersebut maupun pemerintah daerah.

Industri pariwisata adalah kumpulan dari bermacam-macam

perusahaan yang secara bersama-sama menghasilakan barang dan jasa

(goods and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan

travel pada umumnya (Yoeti, 1996:172). Sedangkan menurut R. S.

(26)

macam bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan

produk-produk maupun jasa / pelayanan atau service, yang nantinya baik secara

langsung maupun secara tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan

selama perlawatannya.

Pengertian industri pariwisata akan lebih jelas bila kita

mempelajari dari jasa atau produk yang dihasilkan atau pelayanan yang

diharapkan wisatawan dimana ia sedang dalam perjalanan atau

perawatannya. Industri pariwisata mulai dikenal di indonesia setelah

dikeluarkan instruksi Presiden RI No. 9 tahun 1969, di mana dalam Bab II

pasal 3 disebutkan : Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia

bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian

dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan

masyarakat dan negara.

Sesuai dengan instruksi Presiden tersebut dikatakan bahwa tujuan

pengembangan pariwisata di Indonesia adalah:

1. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan

pendapatan negara pada umumnya, perluasan kesempatan serta

lapangan kerja dan mendorong kegiatan-kegiatan industri

sampingan lainnya.

2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan

(27)

3. Meningkatkan persaudaraan / persahabatan nasional dan

internasional.

Dengan pernyataan tersebut, jelaslah bahwa usaha-usaha yang

berhub ungan dengan kepariwisataan merupakan usaha yang bersifat

Comercial. Hal tersebut dapat dilihat dari betapa banyaknya jasa yang

diperlukan oleh wisatawan jika melakukan perjalanan wisata semenjak ia

berangkat dari rumahnya hingga kembali ke rumahnya tersebut. Jasa yang

diperoleh tidak hanya oleh satu perusahaan yang berbeda fungsi dalam

proses pemberian pelayanannya.

2.2.1.2Perencanaan Pengembangan Pariwisata.

Perencanaan menurut Sukarsa (1999) adalah proses

mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Perencanaan merupakan alat untuk

mencapai tujuan, untuk itu dapat berubah-ubah menurut tempat, waktu

dan keadaan. Dalam pembangunan pariwisata suatu perencanaan yang

baik sangat diperlukan sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal sesuai

tujuan yang dimaksud. Perencanaan pariwisata merupakan proses

pembuatan keputusan yang berkaitan dengan masa depan suatu destinasi

atau atraksi wisata. Menurut Mill (2000) bila tidak ada perencanaan pada

suatu tempat wisata dapat berakibat negative pada tempat tersebut. Akibat

tersebut dapat berupa; (1) kerusakan atau perubahan permanen lingkungan

(28)

budaya dan sumber-sumber alam; (3) terlalu banyak orang dan kemacetan;

(4) adanya pencemaran; dan (5) masalah-masalah lalu lintas. Dalam

perencanaan suatu destinasi maupun atraksi keterlibatan masyarakat

sangatlah penting seperti dinyatakan oleh Porritti (1998) bahwa

masyarakat punya hak dalam perencanaan, demikian pula Timoty (2003)

menyatakan bahwa masyarakat lokal lebih tahu apa yang boleh dilakukan

dan apa yang tidak sesuai dengan kondisi lokal (dalam Smith dan Robison,

2006) Dengan perencanaan pariwisata yang baik dan terpadu dapat

memberikan manfaat (Paturusi, 2008) seperti: (1) dapat menjadi arahan

dan pedoman baik pemerintah maupun swasta dalam pengembangan

pariwisata karena kegiatan ini merupakan suatu kegiatan ekonomi yang

relative baru; (2) kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang sangat

komplek, multi sektor yang melibatkan berbagai bidang, maka untuk

memadukan unsur-unsur tersebut diperlukan perencanaan dan koordinasi;

(3) dapat mendatangkan keuntungan ekonomi yang optimal; (4) dapat

digunaan untuk memilih unsur mana saja dari budaya yang dapat

dikomersialkan dan mana yang tidak.; (5) dalam membangun fasilitas

pariwisata dan berbagai sektor ikutannya dapat ditentukan daya dukung

lahan optimal yang dapat menjaga kelestarian lingkungan; (6) untuk

mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan ; (7) meminimalkan

hal-hal yang kurang menguntungkan bagi pengembangan pariwisata; 8)

menyiapkan sumber daya manusia; (9) sebagai dasar dan acuan

(29)

untuk mengantisipasi perkembangan dimasa yang akan datang dan juga

sebagai dasar untuk mengadakan revitalisasi kawasan serta; (11) dapat

meningkatkan kunjungan wisatawan, yang akan berimplikasi pada

peningkatan devisa negara tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan

dan sosial budaya masyarakat.

Di dalam merencanakan pengembangan pariwisata dikenal

beberapa hirarki dimana fokus perencanaan pada tiap tingkat hirarki tidak

sama. Perencanaan di tingkat umum memberikan kerangka dan arahan

bagi perencanaan hirarki di bawahnya, dan demikian seterusnya

(Gunawan, 1993dalam Paturusi,2008).

2.2.2 Kinerja Pemasaran

2.2.2.1 Pengertian Kiner ja Pemasaran

Pemasaran menurut William J. Stanton (1984) adalah suatu sistem

keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk

merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan

barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang

ada maupun pembeli potensial.

Sementara itu, menurut Kotler (2002), konsep pemasaran

memberikan ketegasan bahwa kunci mencapai tujuan organisasional yang

ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif bila

dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan

(30)

Pemasaran harus bertitik tolak dari kebutuhan dan keinginan

konsumen dengan memperkirakan sekaligus menentukan kebutuhan dan

keinginan konsumen serta penyerahan barang dan jasa yang memuaskan

secara efektif dan efisien. Pada era global yang sangat kompetitif

pemasaran diibaratkan sebagai denyut jantung bagi kelangsungan

perusahaan. Perusahaan tidak hanya dituntut untuk memperlihatkan berapa

banyaknya barang yang bisa diproduksi dan kemudian memproduksinya.

Agar bisa bertahan di dalam pasar yang peka terhadap perubahan dalam

persaingan yang sangat ketat, sebuah perusahaan pertama-tama

menentukan “apa yang bisa dijual, berapa banyak yang bisa dijual, dan

strategi apa yang harus didayagunakan untuk memikat konsumen”. Kotler

dan Armstrong (2004) menyatakan: “Pemasaran adalah sebuah proses

sosial dan manajerial, yang dengannya individu-individu dan

kelompok-kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan mereka inginkan,

dengan menciptakan dan saling mempertukarkan produk-produk dan nilai

satu sama lain”.

Boyd, Walker, dan Larreche (2000 ) menyatakan:

“Pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan

kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan

mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui

pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan

(31)

Untuk mencapai tujuan pemasaran sebagaimana konsepsi

pemasaran di atas, terlebih dahulu harus dirumuskan ke dalam strategi

perusahaan. Adapun strategi didefinisikan sebagai rencana yang disatukan,

menyeluruh dan terpadu, dan mengaitkan keunggulan strategi perusahaan

dengan tantangan dan lingkungan (Jauch dan Glueck,1998).

Strategi pemasaran terdiri atas lima elemen yang saling terkait.

Kelima elemen tersebut menurut Corey (dalam Tjiptono, 1997) sebagai

berikut:

1. Penelitian pasar.

Penelitian pasar adalah memiliki pasar yang akan dilayani.

Keputusan ini didasarkan atas faktor-faktor persepsi terhadap

fungsi produk dan pengelompokan teknologi yang dapat diprediksi

dan dinominasi, keterbatasan sumber daya internal yang

mendorong perlunya pemusatan (fokus) yang lebih sempit.

Pengalaman kumulatif yang didasarkan pada trial and error di

dalam menggapai peluang dan tantangan kemampuan kursus yang

berasal dari akses terhadap sumber daya langka atau pasar yang

terproteksi. Penelitian pasar dimulai dengan melakukan segmentasi

pasar dan kemudian memilih pasar sasaran yang paling

memungkinkan untuk dilayani oleh perusahaan.

(32)

2. Perencanaan produk.

Perencanaan produk meliputi produk spesifik yang dijual,

pembentukan diri produk dan desain penawaran individual pada

tiap-tiap diri, produk itu sendiri, menawarkan manfaat total yang

dapat diperoleh pelanggan dengan melakukan pembelian. Manfaat

tersebut meliputi produk itu sendiri, nama merek produk,

ketersediaan produk, jaminan dan garansi, jasa reparasi dan bantu

teknis yang disediakan penjualan, serta hubungan personal yang

mungkin terbentuk di antara pembeli dan penjual.

3. Penetapan harga.

Penetapan harga adalah menentukan harga yang dapat

mencerminkan nilai kuantitatif produk kepada pelanggan.

4. Sistem distribusi.

Sistem distribusi adalah saluran pedagang grosir dan eceran

yang melalui produk hingga mencapai konsumen akhir yang

membeli dan menggunakannya.

5. Komunikasi pemasaran (promosi).

Komunikasi pemasaran (promosi) meliputi periklanan,

personal selling, promosi penjualan, direct marketing, dan public

(33)

Sebaliknya, menurut Kotler (1997) strategi pemasaran adalah

“sejumlah tindakan yang terintegrasi yang diarahkan untuk mencapai

keuntungan kompetitif berkelanjutan”. Dalam konsep pemasaran, volume

penjualan yang menguntungkan memang menjadi tujuannya, tetapi laba

yang didapat dari volume penjualan itu harus diperoleh melalui kepuasan

konsumen (Kotler, 2002).

Menurut Peter Drucker (dalam Agustinus, 1995), mengusulkan

lima kriteria untuk penentuan standar pengukuran kinerja perusahaan,

yaitu

a. Posisi pasar.

Penilaian yang nyata terhadap keberhasilan perusahaan

adalah mengukur posisi pangsa pasarnya dibandingkan

dengan para pesaing. Apakah pangsa pasar telah meningkat

atau cenderung menurun?

b. Kinerja inovasi (divisi riset dan pengembangan).

Bagaimana urutan pengeluaran riset dan pengembangan

(sebagai persentase penjualan) dalam industri?

c. Produktivitas.

Kinerja ini berhubungan dengan “nilai tambah” out-put.

Penjualan per karyawan merupakan salah satu ukuran

(34)

d. Likuiditas dan aliran kas (cash flow).

Kriteria aliran kas biasanya lebih baik daripada masalah

keuntungan.

e. Keuntungan / kemampu labaan.

Kriteria ini akan mengukur:

a) Apakah marjin keuntungan meningkat atau

menurun.

b) Menghitung dan mengukur hasil kinerja yang telah

dicapai.

c) Membandingkan antara standar dengan hasil yang

dicapai dan jika melampaui batas toleransi, harus

dianalisa penyebab-penyebabnya.

d) Mengambil tindakan perbaikan jika diperlukan.

2.2.2.2Konsep Pengukur Kinerja Pemasaran

Berpedoman pada Voss dan Voss (2000) dan Kotler (2002) dapat

dikemukakan bahwa tiga indikator kinerja pemasaran yaitu pertumbuhan

pelanggan, tingkat pertumbuhan penjualan, dan jangkauan wilayah

pemasaran. Pertimbangannya bahwa ukuran ini mencerminkan ukuran yang

lebih sesuai dan adil bagi usaha kecil, semakin tinggi pertumbuhan penjualan,

pertumbuhan pelanggan, dan pertumbuhan profit menunjukkan bahwa kinerja

pemasaran menjadi lebih baik.

(35)

pemasaran suatu produk (Permadi,1998). Kinerja pemasaran merupakan

konstruk atau faktor yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari

sebuah strategi perusahaan. Strategi perusahaan selalu diarahkan untuk

menghasilkan kinerja, baik berupa kinerja pemasaran ( seperti volume

penjualan, porsi pasar atau market share dan tingkat pertumbuhan penjualan)

maupun kinerja keuangan (Ferdinand, 2002). Untuk itu ukuran yang

sebaiknya digunakan adalah ukuran yang bersifat activitybasedmeasure yang

dapat menjelaskan aktivitas-aktivitas pemasaran yang menghasilkan kinerja

pemasaran tersebut (Ferdinand, 2000).

2.2.3. Keunggulan bersaing

2.2.3.1. Definisi Keunggulan bersaing

Menurut Kenichi Ohmae (Grant,1991) agar berhasil dan bertahan dalam

suatu industri perusahaan harus memenuhi dua kriteria,Harus memasarkan apa

yang ingin dibeli oleh pelanggan dan harus dapat bertahan terhadap

persaingan.

Untuk itu perusahaan harus dapat lebih unggul dibandingkan pesaing dan

dituntut untuk mampu menciptakan daya saing strategis dengan cara

merumuskan serta menerapkan strategi pencipta nilai (Hitt, et al, 1999).

Keunggulan bersaing diperoleh ketika perusahaan mampu menjadikan

banyak aktivitas berlainan yang dilakukan digabungkan dalam suatu rantai

yang dapat memberikan kontribusi nilai yang memberikan margin maksimal

(36)

strategis dengan lebih murah atau lebih baik dibanding pesaing (Hitt, et

al,1999). Sumber keunggulan bersaing dapat diperoleh melalui cakupan

bersaing dengan yang dimiliki oleh pesaing, baik itu berupa cakupan segmen

maupun jangkauan integrasi ke dalam aktivitas. Rantai nilai yang

terkoordinasi dapat menciptakan keunggulan bersaing antar hubungan.

Analisa sumber daya organisasi dilakukan dengan membuat kerangka

umum yang biasanya dikenal dengan “resource base view of the firm”

(Wernerfelt, 1984). Adapun asumsi-asumsi dasar“resource base view of the

firm” sebagai berikut:

1. Resource Heterogenity

Perusahaan dipandang sebagai sejumlah sumber

daya produktif dan setiap perusahaan mempunyai sejumlah

sumber daya yang berbeda.

2. Resource immobility

Sumber daya yang membuat perusahaan mampu

menetralisir ancaman dan mengeksploitasi peluang.

Kemampuan sumber daya ini hanya dimiliki oleh

perusahaan tertentu dan sulit untuk ditiru, kalaupun bisa hal

ini akan memakan biaya tinggi. Resource immobility

merupakan sumber daya potensial untuk daya saing

(37)

Umumnya sumber daya dikategorikan menjadi empat, yaitu modal

keuangan, modal fisik, modal manusia, dan modal organisasi. Sumber

daya merupakan input proses produksi perusahaan seperti barang modal,

kemampuan pekerja, paten, keuangan, serta manajer yang berbakat. Secara

individual, sumber daya umumnya tidak menghasilkan keunggulan

bersaing yang berkesinambungan. Dengan strategi tim yang

memungkinkan berkembangnya keunggulan bersaing yang

berkesinambungan. Demikian juga inovasi perusahaan. Apabila tidak

dilindungi oleh paten atau batasan lain, dapat dibeli atau ditiru oleh

pesaing. Tetapi jika inovasi produksi tersebut diintegrasikan dengan

sumber daya lainnya untuk membentuk suatu kemampuan, maka akan

muncul kompetensi inti yang akan menghasilkan keunggulan bersaing

yang berkesinambungan. Dengan demikian, penciptaan keunggulan

bersaing yang berkesinambungan adalah melalui integrasi beberapa

(38)

Sumber daya terdiri atas dua, yakni sumber daya berwujud,

meliputi sumber daya finansial, sumber daya fisik, sumber daya manusia,

sumber daya organisasional; dan sumber daya tak berwujud meliputi

sumber daya teknologi, sumber daya untuk inovasi, reputasi (Hitt, et al,

1999).

Kemampuan mencerminkan kapasitas perusahaan dalam

menggunakan sumber daya yang terintegrasi untuk mencapai apa yang

diharapkan. Sebagai perekat yang mengikat organisasi menjadi satu,

kemampuan muncul dari waktu ke waktu melalui interaksi yang kompleks

antara sumber daya berwujud maupun tidak berwujud. Ini didasarkan pada

pengembangan, pelaksanaan, dan pertukaran informasi serta pengetahuan Sumb e r d a ya

Be rw ujud Tid a k b e rw ujud

Ke m a m p ua n

Kum p ula n sum b e r d a ya

Ko m p e te nsi inti

Sum b e r Ke ung g ula n

Ke ung g ula n b e rsa ing

Dip e ro le h d a ri ko m p e te nsi inti

Da ya sa ing

(39)

melalui modal manusia yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian,

pengetahuan perusahaan dicakup dan dicerminkan oleh kemampuannya,

dan merupakan sumber inti keunggulan bersaing yang berkesinambungan

dalam perekonomian global.

Seberapa banyak kemampuan dibutuhkan perusahaan untuk

mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan. McKinsey

dan Co., misalnya, menyarankan klien mereka untuk mengidentifikasi tiga

atau empat kemampuan yang merupakan kompetensi inti perusahaan.

Begitu teridentifikasi, suatu tindakan strategis perusahaan harus dibentuk

sekitar kompetensi inti tersebut (Hitt,et al,1999).

Per saingan dan Siklus Hidu p indust r i

(40)

Pada gambar dapat dilihat, struktur industri berbeda berdasarkan

siklus hidup masing-masing industri, dinamika bersaing dan strategi

bersaing yang penting untuk keberhasilan juga berbeda. Ada tiga tahapan

umum siklus hidup industri yang relevan dengan pelajaran tentang

dinamika bersaing: industri yang baru muncul, industri yang sedang

berkembang, dan industri yang matang.

Perusahaan-perusahaan yang memasuki industri yang baru

muncul berusaha membangun tempat atau bentuk dominasi dalam suatu

industri. Adanya persaingan yang kompetitif dalam hal memperebutkan

loyalitas konsumen. Dalam industri ini, tergantung pada jenis produk,

perusahaan sering kali berusaha membangun kualitas produk, teknologi

dan atau hubungan yang menguntungkan dengan pemasok untuk

mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan dalam

mengejar daya saing strategis.

Wirausahawan individu di perusahaan-perusahaan kecil,

khususnya di sektor barang modal, berperan sangat penting menuju

proses inovasi. Bahkan, dalam beberapa bidang, perusahaan-perusahaan

besar menjadi inovator efektif. Sementara iut, wirausahawan individu

dan perusahaan kecil masih memberi sumbangan besar juga (Hitt, et al,

1999).

Walaupun perusahaan kecil tidak menyediakan jaringan dan

(41)

bekerja di perusahaan kecil. Dengan bekerja di perusahaan kecil,

karyawan merasakan semacam sasaran yang jelas. Perusahaan tahu apa

yang diperbuatnya dan ke mana arahnya. Jalur komunikasi pendek dan

langsung, karyawan mempunyai dedikasi dan kepedulian serta diberi

tanggung jawab sungguh-sungguh. Mereka dilatih dalam sejumlah tugas

dan biasanya diberi upah tertentu yang mendorong kesetiaan mereka

terhadap pengusaha. Keberadaan wirausahawan dan perusahaan kecil

dalam pengembangan produk baru dan penanaman inovasi adalah

sangat penting(Hitt, et al, 1999).

Day dan Wesley (1988) mengemukakan keunggulan kompetitif

mempunyai dua arti yang saling berhubungan. Arti pertama memfokuskan

pada superioritas keterampilan (superior skill) dan atau superioritas sumber

daya (superior resources), dan arti yang kedua berkaitan dengan

keunggulan posisional perusahaan yang dinyatakan dengan hasil-hasil

kinerja superior (superior performance out comes).

Porter (1997) menyatakan keunggulan posisional bisnis yang dicapai

oleh suatu perusahaan secara langsung merupakan hambatan (barriers)

mobilitas kompetitif dalam persaingan karena dapat menjadi penghalang

masuknya pesaing baru. Porter membedakan keunggulan strategik

perusahaan karena dua hal: pertama, karena perusahaaan memiliki keunikan

(berbeda dengan lainnya) yang dilihat oleh pelanggan dan kedua, karena

(42)

dengan pesaing sehingga mempengaruhi dalam kinerja pemasaran industri

pariwisata.

Hal ini juga di perjelaskan dalam (jurnal Ginanjar suendro; 2011)

bahwa semakin tinggi keunggulan bersaing yang di miliki perusahan akan

mempengaruhi kinerja pemasaran.

Porter (1997) menyatakan keunggulan bersaing merupakan hasil

dari implementasi penciptaan nilai bukan hasil simultan dari implementasi

pesaing potensial maupun saat ini, atau melalui eksekusi superior atau

strategi yang sama dengan pesaing keberlanjutan prestasi diperoleh ketika

keuntungan dapat bertahan menghadapi tantangan perilaku pesaing lain.

Maka itu strategi bersaing adalah untuk mendapatkan keunggulan bersaing

dan pada gilirannya memperbesar kinerja usaha atau kinerja pemassaran.

Keahlian yang unik dan aset diacukan sebagai sumber keunggulan

bersaing.

Sumber daya dan keahlian perusahaan mempertimbangkan

nilai-nilai ketika mereka membantu perusahaan dalam formulasi dan

implementasi strategi yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

2.2.4.2 Konsep Keunggulan Bersaing

Konsep keunggulan bersaing merujuk pada teori-teori yang

dikembangkan Barney (1991) yang menyajikan struktur yang lebih

konkret dan komprehensif untuk mengidentifikasi pentingnya sumber daya

(43)

(1991) mengutarakan empat indikator sehingga sumber daya yang dimiliki

perusahaan dapat menjadi sumber keunggulan bersaing

berkesinambungan. Keempat indikator tersebut antara lain bernilai

(valuable), sumber daya langka di antara perusahaan yang ada dan pesaing

potensial (rare), tidak mudah ditiru (imitability), dan tidak mudah

digantikan (non-substitutability).

Keempat indikator tersebut Fokus kepada sumber daya yang

dimiliki oleh usaha kecil baik yang berwujud maupun tidak berwujud,

yang mana sumber daya tersebut haruslah langka, unik, khusus, sulit

diganti, dan sulit ditiru. Karena itu, konsep keunggulan bersaing

berkelanjutan yang digunakan dalam studi ini merupakan pendapat Barney

(1991) dan Grant (1991) yang terdiri dari nilai-nilai dari perusahaan yang

langka,sulit ditiru (imitability), daya tahan perusahaan terhadap persaingan

(durability), tingkat kemudahan untuk menyamai aset-aset strategis yang

dimiliki oleh perusahaan (transferability).

1. Nilai-nilai dari perusahaan yang langka

Nilai-nilai dari perusahaan yang langka adalah sumber daya

yang menciptakan nilai bagi suatu perusahaan dengan

mengeksploitasi peluang-peluang atau menetralisir

ancaman-ancaman dalam lingkungan eksternal perusahaan. Sumber daya

dapat menjadi sumber keunggulan bersaing yang

(44)

(valuable). Sumber daya dikatakan bernilai ketika sumber daya

tersebut menyebabkan perusahaan mampu menyusun dan

mengiplementasikan strategi-strategi yang dapat meningkatkan

nilai bagi pasar sasaran dan pelanggannya. Sumber daya langka

adalah sumber daya yang dimiliki oleh sedikit, jika ada, pesaing

saat ini atau potensial.Sumber daya perusahaan yang bernilai

namun dimiliki oleh sebagian besar pesaing yang ada atau pesaing

potensial tidak dapat menjadi sumber keunggulan bersaing yang

berkesinambungan. Sebuah perusahaan dikatakan menikmati

keunggulan bersaing ketika perusahaan tersebut dapat

mengimplementasikan strategi penciptaan nilai yang tidak dapat

dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya. Keunggulan

bersaing dihasilkan hanya ketika perusahaan mengembangkan dan

mengeksploitasi kompetensi yang berbeda dari pesaingnya.Jika

kompetensi yang bernilai tadi dimiliki oleh sebagian besar

perusahaan,dan tiap-tiap perusahaan memiliki kemampuan untuk

menggunakannya dengan cara dan teknik yang sama, dan

selanjutnya mengimplementasikan strategi yang hampir sama,

dapat dikatakan tidak ada satupun perusahaan yang memiliki

keunggulan bersaing. Kesimpulan dari nilai-nilai perusahaan yang

langka adalah nilai tersebut dibutuhkan oleh pasar dan

(45)

2. Sulit ditiru (imitability)

Sumber daya yang bernilai dan langka tersebut hanya dapat

menjadi sumber keunggulan bersaing yang berkesinambungan jika

perusahaan lain yang tidak memilikinya, tidak dapat memperoleh

kompetensi tersebut. Barney (1986a; 1986b), menyatakan

kompetensi inti disebut sangat sulit ditiru (imperfectly imitable).

Adapun alasannya karena satu atau kombinasi dari tiga alasan

berikut:

a. Kemampuan perusahaan untuk memperoleh kompetensi

tergantung pada kondisi historis yang unik. Ketika

perusahaan berevolusi, mereka mengambil keahlian,

kemampuan, dan sumber daya yang unik bagi mereka,

mencerminkan jalan setapak yang dilalui dalam sejarah

(Barney, 1995). Cara lain untuk mengatakan ini adalah

kadang-kadang perusahaan mampu mengembangkan

kompetensi karena berada pada tempat dan saat yang tepat

(Barney, 1999).

b. Hubungan antara kompetensi yang dimiliki oleh

perusahaan dengan keunggulan bersaing yang

berkesinambungan bersifat ambigu (causally ambiguous).

Para pesaing tidak mampu memahami dengan jelas

(46)

intinya sebagai dasar dari keunggulan bersaingnya.

Akibatnya, para pesaing tidak pasti tentang

kompetensi-kompetensi yang harus mereka kembangkan untuk meniru

manfaat dari strategi penciptaan nilai perusahaan yang

disainginya itu.

c. Kompetensi yang menghasilkan keunggulan perusahaan

tersebut bersifat sosial kompleks (socially complex). Sosial

kompleks berarti kompetensi perusahaan setidaknya

beberapa dan sering kali banyak adalah produk dari

fenomena sosial yang kompleks. Contoh kompetensi yang

sosial kompleks meliputi relasi antarpribadi, kepercayaan,

persahabatan di antarmanajer, manajer dengan pegawai,

dan reputasi perusahaan dengan pemasok dan pelanggan.

3. Daya tahan perusahaan terhadap persaingan (durabilitas)

Sumber daya perusahaan memiliki keunggulan bersaing

berkelanjutan ketika dapat menghindar dari pesaing, lamanya

ketahanan sumber daya dan penurunan kemampuan dari waktu

ke waktu, sehingga menyebabkan tingkat kemunduran

keunggulan bersaing. Sebagai contoh, perubahan teknologi dan

peralatan dapat menjadi usang. Dengan cara yang sama, merek

dagang dan reputasi dapat juga merosot dari waktu ke waktu.

Untuk itu tingkat lamanya dapat menjauhkan pesaing, menjadi

(47)

4.Tingkat kemudahan untuk menyamai aset-aset strategis yang

dimiliki oleh perusahaan (transferability)

Keunggulan bersaing berkelanjutan diperoleh ketika

perusahaan memiliki kemudahan untuk memperoleh akses

gampang kepada sumber daya dan kemampuan yang dimiliki

oleh pesaing bahkan di atasnya pesaing, baik dari sisi biaya atau

keuntungan nilai tambah didasarkan pada teknologi proses yang

ada tersedia. Aset-aset strategis di sini didefinisikan sebagai

seperangkat sumber daya dan kompetensi yang sulit untuk

diperjualbelikan, sulit untuk ditiru disebabkan langka, sulit

ditemukan dan khusus (unik), yang tersedia bagi perusahaan

sebagai keunggulan bersaing (Jurnal Amit dan Schoemaker,

1993).Jadi, kesimpulan tingkat kemudahan untuk menyamai

aset-aset strategis yang dimiliki oleh perusahaan adalah

kemampuan perusahaan untuk menjadikan aset yang dimiliki

menjadi keunggulan bersaing lebih baik dibandingkan dengan

pesaing

2.2.4.TRIPLE HELIX

2.2.4.1Pengertian Tr iple Helix

Teori mengenai Triple Helix pada awalnya dipopulerkan oleh

Etzkowitz & Leydersdorff sebagai metode pembangunan kebijakan

berbasis inovasi. Teori ini yang mengungkapkan pentingnya penciptaan

(48)

dikenal sebagai konsep ABG. Dari teorinya, tujuan dari ABG adalah

pembangunan ekonomi berkelanjutan berbasis ilmu pengetahuan. Dari

sinergi ini diharapkan terjadi sirkulasi ilmu pengetahuanberujung pada

inovasi, yaitu yang memiliki potensi ekonomi, atau kapitalisasi ilmu

pengetahuan (knowledge capital). Triple Helix sebagai aktor utama

harus selalubergerak melakukan sirkulasi untuk membentuk knowledge

spaces, ruang pengetahuan dimana ketiga aktor sudah memiliki

pemahaman & pengetahuan yang setara, yang akan mengarahkan ketiga

aktor ini untuk membentuk consensus space, ruang kesepakatan dimana

ketiga aktor ini mulai membuat kesepakatan dan komitmenatas suatu hal

yang akhirnya akan mengarahkan kepada terbentuknya innovationspaces,

ruang yang dapat dikemas menjadi produk kreatif bernilai ekonomis

gambar. Pola Iteraksi Triple Helix

sumber: (Leydesdorff, L. The mutual information .2003)

Model pengembangan ekonomi kreatif yang dikembangkan untuk

Indonesia berupa bangunan yang terdiri dari komponen pondasi, 5

(49)

masing-masing. Penjelasan komponen-komponen bangunan ekonomi

kreatif adalah sebagai berikut:

Sumber: Etzkowitz, H. The endless transition: A "triple helix", 1998

1. PONDASI:

People (Sumber Daya Insani), aset utama dari industri kreatif yang

menjadi ciri hampir semua subsektor industri kreatif.

2. LIMA PILAR UTAMA yang harus diperkuat dalam mengembangkan

industri kreatif adalah:

1. Industry (Industri) yaitu kumpulan dari perusahaan yang

bergerak di dalam bidang industri kreatif.

2. Technology (Teknologi) yaitu enabler untuk mewujudkan

kreativitas individu dalam bentuk karya nyata.

3. Resources (Sumber Daya) yaitu input selain kreativitas dan

pengetahuan individu yang dibutuhkan dalam proses kreatif,

(50)

4. Institution (Institusi) yaitu tatanan sosial (norma, nilai, dan

hukum) yang mengatur interaksi antara pelaku perekonomian

khususnya di bidang industri kreatif.

5. Financial Intermediary yaitu lembaga penyalur keuangan

3. ATAP:

Bangunan ekonomi kreatif ini dipayungi oleh interaksi triple helix

yang terdiri dari Intellectuals (Intelektual), Business (Bisnis), dan

Government (Pemerintah) sebagai para aktor utama penggerak industri

kreatif.

1. Intellectual, kaum intelektual yang berada pada institusi

pendidikan formal, informal dan non formal yang berperan

sebagai pendorong lahirnya ilmu dan ide yang merupakan

sumber kreativitas dan lahirnya potensi kreativitas insan

Indonesia

2. Business, pelaku usaha yang mampu mentransformasi

kreativitas menjadi bernilai ekonomis

3. Government, pemerintah selaku fasilitator dan regulator agar

industri kreatif dapat tumbuh dan berkembang.

Pemerintah dan pemerintahan mempunyai pengertian yang

berbeda. Pemerintah merujuk kepada organ atau alat perlengkapan,

sedangkan pemerintahan menunjukkan bidang tugas atau fungsi. Dalam

(51)

arti luas, pemerintah mencakup aparatur negara yang meliputi semua

organ-organ, badan-badan atau lembaga-lembaga, alat perlengkapan

negara yang melaksanakan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan

negara. Dengan demikian pemerintah dalam arti luas adalah semua

lembaga negara yang terdiri dari lembaga-lembaga legislatif, eksekutif dan

yudikatif.

Dalam arti sempit pemerintahan adalah segala kegiatan, fungsi,

tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga eksekutif untuk

mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam arti luas adalah segala

kegiatan yang terorganisir yang bersumber pada kedaulatan dan

kemerdekaan, berlandaskan pada dasar negara, rakyat atau penduduk dan

wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara. Di samping itu dari

segi struktural fungsional pemerintahan dapat didefinisikan pula sebagai

suatu sistem struktur dan organisasi dari berbagai macam fungsi yang

dilaksanakan atas dasar-dasar tertentu untuk mewujudkan tujuan negara.

(Jurnal Haryanto dkk, 1997 : 2-3).Secara deduktif dapat disimpulkan

bahwa pemerintah dan pemerintahan dibentuk berkaitan dengan

pelaksanaan berbagai fungsi yang bersifat operasional dalam rangka

pencapaian tujuan negara yang lebih abstrak, dan biasanya ditetapkan

secara konstitusional. Berbagai fungsi tersebut dilihat dan dilaksanakan

secara berbeda oleh sistem sosial yang berbeda, terutama secara ideologis.

Hal tersebut mewujud dalam sistem pemerintahan yang berbeda, dan lebih

(52)

(sosialis) dan rezim demokratis. Substansi perbedaan keduanya terletak

pada perspektif pembagian kekuasaan negara (pemerintah). Pemencaran

kekuasaan (dispersed of power), menurut Leslie Lipson, merupakan salah

satu dari lima isu besar dalam proses politik (Josef Riwu Kaho, 2001 : 1).

Pemerintahan daerah merupakan konsekuensi pelaksanaan pemencaran

kekuasaan itu.

Triple Helix dapat mempengaruhi kinerja pemasaran, hal ini peran

intelektual, bisnis dan pemerintah saling bersinergi dalam meningkatkan

kinerja pemasaran (jurnal Puja Astawa; 2010)

Dalam ekonomi, sistem “Triple helix” menjadi payung yang

menghubungkan antara Cendekiawan (Intellectuals), Bisnis (Business),

dan Pemerintah (Government) dalam kerangka bangunan ekonomi kreatif.

Di mana ketiga helix tersebut merupakan aktor utama penggerak lahirnya

kreativitas, ide, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang vital bagi

tumbuhnya industri kreatif. Hubungan yang erat, saling menunjang, dan

bersimbiosis mutualisme antara ke-3 aktor tersebut dalam kaitannya

dengan landasan dan pilar-pilar model ekonomi berkesinambungan dalam

meningkatkan kinerja pemasaran (Leydesdorff, L. and H. Etzkowitz.

1996).

Nowotny et al (2001) mengutarakan enam indikator sehingga

Triple Helix yang ada di dalam industri pariwisata dapat menjadi sumber

(53)

Proteksi, pengetahuan, penelitian dan teknologi, pemberdayaan

masyarakat, etika bisnis, dan corporate responsibility.

2.3.1. Pengaruh keunggulan ber saing Ter hadap kinerja pemasaran industri

par iwisata

Hasil Barney (1991) dan Grant (1991) berhasil menemukan adanya

pengaruh positif antara keunggulan bersaing dengan kinerja yang diukur

melalui nilai (valuable),Daya tahan perusahaan terhadap persaingan

(durabilitas), tidak mudah di tiru (imitability), dan tingkat kemudahan

untuk menyamai aset-aset strategis yang dimiliki oleh perusahaan

(transferability). Keunggulan bersaing dapat diperoleh dari kemampuan

perusahaan untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya dan modal

yang dimilkinya. Perusahaan yang mampu menciptakan keunggulan

bersaing akan memiliki kekuatan untuk bersaing dengan perusahaan

lainnya karena produknya akan tetap memiliki kekuatan untuk bersaing

dengan perusahaan lainnya karena produknya akan tetap diminati

pelanggan. Dengan demikian keunggulan bersaing memilki pengaruh

positif terhadap peningkatan kinerja pemasaran perusahaan.

2.3.2. Pengaruh Peran Ttiple Helix Ter hadap kiner ja pemasaran industri

par iwisata

Triple Helix adalah metode pembangunan kebijakan berbasis

inovasi. Teori ini yang mengungkapkan pentingnya penciptaan sinergi tiga

kutub yaitu akademisi, bisnis dan pemerintah di Indonesia dikenal sebagai

(54)

dalam lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian memiliki

peranan yang besar dalam mengembangkan ekonomi kreatif.Peranan

akademi / intelectual inovasi dan ide-ide kreatif, merupakan bagian yang

terpenting dari suatu kepariwisataan. Untuk mewujudkan hal tersebut

peranan akademis sangat dibutuhkan dalam berkreatif dan menciptakan

suasana baru bagi wisatawan yang mengujungi sebuah destinasi. Upaya

melibatkan akademis dalam pembangunan suatu kawasan wisata mutlak

diperlukan untuk menciptakan keamanan dan keramah tamahan. Tugas

dan peranan akademis dalam menunjang keberhasilan kepariwisatan suatu

daerah : Partisipasi dalam pembangunan dan pemeliharaan potensi

pariwisata serta pelayanan pariwisata. Berperan aktif dalam mewujudkan

Sapta Pesona disekitar lingkungan pariwisata. Penyediaan ide-ide inovasi

dan tenaga kerja.Penyediaan sumber-sumber informasi.Jadi disimpulkan

bahwa peran akademis / intelectual berpengaruh terhadap kinerjs

pemasaran industri pariwisata.

Triple Helix yang ke dua yakni busines atau pengusaha, merupakan

pelaku usaha, investor dan pencipta teknologi baru serta merupakan

konsumen industri kreatif. Peranan pengusaha, Keberhasilan sebuah

destinasi dapat dilihat dari tingkat kepuasan wisatawan yang akan

berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisasatawan . Wisatawan yang

merasa puas akan datang kembali bersama keluarga , rekan, atau group.

Oleh karena itu maka peran dunia usaha sangat berperan sekali dalam

Gambar

Tabel 1.1 Data Pengunjung Wisatawan tahun 2008 – 2011 di  Surabaya
Gambar. 2.2.Sistim Pencipta Nilai.
Gambar. 2.5.Siklus Hidup Industri.
gambar. Pola Iteraksi Triple Helix
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu perlu dirancang suatu disain pembelajaran kepada siswa sekolah dasar dan menengah yang bertujuan meningkatkan kesadaran peserta didik akan pentingnya konservasi

konsumsi dan perilaku konsumen yang mengikutinya, selain perlu maninjau pemikiran Fahim Khan dan Monzer Kahf dalam hal lain, seperti produksi dan distribusi, juga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variable-variable dari dampak negatif tayangan comedian, melakukan kajian aspek kognisi remaja, dengan adanya acara OVJ, melakukan

Perbedaan karakteristik antara pemerintahan kota dan kabupaten tersebut penting untuk melihat a) apakah perekonomian antar kabupaten/kota di Indonesia menunjukkan indikasi

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan enam ekspresi wajah dasar pada karakter tiga dimensi Den Basito dengan memanfaatkan teknik UV warp sebagai metode facial

Penggunaan tangan dan alat mekanis Merupakan dua metoda yang umum dilakukan dalam proses pengupasan kacang tanah.Pada metode pengupasan dengan tangan, proses pengupasan

Dalam minyak atsiri terdapat sineol dan kamfer yang tidak teridentifikasi dalam fraksi kristal, sedangkan zerumbona, β-selinena, α-humulena, dan kariofilena oksida (yang

Infrastruktur virtual diyakini dapat mengurangi jumlah luasan data center yang digunakan, jumlah penggunaan tempat rak server, daya listrik, sistem pendinginan, perkabelan jaringan,