• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN TENAGA KERJA ANAK (STUDI KASUS KEC. GUBENG, KOTA SURABAYA).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN TENAGA KERJA ANAK (STUDI KASUS KEC. GUBENG, KOTA SURABAYA)."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PENELITIAN

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Untuk Menyusun Skripsi S-1

Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh :

BAYU PUTRA SUKMANA

0711010022/ FE/ IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN TENAGA KERJA ANAK DI SURABAYA”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Dra. Ec. Hj. Titiek Nurhidayati, Selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(3)

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan iklas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS), Komunitas blog ilmu pengetahuan, dan beberapa perpustakan Universitas-universitas negeri maupun swasta di Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

6. Papa, Mama, Lidia beserta Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral, materil serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

(4)

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Agustus 2010

(5)

KATA PENGANTAR ... i

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu ... 9

2.3Landasan Teori ... 9

2.3.1 Tenaga Kerja ... 9

2.3.1.1 Pengertian Tenaga Kerja ... 9

2.3.1.2 Pengertian Kesempatan Kerja Dan Angkatan Kerja ... 10

2.3.1.3 Penawaran Tenaga Kerja... 11

2.3.2 Anak ... 15

2.3.2.1 Pengertian Anak Dan Tenaga Kerja ... 15

2.3.2.2 Teori-Teori Tentang Tenaga Kerja Anak ... 16

2.3.3 Upah/Pendapatan ... 18

2.3.3.1 Pengertian Upah/Pendapatan ... 18

2.3.3.2 Kedudukan Dan Fungsi Upah ... 19

2.3.3.3 Mekanisme Penetapan Upah/Pendapatan ... 20

2.3.3.4 Teori-Teori Tentang Upah/Pendapatan ... 21

2.3.4 Demografi Dan Pertumbuhan Penduduk ... 24

2.3.4.1 Pengertian Demografi ... 24

2.3.4.2 Pengertian pertumbuhan Penduduk... 24

2.3.4.3 Komposisi Penduduk ... 26

2.3.4.4 Teori-Teori Tentang Pertumbuhan Penduduk .... 26

2.3.5 Pendidikan ... 27

2.3.5.1 Pengertian Pendidikan ... 27

2.3.5.2 Tingkat Penghasilan Dan Pendidikan ... 30

(6)

2.4Kerangka Pikir ... 47

2.5Hipotesis ... 49

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 51

3.1.1 Definisi Operasional... 51

3.1.2 Pengukuran Variabel ... 52

3.2Teknik Penentuan Sampel ... 52

3.2.1 Obyek Penelitian ... 52

3.2.2 Populasi ... 52

3.2.3 Sampel ... 53

3.3Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.3.1 Jenis Data ... 54

3.3.2 Sumber Data ... 54

3.3.3 Pengumpulan Data ... 54

3.4Uji Validitas Dan Reabilitas ... 55

3.4.1 Uji Validitas ... 55

3.4.2 Uji Reabilitas ... 55

3.5Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 56

3.5.1 Uji Normalitas ... 56

3.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 56

3.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 59

3.5.4 Uji Hipotesis ... 60

BAB IV : HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 62

4.1.1 Kondisi Geografis Surabaya ... 62

4.1.2 Kependudukan ... 63

4.1.3 Pendidikan ... 64

4.2 Penyajian Data ... 65

4.2.1 Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas ... 67

4.2.1.1 Uji Validitas ... 64

4.2.1.2 Uji Reabilitas ... 69

(7)

4.4 Uji Hipotesis ... 74

4.4.1 Analisis Secara Simultan... 74

4.4.2 Uji Hipotesis Secara Parsial ... 77

4.5 Implementasi Hasil Penelitian... 83

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Saran ... 85

(8)

Gambar 2 : Kurva Penawaran Tenaga Kerja Individu……… 13

Gambar 3 : Kurva Penawaran Tenaga Kerja Individu, Keluarga Miskin ... 14

Gambar 4 : Kerangka Pikir………..………. 49

Gambar 5 : Daerah Keputusan Uji Durbin Watson..………. ...58

Gambar 6 : Kurva Durbin Watson….………. ………..71

Gambar 7 : Kurva Uji Hipotesis Secara Simultan………...……. 76

Gambar 8 : Kurva Analisis Uji t Pengaruh Tingkat Pendapatan Keluarga (X1) Terhadap Penawaran Tenaga Kerja Anak....78

Gambar 9 : Kurva Analisis Uji t Pengaruh Jumlah Anak Dalam Keluarga (X2) Terhadap Penawaran Tenaga Kerja Anak... 80

Gambar 10 : Kurva Analisis Uji t Pengaruh Tingkat Pendidikan Keluarga (X3) Terhadap Penawaran Tenaga Kerja Anak... 82

(9)

Tabel 2 : Tabel Hasil Kuisioner Responden Mengenai Jumlah Anak

Dalam Keluarga ………...66

Tabel 3 : Tabel Hasil Kuisioner Responden Mengenai Tingkat Pendidikan Keluarga ………...66

Tabel 4 : Tabel Hasil Kuisioner Responden Mengenai Penawaran Tenaga Kerja Anak …………...………...67

Tabel 5 : Tabel Validitas Masing-Masing Item Variabel Bebas…...68

Tabel 6 : Tabel Validitas Masing-Masing Item Variabel Penawaran Tenaga Kerja ……….………...68

Tabel 7 : Tabel Hasil Uji Reabilitas ………..69

Tabel 8 : Tabel Hasil Pengujian Heterokedatisitas ………...72

Tabel 9 : Tabel Uji Multikolineritas ………..………...73

Tabel 10 : Tabel Hubungan Antar Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat ………...…...73

(10)

Terikat Pada Penerapan Model Linier ………..…...77

(11)

Lampiran 2 : Hasil Pengambilan Data

Lampiran 3 : Regresi

Lampiran 4 : Koefesien

Lampiran 5 : Residual Statistik Dan Kolerasi

Lampiran 6 : Tabel Frekuensi

Lampiran 7 : Tabel Frekuensi, Reabiliti Statistik

Lampiran 8 : Angka Kritik Nilai r

Lampiran 9 : Tabel Durbin Watson

Lampiran 10 : Tabel Pengujian Nilai F

Lampiran 11 : Tabel Pengujian Nilai T

Lampiran 12 : Penelitian Secara Statistik

(12)

Lampiran 15 : Kumpulan Pengertian Sampel

(13)

Oleh :

Bayu Putra Sukmana ABSTRAKSI

Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui Tingkat Pendapatan Keluarga, Jumlah Anak Dalam Keluarga, dan Tingkat Pendidikan Keluarga berpengaruh terhadap Penawaran Tenaga Kerja Anak di Kec. Gubeng, Surabaya dan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh, diantara Tingkat Pendapatan Keluarga, Jumlah Anak Dalam Keluarga, dan Tingkat Pendidikan Keluarga terhadap Penawaran Tenaga kerja Anak di Kec. Gubeng, Surabaya.

Penelitian ini menggunakan data primer dengan, dimana data tersebut didapat dari pengisian kuisioner oleh sampel yang telah ditentukan di Kec. Gubeng, Surabaya. Model analisis ini menggunakan regresi linear berganda.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan variabel bebas, yaitu Tingkat Pendapatan Orang Tua (X1), Jumlah Anak (X2) dan Tingkat

Pendidikan Orang Tua (X3) secara bersama- sama berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikatnya Penawaran Tenaga Kerja Anak (Y) diperoleh hasil Fhitung sebesar =

4,469 > Ftabel = 2,84. Sedangkan pengujian secara parsial variabel Pendapatan Orang

Tua (X1) dan Jumlah Anak (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap Penawaran

Tenaga Kerja Anak (Y) dengan menggunakan uji-t dimana untuk Tingkat Pendapatan Orang Tua (X1) t hitung = -1,876 < t tabel = 2,010, variabel Jumlah Anak Dalam

Keluarga (X2) t hitung = -0,361 < t tabel = 2,010 Untuk Pengujian secara parsial

variabel Tingkat Pendidikan Keluarga (X3) memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap Penawaran Tenaga Kerja Anak di Surabaya (Y) diperoleh hasil t hitung =

3,662 > t tabel = 2,010. Pada tingkat signifikan lebih kecil dari α sehingga Ho ditolak

atau dengan kata lain Hi diterima.

Kata Kunci : Penawaran Tenaga Kerja Anak, Tingkat Pendapatan Orang Tua, Jumlah

(14)

1.1 Latar Belakang

Anak adalah generasi yang akan menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan diarahkan sejak dini agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri, dan sejahtera menjadi sumber daya yang berkualitas tinggi dan dapat menghadapi tantangan dimasa depan. Untuk mendapatkan generasi penerus yang berkualitas tinggi tersebut, dapat diperoleh dengan membekali generasi muda sedini mungkin dengan hal-hal yang berguna, yaitu dengan pendidikan tinggi, kesehatan yang baik, pendidikan moral, dan disiplin yang tinggi. Walaupun demikian masih banyak anak-anak yang tidak dapat menikmati hak tumbuh dan berkembang karena berbagai faktor yang berkaitan dengan keterbatasan kemampuan ekonomi keluarga atau kemiskinan. (Anonim, 2003 : 1)

Dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, disebutkan bahwa pekerja anak adalah anak-anak yang bekerja dibawah usia 18 tahun. Pekerja anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya atau orang lain dengan membutuhkan sejumlah besar waktu walaupun akan menerima imbalan maupun tidak. (Mulyadi 2003 : 110)

(15)

besar dari mereka terutama dari kelas sosial yang rendah dan melakukan pekerjaan sebagai dari kegiatan sehari-hari. (Purwandari 2004 : 2)

Pekerjaan yang mereka lakukan pada umumnya dapat dibagi jadi dua kelompok besar yaitu, pekerjaan reproduktif dan pekerjaan yang produktif.

(Mulyadi, 2003 : 35)

Pekerjaan reproduktif dimaksudkan sebagai kegiatan-kegiatan kerja yang tidak punya implikasi langsung terhadap penghasilan, tetapi memberikan kesempatan kepada orang lain untuk melakukan perkerjaan produktif. Pada dasarnya pekerjaan reproduktif adalah menyangkut kerumahtanggaan, seperti membersihkan rumah, memasak, mengasuh anak kecil, dan sebagainya. Sedangkan pekerjaan produktif adalah pekerjaan yang berimplikasi langsung pada penghasilan. Apa yang dilakukan anak-anak untuk pekerjaan produktif adalah bertujuan untuk menambah penghasilan rumah tangga atau keluarga. (Manurung 2000 : 20)

Jumlah tenaga kerja anak disini dapat disebabkan oleh tingkat kesadaran akan pendidikan sangat kurang, banyak diantara orang tua miskin yang lebih memilih anaknya bekerja daripada mengenyam pendidikan yang layak dan ke jenjang lebih tinggi, hal ini disebabkan bekerja lebih mendapatkan penghasilan yang nyata dan cepat dibandingkan harus bersekolah dahulu, dan bersekolah justru dianggap lebih membuang banyak uang.

(16)

sebenarnya bekerja tanpa didasari pendidikan yang cukup tak akan mampu menghadapi masalah-masalah yang lebih rumit dalam pekerjaan. Pada umumnya anak bekerja karena orang tuanya mengalami kesulitan ekonomi atau karena pendapatan kecil, terlebih dengan anggota keluarga yang besar dan biaya hidup yang semakin meningkat. Dengan kata lain mengalami kemiskinan. dengan keadaan tersebut, dikuatirkan program perluasan pendidikan akan terancam. Selain itu tingkat efesiensi pendidikan juga akan mengalami penurunan, karena dengan adanya aktivitas kerja anak akan mengganggu kelangsungan pendidikan mereka dengan banyaknya angka droup out serta murid-murid yang harus tinggal kelas. Selain itu dengan mahalnya sarana pendidikan, akan dapat menurunkan kualitas pendidikan yang diberikan.

Telah disadari bahwa kemampuan suatu negara untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan salah satunya tergantung pada taraf pendidikan masyarakatnya. Tingkat pendidikan masyarakat yang lebih tinggi dapat membantu mempercepat pembangunan ekonomi dikarenakan seperti alasan dibawah ini :

a. Pendidikan yang lebih tinggi dapat memperluas pengetahuan masyarakat dan mempertinggi rasionalitas pemikiran mereka.

b. Pendidikan memungkinkan masyarakat mempelajari pengetahuan-pengetahuan teknik yang diperlukan untuk memimpin dan menjalankan perusahaan - perusahaan moderen dan kegiatan-kegiatan moderen lainnya.

(17)

Tanpa pendidikan yang memadai, maka secara otomatis kualitas atau kemampuan mereka akan diragukan dan akan dihargai (diupah) jauh lebih rendah daripada para pekerja dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan lebih dewasa (15 tahun keatas), walaupun jenis pekerjaan yang dilakukan dan dengan jam kerja yang sama. Hal seperti ini sudah terjadi sejak jaman dahulu, contohnya pada saat revolusi industri di Inggris, dimana tenaga-tenaga wanita dan anak-anak lebih disukai daripada pria dewasa, dengan alasan mereka lebih jeli, rajin, rapi, murah, tidak banyak menuntut, dan tentunya masih upah nya lebih murah dibawah upah pria. Sedangkan di Indonesia, pekerja anak mulai terlihat menonjol menjelang abad 20, di sektor perkebunan dan industri gula moderen yang dikembangkan kolonialisme Belanda. (Purwandari 2004 : 6-9)

Selain itu jumlah penduduk akan menentukan penawaran kerja. Sedangkan komposisi penduduk, misalnya menurut pendidikan akan memberikan gambaran pada kualitas penduduk yang telah ada dan yang akan memasuki dunia pasaran kerja. (Mulyadi 2003 : 15)

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Apakah faktor jumlah tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak dalam keluarga, dan tingkat pendidikan orang tua berpengaruh pada penawaran tenaga kerja anak di Surabaya, Kecamatan Gubeng ?

b. Diantara variabel tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak dalam keluarga, dan tingkat pendidikan orang tua manakah yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap penawaran tenaga kerja anak di Surabaya, Kecamatan Gubeng ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di kemukakan sebelumnya, maka perlu diketahui tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apakah variabel jumlah anak dalam keluarga, tingkat pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan orang tua berpengaruh terhadap penawaran tenaga kerja anak di Surabaya, Kecamatan Gubeng. b. Untuk mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh diantara

(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, maka hasilnya diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Pengembangan Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu yang berharga dalam perkembangan tenaga kerja anak anak dan memberikan gambaran tentang hal-hal yang berkaitan tentang tenaga kerja anak bagi pihak universitas khususnya Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sekaligus sebagai koleksi pembendaharaan referensi dan tambahan wacana pengetahuan untuk Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

b. Bagi Masyarakat/Pembaca

Dapat memberikan gambaran umum dan informasi tentang tenaga kerja anak dan segala permasalahannya bagi pembaca. Dan lebih menghindari mengeksploitasi anak-anak sebagai tenaga kerja layaknya orang dewasa.

c. Bagi Peneliti

(20)
(21)

2.1. Hasil Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja anak di Surabaya antara lain :

1. Penelitian Wisnuwardani 1997, Dalam judul “Kajian Terhadap Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Anak ( 10-14 tahun ) Masuk Ke Pasar Tenaga Kerja di Kodya Surabaya”. Topik yg pernah diangkat menjadi skripsi oleh Wisnuwardani dengan mengkhususkan penelitian pada tiga wilayah kecamatan yaitu Wonokromo, Tegal sari, dan sawahan, Dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Model kuantitatif menggunakan variable tergantung : jumlah pekerja anak, variabel bebas : sosial ekonomi, beban ketergantungan keluarga, status pendidikan dan aspirasi pekerja anak.

(22)

yang tidak pernah sekolah. Kebanyak dari keluarga buruh tani yang berasal dari luar Surabaya ( migran ). Rata-rata orang tua mereka tidak pernah sekolah dan miskin. Upah orang tua per bulan berkisar 40-126 ribu rupiah. Kebanyakan berasal dari keluarga anggota besar ( anggota keluarga 6-8 orang ). Rata-rata upah buruh anak 30-73 ribu rupiah perbulan dan upah buruh wanita lebih rendah daripada buruh laki-laki. Jumlah jam kerja 7-9 sehari dan ada pula yang 10-12 jam sehari. Adanya perlakuan tidak adil terhadap mereka.

(23)

2.2. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh pada kesempatan kali ini berbeda dengan penelitian–penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada kurun waktu, ruang lingkup, tempat penelitian dan jumlah variabel yang digunakan untuk penelitian.

Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Tenaga Kerja Anak Di Surabaya” dengan variabel terikat penawaran tenaga kerja anak, dan variabel bebas tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak dalam keluarga, tingkat pendidikan orang tua.

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Tenaga kerja

2.3.1.1 Pengertian Tenaga Kerja

Penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap negara mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. (Sukirno, 2006 : 57)

Keadaan orang diatas usia 15 tahun yang sedang mempunyai pekerjaan atau keadaan penggunaan tenaga kerja orang. (Suroto, 2002 : 10)

(24)

ataupun mereka yang bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja. (Sumarsono, 2003 : 5)

Tenaga kerja yaitu penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai 64 tahun. Penduduk pada usia kerja ini digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja (labour force) dan bukan angkatan kerja. (Suparmoko, 2002 : 23)

2.3.1.2 Pengertian Kesempatan Kerja dan Angkatan Kerja

Jumlah angkatan kerja dalam suatu negara atau daerah pada satu waktu tertentu tergantung atau sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk usia kerja. Penyediaan tenaga kerja sifatnya terbatas karena tidak semua penduduk merupakan tenaga kerja, hanya penduduk yang telah mencapai usia minimum tertentu yang dianggap sebagai tenaga kerja. (Suprihanto, 2002 : 14)

(25)

Angkatan kerja adalah mereka yang bekerja selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu sebab. Dan tidak mempunyai pekerjaan tapi sedang mencari pekerjaan atau mengharap dapat pekerjaan. (Purwandari, 2004 : 21)

2.3.1.3 Penawaran Tenaga Kerja

Setiap orang harus memutuskan apakah akan bekerja atau tidak, dan setelah bekerja, berapa lama kita akan bekerja. Dalam perekonomian penawaran tenaga kerja ditentukan oleh jumlah pilihan kesempatan kerja yang dibuat oleh masing-masing orang populasi. Dalam jangka panjang, total penawaran tenaga kerja juga tergantung pada keputusan jumlah anak yang dimiliki. (Dwi, 2005 : 9)

Penawaran tenaga kerja di pengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh banyak faktor seperti jumlah penduduk yang bersekolah dan mengurus rumah tangga, tingkat penghasilan kelurga-keluarga relatif terhadap kebutuhannya, tingkat upah, tingkat pendidikan dan kegiatan ekonomi pada umumnya. Fungsi penawaran untuk suatu daerah tertentu pada dasarnya mengikuti pola fungsi penawaran dari satu keluarga yaitu bahwa :

(26)

Gambar 1 : Kurva Keseimbangan Pada Pasar Penawaran Tenaga Kerja

Sumber : Mankiw, 2004, Principles Of Economics, hal : 496, penerbit : PT.

Salemba Empat, Jakarta

Pada gambar kurva diatas memperlihatkan bahwa pasar tenaga kerja yang berada pada posisi seimbang. Upah dan jumlah tenaga kerja telah menyesuaikan diri dengan keseimbangan penawaran dan permintaan. Ketika pasar berada pada posisi seimbang, tiap perusahaan telah membeli sebanyak mungkin tenaga kerja yang dianggapnya menguntungkan pada upah keseimbangan.

Tiap perusahaan telah mengikuti aturan memaksimalkan keuntungan. Perusahaan telah mempekerjakan jumlah perkerja hingga nilai produk marginal sama dengan upah. Maka dari itu, upah harus sama dengan nilai produk marginal tenaga kerja jika upah telah menyeimbangkan penawaran dan permintaan.

(Mankiw, 2004 : 494-495)

Jumlah Tenaga Kerja

Keseimbangan Pekerja, L

Penawaran

Permintaan

Upah Keseimbangan, W

Upah (harga tenaga kerja)

(27)

Gambar 2 : Kurva Penawaran Tenaga Kerja Individu

Sumber : Manurung, 2000, Teori Ekonomi Mikro, hal : 308, penerbit :

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta

Pada awalnya, Peningkatan upah akan menambah alokasi waktu untuk bekerja, karena biaya kesempatan dari tidak bekerja makin mahal. Penawaran tenaga kerja pun meningkat. Tetapi sampai tingkat upah tertentu, (W*), seseorang merasakan waktu nilai hidupnya telah menurun karena hampir seluruh waktunya digunakan untuk bekerja. Akhirnya dia merasa biaya kesempatan dari bekerja amat mahal. Lalu dia pun memutuskan untuk mengurangi jam kerja. (Manurung, 2000 : 307)

Jam Kerja

Backward bending labour supply curve S

L Upah (W)

0

(28)

Gambar 3 : Kurva Penawaran Tenaga Kerja Individu, Keluarga Miskin

Sumber : Manurung, 2000, Teori Ekonomi Mikro, hal : 309, penerbit :

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta

Pada gambar diatas dijelaskan bahwa dalam masyarakat yang miskin, kurva penawaran tenaga kerja dapat bersudut kemiringan negative. Jika upah makin rendah, penawaran tenaga kerja makin meningkat. Penjelasan pada fenomena ini adalah pada tingkat upah W1, penghasilan yang diterima seseorang anggota keluarga miskin (misalkan sang ayah) tidak mencukupi untuk membiayai hidup keluarga. Akibatnya anggota keluarga yang lain (ibu) harus ikut bekerja. Tetapi karena produktivitas ibu lebih rendah dari ayah, maka upah yang diperoleh lebih rendah (W2). Bila jumlah upah yang dikumpulkan ayah dan ibu tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga, maka anak-anak, bahkan yang masih <10 tahun terpaksa bekerja. Upah yang diterima anak-anak jauh lebih kecil dari ayah dan ibu mereka (W3) karena produktivitasnya lebih rendah dari mereka (ayah dan ibu). (Manurung, 2000 : 307)

(29)

2.3.2 Anak

2.3.2.1 Pengertian anak dan Tenaga kerja anak

Berikut ini adalah pengertian-pengertian mengenai Anak menurut beberapa sumber :

1. Anak adalah kelompok penduduk usia 10-14 tahun dan belum pernah menikah. (Anonim, 2001 : 30)

2. Anak adalah orang laki-laki/wanita yang berumur kurang dari 15 tahun. (Anonim, 2000)

3. Anak adalah penduduk berusia dibawah 18 tahun. (Anonim, 2002 : 7)

Perkembangan pengertian pekerja anak dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Pada masa kolonial pemerintah Belanda yang mengeluarkan ordonasi pemerintah 17 Desember 1952 mengatur tentang pekerja anak dan pekerja malam bagi perempuan. Ordonasi tersebut tersebut membatasi usia anak-anak yang bekerja minimum 12 tahun. Anak-anak usia kurang dari 12 tahun dilarang bekerja yang bukan porsi mereka dan berbahaya.

(30)

Secara umum pekerja atau buruh anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya, untuk orang lain atau untuk dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan menerima imbalan atau tidak. (Purwandari, 2003 : 3)

Pekerja anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya atau orang lain, dengan membutuhkan sejumlah besar waktu dengan menerima imbalan maupun tidak. (Mulyadi, 2003 : 110)

Pekerja anak adalah mereka yang berusia 10-14 tahun dan bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu dan bekerja untuk meningkatkan penghasilan keluarga atau rumah tangga. (Anonim, 2001 : 14)

2.3.2.2 Teori – Teori Tentang Tenaga Kerja Anak

Teori Strategi Kelangsungan Rumah Tangga ( House Hold Survival Strategy )

Dikemukakan oleh Harbinson, 1981 ( International Labour Review, 1981 ), menyatakan bahwa dalam masyarakat pedesaan terjadi

transisi, dan golongan miskin kota memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dan bila kondisi ekonomi berubah, maka angkatan kerja potensial akan dimasukan dalam pasar kerja, yang artinya memanfaatkan tenaga kerja keluarga, kalau tenaga wanita belum cukup, maka anak-anak pun dimasukan. (Purwandari, 2004 : 11)

(31)

sisi permintaan, menyatakan bahwa mempekerjakan anak-anak dan perempuan dewasa dianggap sebagai pencari nafkah kedua dan melipatgandakan keuntungan; Kedua, teori dari sisi penawaran menjelaskan bahwa kemiskinan merupakan sebab utama yang mendorong anak-anak bekerja untuk menjamin kelangsungan hidup dari keluarganya. (Mulyadi, 2003 : 112-113)

Anak-anak dapat preferensi khusus dari majikan karena mereka gesit dan efesien dalam mengerjakan tugas. Pekerjaan yang tidak membutuhkan kedudukan tinggi dan cenderung cepat bisa.

(Purwandari, 2004 : 30)

(32)

yang menarik, baik di dunia industri maupun calo. Sedangkan perlakuan anak tunduk pada hukum keseimbangan antara permintaan dan penawaran. (Mulyadi, 2003 : 113)

2.3.3 Upah / Pendapatan

2.3.3.1 Pengertian Upah / Pendapatan

Yang dimaksud dengan upah atau pendapatan adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan atau perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja termasuk tunjangan, baik untuk pekerja sendiri maupun keluarganya. (Suprihanto, 2002 : 111-112)

Upah yang diterima pekerja dapat dibedakan dua macam yaitu :

a. Upah Nominal, yaitu sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk uang yang diterima secara rutin oleh para pekerja.

b. Upah Riil, adalah kemampuan upah nominal yang diterima oleh para pekerja jika ditukarkan dengan barang dan jasa, yang diukur berdasarkan banyaknya barang dan jasa yang bisa didapatkan dari pertukaran tersebut. (Anonim 2010)

(33)

2.3.3.2 Kedudukan dan Fungsi Upah

Kedudukan dan fungsi upah adalah sebagai hak bagi para pekerja dan kewajiban bagi perusahaan yang merupakan sarana untuk memelihara, melestarikan, dan meningkatkan kebutuhan hidup manusia, ditetapkan atas dasar nilai-nilai tugas seorang pekerja dengan memperhatikan keseimbangan prestasi, kebutuhan pekerja, dan kemampuan perusahaan.

Adapun sistem pengupahan dan komponen upah yang berlaku di Indonesia, sebagian besar terdiri dari sebagai berikut :

1. Menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya. 2. Mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang.

3. Menyediakan insentif untuk mendorong produktivitas kerja.

(34)

2.3.3.3 Mekanisme Penetapan Upah/Pendapatan

Pada dasarnya upah dapat ditetapkan atau ditentukan melalui : - Perjanjian kerja.

- Peraturan perusahaan. - Kesepakatan kerja bersama.

- Apabila ada perselisihan ditetapkan melalui P4 daerah atau P4 pusat. Kenaikan upah dimusyawarahkan antara pekerja dan pengusaha menurut kriteria berikut :

- Prestasi kerja pekerja.

- Kebutuhan hidup pekerja yang penyesuaiannya didasarkan IHK. - Perkembangan perusahaan.

- Keadaan perekonomian pada umumnya.

Untuk dapat mencapai ratio upah terendah dan tertinggi yang seimbang dan memadai secara bertahap jarak terendah dan tertinggi perlu didekatkan, antara lain dengan cara :

(35)

Fungsi upah minimum : - Sebagai jaring pengaman.

- Untuk mengangkat taraf hidup dan martabat golongan penerima upah terendah.

- Untuk pemerataan pendapatan dalam upaya mewujudkan keadilan sosial.

Dalam penetapan upah minimum perlu diperhatikan : - Kemampuan perusahaan

- Keadaan perekonomian daerah atau nasional - Tingkat pengupahan di sektor atau nasional

- Tingkat pengupahan di sektor atau sub sektor sejenis di suatu wilayah atau wilayah berdekatan

- Standar kebutuhan hidup pekerja dan keluarga. (Suprihanto, 2002 : 113-115)

2.3.3.4 Teori-Teori Tentang Upah/Pendapatan

Teori David Ricardo

Teori upah wajar (alami) dari David Ricardo Teori ini menerangkan :

(36)

- Di pasar akan terdapat upah menurut harga pasar adalah upah yang terjadi di pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Upah harga pasar akan berubah di sekitar upah menurut kodrat. Oleh ahli-ahli ekonomi moderen, upah kodrat dijadikan batas minimum dari upah kerja. (Sumarsono 2003 : 20)

Teori John Stuart Mill

Teori dana upah teori upah ini dikemukakan oleh John Stuart Mill. Menurut teori ini tinggi upah tergantung kepada permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sedangkan penawaran tenaga kerja tergantung pada jumlah dana upah yaitu jumlah modal yang disediakan perusahaan untuk pembayaran upah. Peningkatan jumlah penduduk akan mendorong tingkat upah yang cenderung turun, karena tidak sebanding antara jumlah tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja. (Zainul 2007 : 21)

Teori Klasik J.B. Say

Hukum say didasarkan pada asumsi bahwa nilai produksi selalu sama dengan pendapatan. Tiap ada produksi akan ada pendapatan, yang besarnya persis sama dengan nilai produksinya tadi, dengan demikian dalam keadaan keseimbangan, produksi cenderung menciptakan permintaanya sendiri akan produksi barang yang bersangkutan. (Mulyadi, 2003 : 4)

Teori Keynes

(37)

posisi keseimbangan kegiatan produksi akan secara otomatis akan menciptakan daya beli untuk membeli barang-barang yang dihasilkan. Daya beli tersebut diperoleh sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi seperti upah, gaji, suku bunga, sewa dan balas jasa dari faktor produksi lainnya. Pendapatan atas faktor produksi tersebut seluruhnya akan dibelanjakan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan perusahaan. Kalau tidak ada yang bekerja, daripada tidak memperoleh pendapatan sama sekali, maka mereka bersedia bekerja dengan tingkat upah rendah. Kesediaan bekerja dengan upah rendah ini menarik perusahaan untuk memperkerjakan mereka lebih banyak. (Mulyadi 2003 : 7)

Teori Karl Marx

Ajaran Karl Marx pada dasarnya berpusat pada 3 hal. Yang pertama adalah mengenai teori nilai. Marx berpendapat bahwa buruh merupakan sumber nilai ekonomi. Jadi nilai suatu barang adalah nilai dari jasa buruh atau jumlah waktu kerja yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut.

Implikasi pandangan Marx dalam sistem pengupahan dan pelaksanaanya adalah :

(38)

2. Sistem pengupahan di sini tidak mempunyai fungsi pemberian insentif yang sangat perlu untuk menjamin peningkatan produktifitas kerja dan pendapatan nasional.

3. Sistem kontrol yang sangat ketat diperlukan untuk menjamin setiap orang betul-betul mau bekerja menurut kemampuannya. Ini memerlukan sentralisasi kekuasaan dan paksaan yang dipandang bertentangan dengan asas kemanusiaan. (Zainul 2007 : 78-79)

2.3.4 Demografi dan Pertumbuhan Penduduk

2.3.4.1 Pengertian Demografi

Istilah demografi berasal dari kata demos ( penduduk, rakyat ) dan graphein ( tulisan, uraian ). Demografi dapat diartikan sebagai ilmu yang

mempelajari kelompok manusia atau penduduk, dan karenanya disebut juga ilmu kependudukan. Demografi mencakup hal yang lebih luas yaitu mempelajari aspek dinamis dan analisis kependudukan mempelajari perubahan penduduk dan sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan tadi. (Nandi, 2006 : 121)

2.3.4.2 Pengertian Pertumbuhan Penduduk

(39)

1. Fertilitas

Diartikan sebagai hasil reproduksi nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Tinggi rendahnya tingkat fertilitas dapat menggambarkan kecepatan pertumbuhan penduduk suatu daerah atau negara.

2. Mortalitas

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk.

3. Migrasi

(40)

2.3.4.3 Komposisi Penduduk

Pada dasarnya komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk menurut ciri-ciri tertentu, dan ciri-ciri tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Biologis meliputi umur dan jenis kelamin.

2. Sosial yaitu antara lain meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan.

3. Ekonomi yaitu meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan sebagainnya.

4. Geografis yaitu berdasar tempat tinggal, daerah perkotaan, pedesaan, provinsi, kabupaten, dan sebagainnya. (Nandi, 2006 : 15-36)

2.3.4.4 Teori-Teori Tentang Pertumbuhan Penduduk

Teori Malthus

(41)

Teori Coale-Hoover

Perubahan penduduk baru terasa pada penduduk sebagai input proses produksi setelah kurun waktu 30 tahun. Hal ini mendorong dihasilkannya jumlah output yang lebih besar.

Teori Ester Boserup

Boserup menyimpulkan bahwa pertumbuhan penduduk justru menyebabkannya dipakainya sistem pertanian yang lebih intensif disuatu masyarakat primitif dan meningkatnya sektor pertanian. (Mulyadi 2003 : 2-5)

2.3.5 Pendidikan

2.3.5.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. (Anonim, 2010 : 12)

(42)

Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.

Pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlancar mencapai cita-cita nasional Indonesia.

Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan dan latihan tidak saja menambah pengetahuan tapi juga meningkatkan ketrampilan bekerja, dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja. (Anonim, 2010 : 11)

(43)

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. (Anonim, 2010 : 4)

Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup. (Anonim 2010 : 1)

Sedangkan menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia. (Dwi, 2005 : 110)

Dijabarkan juga oleh Frederick J. Mc Donald dan M.J. Langeveld, pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang.

Pendidikan merupakan setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.

(44)

sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang. (Syarbani, 2010 : 10)

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Purwandari, 2004 : 35)

Walaupun sistem pendidikan sudah dikenal sejak dahulu, namun baru sejak tahun 1940-an orang mulai sadar akan hubungan pendidikan dan latihan dengan peningkatan pertumbuhan perekonomian. (Dwi, 2005 : 116)

2.3.5.2 Tingkat Penghasilan dan Pendidikan

Hubungan pendidikan dengan produktivitas kerja dapat tercermin dalam tingkat penghasilan. Pendidikan tinggi mengakibatkan produktivitas kerja yang lebih tinggi dan oleh sebab itu memungkinkan penghasilan yang lebih tinggi juga.

2.3.5.3 Tingkat Kemiskinan dan Pendidikan

(45)

2.3.5.4 Tujuan Dalam Pendidikan

1. Tujuan Umum

Disebut juga tujuan sempurna, tujuan terakhir, atau tujuan bulat. Tujuan umum ialah tujuan didalam pendidikan, yang seharusnya menjadi tujuan orang tua atau lain-lain pendidik, yang telah ditetapkan oleh pendidik dan selalu dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terdapat pada anak didik itu sendiri dan dihubungkan dengan syarat-syarat dan alat-alat untuk mencapai tujuan umum tersebut.

2. Tujuan Tidak Sempurna Atau Tak Lengkap

Ialah tujuan-tujuan yang mengenai segi-segi kepribadian manusia yang tertentu yang hendak dicapai dengan pendidikan itu. Yaitu segi-segi yang berhubungan dengan nilai-nilai hidup yang tertentu seperti keindahan, kesusilaan, keagamaan, kemasyarakatan, seksual dll.

3. Tujuan Sementara

Tujuan sementara ini merupakan tempat-tempat perhentian sementara pada jalan yang menuju ke tujuan umum seperti : anak-anak dilatih belajar kebersihan, belajar berbicara, belajar berbelanja, belajar bermain bersama teman-temannya.

4. Tujuan Perantara

(46)

itu dipandang sebagai tujuan perantara, seperti metode mengajar dan membaca.

5. Tujuan Isidental

Tujuan ini hanyalah sebagai kejadian-kejadian yang merupakan saat-saat yang terlepas pada jalan yang menuju kepada tujuan umum.

2.3.5.5 Pengertian Kurikulum

Pengertian kurikulum untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan pandangan yang beragam. Dalam pandangan klasik, lebih menekankan kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum.

Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell. (Syarbani, 2010 : 3-4)

Mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu :

(47)

3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.

4. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik. (Purwanto, 2002 : 8-9)

Pengertian kurikulum menjadi enam bagian : 1. Kurikulum sebagai ide.

2. Kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum.

3. Kurikulum menurut persepsi pengajar .

4. Kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas.

5. Kurikulum pengalaman yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik.

6. Kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum. (Syarbani, 2010 : 54)

2.3.5.6 Peranan Anggota-Anggota Keluarga Terhadap Pendidikan Anak

(48)

Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai keluarga, dapat disebutkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah :

a. Sumber pemberian rasa kasih sayang b. Pengasuh dan pemelihara

c. Tempat curahan isi hati

d. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga e. Pembimbing hubungan pribadi

f. Pendidik dalam segi emosional 2. Ayah

Tanpa bermaksud mendiskriminasikan tugas tanggung jawab ayah dan ibu dalam keluarga, ditinjau dari tugas dan fungsinya sebagai ayah, dapat dikemukakan disini, bahwa peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih dominan adalah sebagai :

a. Sumber kekuasaan dalam keluarga

b. Penghubung intern keluarga dengan masyarakat dan dunia luar c. Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga

d. Pelindung ancaman dari luar

e. Hakim atau mengadili jika terjadi perselisihan f. Pendidik dari segi-segi rasional

3. Nenek

(49)

Mereka tidak mengharapkan sesuatu dari cucu-cucunya mereka semata-mata hanya memberi belaka. Maka dari itu kebanyakan nenek memanjakan cucu-cucunya dengan berlebihan

4. Pramuwisma

Pada umumnya pramuwisma tidak memiliki pengetahuan ataupun pengalaman yang cukup dalam hal mengasuh atau mendidik anak. Apalagi pramuswisma yang masih muda atau belum pernah berkeluarga. Oleh karena itu bagi para orang tua, betapa pun sibuknya dan sempitnya waktu luang tidak baik menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya pada pramuwisma. Peranan pramuswisma sebagai pembantu rumah tangga seyogyanya hanyalah sebagai ‘pembantu’ pula dalam mengasuh dan mendidik anak didalam keluarga. Sedangkan yang tetap berperan dan menentukan pendidikan anak adalah orang tua yaitu ayah dan ibu.

Petunjuk penting dan perlu diperhatikan oleh pendidik :

a. Mengusahakan suasana yang baik dalam lingkungan keluarga b. Tiap anggota keluarga hendaklah belajar berpegang pada hak dan

tugas kewajiban masing-masing

c. Orang tua dan orang dewasa lainnya dalam keluarga itu hendaklah mengetahui watak dan tabiat anak-anak

d. Hindarkan segala sesuatu yang dapat merusak pertumbuhan jiwa anak

(50)

Macam- macam lingkungan pendidikan adalah : a. Lingkungan keluarga

b. Lingkungan sekolah c. Lingkungan kampung d. Lingkungan pemuda e. Lingkungan negara (Purwandari, 2004 : 148)

2.3.5.7 Teori- Teori Tentang Pendidikan

John Locke dan Francis Bacon

Mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan kertas putih bersih yang belum ditulisi. Jadi sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat kemampuan apa-apa. Karenanya anak dapat dibentuk sekehendak pendidiknya. Disini kekuasaan ada pada pendidikan. Pendidikan atau lingkungan berkuasa atas pembentukan anak.

Pendidikan dapat dilihat dari 2 sisi yaitu :

1. Pendidikan sebagai praktek, maksudnya adalah seperangkat kegiatan atau aktivitas yang diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain agar memperoleh perubahan perilaku. 2. Pendidikan sebagai praktik, pengertiannya adalah seperangkat

(51)

pengalaman pendidikan maupun dari hasil perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas. (Anonim, 2004 : 3)

Teori Behaviourism

Adalah mengatakan bahwa untuk menjadi ilmu pengetahuan, psikologi harus memfokuskan perhatiannya pada sesuatu yang bisa diteliti lingkungan dan perilaku yang fokus pada apa yang tersedia dalam individu persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, berbagai citra perasaan dan sebagainya. Perasaan itu sifatnnya subyektif dan kebal bagi pengukuran sehingga tidak akan pernah bisa ilmu pengetahuan yang obyektif. Aliran ini didasarkan pada perubahan tingkah laku yang diamati. Oleh karena itu aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran bagaimanah lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar akan berubah kalau ada stimulus dan respon. Stimulus dapat berupa perilaku yang diberikan pada siswa, sedangkan respons berupa perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa.

Teori Cognitivism

(52)

Teori Constructivism

Menurut teori constructivism yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi dalam pandangan constructivism sangat penting peranan siswa. Agar siswa memiliki

kebiasaan berpikir maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar. Menurut teori ini juga perlu disadari bahwa siswa adalah subyek utama dalam penemuan pengetahuan. Mereka menyusun dan membangun pengetahuan melalui berbagai pengalaman yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan.Mereka harus menjalani sendiri berbagai pengalaman yang pada akhirnya memberikan pemikiran tentang pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah siswa perlu menguasai bagaimana caranya belajar.

Teori Humanistic

(53)
(54)

Teori Sukmadinat

1. Pendidikan Klasik

Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialism, Essensialism, dan Existensialism dan memandang bahwa

pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari kasanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.

2. Pendidikan Pribadi

(55)

aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).

3. Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus, berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.

4. Pendidikan Interaksional

(56)

senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial. (Suroto, 2002 : 79)

Teori Edward Lee Thorndike

Teori Koneksionisme Edward Lee Thorndike adalah tokoh psikologi yang mampu memberikan pengaruh besar terhadap berlangsungnya proses pembelajaran. Teorinya dikenal dengan teori Stimulus-Respons. Menurutnya, dasar belajar adalah asosiasi antara

(57)

Pendidikan yang dilakukan Thorndike adalah menghadapkan subyek pada situasi yang mengandung problem. Model eksperimen yang ditempuhnya sangat sederhana, yaitu dengan menggunakan kucing sebagai objek penelitiannya. Kucing dalam keadaan lapar dimasukkan ke dalam kandang yang dibuat sedemikian rupa, dengan model pintu yang dihubungkan dengan tali. Pintu tersebut akan terbuka jika tali tersentuh/tertarik. Di luar kandang diletakkan makanan untuk merangsang kucing agar bergerak keluar. Pada awalnya, reaksi kucing menunjukkan sikap yang tidak terarah, seperti meloncat yang tidak menentu, hingga akhirnya suatu saat gerakan kucing menyentuh tali yang menyebabkan pintu terbuka. Setelah percobaan itu diulang-ulang, ternyata tingkah laku kucing untuk keluar dari kandang menjadi semakin efisien. Itu berarti, kucing dapat memilih atau menyeleksi antara respons yang berguna dan yang tidak. Respon yang berhasil untuk membuka pintu, yaitu menyentuh tali akan dibuat pembiasaan, sedangkan respon lainnya dilupakan. Eksperimen itu menunjukkan adanya hubungan kuat antara stimulus dan respon. Thorndike merumuskan hasil eksperimennya ke dalam tiga hukum dasar, sebagai berikut:

a. Hukum Kesiapan (The Law of Readiness)

Hukum ini memberikan keterangan mengenai kesiapan seseorang merespons (menerima atau menolak) terhadap suatu stimulan :

(58)

melakukan tingkah laku lain. Contoh, peserta didik yang sudah benar-benar siap menempuh ujian, dia akan puas bila ujian itu benar-benar-benar-benar dilaksanakan.

Kedua, bila seseorang siap melakukan suatu tingkah laku tetapi tidak dilaksanakan, maka akan timbul kekecewaan. Akibatnya, ia akan melakukan tingkah laku lain untuk mengurangi kekecewaan. Contoh peserta didik yang sudah belajar tekun untuk ujian, tetapi ujian dibatalkan, ia cenderung melakukan hal lain (misalnya: berbuat gaduh, protes) untuk melampiaskan kekecewaannya.

Ketiga, bila seseorang belum siap melakukan suatu perbuatan tetapi dia harus melakukannya, maka ia akan merasa tidak puas. Akibatnya, orang tersebut akan melakukan tingkah laku lain untuk menghalangi terlaksananya tingkah laku tersebut. Contoh, peserta didik tiba-tiba diberi tes tanpa diberi tahu lebih dahulu, mereka pun akan bertingkah untuk menggagalkan tes.

Keempat, bila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku dan tetap tidak melakukannya, maka ia akan puas. Contoh, peserta didik akan merasa lega bila ulangan ditunda, karena dia belum belajar.

b. Hukum Latihan (The Law of Exercise)

Hukum ini dibagi menjadi dua, yaitu hukum penggunaan (the law of use), dan hukum bukan penggunaan (the law of disuse). Hukum

(59)

penggunaan menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respons akan semakin melemah jika latihan dihentikan. Contoh: Bila peserta didik dalam belajar bahasa Inggris selalu menghafal perbendaharaan kata, maka saat ada stimulus berupa pertanyaan apa bahasa Inggrisnya kata yang berbahasa Indonesia maka peserta didik langsung bisa merespons pertanyaan itu dengan mengingat atau mencari kata yang benar. Sebaliknya, jika tidak pernah menghafal atau mencari, ia tidak akan memberikan respons dengan benar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa prinsip utama belajar adalah pengulangan. Makin sering suatu pelajaran diulang, akan semakin banyak yang dikuasainya. Sebaliknya, semakin tidak pernah diulang, pelajaran semakin sulit untuk dikuasai. c. Hukum Akibat (The Law of Effect)

(60)

diuntungkan oleh kondisi). Pada kesempatan lain, ia akan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan itu, sebab ia merasakan ada hal yang tidak menyenangkan baginya. (Suroto, 2002 : 34-36)

Teori Classical Conditions

Tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Ivan Petrovich Pavlov, warga Rusia yang hidup pada tahun 1849-1936. Teorinya adalah tentang conditioned reflects. Pavlov mengadakan penelitian secara intensif

mengenai kelenjar ludah. Penelitian yang dilakukan Pavlov menggunakan anjing sebagai objeknya. Anjing diberi stimulus dengan makanan dan isyarat bunyi, dengan asumsi bahwa suatu ketika anjing akan merespons stimulan berdasarkan kebiasaan. Ketika akan makan, anjing mengeluarkan liur sebagai isyarat dia siap makan. Percobaan itu diulang berkali-kali, dan pada akhirnya percobaan dilakukan dengan memberi bunyi saja tanpa diberi makanan. Hasilnya, anjing tetap mengeluarkan liur dengan anggapan bahwa di balik bunyi itu ada makanan. Lewat penemuannya, Pavlov meletakkan dasar behaviorism sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi berbagai penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori belajar. Prinsip belajar menurut Pavlov adalah sebagai berikut:

a. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan/mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kurang dengan perangsang yang lebih lemah.

(61)

c. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme / individu.

d. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak.

e. Semua aktivitas susunan saraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibitasi.

(Zainul, 2008 : 30-38)

2.4 Kerangka Pikir

Kerangka pikir dari penelitian ini membahas “Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja anak di Surabaya”, dalam pembahasan ini variabel yang mempengaruhi yaitu tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak, dan tingkat pendidikan orang tua. Untuk mengetahui keterkaitan hubungan antar variabel maka dapat dijelaskan dalam uraian sebagai berikut :

1. Tingkat Pendapatan Keluarga (X1)

(62)

berpengaruh pada tingkat penawaran tenaga kerja anak. Karena anak tidak lagi diperlukan dalam membantu mencari pendapatan untuk keluarganya. 2. Jumlah Anak (X2)

Jumlah anak adalah jumlah anak yang ada dalam satu keluarga. Hal ini dapat mempengaruhi jumlah penawaran kerja anak. Karena jika keluarga termasuk dalam garis ekonomi menengah kebawah, dengan jumlah anak yang tidak dikontrol/dibatasi maka tidak ada lagi kemampuan keluarga/orang tua untuk memberi konsumsi yang layak, dan akibatnya meningkatkan tingkat penawaran tenaga kerja anak.

3. Tingkat Pendidikan Keluarga (X3)

Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan dan latihan tidak saja menambah pengetahuan tapi juga meningkatkan ketrampilan bekerja, dengan demikian meningkatkat produktivitas kerja. (Anonim, 2010 : 11) Jadi jika tingkat pendidikan keluarga adalah rendah, maka tingkat

penawaran tenaga kerja akan meningkat. Hal ini dapat terjadi karena tingkat kesadaran keluarga akan dilarangnya ketenagakerjaan anak oleh pemerintah.

(63)

Gambar 4 : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Tenaga Kerja

Anak Di Surabaya

Sumber : Peneliti

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih belum teruji kebenarannya dan masih harus dibuktikan secara empiris berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hipotesis akan ditolak jika memang salah atau diterima jika fakta-fakta membenarkan.

Jumlah Anak Dalam Keluarga

(X2) Tingkat Pendapatan

Keluarga (X1)

Tingkat Pendidikan

Keluarga (X3)

Penawaran Tenaga Kerja

(64)

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara terhadap permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Diduga secara simultan ada pengaruh antara tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak dalam keluarga, dan tingkat pendidikan orang tua terhadap penawaran tenaga kerja anak di Surabaya, Kecamatan Gubeng.

(65)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Variabel – variabel yang digunakan dalm penelitian ini terdiri atas tiga variabel bebas yaitu tingkat pendapatan keluarga ( X1 ), jumlah anak dalam

keluarga ( X2 ), tingkat pendidikan orang tua ( X3 ) dan satu variabel terikat

yaitu penawaran tenaga kerja anak ( Y ). Konsep dan difinisi secara operasional masing – masing variabel dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel Bebas

1. Tingkat Pendapatan Keluarga ( X1 ) adalah dimana total penerimaan

sebuah keluarga per bulan dalam satuan rupiah.

2. Jumlah Anak Dalam Keluarga ( X2 ) adalah jumlah atau total anak

yang dimiliki sebuah keluarga/dalam satu keluarga dalam satuan jiwa. 3. Tingkat Pendidikan Orang Tua ( X3 ) adalah tingkat pendidikan

(66)

b. Variabel Terikat ( Y )

Adalah menawarkan tenaga kerja anak sebagai subyeknya. Penawaran ini biasanya dilakukan oleh orang tua dari anak itu sendiri. Perhitungan ini diukur dengan satuan jiwa.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang dipergunakan adalah skala likert, sedangkan teknik pengukuran yang dipergunakan adalah skala interval

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Obyek Penelitian

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tenaga kerja anak di Surabaya, Kecamatan Gubeng yang berada di Kelurahan Mojo dan Pucang Sewu.

3.2.2. Populasi

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tenaga Kerja Anak. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Anonim 2004 : 55)

(67)

3.2.3. Sampel

Teknik Penarikan sampel

Penelitian ini diambil dengan cara menyebarkan kuisioner kepada sampel, dengan menggunakan teknik purpossive sampling yang termasuk kedalam non probability sampling.

Purpossive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian). Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada elemen-elemen yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan tersebut.

Pada penelitian ini, sampel ditentukan berdasarkan kriteria dan pertimbangan-pertimbangan bahwa sampel adalah orang tua tenaga kerja anak. tetap dengan tujuan untuk lebih memudahkan dalam menjawab pernyataan yang ada dalam kuisioner, responden berjumlah 50 orang.

Dalam penelitian ini penentuan jumlah sampel berdasarkan batas minimal dengan menggunakan rumus Slovin. (Manurung, 2000 : 78) :

n = 2

.

1 Ne

N +

Keterangan:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

(68)

Maka pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut:

Dari hasil tersebut jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 50 Tenaga Kerja Anak yang akan diambil pertanyaanya pada kuisioner yang akan dibagikan

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data ini adalah data primer yaitu data atau keterangan yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan kepada pengumpul data yang diperoleh melalui hasil pengisian (jawaban) kuisioner. (Purwandari, 2004 : 16 )

3.3.2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini berasal dari hasil dari kuisioner yang telah diisi oleh orang tua tenaga kerja anak di Surabaya, Kecamatan Gubeng, Kelurahan Mojo dan Pucang Sewu.

3.3.3. Pengumpulan Data

(69)

daftar pertanyaan kepada responden yang nantinya akan diberi nilai atau scoring.

Kuesioner tersebut dibagikan kepada pihak yang berkepentingan yang secara langsung berhubungan dengan masalah yang diteliti dengan batas waktu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Pertanyaan kuisioner yang diajukan kepada responden merupakan perkembangan dari jurnal yang telah disesuaikan dengan kondisi lingkungan. (Purwandari, 2004 : 18)

3.4. Uji Validitas dan Reabilitas

3.4.1. Uji Validitas

Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan perkataan lain instrumen tersebut dapat mengukur konstruk sesuai dengan yang diharapkan.

Koefesien validitas dicari dengan cara mengkolerasikan skor yang diperoleh pada setiap item dengan total dari masing-masing atribut, dengan menggunakan SPSS (Statistical Program For Social Science). Koefesien validitas kurang dari 0,30 biasanya sebagai tidak memuaskan. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa :

- Jika nilai r hitung > 0,30 berarti pernyataan valid - Jika nilai r hitung < 0,30 berarti pernyataan tidak valid

3.4.2.Uji Reabilitas

(70)

mantap. Dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat diandalkan dan dapat diramalkan. Suatu alat ukur yang mantap tidak berubah-ubah pengukurannya dan dapat diandalkan karena penggunaan alat ukur tersebut berkali-kali memberikan hasil serupa. Kriteria pengujian sebagai berikut :

- Jika nilai alpha > 0,60 berarti pernyataan reliabel - Jika nilai alpha < 0,60 berarti pernyataan tidak reliabel (Sumarsono, 2003 : 35)

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogorov – Smirnov yaitu: apakah skor dalam sample berasal dari populasi yang memiliki distribusi teoritis. Sedangkan distribusi teoritis sendiri adalah apa yang diharapkan sesuai dengan hipotesis nol (Ho). (Sumarsono, 2003 : 40) Ukuran untuk menentukan normalitas adalah :

- Jika nilai signifikan (nilai probabilitas) lebih kecil lebih dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.

- Jika nilai signifikansi (nilai Probabilitas ) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal.

(71)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, multikolinieritas dan heterokedastisitas dalam hasil estimasi. Syarat suatu persamaan regresi adalah harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda yaitu tidak boleh ada multikolinearitas, heteroskedasitas, dan autokorelasi. Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang dipeoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji T menjadi bias. Tiga asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut :

a. Multikolinieritas

Yaitu adanya hubungan linier diantara variabel – variabel bebas dalam model regresi. Bertujuan untuk menguji apakah dalam model Regresi adanya korelasi antara variabel bebas (independence). Pengujian yang dipakai adalah VIF dan Tolerence.

Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel independent lainnya. Nilai

tolerance yang umum dipakai adalah < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10, maka tidak terjadi multikolinearitas. (Sumarsono, 2003 : 50) b. Heterokedasitas

(72)

apakah dalam model tersebut terjadi gejala Heterokedasitas atau tidak

Rank Spearma yaitu : semua variabel bebas terhadap nilai residual lebih besar 5% tidak terjadi HeterokedasitasKriteria ;

- Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heterokedasitas

- Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena atau terdapat heterokedasitas c. Autokorelasi

Gambar 5 : Daerah Keputusan Uji Durbin Watson

Sumber : Gujarati, Ekonometrika Dasar, 2000 : 216 Penerbit Erlangga Jakarta,

Adanya autokorelasi ini biasanya varians dengan nilai yang lebih kecil dari nilai sebenarnya, sehingga nilai-nilai R2 dan Fhitung yang

dihasilkan cenderung sangat berlebih (overestimated). Cara mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan membandingkan nilai Durbin Watson (DW) dengan (DW) tabel keputusan adanya autokorelasi didasarkan atas:

(73)

Daerah B = d1 < DW <dU, ragu-ragu

Daerah C = dU < DW < dU, terima H0, non autokorelasi

Daerah D = 4-du < DW < 4-dU ragu-ragu

Daerah E = DW < 4-d1, ditolak H0, autokorelasi negatif

Korelasi antara dua observasi yang diurutkan berdasarkan urutan waktu (time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (cross sectional data ). Dalam penelitian ini data yang digunakan bukan data time series tetapi data cross section yang diambil berdasarkan kuisioner, sehingga untuk uji autokorelasi tidak dilakukan. Karena autokorelasi pada sebagian besar kasus ditemukan pada regresi yang datanya time series. (Manurung, 2000 : 216)

3.5.3. Analisis Regresi Linier Berganda

Teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan persamaan regresi liniar berganda, untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat dinyatakan sebagai berikut :

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e ………(1)

(Anonim, 2003) Keterangan :

Y = Penawaran tenaga kerja anak β0 = Konstanta

β1β2 β3 = Koefisien regresi

X1 = Tingkat pendapatan keluarga

(74)

e = pengganggu

Untuk menguji hipotesis digunakan analisis Regresi Linier Berganda dengan bantuan program komputer yaitu program SPSS 11.0 agar mudah dalam perhitungan.

3.5.4. Uji Hipotesis

1. Uji F digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

a. Hipotesis statistik :

H0 : b1 = 0 (model regresi yang dihasilkan tidak cocok untuk

melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat).

H1 : b1 ≠ 0 (model regresi yang dihasilkan cocok untuk melihat

(75)

d. Kriteria pengujian yang digunakan dalam uji F adalah :

- Nilai probabilitas < 0,05 artinya H0 ditolak dan H1 diterima.

- Nilai probabilitas ≥ 0,05 artinya H0 diterima dan H1 ditolak.

2. Uji t digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

a. Hipotesis statistik :

H0 : b1 = 0 (tidak terdapat pengaruh signifikan variabel bebas

terhadap variabel terikat).

H1 : b1≠ 0 (terdapat pengaruh signifikan variabel bebas) terhadap

variabel terikat). b. Tingkat signifikansi 0,05

c. Nilai thitung = bi

Se bi

(Anonim : 2003) Keterangan :

thitung = t hasil perhitungan

b1 = koefisien regresi

Se b1 = standard error

d. Kriteria pengujian yang digunakan dalam uji t adalah :

- Jika nilai probabilitas < 0,05 artinya H0 ditolak dan H1 diterima.

Gambar

Tabel 12 : Tabel Hubungan Antar Variabel Bebas dengan Variabel
Gambar 1 : Kurva Keseimbangan Pada Pasar Penawaran Tenaga Kerja
Gambar 2 : Kurva  Penawaran Tenaga Kerja Individu
Gambar 3 : Kurva  Penawaran Tenaga Kerja Individu, Keluarga Miskin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Meskipun perpustakaan bermanfaat sebagai salah satu sumber belajar untuk semua mata pelajaran (termasuk pelajaran sejarah), namun dalam kenyataan ada kecenderungan

Vol. 2, Desember 2017 109 Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencoba menggali lebih dalam tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa persinggungan antara ajaran agama (Islam) yang dibawa oleh Ki Ageng Gribig, modernitas, dan budaya (Jawa) tergambar dalam ritual dan

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan