• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN GERAKAN PETANI DI KABUPATEN SLEMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERKEMBANGAN GERAKAN PETANI DI KABUPATEN SLEMAN"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERKEMBANGAN GERAKAN PETANI

DI KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Disusun oleh :

WIDYANINGSIH

NIM: 031324022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada:

Tuhanku Yesus Kristus

Orang tuaku Bapak R. Suharno dan Ibu Sumirah

Mbakku Bernadetta Widyarini

(5)
(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : WIDYANINGSIH Nomor Mahasiswa : 031324022

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERKEMBANGAN GERAKAN PETANI DI KABUPATEN SLEMAN

beserta perangakat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memeberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 17 Januari 2008

Yang menyatakan

(7)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Januari 2008 Penulis

(8)

viii

ABSTRAK

PERKEMBANGAN GERAKAN PETANI

DI KABUPATEN SLEMAN

Widyaningsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan gerakan petani di Kabupaten Sleman pada masa orde baru dan pada masa reformasi.

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Sleman yang terdiri dari 17 Kecamatan pada bulan Juli sampai bulan September 2007. Data yang dikumpulkan meliputi dokumen, pemerian, pernyataan lisan dan relief yang dilakukan oleh peneliti. Sampel penelitian diambil 10% dari jumlah kelompok tani di masing-masing kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sleman. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan pada gerakan petani yang ada di Kabupaten Sleman setelah adanya perubahan masa Orde Baru ke masa Reformasi.

1. Gerakan petani pada masa Orde Baru a. Gerakan petani disebut kelompencapir.

b. Tujuan kelompencapir adalah untuk melaksanakan kebijakan pemerintah.

c. Kegiatan kelompencapir adalah penyuluhan oleh Mantri Tani serta dialog para anggota kelompencapir dengan Matri Tani

d. Hambatan yang dihadapi kelompencapir adalah masalah permodalan dan kurangnya tenaga penyuluh.

2. Gerakan petani pada masa Reformasi a. Gerakan petani disebut kelompok tani.

b. Tujuan dibentuknya kelompok tani adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para anggota dalam bidang pertanian. c. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani adalah penyuluhan oleh

Petugas Penyuluh Lapangan dan Lembaga Swadaya Masyarakat, arisan, simpan pinjam, promosi industri (pupuk, bibit), sekolah pertanian, wadah belajar petani.

(9)

ix

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF FARMERS’ MOVEMENT

IN SLEMAN

Widyaningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The purpose of this research is to know the development of farmers’ movement in Sleman During New Rezim and Reformasi Era.

The research held in Sleman which consists of 17 subdistricts from July to September 2007. The data collected by applying documentation, distribution, oral statement and relief done by researcher. 10 % of research samples were taken from the farmers in each subdistrict in Sleman. Data analysis used was descriptive qualitative analysis.

The result of the research shows that there are changes on farmers movement in Sleman after the change of New Rezim to Reformasi Era.

1. The Farmers Movement in New Rezim

a. The farmers movement called “kelompencapir”

b. The purpose of “kelompencapir” is Agricultural Extension to execute the goverment policy

c. The activities of “Kelompencapir” are extension by agricultural experts and dialogues of Kelompencapir members.

d. The obstractions that “kelompencapir” faced are capital problems and less of extension staff.

2. The Farmers Movement in Reformasi Era

a. The farmers movement called “ kelompok tani”

b. The purpose of “Kelompok Tani” is increasing knowledge and skill improvement of the members in agriculture

c. The activities of “Kelompok Tani” are extension by staff of field extension and Society Effort Organization, regular social gathering, save and loan, industry promotion (fertilizer, seed), agricultural school and farmers study space.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berrjudul “Perkembangan Gerakan Petani Di Kabupaten Sleman” dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

Selesainya penulisan skripsi ini bukan berarti lepas dari peran serta berbagai pihak yang telah mendampingi, mengarahkan dan memberikan semangat kepada penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

4. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku pembimbing I yang telah membimbing penulis dengan sabar dan perhatian serta memberikan banyak kritik dan saran yang membangun yang berguna bagi penyelesaian penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto selaku pembimbing II yang dengan sabar dan perhatian dalam membimbing penulis serta memberikan masukan-masukan yang bermanfaat sehingga dapat membuat penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

6. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si. yang telah membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

(11)

xi

8. Pihak sekretariat yaitu mbak Titin yang telah membantu kelancaran penulis dari permulaan pembuatan skripsi sampai selesai.

9. Staf Perpustakaan Sanata Dharma yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam memperoleh referensi-referensi yang berkaitan dengan penyelesaian skripsi ini.

10.Orang tua yaitu Bapak R. Suharno dan Ibu Sumirah yang selalu memberikan spirit keberhasilan dan tak lupa banyak terima kasih atas doa dan nasehatnya selama ini.

11.Kakaku Bernadetta Widyarini yang telah memberikan dorongan dan semangatnya .

12.Masku Yuniato yang telah memberikan semangat, dorongan dan doanya. 13.Sahabat-sahabatku: Meyta Diah Sukmawati, Asti Vitaningrum, Christina

Yuyun Kurniawati, Eka Yulianti, Isnani Pujiyatmi, Maria Thomas Tini terima kasih atas bantuan, persahabatan, pengertian dan kekompakkannya yang tulus dari kalian.

14.Seluruh teman-teman Pendidikan Ekonomi angkatan 2003, terima kasih atas keceriaan, dukungan dan semangat kalian.

15.Mbak Us, Mas Aji, Mas Panggung dan Dek Majid terima kasih atas bantuannya.

16.Para Ketua Kelompok Tani dan anggota kelompok tani di Kabupaten Sleman terima kasih atas bantuannya.

Yogyakarta, 17 Januari 2008

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Perkembangan Pertanian... 7

B. Hak-hak Petani ... 9

C. Latar Belakang Dilanggarnya Hak-Hak Petani... 15

D. Gerakan Petani Di Indonesia... 16

E. Kerangka Pemikiran... 20

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 22

A. Jenis Penelitian... 22

B. Lokasi Penelitian... 22

C. Populasi,Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 22

(13)

xiii

E. Sumber Data... 26

F. Teknik Pengumpulan Data... 26

G. Variabel Penelitian dan Batasan Operasional ... 27

H. Teknik Analisis Data... 29

BAB IV. GAMBARAN UMUM ... 31

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31

B. Deskripsi Kelompok Tani ... 36

BAB V. PEMBAHASAN ... 40

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN 1 FORMAT WAWANCARA... 72

LAMPIRAN 2 SURAT IJIN PENELITIAN ... 73

LAMPIRAN 3 JUMLAH KELOMPOK TANI TAHUN 2006... 74

LAMPIRAN 4 SAMPEL PENELITIAN... 88

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakikat pembangunan merupakan upaya untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Jadi bukan masalah peningkatan materi sebagai tujuan yang pertama dan terutama atau yang lebih mendasar lagi, pembangunan haruslah merupakan pembebasan manusia secara terus menerus. Dengan demikian pembangunan pertanian pertama-pertama bukan masalah peningkatan produksi pertanian, melainkan upaya pembebasan manusia petani dan termasuk di dalamnya adalah peningkatan kesejahteraan manusia pada umumnya. Peningkatan produksi pertanian menjadi faktor yang ada di dalam pembangunan dan mengikutinya. Masalah manusia dalam pembangunan pertanian bukan dalam arti peningkatan sumber daya manusia (SDM). Pembangunan pertanian bukan upaya menciptakan manusia sebagai faktor produksi, melainkan manusia petani yang benar-benar merdeka. Menurut Arief Budiman, pembangunan harus mampu menciptakan kondisi lingkungan yang mendorong lahirnya manusia kreatif (Soetomo, 1996).

(15)

sistem kekuasaan dan politik yang ada didalamnya. Akhirnya upaya untuk mencapai pencerahan petani lewat ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengatasi tradisionalitas yang penuh dengan mitos-mitos yang menindas tidak tercapai. Justru sebaliknya ilmu pengetahuan dan teknologi berubah menjadi bentuk-bentuk dominasi baru yang tidak kurang menindas.

Manusia petani dengan dasar bahwa ia adalah manusia harus diperlakukan sungguh-sungguh sebagai manusia. Hal ini merujuk pada hak-hak asasi manusia. Hak asasi manusia adalah hak-hak-hak-hak yang dimiliki manusia karena ia manusia, bukan diberikan oleh masyarakat berdasarkan suatu hukum positif tertentu, melainkan karena martabatnya sebagai manusia (Rengka, 2004).

Pengakuan hak-hak asasi manusia dalam diri petani memberikan implikasi yang penting. Jaminan otonomi manusia atas kehidupan pribadinya sangat penting terutama berhadapan dengan tendensi totaliter pemerintah yang ingin mengatur segala segi kehidupan petani hingga yang paling kecil. Tuntutan ini secara positif harus diperluas dalam bentuk pembangunan pertanian yang direncanakan secara demokratis, direncanakan dan dilaksanakan bersama segenap masyarakat petani. Demokratisasi dalam kehidupan petani antara lain terwujud dalam penghapusan segala unsur-unsur monopoli yang berasal dari kaum politisi dan pejabat. Para ilmuwan dan teknokrat tidak dapat begitu saja menentukan kebijakan-kebijakan yang dianggapnya paling baik untuk petani ( Soetomo, 1996).

(16)

negara tidak pernah mempunyai tujuan di dalam diri sendiri. Negara harus menjamin bahwa petani tidak hidup dibawah tingkat minimal yang dianggap wajar, melainkan berhak untuk merasakan serta menerima secara adil harta benda material dan kultural bangsa ini. Hal ini ditegaskan dalam realitas negatif manusia petani. Di satu pihak petani sebagai manusia dalam kancah pembangunan diakui hak-haknya, tetapi di lain pihak petani begitu akrab dengan kemiskinan dan ketidakberdayaan. Keadaan inilah yang membuat

bargaining power dan bargaining position petani dalam perjuangan dan

persaingan hidup ditengah-tengah masyarakat menjadi sangat lemah. Hal ini berarti bahwa petani tidak menyumbang apa-apa untuk pembangunan. Pembangunan tetap berjalan tanpa petani, bahkan laju pembangunan sering dianggap terhambat karena kemiskinan petani. Posisi seperti itulah yang membuat petani menjadi kurang berdaulat atas kehidupannya dan kurang bermartabat serta begitu hina dalam kehidupan masyarakat (Soetomo, 1996).

Kesulitan para petani bukan hanya menyangkut ketidakberdayaan secara psikologis dan kultural. Bukan sekedar menyangkut kelemahan petani memahami iptek yang modern dalam dunia pertanian, hambatan mentalitas dari petani untuk maju ataupun kemiskinan dalam mengantisipasi berbagai persoalan usaha tani. Kemiskinan petani harus dilihat dalam perspektif adanya ketergantungan struktural yang berasal dari semua bidang yang menjadi persyaratan bagi petani untuk maju.

(17)

petani selalu menjadi manusia yang kalah. Untuk menghilangkan ketidakberdayaan petani tersebut banyak kaum petani yang membentuk sebuah organisasi yang dapat memenuhi hak-hak petani. Pada masa orde lama organisasi petani dikenal dengan nama koperasi pertanian, sedang pada masa orde baru organisasi kaum petani sering dikenal dengan nama kelompencapir, namun saat orde reformasi kelompencapir tersebut berubah nama menjadi kelompok tani. Organisasi para petani mempunyai tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para petani dalam mengelola usaha pertanian sehingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani. Selain itu dalam organisasi ini pula petani dapat memperoleh tambahan pengetahuan dan pendidikan mengenai teknologi pertanian ataupun cara-cara yang baik untuk mengembangkan usaha tani.

Pembentukan kelompencapir pada masa orde baru dan kelompok tani pada orde reformasi termasuk ke dalam sebuah gerakan tani yang bertujuan agar petani memperoleh hak-haknya serta meningkatkan kesejahteraan petani. Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “ Perkembangan Gerakan Petani di Kabupaten Sleman” dengan alasan karena daerah Sleman termasuk daerah pertanian yang sebagian masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani.

B. Rumusan Masalah

(18)

1. Bagaimanakah perkembangan gerakan petani di Kabupaten Sleman pada masa Orde Baru ?

2. Bagaimana perkembangan gerakan petani di Kabupaten Sleman pada masa Reformasi ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui perkembangan gerakan petani di Kabupaten Sleman pada masa Orde Baru.

2. Mengetahui perkembangan gerakan petani Di Kabupaten Sleman pada masa Reformasi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak diantaranya : 1. Bagi Masyarakat Umum, hasil penelitian ini dapat memberi informasi

mengenai perkembangan gerakan petani di Kabupaten Sleman pada masa Orde Baru dan Reformasi.

2. Bagi Pemerintah Daerah Sleman, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang perkembangan gerakan petani di Kabupaten Sleman pada masa Orde Baru dan Reformasi.

(19)
(20)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Pertanian

Dari berbagai sektor ekonomi Indonesia, sektor pertanianlah yang merupakan sektor yang sangat sarat dengan campur tangan pemerintah dan aparatnya. Sejak dari penanaman sampai dengan penentuan harga dan pemasaran produk pertanian, khususnya sub sektor pertanian pangan atau biasa disebut dengan padi, semua diatur oleh pemerintah. Pemerintah setiap tahunnya disamping menentukan harga dasar padi, pemerintah juga mengatur jenis padi yang harus ditanam, sementara di Jawa pemerintah juga mengatur giliran pemakaian sawah untuk menanam tebu, sebuah warisan yang diterima dari pemerintah kolonial Belanda. Pemasaran produk pertanian juga diatur oleh pemerintah melalui Koperasi Unit Desa yang berada di setiap tingkat kecamatan. Koperasi Unit Desa berfungsi utama untuk membantu pemerintah membeli padi dari petani untuk kemudian diserahkan kepada Badan Urusan Logistik yaitu sebuah badan yang dibentuk pemerintah untuk menjaga stabilitas harga pangan di Indonesia. Koperasi Unit Desa juga melayani saprodi (sarana produksi) bagi petani.

(21)

dalam pengembangannya secara menyeluruh apabila dibandingkan dengan perhatian pemerintah terhadap sektor industri. Sektor pertanian bahkan harus mensubsidi sektor industri melalui penetapan harga padi yang rendah. Sementara sektor industri mendesak sektor pertanian dari lahan subur ke lahan yang marginal seperti lahan gambut. Insentif petani untuk meningkatkan produktivitas usaha tanipun sangat minim.

Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk memilih industrialisasi sebagai sebuah strategi pembangunan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia. Sebelum krisis moneter melanda Indonesia proses industrialisasi berjalan cepat. Laju proses industrialisasi di Indonesia khususnya di pulau Jawa sangat berpengaruh pada proses perkembangan sektor pertanian. Laju proses industrialisasi di Indonesia telah mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan tapak industri. Akibatnya memang meprihatinkan karena dengan beralihnya lahan beririgasi teknis kemampuan Indonesia mempertahankan swasembada padi menjadi lemah. Impor beras terpaksa dilakukan pemerintah sejak tahun 1990-an untuk memenuhi keperluan pangan domestik.

(22)

berpengaruh pada pembangunan sektor pertanian. Kurangnya insentif pada petani dan banyak lahan yang beralih fungsi menyebabkan Indonesia tidak dapat mempertahankan program swsembada pangan. Pertumbuhan ekonomi juga belum mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi sosial petani (Soetrisno, 1999).

B. Hak-Hak Petani

(23)

Pengertian hak petani adalah hal-hal yang mendasar yang dimiliki dan diperoleh untuk kelangsungan hidupnya sebagai petani yang harus diakui dan dilindungi oleh negara. Hak-hak petani adalah hak atas hidup, hak atas penguasaan dan pemakaian sumber daya alam dan kemampuan pribadi, hak petani atas produksi, hak petani atas konsumsi, hak petani akan pemasaran produk dan pengadaan asupan , jaminan mutu dan hak kekayaan intelektual akan produknya, hak petani akan keberorganisasian, hak petani akan pelanjutan keturunannya serta makhluk hidup lainnya yang menjamin kelangsungan hidupnya dan hak petani akan ekspresi atau pengungkapan.

(24)

serius terutama anak-anak, kaum jompo dan perempuan; berhak atas ruang dan fasilitas publik; berhak untuk mendapatkan dan memilih secara bebas bantuan dari pihak lain.

2. Hak Petani atas Penguasaan dan Pemakaian Sumber Daya Alam dan

Kemampuan Pribadi: petani berhak atas kepemilikan akan lahan pertanian secara individu dan kolektif yang layak dan adil; berhak menerima pelayanan irigasi seadil-adilnya; berhak untuk mendapatkan kemudahan memperoleh semua kebutuhan asupan produksi pertanian; berhak secara individu dan kelompok akan kepuasan atas sumber-sumber alam yang tidak tergantikan dan merupakan anugerah alam; berhak akan perlindungan hukum atas lahan pertanian dan tempat tnggal serta sumber-sumber alam dan keanekaragaman hayati dari perampokan dan klaim dari masyarakat lain atau institusi lain; berhak atas perlindungan terhadap pemerasan, pencarian, manipulasi dan pemaksaan dari orang lain; berhak untuk menggarap dan atau memiliki tanah negara yang sudah menjadi sumber pokok kehidupan ekonomi dan kehidupan masyatakat.

(25)

turun-temurun; berhak untuk mendapatkan kemudahan modal produksi; berhak untuk mendapatkan kompensasi sepadan atas kerugian dan kerusakan kesehatan dan lingkungan.

4. Hak Petani atas Konsumsi: petani berhak untuk secara prioritas mengkonsumsi hasil produksinya secara cukup bagi kebutuhan pokok keluarganya; berhak untuk mendapatkan informasi yang benar, lengkap tentang barang-barang dan jasa-jasa yang dikonsumsinya; berhak untuk mengkonsumsi barang dan jasa apa saja yang dibutuhkan oleh keluarganya; berhak akan perlindungan dari pemerintah atau lembaga independen yang diterima masyarakat luas; berhak dijamin secara hukum untuk menuntut ganti rugi yang sepadan atas konsumsi barang dan jasa yang merugikan; berhak secara prioritas dan dilindungi oleh hukum untuk mengkonsumsi barang dan jasa yang dihasilkan

5. Hak Petani akan Pemasaran Produk dan Pengadaan Asupan,

(26)

baik pada tingkat nasional maupun internasional; berhak untuk dibangunkannya sarana transportasi yang memadai guna pemasaran produk; berhak untuk mendapatkan jaminan harga.

6. Hak Petani akan Keberorganisasian: petani berhak secara bebas tanpa halangan dari siapapun dan negara untuk membentuk dan menyelenggarakan organisasi dan kerjasama ekonomi bagi kepentingan sendiri maupun kelompok dan kepentingan bersama; berhak untuk secara bebas menentukan dan menuliskan anggaran dasar dan rumah tangga organisasi yang dibentuknya; berhak untuk secara bebas memilih dan dipilih sebagai pimpinan atau pengurus organisasi; berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum secara adil dan benar dalam aktivitas menyuarakan pendapat lewat sarana media yang dipilih; berhak mendapatkan pengadilan yang jujur dan adil; berhak mendirikan organisasi dari tingkat lokal seperti dusun, desa dan sederajatnya sampai tingkat regional, nasional ataupun internasional; berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum nasional maupun internasional dalam menyelenggarakan organisasi serta memperjuangkan hak-hak pada forum nasional maupun internasional; berhak menolak kebijakan pemerintah yang merugikannya.

7. Hak Petani akan Pelanjutan Keturunannya Serta Makhluk Hidup

(27)

8. Hak Petani akan Ekspresi atau Pengungkapan: petani berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum nasional maupun internasional berkenaan dengan pengungkapan dirinya dalam hal bahasa lokal atau adat, budaya setempat, agama dan ungkapan-ungkapan kesusastraan maupun kesenian lokal.

9. Hak Petani Berkaitan dengan Penentuan Budidaya/ Produksi: petani berhak untuk memproduksi dan menentukan benih lokal; berhak untuk mendapatkan kembali varietas lokal; berhak menentukan komoditi dan varietas; hak untuk mengolah tanah sesuai dengan kemampuan petani; berhak menentukan waktu pengolahan tanah; berhak menentukan teknologi pertanian; berhak mengetahui unsur hara dalam tanah; berhak menentukan jenis, cara, waktu dan dosis pemupukan; berhak untuk memproduksi pupuk alami; berhak menentukan cara pengendalian hama; berhak menggunakan pestisida buatan sendiri; berhak mendapatkan kompensasi atas pencemaran dan keracunan.

(28)

C. Latar Belakang Dilanggarnya Hak-Hak Petani

1. Dari Sudut Sosial Historis: cara-cara penjajah mengelola perkebunan; telah terjadi perampasan hak-hak petani (orde baru); sejak kapitalisme tradisional terjadi peminggiran petani; model pembangunan orde baru yaitu terjadi eksploitasi sumber daya petani, revolusi hijau, pertumbuhan ekonomi ynag tidak berorientasi pada kerakyatan; watak agama besar dunia yang tidak mendukung kelas petani; terjadi kelas priyayi dan kelas pekerja; tercerabutnya akar-akar tradisi.

2. Dari Sudut Kehidupan Petani: tidak ada domestifikasi tanaman pangan dan ternak.

3. Dari Sudut Struktur Politik: pemanfaatan massa petani untuk kepentingan kelompok tertentu; massa mengambang; wadah tunggal organisasi petani; UU Pemerintahan Desa.

4. Dari Sisi Ekonomi: berjalannya ekonomi rente; sentralisasi ekonomi di birokrasi; tidak ada anggaran khusus pertanian; lebih banyak padat modal, hasil murah, upah rendah, petani mensubsidi industri; hasil pertanian dimonopoli oleh segelintir orang; rendahnya nilai tukar produk pertanian. 5. Dari Segi Hukum dan Budaya: tidak ada pengadilan agraria; tidak

(29)

7. Dari Sisi Teknologi: pilihan teknologi tidak mendukung karakter dan budaya masyarakat petani; informasi searah dari atas.

8. Dari Sisi Pangan: politisasi monokultur tanaman pangan.

9. Dari Sisi Industrialisasi: industri biaya tinggi diproteksi dan disubsidi negara.

D. Gerakan Petani

1. Gerakan Petani di Negara-Negara Berkembang Asia dan Afrika

Utara Sesudah Perang Dunia II

(30)

petani yang besar muncul di Indonesia sesudah proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, dan Serikat Tani seluruh Burma yang bergabung dalam Liga Kemerdekaan Rakyat Anti Fasis bangkit kembali pada tahun 1945. kelompok-kelompok kepentingan petani nasional lainnya muncul di Filipina, Korea dan Malaya dan Komite Petani mulai dibentuk di Pakistan dan Syria.

2. Gerakan Petani Pada Masa Pembaharuan Agraria

Sepanjang awal tahun 1950-an dan akhir tahun 1950-an pemerintah dari negara-negara Afrika Utara dan Asia menyadari perlunya adanya pembaharuan agraria atau perundang-undangan agraria. Perundang-undangan agraria ini bertujuan untuk merintangi kekuasaan ekonomi dan politik dari para penguasa tanah feodal tradisional dengan membatasi perluasan tanah dan hak-hak istimewa para tuan tanah. Undang-undang agraria ini juga bertujuan memperkokoh petani bertanah dan mendorong sektor kapitalis desa memberikan hak yang pasti akan tanah kepada pemegang tanah garapan.

(31)

Nasional yang dipimpin oleh Komunis. Namun sesudah landreform, para petani yang berhadapan dengan kebutuhan untuk mempertahankan haknya mulai mendirikan berbagai organisasi kecil yang biasanya dipimpin oleh para ahli hukum muda yang berasal dari daerah tersebut, yang dibayar oleh para petani untuk berhadapan dengan para tuan tanah. Pada tahun 1953, Federasi Petani Merdeka yang berlingkup nasional dan dipimpin oleh Kaum Intelektual Katolik serta diawasi oleh pemerintah Magsaysay didirikan. Federasi tersebut memainkan peranan penting dalam mendesak “ Pembaharuan Magsaysay “ pada pertengahan tahun 1950-an dan pada tahun 1959 keanggotaannya mencapai 400.000 orang. Di Pakistan sebuah organisasi petani berlingkup nasional didirikan pada tahun 1958 yaitu Himpunan Petani Seluruh Pakistan, di Irak pada tahun 1959 sesudah landreform dapat mempersatukan 200.000 petani (Landsberger, 1984) .

3. Gerakan Petani Di Indonesia

Sejumlah organisasi petani dari berbagai aliran politik juga aktif di Indonesia pada tahun 1950-an. Diantaranya adalah Barisan Tani Indonesia (BTI), yang berhubungan dengan Partai Komunis Indonesia. Pada tahun 1957 anggota dari Barisan Tani Indonesia mencapai 3.500.000 orang. Barisan Tani Indonesia mempunyai tujuan yaitu pembagian tanah harus dibagi secara sama rata. Selain BTI para petani juga tergabung dalam Partai Nasional Indonesia dan Partai Islam Nahdatul Ulama.

(32)

juga mempunyai segi positif yaitu aspirasi dan kepentingan petani menjadi tersalur dan terlindungi dengan baik. Masih dalam minimnya campur tangan pemerintah dalam kehidupan politik dalam masyarakat, Sultan HB IX sebagai Gubernur/ Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dalam upaya Beliau mendemokratisasikan kehidupan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1946 melalui sebuah maklumat menentukan hal-hal sebagai berikut: pertama, Sultan HB IX memerintah agar disetiap desa di Daerah Istimewa Yogyakarta didirikan Dewan Perwakilan Rakyat Kelurahan yang anggotanya terdiri dari anggota partai politik yang dipilih oleh masyarakat desa. Kedua, pemerintah kelurahan bertanggung jawab pada DPR Kelurahan tersebut. Ketiga, Sultan melarang pemakaian bahasa Jawa sebagai wahana komunikasi antara para Lurah dan perangkatnya dengan para anggota pangreh praja, sebagai gantinya mereka harus menggunakan bahasa Indonesia.

(33)

Dengan adanya organisasi petani tersebut serta depolitisasi petani, tujuan pemerintah untuk mereduksi petani dari homo socio politikus menjadi homo ekonomikus telah tercapai. Petani hanya berfungsi sebagai produsen pangan dan pemerintah akan memperhatikan nasibnya. Dalam kenyataannya tidaklah demikian, para petani diharuskan memproduksi pangan sebanyak-banyaknya dengan harga jual yang ditetapkan rendah. Sementara pemerintah terus menerus mengurangi subsidi harga saprodi sehingga margin keuntungan petani menjadi kecil (Soetrisno, 1999).

Organisasi petani pada masa orde lama adalah koperasi pertanian sedangkan pada orde baru sering disebut klompencapir, sedang pada masa orde reformasi organisasi petani tersebut berubah nama menjadi kelompok tani. Tujuan dari didirikannya organisasi petani tersebut tetap sama yaitu memenuhi hak-hak seorang petani yang oleh pemerintah hak-hak petani tersebut tidak diperhatikan.

E. Kerangka Pemikiran

(34)

berbagai kebijakan pembangunan pertanian yang dapat membebaskan manusia petani agar kehidupan manusia petani dapat berubah.

Gerakan petani merupakan sebuah organisasi atau perkumpulan para petani yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Gerakan petani pada masa orde lama sering disebut koperasi pertanian. Pada masa orde baru gerakan petani disebut dengan kelompencapir sedangkan pada masa reformasi gerakan petani disebut kelompok tani.

(35)

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian sejarah yang merupakan expost facto research yang dinaungi oleh penelitian kualitatif. Dalam penelitian sejarah tidak terdapat manipulasi atau kontrol terhadap variabel, sebagaimana penelitian eksperimen. Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merekontruksikan apa yang terjadi di masa lalu selengkap dan seakurat mungkin dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi ( Zuriah, 2006).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sleman, karena daerah Sleman sebagian masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2007.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

(36)

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 10% dari jumlah kelompok tani di masing-masing kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sleman. Sampel diambil 10% dengan beberapa pertimbangan yaitu kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga serta dana. Selain sampel tersebut bersifat homogen karena sifat-sifat atau ciri-ciri yang dikandung dalam subjek penelitian dalam populasi adalah sama. (Suharsimi A, 1989: 107). Dalam penelitian terdapat 650 populasi yang terdiri dari 17 kecamatan yaitu:

(37)

14.Kecamatan Depok terdapat 12 kelompok tani 15.Kecamatan Berbah terdapat 38 kelompok tani 16.Kecamatan Prambanan terdapat 43 kelompok tani 17.Kecamatan Kalasan terdapat 26 kelompok tani

Dalam penelitian ini sampel diambil adalah 10% dari jumlah kelompok tani di masing-masing kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sleman.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini teknik sampling yang dipergunakan adalah

Quota Sampling serta Simple Random Sampling. Quota Sampling

merupakan teknik pengambilan sampel dengan mendasarkan diri pada jumlah yang sudah ditentukan. Sampel penelitian dapat dirinci sebagai berikut:

(38)

11.Kecamatan Turi : 31 x 10% = 3,1 3 kelompok tani 12.Kecamatan Ngemplak : 38 x10% = 3,8 4 kelompok tani 13.Kecamatan Cangkringan : 55 x 10% = 5,5 6 kelompok tani 14.Kecamatan Depok : 12 x 10% = 1,2 1 kelompok tani 15.Kecamatan Berbah : 38 x 10% = 3,8 4 kelompok tani 16.Kecamatan Prambanan : 43 x 10% = 4,3 4 kelompok tani 17.Kecamatan Kalasan : 26 x 10% = 2,6 3 kelompok tani

Jadi jumlah sampel adalah : 64 kelompok tani. Setelah menentukan kuota sampel, maka peneliti menggunakan

teknik pengambilan sampel yaitu Simple Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang diperoleh secara acak (diundi) dengan cara membuat kertas kecil-kecil dituliskan nama subjek, satu nama untuk setiap subjek. Dengan tanpa prasangka, diambil sesuai dengan jumlah sampel untuk tiap-tiap kecamatan yang terdapat dikabupaten Sleman. Nama- nama yang tertera pada gulungan kertas yang terambil itulah yang menjadi sampel penelitian.

D. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

(39)

2. Objek Penelitian

Objek penelitiannya adalah perbandingan antara perkembangan gerakan petani pada masa Orde Baru dan masa Reformasi.

E. Sumber Data

Sumber data penelitian sejarah dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Sumber data primer, yaitu cerita atau penuturan atau catatan dari para saksi mata tentang terjadinya suatu peristiwa, yaitu peristiwa gerakan petani di Kabupaten Sleman. Dokumen tentang gerakan petani di Kabupaten Sleman dapat diperoleh di pemeritahan daerah Sleman pada Departemen Pertanian, BAPPEDA.

2. Sumber data sekunder, yaitu cerita atau penuturan mengenai suatu peristiwa yang tidak disaksikan langsung oleh pelapor melainkan semata-mata melaporkan apa yang dituturkan atau ditulis oleh orang yang menyaksikan peristiwa itu.

F. Teknik Pengumpulan Data

(40)

1. Dokumen

Dokumen yaitu materi yang tertulis atau tercetak dalam bentuk buku, majalah, koran, buku catatan dan sebagainya. Dokumen merujuk kedalam bentuk tertulis atau cetak.

2. Rekaman yang bersifat numerik

Rekaman yang bersifat numerik adalah rekaman yang didalamnya terdapat bentuk-bentuk data numerik, misalnya angka tahun berdirinya kelompok tani, jumlah anggota dari kelompok tani

3. Pernyataan Lisan

Pernyataan lisan yaitu melakukan interview dengan orang yang merupakan saksi saat peristiwa terjadi, yaitu interview langsung dengan tokoh-tokoh dari gerakan petani di kabupaten Sleman.

4. Relief

Relief adalah objek fisik atau karakteristik visual yang memberikan beberapa informasi tentang gerakan petani, misalnya daerah dimana gerakan petani ada.

G. Variabel Penelitian dan Batasan Operasional

(41)

Batasan operasional

1. Gerakan Petani.

Kaum petani merupakan lapisan yang paling banyak diantara lapisan penduduk lainnya. Kaum petanipun masih merupakan penyedia terbesar tenaga kerja dalam ekonomi yang sedang berkembang sebagaimana yang sudah berlangsung selama berabad-abad, sekaligus menjadi unsur penting dalam perimbangan kekuasaan politik. Organisasi petani pada masa orde lama adalah koperasi pertanian sedangkan pada orde baru sering disebut klompencapir, sedang pada masa orde reformasi organisasi petani tersebut berubah nama menjadi kelompok tani. Tujuan dari didirikannya organisasi petani tersebut tetap sama yaitu memenuhi hak-hak seorang petani yang oleh pemerintah hak-hak petani tersebut tidak diperhatikan.

(42)

H. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu teknik analisis data dengan memberikan gambaran secara terperinci terhadap gejala-gejala subjek penelitian dan memberikan penafsiran. Teknik analisis data melalui alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992) 1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama penelitian berlangsung sampai laporan akhir tersusun. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya seperti membuat ringkasan, mengkode dan menulis memo reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis, reduksi data merupakan bagian dari analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan final dapat ditarik dan diverifikasi untuk keperluan penelitian.

2. Penyajian Data

(43)

teks naratif, hal tersebut ditujukan agar peneliti tidak kesulitan dalam penguasaan informasi baik secara keseluruhan maupun terpisah-pisah dari data yang telah terkumpul.

3. Kesimpulan

(44)

31

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sleman yang terdiri dari tujuh belas kecamatan, yaitu kecamatan Moyudan, Minggir, Godean, Gamping, Seyegan, Tempel, Mlati, Sleman, Ngaglik, Pakem, Turi, Ngemplak, Cangkringan, Depok, Berbah, Prambanan dan Kalasan.

a. Luas Wilayah : 57.482 Ha atau 574,82 Km2, dengan jarak terjauh sebelah utara-selatan 32 Km, jarak terjauh timur-barat 35 Km.

b. Batas Wilayah :

1) Sebelah utara : Kabupaten Boyolali

2) Sebelah selatan : Kota Madya Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul

3) Sebelah barat : Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Magelang 4) Sebelah timur : Kabupaten Klaten

c. Kondisi Geografis :

(45)

dari permukaan laut seluas 43.246 Ha, terdapat di 17 Kecamatan. Ketinggian >500-999m dari permukaan laut seluas 6.538 Ha, meliputi Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, Cangkringan. Ketinggian >1000m dari permukaan laut seluas 1.495 Ha, meliputi Kecamatan Turi, Pakem dan Cangkringan.

2) Kemiringan Lahan (Lereng) digolongkan menjadi empat kelas yaitu lereng 2%, >2-15%, >15-40% dan >40%. Kemiringan 0-2% terdapat di lima belas kecamatan dengan luas lereng 34.128 Ha dari seluruh wilayah lereng. Kemiringan >2-15% terdapat di tiga belas kecamatan dengan luas lereng 18.192 Ha. Kemiringan >15-40% terdapat di dua belas kecamatan dengan luas lereng 3.546 Ha. Kemiringan >40% terdapat di Kecamatan Godean, Gamping, Berbah, Prambanan, Turi, Pakem dan Cangkringan dengan luas lereng 1.616 Ha.

(46)

d. Karakteristik Wilayah dibagi menjadi tiga yaitu berdasarkan karakteristik sumberdaya, berdasarkan jalur lalu lintas daerah, berdasarkan pusat-pusat pertumbuhan wilayah.

1) Berdasarkan karakteristik sumberdaya yang ada, wilayah Kabupaten Sleman terbagi menjadi 4 wilayah, yaitu :

a) Kawasan lereng Gunung Merapi, dimulai jalan yang menghubungkan kota Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan (ringbelt) sampai dengan puncak Gunung Merapi. Wilayah ini merupakan sumber daya air dan ekowisata yang berorientasi pada kegiatan Gunung Merapi dan ekosistemnya.

b) Kawasan Timur yang meliputi Kecamatan Prambanan, sebagian Kecamatan Kalasan dan Kecamatan Berbah. Wilayah ini merupakan peninggalan purbakala (Candi) yang merupakan pusat wisata budaya dan daerah lahan kering serta sumber bahan batu putih.

c) Wilayah Tengah yaitu wilayah aglomerasi kota Yogyakarta yang meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngemplak, Depok, Ngaglik, Gamping. Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan dan jasa.

(47)

2) Berdasarkan jalur lalu lintas antar daerah, kondisi wilayah Kabupaten Sleman dilewati jalur jalan negara yang merupakan jalur ekonomi yang menghubungkan Sleman dengan kota pelabuhan (Semarang, Surabaya, Jakarta). Jalut ini melewati wilayah Kecamatan Prambanan, Kalasan, Depok, Mlati dan Gamping, juga dilalui jalan lingkar yang merupakan jalan arteri primer. Untuk wilayah-wilayah kecamatan merupakan wilayah yang cepat berkembang yaitu dari pertanian menjadi industri, perdagangan dan jasa.

3) Berdasarkan pusat-pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Sleman merupakan wilayah hulu kota Yogyakarta. Berdasarkan letak kota dan mobilitas kegiatan masyarakat, dapat dibedakan fungsi kota sebagai berikut :

a) Wilayah algomerasi (perkembangan kota dalam kawasan tertentu). Karena perkembangan kota Yogyakarta, maka kota-kota yang berbatasan dengan kota-kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Depok, Gamping serta sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik dan Mlati merupakan wilayah algomerasi kota Yogyakarta. b) Wilayah sub urban (wilayah perbatasan antar desa dan kota).

(48)

sehingga menjadi pusat pertumbuhan dan merupakan wilayah sub urban.

c) Wilayah fungsi khusus / wilayah penyangga (buffer zone). Kota Kecamatan Tempel, Pakem dan Prambanan merupakan kota pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya dan merupakan pendukung dan batas perkembangan kota ditinjau dari kota Yogyakarta.

e. Tata Guna Tanah

1) Sawah : 23.483 Ha 2) Tegalan : 6.407 Ha 3) Pekarangan : 18.759 Ha

4) Lain-lain (hutan rakyat, hutan negara, kolam, kuburan, jalan, lapangan ) : 8.833 Ha

Sumber ; Sub. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Tahun 2004.

2. Kependudukan

Tabel IV.1

Jumlah Penduduk di Kabupaten Sleman

Jumlah Penduduk

No Kecamatan Luas

wilayah Desa Dusun Jumlah Kepadatan 1 Moyudan 2.762 Ha 4 65 33.595 jiwa 1.216 km2 2 Minggir 2.727 Ha 5 68 34.562 jiwa 1.267 km2

3 Godean 2.684 Ha 7 57 57.245 jiwa 2.133 km2

4 Gamping 2.925 Ha 5 59 65.789 jiwa 2.249 km2 5 Seyegan 2.663 Ha 5 65 42.151 jiwa 1.583 km2

6 Sleman 3.132 Ha 5 83 55.549 jiwa 1.774 km2

7 Ngaglik 3.852 Ha 6 87 65.927 jiwa 1.712 km2

8 Mlati 2.852 Ha 5 74 67.037 jiwa 2.351 km2

(49)

Jumlah Penduduk

No Kecamatan Luas

wilayah Desa Dusun Jumlah Kepadatan

10 Turi 4.309 Ha 4 54 32.544 jiwa 755 km2

11 Prambanan 4.135 Ha 6 68 44.003 jiwa 1.064 km2 12 Kalasan 3.584 Ha 4 80 54.621 jiwa 1.524 km2 13 Berbah 2.299 Ha 4 58 40.226 jiwa 1.750 km2 14 Ngemplak 3.571 Ha 5 82 44.382 jiwa 1.243 km2

15 Pakem 4.384 Ha 5 61 30.713 jiwa 701 km2

16 Depok 3.555 Ha 3 58 109.092 jiwa 3.069 km2 17 Cangkringan 4.799 Ha 5 73 26.354 jiwa 549 km2

Sumber : Dinas Nakersos KB Kabupaten Sleman, Tahun 2004 B. Deskripsi Kelompok Tani

Secara umum dari tahun 2004-2005 jumlah kelompok tani di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan, yaitu dari 586 kelompok tani menjadi 650 kelompok tani. Jumlah kelompok tani yang paling banyak terdapat di Kecamatan Cangkringan dengan jumlah 55 kelompok tani, selanjutnya Kecamatan Tempel dan Pakem dengan jumlah 51 kelompok tani. Untuk jumlah kelompok tani paling sedikit adalah di Kecamatan Depok dengan jumlah 12 kelompok tani. Hampir di setiap desa terdapat kelompok tani, namun tidak setiap dusun terdapat kelompok tani. Jumlah anggota kelompok tani dapat mencapai 149 orang.

(50)

Kelompok tani dengan kegiatan usaha padi tersebar hampir di setiap kecamatan yaitu di Kecamatan Minggir, Moyudan, Godean, Seyegan, Mlati, Tempel, Gamping, Ngaglik, Cangkringan, Ngemplak, Depok, Kalasan, Berbah dan Prambanan. Untuk kegiatan usaha hortikultura tersebar di kecamatan Ngaglik, Cangkringan, Pakem, Ngemplak dan Minggir. Kegiatan usaha buah-buahan yaitu salak pondoh hanya terdapat di kecamatan Turi, Tempel dan Pakem. Kegiatan Usaha palawija tersebar di Kecamatan Ngaglik, Prambanan, Kalasan dan Sleman.

Keanggotaan dari kelompok tani di Kabupaten Sleman tidak mempunyai kritetria-kriteria yang memberatkan bagi petani. Kriteria yang harus dipenuhi adalah para petani harus membayar iuran wajib setiap bulannya. Semua petani boleh ikut menjadi anggota dari kelompok tani yang ada di daerah masing-masing petani, karena sifat keanggotaan kelompok tani bersifat terbuka. Namun dibeberapa daerah setiap petani yang ada didaerah tersebut diharuskan untuk menjadi anggota kelompok tani. Selain itu petani juga harus mengikuti semua kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani tersebut.

(51)

Struktur Organisasi kelompok tani :

Gambar IV.1. Struktur organisasi kelompok tani Sumber : Kelompok Tani Kecamatan Turi

Dalam struktur organisasi kelompok tani yang beperan sebagai pelindung adalah Dinas Pertanian dengan diwakilkan pada seorang PPL (Petugas Penyuluh Lapangan). Penasehat dalam struktur organisasi kelompok tani adalah Kadus (Kepala Dusun). Tugas dari ketua I adalah mengurusi organisasi kedalam misalnya tata tertib, kebutuhan para anggota, penyusunan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dengan bantuan ketua II, bendahara, dan sekertaris. Tugas dari bendahara dalam kelompok tani adalah mengatur keluar masuknya dana atau uang, misalnya untuk membeli pupuk,

Pelindung

Penasehat

Ketua I

Ketua II

Sekretaris

Seksi Usaha Seksi Koperasi

Anggota

(52)
(53)

40

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil temuan lapangan yang telah diperoleh, maka penulis akan mencoba membahas Perkembangan Gerakan Petani pada masa Orde Baru dan Perkembangan Gerakan Petani pada masa Reformasi.

1. Perkembangan Gerakan Petani Pada Masa Orde Baru

Gerakan petani di Kabupaten Sleman pada masa orde baru mulai berkembang pada tahun 1966 sampai tahun 1998. Bentuk gerakan petani di Kabupaten Sleman pada masa orde baru sering disebut dengan kelompencapir. Kelompencapir adalah kelompok pendengar, pembaca dan pemirsa. Kelompencapir merupakan gerakan petani yang dibentuk oleh pemerintah pusat, maka kelompencapir diharuskan untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat jadi secara tidak langsung kelompencapir merupakan alat pemerintah untuk melaksanakan kebijakan pemerintah pada masa orde baru, misalnya revolusi hijau. Kebijakan-kebijakan pemerintah pada masa orde baru disampaikan oleh Dinas Pertanian yaitu dengan bantuan seorang mantri tani. Hampir disetiap Kecamatan di Kabupaten Sleman terdapat gerakan petani kelompencapir, namun di Kecamatan Turi tepatnya di desa Girikerto gerakan Petani kelompencapir sering disebut dengan KUT atau Kelompok Usaha Tani.

(54)
(55)

Untuk bergabung menjadi anggota kelompencapir tidak dibutuhkan kriteria-kriteria yang dapat memberatkan para petani, semua petani diberikan kesempatan yang sama untuk menjadi anggota kelompencapir dengan kata lain sifat keanggotaan dari kelompencapir adalah terbuka dan sukarela, karena sifat keanggotaan tersebut maka anggota dari kelompencapir di Kabupaten Sleman dapat mencapai 300 petani. Pada masa orde baru yang mengurusi semua kegiatan yang dilakukan oleh kelompencapir dipegang oleh Kepala Dusun (Kadus), jadi Kadus oleh para anggota dijadikan sebagai ketua kelompencapir. Dalam menjalankan tugasnya Kadus dibantu oleh sekretaris, bendahara dan seksi saprotan. Sekretaris dan bendahara dipilih dari anggota kelompencapir, jadi semua anggota atau petani mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi pengurus gerakan petani kelompencapir.

(56)

setiap satu kelurahan hanya terdapat satu orang tenaga penyuluh atau mantri tani, padahal anggota dari kelompencapir bisa mencapai tiga ratus petani.

Dalam mengembangkan kelompencapir di Kabupaten Sleman, pihak-pihak yang berperan hanya KUD dan tenaga penyuluh. KUD memberikan pelayanan berupa penjualan bibit, pupuk dan obat hama secara kredit. Selain itu KUD juga memberikan pinjaman kepada para petani yang dikembalikan secara kredit. Tenaga penyuluh atau mantri tani memberikan informasi tentang pertanian atau memberikan tambahan pengetahuan bagi para petani.

a. Hak petani

Hak petani adalah hak-hak yang mendasar yang dimiliki dan diperoleh untuk kelangsungan hidupnya sebagai petani yang harus diakui dan dilindungi oleh negara.

Dengan adanya gerakan petani kelompencapir di Kabupaten Sleman pada masa orde baru, maka hak-hak petani yang dapat dipenuhi dengan adanya gerakan petani kelompencapir adalah :

(57)

kelompencapir juga menjalin kerjasama dengan KUD, hal ini lebih mempermudah para anggota untuk mendapatkan bahan-bahan dan alat-alat produksi dengan cara kredit. Selain hak untuk mendapatkan bahan-bahan, alat-alat dan teknologi pertanian, hak yang dapat terpenuhi dengan adanya kelompencapir adalah hak untuk mendapatkan pendidikan dan informasi, hak ini dipenuhi dengan adanya kegiatan yang dilakukan oleh kelompencapir yaitu dialog dan penyuluhan yang diberikan oleh mantri tani. Dengan adanya kegiatan tersebut maka pengetahuan para anggota tentang bidang usahanya akan meningkat sehingga akan berdampak pada hasil panen yang memuaskan. Hasil panen yang memuaskan akan berdampak pada terpenuhinya hak petani yang lain yaitu hak akan pendapatan yang layak, apabila hasil panen memuaskan akan membuat harga jual naik sehingga pendapatan para petani akan ikut naik. Peningkatan pendapatan para anggota akan mengakibatkkan hak-hak petani yang lain dapat terpenuhi yaitu hak untuk membangun keluarga yang sejahtera, hak akan makanan yang cukup, hak untuk memenuhi sandang, tempat tinggal yang layak dan berhak untuk mendapatkan bantuan dari pihak lain yaitu dari KUD yang berupa kemudahan mendapatkan bahan-bahan, alat-alat pertanian dengan cara kredit serta bantuan berupa pinjaman modal kepada para petani.

(58)

untuk memperoleh kebutuhan produksi pertanian, para anggota memperoleh kebutuhan produksi pertanian dari kelompencapir dan KUD. Kebutuhan produksi pertanian yang diperoleh dari kelompencapir berupa bibit, pupuk dan obat hama sedangkan dari KUD berupa keringanan pembayaran apabila membeli bibit, pupuk dan obat hama yaitu dengan cara kredit selain itu KUD juga memberikan pinjaman modal bagi para anggota. Selain hak untuk memperoleh kebutuhan produksi pertanian adalah hak untuk mendapatkan pelayanan irigasi secara adil. Biasanya untuk irigasi dilakukan secara bergiliran, sehingga para anggota akan mendapatkan pelayanan irigasi yang adil. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum atas lahan pertanian dan tempat tinggal yaitu dengan pemilikan surat tanah atau sertifikat tanah.

(59)

4. Hak petani atas konsumsi, pada masa orde baru hak atas konsumsi yang dapat dipenuhi dengan adanya kelompencapir adalah hak untuk mengkonsumsi hasil produksinya secara cukup.

5. Hak petani akan pemasaran produk dan pengadaan asupan, jaminan mutu dan kekayaan intelektual akan produknya. Pada masa orde baru dengan adanya kelompencapir hak akan pemasaran produk dan pengadaan asupan, jaminan mutu dan kekayaan intelektual akan produknya adalah hak memasarkan produknya serta jaminan suplai asupan yang dibutuhkan dalam proses produksi, para anggota diberikan kebebasan untuk memasarkan hasil produksi pertaniannya. Biasanya para petani padi menjual hasil pertaniannya kepada seorang tengkulak. Selain itu para anggota kelompencapir juga telah memperoleh jaminan suplai asupan yang dibutuhkan dalam proses produksi yaitu dari kelompencapir dengan program saprodi dan dari KUD dengan keringanan pembayaran serta pinjaman modal. Hak untuk memilih pendamping ahli atau teknis, dalam hak ini petani tidak dapat bebas memilih karena setiap kelurahan sudah ditentukan siapa yang akan menjadi pendamping ahli atau teknis bagi para petani.

(60)

memberatkan petani. Kelompencapir juga merupakan organisasi yang telah mendapatkan perlindungan hukum dari pemerintah pusat.

7. Hak petani akan pelanjutan keturunannya serta makhluk lainnya yang menjamin kelangsungan hidupnya. Pada masa orde baru dengan adanya kelompencapir hak petani akan pelanjutan keturunannya serta makhluk lainnya yang menjamin kelangsungan hidupnya yang dapat terpenuhi adalah hak untuk pembentukan keluarga dan melangsungkan kehidupan serta keturunannya. Selain itu petani juga memiliki hak untuk memelihara makhluk hidup lain yang dapat menjamin kelangsungan hidup petani, misalnya kerbau atau sapi yang dapat dipergunakan untuk mengolah lahan pertanian atau sawah.

8. Hak petani akan ekspresi atau pengungkapan. Hak ini telah dimiliki dan diperoleh para petani di Kabupaten Sleman pada masa orde baru yaitu hak untuk memperoleh perlindungan mengenai bahasa lokal, para petani di Kabupaten Sleman biasanya menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi dengan petani lain. Selain bahasa lokal, petani juga mendapatkan perlindungan mengenai budaya dan adat setempat, biasanya sebelum melaksanakan panen para petani di Kabupaten Sleman melakukan upacara yang disebut “wiwit”. Selain itu dibeberapa wilayah terdapat upacara yang disebut “ besel” yang dilakukan pada waktu awal menanam padi.

(61)

untuk memproduksi benih lokal, hak ini telah dimiliki oleh para petani pada masa orde baru yaitu petani diperbolehkan untuk memproduksi benih lokal, namun benih lokal yang harus diproduksi oleh para petani adalah padi. Untuk benih padi petani biasanya memperolehnya dari KUD dan dari kelompencapir yaitu dengan bantuan saprodi. Hak untuk mengolah lahan pertanian, menentukan teknologi pertanian, hak ini terpenuhi dengan bantuan mantri tani. Dalam mengolah lahan pertanian para anggota harus sesuai dengan informasi yang telah disampaikan oleh mantri tani. Hak menentukan dosis pemupukan dan pengendalian hama sama halnya dengan hak petani dalam mengolah lahan pertanian, dalam menentukan dosis pemupukan dan pengendalian hama para petani melakukannya harus sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh mantri tani. Misal dalam pemupukan para petani harus melaksanakan pemupukan secara berimbang seperti penggunaan pupuk KaCl 1 Kg, pupuk Urea 3 Kg dan pupuk TSP 1 Kg. Untuk pengendalian hama biasanya dengan obat hama yang dibeli dari KUD. Di beberapa wilayah untuk memberantas hama tikus petani melakukannya dengan memberikan racun tikus atau secara bersama-sama berburu tikus di sawah. Hak untuk memproduksi pupuk alami,misalnya petani membuat pupuk kompos yang terbuat dari daun-daunan atau pupuk kandang.

2. Perkembangan Gerakan Petani Pada Masa Reformasi

(62)
(63)
(64)

sebesar bunga yaitu 3%. Selain kegiatan arisan dan simpan pinjam, dalam kelompok tani juga mengadakan kegiatan penyuluhan. Penyuluhan ini biasanya dilakukan oleh Dinas Pertanian yang dilakukan oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) atau dari mahasiswa KKN. Penyuluhan lebih sering dilakukan oleh petugas penyuluh lapangan atau PPL, penyuluhan yang diberikan biasanya mengenai bagaimana cara menanam, memilih bibit, perawatan tanaman dan panen. Selain itu kelompok tani juga memberikan kesempatan pada pihak swasta atau industri benih, pupuk, obat hama untuk melakukan promosi. Hal ini bertujuan agar mempermudah para anggota dalam hal memperoleh bibit, pupuk atau obat hama. Apabila para petani berminat dan ingin membeli pupuk, obat hama dan bibit tersebut, biasanya pihak swasta atau industri tersebut akan memberikan keringanan pembayaran berupa pembayaran kredit sebanyak 3 kali.

(65)

sekolah pertanian tersebut dapat membantu para petani untuk mengembangkan usaha pertaniannya serta dapat meningkatkan pengetahuannya tentang pertanian. Selain itu para petani juga mendapatkan imbalan atau semacam ganti rugi karena selama satu hari para petani tidak melakukan kegiatan disawah. Ganti rugi tersebut berupa uang sebesar Rp 30.000,00 setiap kali pertemuan.

Di Kecamatan Seyegan terdapat Kelompok Wadah Belajar Petani (WBP), biasanya pertemuan ini diadakan setiap sabtu pahing dan sabtu legi. Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan ekologi tanah dan pembuatan kompos aktif. Fasilitas yang diberikan adalah lahan belajar, perpustakaan petani, laboratorium hayati, perlengkapan pelatihan dan komputer. Selain itu para petani juga mendapatkan uang pelatihan yaitu Rp 50.000,00/hari serta mendapatkan makan 3 kali, snack 2 kali dan buku panduan.

(66)

petani yang lebih baik, mempunyai lahan, bisa menjadi contoh bagi petani lain.

Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh kelompok tani adalah masalah permodalan. Untuk masalah permodalan kelompok tani mengatasinya dengan mewajibkan para anggota membayar iuran wajib setiap bulannya dan mengusahakan pinjaman dengan pihak lain, misal industri pupuk. Dalam masalah permodalan ini Dinas Pertanian juga memberikan bantuan pinjaman berupa penguatan modal sebesar Rp 20.000.000,00 setiap tahun dengan bunga lunak sebesar 0,5% setiap bulannya. Selain masalah permodalan, masalah yang dihadapi oleh para anggota atau petani adalah masalah pertanian misalnya masalah hama penyakit, tidak tersedianya pupuk pada waktu di butuhkan atau pada masa tanam serta kurangnya penyuluhan pada beberapa kelompok tani. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah pertanian tersebut biasanya dengan mengadakan penyuluhan pertanian.

(67)

Sumatera, Sulawesi atau Kalimantan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar para petani memperoleh pengetahuan baru dalam hal produksi pertanian serta dapat membandingkan penerapan ilmu pertanian dari daerah studi banding dengan daerah asal. Peran industri swasta yaitu industri bibit, pupuk, obat hama juga telah mempermudah para anggota untuk memperoleh bibit, obat hama, pupuk. Selain Dinas Pertanian, industri swasta yaitu industri pupuk, bibit, obat hama, peran mahasiswa yang melakukan kuliah kerja nyata juga mempunyai peran dalam mengembangkan kelompok tani di Kabupaten Sleman yaitu dengan memberikan penyuluhan yang berkaitan dengan bidang usaha kelompok tani. Peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam mengembangkan kelompok tani juga dapat diperhitungkan yaitu dengan memberikan penyuluhan yang berkaitan dengan bidang usaha kelompok tani tersebut.

(68)

sosialisasi maka Kecamatan Ngemplak ikut bergabung menjadi anggota Kelompok Peduli Pangan Lokal Sleman . Untuk wilayah propinsi Yogyakarta gerakan petani KPPL disebut Jaringan Simpul Pangan Lokal Yogyakarta. Anggota dari Jaringan Simpul Pangan Yogyakarta adalah Kabupaten Kulon Progo, Bantul dan Gunung Kidul.

Latar belakang didirikan gerakan petani Kelompok Peduli Pangan Sleman adalah karena adanya keprihatinan terhadap para pemuda bangsa Indonesia yang telah melupakan warisan nenek moyang yaitu makanan berupa umbi-umbian. Tujuan dari didirikan gerakan petani Kelompok Peduli Pangan Sleman adalah menanamkan kecintaan anak-anak pada pangan lokal yaitu berupa pengenalan berbagai macam umbi-umbian. Pangan lokal hanyalah jalan masuk untuk mengenalkan potensi diluar lingkungan anak-anak. Pangan lokal juga dapat mengangkat sektor pertanian yang terus terpuruk. Dengan adanya empati anak diharapkan akan membawa perubahan positif bagi nasib para petani.

(69)

tentang pangan lokal. Untuk saat ini sekolah yang melaksanakan sekolah pertanian tentang pangan lokal berjumlah 12 Sekolah Dasar dan yang paling banyak di Kecamatan Cangkringan. Kegiatan lain adalah mengikuti pameran dengan menggelar stand pangan lokal, sosialisasi ke masyarakat, misalnya bagaimana cara membuat emping dari garut, membuat masakan dari umbi-umbian, memberikan informasi tentang manfaat dari umbi-umbian tersebut bagi kesehatan masyarakat apabila mengkonsumsi umbi-umbian tersebut, misalnya uwi ungu untuk menurunkan kolesterol.

Keanggotaan dari Kelompok Peduli Pangan Sleman adalah semua lapisan masyarakat diperbolehkan ikut menjadi anggota dengan syarat bahwa anggota mau duduk sejajar tidak ada pembedaan. Jumlah anggota dari Kelompok Peduli Pangan Sleman telah mencapai 80 orang lebih. Untuk Kelompok Peduli Pangan Sleman pertemuan dengan para anggota diadakan setiap 3 bulan sekali sedangkan untuk Jaringan Simpul Pangan Lokal Yogyakarta diadakan 1 tahun 2 kali pertemuan. Pertemuan tersebut membahas tentang perencanaan program dan evaluasi program.

(70)

karena Kelompok Peduli Pangan Sleman ingin belajar mendiri tanpa menggantungkan pada bantuan pihak lain.

Kelompok Peduli Pangan Sleman pada tanggal 6 Juli 2005 mendirikan sebuah warung yang dikenal dengan Warung Candi Lumbung Lokal. Warung ini terletak di Jalan Raya Turi-Pakem, Dusun Nepen, Candibingun, Pakem, Sleman. Warung Candi Lumbung Lokal tersebut menjual berbagai macam pangan lokal misalnya gembili, uwi, suweg, midro, cantel, garut, beras organik, ganyong. Warung Candi Lumbung Lokal tersebut dikelola oleh Kelompok Langkah Bocah, Kelompok Tani Agrotama Muda Kelompok Tani Hastakarta Muda dan Forum Komunikasi Remaja Islam (Forkareiska).

Warung Candi Lumbung Lokal tersebut telah memiliki pelanggan tetap yaitu pelanggan dari Kota Madya Yogyakarta. Selain itu Warung Lumbung Lokal tersebut memperoleh permintaan dari luar jawa yaitu Bali, agar setiap bulannya mengirimkan 1 ton umbi-umbian dalam bentuk setengah jadi. Pada pertengahan tahun 2005 perputaran uang di Warung Candi Lumbung Lokal telah mencapai Rp 14.000.000,00. Namun Warung Lumbung Lokal belum dapat memenuhi permintaan tersebut dikarenakan keterbatasan umbi-umbian.Untuk memenuhi kebutuhan Warung Candi Lumbung Lokal, biasanya umbi-umbian didatangkan dari Kabupaten Bantul, Kulon Progo dan Gunung Kidul.

(71)

pelanggan dalam 1 tahun, karena itu pada bulan Mei 2007 Warung Candi Lumbung Lokal tidak dapat melakukan kegiatannya dikarenakan kehabisan umbi-umbian. Hambatan yang dihadapi oleh Warung Candi Lumbang Lokal belum dapat teratasi, oleh karena itu dari bulan Mei Warung Candi Lumbung Lokal tidak dapat beroperasi.

a. Hak Petani

Hak petani adalah hak-hak yang mendasar yang dimiliki dan diperoleh untuk kelangsungan hidupnya sebagai petani yang harus diakui dan dilindungi oleh negara.

Dengan adanya gerakan petani kelompok tani di Kabupaten Sleman pada masa reformasi, maka hak-hak petani yang dapat dipenuhi dengan adanya gerakan petani kelompok tani adalah :

(72)
(73)

anggota kelompok tani juga mendapatkan bantuan berupa penyuluhan dari mahasiswa Kuliah kerja nyata serta dari Lembaga swadaya masyarakat. 2. Hak petani atas penguasaan dan pemakaian sumber daya alam dan

kemampuan pribadi. Pada masa reformasi dengan adanya kelompok tani maka hak petani atas penguasaan dan pemakaian sumber daya alam dan kemampuan pribadi yang dapat terpenuhi adalah hak ini meliputi hak untuk kepemilikan lahan pertanian secara layak dan adil, hal ini terbukti dengan dimilikinya sertifikat tanah oleh para anggota. Hak untuk memperoleh pelayanan irigasi, biasanya pelayanan irigasi diatur secara bergiliran sehingga para petani akan mendapatkan pelayanan irigasi tersebut secara adil. Hak untuk kemudahan memperoleh kebutuhan asupan produksi pertanian, hak ini diperoleh dari kelompok tani yang telah menyediakan pupuk, bibit, obat hama untuk para anggota kelompok tani. Dalam memenuhi kebutuhan akan asupan produksi pertanian kelompok tani mendapatkan bantuan dari pihak industri swasta dan dari Dinas Pertanian. Hak atas perlindungan hukum atas lahan pertanian dan tempat tinggal yaitu dengan dimilikinya sertifikat tanah serta adanya peraturan baru yaitu tidak diperbolehkannya mengubah lahan pertanian, misalnya di Kecamatan Tempel, Seyegan, Moyudan, Minggir.

(74)

tani penangkar benih. Kelompok penangkar benih terdapat di Kecamatan Kalasan, Prambanan, Turi, Tempel, Gamping. Di Kecamatan Kalasan dan Gamping adalah kelompok tani penangkar benih padi sawah. Di Kecamatan Prambanan adalah kelompok penangkar benih kedelai, sedangkan di Kecamatan Turi dan Tempel adalah kelompok penangkar benih salak pondoh dan salak gading. Hak untuk memproses dan menyimpan hasil produksi pertanian, para anggota kelompok tani diberikan kebebasan untuk memproses dan menyimpan hasil produksi pertanian, biasanya para anggota langsung menjual hasil produksi pertanian mereka, namun adapula yang menyimpan hasil produksinya misalnya padi yang biasanya dapat dijadikan benih. Hak untuk memperoleh modal produksi juga dapat diperoleh oleh para anggota kelompok tani. Modal produksi biasanya diperoleh dari kelompok tani yang telah mendapatkan bnatuan berupa penguatan modal atau berupa pupuk, obat hama atau bibit dari Dinas Pertanian dan industri swasta. 4. Hak petani atas konsumsi. Pada masa reformasi dengan adanya kelompok

tani maka hak atas konsumsi yang dapat terpenuhi adalah hak petani untuk mengkonsumsi hasil produksinya secara cukup bagi kebutuhan pokok keluarga, kelompok tani memberikan kebebasan pada para anggotanya untuk mengkonsumsi hasil produksi para anggota secara cukup bagi kebutuhan keluarga para anggota.

(75)

adanya kelompok tani maka hak petani akan pemasaran produk dan pengadaan asupan, jaminan mutu dan kekayaan intelektual dan produknya yang dapat terpenuhi adalah hak untuk memilih secara bebas pendamping ahli, pada masa reformasi para petani telah memperoleh pendamping ahli dari Dinas Pertanian. Hak untuk dibangunkan sarana transportasi yang memadai guna memasarkan produknya, pada masa reformasi telah banyak daerah di Kabupaten Sleman yang telah dibangunkan sarana transportasi, hal ini bertujuan agar memudahkan para petani untuk memasarkan hasil panennya.

(76)

pengurus. Hak untuk mendirikan organisasi tingkat lokal juga telah dimiliki oleh para petani yaitu dengan pembentukan kelompok tani. Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap organisasi yang dibentuk oleh para petani juga telah dimiliki, misalnya kelompok tani mendapatkan perlindungan dari Dinas Pertanian dan Kepala Dusun.

7. Hak petani akan pelanjutan keturunan serta makhluk hidup lainnya yang menjamin kelangsungan hidupnya. Pada masa reformasi dengan adanya kelompok tani hak petani akan pelanjutan keturunan serta makhluk hidup lainnya yang menjamin kelansungan hidupnya yang dapat terpenuhi adalah kelompok tani telah menjunjung hak petani untuk melanjutkan keturunan yaitu dengan pembentukan keluarga serta diperbolehkan untuk memelihara makhluk hidup lainnya yang dapat menunjang kelangsungan hidupnya, misalnya sapi atau kerbau yang biasanya dipergunakan untuk mengolah lahan pertanian.

(77)

Gambar

Tabel IV.1
Gambar IV.1. Struktur organisasi kelompok tani

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap petani, faktor-faktor pembentuk sikap petani, dan menganalisis hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap dengan

Pada saat sekarang ini, walaupun pemerintah telah membuat kebijakan untuk melindungi lahan pertanian berkelanjutan namun masih dipertanyakan tingkat pengetahuan petani

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap latar belakang, proses, dan dampak yang ditimbulkan dari gerakan petani di Tanjung Morawa tahun 1953.. Untuk memperoleh data

Gerakan petani merupakan suatu bentuk perlawanan yang sengaja dilakukan oleh sekelompok petani yang terorganisir untuk menciptakan terjadinya perubahan dalam pola interaksi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa aspek-aspek perubahan sosial petani karet yang terjadi pada masa sekarang dibandingkan dengan masa lalu di Desa

a. Wakaf harus dilakukan secara tunai, tanpa digantungkan kepada akan terjadinya suatu peristiwa di masa yang akan datang, sebab pernyataan wakaf berakibat lepasnya hak milik

Hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) Aksesibilitas petani terhadap hak untuk hidup sejahtera pada kelompok petani sayur Desa Senden Kecamatan Selo Kabupaten

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1 alasan petani untuk membeli pupuk NPK non-subsidi adalah karena ketersediaan pupuk NPK subsidi lebih rendah dari kebutuhan petani, 2 lokasi