• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALI PEMBAGI FREKUENSI PADA PEMANCAR FM BERBASIS MIKROKONTROLER AVR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGENDALI PEMBAGI FREKUENSI PADA PEMANCAR FM BERBASIS MIKROKONTROLER AVR"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

BERBASIS MIKROKONTROLER AVR

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Elektro

Disusun oleh :

ANDREAS SRI ISMANTO

NIM : 025114030

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

(2)

BASED ON AVR MICROCONTROLLER

FINAL PROJECT

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

to obstain the Sarjana Teknik Degree in Electrical Engineering

By :

ANDREAS SRI ISMANTO

STUDENT NUMBER : 025114030

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2007

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Hidup itu begitu indah-khususnya bila Anda berjalan bersama Tuhan.

Ingatlah bahwa Ia setia menyertai Anda

Dan Ia mengharapkan Anda menggunakan waktu Anda secara bijaksana.

(Sully Ozrovech)

Kuberharap dari apa yang tidak saya tahu dan saya tidak perlu tahu.

Kuberharap dari apa yang tidak saya mampu dan saya tak perlu mampu.

Dan hanya dengan kemauanku, kan kudapat semua inginku.

Kupersembahkan karyaku kepada :

Hati Yesus yang Mahakudus yang selalu mengasihiku,

Bunda Maria yang setia mendampingi dan membimbingku mengenal Putera-Nya,

Bapak-Ibu, kakak-kakak dan saudara-saudara yang mencintai dan kucintai,

Romo Bowo yang telah menyadarkan dan menolong dalam mencapai harapan,

Teruntuk cintaku, Christin novitasari yang teramat kusayang, “terimakasih!”,

Bapak dan ibu dosen yang selalu mendampingi,

khususnya pembimbing bapak A. Bayu Primawan, S.T, M.Eng yang banyak membantu,

Teman-teman seangkatan “korban pemutihan”.

Dan kepada almamater fakultas Sains dan Teknologi

(7)

Pengendali pembagi frekuensi pada pemancar FM yang berbasis mikrokontroler AVR digunakan untuk mempermudah dan mempersingkat waktu pengaturan frekuensi yang biasanya pemindahan frekuensi pada pemancar FM dilakukan dengan pengaturan saklar-saklar. Dengan alat ini, pemindahan frekuensi dapat dilakukan hanya dengan menekan tombol Up atau Down saja dan frekuensi yang terkunci PLL ditampilkan pada LCD.

Mikrokontroler AVR ini digunakan sebagai pembagi frekuensi yang telah diprogram sehingga menghasilkan keluaran berupa bilangan BCD 14 bit ( logika 1 adalah 5 volt dan logika 0 adalah 0 volt). Bilangan ini akan digunakan sebagai pembagi frekuensi dari VCO agar sama dengan frekuensi referensinya.

Hasil dari penelitian ini adalah pengendali pembagi frekuensi pada pemancar FM yang berbasis mikrokontroler AVR dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan keluaran mikrokontroler berupa bilangan BCD dengan frekuensi pemancar FM ditampilkan pada LCD.

Kata kunci : mikrokontroler, penampil (LCD), pembagi frekuensi, dan pemancarFM.

(8)

Frequency divider controller at FM transmitter based on AVR microcontroller is used to set frequency easily and quickly which frequency movement on FM transmitter is done by switch setting. By this equipment, frequency movement could be done by pressing Up or Down button only and could be shown on LCD.

AVR microcontroller is used as programmed frequency divider until it could results output as 14 bits number of BCD (logic 1 is 5 volt and logic 0 is 0 volt). These numbers would be used as frequency divider from VCO in order to equal with its reference frequency.

The results from this research are frequency divider at FM transmitter based on AVR microcontroller could works well, results microcontroller as 14 bits numbers of BCD, and the frequency of FM transmitter could be shown on LCD.

Keywords : AVR microcontroller, function display (LCD), frequency divider, and FM transmitter.

(9)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH Bapa yang di surga dan

bersamaNya Bunda Maria perawan suci yang telah melimpahkan berkat dan cinta-Nya

yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunannya, banyak pihak yang telah membantu dan

memberikan dukungan pada penulis, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak A. Bayu Primawan, ST., M.Eng., selaku Pembimbing I dan Bapak

Alexius Rukmono, S.T. selaku Pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing penulis. Terima kasih pula untuk

seluruh dosen-dosen di Fakultas Sain dan Teknologi atas segala ilmu yang

diwariskannya.

2. Untuk keluarga penulis: Bapak, Ibu, dan kedua kakak sekeluarga dan

keponakan-keponakan penulis serta seluruh keluarga besar yang selalu

memberi semangat dan dukungan materi yang sangat berarti.

3. Romo Petrus Subowo, SCJ yang selalu memberi dukungan dan segalanya

yang sangat berarti hingga selesainya kuliah ini.

4. Teman-teman seperjuangan, Duwek, Tanto dan Kelik, “suwon broe!!!” Bhule,

Robby dan seluruh teman-teman elektro angkatan 2002, Terima kasih atas

segala masukan dan bantuannya serta perjuangan selama 5 tahun ini, “MOGA

SUKSES KAWAN!!!”.

(10)

RADIO MASDHA FM 95.00 MHz “Together in Peace”, untuk Padepokan

221 (Mas Alek, Mbak Ria, Jo Pamor, Jumilan, Simbah, Sastro dan Kang

Ucup), Langit Communication ( Mas Ragil, Mbak Atik, Ludruk, Gustaman,

Daman, dan ketujuh belas lainnya), kang Bowo dan mbak Yuli, Mr Big, mbak

Nyoman dan Puput, kos Tokyo (Tommy, Mario, Mbah Joyo, Junaidi, Andri,

Ari, mas Yudis, bapak Tukiyo dan Ibu), terimakasih semuanya.

7. Dan untuk hati keduaku, Christin Novitasari. Terima kasih atas segala

segalanya, dirimu sangatlah berarti.

Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat secara luas, baik bagi penulis maupun

bagi semua pihak berhubungan dengan bidang telekomunikasi. Akhir kata “Belajarlah dari apa yang sudah dilakukan dan jadikan itu sebagai pengalaman hidup

Yogyakarta, Oktober 2007

Penulis

(11)

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN JUDUL……… ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING………. iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. v

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. vi

INTISARI………. vii

ABSTRACT………... viii

KATA PENGANTAR………. ix

DAFTAR ISI……… xi

DAFTAR GAMBAR………... xiv

DAFTAR TABEL……… xvii

DAFTAR LAMPIRAN………... xviii

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang………...

I.2 Batasan Masalah………..

I.3 Tujuan Penelitian………...

I.4 Manfaat Penelitian……….

I.5 Sistematika Penulisan……… 1

2

2

3

3

(12)

II.3 Mikrokontroler AVR ATMega8535……….. II.3.1 Arsitektur Mikrokontroler AVR ATMega8535………

II.3.2 FiturATMega8535……….……….………...

II.3.3 Konfigurasi pinATMega8535………...

II.3.4 Peta Memori………...

II.3.5 Status Register (SREG)..……….………...

II.3.6 Instruksi Mikrokontroler ATMega8535.………….………...

II.4 Reset dan Osilator……….….………..

II.4.1 Reset………..……… II.4.2 Osilator………..………....

II.5 Liquid Cristal Display (LCD).……….. II.5.1 DDRAM………..……… II.5.2 CGRAM………....

II.5.3 CGROM ………

II.5.4 Register………..………. II.5.4.1. Register Perintah.……..……….

II.5.4.1.1. Penulisan Data ke Register Perintah .……..…………..….

II.5.4.1.1. Pembacaan Data dari Register Perintah .……..………..….

II.5.4.2. Register Data…………..……….

(13)

III.1 Diagram Blok ………

III.2 Perancangan Perangkat Keras………

III.2.1 Perhitungan frekuensi Divider sebagai pembagi N…..……..

III.2.2 Mikrokontroler AVR ATMega8535….………..………

III.2.2.1 Reset Eksternal …..……….

III.2.2.1 Osilator Eksternal …..……….

III.2.3 Kaki-kaki yang digunakan LCD………..……... III.3 Perancangan Perangkat Lunak………

III.3.1. Inisialisasi Periperal……….………

III.3.2. Program Utama Mikrokontroler..………

III.3.2.1. Program SubroutineUP ……...……… III.3.2.2. Program Subroutine DOWN ……...……….……… III.3.2.3. Program Subroutine LCD ……...……….…………

III.4 Perancangan Rangkaian Alat yang akan dibuat……….….… 33

35

35

39

40

42

43

43

44

44

46

47

48

49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Perangkat Keras Hasil Perancangan………...

IV.2 Hasil Keluaran Alat Secara Keseluruhan………..

IV.2.1 Hasil Keluaran Mikrokontroler………..

IV.2.1.1. Hasil Keluaran Mikrokontroler bilangan BCD………….. 50

52

52

52

(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan………..

V.2 Saran……… 64

64

DAFTAR PUSTAKA……….

LAMPIRAN ………... 65

L1-L34

(15)

Tabel 2.2 Diagram pewaktuan pembacaan data ke register perintah

mode 4……….. 30

Tabel 3.1 Data konversi frekuensi ke BCD………... L8

Tabel 4.1 Keluaran mikrokontroler berupa bilangan BCD……..….… L12

Tabel 4.2 Keluaran frequency counter dan LCD pada frekuensi FM … L17

(16)

Gambar 2.2 Lengkung Frekuensi Waktu ………. 7

Gambar 2.3 Untaian system PLL………..………... 9

Gambar 2.4 Frekuensi dan fasa………..……... 10

Gambar 2.5 Tanggapan Frekuensi LPF……….……….. 12

Gambar 2.6 Low Pass Filter pasif RC ……… 12

Gambar 2.7 VCO dengan dioda varactor……….... 13

Gambar 2.8 Dioda blok dan Konfigurasi pin LB3500 ……….... 14

Gambar 2.9 Tampilan pin ATMega8535………... 17

Gambar 2.10 Memori Data dan Memori Program ATMega8535…………... 20

Gambar 2.11 Status Register ATMega8535……….…………... 21

Gambar 2.12 Rangkaian Reset Eksternal…….……….……… 24

Gambar 2.13 Rangkaian Osilator Eksternal ………..……... 25

Gambar 2.14 Konfigurasi Pin/Out LCD………..……... 27

Gambar 3.1 Diagram blok sederhana pengendali pembagi frekuensi pada pemancar FM berbasis mikrokontroler AVR……….. 34 Gambar 3.2 Diagram blok pengendali pembagi frekuensi pada pemancar FM berbasis mikrokontroler AVR yang lengkap ……….. 34 Gambar 3.3 Diagram blok dan Konfigurasi Pin IC LB3500 ………. 36

Gambar 3.4 Konfigurasi Pin IC TC9122 36 Gambar 3.5 Diagram blok contoh perhitungan pengaturan frekuensi divider.. 37

(17)

Gambar 3.9 Diagram alir program utama mikrokontroler ………..…….. 45

Gambar 3.10 Diagram alir fungsi UP pada mikrokontroler………..….…. 46

Gambar 3.11 Diagram alir fungsi DOWN pada mikrokontroler ……….... 47

Gambar 3.12 Diagram alir fungsi LCD…………..………..…. 48

Gambar 3.13 Rangkaian alat yang akan dibuat ……….….. 49

Gambar 4.1 Tampak depan alat pengendali pembagi frekuensi pada pemancar FM berbasis mikrokontroler ATMega8535………… 51 Gambar 4.2 Tampak atas pengendali pembagi frekuensi pada pemancar FM berbasis mikrokontroler ATMega8535………... 51 Gambar 4.3 Tampilan LCD saat frekuensi 88 MHz……….. 55

Gambar 4.4 Tampilan LCD saat frekuensi 90 MHz …………..………... 55

Gambar 4.5 Tampilan LCD saat frekuensi 100 MHz …..………..……... 55

Gambar 4.6 Tampilan LCD saat frekuensi 108 MHz …………..……... 55

Gambar 4.7 Tampilan penganalisa spektrum saat output pemancar 88 MHz .. 56

Gambar 4.8 Tampilan penganalisa spektrum saat output pemancar 92 MHz .. 57 Gambar 4.9 Tampilan penganalisa spektrum saat output pemancar 100 MHz 57 Gambar 4.10 Tampilan penganalisa spektrum saat output pemancar 108 MHz 58 Gambar 4.11 Tampilan frequency counter dan LCD pada saat output

pemancar 88.0 MHz

59

Gambar 4.12 Tampilan frequency counter dan LCD pada saat output 59

(18)

Gambar 4.14 Tampilan frequency counter dan LCD pada saat output

pemancar 88.3 MHz

60

Gambar 4.15 Tampilan frequency counter dan LCD pada saat output

pemancar 92.0 MHz

61

Gambar 4.16 Tampilan frequency counter dan LCD pada saat output

pemancar 92.1 MHz

61

Gambar 4.17 Tampilan frequency counter dan LCD pada saat output

pemancar 92.2 MHz

62

Gambar 4.18 Tampilan frequency counter dan LCD pada saat output

pemancar 92.3 MHz

62

(19)

1.1.

Latar Belakang

Teknologi di bidang telekomunikasi berkembang sangat cepat, bahkan

sampai ke desa-desa banyak ditemukan stasiun-stasiun pemancar radio, baik yang

ilegal maupun legal dengan tujuan hanya sekedar memberikan hiburan, maupun menyalurkan aspirasi rakyat. Karena begitu banyak frekuensi yang digunakan,

maka pemerintah mengatur alokasi frekuensi bagi masing-masing radio dengan

tujuan agar tidak saling mengganggu. Di Indonesia, alokasi frekuensi sinyal

carrier untuk siaran FM ditetapkan pada frekuensi 87,5 MHz hingga 108 MHz. Alokasi itu terbagi untuk 204 kanal dengan penganalan kelipatan 100 kHz. Kanal

pertama berada pada frekuensi 87,6 MHz, sedangkan kanal ke 204 berada pada

frekuensi 107,9 MHz. Penetapan tersebut dan aturan lainnya tertuang dalam

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 15 Tahun 2003 [1].

Bagi seorang teknisi radio yang pekerjaannya adalah membuat banyak

pemancar radio dengan frekuensi yang berbeda-beda maka hal ini menjadi

persoalan, yaitu untuk membuat pemancar radio harus menunggu pesanan terlebih

dahulu, ini dimaksudkan untuk mendapatkan frekuensi terkunci yang diinginkan.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut maka ada beberapa teknis radio sudah

menemukan solusinya, yaitu dibuatlah pemancar radio yang dapat diubah-ubah

(20)

switch ini sangatlah merepotkan dan hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahuinya karena menggunakan bilangan BCD (binary code desimal). Karena terjadi kerumitan dalam pemindahan frekuensi tersebut maka penulis

akan merancang, membuat dan membahas pengendali pembagi frekuensi pada

pemancar FM berbasis mikrokontroler ATMega8535 dengan penampil LCD (

Liquid Cristal Display). Pengguna dapat melakukan pengubahan frekuensi pemancar dengan menekan tombol UP/DOWN dengan frekuensi keluaran pemancarnya tertampil pada LCD.

1.2. Batasan Masalah

Batasan masalah pada tugas akhir ini adalah :

1. Pemancar bekerja pada frekuensi FM (88 MHz – 108 MHz), pemancar

ini hanya sebagai alat bantu kerja alat.

2. Menggunakan mikrokontroler AVR ATMega8535.

3. Menggunakan tombol Up/Down dengan perubahan step frekuensi 100 KHz.

4. Penampil frekuensi menggunakan LCD 16x2.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mempelajari dan mempraktikkan mata kuliah mikrokontroler dan

mengaplikasikannya pada sintesa pemancar FM.

2. Membantu para pembaca yang gemar dalam dunia keteknisan radio FM,

(21)

1.4. Manfaat Penelitian

Pengendali pembagi frekuensi pada pemancar FM ini akan mempermudah

dalam penggeseran frekuensi terkunci FM (PLL = phase locked loop). Pengendali ini mengubah cara penggeseran frekueansi dari dip switch digantikan dengan tombol Up/Down berbasis mikrokontroler. Pergeseran frekuensi dengan step 100 KHz dan frekuensi pemancar radionya tertampil pada LCD.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang dipergunakan dalam penyusunan tugas akhir ini

terdiri dari 5 Bab yaitu :

1. BAB I – Pendahuluan

Berisi latar belakang penulisan, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

2. BAB II - Dasar teori

Berisi pengertian frekuensi modulasi, tujuan pemancar FM, penjelasan

sistem PLL pada pemancar FM secara umum, mikrokontroler dan LCD.

3. BAB III - Perancangan Perangkat Keras dan Lunak

Berisi perancangan pengaturan frekuensi dan tampilan LCD berbasis

mikrokontroler. Perancangan pengaturan frekuensi terdiri dari fungsi serta

sistematika perangkat, sehingga rangkaian tersebut dapat beroperasi dengan

(22)

4. BAB IV - Analisis Hasil dan Pembahasan

Berisi data hasil pengamatan, analisis hasil pengukuran dan pembahasan

yang diperoleh dalam penelitian serta cara pengoperasian perangkat sesuai dengan

kinerja yang direncanakan.

5. BAB V – Kesimpulan dan Saran

Merupakan kesimpulan akhir terhadap hasil penelitian perangkat serta

(23)

2.1.

Pengertian Frekuensi Modulasi

Dalam istilah teknik, kata modulasi mempunyai definisi yang cukup

panjang. Tetapi hal itu dapat dijelaskan dengan analogi sederhana berikut : bila

sesuatu ingin dipindahkan ke tempat lain yang jauh, maka diperlukan sesuatu

media lain sebagai perantara.

Sinyal informasi (suara, gambar, dan data) juga begitu. Agar dapat dikirim

ke tempat lain, sinyal informasi harus ditumpangkan pada sinyal lain. Dalam

konteks radio siaran, sinyal yang menumpang adalah sinyal suara, sedangkan

yang ditumpangi adalah sinyal radio yang disebut sinyal pembawa (carrier).

Jenis dan cara penumpangan sangat beragam. Dari tinjauan "penumpang",

cara menumpangkan manusia pasti berbeda dengan paket barang atau surat. Hal

serupa berlaku untuk penumpangan sinyal analog yang berbeda dengan sinyal

digital. Penumpangan sinyal suara juga akan berbeda dengan penumpangan sinyal

gambar, sinyal film, atau sinyal lain.

Dari sisi pembawa, cara menumpang di pesawat terbang akan berbeda

dengan menumpang di mobil, bus, truk, kapal laut, perahu, atau kuda. Hal yang

sama juga terjadi pada modulasi. Di mana cara menumpang ke amplitudo

(24)

carrier. Gelombang/sinyal carrier adalah gelombang radio yang mempunyai

frekuensi jauh lebih tinggi dari frekuensi sinyal informasi [2].

Modulasi adalah proses penumpangan sinyal informasi pada sinyal carrier

yang berasal dari osilator RF, sedangkan modulasi frekuensi adalah suatu proses

modulasi dengan cara mengubah-ubah frekuensi gelombang carrier dengan

amplitudo tetap.

Gambar 2.1. Modulasi Frekuensi [2].

(a) Sinyal informasi. (b) Sinyal carrier. (c) Gelombang termodulasi frekuensi dengan tegangan sebagai fungsi waktu. (d) Gelombang termodulasi frekuensi

dengan frekuensi sebagai fungsi waktu.

Dari Gambar 2.1 terlihat bahwa ketika amplitudo sinyal informasi positif,

(25)

amplitudo sinyal informasi negatif, frekuensi pembawa disimpangkan sebesar ∆f

menjadi -f1. Deviasi frekuensi (∆f) adalah simpangan yang dialami oleh frekuensi

pembawa (fc) karena amplitudo informasi (Am). Semakin besar amplitudo

informasi, semakin besar pula deviasinya sehingga dapat mengganggu pemancar

lain [3].

Frekuensi pembawa sesaat dapat dinyatakan [3]:

) ( ) ( )

(t f t ke t

fi = c + m

Sinyal modulasi em(t) digunakan untuk mengubah frekuensi pembawa.

Perubahan pada frekuensi adalah kem(t), dengan k adalah konstanta deviasi

frekuensi. Frekuensi pembawa tanpa modulasi dilambangkan dengan fc. Bila em(t)

suatu gelombang sinus

t A

t

em( )= mmakssinωm

frekuensi pembawa sesaat menjadi

t kA

t f t

fi( )= c( )+ mmakssinωm

Sketsa dari fi ditunjukkan pada Gambar 2.2

(2.1)

(2.2)

(2.3)

Gambar 2.2. Lengkung frekuensi-waktu [3].

Deviasi frekuensi puncak dari sinyal didefinisikan sebagai [3]

(26)

mmaks kA f =

sehingga persamaan 2.3 menjadi

(2.5) t

f t f t

fi( )= c( )+∆ sinωm

2.2.

Sistem Pemancar Radio FM

Tujuan dari pemancar FM adalah untuk mengubah satu atau lebih sinyal input

yang berupa frekuensi audio menjadi gelombang termodulasi dalam sinyal RF

(Radio Frequency) yang dimaksudkan sebagai output daya yang kemudian

diumpankan ke sistem antena untuk dipancarkan.

Kestabilan frekuensi dari oscilator direct FM tidak cukup bagus, untuk itu

dibutuhkan automatic frekuensi control (AFC) yang menggunakan sebuah kristal

osilator stabil sebagai frekuensi referensi. Komponen AFC berperan sebagai

pengatur frekuensi yang dibangkitkan osilator lokal untuk dicatukan ke mixer,

sehingga frekuensi osilator menjadi stabil.

Suatu pemancar mono biasanya dibangkitkan dengan osilator saja tanpa

membutuhkan stereo generator. Untuk membangkitkan isyarat FM ini paling baik

menggunakan Phase Lock Loop (PLL) karena osilator LC yang telah kita pelajari

sangat rentan terhadap perubahan frekuensi, artinya osilator tersebut mudah

bergeser frekuensinya atau tidak stabil. Satu-satunya keuntungan osilator LC

adalah frekuensinya dapat diubah-ubah sesuai keinginan walaupun perubahannya

terbatas. Osilator yang dijamin kestabilannya adalah osilator kristal yaitu osilator

(27)

tidak dapat diubah-ubah frekuensinya seperti pada osilator LC. Bila ingin

merubah frekuensi maka kristalnya harus diubah dengan frekuensi yang sesuai,

hal ini kurang praktis dan memakan biaya. Untuk dapat menggabungkan dua hal

tersebut di atas, yaitu frekuensi dapat diubah namun tetap dijamin frekuensinya

stabil, maka pemecahannya menggunakan rangkaian Phase lock loop (PLL). PLL

sendiri adalah rangkaian umpan balik negatif dengan frekuensi sebagai input dan

frekuensi atau tegangan sebagai output. Aplikasi yang biasanya menggunakan

PLL adalah demodulator untuk AM dan FM, pengali frekuensi dan pesintesa

frekuensi.

(LPF = Low Pass Filter)

(VCO = Voltage Controlled Oscilator)

LPF

VCO

Prescaler

(pembagi N)

Detektor

Fasa

fo

Frekuensi

referensi

Gambar 2.3. Untaian sistem PLL.

Sistem kerja PLL yaitu bila dua buah sinyal mempunyai beda fasa yang

tetap maka pastilah memiliki frekuensi sama pula. Sifat ini dimanfaatkan untuk

membentuk suatu sistem yang dapat menghasilkan frekuensi keluaran yang stabil

dengan membandingkan beda fasa antara frekuensi referensi yang sangat stabil

dengan frekuensi keluaran yang diumpankan frekuensi pembagi. Frekuensi hasil

(28)

(frekuensi referensi) di detektor fasa (comparator). Bila kedua frekuensi yang

masuk ke detektor fasa, frekuensi dan fasanya sama, maka detektor fasa akan

mengeluarkan tegangan searah. Dalam hal ini pada output VCO akan dihasilkan

frekuensi dan fasa yang sesuai dengan frekuensi acuan sehingga frekuensi PLL

dalam keadaan terkunci.

Gambar 2.4. (a) Kedua input memiliki frekuensi dan fasa yang sama, beda fasa konstan. (b) Peningkatan frekuensi input menyebabkan kesalahan positif fasa ∆θ

[4].

Pada Gambar 2.4a di atas menunjukkan bila kedua masukan phase detector

adalah sinyal sinusoida dengan frekuensi ωFR dengan fasa sama, maka beda fasa

sama dengan nol dan tegangan v1, v2, v3 sama dengan nol. Tegangan v3 menjadi

input VCO agar output tetap pada frekuensi ωFR yang sama dengan ωi, sehingga

loop terjaga atau yang sering disebut equilibrium loop. Apabila ωi berubah naik,

maka θi semakin besar, sehingga θi sama dengan θo seperti pada Gambar 2.4b.

Dengan adanya beda fasa (∆θ), maka muncul tegangan v1 dan setelah itu,

(29)

akan naik mencapai ωo yang sama dengan ωi sehingga kedua vektor berotasi pada

kecepatan yang sama. Loop yang baru terjadi dan terjaga (new equilibrium loop).

Saat kondisi lock tercapai, tegangan v3 proposional terhadap frekuensi VCO. Jika ωi sama dengan ωo, maka

o FR i

k

v3 =ω −ω (2.6)

Frekuensi referensi adalah frekuensi yang dibangkitkan oleh kristal osilator.

Frekuensi referensi akan digunakan untuk masukan pada detektor fasa, dimana

akan dibandingkan dengan frekuensi pembagi N.

Filter adalah rangkaian yang dirancang untuk melewatkan suatu pita

frekuensi tertentu dan memperlemah pita frekuensi yang lain. Filter aktif terdiri

dari kombinasi resistor, kapasitor, dan satu atau lebih komponen aktif (seperti

Op-Amp) dengan umpan balik [5].

Kelebihan dari filter aktif :

1. Tidak memerlukan lilitan (induktor), sehingga tidak ada masalah pada

frekuensi rendah dan mudah diimplementasikan pada frekuensi sangat

rendah.

2. Karakteristik tanggapan frekuensi mendekati ideal.

3. Ukuran dan biaya dapat ditekan.

Kekurangan dari filter aktif :

(30)

2. Membutuhkan catu daya tersendiri.

3. Perlu feedback, sehingga ada kemungkinan tidak stabil.

Pada perancangan pemancar FM, LPF digunakan untuk menghilangkan

komponen frekuensi tinggi dari output phase detector dan menghasilkan tegangan

DC rata-rata sebagai pengendali osilator.

Gambar 2.5. Tanggapan frekuensi LPF [5].

Gambar 2.5 memperlihatkan low pass filter pasif RC.

C1

input output

R1

Gambar 2.6 Low pass filter pasif RC

Frekuensi cutoff filter (fc) dihitung menggunakan persamaan 2.12. Dengan

fc adalah frekuensi cutoff filter, R1 adalah resistor filter dan C1 adalah kapasitor

filter.

1 1

2 1

C R fc

π

(31)

Voltage-controlled oscilators (VCO) banyak terdapat dibeberapa aplikasi,

seperti pada pengendali frekuensi otomatis, tuning radio, dan phase-locked loop.

VCO dirancang untuk menghasilkan frekuensi yang berbeda-beda dengan

pengaturan tegangan [3].

Gambar 2.7 memperlihatkan dioda varactor yang diaplikasikan untuk

membangun VCO. Nama varactor berarti variable reactor sehingga pada dioda

varactor nilai kapasitansi pada sambungan pn dapat diubah-ubah sesuai dengan

prasikap tegangan baliknya [6]. Pada perancangan pemancar FM frequency

hopping prasikap tegangan balik dioda varactor ditentukan oleh LPF.

Gambar 2.7. VCO dengan dioda varactor [6].

IC LB3500 adalah prescaler dengan rasio pembagian frekuensi 1/8.

Banyak digunakan sebagai tuning radio FM dan mampu membagi frekuensi

maksimum 150 MHz. Gambar 2.17 menunjukkan konfigurasi dan diagram blok

(32)

Gambar 2.8. Diagram blok dan konfigurasi pin IC LB3500 [7].

Frekuensi pembagi N adalah frekuensi hasil umpan balik dari VCO dan

pembagi 8, dimana hasil dari frekuensi pembagi akan di bandingkan dengan

frekuensi referensi oleh detektor fasa. Pada frekuensi pembagi di pakai IC

TC9122. IC ini mempunyai masukan 14 bit yang berupa bilangan BCD (Binary

Code Decimal). Pada TC9122 mempunyai karakteristi tidak dapat membagi

frekuensi yang terlalu tinggi. Sehingga dari VCO akan dilewatkan pembagi 8

terlebih dahulu.

2.3.

Mikrokontroler AVR ATMega8535

Mikrokontroler adalah salah satu dari bagian dasar dari suatu sistem

komputer. Meskipun mempunyai bentuk yang jauh lebih kecil dari suatu

komputer pribadi dan komputer mainframe, mikrokontroler dibangun dari

elemen-elemen dasar yang sama. Secara sederhana, komputer akan menghasilkan output

spesifik berdasarkan input yang diterima dan program yang dikerjakan.

Mikrokontroler adalah alat yang mengerjakan instruksi-instruksi yang

diberikan kepadanya. Artinya, bagian terpenting dan utama dari suatu sistem

(33)

programmer. Program ini menginstruksikan komputer untuk melakukan jalinan

yang panjang dari aksi-aksi sederhana untuk melakukan tugas yang lebih

kompleks yang diinginkan oleh programmer.

Dengan perkembangan terakhir, yaitu generasi AVR (Alf and Vegard’s Risc

processor), maka mikro ini telah memiliki kapabilitas yang amat maju, tetapi

dengan biaya ekonomis yang cukup minimal [8].

2.3.1.

Arsitektur Mikrokontroler AVR ATMega8535

[7]Mikrokontroler AVR ATMega8535 merupakan mikrokontroler CMOS

dengan daya rendah yang memiliki arsitektur AVR RISC (Reduced Instruction Set

Computer) 8 bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit (16-bits

word) dan sebagian besar instruksi dalam 1 (satu) siklus clock, berbeda dengan

instruksi MCS51 yang membutuhkan 12 siklus clock. Ini karena dalam MCS51

menggunakan CISC (Complex Instruction Set Computing). Arsitektur ini

mendukung kemampuan untuk melaksanakan eksekusi dalam satu siklus clock

osilator. AVR memiliki fitur untuk menghemat konsumsi daya yaitu dengan mode

sleep. Mode sleep dalam mikrokontroler AVR ada dua macam yaitu mode idle dan

mode power down.

Mikrokontroler AVR memiliki model arsitektur Harvard dimana memori

dan bus untuk program dan data dipisahkan. Dalam arsitektur AVR ini, 32 register

umum terhubung langsung ke ALU processor. Hal ini yang membuat AVR

(34)

Dalam satu siklus clock terdapat dua register independen yang dapat diakses

oleh satu instruksi. Teknik yang digunakan adalah fetch during execution atau

memegang sambil mengerjakan. Hal ini berarti dua operan dibaca dari dua

register, dilakukan eksekusi operasi dan hasilnya disimpan kembali dalam satu

register. Proses ini dilakukan dalam satu siklus clock.

Mikrokontroler ATMega8535 ini merupakan mikrokontroler 8 bit keluarga

AVR yang memiliki beberapa fasilitas seperti [8]:

1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu port A, Port B, Port C dan Port D.

2. ADC 10 bit sebanyak 8 saluran.

3. Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan.

4. CPU yang terdiri atas 32 buah register.

5. Watchdog Timer dengan osilator internal.

6. SRAM sebesar 512 byte.

7. Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuan Read While Write.

8. Unit interupsi internal dan eksternal.

9. Port antarmuka SPI.

10. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.

11. Antarmuka komparator analog.

(35)

2.3.2.

Fitur ATMega8535

Kapabilitas detail ATMega8535 adalah sebagai berikut :

1. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal

16 MHz.

2. Kapabilitas memori flash I8 KB, SRAM sebesar 512 byte dan

EEPROM (Electrically Erasable Programable Read Only Memory)

sebesar 512 byte.

3. ADC internal dengan fidelitas 10 bit sebanyak 8 channel.

4. Portal komunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2,5

Mbps.

5. Enam pilihan mode sleep menghemat penggunaan daya listrik.

2.3.3.

Konfigurasi Pin ATMega8535

Gambar 2.8 berikut ini menunjukkan tampilan pin-pin mikrokontroler

ATMega8535

(36)

Dari tampilan pin seperti diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. VCC Æ Merupakan pin masukan tegangan (catu daya) sebesar 5

volt.

b. AVCC Æ Merupakan pin masukan tegangan ADC.

c. AREF Æ Merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.

d. Reset Æ Merupakan pin reset, mikrokontroler akan mereset program

jika pin ini berlogika low selama 50ns.

e. GND Æ Merupakan pin ground

f. Port A Æ Merupakan pin I/O dua arah kelompok 8-bit bi-directional

I/O Port (PA0 – PA7). Port ini juga berfungsi sebagai 8 bit

channel ADC (ADC0 – ADC7).

g. Port B Æ Merupakan pin I/O dua arah kelompok 8 bit bi-directional

I/O Port (PB0 – PB7). Port B memiliki beberapa fungsi

khusus yaitu T0 untuk input Timer dan T1 untuk input

counter, AIN0 dan AIN1 untuk input analog komparator.

SS, MOSI, MISO, dan SCK untuk komunikasi serial SPI.

h. Port C Æ Merupakan pin I/O dua arah kelompok 8 bit bi-directional

I/O Port (PC0 – PC7). Port C memiliki beberapa fungsi

khusus yaitu TOSC1, TOSC2, dan OC2 untuk input Timer

Oscilator, SDA dan SCL untuk input komunikasi serial

I2C.

i. Port D Æ Merupakan pin I/O dua arah kelompok 8 bit bi-directional

(37)

khusus yaitu input interupsi eksternal (INTO dan INT1),

komunikasi serial USART (TXD dan RXD) dan OC1B,

OC1A, ICP1.

j. X-TAL 1 dan X-TAL2 Æ Merupakan input clock external

2.3.4.

Peta Memori

AVR ATMega8535 memiliki ruang pengalamatan memori data dan memori

program yang terpisah. Memori data yang terbagi menjadi 3 bagian yaitu 32 buah

register umum, 64 buah register I/O, dan 512 byte SRAM Internal.

Register keperluan umum menempati space data pada alamat terbawah,

yaitu $00 sampai $1F. Sementara itu, register khusus untuk menangani I/O dan

kontrol terhadap mikrokontroler menempati 64 alamat berikutnya, yaitu mulai

dari $20 hingga $5F. Register tersebut merupakan register yang khusus digunakan

untuk mengatur fungsi terhadap berbagai periferal mikrokontroler, seperti kontrol

register, timer/counter, fungsi-fungsi I/O, dan sebagainya. Alamat memori

digunakan untuk SRAM 512 byte, yaitu pada lokasi $60 sampai dengan $25F.

(38)

Gambar 2.10. Memori Data dan Memori Program AVR ATMega8535.

Memori data pada mikrokontroler memiliki memori data RAM (Random

Access Memory) atau memori yang bisa dibaca dan ditulis dan ROM (Read Only

Memory) atau memori yang hanya bisa dibaca saja. Di dalam ATMega8535

memiliki dua buah ROM, yaitu Flash PEROM (Programable Erasable Read Only

Memory) dan EEPROM (Electricslly Erasable Programable Read Only Memory).

Memori program yang terletak dalam Flash PEROM tersusun dalam word atau 2

byte karena setiap instruksi memiliki lebar 16 bit atau 32 bit. AVR ATMega8535

memiliki 4Kbyte x 16 bit Flash PEROM dengan alamat mulai dari $000 sampai

$FFF tersebut yang memiliki 12 bit Program Counter (PC) sehingga mampu

mengalamati Flash. Selain itu AVR ATMega8535 juga memiliki memori data

berupa EEPROM 8 bit sebanyak 512 byte. Alamat EEPROM dumulai dari $000

sampai $1FF.

EEPROM adalah salah satu dari tiga tipe memori pada AVR (dua yang lain

(39)

dicatu daya dan juga dapat diubah saat program berjalan. Oleh karena itu,

EEPROM sangat berguna untuk menyimpan informasi seperti nilai kalibrasi,

nomer ID, dan juga password. Untuk menulis dalam EEPROM, perlu ditentukan

terlebih dahulu data apa yang akan ditulis serta alamat untuk menulis data tersebut

untuk mencegah ketidaksengajaan menulis di dalam EEPROM. Proses penulisan

dalam EEPROM tidak berlangsung waktu itu juga, tetapi membutuhkan waktu

sekitar 2.5 ms sampai dengan 4 ms. Oleh karena alasan tersebut, program yang

dibuat harus dicek terlebih dahulu apakah EEPROM telah siap untuk ditulis

dengan byte data baru (kemungkinan operasi penulisan yang terdahulu belum

selesai).

2.3.5.

Status Register (SREG)

Status register adalah register berisi status yang dihasilkan pada setiap

operasi yang dilakukan ketika suatu instruksi dieksekusi. SREG merupakan

bagian dari inti CPU mikrokontroler.

(40)

1. Bit 7 – I : Global Interupt Enable

Bit harus diset untuk meng-enable interupsi. Setelah itu, dapat

mengaktifkan interupsi mana yang akan digunakan dengan cara

meng-enable bit kontrol register yang bersangkutan secara individu. Bit akan

di-clear apabila terjadi suatu interupsi yang dipicu oleh hardware, dan

bit tidak akan mengizinkan terjadinya interupsi, serta akan diset

kembali oleh interuksi RETI.

2. Bit 6 – T : Bit Copt Storage

Interuksi BLD dan BST menggunakan bit-T sebagai sumber atau

tujuan dalam operasi bit. Suatu bit dalam sebuah register GPR dapat

disalin ke bit-T menggunakan interuksi BST, dan sebaliknya bit-T

dapat disalin kembali ke suatu bit dalam register GPR menggunakan

intruksi BLD.

3. Bit 5 – H : Half Carry Flag

4. Bit 4 – S : Sign Bit

Bit-S merupakan hasil operasi EOR antara flag-N (negatif) dan flag-V

(komponen dua overflow).

5. Bit 3 – V : Two’s Complement Overflow Flag

Bit berguna untuk mendukung operasi aritmatika.

6. Bit 2 – N : Negative Flag

Apabila suatu operasi menghasilkan bilangan negatif, maka flag-N

akan diset.

(41)

Bit akan diset bila hasil operasi yang diperoleh adalah nol.

8. Bit 0 – C : Carry Flag

Apabila suatu operasi menghasilkan carry, maka bit akan diset.

2.3.6.

Instruksi Mikrokontroler ATMega8535

Mikrokontroler ATMega8535 memiliki 130 macam instruksi.

Instruksi-instruksi mikrokontroler AVR dapat dibagi sebagai berikut [8] :

a. Instruksi transfer data, instruksi ini berfungsi untuk transfer data antara

register ke register, memori ke memori, register ke memori, antarmuka

ke register, dan antarmuka ke memori.

b. Instruksi aritmatika dan logic, instruksi aritmatika meliputi

penjumlahan, pengurangan, penambahan satu (increament), dan

pengurangan satu (decreament). Instruksi logika dan manipulasi bit,

yang melaksanakan operasi AND, OR, XOR, perbandingan,

penggeseran, dan komplemen data.

c. Instruksi Bit dan Bit-Test, yaitu instruksi untuk setting kondisi tiap bit,

baik set maupun clear, bahkan ada beberapa variasi, seperti instruksi

putar, hingga watchdog reset.

d. Instruksi percabangan, yang berfungsi mengubah urutan normal

pelaksanaan suatu program menjadi sesuai yang dikehendaki. Dengan

instruksi ini program yang sedang dilaksanakan akan mencabang ke

suatu alamat tertentu. Instruksi percabangan dibedakan atas

(42)

e. Instruksi stack, I/O dan kontrol, yang digunakan untuk mengatur

penggunaan stack, membaca/menulis port I/O serta

pengontrolan-pengontrolan.

2.4.

Reset dan Osilator

Dalam perancangan perangkat keras ini akan dirancang reset eksternal

dan osilator yang mendukung kinerja mikrokontroler ini.

a. Reset Eksternal

Keadaan reset terjadi apabila pin reset mendapat logika 0 selama lebih

dari 50ns. Pin reset dihubungkan dengan resistor (R1) yang terhubung ke VCC

dan kapasitor (C1) yang terhubung ke ground. Rangkaian reset eksternal

ditunjukkan pada Gambar 2.11.

Gambar 2.12. Rangkaian reset eksternal.

Pada perancangan ini digunakan waktu 1ms untuk mereset

mikrokontroler. Penentuan reset eksternal dapat dilakukan dengan mengatur

(43)

maksimal yang harus diberikan pada pin ini Vc = 0,85 Vcc (datasheet AVR

ATMega8535). Karena (1 RC)

t

e Vcc Vc

= maka dapat dicari nilai C1 dengan :

)

1

(

RC

t

e

Vcc

Vc

=

Setelah ditentukan resistor yang digunakan, maka kapasitornya dapat

dicari dengan : RC =0,5271×10−3

b. Osilator

Salah satu kelebihan mikrokontroler AVR ATMega8535 adalah

kecepatannya dalam melakukan eksekusi program dibandingkan dengan keluarga

mikrokontroler MCS-51. AVR ATMega8535 membutuhkan waktu satu siklus

clock untuk melakukan eksekusi terhadap suatu instruksi.

Rangkaian osilator yang digunakan pada perancangan ini ditunjukkan pada

Gambar 2.12.

Gambar 2.13. Osilator kristal 4MHz yang dihubung ke mikrokontroler AVR

(44)

2.5.

LCD (

Liquid Crystal Display

)

Teknologi LCD tidak hanya diterapkan pada monitor sebagaimana yang

populer selama ini. Notebook, ponsel, pager, dan berbagai perkakas elektronik

lain juga menggunakannya. LCD ditemukan oleh seorang ahli botani asal Austria

bernama Freidrich Reintzer, pada akhir abad ke-19. Istilah Liquid Crystal ini

justru dipopulerkan pertama kali oleh fisikawan Jerman bernama Otto Lehmann.

Banyak sekali kegunaan LCD dalam perancangan suatu sistem yang

menggunakan mikrokontroler. LCD berfungsi menampilkan suatu nilai hasil

sensor, menampilkan teks, atau menampilkan menu pada aplikasi mikrokontroler.

LCD yang akan digunakan adalah jenis LCD M1632, jenis ini merupakan

modul LCD dengan tampilan 16 x 2 baris dengan konsumsi daya rendah. Modul

tersebut dilengkapi dengan mikrokontroler yang didesain khusus untuk

mengendalikan LCD. Mikrokontroler HD44780 buatan Hitachi yang berfungsi

sebagai pengali LCD memiliki CGROM (Character Generator Read Only

Memory). CGRAM (Character Generator Random Access Memory). Berikut ini

bagian-bagian dari LCD M1632 [8] :

2.5.1.

DDRAM

DDRAM merupakan memori tempat karakter yang ditampilkan berada.

Contoh : Untuk karakter ‘L’ atau 4CH yang ditulis pada alamat 00, karakter

tersebut akan tampil pada baris pertama dan kolom pertama dari LCD. Apabila

karakter tersebut ditulis pada alamat 40, maka karakter tersebut akan tampil pada

(45)

2.5.2.

CGRAM

CGRAM merupakan memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter

dimana bentuk dari karakter dapat diubah-ubah sesuai keinginan. Namun memori

akan hilang saat Power Supply tidak aktif sehingga pola karakter akan hilang.

2.5.3.

CGROM

DDRAM merupakan memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter

dimana pola tersebut sudah ditentukan secara permanen dari HD44780, sehingga

pengguna tidak dapat mengubahnya lagi. Namun karena sifat kepermanenan

ROM, maka saat Power Supply dimatikan tidak akan membuat karakter hilang.

Gambar 2.13. Konfigurasi Pin/Out LCD.

(46)

2.5.4.

Register

HH44780 memiliki dua buah register yang aksesnya diatur menggunakan

kaki RS. Pada saat RS berlogika 0, register yang diakses adalah register perintah

(47)

2.5.4.1.

Register Perintah

Register perintah adalah register dimana perintah-perintah dari

mikrokontroler ke HD44780 pada saat proses penulisan data atau tempat status

dari HDD44780 dapat dibaca pada saat pembacaan data.

2.5.4.1.1.

Penulisan Data ke Register Perintah

Penulisan data ke register perintah dilakukan dengan tujuan mengatur

tampilan LCD, inisialisasi, dan mengatur Address Counter maupun Address Data.

Kondisi RS berlogika 0 menunjukkan akses data ke register perintah. RW

berlogika 0 menunjukkan proses penulisan data akan dilakukan. Nible tinggi (bit 7

sampai bit 4) terlebih dahulu dikirimkan diawali pulsa logika 1 pada E Clock.

Selanjutnya, Nibble rendah (bit 3 sampai bit 0) dikirimkan diawali pulsa logika 1

pada E clock lagi. Untuk mode 8 bit interface, proses penulisan dapat langsung

dilakukan 8 bit (bit 7 ... bit 0) dan diawali sebuah pulsa logika 1 pada E Clock.

2.5.4.1.2.

Pembacaan Data dari Register Perintah

Proses pembacaan data pada register perintah biasa digunakan untuk melihat

status busy dari LCD atau membaca Address Counter. RS diatur pada logika 0

untuk akses ke register perintah, R/W diatur pada logika 1 yang menunjukkan

proses pembacaan data. Pembacaan 4 bit nibble rendah dibaca diawali pulsa

logika 1 pada E Clock. Untuk Mode 8 bit Interface, pembacaan 8 bit (nibble

tinggi dan rendah) dilakukan sekaligus diawali sebuah pulsa logika 1 pada E

(48)

Tabel 2.2. Diagram Pewaktuan Pembacaan Data ke Register Perintah Mode 4.

Perintah D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0 Deskripsi

Hapus

Display

0 0 0 0 0 0 0 1 Hapus display dan DDRAM

Posisi Awal 0 0 0 0 0 0 1 X Set Alamat DDRAM

di 0

Set Mode 0 0 0 0 0 1 I/D S Atur arah

penggeseran kursor dan display

Display

On/OFF

0 0 0 0 1 D C B Atur Display(D) On/OFF, kursor (C) ON/OFF Blinking (B)

Geser

Cursor

/Display

0 0 0 1 S/C R/L X X Geser kursor atau display tanpa mengubah alamat DDRAM

Set Fungsi 0 0 1 DL N F X X Atur panjang data, jumlah baris yang tampil, dan font karakter.

Set Alamat

CGRAM

0 1 ACG ACG ACG ACG ACG ACG Data dapat dibaca atau ditulis setelah alamat diatur.

Set Alamat

DDRAM

1 ADD ADD ADD ADD ADD ADD ADD Data dapat dibaca atau ditulis setelah alamat diatur.

(49)

I/D 1 = Increment 0 = Decrement

S 0 = Display tidak geser

S/C 1 = Display Shift 0 = Geser Cursor

R/L 1 = Geser Kiri 0 = Geser kanan

DL 1 = 8 bit 0 = 4 bit

N 1 = 2 baris 0 = 1 baris

F 1 = 5 x 10, 0 = 5 X 8

D 0 = Display OFF 1 = Display ON

C 0 = Cursor OFF 1 = Cursor ON

B 0 = Blinking OFF 1 = Blinking ON

2.5.4.2.

Register Data

Register data adalah register dimana mikrokontroler dapat menuliskan atau

membaca data ke atau dari DDRAM. Penulisan data pada register akan

menempatkan data tersebut dari DDRAM sesuai dengan alamat yang telah diatur

sebelumnya.

2.5.4.2.1.

Penulisan Data ke Register Data

Penulisan data pada register data dilakukan untuk mengirimkan data yang

akan ditampilkan pada LCD. Proses diawali dengan logika 1 pada RS

menunjukkan akses ke register data, kondisi R/W diatur pada logika 0 yang

menunjukkan proses penulisan data. Data 4 bit nibble tinggi (bit 7 hingga bit 4)

(50)

nibble rendah (bit 3 hingga bit 0) yang juga diawali pulsa logika 1 pada sinyal E

Clock.

2.5.4.2.2.

Pembacaan Data dari Register Data

Pembacaan data dari register data dilakukan untuk membaca kembali data

yang tampil pada LCD. Proses dilakukan dengan mengatur RS pada logika 1

menunjukkan adanya akses ke register data. Kondisi R/W diatur pada logika

tinggi menunjukkan adanya proses pembacaan data. Data 4 bit nibble tinggi (bit 7

hingga bit 4) dibaca dengan diawali adanya pulsa logika 1 pada E Clock dan

dilanjutkan dengan data 4 bit nibble rendah (bit 3 hingga bit 0) yang juga diawali

(51)

Bab ini tentang perancangan pengaturan frekuensi otomatis dengan penampil

digital pada sintesa frekuensi FM berbasis mikrokontroler AVR ATMega8535,

beserta bagian-bagian Mikrokontroler ATMega8535, dua buah tombol dan penampil

yaitu LCD M1632 ukuran 16 x 2. Penjelasan untuk tiap-tiap bagian akan dibahas

pada subbab berikutnya.

3.1.

Diagram Blok

Pengaturan frekuensi otomatis dengan penampil digital pada sintesa frekensi

FM berbasis mikrokontroler AVR ATMega8535 adalah suatu alat aplikasi dari

sintesa frekuensi FM pada pemancar radio, dimana akan mempermudah pemindahan

frekuensi pemancar FM pada PLL yang biasanya menggunakan dip swicth secara BCD menjadi menggunakan mikrokontroller dengan tampilan LCD 16x2. Diagram

(52)

Gambar 3.1. Diagram blok sederhana rancangan sistem Pengaturan frekuensi

otomatis dengan penampil digital pada sintesa frekensi FM berbasis mikrokontroler

AVR ATMega8535.

Gambar 3.2. Diagram blok rancangan sistem Pengaturan frekuensi otomatis dengan

penampil digital pada pesintesa frekuensi FM yang lengkap berbasis mikrokontroler

(53)

3.2.

Perancangan Perangkat Keras

3.3.1. Perhitungan Frekuensi Divider sebagai pembagi N

Pemancar FM ini bekerja pada frekuensi carrier yaitu 88 MHz sampai 108 Mhz dengan daya rendah. AFG (audio function generator) digunakan sebagai sumber sinyal informasi. Frekuensi referensi dengan osilator kristal membangkitkan sinyal

yang akan dibandingkan dengan keluaran sinyal pembagi terprogram di phase detector. Frekuensi referensi yang akan digunakan adalah sebesar 12,5 KHz. Tegangan hasil keluaran phase detector ini yang pada nantinya akan mengontrol VCO sehingga menghasilkan frekuensi carrier yang diinginkan.

LPF berfungsi untuk menghilangkan komponen frekuensi tinggi dari keluaran

phase detector. Frekuensi Divider (pembagi N) yang digunakan pada sintesa frekuensinya adalah IC TC9122P dengan input berupa data BCD (binary code desimal). IC TC9122P ini tidak dapat membagi frekuensi yang sangat tinggi, agar dapat menghasilkan frekuensi yang sama dengan referensi (12,5KHz) maka

digunakan prescaler yang berfungsi sebagai pembagi frekuensi tinggi hasil keluaran VCO. Prescaler yang digunakan adalah IC LB 3500 yang merupakan prescaler dengan rasio pembagian frekuensi 1/8. Banyak digunakan sebagai tuning radio FM dan mampu membagi frekuensi maksimum 150 MHz. Gambar 3.3 menunjukkan

(54)

Gambar 3.3. Diagram blok dan konfigurasi pin IC LB3500 [7].

Frekuensi keluaran VCO harus disesuaikan dulu agar menghasilkan frekuensi step

100 KHz setelah dibagi di pembagi terprogram 14 bit.

Gambar 3.4. Konfigurasi pin IC TC 9122P [9].

(55)

pemancar akan digantikan oleh mikrokontroler AVR ATMega8535. Untuk

memasukkan 14 bit BCD maka dapat secara langsung menghubungkan ke pin 3

sebagai bit 1 sampai dengan pin 16 sebagai bit ke 14.

Mikrokontroler AVR ATMega8535 tersebut akan memberikan masukan

berupa data BCD (binary code desimal) 14 bit, ini sesuai dengan masukan IC TC9122P sebagai pengatur besarnya pembagian frekuensi. Keluaran pembagi

terprogram ini akan dibandingkan dengan frekuensi referensi di phase detector, sehingga menghasilkan level tegangan untuk mengatur VCO dan menghasilkan

frekuensi carrier. Driver dan booster digunakan untuk menguatkan tegangan sinyal agar sinyal siap untuk ditransmisikan melalui sebuah antena..

Gambar 3.5. Blok diagram contoh perhitungan pengaturan frekuensi divider

(pembagi N) BCD dengan step 100 KHz dari frekuensi keluaran VCO (f0) yang

diinginkan sebesar 88 MHz.

Dari Gambar 3.5 terlihat keluaran VCO adalah 88MHz, Frekuensi Referensi

(56)

Frequency Divider. Untuk mendapatkan keluaran dari frekuensi divider sama dengan

frekuensi referensi = 12,5 KHz, maka frequency divider harus membagi sebesar =

880.

Nilai frequency divider didapatkan dengan

= referency Frequency escaler VCO Frequency _ ) Pr / _ ( = KHz MHz 5 , 12 ) 8 / 88 ( = 880

Karena pada frekuensi divider membutuhkan masukan data BCD, maka nilai

880 haruslah diubah terlebih dahulu ke bentuk BCD. Data BCD (binary code desimal) 14 bit dari 880 adalah 00100010000000.

Dengan demikian bila dalam suatu sintesa frekuensi masih menggunakan dip swicth sebagai penggeser frekuensi, maka dip swicth harus diset sesuai data BCDnya.

Untuk contoh perhitungan keluaran VCO yang lainnya misal, 98 MHz dan

108 MHz dapat dilihat contoh perhitungannya di bawah ini :

Untuk 98 MHz

= referency Frequency escaler VCO Frequency _ ) Pr / _ ( = KHz MHz 5 , 12 ) 8 / 98 ( = 980

(57)

Untuk 108 MHz

=

referency Frequency

escaler VCO

Frequency

_

) Pr

/ _ (

=

KHz MHz

5 , 12

) 8 / 108 (

= 1080

Data BCD 14 bit dari 1080 adalah 01000010000000.

Untuk frekuensi carier dari 88 MHz sampai dengan 108 MHz (step 100 KHz)

yang lainnya dapat dilakukan perhitungan dengan cara yang sama, dengan hasil BCD

di Tabel 3.1.

Pada alat yang akan dibuat penulis, data BCD dari 88 MHz sampai dengan

108 MHz akan dimasukkan dalam program mikrokontroller, sehingga pergeseran

frekuensi pada sintesa frekuensi dapat dilakukan dengan mudah menggunakan tombol

UP untuk menaikkan frekuensi dan tombol Down untuk menurunkan frekuensinya.

3.3.2. Mikrokontroler AVR ATMega8535

Mikrokontroler yang digunakan pada perancangan ini adalah AVR

ATMega8535. Mikrokontroler AVR ATMega8535 ini berfungsi untuk memberikan

(58)

pesintesa frekuensi pada LCD. Dalam perancangan perangkat keras ini akan

dirancang reset eksternal dan osilator yang mendukung kinerja mikrokontroler ini.

a. Reset Eksternal

Reset terjadi apabila pin reset mendapat logika 0 selama lebih dari

50ns. Pin reset dihubungkan dengan resistor (R1) yang terhubung ke VCC dan

kapasitor (C1) yang terhubung ke ground. Rangkaian reset eksternal

ditunjukkan pada Gambar 3.5.

Gambar 3.6. Rangkaian reset eksternal.

Pada perancangan ini digunakan waktu 1ms untuk mereset

mikrokontroler karena mikrokontroler akan mereset jika pin reset

mendapatkan logika 0 minimal selama 1.5 µs (sesuai pada datasheet pada

lampiran). Penentuan reset eksternal dapat dilakukan dengan mengatur nilai

(59)

yang harus diberikan pada pin ini Vc = 0,85 Vcc (datasheet AVR

ATMega8535). Karena (1 RC)

t e Vcc Vc − −

= maka dapat dicari nilai C1 dengan :

)

1

(

RC t

e

Vcc

Vc

=

Vcc e Vcc RC t 85 , 0 ) 1 ( − ≤ −

; t = 1ms

85 , 0 ) 1 ( 1 ≤ − −RC

ms e 1 85 , 0 1 − ≤

− −RC

ms e 15 , 0 1 − ≤ − −RC

ms e 15 , 0 ln 1 RC ms RC

ms ≤ ×

−1 ln0,15

15 , 0 ln

1ms RC ≤−

3

10 5271 ,

0 × −

=

RC

Ditentukan resistor yang digunakan 10kΩ, maka kapasitornya dapat

dicari dengan :

3

10 5271 ,

0 × −

= RC 3 10 5271 , 0

10kΩ×C = × −

(60)

9

10 7114 ,

52 × −

=

C

Jadi kapasitor minimum yang dapat digunakan adalah .

Karena kapasistor 52 nF tidak ada di pasaran maka pada perancangan ini

digunakan kapasitor 56 nF.

9

10 7114 ,

52 × −

b. Osilator

Pada perancangan ini digunakan kristal osilator 4 MHz sebagai clock

input dengan dua kapasitor C2 dan C3 sebesar 22pF (datasheet AVR Hardware Design Consideration). Rangkaian osilator yang digunakan pada perancangan ini ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Gambar 3.7. Osilator kristal yang dihubung ke mikrokontroler AVR

(61)

3.3.3. Kaki-kaki yang digunakan LCD

VCC

LCD 16

X 2

U2

LCD 3 2 1

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 +V C C G N D V E E RS R/ W E DB0 DB1 DB2 DB3 DB4 DB5 DB6 DB7

Gambar 3.8. Port LCD.

Untuk input LCD menggunakan pin 7(DB0) sampai pin 14(DB7), pin ini

terhubung dengan keluaran dari mikrokontroler AVR. Vcc sebesar +5 volt pada pin 1,

VEE dan GND terhubung dengan Ground (0 volt). Sedangkan pin 4 sampai pin 6

untuk inisialisasi LCD[8].

3.3.

Perancangan Perangkat Lunak

Beberapa bagian perlu dirancang dalam perangkat lunak piranti masukan,

diantaranya yaitu program yang melakukan pemilihan pergeseran frekuensi secara

naik atau secara menurun menggunakan tombol Up dan Down. Program secara

(62)

3.3.1. Inisialisasi Periferal

Inisialisasi pertama yang harus dilakukan adalah inisialisasi jenis

mikrokontroler. Mikrokontroler AVR ATMega8535 menggunakan file 8535def.inc

untuk dapat menggunakan semua data book yang ada dalam mikrokontroler tersebut dan device ATMega8535 menunjukkan jenis mikrokontroler yang digunakan untuk mengeksekusi program.

Inisialisasi yang kedua adalah inisialisasi port yang digunakan. Perancangan ini

menggunakan 14 bit data BCD munuju PLL sehingga menggunakan 14 buah port

keluaran (PC0 - PC7 dan PD0 - PD5) untuk menuju input PLL. Delapan buah port

(PA0 – PA7) digunakan untuk keluaran mikrokontroler menuju input LCD (D0 –

D7). Port 12 dan 13 merupakan masukan clock eksternal. Port 1 dan port 2 digunakan

untuk mengeset bit RS LCD (port 4 pada LCD) dan Clear bit E LCD (port 6 pada

LCD). Port 3 (PB2) dan port 4 (PB3) pada mikrokontroler digunakan untuk masukan

tombol Up dan Down.

3.3.2. Program Utama Mikrokontroler

Pada perancangan alat ini digunakan mikrokontroler AVR ATMega8535 yang

berfungsi sebagai otak dari rangkaian penggeser frekuensi dari sintesa frekuensi dan

(63)

M ulai

Selesai Fungsi Uplink Inisialisasi Port,

Alamat M emori dan LCD Tampilkan di LCD

“Pengendali PLL” “By: Andre/02-030”

Hapus LCD Tampilkan di LCD

“Frekuensi PLL” “ 88,0 M Hz” Kirim 0x80 ke

Port C Kirim 0x80 ke

Port D Apakah UP ? Apakah DL ? Fungsi Downlink Apakah Reset ? A A

Kirim data 8 bit ke port C Kirim data 6 bit ke port D

Fungsi Tampilkan Baca Input tombol Y

Y

Y T

T

Gambar 3.9. Diagram alir program pengaturan frekuensi otomatis dengan penampil

LCD pada pesintesa frekuensi FM.

Berdasarkan pada diagram alir program pengaturan frekuensi otomatis dengan

penampil LCD pada sintesa frekuensi FM di atas maka program utama dapat

(64)

3.3.2.1. Program subroutine UP

Program subroutine UP berisi proses yang terjadi pada saat di tekan tombol UP,

dikirimkan ke port C dan port D dan kemudian ditampilkan di LCD. Data BCD

tersebut adalah BCD yang berupa tegangan 5 volt akan digunakan sebagai pembagi

frekuensi hasil dari prescaler. Diagram alir Program subroutine UP adalah :

Mulai

Selesai Fungsi BCD Frek2 >= 100

?

B

B frek2 = frek2 + 1

Y

T frek1 = frek + 1frek2 = 00

Frek1 >= 10 ?

Frek2 >= 81 ?

frek1 = 8 frek2 = 80

devident = frek2 devisor = 10

Simpan hasil fungsi BCD ke variabel data8bit

devident = frek1 devisor = 10

Fungsi BCD1

Simpan hasil fungsi BCD ke variabel data6bit T

T

Y

Y

(65)

3.3.2.2. Program subroutine DOWN

Program subroutine DOWN berisi proses yang terjadi pada saat di tekan tombol

DOWN, dikirimkan ke port C dan port D dan kemudian ditampilkan di LCD. Seperti

halnya subroutine UP, data BCD tersebut adalah BCD yang berupa tegangan 5 volt

akan digunakan sebagai pembagi frekuensi hasil dari prescaler. Diagram alir Program

subroutine UP adalah :

Mulai

Selesai Fungsi BCD Frek1 >= 8

?

C

C

Y

frek1 = 10 frek2 = 80 Frek2 >= 80

?

Frek2 >= FF ?

frek2 = 99 frek1 = ferk1 - 1

devident = frek2 devisor = 10

Simpan hasil fungsi BCD ke variabel data8bit

devident = frek1 devisor = 10

Fungsi BCD1

Simpan hasil fungsi BCD ke variabel data6bit T

frek2 = frek2 - 1

T

T Y

Y

(66)

3.3.2.3. Program penampil LCD

Proses awal pada penggunaan LCD adalah penginisialisasian, proses ini diawali

dengan terlebih dahulu mengeset bit RS pada pin 4 dan clear bit E pada pin 6. Kemudian pengambilan data dari DDRAM menggunakan port R/W pada pin 5, data

berupa bilangan heksa keluaran mikro yang dikirimkan ke port C dan port D. Data

tersebut akan dikonversikan menjadi bilangan ke ASCII kemudian ditampilkan ke

layar LCD. Untuk proses penampil LCD ini dapat dilihat pada diagram alir berikut ini

:

Mulai Kirimkan data 0x30 ke

register perintah LCD Tunda selama 3,3 ms Tunda selama 12 ms

Kirimkan data 0x30 ke register perintah LCD

Tunda selama 0,1 ms Hapus tampilan LCD Set data alamat DDRAM

mulai dari alamat 00 Set mode untuk menaikkan

alamat

Selesai

Display ON, Kursor OFF Set mode LCD 8 bit dan 2

line operasinya

A

A

(67)

3.4. Rancangan Rangkaian Alat Yang Akan Dibuat. SW1 UP 1 2 Y1 4MHz

LCD 16 X

2

U2

LCD 3 2 1

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 +V C C GN D VE E RS R/W E DB0 DB1 DB2 DB3 DB4 DB5 DB6 DB7 C R4 RESISTOR SIP 8

1 2 3 4 5 6 7 8 VCC R1 10K VCC J2

OUT TO PLL

1 2 3 4 5 6 7 VCC U1 ATmega8535 9 12 13 11 32 30 31 10 1 2 3 4 5 6 7 8 22 23 24 25 26 27 28 29 14 15 16 17 18 19 20 21 40 39 38 37 36 35 34 33 RST XTAL2 XTAL1 GN D AREF AVCC GND VC C PB0 (XCK/T0) PB1 (T1) PB2 (INT2/AIN0) PB3 (OC0/AIN1) PB4 (SS) PB5 (MOSI) PB6 (MISO) PB7 (SCK) PC0 (SCL) PC1 (SDA) PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 (TOSC1) PC7 (TOSC2) PD0 (RXD) PD1 (TXD) PD2 (INT0) PD3 (INT1) PD4 (OC1B) PD5 (OC1A) PD6 (ICP1) PD7 (OC2) PA0 (ADC0) PA1 (ADC1) PA2 (ADC2) PA3 (ADC3) PA4 (ADC4) PA5 (ADC5) PA6 (ADC6) PA7 (ADC7) J5

OUT TO PLL

1 2 3 4 5 6 7 8 C3 56nF SW2 DOWN 1 2 C2 22pF C1 22pF VCC C R4 RESISTOR SIP 8

(68)

B

ab 4 ini berisi hasil dari percobaan alat yang telah cukup sukses dibuat

beserta pembahasannya yang di pandang dari dua sisi yaitu perangkat keras dan

perangkat lunaknya. Perangkat yang berjudul Pengendali Pembagi Frekuensi

pada Pemancar FM berbasis Mikrokontroler AVR telah menghasilkan

frekuensi keluaran yang sesuai diinginkan yaitu pada frekuensi FM (88.0 MHz –

108MHz) dengan step 100KHz dan pengubahan frekuensinya dengan tombol UP

untuk menaikkan frekuensi atau DOWN untuk menurunkan frekuensinya.

Di dalam pengamatan digunakan peralatan untuk mengamati hasil dari

peralatan yang dibuat. Berbagai variabel yang diamati adalah : tegangan,

frekuensi, dan bentuk gelombang. Oleh sebab itu dibutuhkan peralatan

multimeter, frequency counter dan spectrum analyzer. Dengan peralatan ini diharapkan berbagai pengamatan tersebut dapat terpenuhi.

4.1.

Perangkat Keras Hasil Perancangan

Perangkat keras yang dihasilkan terdiri dari dua bagian yaitu alat

pengendali berupa Mikrokontroller AVR8535 dan yang dikendalikan yaitu

pemancar pada frekuensi FM. Pengambilan data didapat dari dua keluaran,

keluaran pertama adalah keluaran pengendali yang berasal dari mikrokontroler

(69)

(0 volt) dan 1 (5 volt). Keluaran kedua adalah keluaran yang terkendalinya yaitu

frekuensi keluaran dari pemancar tersebut.

Gambar berikut menampilkan alat yang telah dibuat yang diambil dari dua

sisi yaitu tampak atas dan tampak depan.

Gambar 4.1. Tampak depan Pengendali Pembagi Frekuensi pada Pemancar FM

berbasis Mikrokontroler AVR.

Kipas pendingin Power

Supply

Trafo 3A

Pemancar FM Mikrokontroler

LCD

Gambar 4.2. Tampak atas Pengendali Pembagi Frekuensi pada Pemancar FM

(70)

4.2.

Hasil Keluaran Alat Secara Keseluruhan

Alat yang telah dibuat menghasilkan keluaran pada mikrokontroler berupa

bilangan BCD 14 bit, yaitu tegangan 5 volt untuk logika 1 dan 0 volt untuk logika

0. Keluaran kedua adalah penampil LCD yang menampilkan frekuensi dari

pemanacar FM.

4.2.1. Hasil Keluaran Mikrokontroler

Untuk keluaran mikrokontroler terbagi menjadi dua yaitu pada port output

( Port D(pin 14 - 19) dan Port C (pin 22 - 29)) yang menghasilkan bilangan BCD dan

keluaran pada port A (pin 33 – pin 40) yang merupakan keluaran pada LCD

dengan LCD menampilkan frekuensi dari bilangan BCD tersebut.

3.2.1.1. Hasil Keluaran Mikrokontroler bilangan BCD

Seperti keterangan sebelumnya bahwa keluaran dari mikrokontroler

berupa bilangan BCD berlogika 1 dan 0 dimana logika 0 berupa tegangan 0 volt

dan logika 1 berupa tegangan 5 volt. Untuk keluaran Mikrokontroler bilangan

BCD dapat dilihat pada lampiran (Tabel. 4.1), terlihat adanya hasil yang tepat

yaitu bilangan BCD dari frekuensi FM yang dinginkan oleh pemancar FM.

Sesuai dengan perancangan pada Bab III (gambar 3.3) yang menunjukkan

bahwa keluaran VCO berupa frekuensi FM. Sebagai contoh perhitungannya

diambil frekuensi 88 MHz, 98 MHz, dan 108 MHz. dengan frekuensi referensi

(71)

• Untuk mendapatkan keluaran dari frekuensi divider yang sama dengan

frekuensi referensi = 12,5 KHz, maka frequency divider harus membagi frekuensi VCO/8 sebesar = 880.

Nilai frequency divider didapatkan dengan :

= referency Frequency escaler VCO Frequency _ ) Pr / _ ( = KHz MHz 5 , 12 ) 8 / 88 ( = 880

Karena pada frekuensi divider membutuhkan masukan data BCD,

maka nilai 880 harus diubah terlebih dahulu ke bentuk BCD. Data BCD

(binary code desimal) 14 bit dari 880 adalah 00100010000000. Dengan melihat hasil keluaran mikrokontroler tabel 4.1 (pada lampiran) pada

frekuensi 88 MHz maka hasil keluaran mikrokontroler adalah sama dengan

bilangan BCD yang diinginkan pemancar yaitu 00100010000000.

Untuk contoh perhitungan keluaran VCO yang lainnya adalah

frekuensi 98 MHz dan 108 MHz, berikut ini contoh perhitungannya :

• Untuk 98 MHz

= referency Frequency escaler VCO Frequency _ ) Pr / _ ( = KHz MHz 5 , 12 ) 8 / 98 ( = 980

(72)

• Untuk 108 MHz

=

referency Frequency

escaler VCO

Frequency

_

) Pr

/ _ (

=

KHz MHz

5 , 12

) 8 / 108 (

= 1080

Data BCD 14 bit dari 1080 adalah 01000010000000.

Dengan melihat hasil keluaran mikrokontroler tabel 4.1 (lanjutan 2 dan

lanjutan 4) pada frekuensi 98 MHz dan 108 MHz maka hasil keluaran

mikrokontroler adalah sama dengan bilangan BCD yang diinginkan pemancar

yaitu untuk 98MHz adalah 00100110000000 dan untuk 108 MHz adalah

01000010000000.

Untuk hasil keluaran mikrokontroler frekuensi 88 MHz sampai dengan 108

MHz (step 100 KHz) yang lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.1. sedangkan untuk

bilangan BCD yang dinginkan pemancarnya pada bab 3 Tabel 3.1.

3.2.1.2.

Hasil keluaran Mikrokontroler pada LCD

Untuk semua frekuensi yang di tampilkan oleh LCD ( 88 MHz sampai

dengan 108 MHz dengan step 100 KHz) akan di wakilkan oleh 4 frekuensi ( 88

(73)

Gambar 4.3. Tampilan LCD saat frekuensi 88 MHz

Gambar 4.4. Tampilan LCD saat frekuensi 90 MHz

Gambar 4.5. Tampilan LCD saat frekuensi 100 MHz

(74)

Dengan menekan tombol UP/DOWN maka akan terlihat frekuensi yang

dihasilkan pemancarnya atau keadaan terkuncinya PLL dengan melihat tampilan

pada LCD seperti contoh di atas.

4.2.2.

Hasil Keluaran Pemancar

Untuk keluaran pemancar diambil 4 percobaan sebagai contohnya yaitu pada

frekuensi 88MHz, 92MHz, 100MHz, dan 108MHz. Untuk hasilnya didapatkan

dari penganalisis spektrum dan dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini

:

Gambar

Gambar 2.1. Modulasi Frekuensi [2].
Gambar 2.3. Untaian sistem PLL.
Gambar 2.8. Diagram blok dan konfigurasi pin IC LB3500 [7].
Gambar 2.9. Tampilan Pin ATMega8535.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pengukuran kecepatan angin yang digunakan berbasis Mikrokontroler AVR ATmega8535, yang merupakan piranti alat ukur portable, murah dan handal yang diharapkan

Tugas akhir dengan judul “SISTEM MONITORING DEBIT CURAH HUJAN JARAK JAUH BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATMEGA16 DENGAN PERSONAL COMPUTER (PC)” ini telah

ENERGY SUPPLY SOLAR CELL PADA SISTEM PENGENDALI PORTAL PARKIR OTOMATIS BERBASIS..

Mikrokontroler I (AT89s52) sebagai pengendali sistem dengan mengendalikan sistem dengan mengatur frekuensi tengah pada BPF yang berupa frekuensi fundamental 50Hz beserta frekuensi

Pada Pengendali Peralatan Listrik Jarak Jauh Menggunakan Handphone Berbasis Mikrokontroler yang penulis rancang, tidak dapat terlepas dari bantuan software yang

Program Alat Pengukur Konsentrasi Alkohol pada Cairan Menggunakan Sensor TGS822 Berbasis Mikrokontroler AVR ATMega 8535 cocok untuk pengujian tersebut. Sistem ini dilakukan

Proses yang terjadi dalam pemancar FM adalah audio frekuensi dirubah menjadi gelombang termodulasi dalam sinyal RF (Radio Frekuensi) yang dimaksudkan sebagai

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat sebuah alat pengendali suhu air berbasis mikrokontroler yang keluaran suhunya dapat diatur oleh pengguna serta mengoptimalkan