• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unit Pengontrol Berbasis Mikrokontroler pada Sistem Penganalisis Komponen Frekuensi Harmonisa Arus Beban Peralatan Listrik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Unit Pengontrol Berbasis Mikrokontroler pada Sistem Penganalisis Komponen Frekuensi Harmonisa Arus Beban Peralatan Listrik"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada

Program Studi Teknik Elektro

disusun oleh:

Lucia Santi Palupi D

NIM : 035114004

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

(2)

Current Harmonic Frequency Component

Analyzer of Electrical Device

FINAL PROJECT

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

To Obtain the SARJANA TEKNIK Degree

In Electrical Engineering

By:

Lucia Santi Palupi D

Student Number : 035114004

ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2008

(3)
(4)
(5)

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain,

kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka,

sebagaimana layaknya karya ilmiah.”

Yogyakarta, 12 november 2008

Lucia Santi Palupi D

(6)

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama

: Lucia Santi Palupi D

Nomor Mahasiswa

: 035114004

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

UNIT PENGONTROL BERBASIS MIKROKONTROLER PADA SISTEM

PENGANALISIS KOMPONEN FREKUENSI HARMONISA ARUS

BEBAN PERALATAN LISTRIK

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

(7)

Per Aspera Ad Astra

(dari duri menjadi bintang)

“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah

langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk

meninggal, ada waktu untk menanam, ada waktu untuk

mencabut yang ditanam; …… ada waktu untuk menangis, ada

waktu untuk tertawa; …… Ia membuat segala sesuatu indah

pada waktunya,………”

PENGKHOTBAH 3:1~11

There can be Miracles when you believe

Kupersembahkan karya tulis ini kepada :

* Papa dan mamaku

* Orang-orang yang sayang kepadaku

(8)

Penggunaan beban peralatan listrik non linear, mengakibatkan bentuk

gelombang arus tidak sama dengan bentuk gelombang tegangan. Bentuk

gelombang (arus) yang tidak sinus akan menimbulkan adanya komponen

harmonisa yang menyebabkan banyak implikasi pada jala-jala listrik. Unit

pengontrol berbasis mikrokontroler pada sistem penganalisis komponen frekuensi

harmonisa arus beban peralatan listrik mampu merekam bentuk gelombang yang

diperoleh dari sumber agar sesuai dengan kenyataan. Bentuk gelombang nantinya

dapat terlihat pada unit penampil komponen harmonisa arus peralatan listrik dan

akan mempermudah pengukuran nilai rmsnya.

Unit pengontrol berbasis mikrokontroler pada sistem penganalisis

komponen frekuensi harmonisa arus beban peralatan listrik menggunakan dua

mikrokontroler. Mikrokontroler I berfungsi memberikan sinyal kendali digital ke

BPF agar BPF ditala pada frekuensi tertentu (fundamental atau harmonisa),

menerima amplitudo tegangan komponen harmonisa keluaran BPF melalui ADC,

dan mengirimkan data hasil pembacaan amplitudo komponen harmonisa ke PC.

Mikrokontroler II berfungsi mengolah data sinyal tegangan keluaran penguat dari

sensor arus dan tegangan melalui ADC agar diketahui nilai

I

rms

,

V

rms

, dan

P

rms

yang akan ditampilkan pada LCD.

Dari hasil pengujian dan analisa, mikrokontroler I sudah terkoneksi

dengan baik, mampu mengirim dan menerima data. Mikrokontroler II belum

dapat mengukur nilai I

rms

dengan baik karena tingkat kesalahan pengukuran yang

besar pada skala amplitudo masukan maksimum 5Ampere dengan tingkat

kesalahan pengukuran yang terjadi kurang dari 42%; pada skala amplitudo

masukan maksimum 500mA dengan tingkat kesalahan pengukuran yang terjadi

kurang dari 70%; pada skala amplitudo masukan maksimum 50mA dengan

tingkat kesalahan pengukuran yang terjadi kurang dari 51%; nilai V

rms

dengan

tingkat kesalahan kurang dari 2% pada jangkauan 195~240 V

rms.

Untuk

pengukuran terbaik, disarankan agar alat ini digunakan pada jangkauan masukan

maksimal 5Vp. Pengukuran di luar jangkauan di atas dapat menghasilkan tingkat

kesalahan yang lebih besar.

Kata kunci: rms, harmonisa, mikrokontroler.

(9)

will generates the components of harmonic that made many implication in

electrics powerline. The control unit able to record the waveform obtained from

source in the order to fit the reality. The waveform will be displayed in display

unit of harmonic component of electric equipments current, and also will be easier

to measure the rms value.

The

microcontroller-based

analyzer control unit on the system of

harmonics frequency component in the electrical load current made use two

microcontrollers. Microcontroller I was functioned to transmit digital control

signal to the BPF so that the BPF is set on a particular frequency (fundamental or

harmonic), to receive voltage amplitude of output harmonic component from BPF

through ADC, and to send the result data of the harmonic component amplitude to

the PC. Microcontroller II was functioned to process the voltage signal data of the

reinforcement output from the current and voltage sensor through ADC, then the

values of

I

rms

, V

rms

,

and

P

rms

which would be calculate and presented on the LCD

calculated.

Based on the test and analysis results, 1

st

microcontroller had been

connected well and was able to transmit and receive data.2

nd

Microcontroller

could make a calculation of I

rms

on a 5Ampere maximum input of amplitude scale

with the calculating error rate valued for less than 42%; on a 500mA maximum

input of amplitude scale with the calculating error rate valued for less than 70%;

on a 50mA maximum input of amplitude scale with the calculating error rate

valued for less than 51%; the value of V

rms

with the calculating error rate valued

for less than 2% on the range of 195~240 V

rms

.

For the best calculation, it is

suggested that this device is used on a 5Vp maximum input range. The calculation

beyond the range was mentioned above might lead into a bigger error rate.

Keywords: rms, harmonic, microcontroller.

(10)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis berjudul

Unit Pengontrol Berbasis Mikrokontroler pada Sistem Penganalisis Komponen

Frekuensi Harmonisa Arus Beban Peralatan Listrik.

Karya tulis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma.

Penulisan skripsi ini didasarkan pada hasil-hasil yang penulis dapatkan selama

tahap perancangan, pembuatan dan pengujian alat.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan semangat dan doa yang tak

pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Martanto, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing I karya tulis yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing penulis.

3. Bapak A. Bayu Primawan, S.T., M.Eng., selaku dosen pembimbing II karya

tulis yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk

membimbing penulis.

4. Ibu Bernadeta Wuri Harini S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Romo Ir. Greg. Heliarko SJ.,SS.,BST.,MA.,MSC Selaku Dekan Fakultas

Teknik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(11)

7. Segenap dosen dan laboran Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma.

8. Segenap karyawan sekretariat Fakultas Teknik.

9. Teman-teman mahasiswa jurusan Teknik Elektro dan semua pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu atas setiap bantuannya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan dari

penulisan karya tulis ini. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak dan dapat

menjadi bahan kajian lebih lanjut.

Yogyakarta, 4 November 2008

Penulis

(12)

HALAMAN JUDUL

... i

HALAMAN JUDUL DALAM BAHASA INGGIS

... ii

HALAMAN PENGESAHAN OLEH PEMBIMBING ...

iii

HALAMAN PENGESAHAN OLEH PENGUJI ...

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...

vi

PERSEMBAHAN DAN MOTTO ...

vii

INTISARI ...

viii

ABSTRACT ...

ix

KATA PENGANTAR ...

x

DAFTAR ISI ...

xii

DAFTAR GAMBAR ...

xv

DAFTAR TABEL ...

xviii

DAFTAR LAMPIRAN ...

xix

BAB I. PENDAHULUAN ...

1

1.1 Judul ... 1

1.2 Latar Belakang ... 1

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat ... 4

1.5 Batasan Masalah ... 5

1.6 Metodologi Penelitian ... 6

1.7 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. DASAR TEORI ...

7

2.1 Nilai Rms ... 7

2.1.1 Nilai Rms dari Gelombang Sinusoidal... 8

(13)

2.3 Pengubahan Digital ke Analog ... 13

2.4 Mikrokontroler AT89S52 ... 16

2.4.1 Fasilitas yang dimiliki AT89S52 ... 16

2.4.2

Deskripsi fungsi pin dari AT89S52 ... 17

2.4.3

Pewaktu CPU ... 19

2.4.4

Komunikasi Serial ... 20

2.5

Pengubah Level TTL ke Level

Serial

... 23

2.6

Konfigurasi Port Serial... 24

2.7 LCD HD44780 ... 26

2.7.1 DDRAM... 27

2.7.2 CGRAM ... 28

2.7.3 CGROM ... 28

BAB III. PERANCANGAN RANGKAIAN

... 29

3.1 Diagram Blok ... 29

3.2

Perancangan Perangkat Lunak ... 30

3.2.1 Kerangka Utama Program Mikrokontroler I

... 30

3.2.2 Kerangka Utama Program Mikrokontroler II ... 35

3.3 Perancangan Perangkat Keras ... 45

3.3.1 Antarmuka Mikrokontroler AT89s52 dengan HD44780... 45

3.3.2 Antarmuka Mikrokontroler AT89s52 dengan ADC ... 46

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...

48

4.1 Program Mikrokontroler I

... 48

4.1.1 Cek Koneksi

... 48

4.1.2 Pemilihan Skala Arus dan Orde BPF ... 49

(14)

4.2 Analisa Alat dan Program Mikrokontroler II

... 52

4.2.1 Analisa Data Tegangan

... 52

4.2.2 Analisa Data Arus

... 54

4.2.3 Analisa Data Daya... 61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...

67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(15)

Gambar 2-2. Pulsa kotak ... 9

Gambar 2-3. Gelombang segitiga ... 10

Gambar 2-4. Sinyal analog

x(t)

.[3] ... 12

Gambar 2-5. Deretan pulsa

x

p

(t)

.[3] ... 12

Gambar 2-6. Hasil pencuplikan

x

s

( )

t

.[3] ... 13

Gambar 2-7. Diagram blok pengubah analog ke digital ... 13

Gambar 2-8 konfigurasi kaki pada ADC0804 ... 15

Gambar 2-9 Konfigurasi Pin AT89S52 ... 17

Gambar 2-10 Menghubungkan kristal sumber detak ... 20

Gambar 2-11 Susunan bit dalam register SCON ... 23

Gambar 2-12 Level tegangan TTL dan RS232 pada pengiriman huruf ‘A’

tanpa bit paritas ... 24

Gambar 2-13 merupakan gambar konektor

port

serial

DB-9 pada bagian

belakang CPU [5] ... 25

Gambar 2-14. Pin LCD HD44780 ... 27

Gambar 2-15. Hubungan posisi tampilan dan alamat DDRAM ... 28

Gambar 3-1. Diagram blok perancangan sistem penganalisis komponen

frekuensi harmonisa arus beban peralatan listrik ... 29

Gambar 3-2. Diagram alir kerangka utama program mikrokontroler I ... 31

Gambar 3-3. Diagram alir ambil data dari PC ... 33

(16)

Gambar 3-5. Diagram alir kirim data ke PC ... 34

Gambar 3-6. Diagram alir kerangka utama program mikrokontroler I ... 36

Gambar 3-7. Diagram alir subrutin inisialisasi LCD ... 37

Gambar 3-8. Diagram alir subrutin kirim perintah ... 37

Gambar 3-9. Diagram alir subrutin ambil nilai tegangan dan arus,

kuadratkan, dan jumlahkan ... 39

Gambar 3-10. Diagram alir subrutin hitung rerata dan akar ... 40

Gambar 3-11. Diagram alir subrutin akarkan ... 42

Gambar 3-11(lanjutan). Diagram alir subrutin akarkan ... 43

Gambar 3-12. Diagram alir subrutin hitung hasil akhir ... 45

Gambar 3-13. Diagram alir subrutin kirim data ... 45

Gambar 3-14. Antarmuka AT89s52 dengan HD44780 ... 46

Gambar 3-15. Antarmuka AT89s51 dengan HD44780 ... 47

Gambar 4-1. Eksekusi menu cek koneksi ... 49

Gambar 4-2. Eksekusi menu pemilihan skala arus dan orde BPF ... 50

Gambar 4-3. Eksekusi menu mulai ... 51

Gambar

4-4.

Pengamatan pengesetan frekuensi pusat BPF oleh

mikrokontroler I ... 54

Gambar 4-5. Grafik kesalahan pengukuran tegangan (V

rms

) ... 56

Gambar 4-6. Grafik kesalahan pengukuran tegangan (%) ... 56

Gambar 4-7. Grafik kesalahan pengukuran arus (%) ... 57

(17)

Gambar 4-10. Grafik kesalahan pengukuran arus (%) ... 61

Gambar 4-11. Grafik kesalahan pengukuran arus (I

rms

) ... 61

Gambar 4-12. Offset Gain pada skala 500mA (V

p

) ... 61

Gambar 4-13. Grafik kesalahan pengukuran tegangan (%) ... 63

Gambar 4-14. Grafik kesalahan pengukuran arus (V

rms

) ... 63

Gambar 4-15. Offset Gain pada skala 50mA (V

p

) ... 63

Gambar 4-16. Hasil pengamatan V

rms

alat pembanding ... 66

Gambar 4-17. Hasil pengamatan I

rms

alat pembanding ... 66

Gambar 4-18. Hasil pengamatan V

rms

, I

rms

, dan P

rms

LCD ... 66

(18)

Tabel 2-1

Fungsi khusus port 3 ... 18

Tabel 2-2 Konfigurasi kaki-kaki DB-9... 25

Tabel 4-1. Data pengamatan pengambilan dan pengolahan data bit dari

ADC serta data bit masukan manual oleh mikrokontroler I ... 52

Tabel

4-2.

Data pengamatan pengesetan frekuensi pusat BPF oleh

mikrokontroler I ... 54

Tabel 4-3. Data kesalahan pengukuran tegangan (V

rms

) ... 56

Tabel 4-4. Data kesalahan pengukuran arus (I

rms

) skala amplitudo masukan

maksimum 5Ampere ... 58

Tabel 4-5. Data kesalahan pengukuran arus (I

rms

) skala amplitudo masukan

maksimum 500 mA ... 60

Tabel 4-6. Data kesalahan pengukuran arus (I

rms

) skala amplitudo masukan

maksimum 50 mA ... 62

Tabel 4-7. Data pengamatan daya (P

rms

) dan perhitungan teoritis skala

amplitudo masukan maksimum 5 Ampere ... 65

Tabel 4-8. Data pengamatan daya (P

rms

) dan perhitungan teoritis skala

amplitudo masukan maksimum 500 mA ... 65

Tabel 4-9. Data pengamatan daya (P

rms

) dan perhitungan teoritis skala

amplitudo masukan maksimum 500 mA ... 65

(19)

Listing Program Mikrikontroler II ... L7

Datasheet

AT89s52 ... L47

Datasheet

HD44780U ... L76

Datasheet

ADC0804 ... L87

(20)

PENDAHULUAN

1.1

Judul

Unit Pengontrol Berbasis Mikrokontroler pada Sistem Penganalisis Komponen Frekuensi Harmonisa Arus Beban Peralatan Listrik

1.2

Latar Belakang

Kemajuan dalam bidang elektronika membawa perkembangan dalam hal peralatan listrik dan peralatan elektronika. Peralatan listrik baik dalam dunia industri maupun peralatan rumah tangga mengarah pada aplikasi elektronika.

Penggunaan beban peralatan listrik non linear, mengakibatkan bentuk gelombang arus tidak sama dengan bentuk gelombang tegangan. Bentuk gelombang yang tidak sinus akan menimbulkan adanya komponen harmonisa, yaitu frekuensi-frekuensi lain selain frekuensi fundamental. Komponen harmonisa arus dapat menimbulkan banyak implikasi pada jala-jala listrik. Selain itu dapat menimbulkan rugi-rugi daya, menginterferensi saluran komunikasi, dan dapat menyebabkan pemanasan.[1]

Dalam keseharian sering dilakukan pengukuran nilai rms ( root-mean-square) dari tegangan dan arus AC dengan menggunakan alat pengukur tegangan dan arus (baik analog maupun digital), namun

(21)

sebagian besar voltmeter yang ada hanya akurat jika digunakan untuk mengukur nilai rms tegangan AC yang berbentuk sinusoidal. Oleh karena itu, akan lebih baik jika ada alat ukur yang akurat untuk mengukur nilai rms tegangan dan arus AC yang mempunyai bentuk selain sinusoidal dan dapat menampilkan bentuk gelombangnya, misalnya mempunyai bentuk pulsa kotak, dan segitiga.[1]

Pada sistem penganalisis komponen frekuensi harmonisa arus beban peralatan listrik diperlukan peralatan yang mampu merekam bentuk gelombang yang diperoleh dari sumber agar sesuai dengan kenyataan yang nantinya bentuk gelombang dapat terlihat pada unit penampil. Untuk memperoleh bentuk gelombang arus beban peralatan listrik, sistem menggunakan sensor arus berupa resistor yang akan diambil besaran tegangan pada saat resistor dialiri arus listrik, sedangkan sensor tegangan menggunakan resistor sebagai pembagi tegangan dan dilakukanpenguatan tegangan. Sinyal tegangan keluaran penguat dari sensor arus dan tegangan selanjutnya diolah oleh mikrokontroler II setelah sebelumnya melalui ADC untuk diketahui nilai Irms dan Vrms sehingga dapat dihitung nilai

(22)

digital kemudian direkam oleh mikrokontroler I sesuai dengan komponen frekuensi harmonisa orde tertentu sesuai penalaan BPF. Setiap kali mengubah frekuensi pusat dari BPF, dilakukan pengukuran terhadap amplitudo gelombang. Hasil pembacaan amplitudo komponen harmonisa ini dapat langsung dikirimkan ke PC. Kemudian data diproses lebih untuk menggambarkan grafik hubungan antara amplitudo arus beban komponen harmonisa sebagai fungsi orde frekuensi harmonisa listrik jala-jala. Sarana bantu pemrograman menggunakan Visual Basic.

(23)

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat suatu unit pengontrol berbasis mikrokontroler pada sistem penganalisis komponen frekuensi harmonisa arus beban peralatan listrik.

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat dicapai dari penelitian ini yaitu :

1. Tersedianya suatu unit pengontrol berbasis mikrokontroler pada sistem penganalisis komponen frekuensi harmonisa arus beban peralatan listrik.

2. Tersedianya suatu literatur tentang aplikasi mikrokontroler untuk instrumentasi, yaitu alat ukur nilai rms dari masukan tegangan AC dan sistem penganalisis komponen frekuensi harmonisa arus beban peralatan listrik.

3. Dengan tersedianya unit pengontrol ini, maka akan mempermudah pengukuran nilai rms dan komponen harmonisa arus peralatan listrik. 4. Memberi hasil nilai rms yang akurat untuk masukan tegangan AC

(24)

1.5

Batasan Masalah

Perangkat yang akan dirancang mempunyai batasan-batasan sebagai berikut:

1. Proses pengendalian berbasis pemrograman mikrokontroler.

2. Menggunakan 2 buah mikrokontroler, sebagai penghitung Prms dan

pengendali sistem penganalisis komponen frekuensi harmonisa arus beban peralatan listrik.

3. Mikrokontroler I (AT89s52) sebagai pengendali sistem dengan mengendalikan sistem dengan mengatur frekuensi tengah pada BPF yang berupa frekuensi fundamental 50Hz beserta frekuensi harmonisanya hingga frekuensi yang ke-31, dengan keluaran berupa frekuensi dan tegangan pada frekuensi tertentu yang akan digunakan sebagai data bagi unit penampil pada sistem penganalisis komponen frekuensi harmonisa arus beban peralatan listrik.

4. Mikrokontroler II (AT89s52) sebagai penghitung Prms dengan

masukan berupa tegangan dan arus yang akan dihitung rmsnya dan diolah agar mendapatkan Prms yang akan ditampilkan pada LCD.

(25)

1.6

Metodologi Penelitian

Agar dapat melakukan perancangan perangkat lunak dengan baik, maka penulis membutuhkan masukan serta referensi yang didapatkan dengan metode :

1. Studi kepustakaan yang mencakup pengumpulan dan penyusunan literatur dan bahan dari referensi yang ada.

2. Perancangan, pembuatan, dan pengujian perangkat lunak maupun perangkat keras serta kasimpulan.

3. Penyusunan laporan.

1.7

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibagi menjadi beberapa bab, yaitu:

BAB I. Berisi latar belakang penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II. Berisi dasar teori meliputi nilai rms (root-mean-square), pencuplikan, pengubahan analog menjadi digital (ADC), mikrokontroler AT89S52, pengubah level TTL ke level serial, konfigurasi port serial, LCD HD44780

BAB III. Berisi perancangan perangkat lunak dan perangkat keras. BAB IV. Berisi pembahasan.

(26)

DASAR TEORI

2.1

Nilai Rms (

root-mean-square

)

Nilai rms digunakan untuk mengukur efektifitas sebuah sumber arus dalam memberikan daya pada sebuah beban dan menentukan keakuratan penghantaran suatu alat dan tingkat arus suatu alat. Nilai rms suatu gelombang dapat dihitung sebagai:

dt I T I

T rms=

0

2

1

(2-1)

dengan T adalah perioda waktu dan I adalah arus dari gelombang. Nilai rms gelombang arus yang berbentuk pulsa sinusoidal dan pulsa kotak dapat dihitung juga dengan persamaan 2-1. Secara umum, nilai rms merupakan akar dari kuadrat rata-rata suatu gelombang. Apabila gelombang menjadi rusak sampai pada harmonisanya, nilai rms dapat dihitung secara individual. Nilai rms dari gelombang, sesungguhnya dapat didekati dengan kombinasi nilai rms setiap harmonisanya, seperti ditunjukkan pada persamaan 2-2.

2 2 2 2 ) ( ) 2 ( ) 1

( rms ... rmsn

rms dc

rms I I I I

I = + + + + (2-2) dengan Idc adalah arus komponen DC,

) 1 (

rms I dan

) (n

rms

I adalah nilai rms dari frekuensi fundamental dan komponen harmonik ke-n, secara individu.

(27)

Pengukuran nilai rms berguna dalam perhitungan daya, seperti dalam rumus berikut ini:

rms rms ac V I

P = (2-3)

dengan Pacadalah daya ac, Irms adalah nilai rms arus, dan Vrms adalah nilai

rms tegangan yang didapat melalui perhitungan yang serupa untuk mendapatkan nilai Irms. [2]

2.1.1 Nilai Rms dari Gelombang Sinusoidal

Nilai puncak (peak) gelombang arus yang berbentuk sinusoidal merupakan nilai maksimum gelombang baik pada bagian positif ataupun negatif. Nilai ini ditunjukkan oleh Ip1 dan −Ip1pada gambar 2-1.

Gambar 2-1. Gelombang sinusoidal.

Nilai puncak-ke-puncak (peak-to-peak) gelombang merupakan nilai dari puncak positif ke puncak negatif dan dapat dihitung dengan

1

2 p pp I

I = (2-4)

(28)

2

1 p rms

I

I = (2-5)

Untuk gelombang arus yang berbentuk setengah gelombang sinusoidal, nilai rms yang dihasilkan dapat dihitung dengan

1 01 1

. 2T

T I

Irms = p (2-6)

2.1.2 Nilai Rms dari Gelombang Pulsa Kotak

Nilai puncak (peak) gelombang arus yang berbentuk pulsa kotak merupakan nilai maksimum gelombang pada bagian positif. Nilai ini ditunjukkan oleh Ip2pada gambar 2-2.

Gambar 2-2. Pulsa kotak.

Nilai rms dari gelombang arus yang berbentuk pulsa kotak adalah

2 02 2

T T I

(29)

2.1.3 Nilai Rms dari Gelombang Segitiga

Nilai puncak (peak) gelombang arus yang berbentuk segitiga merupakan nilai maksimum gelombang pada bagian positif. Nilai ini ditunjukkan oleh I

p3 pada gambar 2-3.

Gambar 2-3. Gelombang segitiga.

Nilai rms dari gelombang segitiga adalah

(

)

(

)

3 3 03 3 3 2 03 3 03 03 3 3 3T T T T T T T T p I rms

I − + −

= (2-8)

Untuk nilai T3 =2T03 maka nilai rms dari gelombang segitiga yang

dihasilkan sesuai dengan persamaan 2-9.

3 1

3 p rms I

I = (2-9)

2.2 Pencuplikan

(30)

saklar dan mekanisme penyimpan bekerja untuk menghasilkan deretan cuplikan dari sinyal masukan yang kontinyu. Hasil dari proses pencuplikan disebut Pulse Amplitude Modulation (PAM) karena interval keluaran yang berturutan dapat digambarkan sebagai deretan pulsa dengan amplitudo tertentu sesuai dengan sinyal masukan. Sinyal analog yang mendekati sinyal masukan bisa didapatkan kembali (direkonstruksi) dari sinyal PAM dengan low-pass filter sederhana.

Sinyal dengan band terbatas, yaitu sinyal yang tidak mempunyai komponen spektral diatas f

m hertz. Sinyal dengan band terbatas dapat

ditentukan secara unik dengan nilai tercuplik pada interval T

s detik, dengan

m s f T 2 1 ≤ (2-10)

dan laju pencuplikan (sampling rate) adalah

s s

T

f = 1 (2-11)

Dalam hal ini terdapat batasan untuk laju pencuplikan, dikenal sebagai kriteria Niquist (Niquist criterion), yaitu

m s f

f ≥2 (2-12)

sehingga laju pencuplikan sering juga disebut sebagai laju Niquist. Kriteria ini merupakan syarat cukup supaya sinyal analog masukan bisa didapatkan kembali seutuhnya dari sinyal diskret tercuplik. [3]

(31)

pencuplikan praktis mempunyai amplitudo dan lebar pulsa yang berhingga. Gelombang yang dicuplik merupakan isyarat terbatasi waktu. Pencuplikan dilakukan dengan mengkalikan sinyal analog x(t) pada gambar 2-4 dengan deretan pulsa x

p(t) pada gambar 2-5.

Gambar 2-4. Sinyal analog x(t).[3]

Gambar 2-5. Deretan pulsa x p(t).[3]

Setiap pulsa mempunyai lebar T dan amplitudo 1T . Proses pengkalian dapat diartikan sebagai proses pembukaan dan penutupan suatu saklar.

Deretan data hasil pencuplikan xs

( )

t yang ditunjukkan pada gambar 2-6 dinyatakan sebagai

( ) ( ) ( )

t xt x t

xs = p (2-13)

(32)

Gambar 2-6. Hasil pencuplikan xs

( )

t .[3]

2.3

Pengubahan Analog ke Digital

Pengubah sinyal analog menjadi sinyal digital disebut penyandi atau encoder. Gambar 2-7 memperlihatkan diagram blok pengubah analog ke digital.

Gambar 2-7. Diagram blok pengubah analog ke digital.

Gambar 2-7 memperlihatkan masukan berupa sinyal analog yang diubah menjadi bentuk biner pada bagian keluaran dari bit paling rendah (LSB) sampai bit yang paling tinggi (MSB).

(33)

dan dapat menerima masukan analog berkisar 0Volt sampai 5Volt. Macam-macam pin (kaki) yang dimiliki oleh IC ADC0804:

a. CS

Berfungsi sebagai masukan. Pin ini sebagai chip select dari kontrol mikroprosesor.

b. RD

Berfungsi sebagai masukan. Pin ini sebagai kontrol untuk membaca data dari mikroprosesor.

c. WR

Berfungsi sebagai masukan. Pin ini sebagai kontrol untuk menulis data ke mikroprosesor.

d. CLK IN

Berfungsi sebagai masukan. Pin ini sebagai pengatur detak. e. INTR

Berfungsi sebagai keluaran. Pin ini sebagai sarana untuk memberikan interupsi pada masukan interupsi mikroprosesor.

f. V (+) IN

Berfungsi sebagai masukan. Pin ini merupakan jalan masuk bagi sinyal analog masukkan positif.

g. V (-) IN

(34)

h. A GND

Berfungsi sebagai masukan daya. Pin ini sebagai pembulatan analog. i. VREF 2

Berfungsi sebagai masukan. Pin ini merupakan jalan masuk bagi tegangan acuan yang lain (±).

j. D GND

Berfungsi sebagai keluaran. Pin ini sebagai pembulatan digital. k. DB7-DB0

Berfungsi sebagai keluaran. Pin ini merupakan jalan keluaran bagi data keluaran bit7 sampai bit0.

l. CLKR

Berfungsi sebagai masukan. Pin ini sebagai pengatur detak dengan menghubungkannya ke resistor eksternal.

m. VCC(Or ref)

Berfungsi sebagai masukan daya. Pin ini sebagai jalan masuk untuk catu daya +5volt dan tegangan acuan primer.

(35)

Resolusi ADC dengan jumlah bit (n) dapat dihitung dengan

step Volt V

resolusi nmak

1 2 −

= (2-14)

2.4 Mikrokontroler

AT89S52

Mikrokontroler AT89S52 merupakan mikrokontroler yang kompatibel dengan Mikrokontroler 8052 buatan Intel dan mendukung komunikasi serial [4].

2.4.1 Fasilitas yang dimiliki AT89S52

Pada mikrokontroler AT89S52 mempunyai beberapa fitur standar yaitu memiliki 4K bytes memori flash, 128 bytes RAM, 32 jalur I/O,

watchdog timer, dua data pointer register, dua timer/counter 16-bit, 5 sumber interupsi (dua buah interupsi eksternal dan tiga buah interupsi internal), port serial full-duplex, on-chip oscillator, dan untai clock.

(36)

Gambar 2-9 Konfigurasi Pin AT89S52.

2.4.2

Deskripsi fungsi pin dari AT89S52

1. Port 0 (kaki 32-39). Pada perancangan komponen minimum, port ini dapat digunakan untuk port I/O dwi-fungsi. Untuk perancangan yang lebih besar (dengan memori luar), port ini menjadi bus data dan bus alamat rendah.

2. Port 1 (kaki 1-8). Port ini dipakai untuk port I/O dwi-fungsi yang dilengkapi dengan pullup internal. Saat flash programing jalur P1.5, P1.6, P1.7 digunakan masing-masing untuk saluran MOSI, MISO, dan SCK.

3. Port 2 (kaki 21-28). Port ini dipakai untuk I/O atau sebagai bus byte

(37)

Tabel 2.-1.Fungsi khusus port 3

PORT PIN NO PIN FUNGSI KHUSUS

P3.0 P3.1 P3.2 P3.3 P3.4 P3.5 P3.6 P3.7 10 11 12 13 14 15 16 17

RXD (masukan data port serial) TXD (keluaran data port serial) INT0’ (masukan interupsi 0 dari luar) INT1’ (masukan interupsi 1 dari luar) T0 (masukan ke pencacah 0)

T1 (masukan ke pencacah 1)

WR’ (sinyal baca untuk memori luar) RD’ (sinyal tulis untuk memori luar)

4. Port 3 (kaki 10-17). Port ini dipakai untuk I/O dwi-fungsi atau untuk fungsi kendali khusus. Fungsi khusus port 3 ditunjukkan pada tabel 2.1.

5. PSEN (Program store enable, kaki 29). PSEN merupakan keluaran untuk sinyal kendali yang mengijinkan memori program (kode) eksternal.

6. ALE (Address Latch Enable, kaki 30). Sinyal keluaran ALE untuk

demultiplexing bus data dan alamat. Jika port 0 digunakan sebagai bus

(38)

setengah kedua siklus memori, jalur-jalur port 0 disediakan untuk data masukan atau keluaran ketika perpindahan data sedang dilakukan. 7. Vpp (External Access, kaki 31). Untuk eksekusi program dari memori

eksternal maka kaki ini harus dihubungkan ground, sedangkan jika mengakses program secara internal maka harus dihubungkan Vcc. 8. RST (Reset, kaki 9). Jika diberikan tegangan tinggi selama paling

sedikit 2 siklus mesin, maka register internal akan diisi dengan harga tertentu untuk kondisi awal sistem program.

9. Vcc (kaki 40) yang digunakan sebagai suplai tegangan mikrokontroler. 10.GND (kaki 20) digunakan sebagai ground mikrokontroler.

11.XTAL (kaki 19) dan (kaki 18) sebagai masukan dari rangkaian osilator.

2.4.3 Pewaktu CPU

(39)

10 pF dan bila jenis keramik besar kapasitor yang terpasang adalah 40 pF ± 10pF sesuai dengan yang dinyatakan pada datasheet.

Gambar 2-10 Menghubungkan kristal sumber detak

2.4.4 Komunikasi Serial

Ada dua macam cara pengiriman (transmisi) secara serial yaitu komunikasi sinkron dan komunikasi asinkron. Pada komunikasi sinkron sinyal detak dikirim bersama-sama dengan data serial. Selanjutnya dalam transmisi data serial secara asinkron, detak tidak dikirim bersama data

serial.

Port serial pada AT89S52 bersifat duplex penuh atau full-duplex, artinya port serial bisa menerima dan mengirim data pada waktu bersamaan. Port serial memiliki penyangga penerima yaitu serial buffer

(40)

Port serial pada AT89S52 bisa digunakan dalam empat mode kerja. Dari ke-empat mode tersebut, 1 mode diantaranya bekerja secara sinkron dan tiga mode lainnya bekerja secara asinkron. Semua mode dapat diatur melalui register kontrol serial (SCON). Keempat mode kerja tersebut adalah :

Mode 0 Mode ini bekerja secara sinkron, data serial dikirim dan diterima melalui kaki P3.0 (RxD), sedangkan kaki P3.1 (TxD) dipakai untuk menyalurkan detak pendorong data serial yang dibangkitkan AT89S52. Data dikirim/diterima 8 bit sekaligus, dimulai dari bit yang bobotnya paling kecil atau LSB (bit 0), diakhiri dengan bit yang bobotnya paling besar atau MSB (bit 7). Kecepatan pengiriman data (baudrate) adalah 1/12 frekuensi kristal yang digunakan.

Mode 1 Pada mode ini, data dikirim melalui kaki P3.1 (TxD) dan diterima melalui kaki P3.0 (RxD) secara sinkron (begitu juga mode 2 dan 3). Pada mode ini, data dikirim/diterima 10 bit sekaligus, diawali dengan 1 bit start, disusul 8 bit data yang dimulai dari bit yang bobotnya paling kecil (bit 0), diakhiri dengan 1 bit stop. Pada AT89S52 yang berfungsi sebagai penerima bit stop adalah RB8 dalam register Serial Control

(41)

yang umum dikenal sebagai UART atau Universal Asynchronous Receiver/Trasmitter.

Mode 2 Data dikirim 11 bit, diawali dengan 1 bit start, kemudian 8 bit data. Bit ke-9 yang dapat diatur lebih lanjut dan diakhiri dengan 1 bit stop. Pada AT89S52 yang berfungsi sebagai pengirim bit 9 tersebut berasal dari bit TB8 dalam register SCON. Pada AT89S52 yang berfungsi sebagai penerima bit 9 ditampung pada bit RB8 dalam register SCON, sedangkan bit stop diabaikan dan tidak ditampung. Kecepatan pengiriman data (baudrate) bisa dipilih antara 1/32 atau 1/64 frekuensi kristal yang digunakan. Mode 3 Mode ini sama dengan mode 2, hanya saja kecepatan pengiriman

data (baudrate) bisa diatur sesuai keperluan, seperti halnya pada mode asinkron (mode 1, mode 2, mode 3).

Register kontrol dan status untuk port serial berada dalam SCON seperti diperlihatkan pada Gambar 2-11.

Gambar 2-11 Susunan bit dalam register SCON

Nilai baudrate pada komunikasi serial ditentukan oleh kristal yang digunakan, karena berpengaruh pada jumlah limpahan timer. Perhitungan

(42)

1 Limpahan Laju

32 2SMOD

timer

baudrate= × (2-15)

2.5

Pengubah Level TTL ke Level

Serial

Standar komunikasi serial yang banyak digunakan adalah standar RS232 yang dikembangkan oleh Electronic Industry Association and the Telecommunications Industry Association (EIA/TIA) yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1962 [5]. Ini terjadi jauh sebelum IC TTL populer sehingga sinyal ini tidak ada hubungan sama sekali dengan level tegangan IC TTL. Standar ini hanya menyangkut komunikasi data antara komputer DTE dengan alat-alat pelengkap komputer DCE. Standar RS232 inilah yang biasa digunakan pada portserial IBM kompatibel.

Standar sinyal serial RS232 memiliki ketentuan level tegangan sebagai berikut:

1. Logika ‘1’ disebut ‘mark’ terletak antara -3 Volt hingga -25 Volt. 2. Logika ‘0’ disebut ‘space’ terletak antara +3 Volt hingga +25 Volt. 3. Daerah tegangan antara -3 Volt hingga +3 Volt adalah invalid level,

yaitu daerah tegangan yang tidak memiliki level logika pasti sehingga harus dihindari. Demikian juga, level tegangan lebih negatif dari -25 Volt atau lebih positif dari +25 Volt juga harus dihindari karena tegangan tersebut dapat merusak line driver pada saluran RS232.

(43)

TTL dan level RS232. Rangkaian pengubah level tegangan TTL menjadi level tegangan RS232 menggunakan rangkaian voltage doubler atau rangkaian pengganda tegangan dan rangkaian voltage inverter atau rangkaian pembalik tegangan.

Gambar 2-12 Level tegangan TTL dan RS232 pada pengiriman huruf ‘A’ tanpa bit paritas.

2.6

Konfigurasi Port Serial

Gambar 2-13 merupakan gambar konektor port serial DB-9 pada bagian belakang CPU [5]. Pada komputer IBM PC kompatibel terdapat konektor serial DB-9 yang dinamai COM1 dan atau COM2. Standar RS232 menyangkut komunikasi data antara komputer (Data Terminal Equipment/DTE) dengan alat-alat pelengkap komputer (Data Circuit-Terminating Equipment/DCE).

Gambar 2-13 dan tabel 2-2 menunjukkan konfigurasi kaki-kaki dan nama sinyal konektor serial DB-9. Keterangan mengenai fungsi saluran RS 232 pada konektor DB-9 adalah sebagai berikut :

Received Line Signal Detect. Dengan saluran ini DCE memberitahukan ke DTE bahwa pada terminal input ada data masuk.

(44)

Gambar 2-13 merupakan gambar konektor portserial DB-9 pada bagian belakang CPU [5].

Transmit Data, digunakan DTE mengirim data ke DCE.

• Data Terminal Ready, pada saluran ini DTE memberitahukan terminal siap.

Signal Ground, saluran ground.

Ring Indikator. Pada saluran ini DCE memberitahukan ke DTE bahwa sebuah stasiun menghendaki hubungan dengannya.

Tabel 2-2 Konfigurasi kaki-kaki DB-9

Nomor Nama Sinyal Direction Keterangan

1 DCD In Data carrier detect/Received Line

2 RxD In Received Data

3 TxD Out Transmit Data

4 DTR Out Data TerminalReady

5 GND - Ground

6 DSR In Data Set Ready

7 RST Out Request to Send

8 CTS In Clear to Send

(45)

Clear To Send. Dengan saluran ini DCE memberitahukan bahwa DTE memulai mengirim data.

Request To Send. Dengan saluran ini DCE diminta mengirim data oleh DTE.

• DCE Ready. Sinyal aktif pada saluran ini menunjukkan bahwa DCE sudah siap.

Untuk dapat menggunakan port serial perlu diketahui alamatnya. Tersedia dua portserial pada CPU, yaitu COM1 dan COM2. Base address

COM1 adalah 1016 (3F8H0) dan COM2 adalah 760 (2F8h). Alamat tersebut adalah alamat yang biasa digunakan. Tepatnya pada peta memori tempat menyimpan alamat tersebut, yaitu memori 0000 0400H untuk base address COM1 dan memori 0000 0402H untuk baseaddress COM2.

2.7 LCD

HD44780

HD44780 merupakan matriks LCD dengan konfigurasi 16 karakter dan 2 baris. Setiap karakter dibentuk oleh 8x5 atau 10x5 pixel. Gambar 2-14 menunjukkan konfigurasi kaki pada LCD HD44780.

Pin–pin pada LCD HD44780 adalah sebagai berikut:

• Pin 1 (VCC): tegangan +5Volt untuk catu LCD.

• Pin 2 (GND): tegangan 0Volt (ground) modul LCD.

(46)

Gambar 2-14. Pin LCD HD44780.

• Pin 4 (RS): Register Select, pin pemilih register yang akan diakses. 1 = akses ke register data

0 = akses ke register perintah

• Pin 5 (R/W): mode baca atau tulis LCD 1 = mode pembacaan

0 = mode penulisan.

• Pin 6 (E): pin untuk mengaktifkan clock LCD.

• Pin 7-14 (D0-D7): jalur bus data.

• Pin 15 (Anoda): tegangan positif backlight modul LCD sekitar 4,5Volt.

• Pin 16 (Katoda): tegangan negatif backlight modul LCD sebesar 0Volt.

2.7.1 DDRAM (Display Data Random Access Memory)

(47)

dari LCD. Apabila karakter tersebut ditulis di alamat 40h, maka karakter tersebut akan tampil pada baris kedua kolom pertama dari LCD. Hubungan posisi tampilan dan alamat DDRAM ditunjukkan gambar 2-15.

Gambar 2-15. Hubungan posisi tampilan dan alamat DDRAM.

2.7.2 CGRAM (Character Generator Random Access Memory)

CGRAM adalah memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dan bentuk karakter dapat diubah-ubah sesuai keinginan. Isi memori ini akan hilang saat power supply tidak aktif, sehingga pola karakter akan hilang.

2.7.3 CGROM (Character Generator Read Only Memory)

(48)

RANCANGAN PENELITIAN

3.1

Diagram Blok

Gambar 3-1 menunjukkan diagram blok perancangan sistem penganalisis komponen frekuensi harmonisa arus beban peralatan listrik .

Gambar 3-1. Diagram blok perancangan sistem penganalisis komponen frekuensi harmonisa arus beban peralatan listrik

(49)

Dari gambar 3-1 terlihat bahwa unit pengontrol berbasis mikrokontroler pada sistem penganalisis komponen frekuensi harmonisa arus beban peralatan listrik (yang ditandai dengan garis putus-putus) menggunakan 2 buah mikrokontroler.

Mikrokontroler I sebagai pengendali sistem dengan mengatur frekuensi tengah pada BPF yang berupa frekuensi fundamental 50Hz beserta frekuensi harmonisanya hingga frekuensi yang ke-31, dengan keluaran berupa frekuensi dan tegangan pada frekuensi tertentu yang akan digunakan sebagai data bagi unit penampil pada sistem penganalisis komponen frekuensi harmonisa arus beban peralatan listrik.

Mikrokontroler II sebagai penghitung Prms dengan masukan

berupa tegangan dan arus yang akan dihitung rmsnya dan diolah agar mendapatkan Prms yang akan ditampilkan pada LCD.

Menggunakan 3 skala amplitudo masukan maksimum yaitu 0,05 Ampere; 0,5 Ampare; 5 Ampere. Amplitudo masukan maksimum yang akan dikendalikan oleh PC dan nantinya akan diteruskan oleh mikrokontroler I ke pemilih skala.

3.2

Perancangan Perangkat Lunak

3.2.1

Kerangka Utama Program Mikrokontroler I

(50)

dengan cek koneksi, sebelum pengambilan data dari PC ke mikrokontroler I dimulai. Selanjutnya memproses data dari PC yang berupa pemilihan skala amplitudo masukan dan orde yang nantinya akan diteruskan oleh mikrokontroroler I ke pemilih skala dan BPF. Sebelum diteruskan oleh mikrokontroroler I ke pemilih skala dan BPF, oleh mikrokontroroler I akan melakukan pengecekan dan pengesetan terhadap skala amplitudo masukan dan orde.

.

Gambar 3-2. Diagram alir kerangka utama program mikrokontroler I.

(51)

karakter D untuk orde 1, karakter E untuk orde 2, dan karakter F untuk orde 3.

Setelah frekuensi pusat diset oleh mikrokontroroler I maka BPF memproses data. Data dari ADC keluaran BPF yang berupa tegangan diambil oleh mikrokontroroler I dan dikirim ke PC beserta data frekuensi pusat-nya. Mikrokontroroler I akan mengecek apakah pengambilan data sudah sebanyak 31 kali, jika belum program akan kembali melakukan pengesetan terhadap frekuensi pusat dan akan melakukan pengambilan data berikutnya.

a. Ambil Data dari PC

(52)

Mulai

Kem bali SBUF => Akum ulator

Acc => @ R0 R I = 1?

R I = 0 T

Y

Acc = 0

R0 = R0 + 1 R3 = 2

R3 = R3 - 1

R3 = 0? Y

T

Gambar 3-3. Diagram alir ambil data dari PC

b. Ambil Data dari ADC

Waktu konversi ADC0804 berdasarkan datasheet sebesar 100µS, dan untuk mengatasi IC ADC0804 yang tidak ideal, digunakan waktu konversi sebesar 114 µS (waktu konversi maksimal IC ADC0804).

Pengambilan data dilakukan dengan memberi logika rendah pada pin WR IC ADC0804 dan menunggu selama 114 µS sebelum data dapat diambil oleh mikrokontroler. Setelah data diambil oleh mikrokontroler, pin

(53)

Gambar 3-4. Diagram alir ambil data dari ADC

Gambar 3-5. Diagram alir kirim data ke PC

(54)

c. Kirim Data ke PC

Untuk pengiriman data ke PC, subrutin akan mengirimkan data berupa kode ASCII 7-bit yang tersimpan dalam akumulator ke port serial

AT89S52. Setelah dilakukan pengesatan terhadap R4 (R4 = 3) karena data heksa yang didapat dari ADC diubah dalam bentuk data desimal sebanyak 3 digit, kemudian TI direset (TI = 0) lalu dilakukan pengiriman data dari mikrikontroler I ke PC. Sebelum Acc direset (Acc=0) akan dilakukan pengecekan data, apakah data telah selesai dikirim. Berikutnya akan dilakukan pengecekan terhadap jumlah data, jika semua digit desimal telah terkirim program akan keluar dari subrutine kirim data ke PC, tetapi jika digit desimal belum semua terkirim, maka akan kembali dilakukan proses pengiriman data ke PC.

3.2.2

Kerangka Utama Program Mikrokontroler II

Kerangka utama program mikrokontroler I tampak pada gambar 3-6. Secara garis besar, program dimulai dengan inisialisasi LCD. Program kemudian mengambil nilai tegangan dan arus dengan 256 kali pencuplikan dengan kecepatan pengambilan data yang konstan. Nilai tegangan dan arus digunakan untuk mencari nilai root mean square dengan cara menghitung kuadrat nilai-nilai tegangan dan arus, kemudian mencari reratanya dan akhirnya mencari akar kuadrat. Proses mencari nilai root mean square

(55)

diolah kembali untuk menghasilkan keluaran berupa Prms yang akan

dikirimkan dan ditampilkan pada LCD. Selanjutnya program kembali melakukan pencuplikan nilai tegangan.

Gambar 3-6. Diagram alir kerangka utama program mikrokontroler I.

a. Inisialisasi LCD

(56)

Mulai

10 x Delay 2mS

Akumulator = #38H

Kirim Perintah

Akumulator = #0DH Akumulator = #03H

Akumulator = #08H

Kirim Perintah Kirim Perintah Kirim Perintah

Kembali

Gambar 3-7.

Diagram alir subrutin inisialisasi LCD.

Mulai

P2 = Akumulator

Delay 2mS

Kembali

RS = #0

ECLK = #1

ECLK = #0

ECLK = #1

Gambar 3-8.

Diagram alir subrutin kirim perintah

Data-data yang diperlukan untuk memberi instruksi pada LCD adalah: 1. Pemilihan fungsi : 8bit, 2 baris, dan 5x8 dots (00111000b = 38H) 2. Pemilihan mode kursor (00000011b = 03H)

3. Pemilihan kondisi kursor : ditampilkan, dan berkedip (00001101b = 0DH)

(57)

Pada diagram alir subrutin inisialisasi LCD terdapat subrutin kirim perintah. Diagram alir subrutin kirim perintah ditunjukkan pada gambar 3-8. Subrutin inisialisasi LCD digunakan untuk mengatur operasi LCD. Data yang dikirimkan untuk mengatur operasi LCD merupakan data-data instruksi LCD, sehingga pin RS harus mendapat logika rendah. LCD memerlukan waktu untuk menunggu VCC naik mencapai 4,5Volt sebesar 15mS, maka untuk mengatasi LCD yang tidak ideal, digunakan tunda waktu sebesar 20mS. Waktu tunda 20mS dapat menggunakan subrutin delay 2ms yang dipanggil sebanyak 10 kali. Pin R/W tidak perlu diberi logika rendah karena pada perangkat keras sudah dihubungkan ke ground, yang berarti selalu menulis ke LCD. Hal ini bisa dilakukan, karena setelah pengiriman instruksi ke LCD selalu diikuti dengan tunda waktu. Subrutin kirim perintah digunakan untuk memberi logika rendah pada pin RS, mengirim data instruksi ke LCD, dan digunakan untuk membuat perubahan pada masukkan enable clock LCD.

b. Ambil Nilai tegangan dan Arus, Kuadratkan, dan Jumlahkan

(58)

mengatasi IC ADC0804 yang tidak ideal, digunakan waktu konversi sebesar 114 µS (waktu konversi maksimal IC ADC0804).

Gambar 3-9. Diagram alir subrutin ambil nilai tegangan dan arus, kuadratkan, dan jumlahkan

Pengambilan data dilakukan dengan memberi logika rendah pada pin

(59)

kali. Berdasarkan waktu konversi sebesar 114µS dan waktu tunggu sebelum data dapat diambil oleh mikrokontroler sebesar 114µS, didapatkan laju pencuplikan sebesar 228µS (4385Hz). Dengan frekuensi tegangan masukan maksimum yaitu 1550Hz, maka laju pencuplikan yang digunakan telah memenuhi syarat cukup supaya tegangan masukan bisa didapatkan kembali seutuhnya dari sinyal diskret tercuplik. Dengan kata lain, laju pencuplikan yang digunakan telah memenuhi kriteria Niquist dan telah memenuhi persamaan 2-12.

c. Hitung Rerata dan Akar

Mulai

Kembali Akarkan

Jumlah = Jumlah1(jumlah tegangan)

Nilai akar tegangan

Akarkan Jumlah 256

Jumlah = Jumlah 2 (jumlah arus)

Nilai akar arus

E

E

Jumlah 256

Gambar 3-10. Diagram alir subrutin hitung rerata dan akar.

(60)

nilai rerata dari hasil subrutin ambil nilai tegangan dan arus, kuadratkan, dan jumlahkan dan menghitung akar dari nilai rerata tersebut.

(61)

Mulai

Set bit 7 data hasil akar Clr bit 7 data hasil akar

Set bit 6 data hasil akar Set bit 7 data hasil akar

Set bit 6 data hasil akar Clr bit 6 data hasil akar

Set bit 5 data hasil akar

Set bit 5 data hasil akar Clr bit 5 data hasil akar

Y T

Y T

Y T

F

Set bit 4 data hasil akar

Y T

Clr bit 4 data hasil akar Set bit 4 data hasil akar rerata2<= (data

hasil akar)2?

rerata2<= (data

hasil akar)2?

rerata2<= (data

hasil akar)2?

rerata2<= (data

hasil akar)2?

(62)

Set bit 3 data hasil akar

Y T

Set bit 2 data hasil akar

Y T

F

Clr bit 3 data hasil akar Set bit 3 data hasil akar

Clr bit 2 data hasil akar Set bit 2 data hasil akar

Set bit 1 data hasil akar

Y T

Clr bit 1 data hasil akar Set bit 1 data hasil akar

Set bit 0 data hasil akar

Y T

Clr bit 0 data hasil akar Set bit 0 data hasil akar

Kembali rerata2<= (data

hasil akar)2?

rerata2<= (data

hasil akar)2

?

rerata2<= (data

hasil akar)2?

rerata2<= (data

hasil akar)2?

(63)

Setelah nilai MSB dari alamat tempat menyimpan data hasil akar diketahui, kemudian bit 6 dari alamat tempat menyimpan data hasil akar diberi logika tinggi. Data hasil akar dikuadratkan kemudian dibandingkan dengan dengan hasil rerata dari subrutin ambil nilai tegangan dan arus, kuadratkan, dan jumlahkan. Apabila hasil perbandingan menyatakan bahwa hasil rata-rata dari subrutin ambil nilai tegangan dan arus, kuadratkan, dan jumlahkan lebih kecil atau sama besar dengan data hasil akar, maka nilai bit 6 dari alamat tempat menyimpan data hasil akar adalah 0. Apabila hasil perbandingan menyatakan bahwa hasil rata-rata dari subrutin ambil nilai tegangan dan arus, kuadratkan, dan jumlahkan lebih besar, maka nilai bit 6 dari alamat tempat menyimpan data hasil akar adalah 1. Setelah MSB, dan bit 6 dari alamat tempat menyimpan data hasil akar sudah diketahui maka bit 5, bit 4, bit 3, bit 2, bit 1, dan bit 0 dari alamat tempat menyimpan data hasil akar kemudian dicari nilainya dengan cara yang sama.

d. Hitung Hasil Akhir

Diagram alir subrutin hitung hasil akhir berfungsi untuk mencari nilai rerata dari 16 nilai akar Irms dan Vrms yang dihasilkan oleh proses

sebelumnya. Hasil nilai rerata dari Irms dan Vrmsakan dikalikan sehingga

(64)

Gambar 3-12. Diagram alir subrutin hitung hasil akhir

Gambar 3-13. Diagram alir subrutin kirim data.

e. Kirim Data

Proses selanjutnya hasil akhir dikirimkan menuju LCD. Pengiriman hasil akhir dilakukan dengan memberi pin RS logika tinggi dan membuat perubahan pada masukan enable clock LCD. Proses pengiriman data dan pengiriman perintah akan berakhir saat seluruh hasil akhir sudah ditampilkan.

3.3

Perancangan Perangkat Keras

3.3.1

Antarmuka Mikrokontroler AT89s52 dengan HD44780

(65)

10, 11, 12, 13, 14 dihubungkan dengan pin P2.0, P2.1, P2.2, P2.3, P2.4, P2.5, P2.6, P2.7 pada Mikrokontroler AT89s51. Pin E (enable clock) pada HD44780 dihubungkan dengan pin P0.7 pada Mikrokontroler AT89s52. Pin RS (register select) pada HD44780 dihubungkan dengan pin P0.6 pada mikrokontroler AT89s52. Pin RW dihubungkan dengan ground

supaya HD44780 selalu melakukan proses menulis.

Gambar 3-14. Antarmuka AT89s52 dengan HD44780.

3.3.2

Antarmuka Mikrokontroler AT89s52 dengan ADC

(66)

11, 12, 13, 14 dihubungkan dengan pin P2.0, P2.1, P2.2, P2.3, P2.4, P2.5, P2.6, P2.7 pada Mikrokontroler AT89s51.

(67)

Pada bab ini akan ditunjukkan hasil pengamatan dan pembahasan dari unit

pengontrol berbasis mikrokontroler pada sistem penganalisis komponen frekuensi

harmonisa pada arus beban peralatan listrik. Pada mikrokontroler I akan dibahas

cek koneksi antara mikrokontroler dengan PC, pemilihan skala arus dan orde

BPF, program mulai, ambil data dari ADC, dan pengesetan frekuensi pusat BPF.

Pada mikrokontroler II akan dibahas data tegangan, arus dan daya.

4.1

Program Mikrokontroler I

Pada pengamatan ini pengecekan koneksi dan data dilakukan

dengan menggunakan program hyperterminal, Port 1 (P1) mikrokontroler

I diberi masukan dari ADC dan masukan manual berupa data bit.

Pengamatan pengesetan frekuensi pusat BPF dilakukan dengan

memberikan LED pada keluaran Port 2 (P2) mikrokontroler I.

4.1.1

Cek Koneksi

Cek koneksi berfungsi sebagai pendukung program untuk

melakukan pengecekan koneksi antara mikrokontroler dengan PC. Pada

pengecekan koneksi ini PC akan mengirimkan karakter X. Jika koneksi

antara mikrokontroler dengan PC sudah terhubung maka mikrokontroler

(68)

akan mengirimkan karakter Y ke PC. Jika koneksi belum terhubung,

mikrokontroler akan mengirimkan kembali karakter yang diterima (selain

karakter A, B, C, D, E, F, dan G), pada PC akan muncul kotak dialog yang

memberikan perintah untuk menghubungkan alat. Eksekisi menu cek

koneksi dapat dilihat pada gambar 4-1.

Gambar 4-1. Eksekusi menu cek koneksi

4.1.2

Pemilihan Skala Arus dan Orde BPF

Pada pemilihan skala arus dan orde BPF, PC akan mengirimkan 2

karakter sesuai dengan skala arus dan orde BPF yang dipilih. PC akan

mengirimkan karakter A untuk skala arus 50 mA, karakter A untuk skala

arus 50mA, karakter B untuk skala arus 500 mA, dan karakter C untuk

skala arus 5 A. Sedangkan untuk pemilihan orde BPF, PC akan

mengirimkan karakter D untuk BPF tingkat 1, karakter E untuk BPF

tingkat 2, dan karakter E untuk BPF tingkat 3.

Mikrokontroler akan melakukan pengecekan apakah skala arus dan

(69)

mikrokontroler akan melakukan pengesetan untuk perangkat keras pemilih

skala arus dan orde BPF, kemudian bersiap untuk mengeksekusi program

selanjutnya. Mikrokontroler tidak akan mengeksekusi program

selanjutnya, jika hanya skala arus atau orde BPF saja yang dipilih (R0 ≠

02h).

Gambar 4-2. Eksekusi menu pemilihan skala arus dan orde BPF

Pengesetan skala arus dan orde BPF dilakukan dengan memberikan

logika rendah (dengan level tegangan 0 - 0,7Volt) . Skala arus 50 mA akan

aktif saat P0.0 diberi logika 0, skala arus 500 mA akan aktif saat P0.1

diberi logika 0, dan skala arus 5 A akan aktif saat P0.2 diberi logika 0.

Pengesetan orde BPF dilakukan dengan memberikan logika 0 pada P0.3

untuk BPF tingkat 1, P0.4 untuk BPF tingkat 2, dan P0.5 untuk BPF

tingkat 3. Eksekusi menu pemilihan skala arus dan orde BPF dapat dilihat

(70)

4.1.3

Program Mulai dan Pengambilan Data dari ADC

Program pengambilan data dari ADC dan pengiriman data ke PC

oleh mikrokontroler akan mulai berjalan saat PC mengirimkan karakter G.

Saat program ini bekerja mikrokontroler akan melakukan pengesetan bit

frekuensi pusat untuk Peak Detector setiap kali akan mengambil data dari

ADC yang nantinya akan dikirimkan ke PC.

Gambar 4-3. Eksekusi menu mulai

Pengambilan data dari ADC terjadi setelah dilakukan pengesetan

terhadap pin WR pada ADC dengan memberikan logika rendah dengan

waktu tunda selama 114 µS. Data dari ADC dapat diterima mikrokontroler

melalui Port 1 (P1). Setelah data diterima maka dilakukan reset terhadap

pin WR pada ADC dengan memberikan logika tinggi dengan waktu tunda

selama 114 µS. Pada mikrokontroler port yang digunakan untuk

(71)

Pengesetan bit frekuensi pusat untuk Peak Detector dilakukan

dengan memberikan keluaran berupa data pada Port 2 (P2)

mikrokontroler. Sesudah pengambilan data frekuensi pusat Peak Detector

perlu di-reset dengan memberikan waktu tunda (delay) selama 2,5 second

dan sebelum pengambilan data frekuensi pusat berikutnya Peak Detector

di-set dengan memberikan waktu tunda (delay) selama 2,5 second.

Keluaran set dan reset Peak Detector berada pada P0.7.

Tabel 4-1.

Data pengamatan pengambilan dan pengolahan data bit dari ADC serta data bit masukan manual oleh mikrokontroler I

5,0 1111 1111 255 1111 1111 255

4,5 1110 0101 229 1110 0101 229

4,0 1100 1101 205 1100 1101 205

3,5 1011 0100 180 1011 0100 180

3,0 1001 1010 154 1001 1010 154

2,5 1000 0000 128 1000 0000 128

2,0 0110 0111 103 0110 0111 103

1,5 0100 1101 77 0100 1101 77

1,0 0011 0011 52 0011 0011 52

0,5 0001 1010 26 0001 1010 26

Pengambilan dan Pengolahan Data Bit dari ADC oleh Mikrokontroler I

Pengambilan dan Pengolahan Data Bit Masukan Manual oleh Mikrokontroler I Pengamatan dengan

Memberikan Masukan Manual (data bit)

Hasil Pengolahan Data Tegangan oleh

Mikrokontroler I (Tampilan Pada PC) Level

Tegangan (Volt)

Data Masukan dari ADC ke Mikrokontroler I

(data bit)

Hasil Pengolahan Data Tegangan oleh

Mikrokontroler I (Tampilan Pada PC)

Pada pengamatan ini, Port 1 (P1) mikrokontroler I diberi dua

masukan yang berbeda secara bergantian. Pengamatan pertama Port 1 (P1)

mikrokontroler I memperoleh masukan dari ADC berupa bit-bit digital,

yang sebelumnya diberi masukan berupa tegangan konstan yang diubah

(72)

data dari mikrokontroler I. Pengamatan kedua Port 1 (P1) mikrokontroler I

memperoleh masukan berupa data bit yang sama dengan data masukan

ADC ke mikrokontroler I, diperoleh dengan memberikan masukan

manual, level tegangan tinggi (5Volt) untuk data bit 1 dan level tegangan

rendah (0Volt) untuk data bit 0.

Berdasarkan hasil pengamatan pada gambar 4-3 dan tabel 4-1 dapat

diketahui bahwa hasil pengolahan tegangan oleh mikrokontroler I yang

ditampilkan ke PC hasilnya sama jika diberi masukan dengan data bit yang

sama.

4.1.4

Pengesetan Frekuensi Pusat BPF

Pada mikrokontroler I pengesetan frekuensi pusat BPF dilakukan

dengan memberikan keluaran pada Port 2 berupa bit-bit digital melalui

DAC yang nantinya akan menjadi masukan BPF. Pada tabel 4-2 dapat

terlihat bahwa keluaran pada Port 2 merupakan kelipatan 5 dari frekuensi

pusat ke-n. Pengamatan frekuensi pusat ke-13 (650Hz) dapat dilihat pada

gambar 4-4.

Berdasarkan pengamatan pada mikrokontroler I, dapat diketahui

bahwa mikrokontroler I sudah dapat terkoneksi dengan baik ke PC,

mampu mengirim data ke PC dan DAC serta menerima data dari PC dan

ADC .

(73)

Tabel 4-2. Data pengamatan pengesetan frekuensi pusat BPF oleh mikrokontroler I

1 5 0000 0101 50 17 85 0101 0101 850

2 10 0000 1010 100 18 90 0101 1010 900

3 15 0000 1111 150 19 95 0101 1111 950

4 20 0001 0100 200 20 100 0110 0100 1.000

5 25 0001 1001 250 21 105 0110 1001 1.050

6 30 0001 1110 300 22 110 0110 1110 1.100

7 35 0010 0011 350 23 115 0111 0011 1.150

8 40 0010 1000 400 24 120 0111 1000 1.200

9 45 0010 1101 450 25 125 0111 1101 1.250

10 50 0011 0010 500 26 130 1000 0010 1.300

11 55 0011 0111 550 27 135 1000 0111 1.350

12 60 0011 1100 600 28 140 1000 1100 1.400

13 65 0100 0001 650 29 145 1001 0001 1.450

14 70 0100 0110 700 30 150 1001 0110 1.500

15 75 0100 1011 750 31 155 1001 1011 1.550

16 80 0101 0000 800

frekuensi

pusat

ke-n

bit-bit digital pada Port 2 Frekuensi pusat yang di-set pada BPF (Hz) dalam desimal dalam biner (hasil pengamatan pada LED) frekuensi pusat ke-n dalam desimal dalam biner (hasil pengamatan pada LED) Frekuensi pusat yang di-setpada BPF (Hz) bit-bit digital pada Port 2

(74)

4.2

Analisa Alat dan Program Mikrokontroler II

Pada pengamatan ini instrumen pembanding yang digunakan untuk

menguji alat adalah multimeter SANWA CD 800a untuk nilai tegangan

dan tang ampere CONSTANT AC600 untuk nilai arus.

Hasil suatu pengamatan sudah tentu memiliki nilai yang

menyimpang dari nilai yang ditinjukkan oleh alat pembanding. Pada sub

bab ini, nilai galat untuk menunjukkan penyimpangan atau kesalahan pada

sistem dihitung untuk tampilan data tegangan rms (Vrms), arus rms (Irms),

dan daya rms (Prms). Penyimpangan yang terjadi antara nilai hasil

pengamatan dengan nilai yang ditunjukkan oleh alat pembanding saat

input digital tertentu dapat dihitung dengan menggunakan % galat , yaitu

menggunakan persamaan :

Galat = 100

teori nilai

pengamatan nilai

teori nilai

× % (4-1)

Jika hasil pengamatan dan nilai yang ditunjukkan oleh alat

pembanding dari data tegangan rms (Vrms), arus rms (Irms), dan daya rms

(Prms) yang terdapat pada tabel 4-3 dan dimasukkan ke persamaan di atas,

maka diperoleh grafik hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh alat

pembanding dengan galat.

4.2.1

Analisa Data Tegangan

Analisa data tegangan menggunakan data pada tabel 4-3, dapat

terlihat bahwa alat sudah mampu mengukur tegangan dengan jangkauan

(75)

Tabel 4-3 Data kesalahan pengukuran tegangan (Vrms)

1 195 193 2 1,026

2 201 201 0 0,000

3 205 206 1 0,488

4 210 210 0 0,000

5 217 220 3 1,382

6 220 224 4 1,818

7 235 235 0 0,000

8 237 239 2 0,844

9 240 241 1 0,417

∑ 1960 1969 13 5,975

mean 217,78 218,78 1,4444 0,664

Persen Galat (%) No. Vrms Multimeter (Volt) Vrms LCD (Volt) Vrms Galat (Volt)

Grafik kesalahan pengukuran tegangan (Vrms)

0 1 2 3 4 5

195 201 205 210 217 220 235 237 240

Tegangan terukur CONSTANT AC600 (Vrms )

K e sal ah an p e n g u ku ran teg a n g a n al at (V rm s)

Gambar 4-5. Grafik kesalahan pengukuran tegangan (Vrms)

Grafik kesalahan pengukuran tegangan (% )

0,000 0,500 1,000 1,500 2,000

195 201 205 210 217 220 235 237 240

Tegangan terukur CONSTANT AC600 (Vrms )

K e sal ah an p e n g u ku ran te ga ng a n a la t ( % )

(76)

Grafik kesalahan pengukuran tegangan alat ditunjukkan pada

gambar 4-5 dan gambar 4-6, dengan kesalahan rata-rata Vrms 1,4444Volt

(0,664%) dan kesalahan maksimum Vrms 4Volt (1.818%). Pada gambar

4-6, persentase kesalahan pengukuran terbesar berada disekitar nilai Vrms

220Volt.

Kesalahan pengukuran tegangan disebabkan oleh:

a. Ketelitian ADC0804 berdasarkan datasheet dibatasi ± 1 LSB, sehingga

kesalahan pengukuran maksimum 0,00196Volt.

b. Pembulatan yang terjadi akibat pemrosesan data secara digital.

4.2.2

Analisa Data Arus

a. Skala Amplitudo Masukan Maksimum 5 Ampere

Analisa data arus menggunakan data pada tabel 4-4, dengan

kesalahan rata-rata Irms 0,05Ampere (4,027%) dan kesalahan maksimum

Irms 0,17Ampere, dapat terlihat bahwa alat sudah mampu mengukur arus

sampai dengan nilai 5,10Vp (amplitudo masukan 5,10Ampere) dengan

tingkat kesalahan kurang dari 42%.

Grafik kesalahan pengukuran arus (% )

0,000 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000

0,170,380,731,0 3

1,291,531,751,942,072,242,392,542,662,782,903,003,073,083,153,253,333,403,47

Arus terukur CONSTANT AC600 (Irms )

K e s a la ha n pe nguk ur a n a rus al a t ( % )

(77)

Tabel 4-4 Data kesalahan pengukuran arus (Irms) skala amplitudo masukan

maksimum 5Ampere

1 0,17 0,1 0,07 41,176 0,95 0,95

2 0,38 0,4 0,02 5,263 0,95 0,95

3 0,73 0,7 0,03 4,110 1,55 1,55

4 1,03 1,0 0,03 2,913 2,10 2,10

5 1,29 1,3 0,01 0,775 2,60 2,60

6 1,53 1,6 0,07 4,575 3,00 3,00

7 1,75 1,8 0,05 2,857 3,40 3,40

8 1,94 1,9 0,04 2,062 3,70 3,70

9 2,07 2,1 0,03 1,449 4,00 4,00

10 2,24 2,3 0,06 2,679 4,10 4,10

11 2,39 2,4 0,01 0,418 4,40 4,40

12 2,54 2,6 0,06 2,362 4,60 4,60

13 2,66 2,7 0,04 1,504 4,65 4,65

14 2,78 2,8 0,02 0,719 4,80 4,80

15 2,90 2,9 0,00 0,000 4,90 4,90

16 3,00 3,0 0,00 0,000 5,00 5,00

17 3,07 3,0 0,07 2,280 5,00 5,00

18 3,08 3,0 0,08 2,597 5,00 5,00

19 3,15 3,1 0,05 1,587 5,00 5,00

20 3,25 3,2 0,05 1,538 5,10 5,10

21 3,33 3,2 0,13 3,904 5,20 5,20

22 3,40 3,3 0,10 2,941 5,30 5,30

23 3,47 3,3 0,17 4,899 5,40 5,40

∑ 52,15 51,7 1,19 92,610

mean 2,27 2,25 0,05 4,027

Amplitudo masukan ADC (Ampere) Irms Tang Ampere (Ampere) No. Keluaran Penyearah Presisi (Vp) Persen Galat (%) Irms Galat (Ampere) Irms LCD (Ampere)

Grafik kesalahan pengukuran arus alat ditunjukkan pada gambar

4-7 dan gambar 4-8,% kesalahan pengukuran Irms terbesar berada pada nilai

Irms 0,17Ampere yang dipengaruhi oleh kemampuan program dalam

menghitung arus dan menampilk

Gambar

Gambar 2-1. Gelombang sinusoidal.
Gambar 2-2. Pulsa kotak.
Gambar 2-3. Gelombang segitiga.
Gambar 2-6. Hasil pencuplikan xs( )t.[3]
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebesar 32,38% segmen jalur pejalan kaki di daerah penelitian termasuk ke dalam kelas sedang dan kondisi jalur pejalan kaki yang termasuk kelas rendah mempunyai

Terhadap ikan-ikan sampel yang diambil dilakukan pengamatan tanda-tanda yang timbul akibat infeksi dari ektoparasit adalah sebagai berikut: produksi lendir yang berlebihan

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat

Hasil penelitian dari Surya Pratama (2014) menjelaskan bahwa tidak adanya reaksi pasar selama periode pengumuman right issue yang diakibatkan adanya kebocoran informasi

KITA JUGA HARUS BERSEDIA MENERIMA PELBAGAI RINTANGAN DALAM MENEGAKKAN BUDAYA INTEGRITI DI KALANGAN MASYARAKAT UMPAMANYA, AGENDA KITA MUNGKIN DITENTANGI OLEH PIHAK

kat dari golongan T r i Wangsa terutama dalam penanaman ni lai-ni lai seperti sikap hormat kepada orang lain, kakak ataupun adik, cara berbicara dengan menggunakan

Simpulan ini didapat dari hasil analisis semua data yang telah diperoleh, mengenai wujud pemilihan bahasa pada masyarakat tutur di Kelurahan Sukapura dalam setiap

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada antrian pelanggan penyervisan di Bengkel Motor Resmi Yamaha Kondang Simo, kesimpulan yang