• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya antiinflamasi jus tomat [Solanum lycopersicum L.] pada mencit putih jantan - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Daya antiinflamasi jus tomat [Solanum lycopersicum L.] pada mencit putih jantan - USD Repository"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

DAYA ANTIINFLAMASI JUS TOMAT ( Solanum

lycopersicum L. ) PADA MENCIT PUTIH JANTAN

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Benediktus Supriyadi Nugroho

NIM : 028114039

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Bila kenangan adalah sebuah pulau dalam waktu lalu,

Bila setiap menit dan detik begitu berharga,

‘kan ku jadikan kenangan di masa depan

sebagai pulau-pulau dalam waktu lalu ku.

Skripsi ini kupersembahkan bagi:

Almarhum Bapak,

yang kurindukan

Ibu

tercinta,

Mas dan Mbakku

tersayang,

Seseorang

yang mengisi hatiku

(5)
(6)

PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, atas karunia-Nya, skripsi yang berjudul “Daya Antiinflamasi Jus Tomat

(Solanum lycopersicum L.) Pada Mencit Putih Jantan” ini telah dapat diselesaikan.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi.

Keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas berkat dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Yosef Wijoyo M.Si., Apt selaku dosen pembimbing dan dosen

penguji, atas segala bantuan, bimbingan, nasehat dan waktu yang telah

diberikan.

2. Bapak Drs. Mulyono, Apt, selaku dosen penguji, atas segala bantuan dan

bimbingan yang telah diberikan.

3. Ibu dr. Luciana Kuswibawati M.Kes., selaku dosen penguji, atas segala

bentuan dan bimbingan yang telah diberikan.

4. Ibu Rita Suhadi M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Univeritas

Sanata Dharma.

5. Direktur PT.IFARS yang telah bersedia memberikan sumbangan serbuk

diklofenak-Na sebagai bahan baku pembanding.

6. Mas Parjiman, Mas Kayat, Mas Heru, Mas Sigit, Mas Andre, atas

(7)

7. Teman-teman kelas A’2002 atas pertemanan, suka dan duka selama ini.

8. Teman-teman kelompok praktikum B atas kebersamaan yang tak

terlupakan.

9. Semua teman angkatan’02 terima kasih atas kebersamaannya

10.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang juga telah

membantu selama penyelesaian skripsi ini.

Semoga Tuhan melimpahkan karunia-Nya, atas segala kebaikan dan jasa

yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab

itu, penulis dengan senang hati menerima segala masukan , kritik dan saran demi

kemajuan di masa yang akan datang

Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan dan ilmu pengetahuan serta bagi masyarakat luas.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..…. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN....……….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… v

PRAKATA……… vi

DAFTAR ISI………. viii

DAFTAR TABEL………. xii

DAFTAR GAMBAR………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………..…... xv

INTISARI……….. xvii

ABSTRACT……… xiii

BABI. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan Penelitian ... 3

2. Keaslian Penelitian ... 3

3. Manfaat Penelitian ... 5

B. Tujuan Penelitian ... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 6

A. Obat Tradisional ... 6

(9)

1. Klasifikasi Umum ... 6

2. Nama ... 6

3. Morfologi ... 7

4. Kandungan Kimia ... 8

5. Khasiat dan Kegunaan ... 8

C. Radikal Bebas dan Antioksidan ... 8

D. Likopen ... 10

1. Sifat Fisik dan Kimiawi ... 10

2. Metabolisme ... 11

3. Sumber ... 12

4. Dosis yang Dianjurkan dan Efek Samping ... 12

E. Inflamasi ... 13

1. Definisi ... 13

2. Gejala ... 14

3. Mekanisme ... 16

F. Obat Antiinflamasi ... 21

G. Natrium Diklofenak ... 22

H. Metode Uji Daya Antiinflamasi ... 23

I. Landasan Teori ... 28

J. Hipotesis ... 29

BAB III. Metode Penelitian ... 30

(10)

B. Variabel Penelitian ... 30

1. Variabel utama ... 30

2. Variabel Pengganggu ... 31

C. Bahan dan Alat yang Digunakan dalam Penelitian ... 31

D. Tata Cara Penelitian ... 33

1. Determinasi Tanaman Tomat ... 33

2. Pengumpulan Bahan ... 33 3. Pembuatan Jus Tomat ... 33

4. Penyiapan Hewan Uji ... 33

5. Pembuatan suspensi karagenin 1% ... 34

6. Penentuan dosis ... 34

a. Penentuan dosis karagenin 1% ... 34

b. Penentuan dosis natrium diklofenak ... 34

c. Penentuan dosis jus tomat ... 35

7. Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki mencit Setelah diinjeksi karagenin 1% subplantar ... 36

8. Uji pendahuluan dosis efektif natrium diklofenak ... 36

9. Uji pendahuluan waktu pemberian natrium diklofenak dengan dosis efektif ... 36

10.Uji pendahuluan waktu pemberian jus tomat ... 37

11.Perlakuan hewan uji ... 37

(11)

E. Analisis Hasil ... 40

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Determinasi ... 41

B. Uji Pendahuluan ... 42

1. Waktu pemotongan kaki mencit ... 42

2. Penetapan dosis efektif natrium diklofenak ... 45

3. Waktu pemberian larutan natrium diklofenak dengan dosis efektif ... 48

4. Waktu pemberian jus tomat ... 52

C. Hasil Uji Daya Antiinflamasi ... 55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rangkuman hasil Anova satu arah dengan taraf kepercayaan

95% data bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan

waktu pemotongan kaki setelah diinjeksi karagenin 1%

subplantar ………... 43

Tabel II. Rata-rata bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan

setelah diinjeksi karagenin 1% subplantar pada tentang waktu

tertentu beserta hasil uji Scheffe ... 44

Tabel III. Rangkuman hasil Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% data bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan

akibat pemberian natrium diklofenak dalam

3 peringkat dosis ... 46

Tabel IV. Rata-rata bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan

akibat pemberian natrium diklofenak dalam 3 peringkat dosis

beserta hasil uji Scheffe ... 47

Tabel V. Rangkuman hasil Anova satu arah dengan taraf kepercayaan

95% data bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan

pemberian natrium diklofenak dengan dosis efektif

(13)

Tabel VI. Rata-rata bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan

akibat pemberian natrium diklofenak dengan dosis efektif

(4,48 mg/kgBB) dalam rentang waktu tertentu beserta

hasil uji Scheffe ... 50

Tabel VII. Rangkuman hasil Anova satu arah dengan taraf kepercayaan

95% data bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan

pemberian jus tomat dalam rentang waktu tertentu

beserta hasil uji Scheffe ... 54

Tabel VIII. Rata-rata bobot udema kaki mencit pada uji

pendahuluan akibat pemberian jus tomat dalam rentang

waktu tertentu beserta hasil uji Scheffe ... 55

Tabel IX. Rangkuman hasil anava satu arah, dengan taraf kepercayaan

95%, persentase daya antiinflamasi kelompok perlakuan

beserta kontrol ... 61

Tabel X . Rangkuman hasil uji Scheffe mengenai % daya antiinflamasi

kelompok perlakuan disertai kontrol ... 62

Tabel XI. Rata-rata persen (%) daya antiinflamasi dan rata-rata

persen (%) potensi relatif daya antiinfalmasi kelompok

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Kimia Likopen ... 10

Gambar 2. Patogenesis dan gejala peradangan ... 16

Gambar 3. Diagram mediator-mediator inflamasi yang berasal

dari fosfolipida beserta aksinya, serta titik tangkap

kerja obat anti-inflamasi ... 20

Gambar 4. Grafik mean bobot udema kaki mencit pada uji

pendahuluan setelah diinjeksi karagenin 1% pada

rentang waktu tertentu ... 45

Gambar 5. Histogram mean bobot udema kaki menit pada

uji pendahuluan akibat pemberian diklofenak-Na

dalam 3 peringkat dosis ... 48

Gambar 6. Grafik mean bobot udema kaki mencit pada

uji pendahuluan akibat pemberian dosis efektif

diklofenak-Na pada rentang waktu tertentu ... 51

Gambar 7. Grafik mean bobot udema kaki mencit setelah pemberian jus

tomat pada selang waktu tertentu terhadap diklofenak-Na ... 53

Gambar 8. Diagram batang mean bobot udema kaki mencit pada uji

perlakuan akibat pemberian jus tomat dalam 5 peringkat

dosis beserta kontrol ... 59

Gambar 9. Diagram batang % daya antiinflamasi kelompok perlakuan disertai

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat keterangan determinasi tanaman tomat ... 71

Lampiran 2. Sertifikasi analisis diklofenak-Na ... 72

Lampiran 3. Foto tanaman tomat ... 73

Lampiran 4. Foto jus tomat ... 73

Lampiran 5. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan setelah diinjeksi karagenin 1% pada rentang waktu tertentu ... 74

Lampiran 6. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan akibat pemberian natrium diklofenak pada 3 peringkat dosis ... 75

Lampiran 7. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan akibat pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB pada rentang waktu tertentu ... 76

Lampiran 8. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan pemberian jus tomat dosis (7,5 g/kgBB) dalam rentang waktu tertentu ... 77

Lampiran 9. Data bobot udema kaki kaki mencit dan % daya antiinflamasi hasil uji daya antiinflamasi pada kelompok kontrol dan perlakuan ... 78

(16)

Lampiran 11. Contoh cara perhitungan (%) daya antiinflamasi dan

potensi relatif ... 80

Lampiran 12. Skema kerja uji efek antinflamasi ... 81

Lampiran 13. Hasil analisis statistik data orientasi waktu pemotongan

kaki setelah injeksi subplantar karagenin 1% ... 82

Lampiran 14. Hasil analisis statistik data orientasi penetapan

dosis efektif diklofenak-Na ... 84

Lampiran 15. Hasil analisis statistik data orientasi waktu pemberian

dilofenak-Na pada dosis efektif ... 86

Lampiran 16. Hasil analisis statistik data orientasi waktu

pemberian jus tomat ... 88

Lampiran 17. Hasil analisis statistik data (%) daya antiinflamasi

kelompok perlakuan beserta kontrol ... 90

Lampiran 18. Perhitungan penetapan peringkat dosis jus tomat

(17)

INTISARI

Antioksidan sebagai agen protektif berperan penting mengurangi terjadinya kerusakan akibat aktivitas oksigen reaktif penyebab kerusakan molekul dari lipid, dan protein yang memicu inflamasi. Antioksidan seperti vitamin E, vitamin C, polifenol dan karotenoid banyak terdapat dalam makanan, termasuk buah-buahan dan sayuran. Likopen salah satu senyawa karotenoid yang terdapat dalam buah tomat sebagai antioksidan berperan penting dalam pencegahan inflamasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran dan besarnya khasiat jus tomat sebagai antiinflamasi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Metode uji yang digunakan adalah metode induksi udema pada telapak kaki belakang dengan menggunakan karagenin 1% sebagai senyawa penginduksi, mengacu pada metode Langford et al, 1972 dengan modifikasi. 35 ekor mencit dikelompokkan secara acak dalam 7 kelompok. Kelompok I-III merupakan kelompok kontrol, sedangkan kelompok IV-VII merupakan kelompok perlakuan dengan pemberian jus tomat secara oral dalam 4 peringkat dosis. Pemberian bahan uji dilakukan setelah hewan uji diinjeksi suspensi karagenin 1% subplantar. Data yang diperoleh berupa bobot udema kaki mencit, selanjutnya digunakan untuk mencari persentase daya antiinflamasinya. Distribusi data dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan Anova satu jalan dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jus tomat memberikan efek antiinflamasi. Besar kecilnya efek antiinflamasi dinyatakan dengan daya antiinflamasi, dimana jus tomat dosis 1,875 g/kgBB; 3,75 g/kgBB; 7,5 g/kgBB; dan 15 g/kgBB mempunyai daya antiinlamasi berturut-turut 11,81 %; 22,25%; 33,89%; dan 40,98%.

(18)

ABSTRACT

Antioxidant is as an important protecting agent against inflammation caused by oxygent reactive species. Antioxidant like vitamin E, vitamin C, polyfenol and carotenoids are contained mostly in food such as vegetables and fruits. Lycopene in tomato fruit is one of the important antioxidant against inflammation. The objectives of this research are to know the ability of tomato juice (Solanum lycopersicum L.) as anti inflammation agent and to know how big its ability to reduce weight of mice paw.

This research was a pure experimental with one way completely randomized design, using foot sole’s oedema induction method on experimental subject 1% carragenin by sub plantar, according to Langford et al, 1972 with modification. Thirtty five white male mice were randomly divide in 7 groups. Group I – III were control groups, and group IV – VII were treatment groups with tomato juice that given in 4 various dosage. The tomato juice was given after the treatment groups was injected by sub plantar injection of carragenin 1%. Data obtained was data of weight of mice paw used to calculate the percentage of anti inflammation effect according to Langford methods. Distribution of data was analyzed statitically by Kolmogorov-Smirnov, continued with one way ANOVA (p=0,05) and Scheffe test.

The result shows that tomato juice had anti inflammation effect. The percentage of anti inflammatory effect of treatment tomato juice in dosage 1,875 g/kgBW; 3,75 g/kgBW; 7,5 g/kgBW; and 15 g/kgBW is 11,81%; 22,25%; 33,89%; and 40,98%.

(19)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Inflamasi merupakan suatu mekanisme proteksi tubuh terhadap gangguan

dari luar atau infeksi (Wibowo dan Gofir, 1998). Walaupun bukan penyakit,

inflamasi harus dikendalikan, sebab keluarnya mediator-mediator yang menyertai

proses inflamasi dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang serius.

Kerusakan sel yang menyertai peradangan menyebabkan pelepasan enzim lisosom

dari leukosit melalui kerja atas membran sel, kemudian asam arakhidonat

dilepaskan dari senyawa prekursor oleh fosfolipase. Dalam metabolisme asam

arakhidonat, dilepaskan leukotrien yang mempunyai efek kemotaktik kuat atas

eosinofil, neutrofil, dan makrofag. Perangsangan membran neutrofil menghasilkan

radikal bebas oksigen. Anion superoksida dibentuk oleh reduksi oksigen

molekular, yang bisa merangsang produksi molekul reaktif lain seperti hidrogen

peroksida dan gugus hidroksil. Interaksi senyawa ini dengan asam arakhidonat

menghasilkan pembentukan senyawa kemotaktik, sehingga mengekalkan proses

peradangan (Martin, 1995). Dengan demikian, inflamasi dipandang merugikan

sehingga diperlukan obat untuk mengendalikan inflamasi.

Saat ini banyak beredar obat-obat antiinflamasi modern, namun pada

kenyataannya penggunaan obat modern tersebut menimbulkan dampak sampingan

yang luas, terutamanya pada saluran pencernaan, sehingga masyarakat beralih

menggunakan obat tradisional. Dimana, selain harganya relatif lebih murah, bahan

(20)

baku obat tradisional lebih mudah didapatkan dan masyarakat meyakini bahwa

obat tradisional lebih aman daripada obat modern.

Salah satu tumbuhan yang berkhasiat obat adalah tomat. Penggunaan

tomat telah lama populer di kalangan masyarakat, baik digunakan sebagai

campuran sayuran, atau dikonsumsi sebagai buah segar. Kandungan spesifik

utama yang dimiliki tomat adalah likopen. Likopen termasuk dalam kelompok

karotenoid yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Antioksidan merupakan

agen protektif yang mampu menginaktivasi radikal bebas yang berperan penting

mengurangi terjadinya kerusakan yang diakibatkan oleh inflamasi. Selain dalam

bentuk tomat segar, likopen juga dapat diperoleh dalam produk olahan tomat.

Produk olahan tomat, selain mengubah rasa dan bentuk juga dapat

menambah khasiat yang dimiliki tomat. Berbagai cara pengolahan baik dengan

pemanasan maupun mekanik, misalnya dengan perubahan ukuran partikel (jus

tomat), akan memecah dinding sel sehingga melemahkan ikatan antara likopen

dan matriks jaringan, dengan demikian likopen menjadi bagian yang lebih mudah

diabsorbsi tubuh (Asroruddin, 2004).

Ketertarikan akan likopen meningkat pesat berkenaan dengan banyak

dipublikasikannya studi epidemiologi terkait dengan likopen (Clinton, 1998).

Likopen merupakan senyawa karotenoid utama yang terdapat dalam tomat

(Khachik et al, 2002). Tomat atau produknya, banyak mengandung zat-zat yang

bermanfaat bagi tubuh, antara lain : protein, lemak, zat besi, dan likopen

(psikaroten). Likopen adalah senyawa karotenoid yang tidak memiliki aktivitas

(21)

memiliki bioavaiabilitas lebih tinggi daripada tomat segar (Agarwal dan Rao,

2000). Likopen adalah senyawa antioksidan. Berdasarkan berbagai penelitian,

konsumsi tomat dan produk olahan tomat yang mengandung likopen

menggunakan kultur sel, hewan, dan penyelidikan epidemiologik menunjukkan

dapat mengurangi resiko penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit

kardiovaskuler (Anonim, 2002). Likopen mempunyai kemampuan mengikat

oksigen tunggal dua kali lebih tinggi daripada β-karoten dan 10 kali lebih kuat

daripada α-tokoferol (Anonim, 2004). Dengan demikian, likopen mampu

mencegah terbentuknya prostaglandin dan menetralkan radang dan nyeri, maka

kerusakan jaringan berlebihan dapat dikurangi (Tjay dan Rahardja, 2002).

Atas dasar uraian tersebut, peneliti tertarik untuk membuktikan kebenaran

khasiat jus tomat sebagai antiinflamasi. Sehingga diperoleh informasi yang dapat

mendasari penelitian-penelitian selanjutnya tentang obat antiinflamasi.

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang, permasalahan yang muncul dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. apakah jus tomat mempunyai khasiat sebagai antiinflamasi ?

b. berapakah besarnya daya antiinflamasi jus tomat ?

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka penelitian yang telah penulis lakukan,

(22)

mencit jantan belum pernah dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan antara

lain:

a. Kombinasi Sari Wortel (Daucus Carota, L) dan Tomat (Lycopersicon

lycopersicum, L) Sebagai Hepatoprotektor Mencit Terinduksi Parasetamol

(Febriyana, 2005)

Hasilnya bahwa kombinasi sari wortel dan tomat mempunyai efek

hepatoprotektif terhadap mencit jantan terinduksi parasetamol dengan dosis

0,33 mg/kgBB. Efek hepatoprotektif dibuktikan dengan menurunnya nilai

GPT – serum dan derajat kerusakan sel hati mencit akibat hepatotoksisitas

dari parasetamol. Efek hepatoprotektif kombinasi sari wortel dan tomat

perbandingan 1:1/4, 1:1/2, 1:1, 1:2, dan 1:4 berturut-turut sebesar 32%, 40%,

64%, 52% dan 56%. Kombinasi sari wortel dan tomat perbandingan 1:1

merupakan kombinasi yang paling baik sebagai hepatoprotektif terhadap

mencit terinduksi parasetamol.

b. Daya Antiinflamasi Kombinasi Jus Wortel (Daucus Carota, L) Dan Tomat

(Lycopersicon lycopersicum, L) Pada Mencit Jantan (Inaktia, 2005)

Hasilnya bahwa kombinasi jus wortel dan tomat memiliki daya

anti-inflamasi dan persentase daya anti-anti-inflamasi pada perbandingan 1 : 1/4 , 1 : ½,

dan 1 : 1 masing-masing sebesar 51,75 %; 62,35 %; dan 73,69 %. Potensi

daya anti-inflamasinya berturut-turut adalah 85,88 %; 103,50 %; dan 122,24

%. Kombinasi jus wortel dan tomat perbandingan 1:1 merupakan kombinasi

(23)

c. Efek Analgesik Jus Tomat (Solanum lycopersicum L.) Pada Mencit Putih

Betina (Sidharta, 2006)

Hasilnya bahwa jus tomat mempunyai efek analgesik. Hal ini terbukti

dengan kemampuan jus tomat untuk mengurangi nyeri akibat rangsang kimia.

Persen proteksi geliat dosis 1 g/kgBB, 2 g/kgBB, 4 g/kgBB, 8 g/kgBB, dan 16

g/kgBB berturut–turut adalah 26,7% ; 37,18% ; 47,34% ; 65,45 % dan 56,55 %.

3. Manfaat Penelitian

Dari penelitian tentang daya antiinflamasi jus tomat ini diharapkan akan

memperoleh manfaat sebagai berikut:

a. Secara teoritis : untuk menambah informasi kefarmasian terutama

mengenai khasiat buah tomat.

b. Secara praktis : penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

kepada masyarakat dalam mengkonsumsi obat tradisional khususnya

penggunaan jus tomat dalam menyembuhkan inflamasi.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai bahan

alam yang berkhasiat antiinflamasi.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui kebenaran khasiat jus tomat sebagai antiinflamasi.

(24)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Tanaman Tradisional

Teknologi yang semakin canggih dan ilmu pengetahuan yang semakin

berkembang ternyata tidak mampu begitu saja menggeser arti dan peran

pengobatan tradisional. Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan, obat tradisional didefinisikan sebagai bahan atau ramuan bahan yang

berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau

campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim, 1992).

B. Tanaman Tomat 1. Klasisfikasi umum

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Species : Solanum lycopersicum L. (Van Steenis, 1992)

2. Nama

a. Sinonim

Lycopersicum esculentum Mill.

(25)

Lycopersicon lycopersicum L.

a. Nama daerah

Sumatera : terong kaluwat, reteng, cung asam. Jawa : kemir, leunca komir

(Sunda), ranti bali, ranti endel, ranti kenong, rante, rante raja, terong

sabrang, tomat (Jawa). Sulawesi : kamantes, samate, samatet, samante,

temantes, komantes, antes, tamato, tamati, tomate.

b. Nama asing

Fan ie, xi hong shi (China), tomaat (Belanda), tomate (Jerman), pomme

d’amour, tomate (Perancis), love apple, tomato (Inggris).

c. Nama simplisia

Lycopersici esculenti Fructus (buah tomat). (Dalimartha, 2003)

3. Morfologi

Terna setahun, tumbuh tegak atau bersandar pada tanaman lain, tinggi 0,5–

2,5 m, bercabang banyak, berambut, dan berbau kuat. Batang bulat, menebal pada

buku-bukunya, berambut kasar warnanya hijaukeputihan. Daun majemuk

menyirip, letak berseling, bentuknya bundar telur sampai memanjang, ujung

runcing, pangkal membulat, helaian daun besar, tepinya bergerigi, panjang 10 –

40 cm, warnanya hijau muda (Dalimartha, 2003). Bunga majemuk terdiri dari 4

sampai 14 bunga, letak bunga di antara buku, pada ruas, menggantung (Pracaya,

1998), bunga berkumpul dalam rangkaian berupa tandan, bertangkai, mahkota

berbentuk bintang, warnanya kuning. Buahnya buah buni, berdaging, kulitnya

(26)

2003). Biji tomat berukuran kecil, lebar 2 – 4 mm, panjang 3 – 5 mm, bentuknya

seperti ginjal, ringan, berbulu (Pracaya, 1998)

3. Kandungan Kimia

Tomat mengandung alkaloid solanin, saponin, asam folat, bioflavonoid,

tomaton, mineral (Ca, Mg, S), vitamin (B1, C, E), gula (Dalimartha, 2003),

protein, lemak, beta karoten 0,3 – 0,52 mg/g, lutein rata-rata 100 g buah tomat

mengandung 3-5 mg likopen (Asroruddin, 2004).

4. Khasiat dan kegunaan

Buah tomat berkhasiat sebagai antiseptik, laksatif, mengatasi gangguan

pencernaan, radang saluran nafas, dan usus buntu. Tomatin dapat berkhasiat

antiradang dan menurunkan permeabilitas pembuluh darah. Likopen dapat

mencegah timbulnya tumor dan mengurangi resiko terkena penyakit jantung

(Dalimartha, 2003).

C. Radikal bebas dan Antioksidan

Radikal bebas adalah senyawa, atom, atau ion dengan struktur kimia

yang terdiri dari elektron tak berpasangan atau ganjil. Elektron yang tidak

memiliki pasangan ini bersifat sangat reaktif, karena selalu berusaha untuk

mencari pasangan elektron lainnya agar menjadi bentuk yang stabil (Fessenden

and Fessenden, 1997). Pencarian pasangan elektron ganjil lainnya oleh radikal

bebas dalam tubuh, dapat terjadi dengan cara menarik elektron yang berasal dari

struktur sel-sel tubuh. Akibatnya dapat menyebabkan kerusakan sel, kerusakan ini

(27)

Radikal bebas kebanyakan berasal dari reaksi redoks biokimiawi yang

melibatkan O2 yang terjadi sebagian dari metabolisme sel normal namun dapat

diinisiasi oleh pemaparan cahaya UV, polutan lingkungan, dan asap rokok

(Diantini dan Safitri, 2001). Radikal bebas terpenting yang terdapat dalam tubuh

adalah radikal derivat oksigen atau sering disebut sebagai Reactive Oxygen

Species (ROS). Radikal-radikal tersebut berada dalam bentuk triplet (3O2), singlet

(1O2), superoksida (O2.), radikal hidroksida (OH.), nitrit oksida (NO.), dll

(Kurniani, 2001).

Proses perusakan organ tubuh oleh radikal bebas dapat dihambat dengan

jalan memberikan antioksidan (Tjay dan Rahardja, 2002). Antioksidan adalah

senyawa yang mampu menghambat oksidasi, atau juga disebut dengan inhibitor

radikal bebas (Fessenden dan Fessenden, 1997). Ketika suatu radikal bebas

mendapatkan pasangan elektronnya yang berasal dari suatu antioksidan, maka

radikal bebas tersebut tidak perlu mencari dan berikatan dengan sel–sel dalam

tubuh.

Secara nyata, setelah antioksidan mendapatkan sebuah elektron dari suatu

radikal bebas, maka akan terbentuk radikal bebas yang baru. Tapi pada keadaan

ini, radikal bebas hasil pengikatan dengan antioksidan tidak bersifat reaktif,

karena antioksidan mampu mengubah elektron tersebut ke energi yang lebih

rendah (Anonim, 2004). Antioksidan yang terpenting antara lain : vitamin A,

vitamin E, vitamin C, likopen, katalase, superoxide-dismutase (SOD), glutation

(28)

D. Likopen

Likopen merupakan pigmen yang disintesis oleh tanaman dan

mikroorganisme, yang memberikan warna merah kekuningan pada buah dan

sayuran, dan termasuk dalam kelompok karotenoid (Asroruddin, 2004). Seperti

golongan karotenoid lain, likopen memiliki bioavailabilitas yang tergantung pada

sumber makanan asupan, ukuran partikel, dan lokasi karotenoid dalam kloroplast

(Russell dan Sergio, 1999).

CH3 CH3 CH3

CH3 CH3 CH3

H3C

CH3

CH3

CH3

Gambar 1. Struktur Kimia Likopen (Anonim, 2001)

1. Sifat fisik dan kimiawi

Likopen mempunyai rumus molekul C40H56 dan titik cair 1720C – 1750C.

bentuk kristal seperti jarum, panjang, dalam bentuk tepung berwarna kecoklatan.

Larut dalam kloroform, benzena, heksena, dan pelarut organik lainnya dan

bersifat hidrofobik kuat. Dapat mengalami degradasi melalui proses isomerisasi

dan oksidasi karena cahaya, oksigen, suhu tinggi, teknik pengeringan, proses

pengelupasan, penyimpanan dan asam. Likopen merupakan suatu hidrokarbon

polien dengan rantai asiklik terbuka tak jenuh, mempunyai 13 ikatan rangkap, 11

(29)

aktivitas provitamin A. Di alam, dalam bentuk all-trans yang secara

termodinamika merupakan bentuk yang stabil. Dengan pengaruh cahaya dan

pemanasan bentuk all-trans dapat berubah menjadi isomer mono atau poli cis

(Thomas, Amy, dan John,1998).

Dalam serum dan jaringan manusia lebih dari 50% berada dalam isomer

cis (Thomas W., et al, 1998). Secara umum isomer cis bersifat lebih polar,

mempunyai kecenderungan yang lebih rendah untuk menjadi kristal, lebih larut

dalam minyak dan pelarut hidrokarbon, lebih mudah masuk ke dalam sel serta

bersifat kurang stabil dibanding isomer trans. Likopen dengan strukturnya yang

khas menunjukkan sifat yang unik sebagai antioksidan, berupa kemampuan

mengikat oksigen tunggal dan menangkap peroksida. Kemampuan mengikat

oksigen tunggal dua kali lebih tinggi daripada β-karoten dan 10 kali lebih kuat

daripada α-tokoferol (Sudrajat dan Gunawan, 2003 cit Asroruddin, 2004).

2. Metabolisme

Bioavailabilitas likopen dipengaruhi oleh bentuk molekul, jumlah likopen

dalam makanan, kandungan matriks bahan makanan, medium lemak atau minyak,

efek serat makanan, dan interaksi dengan karotenoid lain. Metabolisme likopen

terjadi bersamaan dengan metabolisme lemak. Di dalam duodenum setelah

dicerna oleh lipase pankreas dan diemulsi garam empedu, bahan yang

mengandung likopen masuk ke dalam mukosa sel usus melalui difusi pasif.

Selanjutnya dibawa ke dalam aliran darah melalui sistem limfatik. Likopen

didistribusikan ke jaringan terutama melalui Low Density Lipoprotein (LDL).

(30)

kelenjar adrenal, hati dan prostate. Saat ini telah diidentifikasi dua metabolit

likopen pada serum dan Air Susu Ibu (ASI) yang dikenal dengan

2,6-cyclolycopene-1, 5-diol tipe I dan II (Sudrajat dan Gunawan, 2003 cit Asroruddin,

2004).

3. Sumber

Beberapa produk olahan tomat termasuk saus, jus tomat dan saus pizza

adalah sumber utama likopen terbanyak yang dikonsumsi masyarakat USA.

Jumlahnya mencapai 80 % dari total konsumsi masyarakat amerika (Smith, 2001).

Likopen paling banyak ditemukan dalam tomat. Kandungan likopen pada

tomat tergantung jenis, kematangan, dan lingkungan dimana ia tumbuh. Selain

pada tomat, likopen juga banyak ditemukan pada jambu biji merah, anggur merah,

pepaya, wortel, ubi merah, apel, dan semangka. Produk olahan tomat seperti jus,

kecap, pasta, saus, dan sop, merupakan sumber likopen yang baik. Kadar likopen

pada bahan makanan olahan lebih tinggi daripada bahan makanan segar sehingga

dapat meningkatkan kadar likopen dalam darah. Sebenarnya kadar likopen dalam

makanan tergantung olahan dan cara pengolahan baik secara mekanik maupun

pemanasan akan memecah dinding sel yang kokoh sehingga melemahkan ikatan

antara likopen dan matriks jaringan, dengan demikian likopen akan menjadi

bagian yang lebih mudah diabsorbsi tubuh (Anonim, 2003 cit Asroruddin, 2004).

4. Dosis yang Dianjurkan dan Efek Samping

Sampai saat ini belum ada data resmi yang menyatakan jumlah likopen

yang dianjurkan dalam sehari. Dari penelitian yang dilakukan oleh Agarwal dan

(31)

oksidasi Low Density Lipoprotein (LDL) secara bermakna dan menurunkan

kanker sebesar 50%. Dari data lain didapatkan bahwa orang yang mengkonsumsi

tomat dan olahannya setidaknya sepuluh kali dalam seminggu atau 6,5 mg likopen

per hari, mempunyai resiko yang lebih rendah untuk menderita kanker. Menurut

beberapa penelitian, tidak ada efek samping dari asupan likopen dan aman bagi

manusia, terutama dari buah-buahan dan sayuran yang dimakan, sedangkan untuk

untuk likopen dalam bentuk suplemen belum diketahui efek samping potensialnya

(Agarwal dan Rao, 1998). Namun sejauh penelusuran yang dilakukan, dosis yang

dianjurkan untuk mengurangi terjadinya peradangan belum diketahui.

E. Inflamasi 1. Definisi

Inflamasi merupakan suatu mekanisme protektif tubuh terhadap gangguan

dari luar atau infeksi (Wibowo dan Gofir, 2001). Inflamasi adalah suatu usaha

tubuh untuk menginaktifasi atau merusak organisme yang menyerang,

menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan (Mycek,

Harvey, dan Champe, 2001). Inflamasi secara umum dibagi dalam 3 fase, yakni :

inflamasi akut, respon imun, dan inflamsi kronis. Inflamasi akut merupakan

respon awal terhadap cedera jaringan; hal tersebut terjadi melalui mekanisme

pelepasan mediator kimia dan pada umumnya didahului respon imun (Katzung,

2001).

Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan

(32)

yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut secara kronis. Akibat dari

respon imun bagi hospes mungkin menguntungkan, sebab organisme penyerang

difagositosis atau dinetralisir, sebaliknya akibat tersebut juga dapat merusak bila

menjurus pada inflamasi kronis tanpa penguraian dari proses cidera yang

mendasarinya. Inflamasi kronis melibatkan keluarnya sejumlah mediator yang

tidak menonjol dalam respon akut seperti interleukin-1, 2, 3, Granulosyte

Macrophage Colony Stimulating Factor (GM-CSF) serta interferon (Katzung,

2001).

2. Gejala

Lima ciri khas dari inflamasi, dikenal sebagai tanda-tanda utama inflamasi

adalah kemerahan (rubor), panas meningkat (calor), pembengkakan (tumor),

nyeri (dolor), serta gangguan fungsi (fungsio laesa). Rubor atau kemerahan

biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami

peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol yang mensuplai

daerah tersebut melebar akibat adanya pelepasan mediator kimia yakni histamin.

Dengan demikian lebih banyak darah yang mengalir ke dalam mikrosirkulasi

lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja yang meregang

dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini yang dinamakan hiperemia

atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut (Price

dan Wilson, 1992).

Calor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi

(33)

badan, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 370C, yaitu suhu di dalam

tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas daripada sekelilingnya,

sebab terdapat lebih banyak darah (pada suhu 370C) yang disalurkan dari dalam

tubuh ke permukaan daerah yang terkena daripada yang disalurkan ke daerah

yang normal (Price &Wilson, 1992).

Tumor atau pembengkakan merupakan tahap kedua dari inflamasi yang

timbul akibat pengiriman cairan serta sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan

radang (Wilmana, 1995). Oleh karena kinin mendilatasi arteriol dan

meningkatkan permeabilitas kapiler, maka plasma merembes ke dalam jaringan

interstitial pada tempat cedera.

Dolor atau rasa sakit dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan

berbagai cara, antara lain perubahan pH lokal, perubahan konsentrasi lokal ion-ion

tertentu, pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif

lainnya yang dapat merangsang saraf. Pembengkakan jaringan yang meradang

mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang dapat menimbulkan rasa sakit

(Price dan Wilson, 1992).

Functio laesa atau perubahan fungsi terjadi karena bagian yang bengkak

dan nyeri disertai sirkulasi abnormal dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal

menyebabkan fungsi jaringan yang meradang menjadi terganggu (Price dan

Wolson, 1992).

Peradangan juga ditandai dengan munculnya sifat-sifat yaitu vasodilatasi

pembuluh darah lokal dengan akibat terjadinya aliran darah lokal yang berlebihan,

(34)

dalam ruang interstitial, pembengkakan cairan dalam ruang tersebut yang

disebabkan oleh sejumlah kebocoran fibrinogen dan protein lainnya yang

belebihan, dan pembengkakan sel. Bahan-bahan yang dihasilkan oleh jaringan

yang menimbulkan reaksi ini, meliputi histamin, bradikinin, serotonin, dan

prostaglandin. Bahan-bahan ini mengaktifkan sistem makrofag untuk merusak

jaringan dan selanjutnya dapat melukai sel-sel jaringan yang masih hidup

(Guyton, 1996).

eksudasi Perangsangan reseptor nyeri Gangguan

sirkulasi lokal

pemerahan panas Pembeng kakan

Gangguan fungsi

nyeri

Gambar 2. Patogenesis dan gejala peradangan (Mutschler, 1986)

3. Mekanisme

Kerusakan sel yang menyertai perdangan menyebabkan pelepasan enzim

lisosom dari leukosit melalui kerja atas membrane sel, kemudian asam

arakhidonat dilepaskan dari senyawa precursor oleh fosfolipase (Mycek dkk,

2001). Enzim siklooksigenase merubah asam arakidonat menjadi prostaglandin

dan tromboksan. Lipoksigenase ialah enzim yang merubah asam arakidonat

(35)

eosinofil, neutrofil, dan makrofag dan mendorong terjadinya bronkokonstriksi dan

perubahan permeabilitas vaskuler. Kinin dan histamin juga dikeluarkan di tempat

kerusakan jaringan, sebagai unsur komplemen dan produk leukosit dan platelet

lain. Stimulasi membran neutrofil menghasilkan free radicals derivat oksigen.

Anion superoksid dibentuk oleh reduksi oksigen molekuler yang dapat memacu

produksi molekul lain yang reaktif, seperti hidrogen peroksid dan hydroxyl

radicals. Interaksi substansi-substansi ini dengan asam arakidonat menyebabkan

munculnya substansi kemotaktik, oleh karena itu melestarikan proses inflamasi

(Wibowo dan Gofir, 2001).

Prostaglandin dan senyawa yang berkaitan (tromboksan, leukotrien,

asamhidroperoksieikosatetraenoat/HPETE dan

asamhidroksieikosatetraenoat/HETE) diproduksi dalam jumlah kecil oleh semua

jaringan. Umumnya bekerja lokal pada jaringan tempat prostaglandin tersebut

disintesis, dan cepat dimetabolisme menjadi produk inaktif pada tempat kerjanya.

Karena itu, prostaglandin tidak bersikulasi dengan konsentrasi bermakna dalam

darah (Mycek dkk, 2001)

Metabolisme asam arakhidonat berlangsung melalui salah satu dari dua

jalur utama, yaitu sesuai dengan enzim yang mencetuskan reaksi:

1. jalur siklooksigenase (COX)

Mula-mula dibentuk suatu endoperiksida siklik prostaglandin G2 (PGG2),

yang kemudian dikonversi menjadi prostaglandin H2 (PGH2) oleh peroksidase.

PGH2 sendiri sangat tidak stabil, lalu membentuk prostasiklin (PGI2) dan

(36)

prostaglandin F2 (PGF2). Aspirin dan agen antiinflamasi non steroid (AINS)

seperti indometasin menghambat siklooksigenase dan karena itu menghambat

sintesis prostaglandin (Robbin dan Kumar, 1995).

Telah diteliti bahwa ada dua isoenzim siklooksigenase yaitu

siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2). Di dalam tubuh

COX-1 merupakan bentuk yang lebih dominan. Enzim COX-1 disebut juga

sebagai enzim “constitutive” yang mengubah PGH2 menjadi beberapa jenis

prostaglandin (PGE2, PGI2) dan tromboksan (TXA2) yang dibutuhkan dalam

fungsi homeostatis. Enzim COX-1 terdapat di kebanyakan jaringan, antara lain di

ginjal dan saluran cerna. Enzim COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat di

jaringan, tetapi dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang dan dalam

sel-sel imun, sel endotel pembuluh darah dan fibroblast sinovial, sangat mudah

diinduksi oleh berbagai mekanisme, akan mengubah PGH2 manjadi PGE2 yang

berperan dalam kejadian inflamasi, nyeri dan demam. Oleh karena itu, COX-2

dikenal sebagai enzim pertahanan. Tapi pada kenyataannya,, baik COX-1 dan

COX-2 adalah isoenzim yag dapat diinduksi. Menurut perkiraan, penghambatan

COX-2 lebih memberikan efek antiinflamasi terhadap obat antinflamasi non

steroid (Lelo, 2002).

2. jalur lipoksigenase

Jalur ini merupakan jalan lain. Reaksi awal pada jalur ini ialah

adanya tambahan gugus hdroperoksi pada posisi karbon 5-, 12-, 15- yang oleh

enzim masing-masing membentuk lipoksigenase-5, lipoksigenase-12,

(37)

metabolit-metabolit hasil kerjanya berciri khas. Derivat 5-hidroperoksi asam

arakhidonat yang disebut HPETE, sangat tidak stabil dan direduksi sebagai

5-HETE (yang bekerja kemotaksis untuk neutrofil) atau diubah menjadi golongan

leukotrien. Leukotrien pertama yang dihasilkan dari 5-HPETE disebut leukotrien

A4 (LTA4), kemudian oleh hidrolisis enzim membentuk leukotrien B4 (LTB4) atau

leukotrien C4 (LTCa) dengan penambahan glutation. Leukotrien C4 diubah

menjadi leukotrien D4 (LTD4) dan akhirnya menjadi leukotrien E4 (LTE4).

Leukotrien B4 merupakan agen kemotaksis kuat dan menyebabkan agregasi

neutrofil. Leukotrien C4 dan LTD4 menyebabkan vasokonstriksi, spasmus bronkus

dan meningkatkan permeabilitas vaskular (Robbin, dan Kumar, 1995). Skema dari

mediator-mediator yang berasal dari asam arakidonat dan titik tangkap kerja obat

(38)

PGE2

Gambar 3. Diagram mediator-mediator inflamasi yang berasal dari fosfolipida beserta aksinya, serta titik tangkap kerja obat anti-inflamasi (Rang, Dale, Ritter dan Moore, 2003)

Keterangan:

PG = prostaglandin PGI2 = prostasiklin

TX = troboksan LT = leukotrien

HETE = hydroxyeicosatetraenoic acid HPETE = hydroperoxyeicosatetraenoic acid PAF = platelet-activating factor

(39)

F. Obat Antiinflamasi

Obat antiinflamasi secara umum dibagi menjadi dua golongan, yaitu

golongan steroid dan golongan non steroid (AINS). Golongan steroid bekerja

dengan menghambat pembentukkan asam arakidonat dari fosfolipida oleh enzim

fosfolipase, sehingga pembentukkan prostaglandin dan leukotrien tidak terjadi,

obat antiinflamasi golongan non steroid menghambat sintesis prostaglandin di

mana kedua jenis siklooksigenase (COX) dihambat (Tjay dan Rahardja, 2002).

Sediaan AINS mempunyai struktur kimia yang heterogen dan berbeda di

dalam farmakodinamiknya. Oleh karena itu berbagai cara telah diterapkan untuk

mengelompokkan AINS, apakah menurut struktur kimianya, tingkat keasaman,

atau ketersediaan awal (pro-drug atau bukan). Meskipun secara umum, sebagai

antiinflamasi AINS bekerja dengan menghambat biosintesis prostaglandin, namun

sekarang AINS dikelompokkan menurut selektivitasnya dalam menghambat

aktivitas COX-1 dan COX-2, apakah selektif sebagai penghambat COX-1 atau

non selektif (Lelo, 2002).

Golongan obat AINS ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga

konversi asam arakhidonat menjadi PGG2 terganggu. Respon individual terhaap

AINS bisa sangat bervariasi walaupun obatnya tergolong dalam kelas atau derivat

kimiawi yang sama. Sehingga kegagalan dengan suatu obat bisa dicoba dengan

obat sejenis dari derivat kimiawi yang berbeda.

Semua AINS merupakan iritan mukosa lambung walaupun ada perbedaan

(40)

dilaporkan sehingga fungsi ginjal perlu lebih diperhatikan pada penggunaan obat

ini (Wilmana, 1995).

G. Natrium diklofenak ( Diklofenak-Na )

Diklofenak-Na termasuk turunan fenilasetat. Absorbsi obat ini melalui

saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99% pada protein

plasma dan mengalami efek lintas awal sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruh

singkat yakni 1-3 jam, diklofenak-Na diakumulasi di cairan sinovial yang

menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat

tersebut.

Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit

kepala sama seperti obat AINS, pemakaian obat ini harus berhati-hati pada

panderita tukak lambung. Peningatan enzim transaminase dapat terjadi pada 15%

pasien dan pada umumnya kembali normal. Pemakaian selama kehamilan tidak

dianjurkan. Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari, terbagi dalam 2 atau 3 dosis

(Wilmana, 1995)

Diklofenak-Na termasuk NSAID yang terkuat daya antiiradang dengan

efek samping yang kurang keras dibanding dengan obat antiinflamasi non steroid

lainnya (indometasin, peroxicam). Obat ini sering digunakan untuk segala macam

(41)

H. Metode Uji Daya Antiinflamasi

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur daya

antiiflamasi. Metode-metode itu antara lain dikemukakan oleh Evans dan

Williamson (1996):

1. inflamasi (eritema dan udem) pada telinga hewan pengerat.

Pada metode ini digunakan mencit putih dewasa dengan berat badan lebih

kurang 20 g untuk pengukuran eritema dan udem, sedangkan tikus untuk

pengukuran udem. Iritan yang digunakan untuk menginduksi eritema atau udem

antara lain: minyak kroton, asam arakhidonat, dan etil fenil propionate. Sebagai

antagonisnya adalah ekstrak tanaman. Antagonis pembanding yang digunakan

adalah indometasin, quersetin, atau thioanisol.

Dalam metode ini terdapat prosedur berupa perlakuan sebagai berikut:

hewan uji dibagi dalam beberapa kelompok dimana setiap kelompok terdiri atas

5-7 hewan. Ekstrak tanaman atau bahan antiinflmasi diberikan pada ujung telinga

menggunakan mikropipet kurang lebih 15 menit sebekum pemberian iritan (pada

area yang sama). Uji eritema ini paling mudah dilakukan pada mencit karena

mempunyai telinga yang transparan. Kemudian dilakukan penilaian eritema

dengan melakukan pengamatan pada bagian telinga mencit. Juka terjadi eritema

yang nyata diberi tanda ++, jika eritemanya sedikit (ringan) diberi tanda +, dan

jika tidak terjadi ertitema 0. Penilaian udem dilakukan dengan memotong salah

(42)

2. uji udema pada telapak kaki tikus

Hewan uji yang digunakan adalah tikus dengan berat badan 120-180 g.

Bahan penginduksi radang yang digunakan adalah karagenin 1% dalam NaCl

0,9% b/v dengan volume sebesar 0,1 ml untuk tikus dan 0,05 ml untuk mencit;

kapsaisin 1-10 µg/kg dalam 10% atau dalam tween 80 atau NaCl 0,9%; dekstrin

6% b/v dalam gom akasia 2% b/v sebanyak 0,1 ml; dan kaolin yang disuspensikan

dalam NaCl 0,9% atau gom arab 0,9%.

Adapun prosedur dari metode ini sebagai berikut: hewan uji dibagi dalam

beberapa kelompok dimana setiap kelompok terdiri atas 6-8 ekor hewan. Ekstrak

tanaman diberikan satu jam sebelum bahan peradang diberikan secara oral atau 30

menit sebelumnya jika diberikan secara intra perotonial. Kemudian penghambatan

dari udema kaki digunakan sebagai ukuran aktivitas antiinflamasi. Udema kaki

terbentuk karena injeksi subplantar bahan peradang pada kaki kanan belakang.

Volume telapak kaki diukur pada selang waktu 1 jam sampai 5 jam. Pada mencit,

pengukuran umumnya dilakukan dengan mengorbankan mencit lalu memotong

kaki pada pergelangannya, selanjutnya udema diukur dengan membandingkan

volume kaki yang dibengkakkan dengan kaki yang tidak dibengkakkan.

3. uji induksi arthritis pada tikus atau mencit

Hewan uji yang digunakan adalah tikus galur Charles foster dengan berat

badan 120-180 g dan mencit galur Swiss dengan berat badan 18-26 g. Prosedur

dari metode ini adalah membagi mencit beberapa kelompok dimana tiap

kelompok terdiri atas 5 ekor per dosis. Induksi artritis dilakukan dengan

(43)

(yang sudah dimatikan) 0,5% b/v dalam parafin cair secara intradermal pada kaki

belakang (0,05 ml untuk tikus dan 0,025 ml untuk mencit). Obat antiinflamasi

diberikan sehari sebelum injeksi bahan penginduksi artritis dan dilanjutkan sesuai

yang diinginkan sampai 28 hari, untuk memberikan informasi tentang

perkembangan artritis dan pengobatan kronik. Pengukuran dilakukan ketika

pembengkakan muncul (biasanya pada hari ke-13) menggunakan metode

pemindahan volume seperti pada uji udema. Ekstrak tanaman yang diuji

disuspensikan dalam gom akasia atau pelarut yang lain yang sesuai.

Selain metode-metode di atas ada pula metode-metode lain:

a. tes granuloma

Hewan uji yang digunakan berupa tikus betina galur Wistar dengan berat badan

rata-rata 150 g, diinjeksi secara subkutan dengan 25 ml udara, kemudian

diinjeksikan 0,5 ml minyak kapas sebagai senyawa kimia yang merangsang

pembentukan udema. Hari kedua setelah pembentukkan kantong, udara

dihampakan. Pada hari ketiga, kantong ditekan secara manual untuk mencegah

terjadinya perlekatan. Pada hari keempat, kantong dibuka dan cairan eksudat

disedot lalu volumenya diukur (Turner, 1965).

b. percobaan invitro

Percobaan invitro ini berdasarkan pada kemampuan suatu obat untuk

melepaskan diri dari proses oksidasi fosforilasi, tetapi tidak semua

penghambatan eksudasi fosforilasi adalah antiinflamasi, misalnya

(44)

Adapun metode yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada konsep

metode Langford et al. yang telah dimodifikasi. Perbedaannya dengan metode

Langford et al adalah pada penggunaan zat peradang serta perlakuan pada kaki

bagian belakang, yaitu menggunakan zat peradang suspensi ragi 5%; dan pada

kedua kaki bagian belakang diberi perlakuan yang sama (kedua kaki bagian

belakang disuntik zat peradang, baik kelompok perlakuan maupun kelompok

kontrol), sedangkan pada penelitian ini zat peradang yang digunakan adalah

suspensi karagenin 1%; perlakuan kaki bagian belakang berbeda antara kaki kiri

dan kanan (kaki kiri disuntik suspensi karagenin 1% subplantar, sedangkan kaki

kanan disuntik subplantar tanpa karagenin sebagai kontrol).

Perhitungan besar kecilnya efek/respon antiinflamasi (yang dinyatakan

dalam daya, karena menunjukkan kuantitas) menurut metode Langford dinyatakan

sebagai berikut:

Persen (%) daya antiinflamasi = D

D U

x 100%

Keterangan :

U: rata-rata berat kaki kelompok karagenin (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat kaki normal (kaki kanan)

D: rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat kaki normal (kaki kanan)

Perhitungan tersebut setelah dianalisis lebih lanjut, ternyata terdapat

perbedaan dengan cara perhitungan yang digunakan oleh Inaktia (2005), yaitu

dengan menghitung selisih rata berat kaki kelompok karagenin dengan

rata-rata berat kaki kelompok perlakuan dibandingkan dengan rata-rata-rata-rata berat kaki

(45)

sehingga rumus untuk perhitungan persen daya antiinflamasinya adalah sebagai

berikut:

Persen (%) daya antiinflamasi = U

D U

x 100%

Keterangan :

U: rata-rata berat kaki kelompok karagenin (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat kaki normal ( kaki kanan )

D: rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat kaki normal ( kaki kanan )

Sebenarnya dasar pemikiran dari kedua cara perhitungan ini adalah sama, dimana

dengan bentuk lain ditulis sebagai berikut:

Persen (%) daya antiiflamasi = D

Persen (%) daya antiinflamasi = U

U: rata-rata berat kaki kelompok karagenin (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat kaki normal ( kaki kanan )

D: rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat kaki normal ( kaki kanan )

Letak perbedaannya adalah bahwa pada metode Langford, persen (%) daya

(46)

kelompok karagenin dengan rata-rata berat kaki kelompok perlakuan

dibandingkan dengan rata-rata berat kaki kelompok perlakuan, sedangkan pada

cara perhitungan yang digunakan oleh (Inaktia, 2005) adalah persen (%) daya

antiinflamasi kelompok perlakuan merupakan hasil perbandingan selisih rata-rata

berat kaki kelompok karagenin dengan rata-rata berat kaki kelompok perlakuan

dibandingkan dengan rata-rata berat kaki kelompok karagenin. Kedua cara

perhitungan ini sama-sama dapat memberikan hasil negatif (-) bila harga U < D.

I. Landasan teori

Inflamasi adalah suatu usaha tubuh untuk menginaktifasi atau merusak

organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat

perbaikan jaringan (Mycek dkk, 2001). Reaksi inflamasi yang diinduksi karagenin

mempunyai dua fase: fase awal dan akhir. Fase awal berakhir setelah 60 menit

dan dihubungkan dengan pelepasan histamin, serotonin, dan bradikinin. Fase

akhir terjadi antara 60 menit setelah injeksi dan berakhir setelah tiga jam. Fase ini

dihubungkan dengan pelepasan prostaglandin dan neutrofil yang menghasilkan

radikal bebas, seperti hidrogen peroksida, superoksida, dan radikal hidroksil

(Suleyman, Demircan, dan Karagoz, 2004).

Ketika terjadi peradangan dan nyeri maka akan dibebaskan pula radikal–

radikal oksigen yang mampu memperparah peradangan dengan cara mengambil

elektron–elektron dalam sel–sel di sekitar radang sehingga sel–sel tersebut akan

mengalami degenerasi bahkan mutasi (Anonim, 2002). Dengan adanya

(47)

radikal–radikal bebas di sekitar lokasi radang dan nyeri maka kerusakan jaringan

berlebih dapat dikurangi (Tjay dan Rahardja, 2002).

Dalam buah tomat mengandung suatu antioksidan penting yang

mempunyai kekuatan yang besar untuk mencegah terjadinya oksidasi, senyawa

tersebut adalah likopen. Likopen sendiri bekerja dengan memberikan elektronnya

kepada radikal–radikal bebas sehingga radikal–radikal bebas tersebut menjadi

stabil. Tomat sendiri banyak digunakan untuk menjaga daya tahan tubuh dengan

menangkal radikal–radikal bebas yang masuk ke tubuh.

Likopen terbukti dapat menetralisir reaksi oksidasi yang terjadi pada

LDL (Tjandrawinata, 2003), dimana likopen menghambat oksidasi LDL-C

menjadi ox-LDL sehingga akan mengurangi produksi ROS (Radical Oxygen

Spesies) serta memperbaiki disfungsi endotel (Suryadipraja cit Inaktia, 2005).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, diharapkan likopen yang

terkandung dalam jus tomat dapat mencegah sintesis prostaglandin dan

menetralkan radikal–radikal bebas di sekitar lokasi peradangan sehingga gejala

inflamasi yang terukur dapat diturunkan. Dengan demikian diharapkan jus tomat

memiliki efek antiinflamasi.

J. Hipotesis

Jus tomat (Solanum lycopersicum L.) mempunyai efek

antiinflamasi yang dinyatakan dengan penurunan bobot udema kaki mencit yang

(48)

BAB. III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental murni.

Berdasarkan cara pengambilan sampel dan jumlah variabel bebas, penelitian ini

menggunakan rancangan acak lengkap dengan pola satu arah.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel utama

Adapun variabel utama pada penelitian ini terdiri dari:

a) variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah dosis jus tomat yang diberikan

pada mencit jantan yang mengalami radang buatan dengan karagenin

pada waktu pengukuran tertentu.

b) variabel tergantung

Variabel tergantung penelitian ini adalah daya antiinflamasi jus tomat.

Daya antiinflamasi jus tomat merupakan kemampuan jus tomat untuk

mengurangi proses inflamasi pada kaki mencit akibat udema buatan

dengan injeksi suspensi karagenin 1% subplantar.

(49)

2. Variabel pengganggu

Adapun variabel pengganggu pada penelitian ini dikelompokkan menjadi:

a) variabel pengganggu yang terkendali:

1. jenis kelamin hewan uji: mencit jantan

2. galur hewan uji: mencit galur Swiss

3. umur mencit: 2-3 bulan

4. bobot mencit: 20-30 gram

5. cara pemberian jus: per oral

6. waktu pemberian jus: 15 menit sebelum diinjeksi karagenin

7. cara membuat jus: buah tomat segar diblender dengan aquades sebagai

pelarut

8. tempat pengambilan tomat

b) variabel pengganggu yang tak terkendali meliputi keadaan fisiologis tubuh

mencit.

C. Bahan dan Alat yang Digunakan dalam Penelitian 1. Bahan

a) Hewan uji: mencit jantan galur Swiss dengan usia 2-3 bulan, bobot badan

20-30 gram, yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

b) Bahan uji: Tomat (Solanum lycopersicum. L), diperoleh dari perkebunan tomat Kopeng Jawa Tengah.

c) Zat inflamatogen: karagenin tipe I (Sigma Chemical Co), yang diperoleh dari

Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,

(50)

d) Pensuspensi karagenin: larutan NaCl fisiologis 0,9% (Otsu-NS, Jepang), yang

diperoleh dari Instalasi Farmasi RS Panti Rapih, Yogyakarta.

e) Kontrol positif: diklofenak-Na (Wenzhou Pharmaceutical Factory) memenuhi

syarat BP98 yang diperoleh dari PT. Fahrenheit, Tangerang

f) Pelarut: aquadest produksi dari Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Alat

a) Alat-alat gelas: pipet tetes, beaker glass, gelas ukur, labu takar merek Pyrex.

b) Spuit injeksi oral (Terumo, Jepang).

c) Spuit injeksi 1 ml (Terumo, Jepang).

d) Gunting dan pinset.

e) Blender jus merk Phillips.

f) Timbangan analitik Mettler Toledo AB 204 (Germany).

(51)

D. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi Tanaman Tomat

Ciri-ciri yang terdapat pada tanaman tomat dideterminasi berdasarkan

buku acuan resmi.

2. Pengumpulan bahan

Buah tomat (Solanum lycopersicum. L) yang digunakan berasal dari

perkebunan tomat di Kopeng Jawa Tengah.

3. Pembuatan jus tomat

Buah tomat yang dipilih adalah buah tomat yang tidak rusak atau busuk,

kulit mulus, dan berwarna merah kemudian dimasukkan dalam blender dan

diblender sehingga didapat jus yang mengandung ampas buah dan diencerkan

menggunakan aquades hingga konsentrasi ± 0,75 gram/ml.

4. Penyiapan hewan uji

Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit putih jantan

galur Swiss, umur 2-3 bulan, bobot badan 20-30 gram. Satu hari sebelum

perlakuan mencit dipuasakan. Mencit yang dibutuhkan 110 ekor dan

dikelompokkan sebagai berikut:

a) dua puluh ekor mencit untuk percobaan pendahuluan waktu

pemotongan kaki setelah diinjeksi karagenin 1% subplantar

b) lima belas ekor mencit untuk percobaan pendahuluan pemberian dosis

(52)

c) lima belas ekor mencit untuk percobaan pendahuluan waktu pemberian

natrium diklofenak dengan dosis efektif.

d) dua puluh ekor mencit untuk percobaan pendahuluan waktu pemberian

jus tomat.

e) tiga puluh lima ekor mencit untuk perlakuan kontrol negatif karagenin

1%, kontrol negatif aquades, kontrol positif natrium diklofenak, dan

kelompok jus tomat dalam 4 peringkat dosis, masing-masing 5 ekor.

5. Pembuatan suspensi karagenin 1%

Karagenin ditimbang seksama 100 mg, dilarutkan dalam NaCl fisiologis

0,9% sampai volume 10 ml.

6. Penentuan dosis

a) Penentuan dosis suspensi karagenin 1%

Diketahui konsentrasi karagenin yang digunakan adalah 1% dan volume

pemberian adalah 0,05 ml, berat badan mencit rata-rata 20 gram = 0,02

kg

b) Penentuan dosis natrium diklofenak

Dosis natrium diklofenak yang digunakan pada uji pendahuluan adalah

(53)
(54)

c) Penentuan dosis jus tomat

Dalam penelitian ini jus tomat dibuat dalam 4 peringkat dosis yakni:

1,875 g/kgBB; 3,75 g/kgBB; 7,5 g/kgBB; dan 15 g/kgBB, dan

perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 18.

7. Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki mencit setelah injeksi

karagenin

Hewan uji dibagi dalam 4 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor,

diberi perlakuan pada kaki kiri bagian belakang diinjeksi suspensi karagenin

dengan dosis 25 mg/kgBB secara subplantar sedangkan kaki kanan bagian

belakang hanya disuntik dengan spuit injeksi subplantar tanpa suspensi karagenin

1%. Selanjutnya tiap kelompok hewan uji dikorbankan pada selang waktu

tertentu, yaitu 1, 2, 3, dan 4 jam setelah injeksi karagenin subplantar dan kedua

kaki belakangnya dipotong pada sendi torsocrural kemudian ditimbang.

8. Uji pendahuluan dosis efektif natrium diklofenak

Hewan uji dibagi dalam tiga kelompok, tiap kelompok 5 ekor, diberi

perlakuan natrium diklofenak peroral dengan dosis yang berbeda, kelompok I

dengan dosis 3,6 mg/kgBB; kelompok II dengan dosis 4,48 mg/kgBB; dan

kelompok III dengan dosis 5,6 mg/kgBB. Kemudian kaki kiri bagian belakang

diinjeksi suspensi karagenin 1% dengan dosis 25 mg/kgBB subplantar, sedangkan

kaki kanan bagian belakang hanya disuntik dengan spuit injeksi secara subplantar

tanpa injeksi karagenin 1%. Setelah beberapa lama, mencit dikorbankan, kedua

(55)

9. Uji pendahuluan waktu pemberian natrium diklofenak dengan dosis efektif

Hewan uji dibagi dalam tiga kelompok, tiap kelompok terdiri dari tiga

ekor mencit, diberi perlakuan dengan dosis efektif natrium diklofenak secara per

oral, dalam rentang waktu tertentu, yaitu 15, 30, dan 45 menit. Kemudian kaki kiri

bagian belakang diinjeksi suspensi karagenin dengan dosis 25 mg/kgBB secara

subplantar, kaki kanan bagian belakang disuntik dengan spuit injeksi secara

subplantar tanpa suspensi karagenin 1%. Beberapa lama kemudian mencit

dikorbankan, kedua kaki belakangnya dipotong pada sendi torsocrural kemudian

ditimbang.

10. Uji pendahuluan waktu pemberian jus tomat

Hewan uji dibagi dalam 4 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor

mencit, diberi perlakuan pemberian jus tomat dengan dosis yang sama, dalam

rentang waktu tertentu. Kelompok I dan II diberi jus tomat secara per oral 15 dan

30 menit sebelum injeksi suspensi karagenin 1% dengan dosis 25 mg/kgBB secara

subplantar, kelompok III dan IV diberi jus tomat secara per oral 15 dan 30 menit

sesudah injeksi suspensi karagenin 1% dengan dosis 25 mg/kgBB secara

subplantar. Beberapa waktu kemudian mencit dikurbankan, kedua kaki belakang

dipotong pada sendi torsocrural kemudian ditimbang.

11. Perlakuan hewan uji

Sebanyak 35 ekor mencit putih jantan dibagi secara acak menjadi tujuh

kelompok, tiap kelompok terdiri dari lima ekor. Masing-masing kelompok diberi

(56)

a) kelompok 1 (kelompok kontrol negatif karagenin)

Kaki kiri bagian belakang mencit diinjeksi suspensi karagenin 1% dengan

dosis 25 mg/kgBB subplantar, sedangkan kaki kanan bagian belakang

sebagai kontrol hanya disuntik subplantar tanpa karagenin.

b) kelompok 2 (kelompok kontrol aquades)

Aquades 0,5 ml diberikan peroral pada mencit dan setelah lima belas menit

kemudian kaki kiri bagian belakang diinjeksi suspensi karagenin 1%

subplantar, sedangkan kaki kanan bagian belakang hanya disuntik

subplantar tanpa karagenin.

c) kelompok 3 (kelompok kontrol natrium diklofenak)

Mencit diberi perlakuan secara peroral natrium diklofenak dosis 4,48

mg/kgBB berdasarkan uji pendahuluan sebelumnya, maka lima belas menit

kemudian kaki kiri bagian belakang diinjeksi suspensi karagenin 1% dengan

dosis 25 mg/kgBB secara subplantar, sedangkan kaki kanan bagian belakang

hanya disuntik subplantar tanpa karagenin.

d) kelompok 4 ( kelompok perlakuan jus tomat dosis 1,875 g/kgBB)

Mencit diberi jus tomat dosis 1,875 g/kgBB peroral. Lima belas menit

kemudian, mencit diinjeksi suspensi karagenin 1% dengan dosis 25

mg/kgBB secara subplantar, sedangkan kaki kanan bagian belakang hanya

disuntik subplantar tanpa karagenin.

e) kelompok 5 (kelompok perlakuan jus tomat dosis 3,75 g/kgBB)

Mencit diberi jus tomat dosis 3,75 g/kgBB peroral. Lima belas menit

(57)

mg/kgBB secara subplantar, sedangkan kaki kanan bagian belakang hanya

disuntik subplantar tanpa karagenin.

f) kelompok 6 (kelompok perlakuan jus tomat dosis 7,5 g/kgBB)

Mencit diberi jus tomat dosis 7,5 g/kgBB peroral. Lima belas menit

kemudian, mencit diinjeksi suspensi karagenin 1% dengan dosis 25

mg/kgBB secara subplantar, sedangkan kaki kanan bagian belakang hanya

disuntik subplantar tanpa karagenin.

g) kelompok 7 (kelompok perlakuan jus tomat dosis 15 g/kgBB)

Mencit diberi jus tomat dosis 15 g/kgBB peroral. Lima belas menit

kemudian, mencit diinjeksi suspensi karagenin 1% dengan dosis 25

mg/kgBB secara subplantar, sedangkan kaki kanan bagian belakang hanya

disuntik subplantar tanpa karagenin.

Pada tiap kelompok perlakuan hewan uji di atas, setelah kedua kaki

belakang diinjeksi secara subplantar, mencit dikurbankan pada selang waktu

empat jam dan kedua kaki belakangnya dipotong pada sendi torsocrural

kemudian ditimbang dengan timbangan analitik.

12. Perhitungan daya antiinflamasi

Data yang diperoleh dari hasil penimbangan berat kaki belakang mencit

digunakan untuk mengetahui daya antiinflamasinya baik dari perlakuan

(58)

Metode Langford et al (1972) digunakan untuk mengetahui daya

antiinflamasi jus tomat yang dihitung dalam persen (%) respon antiinflamasi

dengan rumus sebagai berikut :

Persen (%) daya antiinflamasi =

U = harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin

dikurangi rata-rata berat kaki normal (tanpa perlakuan)

D = harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan

dikurangi rata-rata berat kaki normal (tanpa perlakuan)

Untuk mengetahui potensi relatif efek antiinflamasi beta karoten terhadap

natrium diklofenak sebagai kontrol positif digunakan rumus:

Potensi relatif efek antiinflamasi = ×100%

⎥⎦

DAp = % efek antiinflamasi kelompok perlakuan

DAd = % efek antiinflamasi larutan natrium diklofenak

E. Analisis Hasil

Data yang diperoleh dari hasil penimbangan bobot kedua kaki belakang

mencit dan telah diubah menjadi persen (%) daya antiinflamasi dianalisis dengan

uji non parametrik Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui kehomogenan

distribusi datanya. Jika distribusi data normal, kemudian data dianalisis secara

statistik menggunakan metode analisis varian (Anova) pola satu arah dengan taraf

(59)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman Tomat

Determinasi ini dilakukan untuk memastikan kebenaran tanaman tomat.

Determinasi dilakukan terhadap tanaman tomat hingga status spesies di

Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Buku acuan yang digunakan oleh peneliti adalah buku kunci

determinasi yang disusun oleh Van Steenis.

Kunci determinasi tanaman tomat adalah sebagai berikut :

1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14b-15b-197b-208b-219a…

(111.Solanaceae)

1b-3b-5b-6b-7b………..(Solanum)

1a………Solanum lycopersicum L.

Dari determinasi tanaman yang dilakukan terbukti bahwa tanaman yang

dipakai adalah tomat. Gambar tanaman tomat terlampir.

Berdasarkan hasil determinasi ini tanaman tomat yang digunakan pada

penelitian ini adalah benar-benar tanaman tomat yang mempunyai nama ilmiah

Solanum lycopersicum L, sehingga penulis yakin secara pasti keaslian tanaman

yang digunakan. Surat keterangan determinasi dapat dibaca pada lampiran 1.

(60)

A. Percobaan Pendahuluan

Uji atau percobaan pendahuluan dilakukan pada tahap awal sebelum

melakukan perlakuan, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bahwa metode yang

dilakukan mempunyai kevalidan yang dapat diterima. Uji pendahuluan yang

dilakukan meliputi: waktu pemotongan kaki mencit, penetapan dosis efektif

natrium diklofenak dalam tiga peringkat dosis, waktu pemberian larutan natrium

diklofenak pada rentang waktu tertentu dan waktu pemberian jus tomat.

Data bobot udema kaki mencit yang diperoleh dianalisis dengan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui kehomogenan data yang dapat dilihat

pada signifikan lebih besar dari 0,05. Jika data yang diperoleh homogen, dapat

dilanjutkan dengan analisa varian (Anova) satu arah dengan taraf kepercayaan

95% untuk mengetahui adakah perbedaan data, yang dapat dilihat melalui nilai

signifikan kurang dari 0,05 dan dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk mengetahui

letak perbedaannya.

1. Orientasi waktu pemotongan kaki mencit

Uji pendahuluan waktu pemotongan kaki mencit dilakukan untuk

memilih kapan waktu yang tepat saat karagenin memberikan induksi udema

secara maksimal pada telapak kaki mencit. Uji pendahuluan waktu pemotongan

kaki dilakukan dengan membuat radang buatan menggunakan suspensi karagenin

1% yang diinjeksikan pada telapak kaki kiri bagian belakang mencit.

Data hasil uji pendahuluan waktu pemotongan kaki ini dianalisis dengan

Gambar

Tabel II.    Rata-rata bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan
Tabel VIII. Rata-rata bobot udema kaki mencit pada uji
Gambar 1. Struktur Kimia Likopen (Anonim, 2001)
Gambar 2. Patogenesis dan gejala peradangan (Mutschler, 1986)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Modul File memungkinkan pengajar untuk memasukkan materi ajar dalam bentuk file dokumen seperti word, power point, atau pdf.. File tersebut diunduh oleh siswa dan dibaca

Kawasan permukiman per- kotaan adalah kawasan yang diguna- kan untuk kegiatan permukiman dengan kegiatan utama non pertanian dan pada umumnya ditunjang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa dalam memahami materi integral lipat dua pada koordinat polar mata kuliah

Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien.

Dalam penelitian ini ada terdapat beberapa responden yang memiliki pengetahuan rendah dan kinerjanya kurang hal ini sesuai dengan data yang diperoleh bahwa ada

pendekatan yang kokoh, tetapi harus mengutamakan penanaman nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme di kalangan generasi muda. Hal tersebut dapat ditempuh melalui

[r]

[r]