INFORMASI
Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional
INSA
DITERBITKAN : DEWAN PENGURUS PUSAT INSA PENANGGUNGJAWAB : DEWAN PENGURUS HARIAN INSA EDISI : 27/XII/2017, DESEMBER 2017MERAH PUTIH
PASTI BISA
JAKARTA—Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) memberikan apresiasi terhadap terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 82 tahun 2017 tentang Ketentuan Penggunaan Angkutan Laut dan Asuransi Nasional untuk Ekspor dan Impor Barang Tertentu yang diterbitkan pada tanggal 26 Oktober 2017. Peraturan tersebut adalah bagian dari Paket Kebijakan Ekonomi XV dalam rangka deregulasi kebijakan nasional yang fokus untuk mengembangkan usaha dan daya saing penyedia jasa logistik nasional.
Melalui peraturan tersebut, Pemerintah berniat ingin memperbesar penguasaan pelayaran nasional pada kegiatan angkutan ekspor dan impor dengan mewajibkan eksportir batu bara dan
crude palm oil (CPO) serta importir beras dan impor barang pemerintah, menggunakan kapal yang dikuasai oleh angkutan laut Indonesia.
Permendag tersebut terdiri dari 13 pasal. Diantara pasal-pasal yang krusial adalah pasal 3 dan 5. Pada pasal 3, diatur tentang eksportir batubara dan CPO yang pengangkutannya diwajibkan menggunakan kapal yang dikuasai oleh perusahaan angkutan laut nasional.
Johnson menjelaskan lebih lanjut bahwa Pasal 5 telah melemahkan pasal 3 dan membuka peluang kepada perusahaan angkutan laut asing untuk menguasai pangsa ekspor dan impor tersebut. Oleh karena itu, DPP INSA meminta Pemerintah merevisi Permendag No.82 tahun 2017. ―Tujuannya supaya target Pemerintah untuk memperkuat daya saing perusahaan penyedia jasa logistik sesuai dengan Paket Kebijakan Ekonomi XV,‖ katanya.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), rencana produksi batubara nasional pada 2017 sebesar 312 juta ton dengan 250 juta ton diantaranya adalah untuk tujuan ekspor sedangkan sisanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sementara itu, berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), target produksi minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya pada 2017 mencapai 36,5 juta ton dengan target ekspor sebanyak 27 juta ton. (*)
Sedangkan untuk kegiatan importir, pengangkutannya wajib menggunakan kapal yang dikuasai perusahaan angkutan laut nasional atas impor beras dan impor barang dalam rangka pengadaan barang milik Pemerintah. Ketua Umum Indonesian National Shipowners Association (INSA) Johnson W. Sutjipto mengapresiasi Pemerintah atas terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan tersebut. ―Kami menyambut baik terbitnya peraturan tersebut,‖ katanya.
Menurut dia, keberadaan Pasal 3 di Peraturan tersebut akan memberikan dampak positif terhadap angkutan laut nasional dan penerimaan negara dari sektor pajak. Setiap kapal yang dioperasikan perusahaan angkutan laut nasional untuk angkutan luar negeri dikenai pajak, sedangkan kapal asing yang dikuasai perusahaan angkutan laut asing tidak dikenai pajak.
“Revisi Permendag 82/2017”
Komoditas
batubara
Target Ekspor Batubara
dan CPO 2017
CPO dan
turunannya
Sumber: Kementerian ESDM, Gapki
―Keberadaan Pasal 5
bertentangan dengan
prinsip dan tujuan
dibuatnya peraturan itu
sendiri sehingga harus
direvisi‖
250
Juta Ton
27
Juta Ton
INFORMASI
2
JAKARTA—Indonesian National Shipowners Association (INSA) menyampaikan dukungannya terhadap gagasan Persatuan Purnawirawan Angkatan Laut (PPAL) tentang
pentingnya menyatukan semua lembaga yang dapat melakukan penindakan hukum di laut seperti saat ini menjadi satu badan tersendiri.
Gagasan tersebut disampaikan dalam Diskusi Maritime Review 2017 yang dilaksanakan PPAL dan dihadiri sejumlah pihak, termasuk INSA, beberapa waktu lalu. Selain INSA, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) juga mendukung usulan tersebut.
Pada forum tersebut, Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto mengemukakan mendukung pembentukan satu badan yang menggabungkan instansi-instansi yang selama ini dapat melakukan penindakan hukum di laut sesuai dengan amanat UU No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran.
Saat ini, banyak lembaga yang diberi kewenangan oleh undang-undang untuk melakukan penindakan hukum di laut seperti TNI Angkatan Laut, Polisi Air, Kapal Pengawas Perikanan
(Kementerian Kelautan dan Perikanan), Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai (Kementerian Perhubungan), Bea dan Cukai (Kementerian Keuangan), TNI Angkatan Darat.
Johnson menyebutkan banyaknya instansi yang dapat melakukan tindakan
penegakan hukum di laut telah menjadi salah satu penyebab kurang efisiennya kegiatan pengiriman barang melalui laut di Indonesia.
Dia mengharapkan penyatuan instansi yang dapat melakukan penegakan hukum di laut ke dalam satu lembaga tertentu akan membuat Indonesia menjadi setara dengan negara-negara maritim lainnya di bidang penegakan hukum di laut. Selain itu, penyatuan instansi tersebut akan mengakhiri tumpang-tindih
kewenangan dalam penindakan hukum di laut serta mendukung program Pemerintah untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Untuk diketahui, Pasal 276 ayat 1 UU No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran menyatakan bahwa untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan keamanan di laut dilaksanakan fungsi penjagaan dan penegakan peraturan perundang-undangan di laut dan pantai. Penegakan tersebut diselenggarakan oleh instansi yang bertanggung jawab kepada Presiden dan secara teknis operasional dilaksanakan oleh Menteri.
War Risk
INSA juga mengingatkan mengenai masuknya Pelabuhan Tanjung Priok ke
dalam black list sebagai perairan yang memiliki resiko perang (war risk) yang dikeluarkan oleh Joint War Committee (JWC) yang berbasis di London. Terhadap masalah itu, INSA telah melayangkan surat protes kepada JWC.
Implikasi negatif dari masuknya Pelabuhan Tanjung Priok ke dalam daftar JWC tersebut adalah buruknya citra Indonesia di mata dunia. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan. ―Jika tidak segera diatasi, visi untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia sulit dicapai,‖ kata Wakil Ketua Umum INSA Djoni Sutji.
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Jenderal TNI (Purn) Wiranto, S.H. sebelumnya telah menyurati Menteri Perhubungan untuk berkordinasi dalam rangka
pengelolaan pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dalam rangka memperbaiki penilaian JWC sebagai Zona Rawan Perang (War Risk).
Surat No. B-116/Menko/Polhukam /D-IV/HN.01.1/8/2016 tertanggal 16 Agustus 2016 tersebut dilayangkan dengan merujuk kepada Surat INSA No. DPP-SRT-III/16/0135 tertanggal 18 Maret 2016 yang meminta Menko Polhukam mengajukan surat resmi untuk menghapus Indonesia dari daftar pengecualian resiko perang. (*)
INSA Dukung RI Bentuk Satu
•
Soesanto
Wakil Ketua Bidang General Cargo
01-Des-1951
•
Djoli
Ketua Bidang Organisasi & Anggota
02-Des-1967
•
Halim A. Hermanto
Anggota Dewan Pengawas/Penasehat
04-Des-1953
•
Hiendra Soenjoto
Wakil Ketua Umum
06 Des-1974
•
Bambang W. B
Anggota Bidang Tug & Barge
08-Des-1958
•
Daniel Wardojo
Wakil Ketua Bidang Tug & Barge
20-Des-1978
•
Ryan Anthony Djohan Anggota Bidang Hubungan Luar Negeri
21-Des-1988
•
Bambang Ediyanto
Wakil Ketua Umum
22-Des-1949
•
Herman Kasih
Wakil Seketaris Umum
29-Des-1952
•
Hengky Lie
Wakil Ketua Bidang Kontainer Domestik
28-Des-1974
•
Muljadi Irawan
Wakil Ketua Bidang Curah
31-Des-1980
3
KERJA NYATA
HAPPY BIRTHDAY
>> WAWANCARA –Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto menerima permintaan wawancara mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Khairunissa Yuliandhini (Bawah) dan Khalidah Rahadatul 'Aisy dari Politeknik Keuangan Negara STAN (Atas) dalam rangka menyelesaikan studi skripsi.
>> WAWANCARA –Ketua Umum INSA
Johnson W. Sutjipto menerima permintaan wawancara mahasiswa S-3 Universitas Borodubur Lily Marlina.
MENGUCAPKAN
Selamat Ulang Tahun
Kepada Pengurus DPP INSA
yang Merayakan pada Bulan Desember
INSA
4
G A L E R Y
> AWARD – Pengurus DPP INSA turut menghadiri acara penyerahan Transportation Safety Management Award yang diserahkan
Kemenhub kepada pelaku usaha transportasi di Indonesia beberapa waktu lalu.
> DIALOG – Pengurus DPP INSA hadir pada acara Dialog Bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Pada momentum
itu, INSA kembali menegaskan perlunya RKIP atas insentif PPN tidak dipungut bagi pelayaran untuk disempurnakan.
> CUSTOMER AWARD – Sekretaris Umum DPP INSA
Lolok Sujatmiko foto bersama insan pers saat menghadiri Customer Award & Gala Dinner 2017 yang dilaksanakan PT Indonesia Terminal Kendaraan beberapa waktu lalu.
> DINNER – Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto dan
Bendahara Umum Siana A. Surya foto bersama dengan Staf dan Tim DPP INSA menjelang libur Natal dan Tahun Baru 2018. Sfaf INSA saat ini adalah Hendra Gunawan, Ihsan Adnani, Magdalena Elistika dan Tularji Adji.
5
G A L E R Y
> DISKUSI–Ketua bidang Sumber Daya Manusia dan Pelaut DPP INSA
Sigit Triwaskito (kiri) foto bersama peserta Diskusi Panel Kepelautan yang dilaksanakan BPSDM Kementerian Perhubungan.
> DISKUSI– Sekretaris Umum DPP INSA Lolok Sujatmiko, Sekretaris DPC INSA Tanjung Priok Pahala Tua Sianturi, Staf Ahli
bidang Hukum dan Kerja Sama Luar Negeri Umar Aris saat menghadiri Focus Group Discussion Penguatan SDM, Tugas dan Fungsi serta Revitalisasi Mahkamah Pelayaran.
> DISKUSI– Sekretaris Umum DPP INSA Lolok
Sujatmiko menerima kunjungan General Manager Logistic Service Krakatau Bandar Samudera (KBS) Puji Winarto ke DPP INSA dalam rangka
memperkuat kerja sama antara pelayaran dan operator pelabuhan.
> KUNJUNGAN– Sekretaris Umum DPP INSA Lolok Sujatmiko menerima
kunjungan Senior Consultant Global Maritime and Port Service Singapura Mr. Soon dan tim dalam rangka finalisasi rencana pembangunan
6
INFORMASI
Segenap Pengurus dan Anggota
DPP INSA Mengucapkan
Selamat Natal 2017 &
Tahun Baru 2018
JAKARTA—Indonesian National Shipowners’ Association (INSA)
mengajak seluruh anggotanya untuk menyukseskan
pelaksanakan angkutan laut dalam rangka Natal dan Tahun Baru 2018.
Sekretaris Umum DPP INSA Lolok Sujatmiko mengatakan kegiatan angkutan laut di Indonesia merupakan salah satu moda transportasi andalan setiap masuk musim angkutan dalam rangka Natal dan Tahun Baru.
Menurut dia, sebagai negara kepulauan, moda transportasi laut dibutuhkan untuk kegiatan mobilisasi penumpang dan barang antarpulau. ―Oleh karena itu, anggota INSA berkewajiban untuk turut menyukseskan angkutan dalam rangka Natal dan Tahun Baru 2018 ini,‖ katanya.
Lolok meminta anggotanya memastikan seluruh alat
keselamatan yang terdapat pada kapal dapat berfungsi dengan baik sebagaimana semestinya, kapal dalam keadaan laik dan seluruh crew kapal dapat bekerja optimal dan memberikan pelayanan terbaik kepada pengguna jasa.
Dia mengharapkan kegiatan angkutan laut dalam rangka Natal dan Tahun Baru 2018 ini, dapat terlaksana dengan baik, selamat, aman, lancar, tertib dan nyaman sesuai dengan harapan
Pemerintah.
INSA Ajak Anggotanya Sukseskan
Angkutan Natal dan Tahun Baru
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, R. Agus H. Purnomo meminta kepada para petugas di lapangan agar memberikan pengawasan yang sungguh-sungguh terhadap keselamatan pelayaran serta mengantisipasi agar tidak terjadi masalah percaloan tiket, kenaikan tarif melebihi ketentuan, penelantaran penumpang. Dia juga meminta agar para petugas secara intensif
memberikan sosialisasi serta informasi yang memadai kepada masyarakat, sehingga masyarakat benar-benar memahami perihal angkutan Natal dan Tahun Baru secara komprehensif. Sementara itu, dalam rangka memantau dan memonitor penyelenggaraan angkutan laut Natal dan Tahun Baru 2018, Kementerian Perhubungan membuka Pos Komando (Posko) Angkutan Laut Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 di seluruh wilayah kerja Direktorat Jenderal Perhubungan Laut baik di Kantor Pusat maupun Unit Penyelenggara Teknis (UPT) di lingkungan Ditjen Perhubungan Laut.
Posko Angkutan Laut Natal 2017 dan Tahun Baru 2018, dibuka mulai 18 Desember 2017 hingga 8 Januari 2018. "Pembukaan Posko ditandai dengan dilaksanakannya Apel Kesiapan Angkutan Laut Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 oleh semua unsur Dirjen Perhubungan Laut di pusat dan daerah," ujar Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Dwi Budi Sutrisno. (*)
INFORMASI
Pelaku Usaha Minta Kenaikan Tarif
di Pelabuhan Belawan Dibatalkan
JAKARTA—Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendesak PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) untuk membatalkan kenaikan tarif-tarif di Pelabuhan Belawan, Medan. Ketua Umum Kadin Indonesia Eddy Ganefo mengatakan kebijakan
menaikkan tarif kepelabuhanan tersebut tidak tepat di tengah upaya Presiden Joko Widodo untuk menurunkan biaya logistik nasional.
"Kenaikan tarif kepelabuhanan akan memicu meningkatnya biaya transportasi dan logistik nasional, padahal selama ini pelabuhan adalah fektor utama penyumbang terjadinya inefisiensi logistik nasional," katanya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (16/12).
Menurut dia, keputusan Pelindo I yang menaikkan tarif kepelabuhan
mengesankan BUMN tersebut tidak mendukung program pemerintah yang tengah memangkas biaya logistik, oleh karena itu harus mempertimbangkan dampaknya.
Eddy mengatakan kenaikan tarif kepelabuhanan di Pelabuhan Belawan saat ini sudah memukul pelaku usaha, termasuk pengguna jasa pelabuhan Belawan. Menurut dia, penaikan tarif kepelabuhanan bisa dipahami jika dilakukan pada saat pelayanan
terhadap pengguna jasa kepelabuhanan sudah efesien dan ada perbaikan secara signifikan yang diindikasikan dengan turunnya biaya logistik. "Saat ini bukan waktu yang tepat untuk
menaikkan tarif karena di Belawan masih sering terjadi kongesti," katanya. Besaran tarif kepelabuhan yang ditetapkan PT Pelindo I (Persero), tambahnya, tidak masuk akal seperti pengenaan tarif progresif penumpukan peti kemas di Pelabuhan Belawan yang sangat mencekik pelaku usaha. Dia mengungkapkan, hari ke-1 masih 100% dari tarif dasar, tetapi begitu masuk hari kedua langsung naik 250 persen dari tarif dasar, hari ketiga menjadi 450 persen dari tarif dasar dan hari keempat menjadi 700 persen dari tarif dasar. "Ini tidak masuk akal," tegasnya.
Seperti diketahui, beredar surat dari PT Pelindo I No.US.II/I/17/TPKDB-17.TU tentang Penyesuaian Tarif Peti Kemas Isi (Full) dan Masa
Penumpukan Peti Kemas di Lingkungan Terminal Peti Kemas Domestik Belawan (TPKDB), Sejumlah jasa kepelabuhanan dinaikkan oleh PT Pelindo I (Persero). Selain tarif storage (penumpukan), juga dinaikkan biaya Stevedoring petikemas 20 feet dan 40 feet naik masing-masing dari Rp 675 ribu dan Rp 1.012.500 per box menjadi Rp 750 ribu dan Rp 1,125 juta per box. Juga dinaikkan biaya Lift On/Lift Off untuk peti kemas 20 feet maupun 40 feet masing-masing dari Rp 172 ribu dan Rp 258 ribu per box menjadi Rp 191 ribu dan Rp 287 ribu per box. Adapun tarif penumpukan peti kemas 20 feet dan 40 feet juga naik dari masing-masing Rp 25 ribu dan Rp 50 ribu per box menjadi Rp 27.750 dan Rp 55.500 per box.
Eddy menilai PT Pelindo seharusnya mendukung program Presiden Joko Widodo dalam bidang logistik, karena BUMN ini diberikan hak oleh negara untuk memonopoli pengelolaan pelabuhan sehingga tidak boleh mengabaikan kepentingan publik dengan tetap mendukung majunya dunia usaha.
7
Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto sependapat bahwa kenaikan tarif
kepelabuhanan di Pelabuhan Belawan belum diperlukan. ―Lebih baik PT Pelindo I (Persero) fokus melakukan perbaikan fasilitas,‖
katanya.
Dia menjelaskan hingga saat ini banyak keluhan dunia usaha dan pengguna jasa pelabuhan terkait dengan pelayanan di Pelabuhan Belawan yang harus ditanggapi dengan serius dengan meningkatkan pelayanan. (*)
―Saat ini banyak keluhan pengguna jasa pelabuhan
terkait dengan pelayanan di Pelabuhan Belawan
yang harus ditingkatkan‖
JAKARTA—Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) meminta Pemerintah segera menyempurnakan kebijakan pemberian insentif fiskal berupa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tidak dipungut yang sudah berlaku sejak semester II tahun 2015.
Kebijakan PPN tidak dipungut diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2015 tentang Impor dan Penyerahan Alat Angkutan Tertentu yang Tidak Dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PP tersebut kemudian diperkuat dengan Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) No.193/PMK.03/2015 tentang Impor dan Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu yang Tidak Dipungut Pajak Pertambahan Nilai sebagai aturan turunannya.
Pelaku usaha mengalami kesulitan untuk memenuhi persyaratan guna
mencapatkan fasilitas PPN tidak dipungut, khususnya terkait dengan pengurusan Surat Keterangan Tidak Dipungut (SKTD) untuk kegiatan sewa dan docking dan jasa kepelabuhanan yang wajib menyertakan Rencana Kegiatan Impor dan Penyerahan (RKIP). Hal itu disampaikan Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto pada Forum Dialog Perpajakan bersama Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, baru-baru ini. ―Kita di INSA menyuarakan kembali masalah ini demi kemaslahatan anggota yang mengalami kesulitan untuk mengisi formnya,‖ katanya.
8
INFORMASI
Pada forum tersebut, Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Robert Pakpahan langsung mendengarkan usulan DPP INSA tersebut dan menyampaikan respon positif. Dirjen Pajak meminta agar DPP INSA segera melayangkan surat kepada Direktorat Jenderal Pajak.
Johnson menjelaskan bagi perusahaan pelayaran di Indonesia, sulit menghitung kebutuhan kegiatan perbaikan kapal, sewa kapal dan jasa kepelabuhanan yang komprehensif dalam satu tahun untuk dituangkan ke dalam RKIP.
Ketua Bidang Pajak DPP INSA Arief Dermawan mengatakan RKIP yang dibebankan kepada perusahaan pelayaran yang ingin memperoleh SKTD masih harus disempurnakan lagi. ―Khususnya RKIP untuk jasa sewa kapal, jasa perbaikan kapal dan jasa
kepelabuhanan yang harus ditiadakan,‖ katanya.
Dia menjelaskan penyusunan RKIP untuk kegiatan perbaikan kapal maupun jasa kepelabuhanan mempersulit usaha pelayaran karena pemilik kapal kesulitan memprediksi tingkat kerusakan sebuah kapal dan tempat docking, serta
pelabuhan. ―Ini sulit untuk dilaksanakan,‖ ujarnya.
Di sisi lain, katanya, proses untuk memperoleh RKIP yang memakan waktu selama lima hari kerja berpotensi menghilangkan peluang mereka dalam mendapatkan pekerjaan. ―Jadi, RKIP untuk jasa sewa kapal, jasa perbaikan kapal dan jasa pelabuhan tidak sesuai dengan model bisnis pelayaran,‖ ujarnya. Untuk itu, INSA mengusulkan agar insentif PPN terhadap jasa docking, sewa kapal dan jasa pelabuhan dikembalikan ke Keputusan Menteri Keuangan No. 370 tahun 2003 dimana untuk mendapatkan fasilitas PPN Tidak Dipungut, tidak diwajibkan mendapatkan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPN. Selama ini, DPP INSA telah
melayangkan surat kepada Menteri Keuangan yang intinya meminta agar dilakukan Penghapusan Kewajiban Pelaporan RKIP untuk Jasa Pesewaan Kapal, Perawatan Kapal dan Jasa Kepelabuhanan bagi Perusahaan Pelayaran Nasional.
Hingga saat ini banyak anggota INSA yang mengeluhkan masalah pengurusan SKTD dan RKIP. ―Tetapi untuk insentif jangka waktu perpindahan aset kapal dari sebelumnya selama lima tahun menjadi empat tahun adalah hal yang positif,‖ kata Arief. (*)
istimewa istimewa