• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

JAKARTA KEMAYORAN

DHAFIN FAKHRIY AZIZ

Jalan Curug Cempaka No. 35 Jaticempaka Pondok Gede, 089653511162, dhafin.aziz@yahoo.com Maya Safira Dewi, SE., AK., M. Si.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan

penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. Untuk

metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode/riset eksploratoria

(kualitatif) dengan menggunakan metode pengumpulannya datanya yaitu wawancara.

Hasil penelitiannya adalah bahwa prosedur penagihan pajak yang dilakukan di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran masih terdapat hambatan dalam

pelaksanaan penagihan pajak. Simpulan dari penelitian ini adalah masih terdapat

hambatan dalam pelaksanaan penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Jakarta Kemayoran seperti Wajib Pajak yang masih kurang memahami peraturan

perpajakan yang berlaku termasuk mengacuhkan tindakan penagihan pajak yang

dilakukan oleh Juru Sita Pajak. (DFA)

Kata Kunci

(2)

PENDAHULUAN

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

Undang-undang Dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang adil

dan sejahtera, aman, tenteram, dan tertib, serta menjamin kedudukan yang sama bagi

warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut pembangunan nasional yang

dilaksanakan secara berkesinambungan dan berkelanjutan serta merata di seluruh tanah

air memerlukan biaya besar yang harus digali terutama dari sumber kemampuan sendiri.

Dalam rangka kemandirian tersebut, peran masyarakat dalam pemenuhan kewajiban di

bidang perpajakan perlu terus ditingkatkan dengan mendorong kesadaran, pemahaman,

dan penghayatan bahwa pajak adalah sumber utama pembiayaan negara dan

pembangunan nasional.

Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemungutan pajak yang dianut oleh

undang-undang perpajakan di Indonesia adalah self assessment system dimana Wajib Pajak

diberi kewenangan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan

pajak-pajak yang terutang berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku. Berdasarkan

self assessment system, fungsi fiskus adalah melakukan pembinaan dan pengawasan

terhadap Wajib Pajak. Pembinaan Wajib Pajak dapat berupa penyuluhan yang bersifat

massal melalui seminar, lokakarya, training, media cetak ataupun elektronik, dan lain

sebagainya. Dalam pelaksanaan fungsi pengawasan, fiskus diberi wewenang untuk

melalukan penelitian dan pemeriksaan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan

Wajib Pajak. Pengawasan yang dilakukan oleh fiskus dapat menghasilkan Surat

Tagihan Pajak (STP) dan/atau Surat Ketetapan Pajak (SKP). SKP yang dikeluarkan

dapat berupa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB),

dan Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). Terhadap STP, SKPKB, dan SKPKBT yang

tidak dibayar setelah jatuh tempo pembayarannya, KPP (Kantor Pelayanan Pajak) akan

melakukan tindakan penagihan.

Penagihan pajak merupakan upaya terakhir yang dapat ditempuh Direktorat Jenderal

Pajak (DJP) untuk merealisasikan penerimaan negara dari sektor pajak, yang didasarkan

pada Undang-undang No. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 19 tahun 2000 (UU PPSP).

Penagihan pajak terdiri dari serangkaian tindakan yang dilaksanakan oleh aparatur

perpajakan dalam rangka mencairkan tunggakan pajak. Penagihan pajak ini meliputi

beberapa tahapan tindakan yang meliputi: penyampaian Surat Teguran, penyampaian

Surat Paksa (SP), pelaksanaan (SPMP), dan pelaksanaan lelang atas barang sitaan untuk

melunasi hutang-hutang pajak dari wajib pajak yang bersangkutan. Tindakan penagihan

pajak ini merupakan wujud tindakan penegakan hukum atau law enforcement.

Perumusan Masalah

Penulis merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah pelaksanaan penagihan pajak pada KPP Pratama Jakarta Kemayoran sudah sesuai dengan prosedur pelaksanaan penagihan pajak?

2. Apa saja hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan penagihan pajak pada KPP Pratama Jakarta Kemayoran?

(3)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penagihan pajak pada KPP Pratama Jakarta Kemayoran.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penagihan pajak.

3. Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala selama proses penagihan pajak di KPP Pratama Jakarta Kemayoran.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini didasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh dari hasil riset. Jenis penelitian yang digunakan adalah riset eksploratoria (kualitatif), yang menggunakan data primer.

Teknik yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah metode langsung, yaitu: 1. Library Research Method (Metode Penelitian Kepustakaan)

Suatu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca dan mengumpulkan bahan-bahan, membaca, dan menelaah berbagai peraturan pajak, undang-undang, buku-buku, majalah-malajah, jurnal-jurnal ilmiah, artikel maupun bahan-bahan lainnya yang mempunyai relevansi dengan materi skripsi. 2. Field Research Method (Metode Penelitian Lapangan)

Suatu penelitian yang dilakukan dimana penulis secara langsung mengadakan observasi atau pengamatan pada perusahaan yang menjadi objek penelitian guna memperoleh dan mengetahui permasalahnya secara keseluruhan.

a) Observasi

Dengan cara ini penulis melakukan pengamatan langsung ke perusahaan untuk memperoleh gambaran operasi perusahaan secara keseluruhan.

b) Wawancara

Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk dimintai informasi berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.

HASIL DAN BAHASAN

Evaluasi Atas Penagihan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

Penerbitan Surat Teguran

Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lainnya yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lainnya yang sejenis diterbitkan apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo, adapun jangka waktu Penerbitan Surat Teguran adalah 7 (tujuh) hari, sejak jatuh tempo atas Surat Tagihan Pajak (STP) atau Surat Ketetapan Pajak (SKP).

Berdasarkan data keterlambatan pembayaran tunggakan pajak yang diperoleh dari sistem, Juru Sita Pajak mencetak konsep Surat Teguran penagihan dan meneruskannya kepada kepala seksi penagihan.

(4)

Surat Teguran penagihan tersebut dicetak minimal rangkap 2 (dua), yang selanjutnya lembar pertama diberikan untuk Wajib Pajak dan lembar kedua untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Kepala seksi penagihan pajak meneliti dan memarafkan konsep Surat Teguran penagihan dan meneruskannya kepada kepala kantor pelayanan pajak, tetapi jika dalam hal ini kepala seksi penagihan pajak tidak menyetujui maka Juru Sita Pajak harus memperbaiki dahulu dokumen tersebut sampai disetujui oleh kepala seksi penagihan pajak dan ditanda tangani oleh kepala kantor pelayanan pajak. Setelah semua proses tersebut di atas, Surat Teguran penagihan paksa dikembalikan kepada kepala seksi penagihan pajak untuk ditata usahakan dan dikirimkan ke Wajib Pajak yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak untuk mencatat Surat Teguran pada kartu pengawasan tunggakan pajak. Kemudian Surat Teguran di arsipkan dan disampaikan kepada sub bagian umum untuk dikirim kepada Wajib Pajak.

Berikut di bawah ini data jumlah Surat Teguran dan jumlah tunggakan yang belum dibayar setelah Surat Teguran diterbitkan dari tahun 2010, 2011, dan 2012 yang diperoleh penulis dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran:

Tabel 4.1

Jumlah Surat Teguran dan Jumlah Tunggakan pada Surat Teguran di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

No Tahun Jumlah Surat Teguran Jumlah utang pajak (Rp) Jumlah utang pajak terealisasi (Rp) Jumlah Surat Teguran Yang Terealisasi 1 2010 1325 lembar 42.252.669.369 1.778.039.582 530 lembar 2 2011 1307 lembar 13.431.351.485 2.060.949.044 522 lembar 3 2012 1551 lembar 24.809.869.813 1.132.396.411 620 lembar Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

Dari hasil penelitian atas Surat Teguran di seksi penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran selama tahun 2010 Surat Teguran yang terbit sebanyak 1.325 lembar dengan jumlah utang pajak sebanyak Rp 42.252.669.369 dan telah terealisasi sebanyak 530 lembar surat teguran dengan nilai utang pajak yang terealisasi sebesar Rp 1.778.039.582. Pada tahun 2011 Surat Teguran yang diterbitkan pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran sebanyak 1.307 lembar dengan nilai utang pajaknya Rp 13.431.351.485 dan telah terealisasi sebanyak 522 lembar dengan nilai utang pajak yang terealisasi sebesar Rp 2.060.949.044. Sedangkan pada tahun 2012 jumlah Surat Teguran yang terbit sebanyak 1.551 lembar dengan nilai utang pajak sebesar Rp 24.809.869.813 dan telah terealisasi sebanyak 620 lembar surat teguran dan dengan nilai utang pajak terealisasi sebesar Rp 1.132.396.411.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa selama 3 tahun terakhir dari 2010, 2011, sampai 2012 surat teguran yang terealisasi hanya 40% dari jumlah surat teguran yang diterbitkan oleh pihak seksi penagihan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. Menurut hasil wawancara dengan seksi penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran hanya 40% saja surat teguran yang terealisasi dikarenakan Wajib Pajak masih banyak yang mengabaikan surat teguran tersebut sehingga masih banyak yang belum melunasi utang pajaknya sampai 21 hari setelah surat teguran diterbitkan. Disamping itu, Sistem informasi perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran sedikit bermasalah beberapa Wajib Pajak yang seharusnya bisa diterbitkan Surat Tegurannya namun tidak diterbitkan Surat Tegurannya dikarenakan adanya sistem informasi perpajakan yang salah dalam pengisian pendataan SPT Wajib Pajak.

Penerbitan surat teguran oleh pihak seksi penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran sebenarnya sudah cukup efektif dengan sudah terealisasinya surat teguran sebesar 40% di tiap tahunnya dari tahun 2010, 2011, dan 2012, namun masih banyak Wajib Pajak yang belum jera dengan diterbitkannya surat teguran tersebut. Sehingga seksi penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran harus melakukan langkah selanjutnya sesuai proses

(5)

penagihan pajak yaitu 21 hari setelah penerbitan surat teguran maka harus diterbitkannya surat paksa kepada Wajib Pajak yang belum melunasi utang pajaknya.

Penerbitan Surat Paksa

Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat Paksa diterbitkan 21 (dua puluh satu) hari setelah diterbitkannya Surat Teguran jika Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya. Surat Paksa diterbitkan apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya, terhadap Wajib Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus atau Wajib Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan.

Jika jumlah utang pajaknya dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding tidak dilunasi oleh Wajib Pajak maka kantor pajak dapat menerbitkan Surat Paksa. Proses penagihan penerbitan Surat Paksa dimulai berdasarkan data Surat Teguran yang sudah lewat waktu dari sistem. Dalam hal ini Juru Sita Pajak meneliti dan mencetak konsep Surat Paksa dan berita acara pemberitahuan Surat Paksa serta meneruskannya kepada kepala seksi penagihan, kepala seksi penagihan pajak meneliti dan memaraf konsep Surat Paksa dan berita acara serta meneruskannya kepada kepala kantor pelayanan pajak, yang selanjutnya menyetujui dan menandatangani Surat Paksa yang seterusnya disampaikan kembali kepada Juru Sita Pajak dan Juru Sita Pajak melanjutkannya kepada Wajib Pajak. Juru Sita Pajak membuat sekaligus menandatangani laporan pelaksanaan Surat Paksa (LPSP) dan disampaikan kepada kepala seksi penagihan pajak yang kemudian diteliti oleh kepala seksi penagihan pajak tersebut dan ditanda tanganinya. Kemudian laporan pelaksanaan Surat Paksa tersebut (LPSP) diserahkan kembali kepada Juru Sita Pajak untuk ditata usahakan. Laporan Pelaksanaan Surat Paksa tersebut ditata usahakan dengan cara dicatat pada kartu pengawasan dan di arsipkan. Juru Sita Pajak kemudian melanjutkan Surat Paksa tersebut kepada Penanggung Pajak dan menuangkan pelaksanaan penyampaian Surat Paksa tersebut dalam laporan pelaksanaan penagihan Surat Paksa.

Dalam laporan pelaksanaan Surat Paksa tercantum tanggal pelaksanaan Surat Paksa, Objek Sita dan taksiran harga serta kepada siapa Surat Paksa tersebut disampaikan. Laporan tersebut juga dilampiri dengan Surat Paksa yang telah ditanda tangani oleh Wajib Pajak sebagai bukti bahwa Surat Paksa telah disampaikan.

Berikut di bawah ini merupakan data Surat Paksa yang diterbitkan setelah adanya Surat Teguran dari tahun 2010, 2011, dan 2012 serta jumlah utang pajaknya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran:

Tabel 4.2

Jumlah Surat Paksa dan Jumlah Tunggakan pada Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

No Tahun Jumlah Surat Paksa Jumlah utang pajak (Rp) Jumlah utang pajak terealisasi (Rp) Jumlah Surat Paksa Yang Terealisasi 1 2010 688 39.779.353.191 6.391.510.913 275 2 2011 569 47.167.433.898 7.814.051.280 227 3 2012 609 13.998.432.584 7.388.820.131 243

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

Dari penelitian di atas yang didapat dari sumber di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran, khususnya di seksi penagihan pajak selama tahun 2010 menunjukkan bahwa telah diterbitkan Surat Paksa sebanyak 688 lembar dengan jumlah utang pajaknya Rp 39.779.353.191 dan jumlah surat

(6)

paksa yang telah terealisasi sebanyak 275 lembar dengan jumlah utang pajak yang terealisasi sebesar Rp. 6.391.510.913. Pada tahun 2011 menunjukkan bahwa telah diterbitkan Surat Paksa sebanyak 569 lembar dengan nilai utang pajaknya Rp 47.167.433.898 dan surat paksa yang terealisasi sebesar 227 lembar dengan jumlah utang pajak yang terealisasi sebanyak Rp 7.814.051.280. Menurut wawancara dengan Juru Sita Pajak adanya penurunan di tahun 2011 dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 119 lembar dikarenakan belum diterbitkannya Surat Paksa atas beberapa Wajib Pajak karena petugas Juru Sita Pajak menyatakan bahwa jumlah utang pajak atas Wajib Pajak tidak ekonomis untuk diterbitkannya Surat Paksa. Surat Paksa baru dapat diterbitkan jika utang pajak atas nama Wajib Pajak tersebut akan daluarsa. Utang Pajak yang dimaksud adalah uang pajak dengan jumlah sampai dengan Rp 500.000.

Pada tahun 2012 seperti yang kita lihat dari tabel di atas terjadi peningkatan dalam penerbitan jumlah Surat Paksa sebanyak 609 lembar dengan nilai utang pajaknya sebesar Rp 13.998.432.584 dan telah terealisasi sebesar 243 lembar surat paksa dengan jumlah utang pajak yang terealisasi sebesar Rp 7.388.820.131.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa selama 3 tahun terakhir dari 2010, 2011, sampai 2012 surat paksa yang terealisasi kurang lebih sebesar 40% dari jumlah surat paksa yang diterbitkan oleh pihak seksi penagihan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. Menurut hasil wawancara dengan seksi penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran diterbitkannya Surat Paksa kepada Wajib Pajak sudah menimbulkan efek takut sehingga banyak Wajib Pajak yang melunasi utang pajaknya sehingga jumlah Surat Paksa yang beredar lebih kecil daripada jumlah Surat Teguran yang diterbitkan dan sudah bisa dikatakan efektif dengan diterbitkannya surat paksa tersebut. Namun pada kenyataannya masih ada beberapa Wajib Pajak yang mengabaikan ajakan petugas pajak untuk melunasi tunggakan pajaknya sehingga seksi penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran harus melakukan tindakan selanjutnya sesuai dengan alur penagihan pajak yaitu dengan menerbitkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) setelah 2 x 24 jam setelah diterbitkannya surat paksa kepada Wajib Pajak yang belum juga melunasi utang pajaknya.

Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP)

Penyitaan adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk menguasai barang Wajib Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan. Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan adalah 2x24 jam atau 2 hari setelah diterbitkannya Surat Paksa. Jika Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya maka Pejabat menerbitkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP).

Juru Sita Pajak meneliti data tunggakan pajak beserta pelunasannya (SSP/STTS/SSB/bukti Pbk) atau pengurangan keputusan pembetulan/keputusan keberatan putusan banding/keputusan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak/keputusan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, membuat konsep SPMP dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi penagihan pajak. Selanjutnya Kepala Seksi penagihan pajak meneliti dan memaraf konsep SPMP yang kemudian menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Apabila Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani SPMP maka SPMP tersebut akan diteruskan kembali kepada kepala seksi penagihan pajak.

SPMP yang diterima oleh Juru Sita yang telah disetujui dan pada prakteknya penyitaan itu dilakukan oleh Juru Sita dengan disaksikan oleh dua orang dewasa, penduduk Indonesia, dan dikenal oleh Juru Sita Pajak dan dapat dipercaya. Setelah Juru Sita Pajak melakukan Penyitaan maka Juru Sita Pajak tersebut segera membuat berita acara harga pasar yang wajar, nama alamat, dan tindakan para saksi serta gagalnya penyitaan. Penelitian terhadap berita acara sita yang dibuat oleh Juru Sita Pajak menunjukkan bahwa penyitaan dilakukan terhadap barang bergerak terlebih dahulu, kemudian jika berdasarkan taksiran Juru Sita Pajak menunjukkan bahwa Penyitaan tersebut tidak memenuhi utang pajak dan biaya-biaya penagihan pajak, maka Penyitaan diteruskan kepada barang-barang tidak bergerak. Biasanya kendala utama yang dihadapi oleh Juru Sita Pajak dalam hal melakukan proses penyitaan adalah ditemukannya alamat Wajib Pajak, alamat tidak dikenal atau Wajib Pajak pindah tanpa mekalukan pemberitahuan kepada KPP atau kelurahan setempat.

(7)

Tabel 4.3

Jumlah SPMP dan Jumlah Tunggakan SPMP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

No Tahun Jumlah SPMP Jumlah utang pajak (Rp) Jumlah utang pajak terealisasi (Rp) Jumlah SPMP Yang Terealisasi 1 2010 25 29.779.353.191 27.481.242.796 23 2 2011 15 34.126.542.300 4.205.985.311 3 3 2012* 34 5.452.165.214 629.206.443 5

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Per Mei 2013

Menurut data yang di dapat dari Seksi Penagihan Pajak Surat Perintah Melakukan Penyitaan pajak selama tahun 2010 telah diterbitkannya SPMP sebanyak 25 lembar dengan nilai utang pajak sebesar Rp 29.779.353.191 dan telah terealisasi sebanyak 23 lembar SPMP dengan jumlah utang pajak yang terealisasi sebesar Rp 27.481.242.796. Pada tahun 2010 SPMP yang berhasil teralisasi mencapai 92% dari SPMP yang diterbitkan oleh pihak seksi penagihan pajak. Sisa utang pajak yang masih ada akan dilakukan tindakan blokir oleh jurusita pajak. Ini dilakukan untuk mengunci aset tidak bergerak Wajib Pajak yang sebelum dilakukan tindakan lelang.

Pada tahun 2011 telah diterbitkan SPMP adalah sebanyak 15 lembar dengan nilai utang pajak sebesar Rp 34.126.542.300 dan sebanyak 3 lembar SPMP yang telah terealisasi dengan jumlah utang pajak yang teralisasi sebesar Rp 4.205.985.311. Pada tahun 2011 SPMP yang terealisasi hanya sebesar kurang lebih 18% dari jumlah SPMP yang diterbitkan dari seksi penagihan pajak. Pada tahun 2011 ada beberapa Wajib Pajak terkena pailit sehingga sisa utang pajak tidak dapat ditagih lagi.

Di tahun 2012 telah diterbitkan SPMP adalah sebanyak 34 lembar dengan nilai utang pajak sebesar Rp 5.452.165.214 dan ada 5 lembar SPMP yang telah teralisasi dengan jumlah utang pajak yang terealisasi sebesar Rp 629.206.443. Pada tahun 2012 penulis hanya mendapatkan data sampai dengan bulan Mei 2013 karena saat ini masih dalam perhitungan.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa tahun 2010 SPMP yang terealisasi kurang lebih sebesar 92% dari jumlah SPMP yang diterbitkan oleh pihak seksi penagihan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. Sedangkan tahun 2011 hanya sekitar 18% jumlah SPMP yang terealisasi dari jumlah SPMP yang diterbitkan oleh pihak seksi penagihan pajak. Disamping itu di tahun 2011 ada beberapa Wajib Pajak pailit sehingga sisa utang pajak tidak dapat ditagih lagi. Lalu pada tahun 2012 penulis hanya mendapatkan pada per 31 Mei 2013 karena sampai saat ini masih dalam perhitungan. Menurut hasil wawancara dengan seksi penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran diterbitkannya SPMP kepada Wajib Pajak sudah sangat efektif karena sudah menimbulkan efek takut sehingga banyak Wajib Pajak yang melunasi utang pajaknya sehingga tidak dilaksanakannya lelang. Namun pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran harus dilaksanakan pemblokiran rekening karena ini cara terakhir untuk membekukan aset tidak bergerak milik Wajib Pajak.

Adapun tindakan penyitaan hanya dapat dilakukan oleh Juru Sita Pajak berdasarkan SPMP (Surat Perintah Melakukan Penyitaan pajak) yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran, tanpa adanya SPMP penyitaan ini tidak dapat dilakukan. Juru Sita Pajak melakukan tindakan penyitaan semata-mata untuk memperoleh jaminan agar Wajib Pajak melunasi utang pajak dan membayar penagihannya, apabila semua kewajibannya telah dilaksanakan oleh Wajib Pajak maka barang-barang tersebut dapat segera dikembalikan.

Setelah SPMP terbit, Juru Sita Pajak harus segera melakukan tindakan penyitaan kepada Wajib Pajak. Dan sering kali kendala utama yang sering dihadapi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran yang selama ini terjadi dalam proses penyitaan adalah setelah ditelusuri ternyata alamat pajak tidak dikenal, tidak ada atau pindah domisili tanpa melakukan pemberitahuan kepada Kantor Pelayanan Pajak atau aparat setempat.

(8)

Dari pengamatan penulis sedikitnya SPMP yang bisa disampaikan secara langsung kepada Wajib Pajak dikarenakan hal-hal pada saat dilakukan penetapan pajak sebagai hasil pemeriksaan SPT masa atau SPT tahunan data alamat yang dicantum sudah tidak valid dimana Wajib Pajak sudah tidak ada lagi atau tidak dikenal atau pindah alamat tanpa pemberitahuan, untuk mengatasi hal ini perlu dibuat sebuah aturan tentang surat keterangan domisili yang diterbitkan oleh kelurahan setempat dimana untuk mendapatkan surat keterangan domisili yang baru Wajib Pajak harus melampirkan surat keterangan pindah domisili dari kelurahan yang lama dengan cara ini kelurahan yang lama akan memiliki data kemana Wajib Pajak pindah alamat.

Selain itu sedikitnya SPMP yang disampaikan secara langsung kepada Wajib Pajak dapat juga dikarenakan dimana tindakan penagihan pajak tidak segera dilakukan meskipun surat keputusan pajak telah lama diterbitkan dalam situasi seperti itu dapat memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak yang berniat untuk tidak membayar pajaknya, untuk pindah alamat atau domisili tanpa memberitahukan kepindahannya kepada Kantor Pelayanan Pajak atau kelurahan setempat, dan untuk mengatasinya, seharusnya tindakan penagihan pajak dilakukan secara konsisten dan memperhatikan jadwal waktunya dan dilakukan secara terus menerus kepada Wajib Pajak.

Pemblokiran Rekening Wajib Pajak

Upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran untuk mengatasi kendala selama proses penagihan pajak salah satunya dengan blokir rekening Wajib Pajak, dalam Pasal 17 UU No. 19 Tahun 1999 disebutkan bahwa pemblokiran dapat dilakukan dalam rangka fiskus melakukan penyitaan apabila Penanggung Pajak dalam jangka waktu yang telah diberikan tidak melunasi utang pajaknya, penyitaan tersebut dapat dilaksanakan terhadap milik Penanggung Pajak berupa barang bergerak, termasuk deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilakukan dengan pemblokiran terlebih dahulu.

Lelang

Pengumuman Lelang dilakukan segera oleh Pejabat apabila utang pajak dan biaya Penagihan yang masih harus dibayar atau utang pajak yang belum dilunasi oleh Wajib Pajak setelah lewat dari 14 hari setelah tanggal pelaksanaan Penyitaan. Apabila utang pajak dan atau biaya Penagihan Pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan, Pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui kantor lelang. Barang yang disita berupa uang tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusaahn lain, dikecualikan dari penjual secara lelang. Dalam hal penjualan yang dikecualikan dari lelang biaya penagihan pajak ditambah 1% dari hasil penjualan Uang Tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain yang disita digunakan untuk membayar biaya Penagihan Pajak dan utang pajak.

Lelang dapat dilaksanakan walaupun keberatan yang di ajukan oleh Wajib Pajak belum memperoleh keputusan Direktorat Jenderal Pajak, dilain pihak lelang dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh Wajib Pajak. Dan apabila Wajib Pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, atau berdasarkan putusan pengadilan atau putusan Badan Peyelesaian Sengketa Pajak atau Objek Sita musnah pelaksanaan lelang tidak dapat dilaksanakan.

Hasil lelang digunakan lebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak dan sisanya untuk membayar utang pajak, jika lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak pelaksanaan lelang dihentikan meskipun barang yang dilelang masih ada. Selanjutnya sisa barang beserta kelebihan uang hasil lelang akan dikembalikan kepada Wajib Pajak setelah pelaksanaan lelang. Adapun pejabat yang lalai melaksanakan pelelangan dikenakan sanksi sesuai ketentuan. Setelah lelang selesai hak Wajib Pajak atas barangnya berpindah kepada pembeli, dan pembeli diberikan risalah lelang sebagai bukti otentik untuk pendaftaran dan pengalihan hak.

Tindakan pelaksanaan lelang yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak atas barang-barang milik Wajib Pajak yang disita adalah cara yang ampuh, setelah berbagai upaya penagihan pajak dilakukan tetapi

(9)

Wajib Pajak mangkir dan tidak melunasi utang pajaknya. Jika semua itu terjadi maka pelelanganpun dapat segera dilakukan walaupun pelelangan sebenarnya bukanlah tujuan akhir tindakan penagihan pajak karena pelelangan hanyalah merupakan salah satu sarana dari tujuan akhir tindakan penagihan pajak yaitu pembayaran utang pajak oleh Wajib Pajak dan KPP harus yakin bahwa prosedur penagihan pajak tersebut sudah benar dan berkas tindakan penagihan pajak juga sudah lengkap mulai dari penerbitan Surat Ketetapan Pajak sebagai hasil dari pemeriksaan sampai penyitaan aset Wajib Pajak.

Sebenarnya dalam jeda waktu antara tanggal pengumuman lelang sampai dengan dilakukannya tindakan pelelangan atas aset-asetnya, Wajib Pajak masih diberi kesempatan terakhir untuk melunasi utang pajaknya, hal ini dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak untuk memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak yang masih mempunyai keinginan untuk memiliki kembali aset-asetnya yang telah disita.

Untuk lelang penulis hanya dapat mendeskripsikan tata cara pelaksanaan lelang, dalam hal ini penulis tidak dapat menganalisis pelaksanaan lelang, dikarenakan selama tahun 2010, 2011, dan 2012 tidak ada kegiatan lelang di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran, penagihan dilakukan oleh seksi penagihan, dikarenakan Wajib Pajak tidak mematuhi ketentuan Undang-Undang Perpajakan, mengenai pembayaran pajak yang terutang. Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan tindakan penagihan pajak bila jumlah pajak yang terutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Tindakan penagihan pajak dapat dilakukan dengan serangkaian tindakan agar Wajib Pajak dapat melunasi utang pajaknya dengan diterbitkannya Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Pelaksanaan Melakukan Penyitaan dan Surat Perintah Lelang.

Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak merupakan posisi strategis dalam meningkatkan Penerimaan Pajak, namun dalam pelaksanaannya Penagihan Pajak masih banyak menemukan kesulitan-kesulitan yang tidak sesuai dengan kebijakan pajak. 2. Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran sistem informasi perpajakan

beberapa Wajib Pajak yang seharusnya sudah bisa diterbitkan Surat Tegurannya tapi tidak diterbitkan Surat Teguran dikarenakan adanya sistem informasi perpajakan yang salah dalam pengisian pendataan pada SPT Wajib Pajak.

Disamping itu jadwal pelaksanaan penagihan yang ditetapkan oleh Ditjen Pajak, namun tindakan penagihan pajaknya masih berlarut-larut dan tidak segera dilakukan meskipun Surat Ketetapan Pajak telah diterbitkan. Yang mendominasi terhambatnya penerimaan negara secara keseluruhan ini adalah sangat kurangnya kesadaran dari masyarakat atau Wajib Pajak dalam membayar kewajiban pajaknya, disamping tidak tuntasnya tindakan penagihan pajak karena pada saat pengisian SPT tidak terdapat alamat yang lengkap pada Wajib Pajak.

3. Upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran untuk mengatasi kendala selama proses penagihan pajak salah satunya dengan blokir rekening Wajib Pajak, dalam Pasal 17 UU No. 19 Tahun 1999 disebutkan bahwa pemblokiran dapat dilakukan dalam rangka fiskus melakukan penyitaan apabila Penanggung Pajak dalam jangka waktu yang telah diberikan tidak melunasi utang pajaknya, penyitaan tersebut dapat dilaksanakan terhadap milik Penanggung Pajak berupa barang bergerak, termasuk deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilakukan dengan pemblokiran terlebih dahulu.

(10)

Saran

1. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas penulis menyarankan langkah-langkah antara lain, meskipun tugas dan wewenang tiap bagian dalam struktur organisasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran terbagi sangat jelas namun untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja, para pelaksana penagihan, pemberian reward kerja petugas yang berprestasi yang tentunya dapat memicu kinerja disetiap petugas penagihan, sehingga tugas dan tanggung jawab para pelaksana penagihan menjadi optimal untuk mencapai tujuannya.

2. Masih banyaknya terdapat kesulitan dalam penyampaian Surat Tagihan Pajak, Surat Teguran, Surat Paksa kepada Wajib Pajak maka disarankan untuk meningkatkan kerja sama dengan pihak-pihak yang terkait seperti kecamatan, kelurahan, kepolisian, dan pengadilan sehingga surat tagihan tersebut sampai kepada Wajib Pajak.

3. Tindakan Penagihan Pajak juga harus selalu di upayakan sesuai dengan jangka waktu Penagihan Pajak. Selain itu Wajib Pajak harus mengetahui tata cara pengisian SPT karena suatu saat Wajib Pajak jika akan menyetor pajak dan pada saat pengisian formulir tidak mempersulit pegawai Kantor Pelayanan Pajak.

4. Surat Teguran Paksa (STP) harus ditelusuri ke arsip nota perhitungan STP nya, sehingga bisa diketahui sebenarnya dan STP yang salah tersebut dapat ditata ulang dan dilaporkan kepengolahan data dan informasi di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak dimintakan untuk menghapus, karena KPP tidak dapat menghapus begitu saja STP (SKP), SKPKB maupun SKPKBT yang terbit tanpa adanya surat ketetapan dari Dirjen Pajak, Penghapusan STP, SKPKB, SKPKBT tanpa melalui pembayaran atau surat ketetapan lainnya hanya bisa dilakukan oleh pengelolaan data dan informasi pusat Dirjen Pajak. Menurut penulis hal tersebut bagus untuk mencegah kemungkinan penghapusan utang pajak oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab.

5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran harus menjalankan tugas-tugas dengan baik khususnya dibagian seksi pelaksanaan penagihan pajak yang sesuai dengan ketetapan umum tata cara perpajakan dan mematuhi Undang-Undang Perpajakan.

REFERENSI

Djoko Muljono (2008). Ketentuan Umum Perpajakan. Yogyakarta. CV.ANDI OFFSET

Mardiasmo. (2011). Perpajakan (edisi revisi). Yogyakarta : Andi Yogya

Ortax. (2009). Susunan Dalam Satu Naskah 9 (Sembilan) Undang-Undang Perpajakan. Jakarta : PT. Integral Data Prima

Priantara, Diaz. (2012). Perpajakan Indonesia (edisi 2). Jakarta : Mitra Wacana Media

Resmi, Siti (2011). Perpajakan Teori Dan Kasus (edisi 6). Jakarta : Salemba Empat

Waluyo (2011). Perpajakan Indonesia (edisi 10). Jakarta : Salemba Empat

http://pou-pout.blogspot.com/2010/05/penagihan-pajak.html Tentang “Pelaksanaan Penagihan Pajak”. Di akses pada 24 April 2013

http://satriobnugroho.blogspot.com/2011/05/hapusnya-hutang-pajak-danpenagihan.html tentang hapusnya hutang pajak dan penagihan. Di akses tanggal 20 April 2013

(11)

http://www.depkeu.go.id/Ind/Data/Regulation/PMK_24.pdf Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.03/2008 tentang tata cara pelaksanaan penagihan seketika dan sekaligus dan pelaksanaan surat paksa. Di akses pada tanggal 30 April 2013

http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14220&hlm= Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008. Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa Dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus. Di akses pada tanggal 23 April 2013

http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&hlm=5&page=show&id=14708 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-36/PJ/2011 Tentang Kebijakan Penagihan Pajak. Di akses pada tanggal 27 April 2013

http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=13928 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE – 89/PJ/2009 Tentang Tata Cara Penanganan Wajib Pajak Non Efektif Direktur Jenderal Pajak. Di akses pada tanggal 20 Juni 2013

RIWAYAT PENULIS

Dhafin Fakhriy Aziz lahir di kota Jakarta pada 21 Oktober 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ekonomi Akuntansi pada tahun 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Akhirnya, terima kasih yang terbesar dan penghargaan yang paling mulia saya berikan kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat saya yang setia, yang dalam kasih

[r]

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXVIII-5/W12, 2011 ISPRS Calgary 2011 Workshop, 29-31 August 2011,

Perlakuan pada tahap kedua adalah waktu pemaparan iradiasi ultraviolet (254 nm) terhadap satu mirasidium yang kemudian diinfeksikan ke siput pada umur rentan

This syllabus sets out the themes, topics, grammar and vocabulary pupils will learn in Primary Year 2.. It explains how Year 2 content is organised, the place of thinking skills

Indosat Tbk is a leading telecommunication and information service provider in Indonesia that provides cellular services (Mentari, Matrix and IM3), fixed telecommunication services

For example, a speaking lesson may also involve listening; or introductory and/or follow-up activities may practise target language through a different skill, for example, pupils

This research was aimed to find out the correlation between students‟ competence in constructing wh question and their competence in constructing recount text at sixth semester