On Tax Arrears
(Survey On 10 Tax Area in Kanwil Jawa Barat I)
SKRIPSI
i
✁jukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun oleh :
ANNIS ANINDITA MUNGGARANI
21108008
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
ii
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Perpajakan merupakan salah
satu instrumen kebijakan fiskal yang dinamis, penerapannya harus senantiasa
mengikuti dinamika perekonomian, baik domestik maupun internasional. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penagihan pajak dan kepatuhan wajib
pajak terhadap tunggakan pajak pada 10 Kantor Pelayanan Pajak di Kanwil DJP
Jabar I. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
verifikatif.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah petugas pajak bagian penagihan
yang berjumlah 36 orang sebagai populasi, dan seluruh populasi dijadikan sampel
menggunakan teknik sensus. Untuk mengetahui pengaruh penagihan pajak dan
kepatuhan wajib pajak terhadap tunggakan pajak, digunakan uji statistik.
Pengujian statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji asumsi klasik,
analisis korelasi, analisis regresi linier berganda, koefisiensi determinasi dan uji
hipotesis yang dibantu menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics 17.
Selanjutnya hasil pengujian data menunjukkan bahwa pengaruh penagihan
pajak terhadap tunggakan sangat kuat, artinya tunggakan pajak sangat dipengaruhi
oleh penagihan pajak. Begitu juga dengan kepatuhan pajak, berpengaruh sangat
kuat terhadap tunggakan pajak.
Kata Kunci: Pajak, Penagihan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, Tunggakan
i
Tax is a compulsory contribution to the country owed by the individual or entity
that is enforceable under the Act, by not getting the benefits directly and used for
state purposes for the greatest welfare of the people. Taxation is a dynamic
instrument of fiscal policy, its application must always follow the dynamics of the
economy, both domestically and internationally. The purpose of this study to
determine the effect of tax collection and taxpayer compliance of tax arrears on the
10 Tax Office in West Java Regional Office DJP I. The method used in this research
is descriptive method and verificative method.
The unit of analysis in this study is the council tax billing section, amounting to
36 people as a population, and the entire population is sampled using census
techniques. To determine the effect of tax collection and taxpayer compliance against
the delinquent taxes, use of statistical tests. Statistical test used in this study is the
classical assumption test, correlation analysis, multiple linear regression analysis,
coefficient determination and test the hypothesis that assisted using IBM SPSS
Statistics 17 application.
The results of testing data show that the influence of delinquent tax collection
is very strong, it means tax arrears was strongly influenced by the tax collection.
Likewise with tax compliance, very strong influence on delinquent taxes.
iii
S
eg
ala p
ji d
u
an
sy
u
r k
k
u
eh
ad
irat
✡llah
S
W
T, berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.
Usulan penelitian ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan dalam
menempuh program
studi Strata 1 pada program studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung
(UNIKOM). Dimana judul yang diambil yaitu:
PENGARUH PENAGIHAN
PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP TUNGGAKAN
PAJAK (Survey Pada 10 KPP Pratama di Kanwil Jawa Barat I)
.
Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun skripsi ini, penulis
menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan Prof. Dr. Hj. Umi
Narimawati, Dra, SE. M. Si., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk
yang sangat berharga demi selesainya penyusunan skripsi ini, akhirnya dengan
doa, semangat ikhtiar penulis mampu melewatinya.
Dalam kesempatan ini penulis megucapkan banyak terimakasih terutama
kepada Ibu, Ayah dan Adik yang selalu mendoakan dan memberi dukungan baik
secara moril maupun materil serta kasih sayang yang tiada henti kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini hingga selesai. Penulis
iv
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M. Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Komputer Indonesia.
4. Inta Budi Setyanusa, SE., M.Ak dan Lilis Puspitawati, SE., M.Si selaku
Penguji.
5. Surtikanti, S.E., M.Si., selaku dosen wali yang telah memberikan
dukungan dan bimbingan kepada penulis selama kuliah.
6. Siti Kurnia Rahayu SE, Mak.,Ak., selaku koordinator pajak.
7. Seluruh Dosen dan Staff Unifersitas Komputer Indonesia
8. Sahabat terbaik Rosyana Dewi, Desi Eka Ramayanti, Dickie Anggara dan
Rizki Rasphati yang selalu ada dalam suka dan duka serta selalu
mendukung dan memberi bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Adik kosan Dena Maha, terimakasih buat dukungannya selalu.
10. Icha, Dickie, Epul, Dewyta, Mario, Caesar, Ari, Iman teman bareng dan
seperjuangan saat penyusunan skripsi, terimakasih selalu membantu dalam
proses pembuatan skripsi. Semoga kita selalu kompak. Sukses selalu.
11. Arif, Rika, Iren, Dea, Eka, Andi, Iqin, Putri, Genda dan Adit teman
bermain yang selalu menghibur disaat jenuh mengerjakan skripsi.
v
semoga kita sukses.
14. Dan pihak lain yang telah membantu dalam penulisan laporan kerja
praktek ini.
Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan bagi kita semua, dan semoga doa, dorongan, perhatian dan
pengertian yang diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala yang
berlipat dari Allah SWT.
Terima kasih.
Wassalamua laikum Wr. Wb.
Bandung,
Juli 2012
Penulis
Annis Anindita Munggarani
vi
MOTTO
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN
✢ ✣✢✤✥✦✥✧★✩✪ ✥✫ ✥✬ ✭✮✩ ✬✩✪ ✯✦✯✥✬ ✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✢ ✢ ✣✰✱✲✩ ✬✦✯✳ ✯✫ ✥✴ ✯✲ ✥✬✵ ✶✷ ✶ ✴✥✬✸✥✴✥✪ ✥✹✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✺ ✢✣✰✣✢✱✲✩ ✬ ✦✯✳✯✫ ✥✴ ✯✸✥✴✥✪ ✥✹✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✺ ✢✣✰✣✰ ✵✶✷ ✶ ✴✥✬✸ ✥✴ ✥✪ ✥✹✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✢✻ ✢ ✣✼✸ ✥✫✴ ✶✲✲✥✬✽✶✾ ✶✥✬✮✩ ✬✩✪ ✯✦✯✥✬✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✢✻ ✢✣✼✣✢✸ ✥✫ ✴ ✶✲✮✩ ✬✩✪ ✯✦✯✥✬ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✢✻ ✢✣✼✣✰ ✽✶✾ ✶ ✥✬✮✩ ✬✩✪ ✯✦✯✥✬✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✢✻ ✢ ✣✿❀✩ ✭ ✶✬ ✥✥✬✮✩ ✬✩✪ ✯✦✯✥✬✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✢✢ ✢✣✿✣✢ ❀✩✭✶✬ ✥✥✬✮ ✧✥✫✦✯✴ ✯✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✢✢ ✢✣✿✣✰ ❀✩✭✶✬ ✥✥✬❁✫ ✥✲✩✷ ✯ ✴✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✢✢ ✢ ✣❂✤❃✫ ✥✴ ✯✲ ✥✬❄✥✫✦✶✮✩ ✬✩✪ ✯✦✯✥✬✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✢✢ ✢✣❂✣✢✤❃✫✥✴✯✮✩ ✬✩✪ ✯✦✯✥✬ ✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✢✢ ✢✣❂✣✰ ❄✥✫✦✶✮✩ ✬✩✪ ✯✦✯✥✬✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✣✣✣ ✣✢✰
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS
vii
❳◗❨◗ P■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■❑ ❑ ❍■ ❑❭❖❢ ❙❘❴❪❖❪■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ❑❤
BAB III OBJEK DAN MERODE PENELITIAN
❑■❏✐ ❛❨❴P❳❴▼❴❫❖❘ ❖◗ ▼■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■❑❥ ❑■ ❍❦ ❴❘❙◆❴❳❴▼❴❫❖❘ ❖◗ ▼■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■❑❥ ❑ ■ ❍■❏❧❴❪◗ ❖▼❳❴▼❴❫❖❘ ❖◗ ▼■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■■■■ ■❑ ❩
❑ ■ ❍■❍✐❢❴❚◗❪❖❙ ▼◗❫❖❪◗❪❖
Variabel...42
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ...46
3.2.3.1 Sumber Data ...46
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data...47
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ...48
3.2.4.1 Uji Validitas...49
3.2.4.2 Uji Realibilitas ...52
3.2.4.3 Uji MSI ...54
3.2.5 Rancangan Analisis dan Rancangan Hipotesis ...56
3.2.5.1 Rancangan Analisis ...56
3.2.5.2 Rancangan Hipotesis ...69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak ...73
4.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak ...73
4.1.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak ...78
4.1.3 Uraian Tugas ...79
4.1.4 Aspek Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak...82
4.2 Karakteristik Responden...83
4.2.1 Profil Responden Berdasarkan Umur...83
4.2.2 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...84
4.2.3 Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja ...84
4.3 Analisis Deskriptif...85
4.3.1 Analisis Deskriptif Penagihan Pajak ...86
4.3.2 Analisis Deskriptif Kepatuhan Wajib Pajak...89
4.3.3 Analisis Deskriptif Tunggakan Pajak...93
4.4 Analisis Verifikatif ...94
4.4.1 Keterkaitan Penagihan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak,
Tunggakan Pajak ...94
4.4.2 Pengaruh Penagihan Pajak Terhadap Tunggakan Pajak ...96
ix
3.1 Normalitas ...62
3.2 Skema Paradigma...69
4.1 Gambar Organisasi KPP ...80
x
2.1
Jadwal Waktu Penagihan Pajak ... ....21
2.2
Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu ... ....28
3.1
Desain Penelitian... ....41
3.2
Operasionalisasi Variabel... ....43
3.3
Pilihan Jawaban Kuesioner Positif... ....45
3.4
Pilihan Jawaban Kuesioner Negatif ... ....46
3.5
Standar Penilaian untuk Validitas ... ....50
3.6
Hasil Uji Validitas Kuesioner Penagihan Pajak... ....51
3.7
Hasil Uji Validitas Kuesioner Kepatuhan Wajib Pajak ... ....52
3.8
Standar Penilaian untuk Reliabilitas ... ....53
3.9
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian... ....54
3.10 Kriteria Presentase Tanggapan Responden ...58
3.11 Hasil Uji Normalitas Data ...60
3.12 Hasil Uji Multikolinieritas ...63
3.13 Hasil Uji Heterogenitas ...64
3.14 Hasil Uji Autokorelasi...66
3.15 Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ...67
4.1
Profil Responden Berdasarkan Umur...84
4.2
Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...85
4.3
Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja ...85
4.4
Kriteria Pengklasifikasian Presentase Skor Tanggapan Responden
Kriteria Presentase Tanggapan Responden ...86
4.5
Rekapitulasi Persentase Skor Jawaban Responden Mengenai
Penagihan Pajak ...87
4.6
Rekapitulasi Tanggapan Responden Pada Indikator Surat Paksa ...88
4.7
Rekapitulasi Tanggapan Responden Pada Indikator Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan...89
4.8
Rekapitulasi Tanggapan Responden Pada Indikator Pelaksanaan
Lelang...90
4.9
Rekapitulasi Persentase Skor Jawaban Responden Mengenai
Kepatuhan Wajib Pajak ...90
4.10 Rekapitulasi Tanggapan Responden Pada Indikator Aspek
Ketepatan Waktu ...91
4.11 Rekapitulasi Tanggapan Responden Pada Indikator Aspek
Income atau Penghasilan Wajib Pajak ...92
4.12 Rekapitulasi Tanggapan Responden Pada Indikator Aspek
Law Enforcement (Pengenaan Sanksi) ...93
4.13 Analisis Regresi Linier Berganda...95
4.14 Nilai Korelasi Penagihan Pajak...97
xi
Lampiran 3 Daftar Hadir Seminar Usulan Penelitian
Lampiran 4 Lembar Revisi UP
Lampiran 5 Lembar Revisi Sidang Skripsi
Lampiran 6 Catatan Kegiatan Bimbingan
Lampiran 7
Kuesioner
Lampiran 8
Data Ordinal
Lampiran 9
Data Interval
Lampiran 10
Hasil Uji MSI
1
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perpajakan merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal yang dinamis,
penerapannya harus senantiasa mengikuti dinamika perekonomian, baik domestik
maupun internasional (Rosdiana, 2006). Mengingat adanya dua fungsi yang
melekat pada pajak (
t ✉✈getair
dan
regulerend
), maka dalam pemungutan pajak
bukan hanya ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan momentum
pertumbuhan ekonomi, juga menggenjot penerimaan negara. Oleh karena itu,
setiap tahun Dirjen Pajak dituntut untuk selalu meningkatkan penerimaan dari
sektor pajak sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dana untuk pembangunan
(Rahayu, 2007). Maka dapat dikatakan sektor perpajakan masih menjadi andalan
pemerintah sebagai sumber pendapatan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) kita, meskipun masih banyak sektor lain seperti minyak dan gas
bumi, serta bantuan luar negeri.
Pada kenyataannya dalam beberapa tahun terakhir Direktorat Jenderal Pajak
(Ditjen Pajak) selalu gagal mencapai target dalam APBN (Drajad Wibowo, 2011).
Itu semua di sebabkan masih adanya jutaan masyarakat yang belum membayar
pajak. Untuk itu pemerintah akan menertibkannya sehingga penerimaan negara
naik (Fuad Rahmany, 2011). Namun, untuk mencapai target tersebut tidaklah
mudah, dibutuhkan strategi-strategi khusus dalam meningkatkan penerimaan
Kemudian masalah tentang penerimaan pajak adalah realisasi penerimaan
pajak belum memuaskan. Per 7 November 2011, realisasi penerimaan negara dari
perpajakan masih Rp 681,58 triliun atau 77,6% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2011 sebanyak Rp 878,68 triliun. Secara
persentase, dibandingkan tahun lalu, penerimaan ini masih rendah. Pada
November 2010, realisasi perpajakan tercatat Rp 487,137 triliun atau 80,4% dari
target dalam APBN-Perubahan 2010 sebesar Rp 606,116 triliun (Fuad Rahmany,
2011). Hingga akhir tahun, realisasi penerimaan pajak sulit menembus angka
100% atau lebih (Gunadi, 2011).
Oleh sebab itu jika pemerintah ingin mengejar target tersebut, selain
pembenahan di Ditjen Pajak maka pemerintah juga harus membuat terobosan
yang benar-benar efektif, bukan terobosan yang berupa konsep. Di atas kertas
target tersebut memang kelihatannya bisa dicapai. Karena faktanya, meski jumlah
wajib pajak yang tercatat sudah cukup banyak tetapi yang benar-benar membayar
pajak hanya sedikit (Drajad Wibowo, 2011). Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak
mencatat sebanyak 1,8 juta wajib pajak (WP) menunggak pajak. (Fuad Rahmany,
2011).
Wajib pajak diberikan kebebasan dalam menghitung besarnya pajak yang
harus disetorkan kepada negara, tentunya dengan peraturan yang telah dikeluarkan
oleh Dirjen Pajak, sehingga wajib pajak bisa yakin akan besarnya pajak yang akan
dilaporkan. Tapi dalam praktiknya tidak semua wajib pajak tepat menghitung
pajaknya dengan benar dan bahkan tidak menyetorkan pajaknya, ada yang dengan
kembali kepada wajib pajak atas kekurangan pajak yang harus dibayar. Menurut
perhitungan KPP Pratama Sumedang pada tahun 2008 terdapat penanggung pajak
sebesar 536 dengan total tunggakan 3.375.513.075 sedangkan pada tahun 2009
terdapat penanggung pajak sebesar 1.451 dengan total tunggakan Rp.
3.757.343.944. Terlihat jelas bahwa terdapat peningkatan penanggung pajak
sebesar 915 dengan total tunggakan sebesar 381.830.869. Oleh karena itu wajib
pajak yang masih memiliki utang pajak wajib melunasinya berikut dengan biaya
penagihannya. Akan dilakukan tindakan penagihan apabila wajib pajak tidak
bersedia untuk melunasi utang pajak tersebut. Oleh karena itu, Kanwil Pajak
Wilayah I dan II Jabar diminta perbaiki sistem dan administrasi perpajakan
(penagihan pajak) agar target capaian pajak bisa terwujud, sementara penunggak
berkurang. (Ahmad Heryawan, 2012).
Wajib pajak pada umumnya sering melakukan penunggakan pembayaran
pajaknya dengan berbagai alasan. Untuk menghadapi wajib pajak tersebut Kantor
Pelayanan Pajak melakukan strategi-strategi tertentu agar wajib pajak melunasi
tunggakan pajaknya. Salah satunya adalah penagihan pajak. Penagihan pajak
adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan
biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan
penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan
pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual
barang yang telah disita. Namun,
jika alasan pemerintah belum bisa menagih
tunggakan pajak itu karena alasan penghitungan, maka hal tersebut tidak masuk
memiliki kemampuan untuk melakukan penagihan pajak tersebut (Haryono Umar,
2011).
Fenomena lain untuk tunggakan pajak adalah 25-30 persen tunggakan
pajak yang bisa ditagih oleh pemerintah setiap tahunnya. Sisanya, 75 persen, tak
bisa ditagih karena terhalang kasus sengketa pajak (Mochamad Tjiptardjo, 2010).
Melalui Kantor Pelayanan Pajak, Direktorat Jenderal Pajak melakukan berbagai
cara melalui intensifikasi maupun ekstensifikasikan kepada wajib pajak untuk
dapat melakukan pembayaran.
Selain itu, untuk mencapai target tersebut pemerintah melalui Direktorat
Jenderal Pajak beserta strukturnya seperti Kantor Pelayanan Pajak (KPP) disetiap
daerah diberikan target setiap awal tahun dan pada akhir tahun akan dievaluasi
untuk melihat perkembangannya. Dalam usaha KPP untuk mencapai target
tersebut diambil berbagai kebijakan antara lain penambahan jumlah wajib pajak,
penagihan pajak secara lebih aktif kepada setiap wajib pajak yang menunggak
pembayaran pajaknya dan melakukan pemeriksaan dengan teliti. Dengan
penagihan yang lebih aktif dan mengetahui pola pembayaran utang pajak oleh
wajib pajak maka setiap KPP semakin dekat dan mengenal karakter wajib
pajaknya (Riskon Ginting, 2006). Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
tunggakan pajak ada 2, yaitu faktor ekstern dan faktor intern.
Oleh karena itu, pemerintah sudah menyiapkan strategi khusus untuk
mengejar para penunggak pajak. Data terakhir ada 1,8 juta wajib pajak penunggak
dan terus bertambah tiap tahun. (Agus Martowardojo, 2011). Salah satu upaya
yang akan dilakukan yaitu direktorat Jenderal (Ditjen Pajak) bakal melakukan
masih banyaknya wajib pajak baik badan maupun orang pribadi yang belum
memenuhi kewajiban pajaknya. Wajib pajak yang menunggak piutang pajak
tersebut kebanyakan menunggak pajak PBB yang jumlahnya tidak terlalu besar
(Fuad Rahmany,2011). Selain itu langkah preventif bisa dilakukan, Pemerintah
mengancam para penunggak pajak yang tak kunjung membayar, namanya akan
diumumkan ke media massa (Agus Martowardojo, 2011). Penegakan hukum
kepada WP/PP yang tidak melunasi tunggakan pajaknya dalam waktu yang telah
ditentukan antara lain adalah dengan memberlakukan tindakan penagihan pajak
yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa, yaitu berupa serangkaian
tindakan agar WP/PP melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memeritahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita (Amin
Purnawan, 2004). Penagihan pajak dilakukan berdasarkan utang pajak yang belum
dibayar (tunggakan pajak) yang tercantum dalam ketetapan pajak. (Gunadi, 2011).
Kemudian pemerintah juga harus segera menyelesaikan tagihan pajak
melalui beberapa langkah, termasuk dengan membawanya ke Mahkamah
Peradilan Pajak. Agar terjadi kesepakatan yang sama-sama menguntungkan baik
pemerintah maupun perusahaan, masalah tunggakan pajak bisa dibawsa ke
Mahkamah Peradilan Pajak, jika masalah tersebut tidak kunjung selesai di
Direktorat Jenderal Pajak. Jika hasil Mahkamah Peradilan Pajak menyatakan
bahwa perusahaan terbukti bersalah dan harus membayar tunggakan pajaknya,
Pajak menyatakan bahwa pemerintah salah dalam menghitung jumlah besaran
pajak yang harus dibayar perusahaan, maka pemerintah pun harus mentaatinya
dengan menghapuskannya (Emir Moeis, 2008). Wajib Pajak mempunyai hak
untuk mengajukan keberatan atau banding. Kalau dikabulkan maka akan
mengurangi tunggakan. Sebaliknya kalau keberatan atau banding ditolak maka
akan disandera (Agus Martowardojo, 2011).
Pemerintah harus memiliki integritas di atas perusahaan-perusahaan
pengemplang pajak. Jika posisi pemerintah lemah, maka kondisi ini bisa saja
terulang lagi untuk ke depannya (Danang Widoyoko, 2011). Pemerintah akan
memaksimalkan penagihan tunggakan pajak demi peningkatan penerimaan
negara.Dirjen Pajak telah mendapatkan komitmen dari seluruh jajarannya, bahwa
lingkungan pegawai di lingkungan Ditjen Pajak akan semakin menjalankan fungsi
dengan integritas yang tinggi (Agus Martowadojo, 2011).
Kantor pelayanan pajak Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara memblokir
104 rekening wajib pajak yang bandel melunasi kewajiban hutang pajaknya. Dari
104 rekening tadi, sebanyak 53 rekening berasal dari wajib pajak kantor
pelayanan Pare Pare. Pelelangan itu dilakukan setelah langkah awal penagihan
melalui surat teguran, kemudian surat paksa bayar hingga permintaan blokir
rekening tidak ada upaya penyelesaian dari wajib pajak. (Djoni Prasetyo, 2011).
D
i Semarang, Jateng, Videotron atau reklame video disegel karena pemiliknya
telat membayar pajak. Jumlah tunggakan mencapai Rp 1,2 milyar (Elly Sugiatmi
menjadi contoh bagi pemerintah daerah di seluruh Indonesia dan pemerintah pusat
dalam menindak penunggak pajak.
Dalam pelaksanaan penagihan pajak, Direktorat Jenderal Pajak mengaku
tidak ada intervensi dari pihak luar dalam menagih tunggakan-tunggakan pajak.
Penagihan dilakukan agar para wajib pajak makin tertib melakukan pembayaran
pajak. Pihak Direktorat Jenderal Pajak hanya melakukan penagihan pajak secara
aktif sesuai prosedur yang berlaku. Direktorat Jenderal Pajak didukung dan
dilindungi presiden (M. Tjiptardjo, 2010). Independensi Direktorat Jenderal Pajak
dan dukungan dari presiden memang diperlukan, karena dengan begitu usaha
Direktorat Jenderal Pajak dalam menagih tunggakan pajak bisa maksimal.
Namun, pelaksanaan tindakan penagihan pajak sebaiknya dilakukan dengan tetap
berlandaskan pada asas praduga tidak bersalah dan menjaga keseimbangan hak
dan kewajiban antara wajib pajak dan fiskus. Jangan hanya karena mengejar
target penerimaan pajak, mengabaikan hak-hak wajib pajak bahkan melanggar
hak-hak asasi manusia. Perlu diperhatikan aspek keadilan dalam perpajakan yakni
dengan adanya keseimbangan hak dan kewajibannya antara wajib pajak dan
fiskus. Wajib pajak patuh memenuhi kewajibannya bukan karena takut kena
sanksi, melainkan wujud rasa tanggung jawab dan kesadaran akan arti pentingnya
pajak bagi pembangunan, di sisi lain pemerintah harus meningkatkan pelayanan
kepada publik sebagai wujud tanggung jawabnya kepada masyarakat (Amin
Purnawan, 2004).
Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) menargetkan rasio kepatuhan hanya
masyarakat Indonesia dari segi kepatuhan masih rendah sehingga belum bisa
mencapai 100 persen. Target 62,5% itu adalah target minimal, sedangkan
maksimal tentu kita harapkan 100%. Target minimal ini setiap tahun kita
tingkatkan, hingga natinya 100%, karena sebagai negara berkembang, kesadaran
masyarakat kita masih belum bisa 100% (Liberti Pandiangan, 2011). Berdasarkan
data Ditjen Pajak, pada 2010, SPT PPh yang diterima Ditjen Pajak sebanyak
8.202.309, dengan jumlah WP yang terdaftar sebanyak 15.911.576 dan wajib
pajak yang wajib melaporkan SPT sebanyak 14.101.933 sehingga rasio kepatuhan
sebesar 58,16%. Pencapaian rasio kepatuhan pada 2011 tersebut sudah melebihi
target di 2010 yang sebesar 57,5%.
Pada umumnya, kemauan WP membayar pajak belum didorong oleh
kesadaran pajak, melainkan baru didorong oleh adanya kepatuhan sukarela
(
voluntary compliance
) yaitu apabila WP sudah melaksanakan kewajibannya
mengirimkan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT). Sekalipun WP memenuhi
kewajibannya karena dia takut akan sanksi-sanksi yang tercantm dalam
undang-undan. Kesadaran pajak memerlukan adanya pengertian dari masyarakat tentang
fungsi dan manfaat pajak. Pengertian tersebut akan membawa ke arah kesadaran
pajak (
tax consiouaness
). Selanjutnya timbul kesukaan terhadap pajak (
tax
mindedness
) dan khirnya akan ada disiplin pajak (
tax dicipline
), dimana WP akan
memenuhi kewajibannya dengan jujur dan tepat pada waktunya. Peningkatan
kesadaran WP dalam membayar pajak, perlu diimbangi dengan peningkatan
pelayanan, disamping penegasan pelaksanaan pemeriksaan dan penerapan
Berbagai kebijkan dibidang perpajakan tidak akan berhasil apabila tidak
diimbangi oleh sikap keterbukaan serta kejujuran dari wajib pajak. Kadar
keterbukaan dan kejujuran masyarakat akan menentukan kadar kepatuhan dalam
pembayaran pajak. Pembentukan kadar kepatuhan ini akan dipengaruhi oleh
nilai-nilai sosial yang hidup dalam masyarakat wajib pajak. (Amin Purnawan, 2004).
Berdasarkan paparan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul
PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DAN
KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP TUNGGAKAN PAJAK
(Survey Pada 10 KPP Pratama di Kanwil DJP Jawa Barat I)
.
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas, maka
penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Masalah yang dihadapi Direktorat Jenderal Pajak di Indonesia saat ini
adalah kurang optimalnya penagihan pajak dalam melakukan pelunasan
tunggakan pajak.
2. Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia dari segi kepatuhan membayar
pajak masih rendah sehingga belum bisa mencapai target 100 persen.
3. Masih banyak wajib pajak belum melunasi utang pajaknya meskipun
1.2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penagihan pajak pada KPP Pratama di Kanwil DJP Jawa
Barat I.
2. Bagaimana kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama di Kanwil DJP
Jawa Barat I.
3. Bagaimana tunggakan pajak pada KPP Pratama di Kanwil DJP Jawa
Barat I.
4. Seberapa jauh pengaruh penagihan pajak terhadap tunggakan pajak
pada KPP Pratama di Kanwil DJP Jawa Barat I.
5. Seberapa jauh pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap tunggakan
pajak pada KPP Pratama di Kanwil DJP Jawa Barat I.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Mengumpulkan data dan informasi terkait dengan penagihan pajak dalam
upaya mengatasi tunggakan pajak.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis :
1. Penagihan pajak pada KPP Pratama di Kanwil DJP Jawa Barat I.
2. Kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama di Kanwil DJP Jawa Barat I.
3. Tunggakan pajak pada KPP Pratama di Kanwil DJP Jawa Barat I.
4. Pengaruh penagihan pajak terhadap tunggakan pajak pada KPP Pratama
5. Pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap tunggakan pajak pada KPP
Pratama di Kanwil DJP Jawa Barat I.
1.4 Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Kegunaan Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Direktorat Jenderal
Pajak ataupun KPP dalam mengevaluasi kinerja penagihan dan upaya-upaya
pencairan/pengurangan tunggakan pajak dan pengetahuan kepada organisasi
tentang pengaruh pelaksanaan penagihan pajak dan kepatuhan wajib pajak
terhadap tunggakan pajak. Diharapkan pula dapat membantu memberikan solusi
bagi Kantor Pelayanan Pajak yang mengalami kesulitan dalam penagihan pajak.
1.4.2 Kegunaan Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, informasi, dan
pengetahuan tentang pengaruh penagihan pajak dan kepatuhan wajib pajak
terhadap tunggakan pajak yang berguna untuk bidang keilmuan pada umunya dan
Akuntansi Pajak pada Khususnya.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.5.1 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilaksanakan pada dilaksanakan pada 10 Kantor
Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Jawa Barat I. Hal ini diuraikan pada tabel
Tabel 1.1
Nama dan Alamat Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Jawa Barat I
No
Nama KPP Pratama
Alamat
1
KPP Karees
Jl. Ibrahim Adjie (d/h Jl. Kiara Condong)
No.372, Bandung
2
KPP Soreang
Jl. Raya Cimareme No. 205 Ngamprah,
kab. Bandung Barat
3
KPP Cibeunying
Jl. Purnawarman No.21, Bandung
4
KPP Cicadas
Jl. Soekarno Hatta No. 781, Bandung
5
KPP Bojonagara
Jl. Asia Afrika No.114, Bandung
6
KPP Cimahi
Jl. Raya Barat No.574 Kotak Pos 112,
Cimahi
7
KPP Tegallega
Jl. Soekarno-Hatta No.216, Bandung
8
KPP Sumedang
Jl. Ibrahim Adjie (d/h Jl. Kiara Condong)
No.372, Bandung
9
KPP Cianjur
Jl. Raya Cianjur-Bandung KM. 3, Cianjur
10
KPP Purwakarta
Jl. Ir. H. Juanda No. 1, Ciganea Bunder,
Purwakarta
1.5.2 Waktu Penelitian
Waktu yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2012
sampai dengan Agustus 2012. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membuat
rencana jadwal penelitian yang dimulai dengan tahap persiapan sampai ketahap
akhir yaitu pelaporan hasil penelitian. Secara lebih rinci waktu penelitian dapat
dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini :
Tabel 1.2
Pelaksanaan Penelitian
Pada 10 Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kanwil DJP Jawa Barat I
Tahap
Prosedur
Bulan
Maret
2012
April
2012
Mei
2012
Juni
2012
Juli
2012
Agust
2012
I
Tahap Persiapan :
1. Membuat outline dan
proposal UP
[image:26.595.107.557.630.746.2]3. Mengambil formulir
penyusunan UP
4. Menentukan tempat
penelitian
II
Tahap Pelaksanaan :
1. Mengajukan outline
dan proposal Up
2. Meminta
surat
pengantar ke Kanwil
DJP Jabar I
3. Pengumpulan Data
4. Analisis
5. Menulis Draf Skripsi
III
Tahap Pelaporan :
1. Menyiapkan
draft
skripsi
2. Sidang akhir skripsi
3. Penyempurnaan
✇ ①
2.1 Kajian Pustaka
❷❸❹❺❸❻ ❼❽ ❾❿ ❸➀ ❸ ➁ ➂➃ ❺❾ ❺ ❾❿❽ ➄ ❺ ❼❽❾❿ ❸➀❸ ❿➂➃ ➅ ❸➄ ❸❼ ➁❽ ➀❽ ➆ ❸➃❿ ❺➀➂ ➇
,
❹❽➃❻❸➇ ❺➇➈ ❺❸➅➆❼➂ ❻➂ ➇❺❿ ❺❸❻ ❾➂➁➂ ➇❽ ➈ ❻
y
❸y
❸❻➉ ➁➂➃ ➀ ❸❺❿ ❸❻ ➄➂ ❻➉❸❻ ❿➊❼ ❺➀ ❼➂ ❻➂ ➇❺❿ ❺❸❻➋ ➌➃ ❸❺❸❻ ➀❸❹❺❸❻❼❽ ❾❿ ❸➀ ❸ ➄❺❸➃ ❸➅➀ ❸❻ ❽❻❿❽ ➀ ➈➂ ❻❽
y
❾❽❻➀ ➂➃ ❸❻➉➀❸ ❼➂➈ ❺➀❺➃ ❸❻ ❸❿ ❸❽➀➊❻ ❾➂ ❼y
❸❻➉ ❸➀❸❻➄ ❺➉❽ ❻ ❸➀❸❻ ➄ ❸➇❸➈ ❼➂ ❻➂ ➇❺❿ ❺❸❻➋ ➍➄❸❼❽ ❻ ❿❺❻ ❹❸❽ ❸❻ ❼❽❾❿ ❸➀❸ ❼ ❸➄❸ ❼➂ ❻➂ ➇❺❿ ❺❸❻ ❺❻ ❺
➈ ➂ ➇❺❼❽ ❿ ❺ ➀➊❻❾➂ ❼ ➈➂ ❻➉➂ ❻ ❸❺ ❼➂ ❻ ❸➉❺➅ ❸❻ ❼❸❹❸➀ ➆ ➀➂ ❼ ❸❿❽➅❸❻ ➎❸❹❺➁ ❼ ❸❹❸➀ ➄❸❻
❿❽❻➉ ➉❸➀❸❻❼ ❸❹❸➀➋
2.1.1 Penagihan Pajak
2.1.1.1 Pengertian Penagihan Pajak
➏➂ ❻➉➂➃ ❿ ❺❸❻➏➂ ❻ ❸➉❺➅ ❸❻➈➂ ❻❽➃ ❽❿➐❸➃➄❺❸❾➈➊
(2011:125),
➈➂ ❻y
❸❿ ❸➀ ❸❻ ➁❸➅➎❸:
➑➂➃ ❸❻➉➀❸❺❸❻ ❿ ❺❻ ➄❸➀❸❻ ❸➉❸➃ ❼➂ ❻ ❸❻➉ ➉❽❻➉ ❼ ❸❹❸➀ ➈➂ ➇❽ ❻ ❸❾ ❺ ❽ ❿ ❸❻➉ ❼ ❸❹❸➀ ➄ ❸❻ ➁❺❸❸
y
❼➂ ❻❸➉❺➅❸❻❼❸❹❸➀ ➄➂ ❻➉❸❻➈➂ ❻➂➉❽ ➃ ❸❿ ❸❽ ➈➂➈❼➂➃ ❺❻➉❸❿➀❸❻➆➈➂ ➇❸➀❾ ❸❻❸➀❸❻❼➂ ❻ ❸➉❺➅ ❸❻ ❾➂➀➂❿ ❺➀❸ ➄ ❸❻ ❾➂➀ ❸➇❺➉❽ ❾➆ ➈➂➈ ➁➂➃ ❺❿ ❸ ➅❽ ➀ ❸❻ ➑❽ ➃ ❸❿ ➏❸➀ ❾ ❸,
➈➂ ❻➉❽❾❽➇➀ ❸❻ ❼➂ ❻➒➂➉❸➅ ❸❻➆ ➈ ➂ ➇❸➀ ❾ ❸❻❸➀❸❻❼➂ ❻y
❺❿ ❸❸❻➆➈ ➂ ➇❸➀ ❾ ❸❻ ❸➀ ❸❻❼➂ ❻y
❸❻ ➄➂➃❸❸❻➆ ➈ ➂ ❻❹❽❸➇➁ ❸➃❸❻➉y
❸❻➉❿➂ ➇❸➅ ➄ ❺❾❺❿ ❸.
Pengertian Penagihan menurut Moeljohadi (2001:11), yaitu :
Perbuatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak karena Wajib Pajak
tidak melunasi baik sebagian/seluruh kewajiban perpajakan yang terutang
menurut undang-undang perpajakan yang berlaku .
→➣↔↕ ➙➛➜↕ ↔ ➝↕➞↕ ➟ ➠ ➛➡↕ ➟➢ ➟↕ ↔ ➤ ➣➥➠ ↕➦↕➥➟↕ ↔ ➢ ➧↕ ↔ ➙ ➝↕➞↕ ➟ ↕ ↔ ➙
y
➤ ➣➡➢ ➨ ➠➛➤↕↕➥y
(
➧➢↔➙ ➙↕ ➟↕ ↔➝↕➞↕ ➟) y
↕ ↔ ➙➧➣➥➩↕ ↔ ➧➢ ➨➠↕➡↕ ➨➟ ➣➧➣➧↕ ➝↕↔➝↕➞↕ ➟➫.
➭↕➥➛ ➟ ➣➧➛➙↕ ➝ ➣↔➞ ➣➡↕➦ ↕ ↔ ➠ ➛ ↕ ➧↕➦ ➯ ➝➣↔➢➡ ➛➦ ➠ ↕ ➝↕ ➧ ➨➣↔↕➥ ➛➟ ➟ ➣➦ ➛➨ ➝➢ ➡↕ ↔ ➤↕ ➜➲↕
→➣↔↕ ➙➛➜↕ ↔ →↕➞↕ ➟↕➠ ↕➡↕ ➜ ➧➛↔➠ ↕ ➟↕ ↔ ↕ ↔ ➙
y
➠➛➡↕ ➟➢➟↕ ↔ ➳➡ ➣➜ ➭ ➛➥ ➣➟ ➧➳➥↕ ➧ ➵➣↔➠ ➣➥ ↕➡ →↕➞↕ ➟↕ ➙↕➥ ➝ ➣↔↕ ↔ ➙ ➙➢ ↔ ➙ ➝↕➞↕ ➟ ➨ ➣➡➢ ↔↕➦ ➛ ➢ ➧↕ ↔ ➙ ➝↕➞↕ ➟ ➠ ↕ ↔ ➤➛↕↕
y
➝ ➣↔↕ ➙➛➜↕ ↔ ➝↕➞↕ ➟ ↕ ↔➙y
➧➣➥➢➧↕ ↔ ➙➨ ➣↔➢ ➥➢ ➧➢ ↔➠↕ ↔ ➙
-
➢ ↔➠↕ ↔ ➙➝ ➣➥ ➝↕➞↕ ➟↕ ↔↕ ↔ ➙y
➤➣➥ ➡↕ ➟➢➸➺ ➛↔➠ ↕ ➟↕ ↔➝➣↔↕ ➙➛➜↕ ↔ ➝↕➞↕➟↕ ↔ ➙
y
➠➛➡↕ ➟➢➟↕ ↔ ➳➡ ➣➜➻➛➦ ➟➢➦ ➧➣➥ ➜↕➠↕ ➝ ➲↕➞ ➛➤ ➝↕➞↕➟➠ ↕ ↔↕ ➧↕➢ ➝ ➣↔↕ ↔ ➙ ➙➢ ↔ ➙➝↕➞↕ ➟➠ ↕ ➝↕ ➧➠➛➡↕ ➟➢➟↕ ↔➠➣↔➙↕ ↔➠➢ ↕➩↕➥↕➤➣➥➛➟➢➧
:
1. Penagihan Aktif
→➣↔↕ ➙➛➜↕ ↔ ↕ ➟➧➛➻
y
↕ ➟ ↔➛ ➝ ➣↔↕ ➙ ➛➜↕ ↔ ↕ ↔ ➙y
➠➛➡↕ ➟➢➟↕ ↔ ➳➡ ➣➜ ➻➛➦ ➟➢➦ ➦ ➣➧➣➡↕ ➜ ➧↕ ↔➙ ➙↕➡➞↕ ➧➢ ➜ ➧➣➨ ➝➳ ➝➣➨ ➤↕↕➥↕ ↔
y
➠↕➥ ➛ ➼➢ ➥↕ ➧ ➺↕ ➙➛➜↕ ↔ →↕➞↕ ➟(
➼➺→),
➼➢➥ ↕ ➧ ➽➣➧➣➧↕ ➝↕ ↔→↕➞↕ ➟ ➽➢ ➥↕ ↔ ➙ ➾↕↕ ➥
y
(
➼➽→➽➾),
➼➢ ➥↕ ➧ ➽➣➧➣➧↕ ➝↕ ↔ →↕➞↕ ➟ ➽➢ ➥↕ ↔ ➙ ➾↕↕ ➥y
➺↕ ➨➤↕ ➜↕ ↔
(
➼➽→➽➾➺)
↕ ➧↕➢ ➦ ➣➞ ➣↔ ➛➦ ↔↕y
,
➟ ➣➝➢➧➢➦ ↕ ↔ ➝➣➨ ➤➣➧➢ ➡↕ ↔➯ ➟➣➝➢ ➧➢ ➦↕ ↔➟➣➤ ➣➥↕ ➧↕ ↔➯ ➝➢ ➧➢ ➦ ↕ ↔ ➤↕ ↔➠➛↔➙
y
↕ ↔ ➙ ➨ ➣↔ ➙↕ ➟➛➤↕ ➧➟↕ ↔ ➞➢ ➨➡↕ ➜ ➝↕➞↕ ➟ ↕ ↔ ➙y
➟➢ ➥↕ ↔ ➙➠ ➛➤↕↕ ➥
y
➧➛➠↕ ➟ ➠➛➡➢ ↔↕➦ ➛ ➳➡ ➣➜ ➲↕➞ ➛➤ ➝↕➞↕ ➟ ➦ ➣➜ ➛↔ ➙➙↕ ➠➛➧➣➥ ➤ ➛➧➟↕ ↔ ➦ ➢➥ ↕ ➧ ➧➣ ➙➢➥ ↕ ↔➯➦➢ ➥↕ ➧➝↕ ➟➦↕
,
➦ ➢ ➥↕ ➧➝➣➥ ➛↔ ➧↕ ➜➨➣➡↕ ➟➢ ➟↕ ↔➝ ➣↔y
➛➧↕↕ ↔➜ ➛↔➙ ➙↕➝➣➡↕ ➟➦↕ ↔↕↕ ↔➝ ➣↔➞➢ ↕➡↕ ↔➤↕➥ ↕↔ ➙
y
↕ ↔➙➠ ➛➦ ➛➧↕➨ ➣➡ ↕➡➢ ➛➡ ➣➡↕ ↔ ➙➤↕➥↕ ↔ ➙➨➛➡ ➛➟➝➣↔↕ ↔➙ ➙➢↔➙➝↕➞↕ ➟➸2. Penagihan Pasif
→➣↔↕ ➙➛➜↕ ↔ ➝↕➦ ➛➻
y
↕ ➟ ↔➛➝➣ ↔↕ ➙➛➜↕ ↔↕y
↔➙➠ ➛➡↕ ➟➢➟↕ ↔ ➳➡ ➣➜➻➛➦ ➟➢➦ ➦ ➣➤➣➡➢➨➧↕ ↔➙ ➙↕➡➞↕ ➧➢ ➜ ➧➣➨➝➳ ➝ ➣➨➤↕
y
↕➥↕ ↔ ➠↕➥ ➛ ➦ ➢ ➥↕ ➧ ➧↕ ➙➛➜↕ ↔ ➝↕➞↕ ➟➯ ➼➽→➽➾,
➼➽→➽➾➺ ↕ ➧↕➢➦ ➣➞ ➣↔ ➛➦ ↔↕
y
,
➟➣➝➢ ➧➢ ➦↕ ↔ ➝ ➣➨➤ ➣➧➢➡↕ ↔➯ ➟ ➣➝➢➧➢➦ ↕ ↔ ➟➣➤ ➣➥↕ ➧↕ ↔➯ ➝➢ ➧➢ ➦↕ ↔ ➤↕ ↔➠➛↔➙y
↕ ↔ ➙➨ ➣↔ ➙↕ ➟➛➤↕ ➧➟↕ ↔➞➢ ➨➡↕ ➜➝↕➞↕ ➟
y
↕ ↔➙➟➢ ➥↕ ↔ ➙➠➛➤↕↕ ➥y
➨➣➡↕➡➢➛➛➨ ➤↕➢ ↕ ↔➯ ➤↕ ➛➟2.1.1.2 Dasar Penagihan Pajak
➪➶➹ ➶➘ ➴ ➷➬ ➶➮➱✃ ➶➬ ➴➶❐ ➶❒ ❮ ➷➘❰ ➶➹➶ ➘❒ ➶➬ ➴ ➶➹ ➶Ï
18
➶y
➶Ð1
Ñ➬ ❰➶➬ ➮-
Ò ➬❰ ➶➬➮ ÓÔÕ6
Ð ➶✃ Ò➬
1983
➹➷❮ ➶➮➶➱Ö➶➬ ➶ Ð ➷Ï ➶✃ ❰ ➱Ò ❮➶✃ Ð ➷➘ ➶❒ ✃ ➱➘ ❰ ➷➬➮ ➶➬ Ñ➬❰ ➶➬ ➮-
Ò➬ ❰➶➬ ➮ ÓÔÕ28
Ð ➶✃ Ò➬
2007
Ð ➷➬Ð ➶➬ ➮❒ ➷Ð ➷ ➬Ð Ò ➶➬ ÑÖÒÖ❰ ➶➬ × ➶Ð ➶Ø ➶➘➶ Ù➷➘➴➶❐ ➶❒➶➬,
➴ ➷➬ ➶➮➱✃ ➶➬➴ ➶❐ ➶❒➶❒➶➬❰➱Ï ➶❒ Ò❒ ➶➬❮ ➱Ï ➶Ð ➷➘❰ ➶➴➶ÐÒÐ ➶➬ ➮➴➶❐ ➶❒
y
➶➬➮❰➱Ð ➶ ➮➱✃❰➷➬ ➮➶➬Ú1. Surat Tagihan Pajak (STP)
Û❰ ➶Ï ➶✃ ➹Ò ➘➶Ð Ò➬Ð Ò❒ Ö➷Ï ➶❒ Ò❒ ➶➬ Ð ➶➮ ➱✃➶➬ ➴➶❐ ➶❒ ❰➶➬Ü➶Ð ➶Ò ➹➶➬❒ ➹ ➱ ➶❰Ö➱➬➱➹Ð ➘➶➹ ➱
❮ ➷➘Ò➴ ➶❮ Ò➬ ➮➶❰➶➬Ü➶Ð ➶Ò❰ ➷➬ ❰➶
.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Û❰ ➶Ï ➶✃ ➹ Ò ➘➶Ð ❒➷Ð ➷Ð ➶➴ ➶➬ ➴➶❐ ➶❒
y
➶➬ ➮ Ö➷➬ ➷➬Ð Ò❒ ➶➬ ❮➷➹ ➶➘➬y
➶ ❐ ÒÖÏ ➶✃ ➴ Ô❒ Ô❒➴➶❐ ➶❒Ý❐ ÒÖÏ ➶✃❒ ➘ ➷❰➱Ð➴ ➶❐ ➶❒Ý❐ ÒÖÏ ➶✃❒➷❒ Ò ➘➶➬ ➮➶➬➴➷Ö❮ ➶➶ ➘➶➬
y
➴ Ô❒ Ô❒➴➶❐ ➶❒Ý❮➷ ➹➶➘ ➬➶y
➹ ➶➬❒➹ ➱➶❰Ö➱➬➱➹Ð ➘➶➹ ➱❰ ➶➬❐ ÒÖÏ ➶✃
y
➶➬ ➮Ö➶➹ ➱✃✃ ➶➘Ò➹❰➱❮ ➶y
➶ ➘.
3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Û❰ ➶Ï ➶✃➹Ò ➘➶Ð ❒ ➷Ð ➷Ð ➶➴➶➬➴ ➶❐ ➶❒ ➶➬ ➮
y
Ö➷➬ ➷➬Ð Ò❒ ➶➬Ð ➶Ö❮➶✃ ➶➬ ➶Ð ➶➹❐ ÒÖÏ ➶✃➴ ➶❐ ➶❒y
➶➬ ➮Ð ➷Ï ➶✃❰ ➱Ð ➷Ð ➶➴❒➶➬Õ
4. Surat Keputusan Pembetulan
Û❰ ➶Ï ➶✃ ➹ Ò ➘➶Ð ❒➷➴ ÒÐ Ò➹ ➶➬
y
➶➬ ➮ Ö➷Ö❮ ➷Ð ÒÏ❒ ➶➬ ❒➷➹➶Ï ➶✃ ➶➬ Ð ÒÏ ➱➹Ý ❒➷➹ ➶Ï ➶✃➶ ➬✃ ➱Ð Ò➬ ➮
,
❰ ➶➬Ü➶Ð ➶Ò ❒➷❒ ➷Ï ➱ ➘Ò➶➬ ➴ ➷➬ ➷➘➶➴➶➬ ❒ ➷Ð ➷➬Ð Ò ➶➬ Ð ➷➘Ð ➷➬Ð Ò ❰➶Ï ➶Ö ➴➷➘➶Ð Ò ➘➶➬➴➷➘Ò ➬❰ ➶➬ ➮
-
Ò➬ ❰➶➬ ➮➶➬➴➷➘➴➶❐ ➶❒ ➶➬Õ5. Surat Keputusan Keberatan
Û❰ ➶Ï ➶✃➹ Ò➘ ➶Ð❒ ➷➴ÒÐ Ò ➹ ➶➬ ➶Ð ➶➹❒ ➷❮ ➷➘➶Ð ➶➬Ð ➷➘✃ ➶❰ ➶➴ ÞÒ ➘➶Ð ß➷Ð ➷Ð ➶➴➶➬Ù➶❐ ➶❒ ➶Ð➶Ò
Ð ➷➘ ✃➶❰ ➶➴ ➴ ➷ÖÔÐ Ô ➬➮ ➶➬ ➶Ð ➶Ò ➴ ➷ÖÒ➬ ➮ÒÐ➶➬ ÔÏ ➷✃ ➴➱✃➶❒ ❒ ➷Ð ➱➮ ➶
y
➶➬ ➮ ❰➱➶❐ Ò❒➶➬ ÔÏ ➷✃6. Putusan Banding
áâãäãå æç èç é ãê ëã âãê ìíîã âïäãê ìãðãñ ã èãé òãêâïê ó èíîå ã âã æ ôçîã è
õíæç èç éãêõíòíîã èãêãê ó
y
â ïãðçñ ãêöä íå÷ãð ïò æãðãñø7. Putusan Peninjauan Kembali
áâãäãå æç èç é ãêùãåñ ãúãåáóçê óã èãéæ íîú öåöê ãê ñ íúòãä ï
y
ãê ó âïãðç ñã êöä íå ÷ãð ïò æãðãñ ã èãç öä íå û ïîíñèöîã è ü íê â íîãä ìãðãñ èíîå ã âã æ æç èç é ãê ò ãêâïê ó
ã èãçæçèçé ãêóç óã èãêâã îïòã âãêæ íîã â ïäãêæãðãñø
2.1.1.3 Biaya Penagihan Pajak
ýêèçñ úíäãñ éãê ãñãê é íèïã æ èïêâãñ ãê æ íêãó ïå ãê æãðãñ úíúíîäç ñãê ò ïãã
y
óç êã úíúò ãã î
y
åöêöîã îïçú æíäãñ é ãêã æ íêãóïåãê æãðãñ âãê ò ïããy
äã ïê ãêóy
èíîñ ã ïè âíê óãê é íèïã æ èã åã æãê æ íêã ó ïå ãê æãðãñø þãä ïêï úíúòç ã è ã âãêã
y
òïããy
æ íêãó ïå ãê æãðãñ ãê ó
y
å ã îç é âïèã ó ïå öäíå â ïúãê ã ò íé ã îêãy
âïé íéç ã ïñãê âíê óãêèãåã æãêæíäãñ é ãêã ãêæ íêãóïåãêæãðãñã êó
y
âïäãñ çñ ãêöä íåðç îçé ïèãæãðãñøë ïãã
y
æíê ãó ïå ãê æãðãñúíêçîç è ôïãåããê âãê ùã î ïåöèì. (2004:366),
ã âãäãåé íòãó ã ïò í îïñçè
:
1.
ë ïããy
æíäãñ éãê ããê ã èã ç æíêãúæã ïãêy
é ç îã è æãñ éãy
ãê ó úíä ïæç èï ò ïããy
å ã îïãê âãêò ïããy
æí îðãäãê ãêðçîçé ïèã.
2.
ë ïããy
æíäãñé ãê ããê æíêï èããêÿy
ãêóy
úíä ïæç èï òïãy
ã åã î ïãê âãê ò ïããy
æ íîðãäãêãê ðç îç é ïèã æãðãñâãê âç ã öîãê ó é ãñé ïy
ãê ó å ã îçéã âã ó çê ãé ãå êãy
æ íäãñé ãêã ãêæ íêïèããêy
æãðãñø3.
ë ïããy
æ íê íó ãåãê âãê✁ã èãçæ íêãêâíîããêøy
4.
ë ïããy
æ íäãñé ãê ããêä íäãê óã êóy
úíä ïæç èïò ïããy
æíêó çúçú ãêä íäãê óâ ïé çîã è ñ ãòã î âãê úíâïã äã ïê êy
ã,
ò ïããy
ä íäãêó,
òïããy
æ íêy
ïúæãê ãê ò ã îãê óy
ãê ó â ïé ïèã âãêò ïããy
äã ïêãê óy
ò íîå çò çê óãêâ íê óãêä íäãêó.
5.
ë ïããy
y
ãê ó èïúòç ä ñã î íêã æíê ðçãäãê ò ã îãêó é ïèããê ã êóy
èïâãñ âïäãñ çñ ãê èïâãñé í ã îãä íäãê ó.
Umumnya biaya penagihan pajak ini dikeluarkan terlebih dahulu oleh
✂✄☎☎
y
✆✝✞ ✆✝✟ ✆✠✡ ☛ ✝☞ ✠✌✄☎✟ ✍ ✝☞✠☎ ✂✄☎☎y
y
☎✟ ✎ ✆✝✏☎✑ ✌ ✄✒ ✝✏ ✠☎ ✞✒☎✟ ☎✒☎✟ ✌ ✄✒ ✝✏ ✠☎ ✞✒ ☎✟☎✒ ☎✟ ✌✄✓✝✞✑ ✄ ✆✠✟ ✎✒ ☎✟ ✌☎✟ ☎✒ ☎✟ ✌✄ ✆☎☞✂☎✑ ✒☎✟ ✓☎✌ ☎ ✓☎✔☎✒
y
☎✟ ✎ ✆✝ ✞✠ ✆☎✟ ✎(
✓✕✒✕✒✓☎✔☎✒✌ ☎✟ ✍☎✟✒✍✄ ✂✠✟✎ ☎ ✓✝✟☎✎ ✄✑☎✟ ✓☎✔☎✒
).
✖ ✝✍☎ ✞✟☎y
✂✄☎☎y
✓✝✟☎ ✎✄✑ ☎✟ ✓☎✔☎✒ ✌☎✓☎ ✆✌ ✄ ✠✂☎✑ ✕✏ ✝✑ ✓✝✔☎ ✂☎ ✆
y
☎✟ ✎ ✂ ✝✞✗✝✟☎✟ ✎,
✍ ✝✍ ✠☎✄ ✌ ✝✟ ✎☎✟ ✓✝✞✒✝☞ ✂☎✟ ✎☎✟ ✒✕✟ ✌✄ ✍✄✓✝✞✝✒✕✟✕☞✄☎✟✟ ☎ ✍✄✕✟ ☎✏
.
2.1.1.4 Pelaksanaan Penagihan
✘✞✕✍ ✝✍ ✓✝✟☎✎ ✄✑☎✟ ✓☎✔☎✒ ☎✒ ☎✟ ✌✄✏☎✒✠✒ ☎✟ ✂✄✏☎ ✆✝✞✌☎✓☎ ✆ ✠✆☎✟ ✎ ✓☎✔☎✒ ☎✟ ✎
y
✂ ✝✏ ✠☞ ✏ ✠✟☎ ✍ ✍☎☞✓☎✄ ✌✝✟✎☎✟ ✆☎✟ ✎ ✎☎✏ ✔☎ ✆✠✑ ✆✝☞✓✕ ✙ ✍ ✝✓✝✞✆✄ ✌ ✝✟ ✎☎✟ ☎✌ ☎✟☎
y
✚✠✞☎ ✆✛☎✎✄✑☎✟ ✘☎✔☎✒✙ ✚✠ ✞☎ ✆ ☛ ✝✆✝✆☎✓☎✟ ✘☎✔☎✒ ☛ ✠ ✞☎✟ ✎ ✖☎☎✞
y
,
✚✠✞☎ ✆ ☛ ✝✆✝✆☎✓☎✟ ✘☎✔☎✒☛ ✠ ✞☎✟ ✎ ✖☎☎ ✞
y
✛☎☞✂☎✑☎✟✙ ✚✠ ✞☎ ✆ ☛ ✝✓✠ ✆✠✍☎✟ ✘✝☞✂✝✆✠✏☎✟✙ ✚✠✞☎ ✆ ☛ ✝✓✠✆✠ ✍☎✟☛ ✝✂ ✝✞☎ ✆☎✟✙ ✌ ☎✟ ✏☎✄✟✟☎
y
,
☞☎✒ ☎ ☎✒ ☎✟ ✌ ✄✏☎✒ ✠✒☎✟ ✆✄✟ ✌☎✒ ☎✟ ✓✝✟ ☎✎✄✑☎✟ ✓☎✔☎✒ ✍ ✝✂☎✎ ☎✄✂ ✝✞✄✒ ✠ ✆
:
1. Menegur dan Memperingatkan
✘✝✟ ✎ ✝✞ ✆✄☎✟ ✍ ✠ ✞☎ ✆ ✆✝✎✠✞☎✟ ☎ ✟✎
y
✌✄✒✝☞ ✠✒☎✒ ☎✟ ✕✏ ✝✑ ☛ ✠ ✞✟✄ ☎✗☎✟ ✘☎✟✜☎ ✌☎✟✘☎☞✠✟ ✎✒☎ ✍ ✖☎✎✠✍
(2006:61),
☎✌☎✏☎✑✍ ✝✂☎✎ ☎✄✂ ✝✞✄✒✠✆:
✚✠ ✞☎ ✆ ✆✝✎✠✞☎✟ ☎✌☎✏☎✑ ✍ ✠✞☎ ✆
y
☎✟ ✎ ✌ ✄ ✆✝ ✞✂✄✆✒ ☎✟ ✕✏ ✝✑ ☛☎✟ ✆✕✞ ✘✝✏☎☎✟ ☎✟y
✘☎✔☎✒(
☛ ✘✘)
☎ ✆☎ ✠ ☛ ✝✓☎✏☎ ☛☎✟✆✕✞ ✓✝✏☎☎ ✟☎✟
y
✘☎✔☎✒ ✖✠☞✄ ✌ ☎✟ ✖☎✟✎✠✟ ☎✟(
☛ ✘✘✖ ✖)
✠✟✆✠✒☞✝☞ ✂ ✝✞✄✒☎✟✓✝✞✄✟ ✎☎ ✆☎✟✒✝✓☎✌ ☎✗☎✔✄ ✂✓☎✔☎✒ ✡✢
✖✝✞✌ ☎ ✍☎ ✞✒ ☎✟ ✓✝✟ ✎ ✝✞ ✆✄☎✟ ✆✝✞✍ ✝✂✠ ✆ ✂☎✑✗☎ ✍✠ ✞☎ ✆ ✆✝✎ ✠✞☎✟ ☎ ✆☎ ✠ ☞ ✝✟✝✎✠✞
(
☞ ✝☞✓✝✞✄✟ ✎☎ ✆✒ ☎✟)
☞✝✞✠✓☎✒ ☎✟ ✍✠ ✞☎ ✆y
☎✟ ✎ ✌ ✄ ✆✝✂✄ ✆✒ ☎✟ ✠✟✆✠✒ ☞✝☞ ✂ ✝✞✄✒ ☎✟ ✒ ✝✓☎✌☎2. Penagihan Seketika dan Sekaligus
✣✤✥✦✧ ★✩✦ ✥ ✪ ✤✫ ✤✬★✫ ✦ ✭✦ ✥ ✪✤✫ ✦✮ ★✧ ✯ ✪
y
✦ ✥✧ ✭★✬✯✮ ★✪ ✰✮ ✤✩ ✱✲ ✳✴✵✶✷✸ ✭✦ ✥✱✰✹✬✹✦ ✥✪
(2011:76),
✦✭✦✮✦✩✪ ✤✺✦✧✦ ★✺✤✹★✫✯✬:
✦
.
✣ ✤✥✦ ✥✧ ✧ ✯ ✥✧ ✻✦✼✦✫ ✦✫ ✦ ✥ ✽ ✤✥ ★✥✧ ✧ ✦✮✫ ✦ ✥ ✵✥✭ ✰ ✥✤✪ ★✦ ✯✥ ✬✯✫ ✪ ✤✮✦✽ ✦-
✮✦✽ ✦ ✥✦y
✦ ✬✦ ✯✺✤✹✥★✦ ✬✯ ✥✬✯✫ ★✬✯✾✺✾ ✣ ✤✥✦ ✥✧ ✧ ✯✥✧ ✻✦✼✦✫✽ ✤✽★✥✭ ✦ ✩✬✦ ✥✧✦ ✥✫ ✦ ✥ ✺✦✹✦ ✥✧
y
✦ ✥✧ ✭ ★✽★✮✫ ★✦ ✬✦ ✯✭ ★✫✯✦ ✪✦ ★ ✭ ✦✮✦✽ ✹✦ ✥✧✫✦ ✽ ✤✥✧ ✩ ✤✥✬★✫✦ ✥ ✦ ✬✦ ✯ ✽ ✤✥✧ ✤✿★✮✫ ✦ ✥ ✫✤✧ ★✦ ✬✦ ✥ ✻✤✹✯✪✦ ✩✦✦ ✥ ✦ ✬✦ ✯ ✻ ✤✫ ✤✹✼✦ ✦ ✥✦ ✥✧y
✭ ★✮✦✫✯✫ ✦ ✥✭ ★✵✥✭ ✰ ✥✤✪ ★✦.
✿
.
❀ ✤✹✭✦ ✻✦ ✬ ✬✦ ✥✭ ✦-
✬✦ ✥✭✦ ✻✤✥✦ ✥✧ ✧ ✯ ✥✧ ✻✦✼✦✫ ✦✫✦✥ ✽ ✤✽✺✯✺✦✹✫✦ ✥ ✺✦✭ ✦ ✥ ✯ ✪✦ ✩✦ ✥✦y
,
✽✤✥✧ ✧✦✺✯✥✧✫ ✦ ✥ ✦ ✬✦ ✯ ✽✤✽✤✫✦✹✫ ✦ ✥ ✯✪✦ ✩✦ ✥✦y
,
✽✤✽ ★✥✭✦ ✩ ✬✦ ✥✧ ✦ ✥✫ ✦ ✥ ✻✤✹✯✪✦ ✩✦✦ ✥y
✦ ✥✧ ✭★✽ ★✮ ★✫★ ✦ ✬✦ ✯ ✭ ★✫✯✦ ✪✦ ★ ✦ ✬✦ ✯✻ ✯✥ ✽✤✮✦✫ ✯✫✦ ✥✻✤✹✯✺✦ ✩✦ ✥✭ ✦✮✦✽ ✺✤✥ ✬✯✫✮✦ ★✥✥✦y
.
✭✾ ❁✦✭✦ ✥✯✪✦ ✩✦✦✫ ✦ ✥✭ ★✺✯✺✦✹✫ ✦ ✥✰✮ ✤✩✥✤✧ ✦✹✦
.
✤
.
❀ ✤✹✼✦✭ ★ ✻ ✤✥y
★✬✦ ✦ ✥ ✦ ✬✦ ✪ ✺✦✹✦ ✥✧ ✻✤✥✦ ✥✧✧ ✯ ✥✧ ✻✦✼✦✫ ✰✮ ✤✩ ✻★✩✦✫ ✫✤✬★✧✦ ✦ ✬✦ ✯ ✬✤✹✭ ✦ ✻✦ ✬✬✦ ✥✭ ✦-
✬✦ ✥✭✦✫✤✻✦ ★✮ ★✬✦ ✥.
Dapat disimpulkan bahwa penagihan seketika dan sekaligus dilakukan
karena wajib pajak akan meninggalkan Indonesia dan tanpa menunggu waktu
jatuh tempo.
3. Surat Paksa
Pengertian surat paksa yang dikemukakan oleh Kurniawan Panca dan
Pamungkas Bagus (2006:61), adalah sebagai berikut :
Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan
pajak.
Berdasarkan pengertian diatas bahwa surat paksa diterbitkan karena
penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya dan kepadanya telah
dikeluarkan surat teguran.
4. Pencegahan
Pengertian pencegahan yang dikemukakan oleh Kurniawan Panca dan
❂❃❄❅ ❃❆ ❇❈ ❇❄ ❇❉ ❇❊❇❈ ❊❇❋ ❇❄ ❆❇❄ ● ❃❋❍ ■❏ ❇❑ ❍ ❃▲ ❃❄❑ ❇❋ ❇ ❑ ❃❋ ❈ ❇❉ ❇▼ ◆❋ ❇❄❆
-
◆❋❇❄❆ ❑ ❃❋❑ ❃❄❑❖ ❖❄❑❖ P❃❊❖❇❋ ◗■ ❊❇y
❇ ❈ ❘❄❉ ◆❄ ❃❍■ ❇ ● ❃❋ ❉ ❇❍ ❇❋P❇❄ ❇❊❇❍ ❇❄-
❇❊❇❍ ❇❄ ❑ ❃❋❑ ❃❄❑❖❙ ❚❋ ❇❄❆-
◆❋❇❄❆ ❑ ❃❋❑ ❃❄❑❖ ● ❖P❇❄❈ ❇❄y
❇ ◗❇❋❆❇❄❃❆❇❋ ❇ ❘❄ ❉◆ ❄ ❃❍■ ❇,
❑ ❃❑ ❇▼ ■ ❯❖❆❇◆❋ ❇❄❆❇❍ ■ ❄❆y
❇ ❄❆ ●❃❋ ❉ ❇ ❉■◗■ ❊❇y
❇❈❘❄❉ ◆❄ ❃❍■ ❇.
Dari pengertian tersebut diatas bahwa pencegahan merupakan larangan
terhadap wajib pajak untuk keluar dari Indonesia dengan tujuan tidak
menimbulkan sewenang-wenang dalam pelaksanaannya.
5. Penyitaan
Pengertian penyitaan yang dikemukakan oleh Kurniawan Panca dan
Pamungkas Bagus (2006:75), adalah sebagai berikut :
Penyitaan adalah tindakan jurusita pajak untuk menguasai barang penanggung
pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan pengertian diatas bahwa penyitaan merupakan tindakan untu
menguasai barang penanggung pajak yang digunakan sebagai jaminan untuk
melunasi utang pajaknya.
6. Penyanderaan
Pengertian penyanderaan yang dikemukakan oleh Kurniawan Panca dan
Pamungkas Bagus (2006:163), adalah sebagai berikut :
Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung
pajak dengan menempatkannya ditempat tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut bahwa penyanderaan merupakan
pengekangan sementara waktu kebebasan bagi penanggung pajak ditempat
7. Lelang
❱❲❳❨ ❲❩❬❭❪❳❫❲❫ ❪❳❨
y
❪❳❨❴ ❭❵ ❲❛❜❵❪❵ ❪❳❝❫ ❲❞ ❡❜❩❳ ❭❪❢ ❪❳❱❪❳❣❪❴❪❳❱❪❛❜ ❳❨❵❪❤✐❪❨❜❤
(2006:125),
❪❴❪❫ ❪❞❤ ❲❥❪❨❪❭❥❲ ❩❭❵❜❬:
❦❲❫ ❪❳❨ ❪❬❪❜ ❛ ❲❳❧❜❪❫ ❥❪ ❩❪❳❨
y
❪❳❨ ❴ ❭❤❭❬❪ ❪❴❪❫ ❪❞ ❤ ❲❬❭❪♠ ♠ ❲❳❧❜❪❫ ❪❳❥❪❩❪❳❨ ❴ ❭ ❛❜❵❪ ❜❛❜❛ ❴❲❳❨ ❪❳ ❣❪❩❪ ♠ ❲❳❪❢ ❪❩ ❪❳❞ ❪❩❨ ❪ ❤ ❲❣❪❩❪ ❫ ❭❤ ❪❳ ❴ ❪❳ ❪❬❪❜ ❬❲❩ ❬❜❫ ❭ ❤ ❛ ❲❫ ❪❫❜ ❭ ❜ ❤ ❪❞❪ ♠ ❲❳❨ ❜ ❛♠❜❫ ❪❳♠ ❲❛❭❳ ❪❬❪❬❪❜❣❪❫ ❝ ❳♠ ❲❛❥❲❫ ❭.
Berdasarkan pengertian tersebut bahwa lelang merupakan usaha untuk
melakukan penjualan barang hasil sita dengan cara penawaran harga secara lisan
atau tertulis melalui pengumpulan calon pembeli.
Jangka waktu penagihan sejak diterbitkan surat teguran sampai dengan
[image:35.595.109.513.403.726.2]pelaksanaan lelang secara ringkas dapat dilihat dalam tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1
Jadwal Waktu Penagihan Pajak
No
Tindak
Penagihan
Waktu Penerbitan
Implikasi
1
Surat Teguran
7 hari sejak saat jatuh tempo
pembayarn seperti tercantum
dalam SKPKB, SKPKBT,
atau STP telah lewat
Diberikan jangka waktu 21 hari
kepada
wajib
pajak
untuk
segera melunasi utang pajaknya
2
Surat Paksa
21 hari sejak penerbitan surat
teguran telah lewat
Diberikan jangka waktu 2 x 24
jam kepada wajib pajak untuk
segera melunasi utang pajak dan
biaya penagihan
3
Surat
Perintah
Melaksanakan
penyitaan
2 x 24 jam sejak penerbitan
surat teguran telah lewat
Diberikan jangka waktu 14 hari
kepada
wajib
pajak
untuk
segera melunasi utang pajaknya
dan biaya penagihan
4
Pengumuman
Lelang
14 hari sejak penerbitan surat
perintah
melaksanakan
penyitaan telah lewat
Diberikan jangka waktu 14 hari
kepada
wajib
pajak
untuk
segera melunasi utang pajaknya
dan biaya penagihan
5
Lelang
14 hari sejak penerbitan
pengumuman lelang telah
lewat
Pejabat
dapat
segera
menggunakan, menjual, dan
memindahkanbukukan
barang-barang wajib pajak yang disita
sebagai
pelunasan
biaya
penagihan dan utang pajak
2.1.1.5 Indikator Penagihan Pajak
♥♦♣ qr qst✉✈
z Priantara (2012:115) indikator penagihan pajak, yaitu :
1. Surat Paksa
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak.
2. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan adalah surat perintah yang
diterbitkan oleh Pejabat untuk melaksanakan penyitaan.
3. Pelaksanaan Lelang
Lelang adalah setiap penjualan barangs di muka umum dengan cara
penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha
pengumpulan peminat atau calon pembeli .
2.1.2 Kepatuhan Wajib Pajak
2.1.2.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Pengertian kepatuhan menurut Safri Nurmantu dikutip oleh Rahayu Siti
Kurnia dalam buku Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal (2010:138),
yaitu :
kepatuhan wajib pajak yaitu kepatuhan perpajakan yang didefinisikan sebagai
suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya .
Menurut Norman D. Nowak dikutip oleh Zain Mohammad dalam buku
Manajemen Perpajakan (2007:31), menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak
adalah :
suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,
tercermin dalam situasi dimana :
-
Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan
perundang-undangan perpajakan,
-
Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
-
Menghitung pajak yang terhitung dengan benar.
✇①②③④ ⑤⑥③④ ⑦ ①④ ⑧ ⑨⑧⑩ ✇❶⑦ ❷④ ❸③⑦①❹ ③④⑤
y
②❶ ⑥⑧⑩ ❶❺ ❷❻ ①❼ ❽⑧ ④③ ②❶(2007:4),
⑦①④
y
③⑩③ ⑥③④❾③❼❿③:
➀①④⑤①⑨⑩❶③④ ⑥ ①❺③⑩⑧ ❼③④ ❺ ③➁③ ⑥
(
➂➃ ➄ ➅➆ ➇➈➉➊➃ ➋➅➌)
③②③❻③❼ ➍ ③➁❶❾ ➀③➁③ ⑥ ⑦ ①⑦ ❺⑧ ④③❶y
⑥ ①❹ ①②❶③③④ ⑧ ④⑩⑧⑥ ⑦ ①⑦①④⑧ ❼❶ ⑥ ①❿③➁❶❾③④ ❺③➁③ ⑥④③y
❹ ①❹ ⑧③❶ ② ①④⑤③④ ③⑩⑧ ⑨③④ ③④⑤y
❾①⑨❻③ ⑥⑧ ⑩③④❺ ③ ❺①⑨❻⑧ ②❶③ ②③ ⑥③④ ④③y
❺①⑦ ①⑨❶ ⑥❹ ③③④➎ ❶④➏①❹ ⑩❶ ⑤③❹ ❶ ❹ ①⑥❹ ③⑦③,
❺①⑨❶④ ⑤③⑩③④,
③⑩③⑧ ❺⑧ ④③④ ➐③⑦ ③④ ②③④❺ ①④ ①⑨③❺ ③④❹ ③④ ⑥❹❶❾③❶ ⑥❼⑧⑥⑧ ⑦⑦③⑧ ❺⑧ ④③ ②⑦❶④ ❶❹ ⑩ ⑨③❹ ❶.
Dari ketiga penjelasan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
Kepatuhan Wajib Pajak adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya sesuai dengan aturan
yang berlaku tanpa perlu adanya pemeriksaan.
2.1.2.2 Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Nasucha Chaizi yang dikutip oleh Rahayu Siti Kurnia (2010:139),
kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari yaitu :
1. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri;
2. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan;
3. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang; dan,
4. Kepatuhan dalam pembayaran dan tunggakan .
Selain Menurut Nasucha Chaizi di atas ukuran kepatuhan wajib pajak
menurut Suandy Erly (2001:103), yaitu :
1. Patuh terhadap kewajiban intern, yakni dalam pembayaran atau laporan
masa, SPT masa, SPT PPN setiap Bulan.
2. Patuh terhadap ketentuan material, yakni norma-norma yang
menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan
pajak, siapa yang dikenakan pajak dasar pengenaan pajak, hapusnya
piutang pajak.
2.1.2.3 Manfaat predikat wajib pajak patuh
➑➒➓➔ →➔ ➣↔ ↕➙ ↕➔
y
➛➜➣➜➝➔ →➓ ➜↕(2010:142),
➞↕➟➜➠➡ ↕➟ ↕➢➡↕➣➔ ➙y
↕➜➣➔:
➞↕➟➜➠ ➡ ↕➟↕➢
y
↕➓➤ ➥↕➦↕→ ➡ ↕➟↕➢➧ ➡↕➙↕➨ ➙↕➢ ➦↕ ➓ ➢➒➞↕➟➜ ➠↕➓ ➡ ➒→➡ ↕➟↕➢↕➓ ➓y
↕ ➦↕➓➦➜➙↕→↕➡ ➢ ↕➓➡➒➦➔ ➩ ➜➡↕➟↕➢
y
↕➜➣➔ ➨➒➩ ↕➢➥↕➓ ↕➢↕➓➢ ➒➞↕➟➜➠ ↕➓➡ ➒→➡↕➟↕➢↕➓➦➒➓➤↕➓ ➠ ➒➓↕→➦↕➓➡ ↕➙ ↕➨↕➢↕➓➙↕➢➡➒→➡↕➟↕➢ ➓ ➓
y
↕.
Wajib pajak yang berpredikat patuh dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya tentunya akan mendapat kemudahan dan fasilitas yang lebih
dibandingkan dengan pembei pelayanan pada wajib pajak yang belum atau tidak
patuh. Fasilitas yang diberikan oleh dirjen pajak terhadap wajib pajak patuh
adalah sebagai berikut:
A. Pemberian batas waktu penerbitan surat keputusan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak (SKPPKP) paling lambat 3 (tiga) bulan sejak permohonan
kelebihan pembayaran pajak yang diajukan wajib pajak diterima untuk pajak
penghasilan (PPH) dan 1 (satu) bulan untuk pajak pertambahan nilai (PPN),
tanpa melalui penelitian dan pemeriksaan oleh dirjen pajak.
B. Adanya kebijakan percepatan penerbitan surat keputusan pengembalian
pendahuluan kelebihan pajak (SKPPKP) menjadi paling lambat 2 (dua) bulan
untuk PPH dan 7 (tujuh) hari untuk PPN.
Bagi wajib pajak belum patuh atau tidak patuh, fasilitas tersebut tidak
diberikan padanya, penerbitan SKPPKP harus menunggu penelitian dan
pemeriksaan yang memakan waktu, biaya, dan menjadi sumber terjadinya
➫➭➯➲➳➯➵
y
➸➭➯ ➺➵➯ ➻➭➯ ➭➼➵➯ ➵➯ ➻➭➯➭ ➽➾➚➵➵➯ ➻➵➪➵➼ ➶➭➹➵ ➺➵ ➾ ➼ ➘➯ ➲ ➽➾➹ ➳ ➶ ➾ ➲➭ ➽➹➭ ➶➵ ➽➻➭➯ ➭ ➽➾➚➵➵➯ ➴➭➺ ➵ ➽➵ ➸➾➷➵ ➽➵ ➻➼ ➵➯ ➶➭ ➚➳ ➵ ➬➵➪ ➾➹ ➻➵➪➵➼ ➸ ➾➾➯➸ ➘➯ ➭ ➶ ➾➵ ➹➭ ➽➻ ➽➭➸➾➼ ➵➲ ➻➵➲➳➷ ➮
y
➵➯ ➺ ➵➼ ➵➯ ➹➭ ➽➾➚ ➻➱➾➼ ➵ ➶➾ ➻➵➸➵ ➘➻➲ ➾➚➵ ➱➾➶➵ ➶ ➾ ➻➭➯➭ ➽➾➚➵➵➯ ➻➵➪➵➼➮ ➻➭➯ ➺➳ ➽➵➯➺ ➵➯ ➹ ➾➵➵
y
➬➵➪ ➾➹ ➻➵➪➵➼
(
✃➘ ➚ ➻➱➾➵➯✃➭ ✃➘ ➶➲)
➸ ➵➯ ➹➾➵➵y
➹➵ ➺ ➾ ➻➭ ➚➭ ➽➾➯ ➲➵➷(
➵➸ ➚ ➾➯ ➾➶➲ ➽➵➲ ➾❐➭ ✃➘ ➶➲)
➸➵ ➱➵ ➚➼ ➭➬➵➪ ➾➹ ➵➯➵➸ ➚ ➾➯ ➾➶➲ ➽➵ ➶ ➾➻➭ ➽➻➵➪➵➼ ➵➯ ❒
2.1.2.4 Indikator Kepatuhan Wajib Pajak
❮➭➯ ➳ ➽➳➲❰ ➾➚➵➯ ➪➳➯ ➲➵➼ ➫➾➚➹➳➱Ï➵ ➚➘➯ ➵➯➺ ➵➯ ➸ ➵➯ ❮➳ ➼➷➱➾➶ Ð➚➵ ➚
(2012:103),
➾➯ ➸ ➾➼ ➵➲➘ ➽➼➭ ➻➵➲➳➷➵➯➬➵➪ ➾➹➻➵➪➵➼➵➸➵ ➱➵➷Ñ
Ò➶ ➻➭➼➼ ➭➲➭ ➻➵➲➵➯➬➵➼➲➳Ó➭ ➽➶➭➯➲➵ ➶➭ ➻➭ ➱➵ ➻➘➽➵➯ ❰Ó➫ ➵➯ ➺
y
➸ ➾➶➵ ➚➻➵ ➾➼➵ ➯ ➲➭ ➻➵➲ ➬➵ ➼ ➲➳ ➶➭ ➶➳ ➵ ➾ ➼ ➭➲➭➯ ➲➳➵➯➵➯ ➺y
➹