• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAINSTREAMING IPTEK DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAINSTREAMING IPTEK DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

MAINSTREAMING IPTEK

DALAM PEMBANGUNAN

NASIONAL

MENDUKUNG MP3EI, PENGEMBANGAN INDUSTRI STRATEGIS DAN PEMBANGUNAN INKLUSIF

DEWAN RISET NASIONAL

2012

(3)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 ii          Tim Penyunting Ketua: Iding Chaidir Anggota: Suyanto Pawiroharsono Syarif Budiman Dudi Iskandar Hartaya Lukman Hakim Sunar ISBN No. 978-979-9017-34-5  

(4)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 iii 

KATA PENGANTAR

KETUA DEWAN RISET NASIONAL

Pertama-tama perkenankan kami memanjatkan Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya buku

“Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional ” ini.

Buku ini disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban DRN kepada publik tentang kegiatan dan hasil yang dicapai selama tahun 2012.

Sesuai dengan Kepres Nomor 16 Tahun 2006, Anggota Dewan Riset Nasional diangkat oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi untuk setiap periode 3 tahun. Pengukuhan anggota DRN periode 2012-2014 dilaksanakan pada awal tahun 2012, dan hingga saat buku ini disusun, 8 Komisi yang ada di DRN telah melaksanakan berbagai kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Kegiatan lintas Komisi teknis (Komtek) di Dewan Riset Nasional menjadi dasar pembuatan buku ini. Bahan yang diperoleh selain dihimpun dari dari berbagai makalah, pendapat dan pemikiran para narasumber yang disampaikan pada FGD dan Workshop, selama kurun waktu 2012. Topik yang dikemukakan pada umumnya berkaitan dengan isu lintas bidang yang berkembang secara nasional yang dibahas di DRN seperti masalah MP3EI, Pembangunan Inklusif, dan Peningkatan Komponen Dalam Negeri.

Penerbitan buku ini dapat terwujud setelah melalui kerjasama dari berbagai pihak terutama para Staf Profesional DRN. Belum semua materi dapat dikumpulkan karena pada saat buku ini disusun, kegiatan DRN tahun 2012 masih berjalan. Atas jerih payah yang telah dilakukan, kami mengucapkan terima kasih.

(5)

Kami berharap buku ini dapat bermanfaat sebagai referensi sekaligus pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan DRN pada periode 2012, khususnya dalam memberikan masukan bagi pembangunan iptek khususnya penguatan kegiatan riset untuk keunggulan dan daya saing bangsa.

Jakarta, November 2012 Ketua Dewan Riset Nasional

Prof. Dr. Ir. Andrianto Handojo

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(6)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR KETUA DEWAN RISET

NASIONAL iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Permasalahan Pembangunan Bangsa 1

1.2 Perencanaan Iptek 4

BAB 2 DUKUNGAN IPTEK UNTUK MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN

PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

6

2.1 Strategi Peningkatan Peran dan

Kontribusi Iptek dalam Kerangka SINas untuk Mendukung Keberhasilan MP3EI, (Benyamin Lakitan)

6

2.2 Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 (Edib Muslim)

24

BAB 3 PENINGKATAN KOMPONEN IPTEK DALAM NEGERI UNTUK INDUSTRI NASIONAL

42 3.1 Mainstreaming Iptek dalam

Pembangunan Nasional (Menristek) 42 3.2 Supremasi Hukum Sebagai Basis

Penguatan Daya Saing Bangsa, (Achmad

Sodiki, Wakil Ketua MA)

(7)

3.3 Kebijakan Industri Nasional (Budi

Darmadi) 57

3.4 Hasil Perumusan Dialog Nasional Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional

65

BAB 4 PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN IPTEK UNTUK

PEMBANGUNAN INKLUSIF

73 4.1 Peran Perguruan Tinggi dalam

Mempromosikan Innovation for Inclusive

Development, (Sonny Yuliar dan Benedictus Kombaitan)

73

4.2 PNPM Mandiri dam Inovasi Untuk Pembangunan Inklusif, (Sujana Royat).

93 4.3 Sistem Inovasi Nasional Untuk

Pembangunan Inklusif (Iding Chaidir)

105

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(8)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 vii 

DAFTAR TABEL

Halaman 2.1 Posisi Indonesia di antara negara-negara

ASEAN dilihat dari kondisi empat komponen pendukung yang dibutuhkan untuk pengembangan iptek.

14

2.2 Kegiatan ekonomi utama pada masing-masing koridor ekonomi Indonesia

17 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun

2005 – 2012

58 3.2 Penyerapan Tenagakerja Sektor Idustri 59 4.1 Kegiatan Kelompok Penelitian A dan

Mitra-mitranya

83 4.2 Kegiatan Kelompok Penelitian B dan

Mitra-mitranya

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 2.1 Peningkatan jumlah publikasi oleh

pengembang iptek Indonesia pada jurnal ilmiah internasional, 2002-2011

9

2.2 Publikasi artikel ilmiah negara ASEAN,

2002-2011 9

2.3 Rata-rata jumlah artikel yang dipublikasi

pengembang iptek 11

2.4 Korelasi antara produktivitas dengan jumlah peneliti domestik per artikel di negara ASEAN, 2001-2011

11

2.5 Prinsip dasar, strategi utama, dan inisiatif strategis MP3EI dalam rangka mewujudkan Visi Indonesia 2025 (Perpres 32/2011)

17

2.6 Unsur esensial sistem inovasi (Lakitan, 2010; 2011b)

19 2.7 Visi Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia 2010 – 2025

27

2.8 Ilustrasi Percepatan Transformasi Ekonomi Indonesia

29 2.9 Potensi Sumber Daya Alam dan Prospek

Pemanfaatannya Untuk Industri

32 2.10 Kegiatan Ekonomi Utama dalam MP3EI. 35

3.1 Klaster industri prioritas 60

4.1 Struktur Pokok Sistem Inovasi (Sumber: Cozzen dan Catalán, 2008)

77

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(10)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 ix 

4.2 Struktur Sistem Inovasi yang Inklusif

(Sumber: Cozzen dan Catalán, 2008) 79

4.3 Rantai Produksi Tanaman Energi (di Sektor

Pertanian) 86

4.4 Rantai Produksi Bahan Bakar (di Sektor

Energi) 86

4.5 4.6

Rantai Produksi Bahan Bakar Nabati (Lintas-sektor)

Posisi Penelitian dalam Rantai Produksi Bahan Bakar Nabati

87 87 4.7 Perkembangan angka kemiskinan sejak 2005

s/d 2012.

93 4.8 Program Pengentasan Kemiskinan oleh

PNPM Mandiri.

95 4.9 Kerangka Kerja Program PNPM Mandiri 101 4.10 Kerangka Pembangunan Iptek Nasional. 108

(11)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(12)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Permasalahan pembangunan Bangsa.

Pembangunan bangsa Indonesia yang kini tengah berlangsung dipandu oleh Visi Indonesia tahun 2025, yang dinyatakan dalam kalimat “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur“. Dalam haluan visi tersebut, Kabinet Indonesia Bersatu II Republik Indonesia (KIB II RI) menetapkan objektif untuk dicapai pada tahun 2014, yaitu “masyarakat-bangsa Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan.” Dalam upaya mewujudkan objektif tersebut, KIB II RI menggariskan pentingnya pendekatan melalui pembinaan dan pemantapan manusia Indonesia yang berjatidiri Indonesia. Pada tataran implementatif, KIB II RI telah menetapkan sebelas program prioritas yang dirumuskan untuk menjawab lima belas permasalahan pembangunan nasional yang ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia. Permasalahan pembangunan nasional tersebut mencakup, di antaranya, pembangunan hukum, penegakan keadilan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pembangunan kesehatan masyarakat dan ketahanan pangan, serta pembangunan infrastruktur.

Pada tataran global, terdapat dua permasalahan yang mendapat perhatian dari berbagai negara: pertama, krisis ekonomi yang melanda negara-negara maju dan telah menimbulkan dampak global; kedua, perubahan iklim global sebagai efek kumulatif dari ekploitasi lingkungan oleh negara-negara maju sejak terjadinya revolusi industri. Bagi bangsa-bangsa berkembang seperti bangsa Indonesia, ke dua permasalahan tersebut menimbulkan tantangan baru dalam situasi di mana terdapat permasalahan mendasar yang masih belum bisa terselesaikan seperti meluasnya kemiskinan, tingginya kesenjangan sosio-ekonomi, kebergantungan ilmu

(13)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 pengetahuan dan teknologi (iptek) pada bangsa-bangsa maju, serta lemahnya basis iptek bagi industri, bisnis dan ekonomi. Berbagai permasalahan tersebut memiliki dimensi antarbangsa, dan untuk menjawab permasalahan tersebut diperlukan pengembangan hubungan-hubungan kerjasama antarbangsa baik dalam aspek ekonomi, lingkungan, iptek dan kebudayaan. Berbagai bentuk kesepakatan antar bangsa terus-menerus diupayakan untuk menjawab permasalahan pembangunan internasional (international development problem) tersebut seperti Millenium Development Goals (MDGs) 2015, Kyoto Protocol, Copenhagen Summit, World Summit on Information Society (WSIS), dan ASEAN-China Free Trade Agreement.

Jaringan kerjasama antarbangsa menyediakan peluang, sekaligus tantangan bagi pembangunan bangsa Indonesia. Jaringan tersebut menyediakan sumber-sumber daya ekonomi, iptek, dan budaya yang dapat dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa yang terlibat dalam jaringan tersebut. Tetapi tidak ada satu bangsa pun di dunia yang bersedia mendahulukan kepentingan bangsa lain sambil mengesampingkan kepentingan nasionalnya. Slogan-slogan ‘perdagangan bebas’ yang dikampanyekan negara-negara maju sering disertai dengan kebijakan ekonomi nasional yang bernuansa proteksionistik. Begitu juga, kesepakatan-kesepakatan lingkungan global sering sarat dengan perdebatan yang berlatar belakang kepentingan-kepentingan nasional. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan peluang yang disediakan dalam jaringan kerjasama antarbangsa Indonesia harus terus-menerus meningkatkan kapabilitas bangsa, untuk memastikan hasil-hasil kerjasama yang setara dan berkeadilan. Dalam hal ini, penguasaan iptek dan tingkat kemajuan kebudayaan merupakan unsur yang mendasar dari kapabilitas bangsa.

Pada tataran lokal atau nasional, tantangan besar untuk kemajuan perekonomian 20 tahun mendatang dihadapkan

(14)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

pada permasalahan kemiskinan yang masih tinggi, dan permasalahan

lain yang terkait yaitu pertumbuhan penduduk yang masih tinggi, angkatan kerja yang meningkat dan konsentrasi perekonomian yang terkonsentrasi di pulau Jawa. Pada tahun 2008, jumlah penduduk miskin tercatat berjumlah 34,96 juta jiwa (15,42%) dan pada tahun 2009 (Maret 2009) tingkat kemiskinan di Indonesia turun menjadi 31,53 juta jiwa atau sekitar 14,15 %. Jumlah penduduk miskin di desa menunjukkan lebih dominan yaitu sekitar 63,5% dan di kota sekitar 36,5%.

Untuk mewujudkan kemandirian, kemajuan ekonomi perlu didukung oleh kemampuan mengembangkan potensi diri, yaitu melalui pengembangan perekonomian yang didukung oleh penguasaan dan penerapan teknologi, berikut dengan peningkatan produktivitas, kreativitas dan kemampuan inovatif sumberdaya manusia, pengembangan kelembagaan ekonomi yang efisien dengan menerapkan praktik-praktik terbaik dan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik, dan penjaminan ketersediaan kebutuhan dasar dalam negeri. Salah satu contoh program pengentasan kemiskinan adalah Program Desa Mandiri yang telah dimulai sejak tahun 2007. Selanjutnya untuk mempercepat pengentasan kemiskinan, disamping usaha-usaha pemerintah yang telah dilakukan, diperlukan pula program-program implementasi teknologi yang berorientasi pengentasan kemiskinan (pro-poor technology) yang dapat dilaksanakan melalui program-program difusi dan atau transfer teknologi khususnya untuk usaha kecil dan menengah, dan penguatan institusi intermediasi.

Sebagai negara kepulauan atau biasa juga disebut benua maritim, Indonesia masih belum optimal memanfaatkan potensi kelautannya yang meliputi aspek inventarisasi sumberdaya sampai dengan pemanfaatannya. Untuk itu

(15)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

dibutuhkan upaya pembangunan kelautan yang bertumpu pada pengembangan sumber daya laut baik non hayati (antara lain mineral, minyak dan gas bumi) maupun hayati (antara lain peta potensi sebaran berbagai jenis ikan); pemahaman proses oseanografi yang juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan mitigasi bencana, perubahan iklim maupun utilitas kelautan lainnya; pengembangan industri dan jasa maritim; dan aspek pertahanan dan keamanan yang terkait dengan kedaulatan laut Indonesia.

1.2. Perencanaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pembangunan bangsa berwatak multidimensional mencakup ekonomi, politik, hukum, pertahanan dan keamanan, iptek dan kebudayaan, dan upaya untuk menjawab permasalahan pembangunan bangsa memerlukan pendekatan yang memperhatikan dimensi-dimensi tersebut sebagai unsur-unsur yang saling berkaitan dalam sebuah kesatuan yang utuh. Penyelenggaraan pembangunan di sektor iptek merupakan bagian yang terpadu dari penyelenggaraan pembangunan nasional. Kemajuan iptek dan tingkat penguasaan iptek dari bangsa Indonesia merupakan sebuah faktor penting bagi peningkatan kapabilitas bangsa Indonesia. Tingkat kemajuan dan penguasaan iptek merupakan salah satu tolok ukur kemajuan bangsa Indonesia, bersama dengan tolok ukur lain seperti pertumbuhan ekonomi, kualitas demokrasi, supremasi hukum. Namun demikian, untuk menjadikan iptek sebagai salah satu kekuatan pembangunan bangsa diperlukan perencanaan iptek yang terintegrasikan dengan perencanaan pembangunan nasional dalam satu kesatuan.

Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 Bidang Iptek dan Kontrak Kinerja Menteri Riset dan Teknologi KIB II, dirumuskan Kebijakan Strategis Nasional (Jakstranas) Iptek 2010-2014; selanjutnya dilakukan perumusan Agenda Riset Nasional (ARN) 2010-2014 sebagai

(16)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 penjabaran Jakstranas Iptek 2010-2014. Sebagai agenda perencanaan iptek, ARN disusun untuk masa berlaku lima tahun. Perumusan ARN dilaksanakan dengan menjunjung tinggi prinsip partisipatori, dengan mengikutsertakan berbagai unsur pemerintahan baik di tingkat nasional maupun daerah, para pelaku swasta nasional, serta kaum intelektual dan peneliti. Implementasi ARN disertai dengan pemantauan dan evaluasi untuk memastikan terjadinya proses pembelajaran (learning) dan perbaikan secara kontinyu (continuous 3 improvement).

Selaras dengan RPJMN 2010–2014 yang disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan nasional (Bappenas), arahan pembangunan iptek terbagi ke dalam dua aspek : 1. Penguatan Sistem Inovasi Nasional dengan tiga Fokus Pembangunan, yaitu: (i) Kelembagaan iptek; (ii) Sumberdaya Iptek dan (iii) Jaringan Iptek.

Sasaran yang ingin dicapai adalah:

1. Meningkatnya kemampuan nasional dalam pengembangan, penguasaan dan penerapan iptek dalam bentuk publikasi, paten (HKI), prototip (purwarupa), layanan teknologi, wirausahawan teknologi.

2. Meningkatnya relevansi kegiatan riset dengan persoalan dan kebutuhan riil yang dibarengi dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan iptek.

Ke dua sasaran diatas sesuai dengan sambutan Presiden SBY di Serpong, 20 Januari 2010 yaitu, dalam menghasilkan produk, industri Indonesia harus lebih efisien, produktif dan mempunyai nilai tambah. Indonesia juga harus mulai mencapai high-end products, menciptakan branding yang dikenal dunia internasional, dan bahkan bisa bersaing dalam aspek desain yang selama ini cenderung didominasi industri negara-negara maju; karena pada saat ini dan ke depan, industri akan tetap menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.

(17)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

BAB 2.

DUKUNGAN IPTEK UNTUK MASTER PLAN

PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN

EKONOMI INDONESIA

2.1 Strategi Peningkatan Peran dan Kontribusi Iptek dalam Kerangka SINas untuk Mendukung Keberhasilan MP3EI ,

Oleh: Benyamin Lakitan 2.1.1. Pendahuluan

Tantangan terbesar dalam implementasi kebijakan multi-jenjang yang diformulasikan oleh tim atau lembaga yang berbeda adalah memastikan bahwa setiap program dan kegiatan yang dilahirkan berada dalam koridor yang tepat sehingga diyakini akan efektif menuju pada sasaran yang sama, sinergis satu dengan lainnya dan tidak tumpang-tindih sehingga efisien dalam pengelolaan sumberdaya.

Di Indonesia, pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dilakoni oleh banyak pihak, termasuk semua perguruan tinggi sesuai dengan tridharma yang diembannya; lembaga pemerintah non-kementerian (LPNK), unit atau sub-unit kerja dalam organisasi kementerian, dan satuan kerja pemerintah daerah yang diberi tugas pokok dan fungsi untuk melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang); divisi litbang pada badan usaha/industri; dan lembaga swadaya masyarakat serta individu yang melakukan kegiatan litbang. Masing-masing lembaga ini mempunyai tujuan dan sasaran yang berbeda, sehingga pada lapis inipun upaya menggiring agar semuanya sepakat menuju ke tujuan bersama sudah akan sulit. Boardman (2009) mengingatkan bahwa: There is a fundamental management task of aligning

individual behaviors with center goals and objectives.

(18)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 Tujuan bersama pembangunan iptek sesuai amanah konstitusi adalah untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.2) Iptek untuk kemajuan

peradaban dan kesejahteraan umat manusia mengandung makna bahwa iptek yang dikembangkan harus berdampak positif bagi kehidupan manusia, baik dalam konteks peningkatan penguasaan ilmu dan teknologi yang lebih maju maupun dalam menyediakan teknologi yang dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi.

Walaupun demikian, amanah konstitusi ini tidak boleh ditafsirkan sebagai pilihan antara mengembangkan teknologi maju atau menyejahterakan rakyat, karena hakikinya kesejahteraan rakyat tersebut membutuhkan baik teknologi sederhana maupun teknologi maju. Edgerton (2006) juga mengingatkan bahwa teknologi yang dibutuhkan dan memberi kontribusi terhadap perkembangan peradaban suatu bangsa bukan hanya teknologi yang spektakuler tetapi juga teknologi sederhana yang umum dijumpai dalam kehidupan sehar-hari. Dalam ungkapan beliau:

“History is changed when we put into it the technology that counts:

not only the famous spectacular technologies but also the low and ubiquitous ones”.

Dengan demikian maka akan sangat keliru jika kemajuan pembangunan iptek hanya diukur berdasarkan tingkat kemajuan teknologi yang mampu dikuasai, tetapi tidak memberikan kontribusi nyata terhadap upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Pilihan untuk pengembangan teknologi sederhana, menengah, atau maju hendaknya didasarkan pada realita kebutuhan dan persoalan nyata yang dihadapi bangsa dan negara. Dengan demikian, maka teknologi yang dihasilkan akan berpeluang untuk digunakan baik dalam kegiatan ekonomi maupun digunakan untuk kepentingan negara yang lain, sehingga amanah konstitusi untuk menyejahterakan rakyat dapat dipenuhi.

(19)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

2.1.2. Peran dan Kontribusi Iptek Indonesia

Kontribusi Terhadap Kemajuan Iptek. Pengembang iptek di Indonesia adalah akademisi di perguruan tinggi dan para peneliti/perekayasa di LPNK, badan litbang kementerian, divisi litbang badan usaha/industri, dan lembaga non-pemerintah yang melakukan kegiatan litbang. Berdasarkan jumlah dan kualitas sumberdaya manusia (SDM), sarana dan prasarana litbang, maka sudah sepatutnya perguruan tinggi menjadi tumpuan utama pengembangan iptek Indonesia. Secara nasional, perguruan tinggi pada tahun 2009 saja sudah memiliki tidak kurang dari 13.435 orang doktor (S3)dan 76.455 orang master (S2) lulusan dari dalam dan luar negeri, dari hampir seluruh penjuru dunia. Jumlah seluruh tenaga fungsional akademik telah mencapai 159.660 orang pada tahun 2009 (Santoso, 2011). Total peneliti/perekayasa di luar perguruan tinggi hanya sekitar sepersepuluh dari total akademisi.

Secara umum, produktivitas pengembang iptek Indonesia masih rendah, baik jika diukur berdasarkan jumlah publikasi pada jurnal ilmiah maupun jika digunakan indikator akademik lainnya. Walaupun demikian pada dasawarsa terakhir mulai terlihat peningkatan jumlah publikasi pada jurnal ilmiah internasional (Gambar 2.1). Namun jika dibandingkan dengan produktivitas akademik negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) lainnya, maka produktivitas pengembang iptek Indonesia masih belum membanggakan (Gambar 2.2). Jauh tertinggal dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Thailand; relatif setara dengan Vietnam, Filipina dan Brunei; hanya lebih baik dibandingkan dengan Laos, Kambodia, Myanmar, dan Timor Leste.

(20)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 Gambar 2.1. Peningkatan jumlah publikasi oleh pengembang iptek Indonesia pada jurnal ilmiah internasional, 2002-2011 (Lakitan et al., 2012)

Gambar 2.2 Publikasi artikel ilmiah negara ASEAN, 2002-2011 (Lakitan et al., 2012)

(21)

Perkembangan produktivitas akademik negara-negara ASEAN sejak tahun 2000 menarik untuk disimak. Singapura sejak tahun 2000 memang telah jauh lebih produktif dibandingkan seluruh negara ASEAN lainnya. Namun selama dasawarsa terakhir, terlihat bahwa Thailand secara bertahap dan konsisten meningkat pesat memperkecil kesenjangannya dengan Singapura dan yang lebih mengesankan adalah capaian yang ditunjukkan oleh Malaysia yang selama kurun waktu yang sama menunjukkan pertumbuhan eksponensial dan –berdasarkan kecenderungan tersebut – akan melampaui Singapura pada tahun ini atau paling lambat tahun 2013 mendatang. Ketiga negara ini menjadi kelompok paling produktif di ASEAN. Sementara itu, Indonesia, Vietnam, dan Filipina mengalami pertumbuhan yang lamban sehingga pada tahun ini diyakini Brunei akan masuk dalam kelompok menengah ini . Empat negara lainnya yang tidak menunjukkan perkembangan yang berarti adalah Laos, Kambodia, Myanmar, dan Timor Leste.

Kinerja yang ditunjukkan pada level makro ini tidak banyak berbeda jika ditelusuri lebih lanjut pada level individu pengembang iptek. Selama periode yang sama, pengembang iptek Indonesia hanya mampu mempublikasikan 0,33 artikel (jika dihitung per head count) atau 0,17 artikel (jika dihitung berbasis Full Time Equivalence). Kalah produktif dibandingkan pengembang iptek Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam (Gambar 2.3).

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(22)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 11  Gambar 2.3 Rata-rata jumlah artikel yang dipublikasi

pengembang iptek di negara-negara ASEAN, 2001-2011 (Lakitan et al., 2012)

Temuan yang menarik adalah ternyata para pengembang iptek di negara-negara ASEAN yang produktif cenderung lebih intensif dan ekstensif bekerjasama dengan sesama peneliti domestik di negara masing-masing dibandingkan dengan negara ASEAN yang kurang produktif (Gambar 4).

Gambar 2.4 Korelasi antara produktivitas dengan jumlah peneliti domestik per artikel di negara ASEAN, 2001-2011 (Lakitan et al., 2012)

(23)

Kolaborasi antara pengembang iptek di Indonesia masih belum tumbuh subur. Beberapa upaya fasilitasi pemerintah untuk membangun kolaborasi antara lembaga pengembang iptek umumnya tidak dapat berkelanjutan setelah program fasilitasi berakhir. Padahal kolaborasi dapat menjadi tujuan bersama pembangunan iptek.

Kontribusi Terhadap Penyejahteraan Rakyat. Perguruan tinggi, sesuai dengan tridharma yang diusungnya, akan sangat dibutuhkan untuk berperan sebagai pengembang iptek (sesuai dengan dharma penelitian), selain sebagai pemasok sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas (sesuai dharma pendidikan dan pengajaran), serta mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai dan/atau yang telah berhasil dikembangkan kepada masyarakat, termasuk industri (sesuai dharma pengabdian kepada masyarakat). Lembaga pengembang iptek lainnya juga perlu mengambil peran yang sama, minus sebagai pemasok SDM karena tidak menyelenggarakan fungsi pendidikan dan pengajaran.

Transfer atau diseminasi iptek kepada masyarakat awam dapat diposisikan sebagai bentuk nyata pertanggungjawaban kepada publik atas penggunaan anggaran negara. Sedangkan transfer iptek kepada industri atau badan usaha dapat lebih berorientasi profit. Wajar jika lembaga pengembang iptek menerima royalti dalam transaksi dengan dunia usaha ini untuk menambah anggaran operasional penyelenggaraan kegiatan litbang. Tentu dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang terkait.

Untuk dapat secara nyata berkontribusi terhadap pembangunan nasional dan upaya memperbaiki kesejahteraan rakyat, maka iptek yang dikembangkan perlu relevan dengan realita kebutuhan dan persoalan negara dan masyarakat. Sayangnya saat ini, pengembangan iptek di Indonesia masih belum dominan berorientasi pada realita kebutuhan, sehingga hanya sedikit yang diadopsi dalam

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(24)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 13  proses produksi barang atau jasa. Hal ini tercermin antara lain dari rendahnya kandungan teknologi dari produk ekspor Indonesia, hanya mencapai puncak sekitar 16 persen pada periode 2000-2005 dimana pada kurun waktu sebelum dan sesudahnya hampir selalu kurang dari 10 persen.

Fungsi ideal lembaga pengembang iptek di Indonesia belum terwujud. Freeman dan Soete (2009) menyatakan bahwa: “The main theoretical for the separation of the R&D function from related scientific activities was the distinction between novelty and routine”. Kebanyakan lembaga pengembang iptek masih cenderung mengerjakan kegiatan rutin atau ‘academic xercise’, belum sungguh-sungguh fokus pada upaya baik untuk pengembangan iptek baru atau untuk memberikan solusi pada persoalan nyata.

Daya saing Indonesia secara global memang tidak buruk, tetapi posisi daya saing Indonesia lebih didongkrak oleh faktor stabilitas makro ekonomi, ukuran pasar domestik Indonesia yang besar, dan kinerja sektor kesehatan dan pendidikan dasar; bukan karena keunggulan inovasi dan kesiapan teknologis (WEF, 2011). Skor untuk kapasitas inovasi hanya 3,7 dan kesiapan teknologis hanya 3,2 dari rentang skor 1 sampai 7, bermakna bahwa performa kedua pilar penopang daya saing ini belum dapat dikatakan sudah baik.

Berdasarkan hasil Survei Prospek Investasi Dunia 2008-2011, Indonesia berada pada posisi ke sembilan sebagai negara tujuan investasi asing. Namun demikian, sekali lagi daya tarik Indonesia ini lebih disebabkan karena ukuran pasar domestik Indonesia yang besar dan diprediksi akan terus tumbuh. Fakta yang disajikan pada makalah ini cukup untuk menggambarkan performa lembaga pengembang iptek Indonesia, baik dari sisi kontribusinya terhadap pemajuan iptek maupun kontribusinya terhadap pemenuhan realita kebutuhan atau penyediaan solusi bagi persoalan pembangunan. Amanah konstitusi untuk memajukan

(25)

peradaban dan menyejahterakan umat manusia belum sepenuh ditunaikan.

Tentunya upaya untuk menunaikan amanah konstitusi ini akan lebih mudah dilakukan jika pengembangan iptek mendapat dukungan pembiayaan yang lebih pantas; infrastruktur penunjang yang baik, terutama infrastruktur informasi dan telekomunikasi; SDM iptek dalam jumlah yang memadai, kapasitas iptek yang tinggi, dengan motivasi yang tinggi pula; serta dukungan sistem manajemen teknologi yang profesional.

Untuk memahami kondisi komponen pendukung pengembangan iptek Indonesia saat ini secara relatif dibandingan dengan negara-negara ASEAN dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Posisi Indonesia di antara negara-negara ASEAN dilihat dari kondisi empat komponen pendukung yang dibutuhkan untuk pengembangan iptek.

2.1.3. Dukungan Iptek untuk MP3EI

Posisi Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 (MP3EI) pada saat ini tidak lagi hanya sebagai referensi akademis, tetapi telah menjadi produk hukum yang mengikat dengan ditetapkannya sebagai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(26)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 15  (Perpres 32/2011). Oleh sebab itu, sudah sepatutnya dijadikan acuan bersama secara integratif dan sinergis dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian berbagai sektor pembangunan, terutama di bidang perekonomian dan semua sektor lainnya yang secara langsung berpengaruh terhadap kinerja perekonomian nasional maupun daerah.

MP3EI bukan merupakan dokumen ataupun produk hukum yang berdiri sendiri, karena MP3EI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. MP3EI dirancang tidak untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, tetapi diharapkan menjadi dokumen yang terintegrasi dan komplementer yang penting serta khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi.

Visi Inisiatif Strategi dan Prinsip Dasar Substansi MP3EI telah diselaraskan dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam RPJPN 2005-2025, yakni untuk “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”. Indonesia sangat berpeluang untuk mewujudkan visi ini karena didukung oleh potensi demografis, kekayaan sumber daya alam, dan posisi geografis yang strategis.

MP3EI merupakan rencana pokok untuk mewujudkan Visi 2025, yakni melalui tiga misi yang menjadi fokus utamanya, yaitu: (1) Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) sumberdaya alam (SDA), geografis wilayah, dan sumberdaya manusia (SDM), melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi; (2) Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi

(27)

dan pemasaran serta integrasi pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian nasional; dan (3) Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju innovation-driven economy.

Berdasarkan tiga misi tersebut, maka telah dipilih dan ditetapkan tiga strategi utama dalam mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi Indonesia, yakni: [1] Pengembangan potensi ekonomi melalui koridor ekonomi; [2] penguatan konektivitas nasional; dan [3] penguatan kemampuan SDM dan iptek nasional (Gambar 2.5). Ketiga strategi ini tentunya tidak masing-masing berdiri sendiri, tetapi tetap harus saling sinergi dalam rangka mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi Indonesia. Oleh sebab itu, setiap program dan kegiatan dalam rangka implementasi strategi penguatan iptek nasional harus tetap mengacu pada kegiatan ekonomi utama untuk masing-masing koridor dan mendukung upaya penguatan konektivitas nasional. Berdasarkan telaah komprehensif, dalam dokumen MP3EI telah diidentifikasi 22 kegiatan ekonomi utama secara nasional dan telah pula diidentifikasi kegiatan-kegiatan ekonomi yang sesuai dengan potensi masing-masing koridor (Tabel 2.2).

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(28)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 17  Gambar 2.5. Prinsip dasar, strategi utama, dan inisiatif

strategis MP3EI dalam rangka mewujudkan Visi Indonesia 2025 (Perpres 32/2011)

Tabel 2.2. Kegiatan ekonomi utama pada masing-masing koridor ekonomi Indonesia

(29)

2.1.4. SINas Selaras MP3EI

Pasca penetapan MP3EI sebagai peraturan presiden, Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) telah mensinkronisasikan program dan kegiatannya dengan hal-hal pokok yang diatur dalam MP3EI. Pada tataran kebijakan3,

sebetulnya sudah sejalan, karena strategi pembangunan iptek 2010-2014 dilaksanakan melalui penguatan SINas yang meliputi aspek kelembagaan, sumberdaya dan jaringan, yang berfungsi sebagai wahana pembangunan Iptek menuju visi pembangunan Iptek dalam jangka panjang.

Dalam setiap sistem inovasi akan selalu memerlukan peran dari para aktor pengembang teknologi, pengguna teknologi, dan para pihak yang ikut mewujudkan ekosistem inovasi yang kondusif (Gambar 2.6).

Tautan antara pembangunan iptek dengan pembangunan ekonomi terjadi ketika teknologi yang dihasilkan digunakan dalam kegiatan ekonomi. Oleh sebab itu, untuk memperbesar peluang agar tautan itu terjadi, maka pengembangan iptek perlu berorientasi pada kebutuhan atau persoalan nyata, atau bersifat ‘demand-driven’. Banyak istilah yang digunakan untuk pendekatan pengembangan iptek berbasis kebutuhan nyata ini, antara lain: market-driven, issue-driven, mission-driven atau evidence-based yang maknanya kurang lebih identik.

______________

3 Keputusan Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 03 /M/Kp/I/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2010-2014.

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(30)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 19  Gambar 2.6. Unsur esensial sistem inovasi (Lakitan, 2010;

2011b)

Sistem inovasi akan terwujud hanya jika teknologi tersebut digunakan dalam proses produksi barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen; atau digunakan oleh pemerintah dalam rangka menjaga keutuhan kedaulatannya atau untuk meningkatkan kualitas layanan publik. Secara sederhana namun tegas dan jelas, The World Bank (2010) menggunakan pernyataan: ‘What is not disseminated and used is not an innovation’ sebagai deskripsi tentang inovasi.

Komunikasi dan interaksi antara pengembang dan pengguna teknologi perlu intensif dan kontinyu agar SINas dapat produktif mengalirkan kontribusinya terhadap pembangunan perekonomian nasional atau daerah. Sebagai sebuah sistem, maka SINas tidak dapat dipandang hanya sebagai kumpulan dari lembaga, tetapi yang lebih penting adalah terjadinya aliran informasi dan produk antar-lembaga.

Dalam konteks SINas, maka mutlak perlu terjadi aliran informasi kebutuhan teknologi dan persoalan nyata yang membutuhkan solusi teknologi dari pihak pengguna

(31)

teknologi ke pihak pengembang teknologi. Prasyarat agar aliran ini terjadi adalah [1] keterbukaan atau keinginan dari pihak pengguna untuk berbagi informasi tentang kebutuhan dan persoalan teknologi; dan [2] sensitivitas pihak pengembang teknologi dalam mencermati kebutuhan realita teknologi dan persoalan teknologi yang dibutuhkan pengguna.

Keyakinan pihak pengguna atas kapasitas lembaga pengembang teknologi dalam menghasilkan teknologi yang sesuai kebutuhan, handal secara teknis, dan kompetitif secara ekonomi akan menjadi pemicu terjadinya aliran informasi. Jika saat ini aliran tersebut masih tersendat, maka adalah bijak jika kedua belah pihak melakukan swa-evaluasi, mencermati tentang apa yang perlu dibenahi di wilayah peran masing-masing.

Selain aliran informasi, maka aliran paket teknologi dari pengembang ke pengguna perlu pula terjadi. Jika ini tidak terjadi, maka SINas hanya seperti jiwa yang tak memiliki raga. Hal ini bermakna bahwa SINas itu ada dan dapat dirasakan hanya jika ada teknologi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi atau lembaga litbang yang diadopsi untuk proses produksi barang atau jasa oleh industri domestik (bisa juga internasional atau multinasional).

Prasyarat agar aliran teknologi ini terjadi adalah: [1] teknologi yang dikembangkan dan ditawarkan oleh perguruan tinggi atau lembaga litbang relevan dengan kebutuhan pengguna; [2] teknologi yang ditawarkan sepadan dengan (atau dapat juga jika lebih rendah dari) kapasitas adopsi pengguna potensialnya; dan [3] penggunaan teknologi tersebut mempunyai prospek keuntungan yang lebih baik dibandingkan dengan teknologi serupa yang sudah tersedia. Pemerintah diharapkan dapat memainkan peran sebagai fasilitator, intermediator, dan regulator agar suasana yang kondusif dapat diwujudkan, untuk merangsang pengguna

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(32)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 21  dan pengembang teknologi mengintensifkan komunikasi dan interaksinya. Untuk menjalankan fungsinya tersebut, pemerintah perlu memahami kapasitas dan keterbatasan, atau kekuatan dan kelemahan, yang dimiliki pihak pengembang teknologi, serta juga memahami kebutuhan dan kendala yang dihadapi pihak pengguna teknologi.

Dalam konteks sistem inovasi, setiap lembaga pengembang iptek perlu mempunyai tiga kapasitas, yakni: [1] kapasitasnya dalam mengakses informasi tentang realita kebutuhan teknologi, potensi sumberdaya yang dapat dikelola atau diakses, teknologi yang telah tersedia, perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan, keberadaan pakar luar-lembaga yang potensial untuk berkolaborasi, dan sumber pembiayaan kegiatan riset (sourcing capacity); [2] kapasitasnya dalam mempublikasikan hasil-hasil risetnya, mendifusikan paket teknologi yang dihasilkan, dan memberikan landasan akademik untuk perumusan kebijakan publik (disseminating capacity); dan [3] kapasitas intinya dalam pelaksanaan riset dan pengembangan teknologi secara produktif, bermutu, dan relevan, serta sepadan dengan kapasitas adopsi calon pengguna potensialnya (R&D capacity) (Lakitan, 2011a).

Lembaga pengembang iptek saat ini, terutama perguruan tinggi, harus berani menghadapi tantangan baru dan tidak mungkin hanya melakukan business as usual. Para pakar di perguruan tinggi saat ini menjadi tumpuan harapan masyarakat untuk melahirkan inovasi teknologi yang sesuai kebutuhan agar dapat secara nyata dan langsung mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 2.1.5. Penutup

Dengan hati dan pikiran yang jernih akan sangat mudah melihat bahwa amanah konstitusi, MP3EI, SINas, dan Iptek telah tertata pada satu alur yang sama, yakni menuju terwujudnya kesejahteraan rakyat dan kemajuan peradaban bangsa Indonesia. Sebagian kita juga telah diajarkan bahwa

(33)

ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu bentuk amal yang pahalanya terus mengalir walaupun kita telah meninggalkan dunia yang fana ini. Oleh sebab itu, strategi yang perlu diusung adalah fokus pada pengembangan iptek yang sesuai realita kebutuhan dan/atau menjadi solusi bagi persoalan nyata sehingga: (1) bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah, dan/atau dunia usaha, (2) sistem inovasi lebih mungkin untuk diwujudkan dan diperkuat, (3) jika disesuaikan dengan potensi lokal, koridor ekonomi, atau nasional akan pula berkontribusi nyata terhadap upaya percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia, dan (4) jika dikelola dalam sistem pemerintahan yang baik akan sangat mungkin untuk dapat mewujudkan amanah konstitusi: rakyat sejahtera dan peradaban bangsa maju. Semoga.

Daftar Pustaka

Boardman, P.C. 2009. Government centrality to university– industry interactions: University research centers and the industry involvement of academic researchers. Research Policy 38:1505–1516

Edgerton, D. 2006. The Shock of the Old. Profile Books Ltd., London

Freeman, C. And L. Soete. 2009. Developing science, technology and innovation indicators: What we can learn from the past. Research Policy 38:583–589

Kao, C., Wu, W.Y., Hsieh, W.J., Wang, T.Y., Lin, C., Chen, L.H. 2008. Measuring the national competitiveness of Southeast Asian countries. European Journal of Operational Research 187, 613-628

Lakitan, B. 2010. Revitalisasi Kelembagaan Riset dan Pengembangan untuk Mendukung Sistem Inovasi Nasional. Keynote speech pada seminar Revitalisasi Kelembagaan Litbang, Pascasarjana Universitas Sahid, Jakarta, 23 November 2010

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(34)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 23  Lakitan, B. 2011a. Indikator Kinerja Lembaga Litbang di Era

Informasi Terbuka. Makalah pengarahan pada Temu Peneliti Badan Litbang dan Diklat VIII Kementerian Agama RI di Makassar tanggal 12-15 April 2011

Lakitan, B. 2011b. National Innovation System in Indonesia: Present status and challenges. Keynote paper Presented at the Annual Meeting of Science and Technology Studies, Tokyo Institute of Technology, 10-12 June 2011 Lakitan, B., Hidayat, D., and Herlinda, S. 2012. Scientific

Productivity and Collaboration Intensity of Indonesian Universities and Public R&D Institutions: Dependency on collaborative R&D with foreign institutions?

Submitted paper for Triple Helix Conference 2012.

Santoso, D. 2011. Perspective of Higher Education Development in Indonesia. Bahan presentasi pada Transforming Tertiary Education, Bali, 10 Juni 2011. World Bank. 2010. Innovation Policy: a guide for developing

countries. The World Bank, Washington DC

World Economic Forum. 2011. The Global Competitiveness Report 2011–2012. World Economic Forum, Geneva, Switzerland

(35)

2.2 PERCEPATAN DAN PERLUASAN

PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

2011-2025

Oleh: Drs. Edib Muslim*)

2.2.1 Latar Belakang

Republik Indonesia ditinjau dari luasan area seharusnya dapat menjadi “lebih dari sekedar negara besar”. Sebagaimana telah tercatat dalam Deklarasi Djuanda13 Desember 1957, yang menyatakan kepada dunia bahwa laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sejak jaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, Indonesia telah membangun diri sebagai kekuatan maritim yang kuat. Mengelola sumber daya budaya, pertanian, pendidikan dan teknologi dengan orientasi kelautan. Mereka membangun kemampuan trade projection capability, dan mampu melindungi kepentingan ekonomi di wilayah Asia Tenggara saat itu.

Founding Fathers bangsa Indonesia senantiasa mengedepankan

paradigm pembangunan ekonomi berbasis kedaulatan maritim.

Selanjutnya berdasarkan national positioning statement sebagai mana terdapat pada Visi dan Misi 2025, maka Indonesia bercita-cita menjadi Negara basis ketahanan pangan dunia dengan pusat pengolahan produk pertanian, perkebunan, perikanan, dan sumber daya mineral serta pusat mobilitas logistik global.” Dan

________________

*) Makalah dinarasi kan oleh Suyanto Pawiroharsono - Staf Profesional DRN, berdasarkan paparan pada Workshop MP3EI DRN

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(36)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 25  untuk mencapai negara Indonesia yang maju, kekuatan12 besar dunia di tahun 2025, maka diperlukan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas: tinggi, inklusif dan berkelanjutan. Bermula dari sebuah negara yang perekonomiannya berbasis kegiatan pertanian tradisional, saat ini Indonesia telah menjelma menjadi negara dengan proporsi industri manufaktur dan jasa yang lebih besar. Kemajuan ekonomi juga telah membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang tercermin tidak saja dalam peningkatan pendapatan per kapita, namun juga dalam perbaikan berbagai indikator sosial dan ekonomi lainnya termasuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dalam periode 1980 dan 2010, IPM Indonesia meningkat dari 0,39 ke 0,60.

Indonesia juga memainkan peran yang makin besar di perekonomian global. Saat ini Indonesia menempati urutan ekonomi ke-17 terbesar di dunia. Keterlibatan Indonesia pun sangat diharapkan dalam berbagai forum global dan regional seperti ASEAN, APEC, G-20, dan berbagai kerjasama bilateral lainnya. Keberhasilan Indonesia melewati krisis ekonomi global tahun 2008, mendapatkan apresiasi positif dari berbagai lembaga internasional. Hal ini tercermin dengan perbaikan peringkat hutang Indonesia di saat peringkat negara-negara lain justru mengalami penurunan.

Di sisi lain, tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap perubahan. Keberadaan Indonesia di pusat baru gravitasi ekonomi global, yaitu kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, mengharuskan Indonesia mempersiapkan diri lebih baik lagi untuk mempercepat terwujudnya suatu negara maju dengan hasil pembangunan dan kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat.

(37)

Dalam konteks inilah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani Peraturan Presiden Perspres:No.32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk memberikan arah pembangunan ekonomi Indonesia hingga 2025. Melalui percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi ini, perwujudan kualitas Pembangunan Manusia Indonesia sebagai bangsa yang maju tidak saja melalui peningkatan pendapatan dan daya beli semata, namun dibarengi dengan membaiknya pemerataan dan kualitas hidup seluruh bangsa.

2.2.2 Posisi Indonesia Dalam Dinamika Regional dan

Global

Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, maka visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”.

Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per kapita antara USD 14.250 - USD 15.500 dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0-4,5 triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4 - 7,5 persen pada periode 2011-2014, dan sekitar 8,0-9,0 persen pada periode 2015-2025 (lihat Gambar 2.7). Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada periode 2011 - 2014 menjadi 3,0 persen pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan karakteristik negara maju.

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(38)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 27  Gambar 2.7. Visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia 2010 – 2025.

Visi 2025 tersebut diwujudkan melalui 3 (tiga) misi yang menjadi fokus utamanya, yaitu:

1) Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.

2) Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta integrasi pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian nasional.

3) Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju innovation-driven economy.

Pembangunan Indonesia tidak lepas dari posisi Indonesia dalam dinamika regional dan global. Secara geografis Indonesia terletak di jantung pertumbuhan ekonomi dunia.

(39)

Kawasan Timur Asia memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang jauh di atas rata-rata kawasan lain di dunia. Ketika tren jangka panjang (1970- 2000) pertumbuhan ekonomi dunia mengalami penurunan, tren pertumbuhan ekonomi kawasan Timur Asia menunjukkan peningkatan.

Sebagai pusat gravitasi perekonomian global, Kawasan Timur Asia (termasuk Asia Tenggara) memiliki jumlah penduduk sekitar 50 persen dari penduduk dunia. Cina memiliki sekitar 1,3 miliar penduduk, sementara India menyumbang sekitar 1,2 miliar orang, dan ASEAN dihuni oleh sekitar 600 juta jiwa. Secara geografis, kedudukan Indonesia berada di tengah-tengah Kawasan Timur Asia yang mempunyai potensi ekonomi sangat besar.

Dalam aspek perdagangan global, dewasa ini perdagangan

South to South, termasuk transaksi antara

India-Cina-Indonesia, menunjukkan peningkatan yang cepat. Sejak 2008, pertumbuhan ekspor negara berkembang yang didorong oleh permintaan negara berkembang lainnya meningkat sangat signifikan (kontribusinya mencapai 54 persen). Hal ini berbeda jauh dengan kondisi tahun 1998 yang kontribusinya hanya 12 persen. Pertumbuhan yang kuat dari Cina, baik ekspor maupun impor memberikan dampak yang sangat penting bagi perkembangan perdagangan regional dan global. Impor Cina meningkat tajam selama dan setelah krisis ekonomi global 2008. Di samping itu, konsumsi Cina yang besar dapat menyerap ekspor yang besar dari negara-negara di sekitarnya termasuk Indonesia.

2.2.3 Percepatan Transformasi Ekonomi melalui Not

Business As Usual

Dengan seluruh potensi dan tantangan yang telah diuraikan di atas, Indonesia membutuhkan percepatan transformasi ekonomi agar kesejahteraan bagi seluruh masyarakat dapat diwujudkan lebih dini. Perwujudan itulah yang akan diupayakan melalui langkah-langkah percepatan dan

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(40)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 29  perluasan pembangunan ekonomi Indonesia. Untuk itu dibutuhkan perubahan pola pikir (mindset ) yang didasari oleh semangat “Not Business As Usual” (lihat Gambar 2.8).

Gambar 2.8. Ilustrasi Percepatan Transformasi Ekonomi Indonesia

Perubahan pola pikir paling mendasar adalah pemahaman bahwa pembangunan ekonomi membutuhkan kolaborasi bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD dan Swasta (dalam semangat Indonesia Incorporated). Perlu dipahami juga kemampuan pemerintah melalui ABPN dan APBD dalam pembiayaan pembangunan sangat terbatas.

Di sisi lain, semakin maju perekonomian suatu negara, maka semakin kecil pula proporsi anggaran pemerintah dalam pembangunan ekonomi. Dinamika ekonomi suatu negara pada akhirnya akan tergantung pada dunia usaha yang mencakup BUMN, BUMD, dan swasta domestik dan asing. Pemahaman tersebut harus direfleksikan dalam kebijakan Pemerintah. Regulasi yang ada seharusnya dapat mendorong partisipasi dunia usaha secara maksimal untuk membangun berbagai macam industri dan infrastruktur yang diperlukan.

(41)

Karena itu percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia memerlukan evaluasi terhadap seluruh kerangka regulasi yang ada, dan kemudian langkah-langkah strategis diambil untuk merevisi dan merubah regulasi sehingga mendorong partisipasi maksimal yang sehat dari dunia usaha. Semangat Not Business As Usual juga harus terefleksi dalam elemen penting pembangunan, terutama penyediaan infrastruktur. Pola pikir masa lalu mengatakan bahwa infrastruktur harus dibangun menggunakan anggaran Pemerintah. Akibat anggaran Pemerintah yang terbatas, pola pikir tersebut berujung pada kesulitan memenuhi kebutuhan infrastruktur yang memadai bagi perekonomian yang berkembang pesat. Saat ini telah didorong pola pikir yang lebih maju dalam penyediaan infrastruktur melalui model kerjasama pemerintah dan swasta atau Public-Private

Partnership (PPP).

Namun demikian, untuk mempercepat implementasi MP3EI, perlu juga dikembangkan metode pembangunan infrastruktur sepenuhnya oleh dunia usaha yang dikaitkan dengan kegiatan produksi. Peran Pemerintah adalah menyediakan perangkat aturan dan regulasi yang memberi insentif bagi dunia usaha untuk membangun kegiatan produksi dan infrastruktur tersebut secara paripurna. Insentif tersebut dapat berupa kebijakan (sistem maupun tarif) pajak, bea masuk, aturan ketenagakerjaan, perizinan, pertanahan, dan lainnya, sesuai kesepakatan dengan dunia usaha. Perlakuan khusus diberikan agar dunia usaha memiliki perspektif jangka panjang dalam pembangunan pusat pertumbuhan ekonomi baru. Selanjutnya, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus membangun linkage semaksimal mungkin untuk mendorong pembangunan daerah sekitar pusat pertumbuhan ekonomi.

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(42)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 31 

2.2.4 Potensi sumber SDA: (i) key success factor : SD

energi, SD pertanian, SD mineral,

Indonesia adalah negara yang kaya dengan potensi sumber daya alam, baik yang terbarukan (hasil bumi) maupun yang tidak terbarukan (hasil tambang dan mineral). Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia harus dapat dikelola seoptimal mungkin, dengan meningkatkan industri pengolahan yang memberikan nilai tambah tinggi dan mengurangi ekspor bahan mentah. Dengan demikian maka Indonesia diproyeksikan sebagai basis ketahanan pangan dunia, pusat pengolahan produk pertanian, perkebunan, perikanan, dan sumber daya mineral serta pusat mobilitas logistik global.

Sampai tahun 2010, Indonesia masih menjadi salah satu produsen besar di dunia untuk berbagai komoditas, antara lain kelapa sawit (penghasil dan eksportir terbesar di dunia), kakao (produsen terbesar kedua di dunia), timah (produsen terbesar kedua di dunia), nikel (cadangan terbesar ke empat di dunia) dan bauksit (cadangan terbesar ke tujuh di dunia) serta komoditas unggulan lainnya seperti besi baja, tembaga, karet dan perikanan. Indonesia juga memiliki cadangan energi yang sangat besar seperti misalnya batubara, panas bumi, gas alam, dan air yang sebagian besar dimanfaatkan untuk mendukung industri andalan seperti tekstil, perkapalan, peralatan transportasi dan makanan-minuman. Potensi sumber daya alam tersebut terlihat pada Gambar 2.9.

(43)

Gambar 2.9. Potensi Sumber Daya Alam dan Prospek Pemanfaatannya Untuk Industri

2.2.5 Daya Dukung Ekologi (air, pangan, kelautan)

dan pasar.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki wilayah dengan panjang mencapai 5.200 km dan lebar mencapai 1.870 km. Lokasi geografisnya juga sangat strategis (memiliki akses langsung ke pasar terbesar di dunia) karena Indonesia dilewati oleh satu Sea Lane of Communication (SLoC), yaitu Selat Malaka, di mana jalur ini menempati peringkat pertama dalam jalur pelayaran kontainer global.

Berdasarkan data United Nations Environmental Programme (UNEP, 2009) terdapat 64 wilayah perairan Large Marine Ecosystem (LME) di seluruh dunia yang disusun berdasarkan tingkat kesuburan, produktivitas, dan pengaruh perubahan iklim terhadap masing-masing LME. Indonesia memiliki akses langsung kepada 6 (enam) wilayah LME yang mempunyai potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar, yaitu: LME 34 – Teluk Bengala; LME 36- Laut Cina

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(44)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 33  Selatan; LME 37-Sulu Celebes; LME 38-Laut-laut Indonesia; LME 39-Arafura-Gulf Carpentaria; LME 45–Laut Australia Utara. Sehingga, peluang Indonesia untuk mengembangkan industri perikanan tangkap sangat besar.

Walaupun potensi ini merupakan keunggulan Indonesia, namun keunggulan tersebut tidak akan terwujud dengan sendirinya. Sejumlah tantangan harus dihadapi untuk merealisasikan keunggulan tersebut, sebagaimana diuraikan berikut ini.

Struktur ekonomi Indonesia saat ini masih terfokus pada pertanian dan industri yang mengekstraksi dan mengumpulkan hasil alam. Industri yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah produk, proses produksi dan distribusi di dalam negeri masih terbatas. Selain itu, saat ini terjadi kesenjangan pembangunan antara Kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia. Hal ini tidak bisa dibiarkan berlanjut ke generasi yang akan datang. Harus pula dipahami bahwa upaya pemerataan pembangunan tidak akan terwujud dalam jangka waktu singkat. Namun begitu, upaya tersebut harus dimulai melalui upaya percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia sebagai titik awal menuju Indonesia yang lebih merata.

Tantangan lain dari suatu negara besar seperti Indonesia adalah penyediaan infrastruktur untuk mendukung aktivitas ekonomi. Infrastruktur itu sendiri memiliki spektrum yang sangat luas. Satu hal yang harus mendapatkan perhatian utama adalah infrastruktur yang mendorong konektivitas antar wilayah sehingga dapat mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi Indonesia. Penyediaan infrastruktur yang mendorong konektivitas akan menurunkan biaya transportasi dan biaya logistik sehingga dapat meningkatkan daya saing produk, dan mempercepat gerak ekonomi.

(45)

2.2.6 Enam koridor dan Aktivitas ekonomi utama

Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia menetapkan sejumlah program utama dan kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus pengembangan strategi dan kebijakan. Prioritas ini merupakan hasil dari sejumlah kesepakatan yang dibangun bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan di dalam serial diskusi dan dialog yang sifatnya interaktif dan partisipatif. Berdasarkan kesepakatan tersebut, fokus dari pengembangan MP3EI ini diletakkan pada 8 program utama, yaitu pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan strategis. Kedelapan program utama tersebut terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama (lihat Gambar 4).

Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 elemen utama yaitu:

(i) mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan Papua-Kepulauan Maluku,

(ii) memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara local dan terhubung secara global (locally

integrated, globally connected),

(iii) memperkuat SDM dan Iptek nasional untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor.

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(46)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 35  Gambar 2.10. Kegiatan Ekonomi Utama dalam MP3EI.

2.2.7 Penguatan Kemampuan SDM dan Iptek Nasional

Dalam upaya mendukung salah satu pilar MP3EI, adalah melalui penguatan SDM dan Iptek nasional yang dapat dilakukan dengan cara 1) pemetaan kebutuhan dan kesiapan iptek, 2) informasi cluster – cluster teknologi, 3) melakukan

capacity building dalam membuat perencanaan, regulasi, public policy, dan lain-lain.

Selanjutnya keterlaksanaan MP3EI memerlukan percepatan transformasi inovasi dalam ekonomi yang dilakukan melalui pengembangan modal manusia berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi secara terencana dan sistematis dalam suatu Sistem Inovasi Nasional (SINas) serta berbagai upaya transformasi inovasi dalam kegiatan ekonomi. Salah satu tujuan MP3EI adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia lebih cepat, untuk itu kita harus secara terencana meningkatkan value added di dalam upaya mengejar

(47)

ketertinggalan bangsa saat ini. Jika berbicara percepatan berarti harus ada yang dilakukan diluar kebiasaan, bussines as

not usual serta memiliki koherensi dengan suatu proses

inovasi yang didalamnya terkandung iptek. Untuk itu inovasi menjadi bagian yang penting untuk pelaksanaan MP3EI. Untuk itu perlu membangun pertumbuhan berkualitas: (i) pertumbuhan tinggi, inklusif, (ii) berkeadilan dan berkelanjutan, dan kesejahteraan dirasakan di semua daerah dan oleh seluruh masyarakat, (iii) dilakukan dengan pendekatan “breakthrough” dan “Business As Not Usual”. ... melalui langkah-langkah cerdas, fokus, dan terukur, dan (i) menjadi big player ekonomi global yaitu sebagai 12 negara besar di dunia pada tahun 2025

Sebagai prediksi, setelah tahun 2010: dimana PDB ~ US$ 700 Milyar, atau pendapatan/kap US$ 3,005, dan melalui program kegiatan MP3EI, maka dapat pada tahun 2014: PDB US$ ~ 1,2 triliun, dengan pendapatan/kap:US$ ~ 4.800 dan Indonesia akan menjadi negara dengan tingkat ekonomi 14 besar dunia, dan pada tahun 2025 PDB menjadi US$ 3,8 –4,5 Trilyun, pendapatan/kap:13.000 –16.100 US$ (high income country), dan Indonesia menjadi terbesar ke-12 dunia

Untuk mendukung pencapaian sasaran MP3EI, maka diperlukan ” Thinking out of the box, dan untuk itu membutuhkan perubahan mindset yang antara lain dilakukan

dengan:

a) Menghidari ROI Marginal: pertumbuhan berkualitas tidak dapat diraih sendiri-sendiri -sektoral maupun administrasi kewilayahan semata

b) Asset sumber daya energy relatif berlimpah, memerlukan engineering akses wilayah bagi percepatan dan perluasan pertumbuhan ekonomi

c) Amanat UU 4/2009 tentang Minerba,maka setelah tahun 2014 tidak lagi diperbolehkan ekspor dalam bentuk bahan

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(48)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 37  baku atau dengan kata lain harus dalam bentuk produk olahan.

d) Perubahan iklim, pergeseran demografis global, posisi geografis dan geoekologis membentuk leverage ekonomi Indonesia di pasar dunia. Menjadi faktor penting dalam menentukan arah pengembangan ekonomi Indonesia ke masa depan

e) Mengedepankan pendekatan solusi mencapai tujuan pembangunan, bukan berkutat pada pendekatan masalah yang dihadapi.

f) Menghasilkan strategi dan kebijakan pembangunan bernilai transformatif struktural, bukan incremental

g) Peningkatan Value Added Memfasilitasi percepatan investasi swasta sesuai kebutuhannya Mengintegrasikan pendekatan sektoral dan RegionalPemerintah dan Mendorong Inovasi

h) Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhanutama untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman.

i) Memperluas pertumbuhan dengan menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhanmelalui

inter-modal supply chain systems.

j) Menghubungkan daerah terpencil dengan infrastruktur & pelayanan dasar dalam menyebarkan manfaat pembangunan secara luas. (pertumbuhan yang inklusif k) Penetapan dua pelabuhan hub internasional sebagai pintu

gerbang laut, satu di bagian barat Indonesia, satudi bagian Timur Indonesia

l) Menerapkan penuh doktrin strategis wawasan nusantara. Menseksamai dinamika strategis dunia

(49)

3 Rangkuman

Berdasarkan diskusi materi presentasi, maka dapat dirangkum bahwa MP3EI adalah merupalan pedoman komplemen pembangunan ekonomi yang mempunyai dasar / kekuatan hukum yaitu Perpres No. 32/2011, sehingga perlu dilaksanakan. Oleh karena itu MP3EI perlu mendapat masukan bagaimana MP3EI dapat dilaksanakan sesuai dengan target-target yang telah ditentukan. Berbagai masukan penting antara lain bahwa:

1) Perlunya antisipasi kebutuhan listrik yang terus meningkat (14%/tahun), yaitu dengan cara efisiensi dan difersifikasi sumber daya energi, khususnya dengan memanfaatkan sumber daya energi terbarukan dan meningkatkan kandungan lokal. Untuk perlunya penyamaan visi pengembangan energi di Indonesia. Selain itu, diperlukan kebijakan pemerintah sesuai dengan pasal 33, dimana pemakaian bbm merupakan alternatif terakhir setelah pemakaian sumber energi lainnya.

2) Dokumen MP3EI hendaknya merupakan dokumen yang hidup (life document) yang dapat diperbaiki setiap saat. Walaupun banyak permasalahan, kita harus yakin bahwa kita dapat melaksanakan. Produksi pangan selama ini turun sekitar 1,2%, sehingga perlu upaya peningkatan produksi pangan dengan:

- memanfaatkan lahan sub-optimal yang masih luas, khususnya di luar Jawa.

- mengimplementasikan hasil-hasil riset di bidang pertanian yang sudah banyak,.

- mendukung ketersediaan dan aksesibilitas pupuk dan benih yang selama ini sering terlambat.

- Melalukan investasi di bidang pertanian sebagaimana di Brasilia, dan sekaligus untuk mengurangi konversi lahan pertanian

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(50)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 39  - menerapkan pertanian spesifik lokasi (sepklok)

dimasa mendatang sangat penting mengingat perubahan iklim, yaitu dengan memanfaatkan varietas yang adaptif terhadap perubahan iklim.

3) Melaksanakan reformasi lahan / reformasi agraria sehinga lahan dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana tataruang, dan sekaligus dapat mengatur berbagai permasalahan seperti konversi lahan, pencaplokan tanah masyarakat, kebijakan desentralisasi (wewenang pemerintah pusat dan daerah), kepemilikan lahan / asset oleh investor asing dan lain-lain.

4) Melalukan pembangunan SDM, baik untuk pengembangan teknologi maupun untuk managemen sehingga berbagai masalah untuk penjadwalan, meningkatkan kandungan lokal (local content), pendekatan keamanan (security approach), dan lain-lain. Untuk itu, perlunya dilakukan pemetaan SDM dan sekaligus pemetaan sosial yang terkait dengan pembangunan MP3EI. Oleh karena itu dalam implementasi MP3EI perlu lebih melibatkan institusi riset, daripada dengan swasta. 5) Implementasi MP3EI perlu didukung dengan perubahan

mind set menuju otak sehat. Hal ini penting mengingat

Indonesia kaya akan SDA yang dalam pengelolaannya diperlukan otak sehat.

6) MP3EI perlu didukung dengan program strategi yang jelas untuk pelaksanaannya, serta bagaimana memperoleh anggaran yang memadai untuk mendukungnya. Program-program tersebut harus rinci dan implementatif (jangan sampai dead of detail).

7) Dalam pelaksanaan MP3EI juga harus dapat dipersiapkan SDM lokal, dan jangan hanya berorientasi pada target. Tetapi harus mampu mensejahterakan masyarakat bawah, menurunkan angka kemiskinan, dan bukan berpihak pada

(51)

pada pengusahan kelas atas, agar masyarakat tidak hanya menjadi ”penonton” dan ”buruh” dalam pembangunan MP3EI tersebut.

8) MP3EI juga perlu disosialisasi hingga ke lapisanan masyarakat bawah dan sekaligus dapat mendukung kebutuhan riset di daerah.

9) Mengingat luasnya bidang pelaksanaan MP3EI, maka perlu difokuskan pada 3-4 bidang yang penting / prioritas 10) MP3EI sebagai rencana induk masih banyak mempunyai

kelemahan karena belum disusun berdasarkan filosofi yang matang dan belum didukung dengan perundang-undangan, khususnya di bidang industri.

11) Pembangunan ekonomi harus dapat mengemban amanah konstitusi adalah untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Amanah konstitusi mencakup UUD 1945 pasal 33, MP3EI, SINas, dan Iptek telah tertata pada satu alur yang sama, yakni menuju terwujudnya kesejahteraan rakyat dan kemajuan peradaban bangsa Indonesia. Dalam hal ini pembangunan harus dapat mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat (pro poor), dapat memberikan lapangan kerja (pro job) dan mensejahterakan masyarakat kalangan bawah.

2.2.7 Rekomendasi

MP3EI adalah dokumen yang telah mempunyai kekuatan hukum, namun dalam penyusunannya belum dilakasanakan secara konseptual, filosofis dan implementatif. Oleh karena itu agar MP3EI dapat mendukung visi dan misi RPJPN 2005-2025, maka perlu disempurnakan. Adapun saran / rekomendasi penyempurnaan MP3EI adalah sebagai berikut: 1) Pemetaan SDM dan Iptek dan selanjutnya digunakan

untuk mengidentifikasi kebutuhan SDM dan Iptek serta Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

(52)

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 41  penyusunan program pengembangannya untuk mendukung MP3EI.

2) Pelaksanaan MP3EI perlu mengemban amanah konstitusi UUD ’45 khususnya pada pasal 31 ayat 5, dimana adalah untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Oleh karena itu MP3EI dapat berperan sebagai wahana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat bawah Pelaksanaan MP3EI hendaknya juga dapat berkolaboratif dengan lembaga riset sebagai lembaga pengembang Iptek dan sekaligus sebagai sumber SDM berkualitas

3) Perlunya didukung dengan program dan strategi yang rinci serta dana yang realistis, serta memperhatikan aspek sosial, dan harus dilaksanakan dengan otak sehat.

4) MP3EI perlu disosialisasi hingga ke lapisanan masyarakat bawah dan sekaligus dapat mendukung kebutuhan riset di daerah.

5) Mengingat luasnya bidang pelaksanaan MP3EI, maka perlu difokuskan pada 3-4 bidang yang penting / prioritas 6) Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang terkait

dengan aset / lahan, sehingga pihak swasta dan asing dapat dikendalikan, dan bukan mendominasi.

(53)

BAB 3.

PENINGKATAN KOMPONEN IPTEK DALAM

NEGERI UNTUK INDUSTRI NASIONAL

3.1 Mainstreaming Iptek dalam Pembangunan Nasional

Menteri Negara Riset dan Teknologi*)

Kita patut bersyukur untuk pertumbuhan ekonomi di atas 6%,

income per capita berkisar US$3000 dan GDP Rp. 7000T artinya

ekonomi kita secara bertahap terus berkembang dan bahkan kita sudah masuk menjadi anggota negara-negara G-20. Ini semua adalah berkat kerja keras kita semua. Kita bisa rasakan bahwa saat ini jumlah penduduk klas menengah juga semakin banyak, meskipun jumlah penduduk dengan pendapatan rendah masih sangat besar.

Laporan World Economic Forum (WEF) 2011/2012

menyebutkan bahwa Indonesia sekarang termasuk kategori Negara yang berada pada tahapan efficiency-driven. Apabila kita berhasil memperbaiki beberapa kelemahan-kelemahan yang ada maka niscaya negara Indonesia bisa masuk ke kategori Negara yang innovation driven.

Menurut The Global Competitiveness Report 2011-2012, daya saing Indonesia menempati peringkat ke-46 dari 142 negara. Dari 12 pilar daya saing yang dinilai, pilar kesiapan teknologi dan inovasi merupakan pilar yang mempunyai nilai terendah dibandingkan pilar-pilar lainnya. Nilai pilar kesiapan teknologi 3,33 dan pilar inovasi 3,59. Sementara itu, pilar yang tertinggi adalah pilar kesehatan dan pendidikan dasar 5,74 dan makro ekonomi 5,66. Fakta ini mengindikasi bahwa perkembangan sumber daya Iptek (S&T resource advantage) _________________

*) Besumber dari Teks Sambutan Menristek pada Sidang Paripurna- II Dewan Riset Nasional di Auditorium BPPT, Senin, 16 juli 2012

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

Gambar

Gambar 2.2  Publikasi artikel ilmiah negara ASEAN, 2002- 2002-2011 (Lakitan et al., 2012)
Gambar 2.4 Korelasi antara produktivitas dengan jumlah  peneliti domestik per artikel di negara ASEAN,  2001-2011 (Lakitan et al., 2012)
Tabel 2.1. Posisi Indonesia di antara negara-negara ASEAN  dilihat dari kondisi empat komponen pendukung  yang dibutuhkan untuk pengembangan iptek
Tabel 2.2. Kegiatan ekonomi utama pada masing-masing  koridor ekonomi Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel dalam penelitian ini adalah unsur intrinsik yang mencakup tema, alur, latar, dan tokoh dan watak yang saling berkaitan sehingga menimbulkan makna yang menyeluruh

 Konsep rumah tangga pertanian mengalami perluasan dibanding Sensus Pertanian 1983, yaitu untuk konsep rumah tangga pertanian pengguna lahan ditambah dengan usaha

Fungsi pemeliharaan ini dapat memacu sumber daya manusia untuk bekerja tekun, giat, baik dan menguntungkan perusahaan dalam hal ini adalah majikan, kemudian

Responden yang memberikan susu formula pada anak usia lebih dari 5 tahun yang memiliki tingkat keparahan karies kategori sangat rendah tidak ada, kategori rendah

Proses ini tidak menimbulkan perubahan fasa kecuali rekristalisasi. Banyak faktor yang dapat menimbulkan timbulnya tegangan di dalam logam sebagai akibat dari proses

Konfigurasi dasarnya adalah dengan menghubungkan suatu tahananan seri dengan kumparan putar alat ukur arus dimana arus secara langsung masuk ke dalam kumparan

Untuk pengujian stabilitas didapatkan hasil antara filter halus hulu terhadap filter kasar dengan nilai permeabilitas 2,38 x 10 -2 m/s dan dengan penurunan material 10 mm