• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PERUMUSAN DIALOG NASIONAL: “MAINSTREAMING IPTEK DALAM

PENINGKATAN KOMPONEN IPTEK DALAM NEGERI UNTUK INDUSTRI NASIONAL

TENAGA KERJ

3.4 HASIL PERUMUSAN DIALOG NASIONAL: “MAINSTREAMING IPTEK DALAM

3.4 HASIL PERUMUSAN DIALOG NASIONAL: “MAINSTREAMING IPTEK DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL” *)

Kontribusi iptek dalam pembangunan ekonomi nasional

masih jauh dari harapan. Hal ini dapat dilihat dari angka index Total Factor Productivity (TFP) yang pada tahun 2007 hanya sebesar 1,38% (Bank Indonesia 2007). Angka ini menunjukkan bahwa sumber pertumbuhan ekonomi nasional masih didominasi oleh faktor kapital. Selain itu, kesiapan teknologi Indonesia masih sangat rendah dibanding negara tetangga. Berdasarkan hasil evaluasi World Economic

Forum (WEF) 2011-2012, Kesiapan Teknologi Indonesia hanya

menempati ranking 94 dari 142 negara. Kalah dibanding Malaysia (44), Thailand (84) Vietnam (79), bahkan Filipina(83). Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kontribusi iptek dalam pembangunan nasional sehingga dapat meningkatkan peringkat daya saing Indonesia.

Keunggulan Indonesia masih terletak pada ukuran pasar

yang sangat besar. Manurut laporan WEF, Indonesia menempati ranking ke 15 dari 142 negara, jauh lebih unggul dari Malaysia (29), Thailand (22), Vietnam (33) dan Filipina (36). Kekuatan ekonomi Indonesia meliputi 51% dari kekuatan ekonomi Asean, sementara 49% lainnya dibagi rata ke 9 negara Asean lainnya, termasuk Singapura. Hal ini menunjukkan

bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini masih didorong oleh sektor konsumsi dengan potensi pasar yang demikian besar, belum merupakan hasil kontribusi iptek. Agar potensi pasar yang besar ini tidak dimanfaatkan oleh produk l uar negeri, maka pemerintah perlu melindungi __________________

*) Dalam rangka Sidang Paripurna- II Dewan Riset Nasional di Auditorium BPPT, Senin, 16 juli 2012

industri nasional dengan peraturan pembatasan impor,

kebijakan fiskal serta insentif bagi usaha dalam negeri, juga dengan peningkatan daya saing industri nasional dengan

pemanfaatan hasil-hasil riset

Pemanfaatan hasil-hasil riset dan peningkatan kontribusi iptek dalam pembangunan nasional harus berujung pada peningkatan kesejahteraan rakyat, karena hal ini merupakan amanah konstitusi UUD 1945 pada pasal 31 ayat 5. Jenis teknologi yang dikembangkan perlu disesuaikan dengan kecenderungan lingkungan global yang berpihak pada (i) Teknologi berorientasi domestik (MP3EI, pasar yang besar, sumberdaya lokal), (ii) Teknologi yang inklusif (kapasitas R&D, kapasitas adopsi, sistem yang kondusif) dan (iii) Teknologi hijau (green economy, keberlanjutan dan citra global). Untuk itu, Agenda Riset Nasional –DRN perlu memperhatikan kriteria teknologi tersebut.

Peningkatan kontribusi iptek diyakini dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi secara lebih tinggi dan berkelanjutan. Hal ini terjadi karena dengan meningkatkan penggunaan iptek maka akan meningkat pula nilai tambah dan efisiensi kegiatan usaha sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Untuk itu diperlukan kerja keras dalam meningkatkan kontribusi iptek dalam pembangunan ekonomi nasional.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kontribusi iptek adalah dengan lebih meningkatkan sinergi antara lembaga penelitian sebagai penyedia teknologi dengan badan usaha sebagai pengguna teknologi sekaligus penggerak perekonomian bangsa. Diakui bahwa hubungan antara riset dan industri di Indonesia masih belum erat. Untuk itu, Dewan Riset Nasional dapat melaksanakan peranannya untuk mensinergikan lembaga riset di lingkungan LPNK, perguruan tinggi dan Litbang Kementerian, dengan badan usaha, khususnya BUMN yang jumlahnya mencapai 140 perusahaan.

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 67 

Sinergi riset dan industri (BUMN) perlu difokuskan pada

pensuksesan pelaksanaan peran BUMN yaitu dalam (1) memperkuat ketahanan nasional, (2) mendukung pertumbuhan ekonomi, dan (3) mendorong perusahaan BUMN menjadi “champion” di tingkat internasional sekaligus sebagai “engine of growth”. Untuk itu telah dipilih beberapa produk target yang menjadi sasaran pengembangan, yaitu Mobil Listrik, Sorgum, Gula, Sagu, dan Peternakan Sapi. Menteri BUMN meminta DRN untuk mengusulkan produk target lain yang memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan secara sinergis antara lembaga litbang dengan Perusahaan BUMN.

Dalam rangka meningkatkan kontribusi iptek dalam pembangunan nasional, diperlukan riset pemetaan kemampuan SDM iptek Nasional. Selama ini belum

diketahui secara pasti komposisi SDM berdasarkan bidang keahlian atau kesarjanaannya. Peta komposisi keahlian ini dapat dijadikan dasar untuk mengevaluasi bidang keahlian mana yang sudah berlebih dan mana yang masih kekurangan untuk mendukung pembangunan nasional. Informasi ini dapat dijadikan dasar bagi perencanaan dan rasionalisasi jurusan yang ada di perguruan tinggi, atau sekolah kejuruan yang perlu dikembangkan atau yang perlu ditutup.

Selama ini permasalahan nasional yang dianggap krusial adalah permasalahan yang dikeluhkan oleh kelompok masyarakat kalangan menengah ke atas, yang jumlahnya mencapai 130 juta orang. Fenomena ini terjadi karena mereka lebih independen di era keterbukaan dan demokrasi. Keluhan yang disampaikan kalangan ini (seperti kemacetan jalan tol, harga BBM, ketiadaan AC di kendaraan umum, antrean di bandara, dll.), pada umumnya tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat miskin (misalnya saluran irigasi yang rusak atau mahalnya harga pupuk dan sejenisnya). Untuk itu perlu diarahkan pula riset untuk

mengidentifikasi kebutuhan dan upaya mengatasi permasalahan masyarakat miskin.

Beberapa masalah ketahanan nasional lainnya yang perlu mendapat perhatian dunia riset adalah tingginya dan terus meningkatnya konsumsi makanan dari terigu, yang bahan bakunya harus diimpor (4-5 jt ton/th). Untuk itu perlu riset

pengembangan tanaman pengganti / substitusi gandum

yang dapat tumbuh di Indonesia seperti Sorgum, Sagu, Singkong, Azolla, dan lain-lain. Selain itu, riset perlu diarahkan untuk mengatasi masalah impor pangan lainnya seperti gula, daging (sapi), dan garam. Hasil riset yang telah matang dapat disalurkan kepada Perusahaan BUMN terkait untuk implementasi produksinya.

Masalah ketahanan nasional lainnya yang perlu segera diatasi adalah tingginya konsumsi BBM untuk sektor transportasi sehingga pemerintah harus mengeluarkan subsidi yang sangat besar. Untuk itu diperlukan riset pengembangan

kendaraan yang tidak mengkonsumsi BBM, seperti Mobil Listrik. Untuk mendukung ini diperlukan riset untuk dapat

memproduksi komponen utamanya yaitu Baterai, Motor Listrik (magnet), dan mesin penggerak yang telah dikembangkan di berbagai lembaga riset dan perguruan tinggi di Indonesia.

Pemerintah perlu mendorong Industri untuk melaksanakan kegiatan riset. Salah satu kebijakan yang dapat diterapkan adalah insentif pembebasan pajak terhadap biaya yang mereka keluarkan untuk kegiatan R&D. Untuk itu DRN dapat memformulasikan kebijakan seperti ini untuk selanjutnya diusulkan kepada pemerintah.

Tiga nilai yang patut mendapat perhatian dalam upaya

mendukung daya saing bangsa, yaitu (i) adanya kepastian hukum, (ii) prediktabilitas dan kalkulabilitas, dan (iii) freedom

dan equality. Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai lembaga

pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 69  Mahkamah Agung berperan besar dalam menyelesaikan konflik hukum terutama dalam kaitannya dengan kegiatan investasi dan pembangunan nasional. Namun, sesuai dengan fungsinya MK tidak dapat proaktif mencari perkara, melainkan hanya merespon masukan dari masyarakat.

Konflik yang terjadi di tengah masyarakat karena masalah

pemilikan tanah (land tenure) perlu mendapat perhatian. Dalam menyelesaikan masalah ini MK mempunyai visi bahwa kebijakan harus diberikan kepada mereka yang kurang beruntung, agar tidak memperluas kesenjangan sosial. Dalam kaitan ini disarankan agar topik “konflik sosial akibat pemilikan lahan“ dapat dimasukkan dalam Agenda Riset Nasional DRN.

Kondisi Riset saat ini masih digambarkan oleh rendahnya

anggaran (0,8% dari APBN), kualitas peneliti semakin meningkat, dan masih kurangnya koordinasi baik antar peneliti dan antara peneliti dan pengguna (industri). Untuk itu DRN berupaya untuk mengatasi permasalahan ini dengan memberikan masukan kebijakan kepada Menteri Riset dan teknologi melalui penyusunan prioritas riset (Agenda Riset Nasional), penguatan sistem inovasi nasional/daerah, dan pengembangan Pusat Unggulan Iptek.

DRN telah melaksanakan revitalisasi melalui pengangkatan anggota DRN periode 2012-2014 dengan jumlah anggota yang lebih vital, komposisi anggota dari akedemisi, bisnis, dan pemerintah (government) secara lebih seimbang, dan mengangkat Kepala Badan Litbang Kementerian sebagai Ketua Komisi Teknis. Melalui upaya ini maka DRN dapat meningkatkan koordinasi dengan kementerian dan LPNK secara lebih baik. Revitalisasi ini akan dilanjutkan pada tahap berikutnya yaitu dengan memperbaiki dasar hukum yang mendasari pelaksanaan tugas dan fungsi DRN.

Salah satu bentuk koordinasi dengan lembaga terkait yang dilakukan DRN adalah kerjasama antara Komisi Teknis

Hankam DRN dengan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) untuk bersama-sama menyusun blue print Industri Pertahanan Nasional. Disarankan agar DRN dapat mengembangkan kegiatan serupa misalnya antara Komisi Teknis Energi DRN dengan Dewan Energi Nasional (DEN). Dengan demikian DRN dapat memberikan masukan dan mendorong peningkatan efektifitas lembaga-lembaga fungsional yang ada di tingkat nasional.

Fokus pengembangan riset Indonesia dinilai masih terlalu

luas sehingga lebih terkesan sebagai “shopping list”. Mengacu kepada beberapa negara yang berhasil seperti Brazil, riset mereka difokuskan pada sugar cane dari hulu ke hilir, sehingga dapat membangun 8 juta hektar kebun tebu, 500 parrik gula, 500 pembangkit listrik dan produk-produk hilir yang memberi multiplier effect yang sangat luas. Indonesia selayaknya memiliki fokus riset dengan memanfaatkan keunikan kita sebagai negara kepulauan beriklim tropis untuk dijadikan sebagai keunggulan kompetitif di tingkat internasional.

Alokasi angaran riset di Indonesia yang masih sangat kecil,

itupun masih disertai pula dengan tingkat efektifitas penggunaan yang rendah. Hal ini disebabkan karena tata cara penggunaan dan pertanggungjawaban anggaran riset disamakan dengan tata cara penggunaan anggaran untuk proyek fisik yang outputnya lebih pasti dan mudah pertanggungjawabannya. Untuk itu DRN perlu memberikan masukan kepada Kementerian Keuangan tentang peraturan dan tata cara penggunaan dana riset yang lebih sesuai untuk kegiatan riset.

Kegiatan riset dan implementasi hasil riset di lingkungan Kementerian Pertanian sudah cukup banyak. Permasalahan yang dihadapi lebih disebabkan oleh masih lemahnya aturan tentang hak-hak bagi periset. Untuk itu perlu melihat lagi

Undang-undang No 18/2002 beserta PP yang mendukungnya,

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 71  yaitu pasal tentang alih teknologi, dan pasal tentang kewajiban badan usaha yang dapat dimanfaatkan oleh periset, yang meskipun telah ada PP nya namun belum efektif. Untuk itu DRN diharapkan dapat mendorong penyempurnaan UU 18/2002 dan PP pendukungnya, sekaligus mendorong Reformasi Birokrasi dan peningkatan tunjangan fungsional bagi para peneliti.

Diingatkan bahwa selain UU 18 / 2002, pada saat ini UU 8 / 1984 tentang Perindustrian sedang dalam proses pembahasan untuk disempurnakan. Dalam penyempurnaan tersebut ada salah satu pasalnya yang mengatur tentang jaminan risiko bagi orang yang menerapkan teknologi. Pasal-pasal dalam revisi UU 8/1984 ini dapat dijadikan dasar bagi peningkatan daya saing Indistri Nasional.

Kementerian Perindustrian menetapkan Industri Agro, Industri Alat Angkut dan Industri Telematika sebagai tiga

pilar utama pembangunan industri nasional. Selain itu

dikembangkan pula industri sesuai karakteristik daerah (bottom up) yang meliputi basis industri manufaktur, IKM tertentu dan industri penunjang industri kreatif. Diakui bahwa iptek memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan industri dan daya saing industri nasional. Namun industri nasional masih banyak tergantung pada iptek dari luar negeri. Untuk itu peran iptek nasional perlu ditingkatkan dalam mendukung industri nasional. Kebijakan pengembangan iptek nasional perlu sejalan dengan kebijakan pengembangan industri nasional.

Beberapa kegiatan riset dan pengembangan yang

diperlukan untuk mendukung kebijakan pembangunan

industri nasional antara lain R&D peningkatan nilai tambah barang mineral, pengembangan flexy engine, konverter kit BBM ke BBG, mesin pabrik gula. Pelaksanaan riset dapat dilakukan melalui konsorsium baik antar periset maupun antara periset dengan industri.

Untuk dapat meningkatkan koordinasi riset melalui konsorsium antar periset dan antara periset dengan pengguna diperlukan data base yang cukup kuat. Untuk itu DRN akan mendorong pembuatan data base riset melalui kerjasama dengan Kementerian Riset dan Teknologi, dengan memanfaatkan fasilitas yang telah ada yaitu Open Method Research Coordination (OMRC).

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012

Mainstreaming Iptek Dalam Pembangunan Nasional – DRN 2012 73 

BAB 4.

PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN