• Tidak ada hasil yang ditemukan

PATRIOTISME DAN NASIONALISME DALAM FILM (Pendekatan Semiotik Dalam Film Garuda Di Dadaku)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PATRIOTISME DAN NASIONALISME DALAM FILM (Pendekatan Semiotik Dalam Film Garuda Di Dadaku)"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

SKRIPSI

PATRIOTISME DAN NASIONALISME DALAM FILM

( Pendekatan Semiotik Dalam Film Garuda Di Dadaku )

Disusun oleh :

Alit Lutfiah Hafi

N I M : D 1207568

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi S1 Jurujsan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Hamid Arifin, M.Si Tanti Hermawati S.Sos, M.Si NIP. 19600517 198803 1002 NIP. 19690207 199512 2001

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Program Studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari : Senin

Tanggal : 10 January 2011

Panitia Penguji:

1. Dra. Prahastiwi Utari M.Si, Ph.D ( )

NIP. 19600813 198702 2001 Ketua

2. Dra. Indah Budi Rahayu, S.E. ( )

NIP. 19580317 199010 2001 Sekretaris

3. Drs. Hamid Arifin, M.Si ( )

NIP. 19600517 198803 1002 Penguji 1

4. Tanti Hermawati S.Sos, M.Si ( )

NIP. 19690207 199512 2001 Penguji 2

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

(4)

commit to user

iv

MOTTO

“Hanya mata yang bersumber dari pikiran yang

tidak menghakimi yang mampu melihat kesempurnaan”

( Gobin Vashdev )

”right or wrong is my country!

( Anonim )

“Ujian atau kegagalan datang bukan untuk membuat kita menjadi bodoh dan sedih. Tapi untuk membuat kita menjadi pintar dan bahagia di masa depan.”

(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

§ Kedua Orang Tua ku

Atas cinta, kasih sayang, dan kesabaran yang diberikan secara tulus

§ Keluarga besar

Atas support dan pengertian serta perhatian yang tidak pernah bosan

(6)

commit to user

vi

Special Thanks to

Randy Wiliza

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas ridho dah hidayahNya yang luar

biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitiannya yang berjudul

PATRIOTISME DAN NASIONALISME DALAM FILM (Pendekatan Semiotik

Dalam Film Garuda Di Dadaku). Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih

jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu bimbingan dan saran dari semua pihak

sangat diharapkan sebagai penyempurnaan lebih lanjut.

Skripsi ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar sarjana S-1 Ilmu

Komunikasi di FISIP UNS. Saya menyadari bahwa dalam penelitian dan

penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak.

Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Hamid Arifin M,Si selaku Pembimbing I Skrispi. Terima kasih bersedia

membimbing.

2. Tanti Hermawati S,Sos, M.Si selaku Pembimbing II Skripsi. Terima kasih

bersedia membimbing.

3. Beberapa teman Jurusan Ilmu Komunikasi S1 Non-Reg (Monik, Mbak Nia,

Dina, Mbak Nindia, Tiwi, Mas Wisnu, Mas Rohman, Rony, Era, Iswan &

Arwan) dan kawan-kawan lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Terima kasih telah berbagi semangat, diskusi dan peminjaman literatur

selama proses skripsi.

4. My Second Family Camisole (Umey Althaf, Dyas Bunda Kenzie, Uland, and

(8)

commit to user

viii

5. Teman-teman IPB Hari Purnomo Hidayat, S.Ikom., Risma Hasnawaty, S.Sos.,

Nyayu Ade Ilmiyati, S.Ikom., Abung Supama Wijaya S.Ikom., Ezi Hendri,

Alifiah Ghaniyyu Widyaningrum, Ferra Afrina yang selalu menjadi teman

diskusi selama kebersamaan kita dikota solo ini.

6. Kemuning Girls; Dyah, Intan, Dinar, Ninda, Eni, Nita, Dita, Anggun, Kenyo,

Vita, Kiki, Lian nuwun buat dukungan morilnya selama ini.

7. Setiap “mereka” yang datang dalam episode hidupku dan membuatku

bertambah. Terima kasih telah memberi inspirasi, motivasi dan pengalaman

untuku.

Saya menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan

jauh dari sempurna. Oleh karena itu mohon maaf yang sebesar-besarnya untuk

keterbatasan informasi, materi, maupun cara penyajian yang mungkin dirasa

masih banyak kekurangan. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Maret 2011

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN...ii

PENGESAHAN...iii

MOTTO...iv

PERSEMBAHAN...v

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR BAGAN...xii

DAFTAR GAMBAR...xiii

DAFTAR LAMPIRAN………...xiv

ABSTRAK...xv

ABSTRACT...xvi

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah...1

2. Rumusan Masalah...4

3. Tujuan Penelitian...4

4. Kerangka Teori a. Komunikasi...4

b. Semiotika...6

c. Semiotika Film...11

d. Semiotika Roland Barthes...12

e. Nasionalisme dan Patriotisme...14

(10)

commit to user

x

g. Ciri Nasionalisme Indonesia...18

h. Nasionalisme dan Patriotisme dalam Film Garuda Di Dadaku...19

i. Pesan Verbal dan Non Verbal...21

a. Kode Verbal...21

b. Kode Non-Verbal...22

5. Kerangka Pemikiran...27

6. Definisi konseptual...30

a. Patriotisme...30

b. Nasionalisme...33

c. Film...33

7. Metodologi Penelitian a. Jenis Penelitian...40

b. Metode Penelitian...41

c. Sumber Data...41

d. Analisi Data...41

BAB II DESKRIPSI FILM GARUDA DI DADAKU A. Dibalik Layar Film Garuda Di Dadaku...42

1. Sinopsis...42

2. Karakterisitik...44

3. Tim Produksi...44

B. Antusiasme Penonton Garuda Di Dadaku...45

C. Theme Song Garuda Di Dadaku...46

(11)

commit to user

xi

E. Sukses Besar Garuda Di Dadaku...47

BAB III ANALISIS DATA 1. Scene 66...52

2. Scene68...61

3. Scene 113...67

4. Scene 115...73

5. Scene 130...77

6. Scene 206...82

7. Scene 356...86

8. Scene 365...92

9. Scene 384...99

10.Scene 419...103

11.Scene 443...107

12.Scene 446...112

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...118

B. Saran...121

(12)

commit to user

xii

DAFTAR BAGAN

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1.1...52

Gambar 1.1.2...55

Gambar 2.1.3...61

Gambar 3.1.4...67

Gambar 3.1.5...69

Gambar 4.1.6...73

Gambar 5.1.7...77

Gambar 6.1.8...82

Gambar 7.1.9...86

Gambar 8.1.10...92

Gambar 8.1.11...93

Gamabar 9.1.12...99

Gambar 10.1.13...103

Gambar 11.1.14...107

Gambar 11.1.15...108

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

commit to user

xv

ABSTRAK

Alit Lutfiah Hafi. D 1207568. Tahun 21010. PATRIOTISME DAN NASIONALISME DALAM FILM (Pendekatan Semiotik Dalam Film “Garuda di Dadaku”). Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Sebelas Maret

Film Garuda Di Dadaku salah satu film anak-anak yang mengusung nasionalisme dan patriotisme, film yang meraih penghargaan kategori film terbaik anak-anak tahun 2009 oleh FFI, film yang mampu meraup 1 juta penonton dalam dua minggu. Film Garuda Di Dadaku selain mendapat penghargaan sebagai film terbaik, film ini pun mendapat penghargaan oleh MTV Indonesian Award sebagai film yang memiliki judul sama dengan soundtracknya, yaitu Garuda Di Dadaku.

Dengan tujuan dari sang sutradara menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme sejak dini pada anak-anak, Garuda Di Dadaku menyuguhkan adegan nasionalisme dan patriotisme melalui simbol-simbol, dengan perantara objek olah raga yaitu sepak bola, olah raga yang sangat populer di Indonesia, yang digemari kalangan manapun dan usia berapapun.

(16)

commit to user

xvi

ABSTRACT

Alit Lutfiah Hafi. D 1207568. 21010 years. Patriotism and Nationalism On FILM (Semiotic Theory On Film "Garuda Di Dadaku"). Thesis. Department of Communication Science. Faculty of Social and Political Sciences. Sebelas Maret University

Film Garuda Di Dadaku one children's film that carries the nationalism and patriotism, the film won the best film category of children in 2009 by the FFI, the film is able to reap 1 million viewers in two weeks. Film Garuda Di Dadaku besides getting an award for best film, this film also received an award by the Indonesian MTV Award as the movie soundtrack has the same title, namely Garuda Di Dadaku.

With the aim of the director creates a sense of nationalism and patriotism from an early age in children, presenting scenes Garuda Di Dadaku nationalism and patriotism through symbols, with an intermediary object that is soccer sports, sports are very popular in Indonesia, which favored the anywhere and at any age.

(17)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Film Garuda Di Dadaku telah mendapatkan beberapa penghargaan dari

FFI pada tahun 2009, Garuda Di Dadaku mendapatkan penghargaan dalam

kategori film anak-anak terbaik, Dan Emir Mahira aktor cilik yang memerankan

tokoh Bayu, berhasil masuk kedalam nominasi empat besar kategori aktor terbaik.

Banyak pula penghargaan yang diraih oleh film Garuda Di Dadaku ini, yaitu

MTV Indonesian Award sebagai soundtrack film yang memiliki judul sama denga

judul film itu sendiri, yaitu Garuda Di Dadaku, soundtrack yang dinyanyikan oleh

band Netral, yang diadaptasi dari lagu daerah Papua dan diaransemen oleh band

Netral itu sendiri.1

Sejak hari pertama film Garuda Di Dadaku dirilis di bioskop secara

serentak pada tanggal 18 Juni 2009, penjualan tiket laris manis dijual sebanyak

kurang lebih 60.000 tiket, dan meraup 1 juta penonton dalam dua minggu.

Antusiasme penonton juga tidak berkurang meskipun hadir film-film box office

Hollywood yang kemudian naik tayang di bioskop-bioskop yang juga menarik

banyak penonton pada saat itu. “Hal ini menjadi bukti, bahwa film Indonesia yang

dibuat dengan production value yang baik, dengan cerita yang digarap dengan

baik, dengan menampilkan akting-akting para pemain yang berkualitas, bisa

bersaing dengan film Hollywood,” ujar Shanty Harmayn selaku produser.2

(18)

commit to user

2

Banyak penyimbolan nasionalisme dan patriotisme dalam film Garuda Di Dadaku

berupa audio maupun visual. Dari emblem di seragam Tim-Nas, lambang Garuda,

bendera merah putih, maupun soundtrack yang melatar belakangi film Garuda Di

Dadaku, yang di adopsi dari lagu daerah asal Papua yaitu Apuse, dimana lagu

Garuda Di Dadaku, dijadikan sebagai lagu motivasi atau memberikan dorongan

kepada Tim-Nas setiap berlaga di sepak bola, bahkan sebelum film Garuda Di

Dadaku ini tayang. Judul Film Garuda Di Dadaku ini pun diadopsi dari judul lagu

tersebut, karena pada saat itu lagu ini sangat marak di nyanyikan oleh masyaarakat

Indonesia, yang kemudian di Aransemen ulang oleh band netral.

Film ini pun mendapat atensi positif dari beberapa pemerhati atau tokoh,

dari kalangan pemerhati pendidikan, pemerhati anak-anak,samapai Menteri

Pendidikan Republik Indonesia. Menurut Kak Seto “Selain mengembangkan atau

menumbuhkan patriotisme di kalangan anak-anak, film ini juga menghibur, lucu,

haru, serta sarat pendidikan agar setiap anak-anak tetap bangga pada dirinya

dan berani mengembangkan potensi unggul yang dimiliki masing-masing...”. dan

adapun komentar dari Gumilar Sumantri (Rektor Universitas Indonesia) “ Film ini

luar biasa, dari awal sampai akhir, bagaimana Garuda disematkan, cinta pada

bola, cinta pada bangsa, membela nama baik bangsa negara, ini memang sesuatu

hal yang mengharukan bagaimana refleksi pada bangsa dan negara itu

(19)

commit to user

3

Menrurut Prof. Dr. Bambang Sudibyo (Mendiknas Republik Indonesia)

“Tidak hanya menghibur tapi film ini juga mendidik. Ini adalah bukti bahwa

dengan kreativitas yang baik dan tinggi, tema pendidikan bisa juga diangkat

menjadi hiburan yang menarik, mencerahkan dan membuat rileks. Dan yang

dididik dari film ini bukan hanya anak-anak tapi juga orangtua, termasuk juga

kakeknya” .

Antusiasme penonton terlihat juga di beberapa kota ketika film Garuda Di

Dadaku melakukan road show ke beberapa kota di Indonesia dan mendapat

sambutan meriah. Kota-kota tersebut adalah Bandung, Makassar, Medan,

Banjarmasin, dan Yogyakarta. Tim Garuda di Dadaku yang berkunjung adalah

Emir Mahira (pemeran Bayu), Marsha Aruan (pemeran Zahra), Aldo Tansani

(pemeran Hery), Maudy Koesnaedi (pemeran Wahyuni), Ramzi (pemeran Bang

Duloh), Ifa Isfansyah (Sutradara), Salman Aristo (penulis skenario), Avesina

Soebli (associate producer), Gangsar Sukrisno (co-producer), Putut Widjanarko

(produser eksekutif), Shanty Harmayn (produser). Juga akan diadakan kunjungan

ke bioskop oleh para aktor dan aktris Garuda di Dadaku ke Depok, Bekasi, dan

Bogor. Hal diatas membuktikan bahwa Film Garuda Di Dadaku berahasil

(20)

commit to user

4

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah:

Bagaimana simbol-simbol sosial dan pemaknaan nasionalisme dan

patriotisme direpresentasikan dalam film Garuda Di Dadaku melalui konsep

pendekatan semiotika?

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana simbol-simbol soial dan

pemaknaan nasionalisme dan patriotisme direpresentasikan dalam film Garuda

Di Dadaku melalui konsep pendekatan semiotika.

4. Kerangka Teori

a. Komunikasi

Menurut John Fiske, dalam bukunya Cultural and Communication studies,

dalam satu mazhab komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Ini

berkenaan dengan bagaimana pesan berinteraksi dengan orang-orang dalam

rangka menghasilkan makna seperti pertandaan (signification).3 Dimana film

disini merupakan sebuah media komunikasi (media penyampaian pesan), yang

didalamnya terdiri dari elemen-elemen pertandaan, dalam film penyampaian

makna atau pesan yang di tampilkan melalui elemen-elemen tersebut. Dalam

menyampaikan pesan pada media film ini tentunya menggunakan

penilaian-penialian dari petanda atau simbol-silmbol yang tertuang dalam adegan film,

sehingga dapat mengirimkann makna pesan kepada khalayak sebagai penonton

(21)

commit to user

5

atau penerima. Pesan itu sendiri adalah apa yang pengirim sampaikan dengan

sarana apapun.

Media film merupakan salah satu media massa, dimana media massa

memiliki karakteristik yang mampu menjangkau massa dalam jumlah besar dan

luas.4 Menurut McLuhan membagi media menjadi dua jenis, yaitu ‘media panas’

dan media dingin, media panas adalah media yang tidak menuntut perhatian besar

dari pendengar, pembaca dan penonton media bersangkutan. Sedangkan media

dingin merupakan media yang membutuhkan partisipasi yang cukup besar.5 Film

adalah salah satu contoh media panas. Ketika seorang menonton film, tidak ada

upaya keras untuk menerima dan memahami pesan dari media tersebut tidak perlu

menggunakan daya imajinasi yang dibutuhkan dan film dapat menyampaikan

pesan melalui simbol-simbol di dalamnya. Media telah menjadi sumber dominan

bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial,

tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif; media menyuguhkan

nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.6

Dalam buku Denis McQuail, menjelaskan proses komunikasi massa yang

sekaligus menjelaskan beberapa ciri-ciri atau karakteristik komunikasi massa yang

sesuai dengan produksi film sebagai media dalam penelitian ini, sebagai berikut :

· Pengirim, dalam hal ini adalah organisasi media massa atau komunikator profesional, seperti wartawan, penyiar, produser, artis, dan sebagainya yang bekerja untuk organisasi media massa bersangkutan.

· Pesan komunikasi massa memiliki ciri dirancang dengan cara yang sudah distandarkan (produksi massa) dan kemudian produksi dalam jumlah banyak.

4 Morrissan.Teori Komunikasi Massa. Bogor 2010 5

Ibid hal. 37

(22)

commit to user

6

· Audien media massa terdiri atas kumpulan besar orang yang terletak tersebar dan bersifat pasif karena tidak memiliki kesempatan untuk memberikan respons atau berpartisipasi dalam proses komunikasi dengan cara yang alami.

· Audien media massa pada umumnya menyadari bahwa mereka adalah bagian dari audien yang lebih besar, namun mereka memiliki hubungan atau pengetahuannya yang terbatas dengan audien lainnya.7

Ciri utama komunikasi massa adalah memiliki sumber komunikasi bukanlah

satu orang, melainkan suatu organisasi formal, dan sang pengirimnya seringkali

merupakan komunikator profesional. Pesan seringkali diproses, distandarisasi, dan

selalu di perbanyak. Pesan itu juga merupakan komoditi yang mempunyai nilai

tukar, serta acuan nilai simbolik yang mengandung nilai kegunaan.

Fokus dari penelitian adalah untuk meneliti pesan yang disampaikan media

film. Banyak fokus kajian yang bisa digunakan untuk mengetahui bagaimana film

menjadi media massa. Untuk mengetahui pemaknaan simbol-simbol dalam

sebuah film yakni dengan konsep pendekatan semiotika.

b. Semiotika

Semiotika adalah studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.

Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di

dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika atau

dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana

kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam

hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to

(23)

commit to user

7

communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa

informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga

mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. 8

Istilah semiotik pertama kali diajukan pada akhir abad ke sembilan belas

oleh seorang filsuf pragmatis Amerika yang bernama Charles S. Peirce untuk

merujuk kepada “doktrin formal tanda-tanda.” Kajian semiotik melingkupi segala

macam sistem tanda, apapun subtansi dan batas-batasannya. Semiotik sering pula

disebut sebagai semiologi. Keduanya kurang lebih dapat saling menggantikan

karena sama-sama digunakan untuk mengacu pada ilmu tentang tanda tadi.

Perbedaan diantara keduanya menurut Terence Hawkes (1978) adalah

bahwa istilah semiologi biasa digunakan di Eropa, sementara semiotik cenderung

dipakai oleh mereka yang berbahasa inggris.9

Membaca tanda-tanda secara umum dapat digambarkan dalam proses

semiotis sebagai berikut :

TANDA

Persepsi Konsepsi

KONSEP OBYEK

Pengalaman

Penjelasan :

8

(24)

commit to user

8

· Tanda adalah sesuatu yang tampak. Konsep adalah pikiran

atau gambaran yang terbawa dalam pikiran manusia sebagai persepsi atas

tanda. Obyek adalah segala hal yang ada dan ditemukan yang merupakan

rujukan dari tanda tersebut.10

Charles Saunders Pierce mengartikan semiotika sebagai hubungan antara

tanda obyek dan makna. Pierce mengatakan untuk merepresentasikan suatu obyek

dengan tanda disebut sebagai interpertant. Contoh, kata anjing diasosiasikan

dalam pikiran dengan suatu binatang tertentu. Kata itu sendiri bukan binatang,

tetapi diasosiasikan dengan menghubungkan (interpretant) keduanya.11

Komponen dasar semiotika tidak terlepas dari masalah pokok mengenai

Sign (tanda), Symbol (lambang), Signal (sinyal).12 Tanda adalah hal yang

menerangkan subyek tentang obyek. Tanda menunjukan pada suatu hal yang

nyata, misalnya benda. Tanda memiliki arti yang statis, umum, lugas dan

obyektif.

Lambang selalu dikaitkan dengan tanda-tanda yang sudah diberi sifat

kultural, situasional, dan kondisional. Lambang bersifat dinamis, subyektif, dan

berarti kiasan.

Sinyal atau biasa disebut dengan isyarat, adalah suatu hal atau keadaan

yang diberikan untuk menerangkan suatu obyek. Isyarat bersifat temporal

(sewaktu-waktu). Jika ditangguhkan pemakaianya, isyarat dapat berubah menjadi

lambang atau tanda.

10

Dr. Andrik Purwasito DEA, Semiologi Komunikasi, Masyarakat Semiologi Komunikasi, Surakta : 2001 hal. 8

11

Stephen W. Littlejhon, Theories of Human Communication.fifth Edition, Wardsworth Publidhing Company, United States of America, 1996, hal 64

12

(25)

commit to user

9

Dalam pembahasan tentang tanda, Barthes mulai dengan pernyataan

Saussurean : “Signified dan Signifier.” Yang artinya adalah komponen-komponen

tanda. “ pembedaan secara internal dalam tanda ini mempunyai dampak luar biasa

dalam tentang tanda (semiotika). Pembedaan trikotomis tentang tanda ini berbeda

dengan pembedaan dikotomis yang dilakukan pada linguis sebelum saussure,

tanda selalu mempunyai tiga wajah : tanda itu sendiri (sign), aspek material (entah

berupa suara, huruf, bentuk, gambar, gerak) dari tanda yang berfungsi

menandakan atau yang dihasilkan oleh aspek material (signifier), dan aspek

mental atau konseptual yang di tunjukan oleh aspek material (signified). Ketiga

aspek tersebut sering juga diformulasikan sebagai sign-sign vehicle-meaning.13

Dalam film, penggunaan simbol dan tanda juga dapat digunakan untuk

memberikan kiasan pada adegan adegan tertentu yang apabila ditampilkan akan

membuat film tersebut menjadi sangat fulgar. Contoh, dulu TVRI sering

menggantikan adegan kecelakaan dalam ceritanya dengan adegan gelas yang

terjatuh dan pecah, maupun kaca pada bingkai foto yang jatuh dan pecah. Bisa

dipahami kenapa TVRI lebih memilih menggunakan simbol dalam produksi film

ceritanya.

Salah satu alasannya adalah segmentasi dari penonton TVRI yang sangat

beragam jenis usia, dan strata sosial. Dapat kita bayangkan apabila TVRI secara

fulgar menampilkan adegan kecelakaan tersebut. Hal tersebut dapat merusak

pertumbuhan psikologis anak-anak yang menontonnya.

13

(26)

commit to user

10

Pada tahun 1958 F de Saussure mempublikasikan Cours de Lingustic

Generalle-nya, yang dapat dikatakan sebagai dasar dari semiologi. Bertolak dari

pemikiran Saussure, Metz mengembangkan semiologi film ( Metz adalah

ilmuwan yang banyak menulis tentang esei film dan tesisnya yang berjudul

language et cinema yang membuat ia memperoleh gelar Doctorat d’Etat-nya.)

Metz membedakan apa yang disebut filmik dan sinematik. Yang pertama

menyangkut hubungan film dengan aktifitas produksi lainnya dan yang kedua

menjadi pokok bahasan semiologi.14

Semiologi film mau membangun suatu model yang komprehensif untuk

menerangkan bagaimana film mengandung arti atau menyampaikan arti itu

kepada penonton. Dengan begitu diharapkan bahwa dapat ditemukan

patokan-patokan untuk mengupas pola-pola pemberian arti yang dimiliki setiap film.

Pendekatan ini juga memungkinkan kita menentukan karakter yang spesifik dari

berbagai genre film. Semiologi film misalnya, mau menemukan

kemungkinan-kemungkinan umum dari suatu zoom-shot, sekaligus mau mengerti bagaimana

jenis zoom tertentu, bersamaan dengan teknik-teknik lain memberikan arti

tertentu. Fakta sinematografik adalah jantung dari film dan ini berarti proses

pemberian arti.15

Dengan metode ini maka penelaah kritis terhadap pengertian “bahasa film”

dilakukan. Metz berpendirian bahwa persamaan antara bahasa verbal dan film

hanya dipermukaan saja. Pada tingkat fungsinya persamaan itu semakin jauh.

Dengan semiologi maka teori film membuka dimensi-dimensi baru untuk

14

Marselli Sumarno, D.A. Peransi dan Film, Lembaga Studi Film,Jakarta ; 1997 hal. 34 15

(27)

commit to user

11

memhami film. Teori film bukan teori membuat film, tetapi suatu kegiatan

intelektual yang mengandung eksplorasi, meluas dan menuklik mencari

kedalaman. Pengembangannya juga akan menguntungkan perkembangan film itu

sendiri serta praktisnya, sebagaimana telah dibuktikan dalam sejarah perfilman.16

Kelemahan dari semiotika adalah, dibutuhkannya suatu pengetahuan yang

cukup mendalam untuk memahami makna apa yang terkandung dalam bahasa

simbol tersebut. Dengan kata lain semiotik memerlukan tingkat pemikiran yang

lebih serius untuk memahaminya. Tidak semua orang dapat memahami makna

maupun arti yang terkandung dalam simbol-simbol tersebut.

c. Semiotika Film

Semiotika sebagai suatu pembelajaran dari ilmu pengetahuan sosial yang

memiliki unit dasar yang disebut tanda. Tanda terdapat di mana-mana ketika kita

berkomunikasi dengan orang, memakai pakaian, makan, minum, dan ketika kita

berbicara. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar

konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu

yang lain.17

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis semiotik.

Seperti dikemukakan Van Zoest, film dibangun dengan tanda semata-mata.

Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik

untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian

gambar dalam film menciptakan imaji dan sistem penandaan. Karena itu

bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur, terutama indeksikal, pada film terutama

16 Ibid

(28)

commit to user

12

digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.

Memang, ciri gambar-gambar film adalah persamaannya dengan realitas yang

ditunjuknya. Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas

yang dinotasikannya.18

Semiotika film berbeda dengan semiotika fotografi. Film bersifat dinamis,

gambar film muncul silih berganti, sedangkan fotografi bersifat statis. Gambar

film yang muncul silih berganti menunjukkan pergerakan yang ikonis bagi realitas

yang dipresentasikan. Kedinamisan gambar pada film menarik daya tarik

langsung yang sangat besar, yang sulit untuk ditafsirkan. Semiotika digunakan

untuk menganalisa media dan untuk mengetahui bahwa film itu merupakan

fenomena komunikasi yang sarat akan tanda. Semiotika pada penelitian ini akan

dianalisis dengan teori Roland Barthes, dimana oleh peneliti dirasa cocok dengan

menggunakan interpretasi yang tepat dengan menggambarkan secara sistematis,

faktual, dan akurat.

d. Semiotika Roland Barthes

Dalam hal ini peneliti menggunakan teori Roland Barthes yang dikenal

sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikkan model

linguistik dan semiologi Saussure. Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga kelas

menengah Protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat

pantai atlantik di sebelah barat daya Prancis.

Teori Barthes menjelaskan dua tingkat pertandaan yaitu denotasi dan

konotasi. Denotasi (denotation) adalah hubungan eksplisit antara tanda dengan

(29)

commit to user

13

referensi atau realitas dalam pertandaan, sedangkan konotasi (connotation) adalah

aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai

kebudayaan dan ideologi. Dalam salah satu bukunya yang berjudul Sarrasine,

Barthes merangkai merangkai kode rasionalisasi, suatu proses yang mirip dengan

yang terlihat dalam retorika tentang tanda. Menurut Lechte, ada lima kode yang

diteliti Barthes yaitu:

1. Kode Hermeneutik (kode teka-teki), yang berkisar pada harapan pembaca untuk mendapatkan ”kebenaran” bagi pertanyaan yang ada dalam teks.

2. Kode semik (makna konotatif), banyak menawarkan banyak sisi. Pembaca menyusun tema suatu teks.

3. Kode simbolik merupakan aspek pengkodean fiksi yang paling khas bersifat struktural.

4. Kode proaretik (kode tindakan), sebagai perlengkapan utama teks yang dibaca orang, artinya semua teks bersifat naratif.

5. Kode gnomik (kode kultural), merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui oleh budaya.19

Menurut Roland Barthes semiotik tidak hanya meneliti mengenai penanda

dan petanda, tetapi juga hubungan yang mengikat mereka secara keseluruhan.

Barthes mengaplikasikan semiologinya ini hampir dalam setiap bidang kehidupan,

seperti mode busana, iklan, film, sastra dan fotografi. Semiologi Barthes mengacu

pada Saussure dengan menyelidiki hubungan antara penanda dan petanda, tidak

hanya sampai disitu Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos.

Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah

terbentuk sistem tanda-penanda-petanda maka tanda tersebut akan menjadi

(30)

commit to user

14

penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru.

Jadi setelah terbentuk sistem tanda-penanda-petanda, tanda tersebut akan menjadi

petanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda

baru.20

Semiotik merupakan varian dari teori strukturalisme, yang berasumsi

bahwa teks adalah fungsi dari isi dan kode, sedangkan makna adalah produk dari

sistem hubungan. Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak

keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang rumit,

tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan

perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti penunjukan (denotative)

kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan

kombinasi tanda. Setiap esai dalam bukunya, Barthes membahas fenomena

keseharian yang luput dari perhatian. Dia menghabiskan waktu untuk

menguraikan dan menunjukkan bahwa konotasi yang terkandung dalam

mitologi-mitologi tersebut biasanya merupakan hasil kontruksi yang cermat.21

e. Nasionalisme dan Patriotisme

Beberapa tokoh seperti Blank & schmidt melalui studi mereka

mendukung pendapat bahwa patriotisme tidak sama dengan nasionalisme.

Nasionalisme lebih bernuansa dominasi, superioritas atas kelompok bangsa lain.

20 Ibid 21

(31)

commit to user

15

tingkat nasionalisme suatu kelompok atau bangsa, ditekankan pada adanya

perasaan “lebih” atas bangsa lain.22

Dibandingkan dengan nasionalisme, patriotisme lebih berbicara akan cinta

dan loyalitas. Patriotisme memiliki beberapa dimensi dengan berbagai istilah,

namun Staub membagi patriotisme dalam dua bagian yakni Blind Patriotism dan

constructive patriotism (patriotisme buta dan patriotisme konstruktif). Sementara

Bar-Tal menyisipkan conventional patriotism diantaranya.23

Staub menyatakan patriotisme sebagai sebuah keterikatan (attachment)

seseorang pada kelompoknya (suku, bangsa, partai politik, dan sebagainya)

keterikatan ini meliputi kerelaan seseorang dalam mengidentifikasikan dirinya

pada suatu kelompok sosial (attachment) untuk selanjutnya menjadi loyal.

Patriotisme buta di definisikan sebagai sebuah keterikatan kepada negara

dengan ciri khas tidak mempertnyakan segala sesuatu. Loyal dan tidak toleran

terhadap kritik.

“blind patriotisme is defined as a attachment to country characterized by unquestioning positif evaluation, staunch allegiance, and intolerance of critism” .24

Melihat definisi tersebut, dimana patriotisme buta dengan ciri khas

menuntut tidak adanya evaluasi positif dan tidak toleran terhadap kritik, mungkin

akan lebih mudah di pahami jika kita ingat akan pernyataan yang sangat populer

22 Blank,T. & Schmidt, P, National Identity in a United Germany : Nationalism or Patriotism? An Emprical Test With Represntative Data. Artikel Journal Of political Psycology, vol. 24, No. 2, 2003

19

Staub, E&Schatz, Manifestations of blind and Constructive Patriotism: personality correlates and individual-group relation. Dalam Bar-Tal, The Monopolization of patriotism, dalam Bar-Tal, Daniel & Staub, Ervin (ed)Patriotism-in-the lives of individuals and nations, chicago, Nelson – Hall Publisher, 1997.

(32)

commit to user

16

:”right or wrong is my country!”. Pernyataan ini tanpa perlu dipernyatakan lagi

memberikan implikasi bahwa apapun yang dilakukan kelompok (bangsa) saya,

haruslah didukung sepenuhnya, terlepas dari benar atau salah.

Sedangkan patriotisme konstruktif di definisikan sebagai sebuah

keterikatan kepada bangsa dan negara dengan ciri khas mendukung adanya kritik

dan pertanyaan dari anggotanya terhadap sebagai kegiatan yang dilakukan / terjadi

sehingga diperoleh suatu perubahan positif guna mencapai kesejahteraan bersama.

“constructive patriotism is edfined as an attachment to country characterized by support for questioning and critism of current group practices and that are intended to result in positive change” .25

Sementara patriotisme konstruktife juga tetap menuntut kesetiaan dan

kecintaan anggota (rakyat) kelompoknya (bangsa), namun tidak meninggalkan

nilai-nilai kemanusiaan. Dalam pandangan ini, pemimpin tidak selamanya benar,

bahkan sebutan orang tidak patriotis oleh seorang pemimpin bisa jadi berarti

sebaliknya. Kritik dan evaluasi terhadap kelompok yang dicintai seseorang justru

merupakan bentuk kesetiaanya. Kritik dan evaluasi ini bertujuan untuk menjaga

agar kelompoknya tetap pada jalur yang benar atau positif.26

Begitu pula dengan nasionalisme yang merupakan suatu paham yang

memberikan ilham kepada sebagian terbesar penduduk dan yang mewajibkan

dirinya untuk mengilhami segenap anggota-anggotanya. Nasionalisme

menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita dan satu-satunya bentuk sah

dari organisasi politik dan bahwa bangsa adalah sumber daripada semua tenaga

kebudayaan kreatif dan kesejahteraan rakyat. Nasionalisme adalah faham yang

25

Schatz, R.T ; Staub, E; Lavine, H, On The Varieties of national attachment : Constructive patriotism. Artikel Journal of Political Psycology, vol. 20, No.1, 1999.

(33)

commit to user

17

menunjukkan bahwa kesetiaan dari setiap individu atau warga negara ditujukan

kepada kepribadian bangsanya.

Nasionalisme di Asia diberi nama nasionalisme Asia dan yang di

Indonesia disebut nasionalisme Indonesia. Menurut Hertz (Nationality in History

and Politics, 1951) di dalam nasionalisme, setidaknya ada dua unsur yang penting

yaitu persatuan dan kemerdekaan. Tanpa kemerdekaan sangat sukar membina

persatuan dan sebaliknya tanpa persatuan sangat sulit mencapai kemerdekaan.

Khusus terhadap corak anti penjajahan yang dibenci jangan orang atau bangsa

asing tetapi faham/isme yang mereka laksanakan (imperialisme). pengaruh agama

yang dianut oleh bangsa Indonesia juga memberikan watak terhadap

nasionalismenya. Penghargaan atas manusia dalam kedudukan sama derajat,

sesuai dengan ajaran-ajaran agama, demikian pula corak nasionalisme Indonesia

yang tetap menjunjung tinggi martabat manusia tersebut.

Nasionalisme dapat membuat seorang individu lebih kuat daripada

ideologi yang manapun. Semua ideologi dapat mempengaruhi individu secara

emosional, dan setiap ideologi mempunyai simbol-simbol sakral tertentu yang

menghasilkan sesuatu reaksi dalam diri orang yang meyakininya. Namun

nasionalisme lebih kuat daripada semua ini karena simbol-simbolnya terkadang

menghasilkan reaksi bahkan dalam diri orang yang tidak percaya. Nasionalisme

mempengaruhi individu secara lebih mendalam dan hanya membutuhkan

(34)

commit to user

18

f. Karakteristik Nasionalisme

Karakteristik Nasionalisme yang melambangkan kekuatan suatu negara

dan aspirasi yang berkelanjutan, kemakmuran, pemeliharaan rasa hormat dan

penghargaan untuk hukum. Nasionalisme tidak berdasarkan pada beberapa bentuk

atau komposisi pada pemerintahan tetapi seluruh badan negara, hal ini lebih

ditekankan pada berbagi cerita oleh rakyat atau hal yang lazim, kebudayaan atau

lokasi geografi tetapi rakyat berkumpul bersama dibawah suatu gelar rakyat

dengan konstitusi yang sama.

1. Membanggakan pribadi bangsa dan sejarah kepahlawanan pada suatu negara.

2. Pembelaan dari kaum patriot dalam melawan pihak asing.

3. Kebangkitan pada tradisi masa lalu sebagai bagian mengagungkan tradisi lama karena nasionalisme memiliki hubungan kepercayaan dengan kebiasaan kuno.

Seperti nasionalisme orang mesir bahwa kaum patriot harus memiliki pengetahuan tentang kebudayaan mesir yang tua dan hebat untuk menjaga kelangsungan dari sejarah.

4. Suatu negara cenderung mengubah fakta sejarah untuk kemuliaan dan kehebatan negaranya.

5. Seperti totemism lama, ada spesial lambang nasionalisme yang diberikan untuk sebuah kesucian. Bendera, lambang nasionalisme dan lagu nasionalisme merupakan hal yang suci untuk semua umat manusia sebagai kewajiban untuk pengorbanan pribadi.27

g. Ciri Nasionalisme Indonesia

Ciri nasionalisme Indonesia yaitu "Nasionalisme religius seperti yang

dicetuskan Bung Karno (Soekarno) adalah nasionalisme yang tumbuh dari budaya

Indonesia," kata Rais. Nasionalisme religius merupakan perpaduan antara

semangat kebangsaan dan keberagamaan. Nasionalisme Indonesia bersumber

(35)

commit to user

19

kepada Pancasila, sedangkan semangat religius bersumber kepada ajaran Islam

yang menjadi agama mayoritas masyarakat. Antara nilai-nilai Pancasila dan Islam

dapat saling dikompromikan dan tidak berbenturan. "Kedua unsur tersebut saling

mengisi yang melahirkan semangat nasionalisme yang beragama dan semangat

beragama yang nasionalis,"kata Ma'ruf.

Namun, pengaruh berbagai ideologi global membuat nasionalisme religius

mulai dimaknai secara berbeda oleh sebagian kelompok. Makna religius mulai

dipengaruhi oleh berbagai faham keagamaan global dan faham sekularisme.

Nasionalisme religius pun bergeser menjadi nasionalisme kosmopolitan.28

h. Nasionalisme dan Patriotisme dalam film Garuda di Dadaku

Dari uraian diatas penulis sudah jelaskan definisi dari nasionalisme dan

patriotisme. Nasionalisme merupakan perasaan lebih atas bangsanya sendiri

dibandingkan bangsa lain, dan sedangkan Patriotisme itu sendiri adalah lebih

kepada tindakan seseorang mempertahankan perasaan cinta tanah airnya dengan

cara yang patriotisme buta ataupun patriotisme konstruktif. Dalan film garuda di

Dadaku lebih banyak menggambarkan patriotisme konstruktif, yaitu keterikatan

kepada bangsa dan negara dengan ciri khas mendukung adanya kritik dan

pertanyaan dari anggotanya terhadap sebagai kegiatan yang dilakukan / terjadi

sehingga diperoleh suatu perubahan positif guna mencapai kesejahteraan bersama.

Banyak penulis mendapatkan scense (adegan) yang menggambarkan

patriotisme dan nasionalisme di film ini, diantaranya adalah ketika Heri

memberikan tiket untuk menonton final liga remaja se Indonesia di stadiun sepak

28

(36)

commit to user

20

bola, yang kemudian di dalam stadiun para penonton menyaknyikan lagu garuda

di dadaku sambil mengibarkan bendera merah putih, walau sebenarnya lagu

garuda di dadaku ini adalah ikon lagu dari suporter tim sepakbola...., adapula

banyak adegan patriotisme kosntruktif dalam film ini, yaitu ; saat Bayu

menunjukan bakat menendang bola di hadapan pelatih club arsenal indonesia saat

di mintanya, ketika Bayu dan Heri membujuk pak Johan yang seorang pelatih dari

club arsenal indonesia untuk bisa ikut dalam seleksi Tim Nas U-13 dengan alasan

ingin menjadi pemain sepak bola yang mengenakan pakaian sepak bola

berlambang garuda di dada, Bayu , Heri, serta bang Duloh ( supir Heri ) yang

mencari – cari lapang untuk memulai latihan fisik mempersiapkan seleksi secara

pribadi tanpa pelatih rekomendasi, Bayu yang mulai menyusun strategi agar bisa

mengatur jadwal latihan sepak bola tanpa diketahui sang kakek yang tidak setuju

Bayu menjadi seorang pamain sepak bola, hingga adegan patriotisme ketika Bayu

akhirnya mengikuti seleksi Tim Nas U-13. Tetapi ada pula scene patriotisme buta,

Patriotisme buta di definisikan sebagai sebuah keterikatan kepada negara dengan

ciri khas tidak mempertanyakan segala sesuatu. Loyal dan tidak toleran terhadap

kritik. dimana patriotisme buta dengan ciri khas menuntut tidak adanya evaluasi

positif dan tidak toleran terhadap kritik, terlepas dari benar atau salah. Jenis

Patriotisme ini mengarah kepada scene atau adegan ketika Bayu harus berbohong

kepada kakeknya bahwa ada proyek sosial di sekolah untuk menjaga kuburan

yang sudah lama tidak diurus dan dikunjungi, serta ketika Bayu dan Heri juga

harus berbohong kepada Pak Johan, bahwa Bayu mengaku berasal dari club sepak

(37)

commit to user

21

tersebut telah menujukan patriotisme buta dengan ciri khas tidak adanya evaluasi

yang positif terhadap tindakannya.

i. Pesan Verbal dan Non-Verbal

Pesan dalam proses komunikasi terdiri dari dua hal yaitu simbol dan kode,

karena pesan dikirim dari komunikator kepada penerima terdiri dari rangkaian

simbol dan kode. Simbol-simbol yang digunakan selain sudah ada yang diterima

menurut konvensi internasional, juga terdapat simbol lokal yang hanya bisa

dimengerti oleh kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Banyak kesalahan

komunikasi terjadi di dalam masyarakat karena tidak mengetahui simbol-simbol

lokal.

Pesan dan kode pada dasarnya dapat dibedakan atas dua macam, yaitu :

a. Kode Verbal

Menurut Deddy Mulyana Simbol atau Pesan verbal adalah semua jenis

simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara

yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal yang disengaja, yaitu

usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain

secara lisan. Sehingga bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu sistem kode

verbal.29

Sedangakan bahasa verbal menurut samovar adalah sarana utama untuk

menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan

kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individual kita.

Konsekuensinya, kata-kata adalah abastraksi realitas yang kita tidak mampu

(38)

commit to user

22

menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas obyek atau konsep yang diawali

kata-kata itu.30

Dalam bukunya, Larry L.Barker menjelaskan jika, bahasa memiliki tiga

fungsi : penamaan (naming atau labeling), interaksi dan transmisi informasi.

Penamaan atau penjulukan merujuk kepada usaha mengidentifikasikan objek,

tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam

komunikasi. Fungsi interaksi menekankan berbagai gagasan dan emosi yang dapat

mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui

bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Anda juga menerima

informasi setiap hari, sejak bangun tidur hingga anda tidur lagi dari orang lain,

baik secara langsung atau tidak (melalui media massa tentunya), fungsi bahasa

inilah yang disebut fungsi transmisi. Keistimewaan bahasa sebagai sarana

transmisi informasi yang lintas waktu, dengan menguhubungkan masa lalu, masa

kini dan masa depan, kemungkinan kesinambungan tradisi dan budaya kita. Tanpa

bahasa tidak mungkin kita bertukar informasi.31

b. Kode Non-Verbal

Kita mempersepsikan manusia bukan hanya lewat bahasa verbalnya :

Bagaimana bahasanya, (halus, kasar, intelektual, mampu, berbahasa asing dan

sebagainya), namun juga melalui perilaku non verbalnya ini misalnya dilukiskan

frase “ bukan apa yang ia katakan tetapi bagaimana ia mengatakannya”. Lewat

perilaku nonverbalnya, kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang,

apakah dia sedang bahagia, bingung atau sedih. Kesan awal kita pada seseorang

30 ibid

(39)

commit to user

23

sering didasarkan perilaku nonverbalnya, yang mendorong kita untuk mengenal

lebih jauh.

Secara sederhana pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan

kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Potter, komunikasi nonverbal

mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam setting

komunikasi, yang dihasilkan individu dan penggunakan lingkungan oleh individu,

yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim dan penerima. Jadi devisi ini

mencakup semua perilaku baik disengaja ataupun yang tidak disengaja. Sebagai

bagian pesan komunikasi secara keseluruhan. Kita mengirimkan banyak pesan

non verbal tanpa menyadari pesan- pesan tersebut bermakna bagi orang lain.32

Dilihat dari fungsinya, perilaku non-verbal mempunyai beberapa fungsi.

Paul Ekman dalam bukunya Deddy Mulyana “Ilmu Komunikasi Suatu

Pengantar” menyebut lima fungsi non-verbal, seperti yang dapat dilukiskan

dengan perilaku mata, yakni sebagai :

· Emblem, gerakan mata tertentu merupakan simbol yang mempunyai

kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan, “

saya tidak sungguh-sungguh”.

· Ilustrator, pandangan kebawah dapat menunjukan depresi atau

kesedihan.

· Regulator, kontak buka mata berarti saluran percakapan terbuka.

Memalingkan muka berarti ketidak sediaan berkomunikasi.

32

(40)

commit to user

24

· Penyesuai. Kedipan mata cepat meningkat ketika orang berada dalam

tekanan. Itu merupakan respons yang tidak disadari yang merupakan

upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.

· Affect Display, pembesaran manik-manik (pupil dilation)

menunjukan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukan peningkatan

emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukan perasaan takut , terkejut dan senang.33

Sedangkan menurut Paul Ekman dalam hubungannya dengan perilaku

verbal, perilaku non verbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

· Perilaku non-verbal dapat mengulangi perilaku verbal.

· Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal

· Perilaku non-verbal dapat menggantikan atau melengkapi perilaku

verbal

· Perilaku non-verbal dapat meregulasi perilaku verbal.34

Pada umumnya bila kita mengatakan komunikasi yang disebut adalah

verbal, baik yang tertulis maupun lisan. Hal ini tidak berarti bahwa komunikasi

nonverbal tidak penting, bahkan komunikasi nonverbal ini merupakan arti yang

sesungguhnya, karena cara penyampaian yang nonverbal ini menentukan

keberhasilan komunikasi.35

Ekspresi wajah merupakan komunikasi nonverbal yang dapat memberikan

arti senang, sedih, cemberut, bosan atau marah. Senyuman dapat menggambarkan

kebahagiaan, keramahan, tulus, tidak dibuat-buat. Senyum dapat digunakan untuk

33 Mulyana Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung,2005, hal 314 34

(41)

commit to user

25

memulai hubungan, meyakinkan, menyampaikan penghargaan serta menghapus

perbedaan pendapat. Kontak mata yang efektif menggambarkan profesionaslitas

pembicara, mata menunjukan apa yang dirasakan dalam hati dan merupakan

cerminan jiwa. Gerakan tangan akan memberikan tekanan atau memperkuat yang

diekpresikan secara lisan, gerakan bahu untuk menunjukan kepercayaan diri bila

gerakan bahu tegak dengan diikuti dengan kepala mengarah keatas. Tetapi bila

bahu terukulai diikuti dengan kepala menunduk menunjukan suatu sikap yang

kurang bergairah, ridak siap atau menyerah kalah. Gerakan kepala menunjukan

sikap. Menganggukan kepala berarti setuju, dan menggelengkan kepala berarti

tidak setuju atau sikap menolak. Cara berdiri seseorang adalah menggambarkan

sikap seseorang. Berdiri berhadap-hadapan berarti menghargai lawan bicara. Cara

berdiri yang sama berarti mempunyai pikiran yang sama, atau berdiri sambil

membungkuk berarti menghormati kedudukan lawan bicara.

Bila kita lihat hubungan komunikasi verbal dengan nonverbal dapat berarti

sebagai subtitusi atau pengganti, sebagai pelengkap, sebagai konflik atau

penentangan dan sebagai penekanan. Contoh subtitusi ialah gerakan

menggelengkan kepala sebagai pengganti tidak, dan gerakan mengangguk berarti

ya. Sebagai pelengkap bila seseorang mengatakan tidak sambil menggelengkan

kepala, atau mengatakan ya sambil mengangguk. Sedangkan hubungan konflik

dapat dilihat bila seorang anak ditanya apakah ia memecahkan gelas, dijawab

tetapi sambil menundukan kepala berarti benar dia memecahkan gelas tersebut.

Unutk hubungan penekanan dapat dilihat bila seseorang memanggil sambil

(42)

commit to user

26

Yang termasuk komunikasi nonverbal ini adalah isyarat. Isyarat ini ada

empat macam yaitu yang diberi nama emblems, illustrator, regulators, dan

adoptors. Yang disebut emblems misalnya menunjukan jari telunjuk da jari tengah

berhuruf V yag artinya victory atau menang. Yang dimaksud illustrator bila

seseorang mengatakan kecil sambil menjetikan jarinya. Atau mengatakan besar

dengan membuat gelembung dengan kedua tangannya. Regulators bila seseorang

pelayan toko misalnya menceritakan barang-barang yang dijualnya sambil

menunjukan tempat-tempat. Sedang adaptors adalah gerakan- gerakan yang

sifatnya mengendalikan emosi seperti mencek jam terus menerus, berjalan

mondar-mandir karena gelisah, atau menghentak-hentakan kaki, atau

mengetuk-ngetuk jari yang menggambarkan rasa tidak sabar.36

Tanda – tanda nonverbal ini ada yang bersifat alamiah dan ada juga yang

merupakan warisan kulutral. Yang termasuk bersifat alamiah misalnya seseorang

mentup telinganya bila mendengarkan letusan atau suara yang menggelegar,

memicingkan mata bila ada benda yang meloncat mendekati mata, mengelak bila

ada tinju yang melayang, mendadak menginjak rem bila di depan tiba-tiba

kendaraan berhenti. Demikian juga dengan nada suara akan melenging bila sedang

marah atau hilang sama sekali bila sangat emosional. Orang dalam keadaan

gembira, misalnya mendapatkan hadiah maka orang tersebut menyatakan dirinya

senang atau gembira tetapi orang-orang matanya tidak membesar, maka mata

tersebut tidak dapat berbohong karena hal tersebut menandakan dia tdk gembira.

(43)

commit to user

27

Bagi kaum homoseksual lama tatapan mata ini dapat dijadikan sebagai tanda

sesama homoseksual.37

Sedang yang merupakan warisan kulutral adalah tangan yang selalu

bergerak pada waktu orang italia bercakap-cakap. Orang Arab menyentuh dagu

bila mengagumi kecantikan wanita, tetapi bagi orang amerika menyentuh dagu

tersebut sebagai tanda berfikir. Bagi orang portugis bila menggumi wanita ialah

dengan menarik telinga, sedang bagi orang itali menarik telinga menghina.

Menjulurkan lidah bagi orang Tibet menunjukan persahabatan, sedang di

indonesia dapat berarti mengejek.38

Orang-orang inggris, skandinavia dan jerman tidak menyukai kontak

personal. Sedangkan Italia,Perancis,Rusia,Spanyol, Israel,Amerika latin dan

Timur tengah menyukai kontak personal tersebut.

Orang kelas menengah Amerika memiliki bahasa jarak yaitu jarak intim

6/8 inci, jarak personal 3 kaki, jarak sosial 4 sampai dengan 12 kaku dan jarak

publik 25 kaki.39

5. Kerangka Pemikiran

sebuah film dibangun dari berbagai tanda-tanda yang terjalin sehingga

membentuk cerita dan makna. Makna yang terdapat dalam film tersebut adalah

misi yang hendak disampaikan pembuat film kepada para penontonnya. Makna

yang terbentuk dari tanda-tanda tersebut dapat berupa makna denotatif atau makna

yang paling nyata atau makna konotatif yang memerlukan kedalaman interpretasi.

37 ibid 38 Ibid hal.319 39

(44)

commit to user

28

Pada tahap ini penulis memilih metode semiotika Roland Barthes sebagai

pedoman analisis yang paling tepat. Semangat dan pantang menyerah seorang

anak untuk dapat lolos dalam Tim Nasional U-13, kebanggaan memakai kaos

berlambang Garuda dikostum sepak bola dalam film “Garuda Di Dadaku” baik

sifatnya nyata atau tersmebunyi dan dianalisis berdasarkan tahap-tahap yang telah

(45)

commit to user

29

Bagan 1

Kerangaka Pemikiran

FILM

SIMBOL

Simbol sosial (Nasionalisme &

Patriotisme) 1. Kecintaan 2. Kesetiaan 3. Kekaguman 4. Kebanggaan 5. Pengabdian

Simbol Teknis 1. Scene 2. Shot 3. Visual 4. Audio 5. Dialog

Analisis

Semiotik Roland Barthes

Kesimpulan :

(46)

commit to user

30

6. Definisi Konseptual

a. Patriotisme

Patriotisme adalah rasa kecintaan dan kesetiaan seseorang pada tanah air

dan bangsanya, kekaguman pada adat dan kebiasaannya, kebanggaan terhadap

sejarah dan kebudayaannya, serta sikap pengabdian demi kesejahteraannya.40

Di dalamnya juga terkandung pengertian rasa kesatuan dan keanggotaan

bagi bangsanya; merupakan sikap atau perasaan wajar pada manusia dari segala

bangsa, usia dan zaman. Hampir dalam sepanjang sejarah umat manusia,

patriotisme merupakan cita-cita sederhana tanpa pertautan politik tertentu.

Patriotisme menjadi berjalin dengan demokrasi dan nasionalisme.

Patriotisme yang berlebihan menjurus ke arah chauvinisme atau jingoisme dapat

terjadi pada setiap bangsa dan dalam sejarah zaman. Dalam akhir 1900-an

bangsa-bangsa jerman dan italy dibawah Adolf Hitler dan Bennito Mussolini merasa

mempunyai tugas patriotik untuk memperlebar batas-batas kawasan daerahnya.

Sikap kebalikan dari patriotisme ini adalah kosmopolitisme.

Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI ) patriotisme

adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk

kejayaan dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah air.41

Menurut sejarah, patriotisme berkembang pesat sejak abad ke-16 ketika

Niccolo Machiavelli, seorang negarawan italia dan ahli filsafat politis,

mengumumkan bahwa ia lebih mencintai negerinya daripada keselamatan jiwanya

40

Hasan Shadily , Ensiklopedia Indonesia : Jilid IV 41

(47)

commit to user

31

sendiri di saat kebanyakan orang memberikan kesetiaan paling tinggi mereka

kepada gereja.42

Patriotisme mencakup kebaikan ( budi luhur ) kewarganegaraan seperti

prinsip, penghormatan, pelayanan ( mengabdi), dan bukan mementingkan diri

pribadi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh John F. Kennedy, Presiden

Amerika Serikat melalui kata-katanya dalam sambutan pelantikannya pada tahun

1961.

“ Jangan tanya apa yang bisa negara berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang

bisa kamu berikan kepada negaramu”43

Atau sebagai contoh dalam sebuah peristiwa pertempuran semangat

patriotisme telah coba dikobarkan yakni saat pemimpin Uni Soviet, Joseph Stalin

Mengundangkan “great Patriotic War” terhadap serangan gencar nazi Jerman dan

sekutunya pada PD I yang berlangsung pada kisaran 1941-1945.44

Dengan semangat memperjuangkan “Mother Russia” sembari menyerukan agar

setiap warga negara mencintai tanah tumpah darahnya.

Sisi baik patriotisme yakni mengikat setiap perbedaan dalam suatu

masyarakat menjadi suatu kesatuan yang utuh (terintegrasi), sedangkan sisi

buruknya patriotisme dapat merosot menjadi sovinisme atau patriotisme yang

berlebihan (patriotisme buta).

Pengertian lain mengenai patriotisme yakni perasaan akut yang dimiliki

oleh setiap warga negara baik dalam keadaan perang dan damai, patriotisme

42

international Encyclopedia of government and public 43 ibid

(48)

commit to user

32

adalah suatu kebaikan (budi luhur) yang mendorong kesiap-siagaan untuk

membuat pengorbanan.

Patriotisme dapat di definisikan sebagai semangat cinta akan negara atau

tanah air manakala dari segi istilah, patriotisme dapat di definisikan sebagai

perasaan cinta yang lahir dari dalam diri seseorang individu terhadap tanah

tumpah darahnya. Dalam mengurangi tentang istilah patriotisme boleh

diklasifikasikan dalam dua perspektif yaitu patriotisme sebelum merdeka dan

patriotisme selepas merdeka. Menurut Silsa Zainudin, Patriotisme sebelum

merdeka boleh didefinisikan sebagai perasaan untuk membebaskan diri dari

belenggu oleh individu atau sekelompok individu daripada individu sekelompok

individu yang lain. Sedangkan patriotisme selepas merdeka pula boleh diartikan

sebagai perasaan cintakan negara dalam konteks jati diri bangsa untuk melihat

negara terus aman, makmur dan maju.45

Sebagian besar dari kita mungkin akan langsung mengkaitkan satu tema

ini dengan kerelaan seseorang untuk berkorbaan di medan perang demi negara

tercinta. Hal ini tentu saja tidak salah. Namun demikian, setelah merdeka maka

tentu saja nuansa “rela berkorban” dapat diartikan secara lebih sekedar kerelaan

untuk mati di medan perang seperti ketika zaman perjuangan kemerdekaan

dahulu. Selain itu, kita juga tidak bisa melupakan tema lain yang juga menjadi

sentral dalam pembahasan kebangsaan, yakni nasionalisme. Tidak sedikit dari kita

yang menyamakan arti patriotisme dan nasionalisme atau memadukannya.

(49)

commit to user

33

b. Nasionalisme

Nasionalisme merupakan suatu paham yang memberikan ilham kepada

sebagian terbesar penduduk dan yang mewajibkan dirinya untuk mengilhami

segenap anggota-anggotanya. Nasionalisme menyatakan bahwa negara

kebangsaan adalah cita dan satu-satunya bentuk sah dari organisasi politik dan

bahwa bangsa adalah sumber daripada semua tenaga kebudayaan kreatif dan

kesejahteraan rakyat. Nasionalisme adalah faham yang menunjukkan bahwa

kesetiaan dari setiap individu atau warga negara ditujukan kepada kepribadian

bangsanya.

Nasionalisme dapat membuat seorang individu lebih kuat daripada

ideologi yang manapun. Semua ideologi dapat mempengaruhi individu secara

emosional, dan setiap ideologi mempunyai simbol-simbol sakral tertentu yang

menghasilkan sesuatu reaksi dalam diri orang yang meyakininya. Namun

nasionalisme lebih kuat daripada semua ini karena simbol-simbolnya terkadang

menghasilkan reaksi bahkan dalam diri orang yang tidak percaya. Nasionalisme

mempengaruhi individu secara lebih mendalam dan hanya membutuhkan

kekuatan yang lebih sedikit dibanding ideologi lainnya.

c. Film

Film dibangun oleh gambar-gambar dan bukan seluloid. Gambar-gambar

ini menimbulkan ilusi yang kuat sekali pada kita bahwa apa yang diproyeksikan

pada layar sungguh-sungguh kenyataan. Ini disebabkan karena gambar-gambar ini

berbeda dengan gambar seni lukis misalnya, tapi merupakan

[image:49.595.112.515.251.489.2]
(50)

commit to user

34

Sifat utama dari gambar atau imaji itu adalah sifat reproduksinya. Imaji itu sangat

[image:50.595.112.517.250.488.2]

menyerupai kenyataan, sekalipun ia mempunyai dua dimensi saja.

Gambar-gambar atau imaji film tidak mempunyai volume, tapi kita

menghayati sebagai kenyataan karena unsur gerak yang ada padanya.46

Film merupakan suatu kerja kolaboratif dari sejumlah keahlian tenaga

kreatifnya yang harus menghasilkan sebuah film yang baik pula. Banyak unsur

yang terdpat dalam proses pembuatan suatu film. Antara lain, sutradara, penulis

skenario, penata fotografi, kameraman, penata suara, penata artistik, penata musik,

aktor.aktris, dan berakhir melalui penyunting gambar atau atau lebih dikenal

sebagai editor. Berikut ini penulis menguraikan berbagai unsur penting dalam

sebuah film.

a. Penulis Skenario

Awal dari suatu pembuatan film berawal dari penulisan skenario.

Penulisan skenario merupakan suatu proses bertahap yang bermula dari ide

orisinil atau berdasar ide tertulis yang lain. Misalnya dari cerita pendek, naskah

drama, novel, maupun suatu berita kisah nyata. Tidak seperti naskah drama yang

diproduksi dan dimainkan persis, atau mendekati naskah orisinalnya. Maka

skenario film terbuka lebar pada penafsiran sutradara.

Bentuk dari penulisan skeario adalah deskripsi-deskripsi visual berupa

pembagian ke dalam adegan dan babak, yang disertai oleh petunjuk gerakan

kamera. Hal tersebut yang membedakan skenario dengan karya tulis lainnya.

(51)

commit to user

35

b. Sutradara

Sutradara memiliki posisi tertinggi dari segi artistik. Sutradara memimpin

pembuatan film tentang “bagaimana yang harus tampak oleh penonton”.

Tanggung jawabnya meliputi aspek-aspek kreatif, baik interpretatif maupun

tehnis, dari suatu produksi film. Selain mengatur laku didepan kamera dan

mengontrol posisi kamera, karena lighting ( pencahayaan ), tata suara, dan hal-hal

lain yang menyumbang kepada hasil akhir dari film.

Diakhir tahun 1950 muncul suatu teori. Teori tersebut menempatkan

sutradara sebagai pencipta film yang setaraf dengan pengarang dalam karya sastra.

c. Penata Fotografi / kameramen

Dulu penata fotografi dan kameramen menjadi satu. Dalam perkembangan

perfilman, penata fotografi dan kameramen telah dipisah. Akan tetapi hal tersebut

bukanlah syarat mutlak dalam pembuatan film. Penata fotografi bersama sutradara

bekerjasama menentukan angle ( sudut ) pada kamera agar menghasilkan gambar

yang indah. Penata fotografi juga menentukan lensa jenis apa yang akan

digunakan dalam suatu adegan dalam film. Menentukan bukaan diafragma kamera

dan mengatur lampu-lampu guna mendapatkan efek pencahayaan yang diinginkan

juga merupakan tugas dari penata forografi.

d. Penata Cahaya

Penata cahaya bertugas untuk mengatur seting lampu atau cahaya yang

berasal dari sinar matahari, agar menghasilkan suatu bentuk gambar yang baik.

(52)

commit to user

36

[image:52.595.111.516.250.488.2]

letak cahaya yang diinginkan. Hal tersebut sangatlah penting, karena ketajaman

gambar juga ditentukan oleh penataan cahaya yang pas.

e. Penata Suara

Sebagai media audio visual, pengembangan film samasekali tak boleh

hanya memikirkan aspek visualnya saja. Sebab suara juga merupakan aspek

kenyataan hidup. Seorang penata suara akan mengolah materi suara dari berbagai

sistem rekaman. Berhubungan dengan itu, proses perekaman suara dalam film

sama pentingnya dengan proses perpaduan nanti. Sistem ini melakukan

perekaman suara bersamaan dengan pelaksanaan syuting, sehingga diperoleh efek

kewajaran, realitas pada gambar nantinya.

f. Penata Artistik

Tata artistik berarti penyusunan segala sesuatu yang melatar belakangi

cerita film. Menyangkut pemikiran tentang setting. Yang dimaksud dengan

setting adalah waktu dan tempat pada saat berlangsungnya cerita film tersebut.

Oleh sebab itu sumbangan pemikiran penata artistik pada suatu produksi film

sangatlah penting. Setting harus memberikan informasi lengkap tentang

peristiwa-peristiwa yang sedang diskasikan penonton. Seperti waktu kejadian, tempat

kejadian, latar belakangan budaya yang menjadi setting untuk cerita dalam film

tersebut.

g. Penata Musik

Musik juga merupakan bagian penting dalam film. Dimana musik

(53)

commit to user

37

duka. Musik juga berfungsi untuk mendramatisir suasana yang di tampilkan

sehingga penonton dapat terlarut dalam cerita yang ditampilkan.

“musik yang punya bentuk dalam dirinya punya peluang-peluang untuk dinilah sebagai musik semata maupun dinilai sebagai bagian dari keseluruhan film. Musik film harus diterima tidak sebagai dekorasi atau sebagai atau sebagai pengisi rongga dari celah-celah, tetapi sebagai bagian dari sebuah arsitektur” . Demikian Muir Mathieson, penulis buku The Technique of film music”47.

Sungguhpun kita sering menerima musik film tanpa bertanya dan

terkadang bahkan tanpa memperhatikannya. Hal ini tak berarti bahwa

sumbangannya pada pengalaman menonton film tidaklah penting. Musik telah

memiliki efek luar biasa dalam tanggapan, sangat memperkaya dan memperbesar

reaksi keseluruhan kita terhadap hampir kesetiap film.

h. Aktor atau aktris

Aktor atau aktris adalah orang yang menggambarkan tokoh yang

ditampilkan dalam cerita. Seorang aktor maupun aktris merupakan bagian yang

terpenting dalam kinerja film. Mereka harus bisa memerankan tokoh dalam film

yang mungkin bertolak belakangan dengan kehidupan mereka sesungg

Gambar

gambar dalam film menciptakan imaji dan sistem penandaan. Karena itu
gambar film muncul silih berganti, sedangkan fotografi bersifat statis. Gambar
gambar mekanis. ( dibuat oleh dan dengan mekanin : foto tustel, karena film ).
Gambar-gambar atau imaji film tidak mempunyai volume, tapi kita
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan metode pembelajaran thinking aloud pair problem solving (TAPS) dalam meningkatkan kemampuan analisis siswa pada mata pelajaran ekonomi (studi eksperimen pada

kesehatan dengan perawatan yang akan diberikan kepada pasien saat berkunjung. Keberhasilan suatu pelayanan kesehatan ditentukan oleh sumber daya

Setelah diberikan perlakuan, berdasarkan hasil pretest dan posttest dilakukan uji N-gain terhadap peningkatan yang diperoleh pada kelas yang diberikan perlakuan

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni. Oleh: Faisal Akbar

Lanjutan Data Mentah Sekolah/Madrasah Terakreditasi A.

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan hidayah, rahmat dan karunianya yang luar biasa, sehingga penulis mendapatkan kesempatan

Soal Semester Genap Bahasa Jawa Kelas 3 SD Lengkap Jawaban1. Mbarang pensiun simbah

ba:, sudrL ienjadi