• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Pelayanan Gigi Dan Mulut Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Pelayanan Gigi Dan Mulut Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan

Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu badan atau

wadah secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai tujuan yang diharapkan.

Grindle (1980) dalam Winarno (2002), menyatakan implementasi merupakan proses

umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu.

Sedangkan Van Meter dan Horn menyatakan bahwa implementasi kebijakan

merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu

maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Grindle (1980)

menambahkan bahwa proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan

sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan

telah disalurkan untuk mencapai sasaran. Pengertian Implementasi atau pelaksanaan,

merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua

rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi

segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat

pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan.

Menurut pendapat Abdullah dalam Nugroho (2012), implementasi adalah

suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan

(2)

operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari

program yang ditetapkan semula.

Selain itu dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur

yang penting dan mutlak menurut Nugroho (2012), yaitu :

a. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan.

b. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program perubahan

dan peningkatan.

c. Unsur pelaksana baik organisasi maupun perorangan yang bertanggungjawab

dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari proses implementasi tersebut.

Keberhasilan kebijakan atau program juga dikaji berdasarkan perspektif

proses implementasi dan perspektif hasil. Pada perspektif proses, program pemerintah

dikatakan berhasil jika pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk dan ketentuan

pelaksanaan yang dibuat oleh pembuat program yang mencakup antara lain cara

pelaksanaan, agen pelaksana, kelompok sasaran dan manfaat program. Sedangkan

pada perspektif hasil, program dapat dinilai berhasil manakala program membawa

dampak seperti yang diinginkan. Suatu program mungkin saja berhasil dilihat dari

sudut proses, tetapi boleh jadi gagal ditinjau dari dampak yang dihasilkan, atau

sebaliknya (Winarno, 2002).

Pencapaian keberhasilan suatu program kebijakan sangat tergantung dari para

aktor yang mempunyai peranan di dalam kebijakan. Oleh karena ini dalam

menentukan keberhasilan suatu program maka model kesesuaian Korten merupakan

(3)

Keberhasilan suatu program juga akan terjadi jika terdapat kesesuaian antara hasil

program dengan kebutuhan sasaran, syarat tugas pekerjaan program dengan

kemampuan organisasi pelaksana dengan sarana pengungkapan kebutuhan sasaran

(Antonius, 2000).

Gambar 2.1. Model Implementasi Kebijakan Menurut David C. Korten

2.2. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014

mendefenisikan Puskesmas adalah sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan

tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk

mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, Kompetensi

Putusan Tuntutan

Kebutuhan

PROGRAM

PEMANFAAT ORGANISASI

(4)

kemauan dan kemampuan hidup sehat; mampu menjangkau pelayanan kesehatan

bermutu; hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang

optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun

2014 (Pasal 35), Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat

pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan

masyarakat tingkat pertama meliputi : upaya kesehatan masyarakat esensial dan

upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial

meliputi : Pelayanan promosi kesehatan; Pelayanan kesehatan lingkungan; Pelayanan

kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana; Pelayanan gizi; dan Pelayanan

pencegahan dan pengendalian penyakit.

Disamping upaya kesehatan esensial tersebut di atas, pelayanan kesehatan di

puskesmas juga melaksanakan upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang

ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta

kemampuan puskesmas, yaitu : Pelayanan kesehatan jiwa; Pelayanan kesehatan gigi

masyarakat; Pelayanan kesehatan tradisional komplementer; Pelayanan kesehatan

olahraga; Pelayanan kesehatan indera; Pelayanan kesehatan lansia; Pelayanan

kesehatan kerja.

2.3. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

Upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas secara umum bertujuan untuk

(5)

secara khusus untuk menambah kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan

kesehatan gigi, memberikan perlindungan khusus untuk memperkuat gigi dan

jaringan penyangganya, serta mengurangi akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hal-hal

yang merugikan kesehatan gigi (Tampubolon, 2011).

Terselenggaranya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas perlu

ditata kembali dan ditingkatkan upaya pelayanannya sehingga diperoleh suatu

pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas, aman, bermanfaat, bermutu,

berkesinambungan dan dapat dipertanggungjawabkan (Depkes RI, 2009).

Menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014 tentang puskesmas, untuk

mendukung kegiatan pelayanan gigi dan mulut supaya berjalan dengan baik, maka

perlu disediakan peralatan di ruangan kesehatan gigi dan mulut yaitu :

A. Set kesehatan gigi dan mulut :

1. Atraumatic Restorative Treatment (ART) : Enamel Access Cutter, Eksavator

Berbentuk Sendok Ukuran Kecil (Spoon Excavator Small), Eksavator

Berbentuk Sendok Ukuran Sedang (Spoon Excavator Medium), Eksavator

Berbentuk Sendok Ukuran Besar (Spoon Excavator Large), Double Ended

Applier and Carver, Spatula Plastik, Hatchet, Batu Asah

2. Bein Lurus Besar

3. Bein Lurus Kecil

4. Bor Intan (Diamond Bur Assorted) untuk Air Jet Hand Piece (Kecepatan

(6)

5. Bor Intan Kontra Angle Hand Piece Conventional (Kecepatan Rendah)

(round, inverted dan fissure)

6. Ekskavator Berujung Dua (Besar)

7. Ekskavator Berujung Dua (Kecil)

8. Gunting Operasi Gusi

9. Handpiece Contra Angle

10. Handpiece Straight

11. Kaca Mulut Datar No.4 Tanpa Tangkai

12. Klem/Pemegang Jarum Jahit (Mathieu Standar)

13. Set Kursi Gigi Elektrik yang terdiri dari : Kursi, Cuspidor Unit, Meja

Instrumen, Foot Controller untuk Hand Piece, Kompresor Oilless 1 PK

14. Jarum exterpasi

15. Jarum K-File (15-40)

16. Jarum K-File (45-80)

17. Light Curing

18. Mikromotor dengan Straight dan Contra Angle Hand Piece (Low Speed

Micro Motor portable)

19. Pelindung Jari

20. Pemegang Matriks (Matrix Holder)

21. Penahan Lidah

22. Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Distal)

(7)

24. Penumpat Plastis

25. Periodontal Probe

26. Penumpat Semen Berujung Dua

27. Pinset Gigi

28. Polishing Bur

29. Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kiri (Type Chisel/Mesial)

30. Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kanan (Type Chisel/Mesial)

31. Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type Hook)

32. Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan (Type Chisel/Mesial)

33. Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri (Type Chisel/Mesial)

34. Skeler Ultrasonik

35. Sonde Lengkung

36. Sonde Lurus

37. Spatula Pengaduk Semen

38. Spatula Pengaduk Semen Ionomer

39. Set Tang Pencabutan Dewasa (set) : Tang gigi anterior rahang atas dewasa,

Tang gigi premolar rahang, Tang gigi molar kanan rahang atas, Tang gigi

molar kiri rahang atas, Tang molar 3 rahang atas, Tang sisa akar gigi

anterior rahang, Tang sisa akar gigi posterior rahang, Tang gigi anterior dan

premolar rahang bawah, Tang gigi molar rahang bawah kanan/kiri, Tang

(8)

40. Set Tang pencabutan gigi anak : Tang gigi anterior rahang atas, Tang molar

rahang atas, Tang molar susu rahang atas, Tang sisa akar rahang atas, Tang

gigi anterior rahang bawah, Tang molar rahang bawah, Tang sisa akar

rahang bawah

41. Skalpel, Mata Pisau Bedah (Besar)

42. Skalpel, Mata Pisau Bedah (Kecil)

43. Skalpel, Tangkai Pisau Operasi

44. Tangkai kaca mulut

B. Perlengkapan : Baki Logam Tempat Alat Steril, Korentang, Penjepit Sponge

(Foerster), Lampu Spiritus Isi 120 cc, Lemari peralatan, Lempeng Kaca

Pengaduk Semen, Needle Destroyer, Silinder Korentang Steril, Sterilisator

kering, Tempat Alkohol (Dappen Glas), Toples Kapas Logam dengan Pegas

dan Tutup (50x70mm), Toples Pembuangan Kapas (50 x75 mm), Waskom

Bengkok (Neirbeken)

C. Bahan habis pakai : Betadine Solution atau Desinfektan lainnya, Sabun tangan

atau antiseptic, Kasa , Benang Silk, Chromik Catgut, Alkohol, Kapas, Masker,

Sarung tangan

D. Meubelair : Kursi Kerja, Lemari arsip, Meja Tulis ½ biro

E. Pencatatan dan pelaporan : Buku register pelayanan, Kartu rekam medis,

Formulir informed consent, Formulir rujukan, Surat keterangan sakit, Formulir

(9)

2.3.1. Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Standar ini digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan batasan

kewenangan dan kompetensi melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi dan

mulut di Puskesmas (Depkes RI, 2009).

1. Jenis Pelayanan

Jenis pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas ditujukan kepada

keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya dan dapat dilaksanakan di gedung

Puskesmas dan luar gedung seperti di sekolah, Posyandu dan lain-lain.

1. Pelayanan kedaruratan gigi dan mulut

a. Upaya menghilangkan rasa sakit

b. Penanganan trauma sebelum pasien dirujuk

2. Pelayanan Pencegahan

a. Pelayanan yang ditujukan kepada komunitas : kampanye kesehatan gigi dan

mulut melalui penyuluhan

b. Pelayanan yang ditujukan kepada kelompok : promosi kesehatan gigi dan

mulut melalui pendekatan komunikasi informasi dan edukasi kepada

kelompok tertentu melalui program UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis

Masyarakat) seperti UKGS, UKGM

c. Pelayanan yang ditujukan kepada perorangan : pemeriksaan gigi dan mulut,

konseling kepada perorangan mengenai hygiene mulut, pembersihan karang

(10)

3. Pelayanan medik gigi dan mulut dasar

a. Ekstraksi tanpa komplikasi

b. Restorasi tumpatan

c. Perawatan Saraf Gigi Konvensional

d. Perawatan penyakit/kelainan jaringan mulut

e. Menghilangkan traumatik oklusi

f. Protesa lepasan

g. Odontektomi M3 klas 1A

h. Pelayanan rujukan

2. Pencatatan dan Pelaporan

1. Pencatatan

a. Rekam Medik

Rekam Medik menjelaskan keterangan / informasi yang akurat dan

lengkap tentang :

• Identitas pasien

• Tanggal & waktu

• Hasil anamnesis : keluhan & riwayat penyakit

• Hasil pemeriksaan fisik & penunjang medik

• Diagnosis

• Rencana penatalaksanaan

(11)

• Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

• Odontogram klinik

• Persetujuan tindakan medik dental (untuk yang berisiko tinggi)

• Rujukan bila diperlukan

Dengan acuan SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas),

1. Persetujuan tindakan medik

Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan yang diberikan oleh

pasien atau keluarganya yang sah secara hukum, atas dasar penjelasan

mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut,

sekurang-kurangnya mencakup :

- Diagnosis dan tata cara tindakan medik

- Tujuan tindakan medik yang akan dilakukan - Alternatif tindakan lain dan risikonya

- Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan - Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

2. Pencatatan kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di luar gedung

Puskesmas

2. Pelaporan

a. Laporan Bulanan

Setiap puskesmas harus membuat laporan menggunakan LB1 dan LB4 ke

Dinas Kesehatan Kab./Kota, dan Suku Dinas bersamaan dengan laporan

(12)

b. Laporan Tahunan

Pelaporan mengenai sumber daya (sarana, prasarana, tenaga) kepada

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersamaan dengan laporan kegiatan

Puskesmas lainnya

3. Dokumen Terkait

a. Kartu Rekam medik dan Odontogram

b. Formulir Persetujuan Tindakan Medik

c. Formulir laporan Puskesmas

d. Formulir rujukan

e. Pedoman UKGS dan UKGMD

f. Standar Prosedur Operasional

g. Kartu inventaris ruangan

Menurut Kepmenkes No.HK.02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan

Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi, ini merupakan suatu pedoman untuk menetapkan

batasan kewenangan dan kompetensi melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi

dan mulut di Puskesmas. Kasus yang ditangani di fasilitas kesehatan tingkat primer

(FKTP) antara lain ; Karies dini/Karies email tanpa kavitas, Karies email/Karies

dentin/Karies sementum/akar, Karies terhenti/ arrested caries, Demineralisasi

Permukaan Halus/aproksimal, Fraktur Mahkota Gigi Yang Tidak Mengenai Pulpa,

Dentin hipersensitif, Atrisi, Abrasi, Erosi, Karies Mencapai Pulpa Vital Gigi Sulung,

Periodontitis Kronis dengan kehilangan jaringan periodontal ringan-sedang,

(13)

Buruk, Stomatitis Aftosa, Angular Cheilitis, Pulpitis Reversibel, Nekrosis pulpa

(Akar tunggal, akar jamak yang lurus dengan sudut pandang kerja pada orifice tidak

terhalang), Nekrosis pulpa gigi tinggal akar (gigi sisa sudah tidak mendukung untuk

dilakukan tumpatan), Pulpitis Irreversibel, Iritasi Pulpa Gigi Tetap Muda, Hyperemia

Pulpa Gigi Tetap Muda, Nyeri Orofasial,Persistensi Gigi Sulung, Akar Gigi

Tertinggal, Lesi Traumatik, Abses Periapeks, Abses Periodontal.

2.3.2. Tugas dan Wewenang Tenaga Kesehatan Gigi

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (KKI, 2006), tentang Standard

Kompetensi Dokter Gigi, yang menjadi kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh

dokter gigi di Indonesia , yaitu :

1. Etik dan jurisprudensi

1. Menerapkan etika kedokteran gigi serta hukum yang berkaitan dengan praktik

kedokteran gigi secara profesional :

Menerapkan etika kedokteran gigi secara profesional, Menjaga kerahasiaan profesi

dalam hubungannya dengan teman sejawat, staf dan pasien, Membedakan hak dan

kewajiban dokter dan pasien.

2. Melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan kode etik :

Memberikan pelayanan kedokteran gigi yang manusiawi dan komprehensif,

Menjaga hubungan terbuka dan jujur serta saling menghargai dengan pasien,

pendamping pasien dan sejawat, Memperkirakan keterbatasan kemampuan diri

(14)

3. Memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan hukum yang berkaitan

dengan praktik kedokteran gigi : Membedakan tanggung jawab administratif,

pelanggaran etik, disiplin dan hukum yang diberlakukan bagi profesi Kedokteran

Gigi berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, Memahami peraturan dan

perundang-undangan yang berkaitan dengan praktik kedokteran gigi di Indonesia,

Mengetahui pemanfaatan jalur organisasi profesi.

2. Analisis informasi kesehatan secara kritis, ilmiah dan efektif

1. Menganalisis secara kritis kesahihan informasi : Menggunakan teknologi ilmiah

mutakhir untuk mencari informasi yang sahih secara profesional dari berbagai

sumber, Menggunakan teknologi ilmiah mutakhir untuk menilai informasi yang

sahih secara profesional dari berbagai sumber.

2. Mengelola Informasi kesehatan secara ilmiah, efektif, sistematis dan

komprehensif.

3. Berfikir kritis dan alternatif dalam mengambil keputusan.

4. Menggunakan Pendekatan evidence based dentistry dalam pengelolaan

kesehatan gigi dan mulut : Menapis sumber rujukan yang sahih untuk

kepentingan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut,

Menggunakan informasi kesehatan secara profesional untuk kepentingan

(15)

3. Komunikasi

Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi secara efektif dan bertanggung

jawab baik secara lisan maupun tertulis dengan pasien, keluarga atau pendamping

pasien serta masyarakat, teman sejawat dan profesi kesehatan lain yang terkait :

Berdialog dengan pasien dalam kedudukan yang setara, Bersikap empati terhadap

pasien akan keluhan kesehatan gigi dan mulut yang mereka kemukakan,

Menuliskan surat rujukan pasien kepada sejawat dan atau penyelenggara kesehatan

lain jika diperlukan sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku,

Berdialog dengan teman sejawat, praktisi kesehatan, dan praktisi lain terkait.

4. Hubungan sosio kultural dalam bidang kesehatan gigi dan mulut

Mengelola dan menghargai pasien dengan keanekaragaman sosial, ekonomi,

budaya, agama dan ras melalui kerjasama dengan pasien dan berbagai pihak terkait

untuk menunjang pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang bermutu : Memahami

adanya keanekaragaman sosial, ekonomi, budaya, agama dan ras berdasarkan asal

usul pasien, Memperlakukan pasien secara manusiawi tanpa membeda-bedakan

satu sama lainnya, Bekerja sama dengan berbagai pihak terkait untuk menunjang

peningkatan kesehatan gigi dan mulut.

5. Ilmu kedokteran dasar

Mengintegrasikan ilmu pengetahuan biomedik yang relevan sebagai sumber

keilmuan dan berbagai data penunjang untuk diagnosis dan tindakan medik

(16)

6. Ilmu kedokteran klinik

Memahami ilmu kedokteran klinik yang relevan sebagai pertimbangan dalam

melakukan perawatan gigi dan mulut pada pasien medik kompromis.

7. Ilmu kedokteran gigi dasar

Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi dasar mencakup: Biologi Oral,

Bio-Material dan Teknologi Kedokteran Gigi untuk menunjang keterampilan preklinik

dan klinik, serta penelitian bidang kedokteran gigi.

8. Ilmu kedokteran gigi klinik

Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi klinik sebagai dasar untuk melakukan

pelayanan klinis kesehatan gigi dan mulut yg efektif dan efisien : Memahami

prinsip pelayanan klinis kesehatan gigi dan mulut yang meliputi tindakan

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, Menghubungkan berbagai tatalaksana

kedokteran gigi klinik untuk membantu dalam memberikan pelayanan kesehatan

gigi dan mulut dalam mengembalikan fungsi optimal sistem stomatognatik.

9. Pemeriksaan pasien

1. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan sistem stomatognatik dengan

mencatat informasi klinis, laboratoris, radiologis, psikologis dan sosial guna

mengevaluasi kondisi medik pasien : Mengidentifikasi keluhan utama penyakit

atau gangguan sistem stomatognatik, Menerapkan pemeriksaan komprehensif

sistem stomatognatik dengan memperhatikan kondisi umum, Menentukan

(17)

2. Mengenal dan mengelola perilaku pasien secara profesional : Menerapkan sikap

saling menghargai dan saling percaya melalui komunikasi yang efektif dan

efisien dengan pasien dan/atau pendamping pasien, Menganalisis perilaku

pasien yang memerlukan perawatan khusus secara profesional,

Mengidentifikasi kondisi psikologis dan sosial-ekonomi pasien berkaitan

dengan penatalaksanaan lebih lanjut, Menggunakan rekam medik sebagai acuan

dasar dalam melaksanakan perawatan gigi dan mulut.

10. Diagnosis

Menegakkan diagnosis dan menetapkan prognosis penyakit/kelainan gigi dan

mulut melalui interpretasi, analisis dan sintesis hasil pemeriksaan pasien :

Membuat rekam medik secara akurat dan Komprehensif, Mengelola rekam

medik sebagai dokumen legal dengan baik, Merencanakan perawatan medik

kedokteran gigi berdasarkan catatan medik yang tertulis pada rekam medik,

Menegakkan diagnosis sementara dan diagnosis kerja berdasarkan analisis hasil

pemeriksaan riwayat penyakit, temuan klinis, temuan laboratoris, temuan

radiografis, dan temuan alat bantu yang lain, Memastikan lokasi, perluasan,

etiologi karies dan kelainan periodontal serta kerusakannya, Membedakan antara

pulpa yang sehat dan tidak sehat, Membedakan antara jaringan periodontal yang

sehat dan tidak sehat, Memastikan penyimpangan dalam proses tumbuh

kembang yang mengakibatkan maloklusi, Menjelaskan kondisi, kelainan,

penyakit dan fungsi kelenjar saliva, Menjelaskan gambaran klinis proses

(18)

dan neoplastik, Menjelaskan keadaan kehilangan gigi yang memerlukan

tindakan rehabilitatif, Menjelaskan keadaan akibat kelainan oklusal dan

gangguan fungsi mastikasi dan kondisi yang memerlukan perawatan,

Mengidentifikasi kelainan oromaksilofasial, Menjelaskan hubungan kebiasaan

buruk pasien dengan adanya kelainan oromaksilofasial, Membedakan kelainan

dental, skeletal atau fasial yang berhubungan dengan gangguan tumbuh

kembang, fungsi dan estetik, Memastikan adanya manifestasi penyakit sistemik

pada rongga mulut, Menganalisis dan menentukan derajat risiko penyakit rongga

mulut dalam segala usia guna menetapkan prognosis, Memastikan kelainan

kongenital dan herediter dalam rongga mulut.

11. Rencana perawatan

1. Mengembangkan, mempresentasikan dan mendiskusikan rencana perawatan

yang didasarkan pada kondisi, kepentingan dan kemampuan pasien :

Menganalisis derajat risiko penyakit gigi dan mulut, Merencanakan pengelolaan

ketidaknyamanan dan kecemasan pasien yang berkaitan dengan pelaksanaan

perawatan, Merencanakan pelayanan preventif berdasarkan analisis risiko

penyakit, Merencanakan perawatan dengan memperhatikan kondisi sistemik

pasien, Mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif dan rasional

berdasarkan diagnosis, Menjelaskan temuan, diagnosis dan perawatan pilihan,

ketidak nyamanan dan resiko perawatan untuk mendapat persetujuan

(19)

dibutuhkan, langkah-langkah perawatan, dan perkiraan biaya perawatan,

Bekerjasama dengan profesi lain untuk merencanakan perawatan yang akurat.

2. Menentukan rujukan yang sesuai : Membuat surat rujukan kepada spesialis

bidang lain terkait dengan penyakit/ kelainan pasien, Mampu melakukan

rujukan kepada yang lebih kompeten sesuai dengan bidang terkait.

12. Pengelolaan sakit dan kecemasan

Mengendalikan rasa sakit dan kecemasan pasien disertai sikap empati :

Meresepkan obat obatan secara benar dan rasional, Mengatasi rasa sakit, rasa

takut dan ansietas dengan pendekatan farmakologik dan non farmakologik,

Menggunakan anastesi lokal untuk mengendalikan rasa sakit (control of pain)

untuk prosedur restorasi dan beda.

13. Tindakan medik kedokteran gigi

1. Melakukan perawatan konservasi gigi sulung dan permanen yang sederhana

2. Melakukan perawatan penyakit/kelainan periodontal

3. Melakukan perawatan ortodonsia pada pasien anak dan dewasa

4. Melakukan perawatan bedah sederhana pada jaringan keras dan lunak

5. Melakukan perawatan non-bedah pada lesi jaringan lunak mulut

6. Melakukan perawatan kelainan sendi temporoman dibular dan oklusi dental

7. Melakukan perawatan postodontik pada pasien anak dan dewasa

8. Mengelola kegawatdaruratan di bidang kedokteran gigi

9. Bekerja dalam tim secara efektif dan efisien untuk mencapai kesehatan gigi dan

(20)

14. Melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat

1. Mendiagnosis masalah kesehatan gigi dan mulut masyarakat.

2. Melakukan upaya promotif dan preventif pada masyarakat : Mengkomunikasikan

program kesehatan gigi dan mulut masyarakat : Menerapkan strategi promotif dan

preventif kesehatan gigi dan mulut masyarakat, Menganalisis program kesehatan

gigi dan mulut masyarakat yang telah dilaksanakan.

3. Mengupayakan teknologi informasi untuk kepentingan pelayanan kesehatan

masyarakat.

4. Bekerja dalam tim serta membuat jejaring kerja (networking) yang efektif dan

efisien dalam usaha menuju kesehatan gigi dan mulut yang optimal.

15. Manajemen perilaku

Memahami konsep perilaku kesehatan individu dan masyarakat di bidang

kedokteran gigi : Mengidentifikasi perilaku kesehatan individu, keluarga dan

masyarakat di bidang kesehatan gigi dan mulut, Memotivasi perilaku hidup sehat

individu, keluarga dan masyarakat di bidang kesehatan gigi dan mulut, Mampu

menjabarkan upaya mengubah kebiasaan masyarakat dari berorientasi kuratif

menjadi preventif.

16. Manajemen praktik dan lingkungan kerja

1. Menata manajemen praktik serta tatalaksana lingkungan kerja praktik

kedokteran gigi.

2. Menata lingkungan kerja kedokteran gigi secara ergonomik dan prinsip

(21)

3. Menerapkan prinsip dasar pengelolaan praktik dan hubungannya dengan

aspek sosial : Melakukan komunikasi secara efektif dan bertanggung jawab

secara lisan maupun tulisan dengan tenaga kesehatan, pasien dan masyarakat.

Tugas dan wewenang tenaga kesehatan gigi menurut Depkes 2009, yaitu :

1. Tugas Dokter Gigi Spesialis ;

a. Melaksanakan pelayanan spesialistik

b. Menerima rujukan kasus medik spesialistik

c. Memberikan rujukan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dalam rangka

meningkatkan mutu penilaian pelayanan spesialistik

2. Tugas Dokter Gigi

a. Medis Tehnis :

1) melaksanakan pelayanan medik gigi ; umum dan khusus

2) menerima rujukan kasus-kasus medik gigi dasar dan merujuk kasus-kasus

spesialistik

3) melaksanakan pelayanan asuhan baik asuhan sistematik maupun asuhan

masyarakat

b. Manajemen (Makro)

1) menyangkut masalah umum/luas seperti dalam mengidentifikasikan,

merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi program kesehatan gigi

dan mulut di wilayahnya

2) mengkoordinir, memonitor keseluruhan program kesehatan gigi di

(22)

3) mengkoordinasi, menggerakkan perawat gigi dalam melaksanakan

pelayanan asuhan

4) membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam bidang medis tehnis

5) bertanggungjawab dalam pencatatan/pelaporan tentang kesehatan gigi di

wilayahnya

3. Tugas Perawat Gigi

a. Pelayanan kesehatan gigi/mulut

1) Pelayanan asuhan kesehatan gigi/mulut meliputi ; pelayanan asuhan

sistematik (pada kelompok anak sekolah/UKGS, ibu hamil/menyusui dan

anak pra sekolah dan pelayanan asuhan kesehatan masyarakat)

2) Berdasarkan pendelegasian dari dokter gigi, bila diperlukan bisa

melakukan pelayanan medis gigi dasar

b. Manajemen (Makro)

1) Mempersiapkan pelaksanaan evaluasi program pelayanan asuhan kesehatan

gigi dan mulut di sekolah

2) Membina, mengkoordinasi, melatih dalam bidang kesehatan gigi dan mulut

di Posyandu

3) Melaksanakan pencatatan/pelaporan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan

mulut di klinik gigi (Depkes RI, 2009).

2.3.3. Alur Pelayanan di Poli Gigi Puskesmas

Salah satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas

(23)

pelayanan poli gigi yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien berkunjung

ke poli gigi untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada waktu dan

jam yang telah ditentukan.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan

profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan

kepada masyarakat, keluarga maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat

meliputi : peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan

penyembuhan terbatas (Tampubolon, 2011).

Pada saat pasien berkunjung ke poli gigi puskesmas, maka pasien akan

mendapatkan pelayanan sebagai berikut antara lain :

1) Pelayanan administrasi/penerimaan

Merupakan tempat pasien mendaftarkan diri dan memperoleh kartu sebelum

memasuki ruangan poli gigi. Bagian penerimaan pasien juga merupakan wajah

dari suatu puskesmas serta merupakan tempat dimana kesan pertama tentang

puskesmas yang ditemui pasien, untuk itu diperlukan petugas – petugas yang

dapat menggunakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan, simpatik dan

terampil.

2) Pelayanan tenaga medis/dokter gigi

Tenaga medis/dokter gigi merupakan unsur yang memberikan pengaruh paling

besar dalam menentukan kualitas dari pelayanan yang diberikan pada pasien di

puskesmas. Dokter juga dapat dianggap sebagai jantung puskesmas. Fungsi

(24)

sebaik-baiknya dengan menggunkan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu

kedokteran.

3) Pelayanan tenaga para medis/perawat

Tenaga para medis/perawat adalah orang yang lebih dekat hubungannya dengan

pasien karena pada umumnya pasien lebih sering berkomunikasi dengan perawat

sebelum bertemu dengan dokter gigi.

4) Penyediaan sarana medis/non medis

Sarana medis yang diperlukan di poli gigi yaitu : alat-alat diagnosa (misalnya,

kaca mulut, sonde, pinset dan ekscavator), alat-alat pencabutan gigi (misalnya,

tang ekstrasi, cryer, bein ekstrasi), bahan-bahan penambalan gigi (misalnya,

amalgam, zinc semen, phospat semen), bahan – bahan perawatan saluran akar

(gutta percha dan endomethazone). Sarana non medis yang diperlukan di poli

gigi antara lain, kursi pasien/dental chair, gelas kumur, lampu pemeriksaan,

selain itu diperlukan juga lemari obat, lemari alat, sterilisator.

5) Lingkungan pasien

Merupakan tempat di mana pasien menghabiskan waktunya selama memperoleh

pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi ruangan, keamanan,

kenyamanan, kebersihan dan kemudahan bagi pasien. Lingkungan pasien ini

meliputi kontruksi bangunan dan disain ruang tunggu dan ruang periksa

(Tampubolon, 2011).

Standar operasional prosedur (sop) pelayanan kesehatan gigi dan mulut di

(25)

meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut, menurunkan angka kesakitan gigi,

meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang kegiatannya

diperuntukkan kepada penanganan seluruh pasien gigi yang berkunjung ke Puskemas.

Uraian prosedurnya yaitu :

1. Pasien datang dari loket pendaftaran dengan membawa rekam medik atau status

pasien

2. Petugas menerima rekam medis dan nomor urut antrian

3. Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urut antrian

4. Petugas mencocokkan identitas pasien dengan rekam medis, bila tidak sesuai di

konfirmasi ke sub unit pendaftaran

5. Petugas mempersilahkan pasien duduk di dental unit

6. Dokter gigi / perawat gigi melakukan anamnese pasien untuk menegakkan

diagnosa

7. Dokter gigi / perawat gigi mempertimbangkan perlu atau tidak dilakukan

pemeriksaan penunjang (laboratorium, RO Foto)

8. Dokter gigi / perawat gigi rencana perawatan dengan pertimbangan perlu atau

tidak dilakukan rujukan kepelayanan yang lebih tinggi

9. Dokter gigi / perawat gigi melakukan tindakan perawatan

10.Dokter gigi / perawat gigi memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada

(26)

11.Dokter gigi / perawat gigi mendokumentasikan tindakan dan pengobatan yang

diberikan pada pasien ke rekam medik pasien dan memberikan resep pada pasien

gigi

12.Petugas membersihkan dan mensterilkan alat alat yang telah digunakan

13.Petugas mencatat status pasien atau rekam medik ke buku register poli gigi

2.4. Faktor-faktor Mutu Pelayanan Kesehatan yang Memengaruhi Jumlah Kunjungan Pasien di Poli Gigi

Kunjungan pasien sangat berpengaruh dari sumber daya manusia, motivasi

pasien, ketersediaan alat dan bahan, tarif dan lokasi/jarak.

1. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia yang berkualitas yaitu petugas kesehatan (dokter gigi

dan perawat gigi) harus memiliki kemampuan non teknik yakni sikap, perilaku serta

mengadakan pendekatan sehingga menimbulkan kepercayaan pasien kepada petugas

kesehatan dengan perawatan yang akan diberikan kepada pasien saat berkunjung.

Keberhasilan suatu pelayanan kesehatan ditentukan oleh sumber daya manusia yang

ada di lembaga/poli gigi tersebut, baik dokter gigi maupun perawat gigi, sehingga

mampu memberikan pelayanan yang terbaik demi kepuasan pasien yang datang

berkunjung ke poli gigi.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam peningkatan sumber daya manusia

adalah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki petugas kesehatan gigi dalam hal

(27)

2. Motivasi pasien

Kesadaran masyarakat menjaga kesehatan gigi dan mulut secara rutin masih

rendah, kondisi ini dapat dilihat dari kunjungan pasien gigi di poli gigi adalah

biasanya penderita karies gigi (gigi berlubang) yang parah, mereka baru berobat ke

poli gigi atau dokter gigi ketika gigi berlubang sudah menyiksa dan mengganggu

fungsi tubuh lainnya. Keberhasilan perawatan sangat dipengaruhi oleh sikap, perilaku

dan motivasi pasien. Motivasi pasien sangat memengaruhi kunjungan pasien di poli

gigi. Oleh karena itu, motivasi akan sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku

seseorang.

3. Ketersediaan alat dan bahan

Poli gigi merupakan tempat untuk melaksanakan tindakan baik promotif,

preventif dan kuratif sederhana dalam pelayanan asuhan kepada masyarakat yang

membutuhkannya. Oleh karena itu dibutuhkan peningkatan pelayanan kepada pasien

secara efisien dengan memanfaatkan peralatan dan bahan obat-obatan yang esensial.

Dengan menyediakan peralatan yang sesuai dengan standar peralatan teknologi saat

ini sehingga menjamin kelancaran kegiatan di poli gigi dalam melayani pasien.

Ketersediaan alat dan bahan merupakan faktor pendukung dalam proses

pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien saat berkunjung. Kelengkapan

sarana dan prasarana itu sangat menunjang dan mendukung operasional pelayanan

kesehatan dan cukup berpengaruh terhadap minat dan kunjungan pasien. Peralatan

yang digunakan disertai dengan kemampuan yang dimiliki adalah tepat sehingga

(28)

obat-obatan pendukung pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi yang paling

dibutuhkan untuk meningkatkan ketepatan, keamanan sekaligus berdaya guna dan

berhasil guna.

Alat–alat yang tersedia di poli gigi antara lain :

1. Peralatan besar (dental unit lengkap dengan kompresor dan mikromotor)

2. Peralatan kecil (alat diagnostik, alat konservasi, alat pencabutan, alat pembersihan

karang gigi, alat bedah mulut sederhana dan alat pelengkap)

3. Ultrasonic Scaller

4. Alat sterilisasi

Selain alat yang dibutuhkan, bahan dan obat esensial yang baiknya tersedia di

poli gigi antara lain : Bahan tumpatan sementara, Obat-obatan untuk gigi (Eugenol,

Lidokain, Alkohol 70%).

4. Tarif

Biaya kesehatan gigi dan mulut di poliklinik gigi merupakan biaya yang harus

dibayarkan oleh seseorang apabila berobat ke klinik gigi. Biaya tersebut bervariasi

yang mengacu pada peraturan. Menurut Anggraini (2014), bahwa tarif yang

ditetapkan untuk setiap jenis pemeriksaan maupun tindakan dapat dijangkau oleh

pasien yang membutuhkan pelayanan dan adanya hubungan yang bermakna antara

tarif dengan kunjungan pasien di poliklinik gigi.

5. Lokasi/jarak

Poliklinik gigi merupakan salah satu fasilitas yang penting bagi masyarakat

(29)

jarak atau jarak tempuh yang minimun ditempat pelayanan kesehatan tersebut.

Ketersediaan jalur angkutan umum yang melalui tempat wilayah pelayanan kesehatan

merupakan pertimbangan utama bagi masyarakat (Anggraini, 2014).

2.5. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Jaminan Kesehatan Nasional atau JKN merupakan bagian dari Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan

mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada

setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

Peraturan Presiden RI Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

menyebutkan Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar

peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah

membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

2.5.1. Prinsip Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 40

(30)

1. Kegotongroyongan

Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), prinsip gotong royong berarti

peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat

membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaannya bersifat wajib untuk

seluruh penduduk.

2. Nirlaba

Dana yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

(BPJS Kesehatan) adalah dana amanah yang dikumpulkan dari masyarakat secara

nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Tujuan utamanya adalah untuk

memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.

3. Keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.

Prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang

berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.

4. Portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan

yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat

tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Kepesertaan bersifat wajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga

dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat,

penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah,

(31)

6. Dana Amanah

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan

penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana

tersebut untuk kesejahteraan peserta.

7. Hasil pengelolaan dana Jaminan Sosial

Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk

sebesar-besar kepentingan peserta.

2.6. Manfaat Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Menurut Permenkes Nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada

Jaminan Kesehatan Nasional, Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan

perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan

oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat. Adalah hal yang baru dan

inovatif dalam era JKN dimana Fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan untuk p eserta JKN disebut dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). FKTP

yang dimaksud adalah:

1. Puskesmas atau yang setara,

2. Praktik Dokter,

3. Praktik Dokter Gigi,

(32)

5. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis

habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis

Menurut Peraturan BPJS Kesehatan No.1 Tahun 2014, Cakupan Pelayanan

yang akan diterima oleh peserta yang datang ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

di poli gigi meliputi :

1. Administrasi pelayanan, terdiri atas biaya pendaftaran pasien dan biaya

administrasi lain yang terjadi selama proses perawatan atau pelayanan kesehatan

lain

2. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis

3. Premedikasi

4. Kegawatdaruratan oro-dental

5. Pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi)

6. Pencabutan gigi permanen tanpa penyulit

7. Obat pasca ekstraksi

8. Tumpatan komposit/GIC

9. Skeling gigi (1x dalam setahun)

Untuk pelayanan kesehatan gigi yang tidak dijamin, meliputi :

1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur

(33)

2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;

3. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;

4. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;

5. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);

6. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan

Kesehatan yang diberikan (BPJS, 2014).

2.7. Sumber Daya Manusia (SDM)

Menurut pendapat para ahli yang dikutip dari Human Capital Journal (2014),

sumber daya manusia adalah ;

1. Sonny Sumarsono; Sumber Daya Manusia atau human recources mengandung dua

pengertian. Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi. Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha yang

diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan

jasa. Pengertian kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu

melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan ekonomis, yaitu bahwa kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau

(34)

2. Mathis dan Jackson; SDM adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah

organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien

guna mencapai tujuan organisasi.

3. Mary Parker Follett, Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu seni untuk

mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk

melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak

melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.

Berdasarkan Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan

masyarakat disebutkan dan dijelaskan bahwa :

1. Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non

kesehatan.

2. Tenaga kesehatan di puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi,

standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak

pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan

memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.

3. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus memiliki surat izin

praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk menghasilkan kualitas SDM yang berkualitas, diperlukan pendidikan

dan pelatihan yang terus menerus. Pengelolaan SDM yang baik harus dilaksanakan

secara berkesinambungan melalui rangkaian aktivitas yang terintegrasi. Dengan

pengelolaan SDM yang baik maka dapat diciptakan SDM yang profesional dalam

(35)

perkembangan usaha, sehingga tercapai produktivitas SDM yang optimal dalam

mendukung keberhasilan implementasi strategi yang telah ditetapkan. Pendidikan dan

pelatihan ini bisa dilakukan secara internal

pekerja secara bergantian ke berbagai training provider baik di dalam negeri maupun

di luar negeri, untuk mengikuti

Secara garis besar program pendidikan dan pelatihan terdiri atas : Program

pembekalan, Pendidikan pengembangan, Pendidikan aplikasi. Secara umum pelatihan

SDM bertujuan untuk menyediakan pekerja yang siap pakai baik dari sisi kompetensi,

manajerial, maupun perilaku, sehingga memberikan kontribusi positif bagi organisasi

yang secara terus menerus sesuai dengan perkembangan persaingan dan jabatan.

2.8. Pengertian Komunikasi

Komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015), adalah

pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga

pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Carl Hoveland menyatakan komunikasi adalah proses dimana seorang

komunikator menyampaikan perangsang untuk merubah tingkah laku orang lain.

Sedangkan menurut Edward Depari, komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,

harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu,

mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditunjukkan kepada penerima

(36)

Secara umum, komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam

bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian

tersebut melibatkan lebih dari kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi

juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya. Dan perpindahan

yang efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi bahwa seseorang

mengirimkan berita dan menerimanya sangat bergantung pada

keterampilan-keterampilan tertentu (membaca, menulis, mendengar, berbicara dan lain-lain) untuk

membuat sukses pertukaran informasi.

2.8.1. Prinsip Dasar Komunikasi

Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk

lambang atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk memengaruhi perilaku

orang lain. Proses komunikasi yang menggunakan stimulus atau respon dalam

bentuk bahasa baik lisan maupun tulisan selanjutnya disebut komunikasi verbal.

Sedangkan apabila proses komunikasi tersebut menggunakan simbol-simbol disebut

komunikasi non-verbal (Febrianti, 2013).

2.8.2. Unsur-unsur Komunikasi

Agar terjadi komunikasi yang efektif antara pihak satu dengan pihak yang

lain, antara kelompok satu dengan yang lain, atau seseorang dengan orang lain

diperlukan keterlibatan beberapa unsur komunikasi, yakni : Komunikator (source)

adalah orang atau sumber yang menyampaikan atau mengeluarkan stimulus antara

lain dalam bentuk informasi atau lebih tepatnya disebut pesan yang harus

(37)

memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon bisa aktif dalam bentuk

ungkapan ataupun pasif dalam bentuk pemahaman. Pesan (message) adalah isi

stimulus yang dikeluarkan oleh komunikator (sumber) kepada komunikan. Unsur

komunikasi yang terakhir yaitu Saluran (media), adalah alat atau sarana yang

digunakan oleh komunikan dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada

komunikan (Notoatmodjo, 2003).

2.8.3. Komunikasi Efektif dalam Hubungan Tenaga Kesehatan-Pasien

Aplikasi definisi komunikasi dalam interaksi antara tenaga kesehatan dan

pasien di fasilitas kesehatan diartikan tercapainya pengertian dan kesepakatan yang

dibangun pada setiap langkah penyelesaian masalah pasien.

Secara umum, komunikasi kesehatan adalah proses penyampaian pesan

kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media tertentu kepada komunikan

dengan tujuan untuk mendorong perilaku manusia demi tercapainya kesejahteraan

sebagai kekuatan yang mengarah kepada keadaan (status) sehat utuh secara fisik,

mental (rohani) dan sosial. Jadi, komunikasi kesehatan adalah proses penyampaian

informasi tentang kesehatan.

Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan

oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan

komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus

diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang

(38)

mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya

sepenuhnya kepada dokter.

Kurtz (1998) dalam Konsil Kedokteran Indonesia (2006), menyatakan bahwa

komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti

memerlukan lebih sedikit waktu karena tenaga kesehatan terampil mengenali

kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis,

adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang

diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah

kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.

Komunikasi efektif berarti pengembangan hubungan secara efektif yang

berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau

pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara

tenaga kesehatan dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan

non-verbal menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan

kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter mencari alternatif untuk mengatasi

permasalahannya.

Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk

mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih

memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi

(39)

Menurut Kurzt, dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi

yang digunakan:

1. Disease centered communication style atau doctor centered communication style.

Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis,

termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.

2. Illness centered communication style atau patient centered communication style.

Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang

secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien,

kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang

dipikirkannya.

2.9. Landasan Teori

Program kesehatan gigi puskesmas dilaksanakan melalui kegiatan

pembinaan/pengembangan, pelayanan asuhan pada kelompok rawan serta pelayanan

medik gigi dasar. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 93

dan 94, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk

peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan

pemulihan kesehatan gigi yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan

berkesinambungan dan dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi perseorangan,

pelayanan gigi masyarakat, usaha kesehatan gigi sekolah serta pemerintah dan

(40)

obat kesehatan gigi dan mulut dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan gigi

dan mulut yang aman, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat (Kemenkes RI,

2011).

Menurut Gilson (1994) dalam Binyamin (2012), yang menjadi elemen penting

dalam menentukan harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan :

a. Kemanjuran obat, keterjangkauan biaya, tidak membutuhkan waktu yang lama

dalam proses perawatan

b. Memperoleh obat merupakan faktor yang terpenting yang mendasari pola

pemanfaatan pelayanan kesehatan

c. Pandangan yang menyeluruh mengenai penampilan, seperti sikap petugas yang

baik, kecakapan petugas berkomunikasi dan hubungan dengan pasien

d. Persepsi masyarakat terhadap kualitas sarana dan prasarana yang meliputi jarak

yang dapat dicapai, keadaan gedung, ruang tunggu, privasi dan kelengkapan

peralatan medis

e. Persepsi masyarakat terhadap kualitas proses yang meliputi keterampilan

petugas, kecukupan staf, biaya perawatan dan penjelasan pengobatan

Keberhasilan komunikasi pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan

kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi

pasien yaitu empati.

Menurut Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang

(41)

pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam

batasan definisi berikut :

(1) Kemampuan kognitif tenaga kesehatan dalam mengerti kebutuhan pasien (a

physician cognitive capacity to understand patient’s needs),

(2) Menunjukkan afektifitas/sensitifitas tenaga kesehatan terhadap perasaan pasien

(an affective sensitivity to patient’s feelings),

(3) Kemampuan perilaku tenaga kesehatan dalam memperlihatkan/menyampaikan

empatinya kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient),

(Konsil Kedokteran, 2006).

2.10. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori yang telah ada maka kerangka penelitian ini dapat

ditunjukkan dalam skema berikut ini :

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Input :

• Fasilitas Kesehatan di Poli Gigi

Gambar

Gambar 2.1. Model Implementasi Kebijakan Menurut David C. Korten
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Saya telah mendapat penjelasan mengenai penelitian Gambaran Hambatan Dokter Gigi Sebagai Provider Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Era Jaminan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran hambatan dokter gigi sebagai provider dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut era JKN

Monitoring Pelaksanaan JKN berguna untuk memantau terlaksananya pelaksanaan program ini dengan baik sehingga puskesmas sebagai fasilitas kesehatan dapat memberikan pelayanan

Menurut Permenkes Nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan

Bagaimana sistem pemberian insentif atau jasa medis bagi pemberi pelayanan kesehatan dalam program JKN di Puskesmas?. Apa dasar penetapan tarif pelayanan bagi peserta program JKN

Mengetahui tingkat kepuasan pasien peserta JKN terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poliklinik Gigi Puskesmas I Denpasar Timur, dari aspek proses pelayanan

Dengan rnemilih tema ini penulis bermaksud untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien peserta jaminan kesehatan nasional, yang diselenggarakan oleh

Dari hasil penelitian berdasarkan kepuasan pasien JKN di unit rawat inap Puskesmas Dumai Barat sebagian besar responden menyatakan sangat puas terhadap kualitas pelayanan kesehatan